pemakaian partikel bahasa jawa di desa karaban kecamatan gabus ...

107
PEMAKAIAN PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI SKRIPSI disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Eka Yuliani NIM : 2601409007 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Satra Jawa Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Transcript of pemakaian partikel bahasa jawa di desa karaban kecamatan gabus ...

PEMAKAIAN PARTIKEL BAHASA JAWA

DI DESA KARABAN KECAMATAN GABUS

KABUPATEN PATI

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Eka Yuliani

NIM : 2601409007

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Satra Jawa

Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati telah disetujui oleh pembimbing untuk

diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 30 Juli 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Endang Kurniati, M.Pd. Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum.

NIP 196111261990022001 NIP 197805022008012025

ii

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi berjudul Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia

Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Semarang pada

hari : Kamis

tanggal : 1 Agustus 2013

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum.

NIP 196812151993031003 NIP 19651215199421001

Penguji I,

Drs. Widodo, M.Pd.

NIP 196411091994021001

Penguji II, Penguji III,

Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum. Dra. Endang Kurniati, M.Pd.

NIP 197805022008012025 NIP 196111261990022001

iii

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul

Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten

Pati ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik

sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2013

Eka Yuliani

NIM 2601409007

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Rasa Takut hanya akan membuatmu lemah dan kehilangan kepercayaan diri,

hadapilah rasa takut itu dan teruslah melangkah.” (Mario Teguh)

Persembahan:

Skripsi ini, saya persembahkan untuk Ibu,

bapak, adik, dan nenek yang menyemangatiku

dan menyertaiku dengan doa.

v

vi

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil‟alamin, matur nuwun Gusti ingkang akarya jagad,

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

skripsi berjudul Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan

Gabus Kabupaten Pati. Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Endang Kurniati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I yang telah sabar

membimbing dan mengarahkan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Ermi Dyah Kurnia, S.S., M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang selalu

sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

3. Drs. Widodo, M.Pd. yang berkenan sebagai penguji dalam sidang skripsi.

4. Warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang bersedia

menjadi informan.

5. Teman-teman senasib dan seperjuangan PBSJ 2009;

6. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa.

7. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

8. Rektor Universitas Negeri Semarang.

9. Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu

dalam proses penyusunan skripsi ini.

vi

vii

Kami ucapkan terima kasih atas semua doa, bimbingan, motivasi,

dorongan, dan dukungan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT melimpahkan

rahmat dan nikmat-NYA kepada pihak-pihak yang telah membantu dan semoga

dengan diselesaikannya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi kami

khususnya, dan semua pihak pada umumnya.

Semarang, Juli 2013

Penulis

vii

viii

ABSTRAK

Yuliani, Eka. 2013. Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra

Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I: Dra. Endang Kurniati, M.Pd., Pembimbing II: Ermi Dyah

Kurnia, S.S., M.Hum.

Kata Kunci: bentuk, distribusi, fungsi, partikel bahasa Jawa

Bentuk partikel yang dipakai oleh warga Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati bervariasi bila dilihat dari segi penutur. Letak variasi bentuk

partikel yang pada umumnya e [e] menjadi bentuk partikel lain, yaitu ek [Ʃ?] yang

dipengaruhi oleh penutur warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Selain itu, fungsi pemakaiannya juga bervariasi, bila dilihat dari distribusi dan

konteks yang menyertainya. Satu partikel yang sama dengan distribusi yang sama

mempunyai fungsi yang berbeda. Hal ini dikarenakan konteks yang menyertainya

berbeda.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengkaji bentuk, distribusi, dan

fungsi partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi

bentuk, distribusi, dan fungsi partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh warga Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu

pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan penelitian secara

teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dengan

teori fatis. Pendekatan penelitian secara metodologis yang digunakan dalam

penelitian ini berupa pendekatan deskriptif dan kualitatif. Lokasi penelitian berada

di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Data penelitian ini adalah

tuturan masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang diduga

terdapat bentuk partikel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik Simak Libat Cakap (SLC), teknik Simak Libat Bebas

Cakap (SLBC), teknik rekam, dan teknik catat. Data dianalisis menggunakan

teknik padan dan teknik agih. Hasil analisis data kemudian dipaparkan

menggunakan metode informal.

