POTENSI LIMBAH JERAMI SERTA PEMANFAATAN
Transcript of POTENSI LIMBAH JERAMI SERTA PEMANFAATAN
1
2
POTENSI LIMBAH JERAMI SERTA PEMANFAATAN
UNTUK MAKANAN TERNAK
OLEH :
IR. MADE DEWANTARI, M.Si
NIP. : 19591030 198601 2 001
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmatNya karya tulis yang berjudul “Potensi Limbah Jerami Serta
Pemanfaatan Untuk Makanan Ternak” dapat diselesaikan dengan baik.
Karya tulis ini akan didokumentasikan di Perpustakaan Universitas
Udayana dengan maksud agar menambah informasi bagi yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya dari apa yang
kami susun dan untuk itu kami mohon saran dan masukan dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ini. Sebagai akhir kata penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih atas bantuan dari semua pihak.
Denpasar, Juli 2016
Penulis
i
4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................................... 3
1.3. Manfaat ......................................................................................... 3
1.4. Metode .......................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1. Pengertian Limbah ........................................................................ 4
2.2. Potensi Limbah Jerami .................................................................. 5
2.3. Klasifikasi Limbah ........................................................................ 8
III. KANDUNGAN NUTRISI DAN PENINGKATAN KUALITAS ......... 11
3.1. Kandungan Nutrisi Berbagai Limbah Jerami................................ 11
3.2. Peningkatan Kualitas Limbah Jerami Sebagai Pakan Ternak....... 15
IV. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 19
4.1. Simpulan........................................................................................ 19
4.2. Saran.............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
ii
5
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
1. Kandungan Nutrisi Beberapa Bahan Pakan Ternak Limbah Jerami (%) 12
2. Daya Dukung Jerami Jagung Untuk Pakan Ternak Sapi ....................... 14
iii
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agribisnis peternakan berpotensi besar untuk dikembangkan karena
konsumsi produk peternakan berupa daging, susu dan telur diyakini akan
terus meningkat sebagai konsekuensi logis adanya peningkatan jumlah
penduduk perkotaan, meningkatnya pengetahuan masyarakat dan kesadaran
terhadadap gizi (Anon, 2002).
Sementara itu pengembangan peternakan menghadapi berbagai
kendala, antara lain belum tersedianya pakan masal secara kontinyu, makin
terbatasnya lahan, belum optimalnya penataan kawasan untuk
pengembangan usaha serta melimpahnya limbah pertanian yang belum
dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu penerapan konsep pertanian terpadu, berkelanjutan, lintas
sektoral dan ramah lingkungan disebut konsep “Low External Input
Sustainable Agricultural” (LEISA), dimana dalam suatu kawasan
persawahan dapat sekaligus dikembangkan usaha pemeliharaan sapi dengan
memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal, yaitu limbah jerami (Tri
Satya Putri, 2002).
Limbah jerami padi yang berlimpah selama musim panen, dengan
inovasi teknologi sederhana dapat dirubah menjadi pakan ternak dan
kotoran ternak dapat dirubah menjadi kompos, sehingga dapat mewujudkan
pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan.
2
Dengan menggunakan berbagai teknologi pengolahan pakan, limbah
jerami tersebut, akan dapat diatasi kekurangan pakan ternak. Dewasa ini
pertimbangan peningkatan efisiensi pemeliharaan ternak terutama pakan
merupakan biaya terbesar sekitar 60-70% dari biaya total produksi (Lubis,
1989).
Untuk menggairahkan usaha-usaha di bidang peternakan sangat
diperlukan usaha-usaha untuk menurunkan biaya pakan, sehingga biaya
produksi dapat ditekan. Di lain pihak kini masyarakat dunia pada umumnya
dan masyarakat Indonesia khususnya, sangat dipusingkan oleh adanya
masalah limbah dan sampah yang dapat mencemari lingkungan.
Tidak semua sampah dan limbah tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pakan ternak, karena untuk bisa dijadikan sebagai sumber
pakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya mengandung nutrisi
yang cukup untuk pakan, mau dimakan oleh ternak, tidak mengandung
racun atau anti nutrisi, tersedia secara berkesinambungan dan sebagainya.