Hasil penelitian yang diperoleh berupa (1) bentuk partikel bahasa Jawa yang

dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terdapat

delapan belas bentuk partikel tunggal dan partikel campuran yang terdiri atas dua

macam yaitu partikel campuran yang terbentuk dari dua partikel dan dari tiga

partikel, (2) distribusi pemakaian partikel oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terletak di awal, akhir, awal dan tengah, awal

dan akhir, tengah dan akhir, serta awal-tengah-akhir, (3) fungsi partikel bahasa

Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yaitu untuk memulai

komunikasi, mempertahankan komunikasi, dan mengakhiri komunikasi.

viii

ix

SARI

Yuliani, Eka. 2013. Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra

Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I: Dra. Endang Kurniati, M.Pd., Pembimbing II: Ermi Dyah

Kurnia, S.S., M.Hum.

Tembung Pangrunut: bentuk, distribusi, fungsi, partikel bahasa Jawa

Wujude partikel kang dinggo warga Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati kuwi beda-beda. Bedane kuwi yaiku wujude partikel kang biasane

e [e] dadi ek [Ʃ?] manut panuture warga Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati. Sakliyane kuwi, fungsine partikel uga beda-beda yen dideleng

saka distribusi lan konteks ukarane. Sakpartikel, sakdistribusi bisa nduwe fungsi

kang beda jalaran konteks ukara kang beda uga.

Kanthi adhedhasar alesan kasebut, panaliten iki njlentrehake bentuk,

distribusi, lan fungsi partikel bahasa Jawa kang biasa dinggo warga Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Panaliten iki njlentrehake bentuk, distribusi,

lan fungsine partikel kang dienggo wong Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati.

Pendekatan kang digunakake ing panaliten iki ana rong werna, yakuwi

pendekatan teoretis lan metodologis. Pendekatan teoretis kang digunakake yakuwi

pendekatan struktural manut teori fatis. Pendekatan metodologis kang digunakake

yakuwi pendekatan deskriptif lan kualitatif. Papan kanggo panaliten ana ing Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Datane awujud guneman wong Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati kang dikira ana partikele. Data-data

kuwi diklumpukake kanthi cara teknik Simak Libat Cakap (SLC), teknik Simak

Libat Bebas Cakap (SLBC), teknik rekam, lan teknik catat. Yen data wis

nglumpuk, banjur dianalisis nganggo teknik padan lan teknik agih. Sabanjure,

asile dijlentrehake nganggo metodhe informal.

Asil panaliten iki awujud (1) bentuk partikel bahasa Jawa kang dinggo warga

Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati cacahe ana wolulas partikel

tunggal lan partikel campuran kang ana rong werna yaiku partikel campuran saka

rong partikel lan saka telung partikel, (2) distribusi partikel kang digunakake

warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ana ing ngarep ukara,

mburi ukara, ngarep lan tengah ukara, ngarep lan mburi ukara, tengah lan mburi

ukara, sarta ngarep-tengah-mburi ukara, (3) fungsi partikel bahasa Jawa ing Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yakuwi kanggo miwiti guneman,

netegake guneman, lan mungkasi guneman.

ix

x

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii

PERNYATAAN ............................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

PRAKATA .................................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... viii

SARI .............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR LAMBANG FONETIS DAN TANDA ...................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka........................................................................................ . 8

2.2 Landasan Teoretis................................................................................... 12

2.2.1 Kategori Fatis ...................................................................................... 12

2.2.2 Fungsi Fatis ......................................................................................... 13

2.2.3 Partikel Bahasa Jawa ........................................................................... 16

2.2.4 Distribusi Partikel ............................................................................... 17

2.2.5 Konteks ............................................................................................... 18

2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 19

x

xi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................ 22

3.2 Sumber Data ........................................................................................... 23

3.2.1 Data ..................................................................................................... 23

3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 24

3.3.1 Teknik Simak ...................................................................................... 25

3.3.2 Teknik Cakap ...................................................................................... 25

3.4 Teknik Analisis Data .............................................................................. 26

3.5 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data ................................................. 27

BAB IV PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN KECAMATAN

GABUS KABUPATEN PATI

4.1 Bentuk Partikel Bahasa Jawa yang Dipakai Oleh Masyarakat

Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ................................. 29

4.1.1 Bentuk Partikel Tunggal ..................................................................... 29

4.1.2 Bentuk Partikel Campuran .................................................................. 32

4.1.2.1 Bentuk Campuran Terdiri atas Dua Partikel .................................... 33

4.1.2.2 Bentuk Campuran Terdiri atas Tiga Partikel ................................... 35

4.2 Distribusi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ......................................................... 36

4.2.1 Partikel yang Terletak di Awal .......................................................... 36

4.2.2 Partikel yang Terletak di Akhir .......................................................... 37

4.2.3 Partikel yang Terletak di Awal dan Tengah ........................................ 37

4.2.4 Partikel yang Terletak di Awal dan Akhir .......................................... 38

4.2.5 Partikel yang Terletak di Tengah dan Akhir ....................................... 38

4.2.6 Partikel yang Terletak di Awal, Tengah, dan Akhir ........................... 43

4.3 Fungsi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ......................................................... 46

4.3.1 Memulai Komunikasi .......................................................................... 46

4.3.2 Mempertahankan Komunikasi ............................................................ 51

4.3.3 Mengakhiri Komunikasi ..................................................................... 57

xi

xii

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................................ 62

5.2 Saran ....................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63

LAMPIRAN .................................................................................................. 65

xii

xiii

DAFTAR LAMBANG FONETIS DAN TANDA

1. Daftar Lambang Fonetis

[a] : [aku] aku „saya‟

[ɔ] : [ɔnɔ] ana „ada‟

[e] : [edan] edan „gila‟

[ə] : [əmɔh] emoh „tidak mau‟

[ɛ] : [ɛsəm] esem „senyum‟

[i] : [iki] iki „ini‟

[I] : [arIt] arit „sabit‟

[u] : [ulɔ] ula „ular‟

[U] : [abUh] abuh „bengkak‟

[o] : [loro] loro „dua‟

[b] : [bɔsɔ] basa „bahasa‟

[c] : [cupət] cupet „sempit‟

[d] : [dadi] dadi „jadi‟

[ḍ] : [ḍewe] dhewe „sendiri‟

[g] : [gulu] gulu „leher‟

[h] : [hɔwɔ] hawa „udara‟

[j] : [jaran] jaran „kuda‟

[k] : [kali] kali „sungai‟

[ʔ] : [bapaʔ] bapak „bapak‟

[l] : [lali] lali „lupa‟

[m] : [mabUr] mabur „terbang‟

[n] : [nəsu] nesu „marah‟

[ŋ] : [ŋɔbɔŋ] ngobong „membakar‟

[ñ] : [ñamUʔ] nyamuk „nyamuk‟

[p] : [pupu] pupu „paha‟

[r] : [rai] rai „wajah‟

[s] : [sɔpɔ] sapa „siapa‟

xiii

xiv

[t] : [tandUr] tandur „tanam‟

[ṭ] : [ṭukUl] thukul „tumbuh‟

[w] : [watu] watu „batu‟

[y] : [yɛn] yen „kalau‟

2. Daftar Tanda

[……] : menunjukkan ejaan fonetis

„……‟ : alih bahasa Indonesia

xiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa. Bahasa

merupakan alat untuk berinteraksi atau alat untuk komunikasi, dalam arti, alat

untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Dalam hal ini,

fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik tertulis maupun lisan.

Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia, bahasa

dapat dikaji secara internal maupun eksternal.

Adapun kajian secara internal artinya pengkajian itu hanya dilakukan

terhadap struktur internal bahasa itu saja, seperti struktur fonologisnya, struktur

morfologisnya atau struktur sintaksisnya. Sebaliknya, kajian secara eksternal

berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar

bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di

dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.

Dalam kajian bahasa secara internal mencakup seluruh aspek atau

komponen kebahasaan yang ada sesuai dengan kenyataan pemakaian bahasa.

Komponen kebahasaan meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan

wacana. Fonologi, misalnya, mempunyai fonem sebagai objek telaah. Dalam

morfologi, mengkaji morf, morfem, dan alomorf. Bidang sintaksis meneliti kata,

frase, klausa, dan kalimat sebagai satuan analisisnya. Wacana merupakan satuan

yang ditelaah dalam bidang analisis wacana.