Jerami merupakan limbah pertanian, khususnya jerami padi cukup
potensial sebagai pakan ternak ruminansia, mengingat produksinya yang
besar sepanjang tahun. Oleh karena itu usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kecernaan dan meningkatkan nilai nutrisinya, maka perlu
sentuhan teknologi pakan, baik fisik, kimia, fisiko-kimia dan biologis
(Komar, 1984).
3
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui berbagai
limbah pertanian, khususnya jerami padi dan pemanfaatannya untuk pakan
ternak.
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan, dapat memberikan informasi mengenai
berbagai limbah pertanian, khususnya jerami padi dan sejauh mana
pemanfaatannya untuk pakan ternak, dalam mengurangi pencemaran
lingkungan.
1.4. Metode
Metode dalam penulisan karya tulis ini mempakan kajian pustaka.
Uraian-uraian berdasarkan metode kualitatif. Dan data yang diperoleh dari
berbagai sumber dan kasus-kasus dalam suatu penelitian.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Limbah
Bila ditinjau dalam kamus Bahasa Indonesia pengertian limbah
secara harfiah didefinisikan sebagai sisa proses produksi, air buangan
pabrik. Pengertian disini harus diartikan bahan sampingan yang tersisa
dalam bidang pertanian, industri, perkebunan, peternakan, perikanan
Pengertian limbah akan lebih luas lagi yaitu termasuk bahan sampingan (by-
products), bahan terbuang dan tidak terpakai (waste products) dan bahan
sisa (Mastika, 1991).
Menurut Sudana (1995) limbah pada dasarnya adalah suatu bahan
yang terbuang atau dibuang dari suaru sumber aktivitas manusia maupun
proses-proses alam, dan atau belum mempunyai ekonomi. Apabila limbah
tersebut memasuki lingkungan, akan mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan, dan terjadilah apa yang disebut pencemaran
lingkungan.
Khusus untuk limbah hasil pertanian adalah bahan yang merupakan
buangan dari proses perlakuan atau pengolahan untuk memperoleh hasil
utama dan hasil sampingan. Hal ini disebabkan sulitnya garis pemisah yang
jelas antara bahan buangan atau limbah dengan hasil sampingan (Suhadi
Harjo, 1989).
Limbah pertanian pada hakekatnya mencakup lingkungan yang
sangat luas dan diartikan sebagai bahan hasil sampingan, ikutan, hasil sisa
5
(residu) yang sudah atau belum atau kurang dimanfaatkan dari suatu usaha
produksi tertentu, untuk melewati proses lanjutan atau tidak (Sudana, 2004).
Limbah pertanian umumnya sudah digunakan sebagai pakan ternak
dan sebagai bagian tanaman yang tidak menjadi tujuan utama produksi
usaha tani. Umumnya limbah pertanian adalah berupa jerami-jeramian atau
daun.
Dimana limbah jerami, adalah bagian batang tumbuh yang telah
dipanen butir-butir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi
akar dan bagian batang yang tertinggal sesudah disabit (Komar, 1984).
Jerami merupakan limbah pertanian yang produksinya cukup besar terutama
jerami padi.
Menurut Irawan Sugoro (2003), jerami padi merupakan salah satu
limbah pertanian yang terdapat dalam jumlah melimpah, cukup potensial
dan mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak
sepanjang tahun.
2.2. Potensi Limbah Jerami
Limbah pertanian umumnya sudah digunakan sebagai pakan ternak
dan sebagai bagian tanaman yang tidak menjadi tujuan utama. Umumnya
limbah pertanian adalah berupa jerami-jeramian. Menurut Anon (2002),
yang disebut jerami padi, yaitu tanaman padi yang sudah diambil buahnya
(gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah
pertanian terbesar serta belum sepenuhnya dimanfaatkan, karena adanya
6
faktor teknis dan ekonomis. Untuk kondisi Indonesia kaitan dengan limbah
pertanian sebagai makanan ternak tidak dapat dipisahkan dimana ternak
merupakan salah satu komponen usaha tani yang penting dan sebagian besar
berada di dekat lokasi pertanian (Sudana, dkk, 2004).