2

Dalam bidang sintaksis, Kridalaksana (1994:47) mengatakan bahwa

pembagian kelas kata dalam bahasa Indonesia ada tiga belas yaitu: verba,

adjektiva, nomina, pronominal, numeralia, adverbial, interogativa, demonstratif,

artikula, preposisi, konjungsi, interjeksi, dan kategori fatis. Menurutnya

(Kridalaksana 2005:116) kategori fatis merupakan ciri ragam lisan yang bertugas

untuk memulai, mempertahankan, mengukuhkan atau mengakhiri pembicaraan

antara penutur dan lawan penuturnya. Sebagian besar kategori fatis merupakan

ciri ragam bahasa lisan (non-standar) sehingga kebanyakan kalimat-kalimat non-

standar banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Hal ini menunjukkan bahwa kategori fatis berada dalam keanggotaan kelas

kata yang tidak bermakna apa-apa dalam komunikasi, melainkan memenuhi suatu

fungsi sosial serta membuat bahasa yang disampaikan komunikatif. Kridalaksana

(2005:116) membagi bentuk kategori fatis yang terdiri atas partikel, kata fatis, dan

frase fatis. Partikel dalam bahasa Jawa dibedakan menjadi partikel tunggal dan

partikel campuran.

Adapun partikel tunggal bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati yaitu partikel ek [Ʃ?] , misalnya pada tuturan apa ek [כpכ Ʃ?],

partikel tek, misalnya kuwe tek ngono? [kuwe te? ŋono] „kamu kok begitu‟,

partikel hare, misalnya iya hare [iyכ hare] yang bersinonim iya e [iyכ e]. Partikel

campuran misalnya, piye leh tek ngono? [piye lƩh te? ŋono].

Mengenai partikel tunggal yang ada di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati terdapat bentuk variasi, misalnya partikel hare [hare]. Variasi

partikel hare terdapat are [are] dan re [re]. Selain itu, partikel kok [ko?], misalnya

3

pada kalimat lho kok ngono? [lho ko? ŋono] dan kalimat gak ngono ok [ga? ŋono

o?]. Berdasarkan kedua kalimat tersebut terdapat variasi bentuk partikel kok [ko?]

yaitu kok [ko?] dan ok [o?].

Dalam pemakaian partikel tunggal, ada bentuk partikel yang berbeda bila

dilihat dari segi penutur, yaitu penutur yang sama-sama masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati dengan yang bukan warga desa tersebut, seperti

dalam tuturan (1) di bawah ini:

P1 : “Kathah Bu, ingkang pesen wonten mriki?”

„Banyak Bu, yang pesan disini?‟

P2 : “Okeh leh mbak…nek ape dadi nganten ngunu ku, akeh-akehe pesene

ya ning aku e.”

„Banyak mbak…kalau mau jadi pengantin kebanyakan pesannya

dengan Ibu.‟

P1 : “ehmmm dados nggih nampi bayak nganten nggih, Bu?”

„ehmmm jadi menerima pesan kebayak juga ya, Bu?‟

P2 : “Ya mbak…lha ki ana anakku sing ngiwangi, meh tak sekolahna

dhuwur, piye leh, wong wedok, ben njahit-njahit kono ngewangi

aku.”

„Ya mbak…ini ada anak saya yang membantu, maunya saya

sekolahkan yang tinggi, tetapi bagaimana ya, perempuan masalahnya

biar njahit saja bantu saya.‟

Tuturan di atas dilakukan oleh peneliti (warga Desa Tanjang) dengan Ibu

Warti, salah satu warga Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Berbeda dengan tuturan (2) di bawah ini:

(Di counter HP: sesama warga Desa Karaban)

P1 : “Tuku apa ek, Mas?”

„Beli apa, Mas?‟

P2 : “Ana perdana AS ora?”

„Ada perdana AS nggak?‟

P1 : “Ana ek, ki telungewunan.”

„Ada ni. Tigaribuan.‟

Berdasarkan tuturan (1) dan (2) dapat dilihat perbedaan pada partikel yang

digunakan antara yang bukan sesama warga Desa Karaban Kecamatan Gabus

4

Kabupaten Pati dengan sesama warga desa tersebut. Tuturan (1) merupakan

tuturan antara peneliti, salah satu warga Desa Tanjang dengan Ibu Warti, salah

satu warga desa Karaban, menggunakan partikel leh [lƩh] dan e [e], sedangkan

pada tuturan (2) yang merupakan sesama warga desa Karaban menggunakan

partikel ek [Ʃ?]. Disinilah letak variasi bentuk partikel yang pada umumnya e [e]

menjadi bentuk partikel lain, yaitu ek [Ʃ?] yang dipengaruhi oleh penutur.