Menurut Komar (1984), jerami merupakan limbah pertanian yang
produksinya cukup besar terutama jerami padi. Produksi jerami padi
mencapai 21,75 juta ton per tahun, dan 43% dari produksi limbah pertanian
yang ada di Indonesia (Utomo, dkk, 1981). Dari jumlah tersebut baru sekitar
7,8% yang dimanfaatkan untuk ternak. Secara alamiah limbah jerami padi
tidak bermanfaat, karena biasanya langsung-dibiarkan di sawah begitu
panen selesai atau dibakar. Padahal pembakaran limbah jerami akan
berakibat negatif diantaranya; kehilangan bahan organik yang sangat
berguna dan polusi lingkungan.
Hambatan pemanfaatan jerami padi untuk pakan ternak adalah
rendahnya nilai nutrisi bila dibandingkan dengan hijauan pakan. Hal ini
disebabkan kadar protein kasarnya rendah, kecernaan rendah. Jerami padi
agar sesungguhnya mempunyai potensi energi yang tinggi, tetapi potensi
tersebut tidak dapat dimanfaatkan selumlmya karena seluruhnya dihambat
oleh ikatan lignin, silica dan kutin yang merupakan penyebab rendahnya
daya cerna (Sudana, 2004).
Padi selain menghasilkan produk utama gabah, juga menghasilkan
produk sampingan yaitu jerami yang mempunyai potensi yang cukup besar
7
dalam menunjang ketersediaan pakan secara nasional dengan jumlah
produksi pada tahun 1998 mencapai 48.472.125 ton (Anon, 2002).
Menurut Haryanto (2000), produksi jerami padi dapat mencapai
12-15 ton per hektar per panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis
varietas tanaman padi yang digunakan. Jerami padi yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai pakan sapi dewasa sebanyak 2-3 ekor sepanjang tahun
dan pada lokasi yang mampu panen 2 kali setahun akan dapat menunjang
kebutuhan pakan berserat 4-6 ekor.
Dikatakan pula oleh Jamarun, dkk (1997) bahwa produksi jerami di
Indonesia cukup banyak yaitu sampai 40 juta ton per tahun dan yang
digunakan untuk pakan ternak baru sekitar 22%, sedang sisanya dibakar
untuk dijadikan pupuk atau dibuang. Menurut Muller, di Indonesia pada
tahun 1984 saja, dihasilkan kira-kira 43 juta ton liimbah pertanian kering,
dan jika digunakan dengan tepat sebagai pakan ternak akan sanggup
menunjang untuk memelihara 12 juta ekor ternak sapi atau kerbau per
tahun. Suatu jumlah yang sangat mengagumkan, apalagi saat ini
diperkirakan 68,7 ton jumlah Iimbah penanian yang dapat menunjang 20
juta ekor ternak, suatu jumlah yang cukup besar.
Tahun 1991 diperkirakan produksi jerami padi di Indonesia sebesar
39,5 juta ton bahan kering per tahun dan di Sumatera Barat setiap hektar
lahan persawahan memproduksi jerami padi sekitar 7,05 ton per tahun suatu
jumlah yang sangat besar.
8
Menurut Irawan Sugoro (2003), di Jawa Barat dengan luas panen
padi lebih dari 1 juta hektar mampu menghasilkan jerami lebih dari 5 juta
ton yang seharusnya mampu mendukung kebutuhan pakan berkisar untuk
2,5 juta ekor sapi sepanjang tahun. Jerami padi di Indonesia, 36-62%
dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai kompos dan untuk pakan ternak
berkisar 31-39%, sedangkan sisanya 7-16% digunakan untuk keperluan
industri. Produksi bahan kering limbah jerami padi sawah 3,86 ton/ha.
Sumber pakan yang tersedia pada kawasan sawah irigasi adalah
limbah pertanian seperti jerami padi dan dedak. Pengembangan peternakan
pada kawasan persawahan lebih diarahkan pada komoditas yang saling atau
komplementer dengan prinsip zero waste. Pada integrasi antara tanaman
padi dengan ternak sapi, dengan input teknologi yang relatif sederhana daur
ulang limbah tanaman padi berupa jerami dapat diolah menjadi pakan ternak
yang bermutu dan limbah ternak yang berupa kotoran dan sisa pakan dapat
dikomposisi menjadi kompos untuk penyediaan sumber hara tanah yang
diperlukan tanaman. Potensi daya dukung jerami padi sawah untuk makanan
ternak ruminansia sebesar 8.016.844 satuan ternak/tahun.