Bila dilihat dari distribusinya, partikel di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati juga bervariasi. Ada partikel lak yang biasanya terletak di tengah

kalimat, misalnya takok mbake lak gak ntuk [tako? mba?e la? ga? ntU?]. Partikel

lek yang bisa berada di awal dan tengah kalimat, misalnya partikel lek yang

berada di awal kalimat lek ndang! [le? ndaƞ!] dan di tengah kalimat, misalnya

ndang digarap ben lek bar! [ndaƞ digarap ben le? bar!]. Bentuk partikel tersebut

ada yang tunggal terletak di tengah kalimat dan ada yang terletak di awal dan

tengah kalimat.

Menurut Wedhawati, dkk (2006:405) kalimat bahasa Jawa memiliki

struktur informasi yang bergatra-gatra. Setiap gatra memiliki pola intonasi

tertentu. Tiga macam gatra yang terpenting ialah

(1) Gatra pendahulu (antisipatori) yang berpola intonasi menaik ( )

(2) Gatra utama (fokal) yang berpola intonasi menaik dan akhirnya

menurun ( ), dan

(3) Gatra pelengkap (suplementer) yang berpola intonasi mendatar ( )

Gatra utama merupakan gatra yang mengandung berita utama. Setiap kalimat

bahasa Jawa setidaknya memiliki sebuah gatra utama. Gatra utama itu dapat

5

diawali dengan sebuah atau beberapa gatra pelengkap. Dalam hubungan dengan

itu, partikel sering berfungsi sebagai (unsur) pembentuk macam-macam gatra

yang dimaksud.

Namun, partikel dalam kalimat bisa membentuk macam-macam gatra yang

dimaksud secara jelas bila terdapat dalam suatu peristiwa tutur. Peristiwa tutur

adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih

yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok

tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu, seperti dalam tuturan di

bawah ini.

(Di counter HP: sesama warga Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati. Penutur menjaga counter dan kemudian datang mitra tutur

sebagai pembeli)

P1 : “Tuku apa ek, Mas?”

„Beli apa, Mas?‟

P2 : “Ana perdana AS ora?”

„Ada perdana AS nggak?‟

Partikel ek [ Ʃ? ] berdasarkan distribusinya terletak pada tengah kalimat.

Bila dilihat dari konteks tuturan, partikel ini mempunyai fungsi untuk memulai

pembicaraan. Berbeda dengan tuturan di bawah ini dengan partikel yang sama.

(Di toko: Penutur sedang duduk di teras rumahnya, kemudian datang mitra

tutur membawa jajan)

P1 : “Tuku apa maeng, Yu?”

„Beli apa tadi, Mbak?‟

P2 : “Ki ek tuku jajan.”(masuk ke dalam rumah)

„Ini lho beli jajan.‟

Partikel ek [ Ʃ? ] berdasarkan distribusinya juga terletak di tengah kalimat.

Bila dilihat dari konteks tuturan, partikel ini mempunyai fungsi mengakhiri

6

pembicaraan. Bentuk partikel ek [ Ʃ? ] yang biasanya berada di tengah kalimat

berfungsi untuk mengawali pembicaraan, tetapi ternyata dengan distribusi yang

sama bisa mempunyai fungsi yang berbeda. Berdasarkan dua contoh tuturan

tersebut, dapat diketahui bahwa bentuk partikel yang sama dengan distribusi yang

sama pula akan mempunyai fungsi yang berbeda bergantung pada konteks yang

menyertainya.

Jadi, bentuk partikel di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

bervariasi bila dilihat dari segi penutur. Selain itu, fungsi pemakaiannya juga

bervariasi, bila dilihat dari distribusi dan konteks yang menyertainya. Hal tersebut

yang menjadi alasan pemilihan pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini

sebagai berikut.

a) Bentuk partikel apa saja yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

b) Bagaimana distribusi pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

c) Bagaimana fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan

Gabus Kabupaten Pati?

7

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian

ini bertujuan untuk:

a) mendeskripsikan partikel yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati,

b) mendeskripsikan distribusi pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

c) mendeskripsikan fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan

Gabus Kabupaten Pati.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan kebahasaan tentang partikel

bahasa Jawa beserta pemakaiannya pada masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, serta dapat memperkaya khasanah

kepustakaan kebahasaan tentang kajian linguistik.

Secara praktis, penelitian ini memberikan manfaat dan masukan kepada

peneliti bahasa untuk meneliti partikel, selain partikel bahasa Jawa di Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Bagi pembaca, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat pengetahuan tentang pemakaian

partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

sebagai sarana penelitian.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian bahasa, khususnya partikel bahasa hingga saat ini merupakan

kajian menarik. Hal tersebut terbukti, masih banyaknya penelitian partikel

bahasa yang sifatnya melengkapi dan menguatkan hasil penelitian yang telah

ada.