2.3. Klasifikasi Limbah
Bila dikaitkan dengan konsep pertanian yang tangguh maka dari segi
pasca panen dapat ditafsirkan bahwa pertanian yang tangguh adalah sistem
pertanian yang mampu mendayagunakan seluruh hasil panen termasuk
limbahnya seefisien mungkin untuk memperoleh hasil guna yang maksimal.
9
Jadi jelaslah, disini bahwasanya pemanfaatan limbah pertanian untuk
makanan ternak adalah termasuk usaha yang akan dapat meningkatkan
efisiensi usaha pertanian dalam arti luas (Mastika, 1991).
Karena demikian beragamnya jenis limbah yang ada maka ada
baiknya limbah tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain:
- Limbah pertanian, seperti jerami padi, jerami jagung. jerami kacang-
kacangan, jerami kacang kedele, jerami kacang tanah, batang pisang,
daun singkong, pucuk tebu dan sebagainya.
- Limbah industri pertanian atau agro-industrial by-product seperti, dedak
padi, dedak jagung, bungkil kelapa, bungkil kedele, bungkil kacang
tanah.
- Limbah peternakan seperti kotoran ayam isi rumen, bulu ayam, ternak
telo, tulang, darah.
- Limbah perikanan meliputi beberapa jenis ikan yang merupakan hasil
sampingan pada penangkapan udang dan limbah pada unit pembekuan
dan pengolahan/pengalengan seperti bagian kepala, sirip, ekor, isi perut.
- Limbah kehutanan yaitu limbah pemungutan pembakalan yaitu, kayu-
kayu rusak tak terpakai dan limbah pengolahan atau industri misalnya,
serbuk gergaji, kulit kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bahan serat kasar tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran
makanan ternak untuk menurunkan kadar cholesterol pada darah dan
telur ayam.
10
- Limbah perkebunan, yaitu meliputi semua hasil ikutan dalam pengusaha
tanaman perkebunan tertentu yang menghasilkan produk utama yang
menjadi tujuan pengusaha. Selanjutnya limbah perkebunan pucuk dan
daun tebu, gulma hasil penyiangan, limbah rumput pengolahan antara
lain tetes tebu (malasis), ampas kelapa sawit, ampas tebu (bagas),
angguk dan bagian sampah seperti kulit kopi, kulit coklat, air buangan
sawit.
- Limbah tata boga yang meliputi limbah hasil restaurant, rumah tangga,
pasar. Limbah ini merupakan sisa-sisa dapur, sisa-sisa hotel, sisa-sisa
sayuran di pasar yang merupakan limbah pasar yang cukup banyak serta
dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak babi dan ternak ruminansia.
Dari berbagai jenis limbah yang ada, yang masih bisa di daur ulang
untuk dijadikan bahan campuran makanan temak, sehingga biaya produksi
usaha peternakan dapat ditekan. Bila limbah tersebut dapat dimanfaatkan
secara baik, sehingga pendapatan dapat ditingkatkan, membantu
menanggulangi polusi dan kebersihan lingkungan. Masih banyak kendala-
kendala yang harus dihadapi dan banyak penelitian yang harus dilakukan
untuk dapat memanfaatkan limbah secara optimal sebagai salah satu sumber
bahan makan ternak.
11
III. KANDUNGAN NUTRISI DAN PENINGKATAN KUALITAS
LIMBAH JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK
3.1. Kandungan Nutrisi Berbagai Limbah Jerami
Dalam usaha meningkatkan produktivitas ternak, perlu diperhatikan
zat-zat makanan yang diberikan terutama berasal dari limbah pertanian yang
pada umumnya mempunyai nilai gizi yang rendah.
Di Indonesia pada umumnya dan Bali khususnya pemanfaatan
beberapa jenis limbah pertanian untuk makanan ternak bukanlah merupakan
hal yang baru (Masnka, 1991). Berbagai jenis limbah jerami misalnya;
jerami padi, jarami kacang tanah, jerami kacang hijau, jerami kacang
kedelai, jerami kacang panjang, jerami kumak, jerami ketela pohon, jerami
sorgum, jerami ketela rambut, jerami jagung.