Sebagai studi kajian pustaka dalam penelitian ini adalah telaah terhadap

hasil penelitian oleh beberapa peneliti, di antaranya penelitian yang dilakukan

oleh Sumarlam (2006), Setiyowati (2008), Sugiarto (2008), dan Prasetiyo

(2011).

Sumarlam (2006) dalam jurnalnya yang berjudul “Karakteristik

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Berita „Trang Sandyakala‟ di Stasiun

Televisi Terang Abadi” terdapat kategori fatis yang digunakan dalam ragam

lisan baku yaitu siaran berita Trang Sandyakala di TATV. Kategori fatis

tersebut berupa kata dan frasa. Kategori fatis berupa kata hanya ditemukan

satu kata yaitu nuwun „permisi‟. Kata nuwun „permisi‟ digunakan secara

konsisten oleh pembaca berita sebagai kata penutup pada setiap berita.

Kategori fatis tersebut berfungsi untuk mengakhiri seluruh siaran berita Trang

Sandyakala di TATV dan ditempatkan pada akhir siaran. Adapun kategori fatis

yang berupa frasa dalam siaran berita Trang Sandyakala di TATV

merepresentasikan ucapan terima kasih, ucapan selamat (sesuai dengan

8

9

kondisi saat berita disampaikan kepada pemirsa), ucapan selamat sore, dan

ucapan salam perpisahan.

Penelitian Sumarlam (2006) yang juga membahas tentang kategori fatis,

tetapi hanya mencakup kata dan frasa yang terdapat dalam tuturan bahasa

Jawa pada siaran berita. Dalam penelitiannya, tidak ditemukan partikel bahasa

Jawa karena objek yang dikaji adalah ragam baku, sedangkan partikel dalam

penelitian ini banyak digunakan dalam ragam tidak baku. Hal inilah yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian Sumarlam (2006). Bila dilihat

dari objek penelitiannya, objek penelitian Sumarlam (2006) berupa tuturan

siaran berita di televisi yang menggunakan ragam baku, sedangkan objek

penelitian ini berupa tuturan langsung yang terjadi di dalam masyarakat dan

merupakan ragam tidak baku. Dalam tuturan tersebut akan banyak muncul

partikel yang akan diteliti secara mendetail beserta fungsinya menurut

distribusi dan konteks yang menyertai.

Penelitian Setiyowati (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Interferensi

Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom

„piye ya?‟ Harian Suara Merdeka menemukan interferensi sintaksis yang

berupa pemakaiaan partikel bahasa Jawa yaitu kok, piye jal/piye to, lho, dan

to pada saat penutur berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Partikel-

partikel tersebut memiliki fungsi tergantung pada konteks pemakaiannya

dalam kalimat. Seperti, partikel kok digunakan oleh penutur untuk

menyatakan makna penegasan. Penggunaan partikel piye jal/piye to bahasa

Jawa digunakan oleh penutur untuk menyatakan pertanyaan. Partikel lho

10

digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna memastikan, sedangkan

penggunaan partikel to digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna

penegasan. Dalam hal ini, penutur menggunakan partikel untuk

mengungkapkan perasaan dan emosi yang ada pada dirinya.

Penelitian Setiyowati (2008) yang juga menyinggung tentang pemakaian

partikel bahasa Jawa dan fungsinya, tetapi hanya ditekankan pada kalimat

yang menyertai. Inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan oleh Setiyowati (2008). Pada penelitian ini, partikel beserta

fungsi pemakaiannya lebih ditekankan pada distribusi dan konteks yang

menyertai. Selain itu, objek penelitian oleh Setiyowati (2008) yaitu tuturan

yang terdapat dalam ragam tulis pada harian Suara Merdeka, sedangkan

penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah tuturan langsung yang

terdapat dalam masyarakat dan termasuk ragam lisan.

Sugiarto (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Partikel Fatis Si,

Li/Tli/Tuli, Be, Ko, Mbog, Jen/Jan, Nden dalam Bahasa Jawa Dialek

Banyumas di Purbalingga” memaparkan fungsi tujuh partikel bahasa Jawa

dialek Banyumas berdasarkan distribusi dan konteks yang menyertainya.