Kendala utama yang akan dihadapi para peternak adalah penyediaan
hijauan makanan ternak yang disebabkan semakin sempitnya lahan
pertanian terutama di daerah Bali. Alternatif lain yaitu pemanfaaatan limbah
jerami merupakan pilihan yang sangat penting di dalam usaha
pengembangan peternakan pada lahan sempit. Adanya beberapa jenis
limbah jerami tersebut di atas yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Dengan kemajuan teknologi yang sekarang ini maka beberapa jenis
limbah makanannya bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sebagai
contoh limbah jerami padi di Bali produksinya kurang lebih 1,3 ton per
tahun. Mengenai kandungan nutrisik beberapa bahan pakan dari limbah
jerami dapat dilihat pada tabel 1.
12
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Beberapa Bahan Pakan Ternak Limbah Jerami (%)
No. Jenis Limbah BK PK LK SK TDN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jerami padi
Jerami kacang kedelai
Jerami kacang tanah
Jerami kacang hijau
J erami kacang panjang
Jerami komak
Jerami jagung
Jerami sargum
Jerami ketela pohon
J erami ketela rambat
31,86
30,38
29,06
21,93
28,39
16,20
21,68
34,51
17,41
15,21
5,21
14,09
11,31
15,39
6,94
24,71
9,66
14,20
3,98
3,90
1,16
3,54
3,31
3,59
3,33
3,84
2,21
4,20
1,59
1,40
16,78
20,96
16,61
26,39
33,49
21,03
26,30
30,30
33,24
21,51
51,50
61,59
64,50
55,52
55,28
63,29
60,23
43,60
11,35
4,30
Sumber : Lembah hijau multifarum
Keterangan :
BK : Bahan Kering
PK : Protein Kasar
LK : Lemak Kasar
SK : Serat Kasar
TDN : Total Disngestible Nutrient
Karakteristik limbah jerami padi ditandai dengan rendahnya
kandungan nitrogen dan mineral essensial, sedangkau kadar serat kasarnya
tinggi dan kandungan air tinggi pada saat panen. Dengan kandungan serat
13
kasar yang tinggi, sehingga kecernaannya rendah hanya mencapai 37%
(Jayanegara, 1983). Di samping itu kandungan protein kasar bervariasi.
Menurut Ibrahim (1989), faktor utama penyebab utama dalam
penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak adalah rendahnya koefisien
cerna jerami karena availabilitas karbohidrat dari serat kasarnya rendah. Hal
ini disebabkan terbentuknya ikatan kimia antara polimer komplek
lignoselulosa dengan ikatan inter molecular hydrogen, terjadinya
kristalinitas dari lignin dan silica.
Mengenai limbah jagung menurut Anon (2002), bahwa limbah
jagung mudah dipakai sebagai pakan temak meski belum dimanfaatkan
secara penuh. Penggunaan lebih lanjut akan banyak membutuhkan teknologi
baru seperti pengolahan dan pengawetan limbah, tempat penyimpanan
seperti silo dan perlunya pendidikan peternak dalam mengelola teknologi
pengolahan limbah.
Potensi limbah jagung berupa jerami jagung yang terdiri dari daun
dan batang, setelah panen termasuk daun dan bongkol dapat merupakan
makan ternak ruminansia. Seluruh tanaman dapat diberikan kepada ternak
manakala jagung tidak bisa dipanen, misalnya karena kemarau panjang. Di
samping itu sisa tanaman jagung setelah dipanen dapat pula dijadikan
padang pengembalaan.
Potensi limbah jagung berupa jeramik berdasarkan luas panen dapat
dihitung. Apabila produksi jerami jagung dikonversi dalam bahan kering
(BK) 2,09 ton/ha dan temak sapi mengkonsumsi bahan kering 3% dari berat
badan dengan asumsi berat badan sapi rata-rata 400 kg, maka jumlah ternak
14
sapi yang dapat dihitung pada sentra-sentra jagung berdasarkan ketersediaan
jeraminya.
Tabel 2. Daya Dukung Jerami Jagung Untuk Pakan Ternak Sapi
No. Propinsi Luas Panen2000(ha)
ProduksiLimbah
(Ton BK)
DayaTampung Sapi(Ekor/tahun)
1.2.3.4.5.6.7.8.
N.A.DSumatera UtaraSumater BaratRiauJambiSumatera SelatanBengkuluLampung
15.576221.98623.23722.25312.49641.22025.397
382.401
35.553463.72349.31946.50226.11636.27553.079
799.213
7.453106.16411.29110.6465.9798.305
12.152182.970
Sumatera 757.062 1.532.896 350.9379.
10.11.12.13.14.
DKI. JakartaJawa BaratJawa TengahDI. YogyakartaJawa TimurBali
44133.957581.29365.953
1.170.48132.258
91290.420
1.216.156137.341
2.446.30579.959
2066.488
278.42431.443
560.05218.305
Jawa & Bali 1.983.986 4.170.272 954.73215.16.17.18.
Kalimantan BaratKalimantan TengahKalimantan SelatanKalimantan Timur
18.2396.319
24.5787.244
32.11513.20651.36216.393
7.3523.023
11.7593.753
Kalimantan 56.380 113.076 25.88719.20.21.22.
Sulawesi UtaraSulawesi TengahSulawesi SelatanSulawesi Tenggara
100.71223.479
241.96941.222
210.50049.071
505.71527.533
48.19111.234
115.7776.303
Sulawesi 407.382 792.819 181.50523.24.25.26.
Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara TimurMalukuIrian Jaya
31.948253.554
4.8224.560
66.771529.92710.0909.530
15.286121.320
2.3102.182
Indonesia lain 294.884 616.318 141.098Total 3.499.694 7.225.381 1.654.159
Sumber : Pusdatin Deptan (2002) data diolah
15
3.2. Peningkatan Kualitas Limbah Jerami Sebagai Pakan Ternak
Ternak sapi dan kerbau mempunyai keuntungan yang sangat besar
bagi umat manusia, karena bisa merombak limbah jerami dan rumput
menjadi pakan bergizi tinggi. Hal ini terjadi karena di dalam rumen (perut
besar) ternak tersebut terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang mampu
merombak komponen serat rumput/limbah menjadi komponen sederhana
yang dibutuhkan oleh ternak.
Karena limbah jerami mengandung komponen serat (selulosa dan
hemiselulosa) dan lignin atau bahkan silica yang jauh lebih tinggi dari
rumput. Oleh karena itu berbagai upaya telan dilakukan oleh para ahli
nutrisi dan makanan ternak guna meningkatkan nilai manfaat limbah
jeramik tersebut melalui berbagai perlakuan atau inovasi teknologi pakan.
Novirman Jamarun (2005), menganjurkan agar dilakukan perlakuan
awal terlebih dahulu pada limbah sebelum diberikan pada ternak, guna
meningkatkan kualitas, nilai manfaat dan kecernaannya. Perlakuan terhadap
limbah jerami dapat dilakukan berupa fisik, kimia, gabungan fisika-kimia
maupun biologi.
Menurut Mastika (1991), prinsip dasar peningkatkan kualitas jerami
adalah penghancuran dinding sel, lignin dan selulosa yang ada pada limbah
jerami. Perlakuan kimia menggunakan urea (amoniasi) merupakan alternatif
yang cukup menarik dalam pengolahan limbah jerarni padi dan sangat
cocok untnk diterapkan di pedesaan.
16
Menurut Wiryosusanto (1985), amoniasi mempunyai kemampuan
untuk berfiksasi 30-60% ke dalam bahan, sehingga kandungan protein kasar
bahan meningkat. Menggunakan kombinasi jerami amoniasi dan limbah
agro-industri menghasilkan pertambahan berat badan temak sapi sekitar l,2
kg/ekor/hari.
Jerami padi yang akan diamoniasi memenuhi beberapa kriteria, yaitu
jerami harus dalam kondisi kering, tidak lerendam air sawah atau air hujan,
dalam keadaan baik. Dosis urea yang dilakukan ke dalam jerami sebanyak
3-5% dari berat kering. Dengan kata lain, setiap 100 kg jerami padi
membutuhkan urea 3-5 kg (Komar, 1984). Jika dosis kurang dari 3% tidak
ada pengaruhnya terhadap daya cerna maupun peningkatan kandungan
protein kasar, bila lebih dari 5% ammonia akan terbuang karena tidak
mampu diserap oleh jerami dan lepas ke udara bebas, kerugiannya akan
terjadi pemborosan secara ekonomis.
Jerami yang telah ditaburi urea harus segera dikeringkan dengan
rapat. Bahan pembungkus yang digunakan biasanya berupa plastik yang
cukup memadai. Pembungkns ini sangat penting dilakukan agar tercipta
kondisi hampa udara (anaerob). Jerami yang telah terbungkus harus
disimpan di tempat yang teduh dan terhindar dari air hujan. Untuk
mengoptimalkan penggunaan gas amoniak oleh jelami, maka di atas plastik
pembungkus sebaiknya diberi beban agar ada tekanan ke bawah. Proses
penyimpanan ini membutuhkan waktu selama 1 bulan.
17
Setelah 1 bulan, jerami yang terbungkus dapat dibuka dari kemasan.
Jerami ammonia yang baik ditandai dengan bau amoniak yang menyengat.
Oleh karena itu, jerami amoniasi tersebut harus dibiarkan terbuka agar bau
amoniak dapat berkurang. Jerami amoniasi harus disimpan di ruang
penyimpanan beratap dengan ventilasi yang memadai.
Penyimpanan dalam waktu lama jerami amoniasi dengan kadar air
20%. Pemanfaatan teknologi amoniasi pada limbah jerami padi dapat
meningkatkan kualitas jerami padi tersebut, dapat dilihat dari nilai hayati
jerami padi (Komar, 1984), misalnya; daya cerna jerami padi secara
invitronya meningkat dari 37% menjadi 73% suatu peningkatan sebesar 36
satuan persen atau dua kali lipat. Secara invivo meningkat antara 10-15%,
sedangkan daya cerna protein kasar cukup tinggi 25-45%, sedang yang
tanpa diolah daya cernanya nol.
Mengenai jumlah konsumsi terjadi peningkatan berkisar antara 30-
40% dibandingkan tanpa diolah. Terhadap komposisi kimia terjadi
peningkatan kadar protein kasar (N x 6,25) jerami, berkat adanya fiksasi
nitrogen selama proses amoniasi. Peningkatan kandungan protein kasar
berkisar antara 1,5-9%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2005), dengan
teknik amoniasi pertambahan bobot badan sapi Bali 531,75 gr/ekor/hari
lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi fermentasi starbio sekitar
460,25 gr/ekor/hari dan teknologi femientasi dengan trichoderma viridae
dengan pertambahan bobot kadar 456,35 gr/ekor/hari. Teknik amoniasi
18
adalah yang paling sederhana, bahan baku urea tersedia dimana-mana
sampai ke pedesaan, limbah jerami padi sebagai bahan baku tersebar
dimana-mana.
19
IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka hal-hal yang dapat disimpulkan
adalah:
1. Berbagai limbah jerami belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan
ternak, karena kandungan serat kasarnya sangat tinggi.
2. Kesulitan hijauan pakan ternak dapat dipenuhi dengan penggunaan
berbagai limbah jerami yang mana produksinya cukup melimpah setiap
tahunnya, namun karena nilai gizi limbah tersebut yang lebih rendah
dibandingkan hijauan, maka perlakuan awal secara fisik, kimia dan
biologi perlu diterapkan.
3. Dengan teknologi pakan yang diterapkan secara tepat pada limbah
jerami, mampu meningkatkan nilai gizi limbah tersebut untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternak, menuju peningkatan populasi dan produksi
ternak, serta untuk mengurangi polusi akibat limbah yang dapat merusak
lingkungan atau menciptakan kondisi yang ramah lingkungan.
4.2. Saran
Dari uraian di atas, maka hal-hal yang dapat disarankan sebagai
berikut:
1. Perlu adanya sosialisasi tentang pemanfaatan limbah jerami untuk pakan
ternak dengan intansi terkait khususnya Dinas Peternakan.
20
2. Teknologi amoniasi perlu didemontrasikan kepada peternak di pedesaan
agar dapat lebih mengerti dalam proses amoniasi tersebut.
3. Di dalam proses pengadaan dan pengolahan limbah jerami untuk pakan
ternak perlu diusahakan oleh badan swasta atau koperasi sehingga
ketersediaannya bahan tersebut dapat berlanjut sepanjang tahun.
Fase Pemotongan Jerami Untuk Pakan Ternak
20
2. Teknologi amoniasi perlu didemontrasikan kepada peternak di pedesaan
agar dapat lebih mengerti dalam proses amoniasi tersebut.
3. Di dalam proses pengadaan dan pengolahan limbah jerami untuk pakan
ternak perlu diusahakan oleh badan swasta atau koperasi sehingga
ketersediaannya bahan tersebut dapat berlanjut sepanjang tahun.
Fase Pemotongan Jerami Untuk Pakan Ternak
20
2. Teknologi amoniasi perlu didemontrasikan kepada peternak di pedesaan
agar dapat lebih mengerti dalam proses amoniasi tersebut.
3. Di dalam proses pengadaan dan pengolahan limbah jerami untuk pakan
ternak perlu diusahakan oleh badan swasta atau koperasi sehingga
ketersediaannya bahan tersebut dapat berlanjut sepanjang tahun.
Fase Pemotongan Jerami Untuk Pakan Ternak
21
DAFT AR PUSTAKA
Anon, 2002. Integrasi Ternak Sapi dengan Padi. Direktorat Jenderal BinaProduksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anon, 2002. Integrasi Ternak Pada Areal Tanaman Jagung. Direktorat JenderalBina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Haryanto, B. 2002. Pemanfaatan Limbah Jerami Pada Untuk Pakan Ternak danStrategi Pemberian Pakan Sapi Perah. Pusat Penelitian danPengembangkan Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Irawan Sugoro, 2003. Analisis Kualitas Jerami Padi Fermentasi Secara In-VitroProduksi Gas. Prosiding Bidang Pertanian, Petemakan, Pangan danIdentifikasi Mikroba. Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Badung.
Ibrahim, M.N.M. 1983. Physical, Chemical. Physico-Chemical and BiologicalTreatment of Crops Residnes, The Utilization of Filbroma TerincuralResidences The University of Melbourne.
Jayanegara, A. 1983. Tinjauan Ulang Mengenai Evaluasi Suplementasi PadaJerami Padi. Prosiding Seminar Pemanfaatan Limbah Pangan dan LimbahPertanian Untuk Makanan Temak. LIPI. Bandung.
Komar, 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak. YayasanDian Grahita Indonesia.
Lubis, 1984. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta.
Mastika, 1991. Potensi Limbah Pertanian dan Industri Pertanian sertaPemanfaatannya untuk Makanan Ternak. Fakultas Petemakan. UniversitasUdayana. Denpasar.
Sudana, I.B. 1995. Pengolahan dan Pemanfaatan Isi Rumen dalam PenangananLimbah-Limbah RPH. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
Suhardi Harjo, 1989. Biokonversi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. InstitutPertanian Bogor. IPB.
Sudana, I.B, 2004. Limbah untuk Pakan Ternak. Jurusan Nutrisi dan MakananTernak. Fakultas Peternakan Unud. Denpasar.
Utomo, R, S.P.S. Budhi dan Sukanto, 1991. Bahan Kering dan Bahan OrganikTercerna In-vitro Silase.
22
Jerami Padi yang Diberi Beberapa Aditif. Prosiding Pusat Penelitian danPengembangan Petemakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Widyawati, 2005. Penampilan Sapi Bali Penggemukan yang Diberi RansumBerbasis Jerami Padi dengan Amoniasik Urea, Fermentasi Starbio danTrichoderma Viridae, Ilmu Ternak Fak. Peternakan. Unud.
Wiryo Susanto, D,S. 1985. Petunjuk Teknologi Penggunaan Pemanfaatan Limbahdan Teknologi Pengolahan Jerami Padi Dengan Cara Amoniasi.Departemen Pertanian. Jakarta.
23