Dalam penelitiannya fungsi ketujuh partikel itu untuk memulai komunikasi,

mempertahankan komunikasi, dan mengakhiri komunikasi dengan penekanan

atau pernyataan yang berbeda-beda.

Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto adalah pemaparan

fungsi partikel dijelaskan secara mendetail berdasarkan distribusi dan konteks

yang menyertainya, tetapi kelemahannya hanya meneliti partikel tunggal,

11

tidak termasuk bentuk partikel campuran. Penelitian Sugiarto relevan dengan

penelitian ini karena mempunyai persamaan, salah satunya meneliti partikel

bahasa Jawa beserta fungsi pemakaiannya. Namun, perbedaannya terletak

pada objek kajian. Objek kajian Sugiarto berupa tuturan dialek Banyumas di

Purbalingga, sedangkan objek kajian penelitian ini tuturan masyarakat di Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang dominan menggunakan

dialek Pati.

Prasetiyo (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Status Kebahasaan

Jawa-Sunda dan Bilingualisme di Kabupaten Tangerang, Banten” juga

membahas penggunaan partikel pada isolek Jawa-Sunda di Kabupaten

Tangerang yang meliputi partikel tah, gah, geh, sih pada Bahasa Jawa di

Kabupaten Tangerang dan partikel tah, ja, jing, mah, jasa pada Bahasa Sunda

di Kabupaten Tangerang. Partikel tah digunakan sebagai penegas kata tanya,

partikel gah digunakan sebagai kata penjelas akibat perbuatan sesuatu, partikel

geh dan sih digunakan sebagai penjelas kata perintah. Partikel geh juga

digunakan sebagai makna penegasan, sedangkan partikel tah dalam bahasa

Sunda merujuk pada sesuatu atau sebagai penjelas dalam penunjukan dan juga

berfungsi sebagai penjelas dari akibat atau hasil sesuatu. Partikel ja digunakan

sebagai penjelas atas suatu penyangkalan, partikel jing digunakan sebagai

penjelas atas suatu perintah, partikel mah digunakan sebagai penegas, dan

partikel jasa digunakan sebagai penjelas jarak atau ukuran yang jauh atau

lama.

12

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyo (2011) juga menjelaskan

penggunaan partikel, tetapi lebih didasarkan pada fungsi sintaksisnya tanpa

memperhatikan distribusi dan konteks pemakaiannya. Hal tersebut yang

menjadikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prasetiyo (2011). Dilihat dari objek penelitiannya pun berbeda. Objek

penelitian oleh Prasetiyo (2011) yaitu tuturan masyarakat Jawa dan Sunda di

Kabupaten Tangerang, sedangkan objek penelitian ini berupa tuturan

masyarakat Jawa yang terdapat di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten

Pati.

2.2 Landasan Teoretis

Teori-teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan masalah

penelitian ini adalah (1) kategori fatis, (2) fungsi fatis, (3) partikel, (4)

distribusi partikel, dan (5) konteks.

2.2.1 Kategori Fatis

Malinowski memperkenalkan fatis untuk pertama kali dalam tulisannya

the problem of Meaning in Primitive Language dalam Ogden dan Richards

(1923:296) dengan istilah “Phatic Communion”, yaitu suatu ujaran yang

mengikat satu kesatuan yang diciptakan dengan pertukaran kata-kata belaka.

Dalam komunikasi tersebut kata-kata tidak membawa arti, melainkan

memenuhi suatu fungsi sosial. Komunikasi tersebut membentuk kontak sosial

dan sekaligus menjaganya, sehingga dapat dikatakan bahwa fatis berfungsi

untuk membentuk dan menjaga kontak atau hubungan sosial dalam

komunikasi.

13

Kridalaksana (2005:114-116) mengungkapkan bahwa kategori fatis

merupakan ragam bahasa lisan yang bertugas untuk memulai,

mempertahankan, mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan

bicara. Kategori fatis tidak dapat diucapkan dengan monolog dan biasanya

terdapat dalam konteks dialog atau wacana bersambutan, yaitu kalimat-

kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian kategori

fatis merupakan ciri ragam lisan yang nonstandar sehingga kebanyakan

kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat nonstandar yang banyak

mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori fatis

merupakan ragam bahasa lisan yang bertugas untuk memulai,

mempertahankan, mengukuhkan pembicaraan dengan tujuan memperlihatkan

rasa sopan santun antara penutur dan mitra tutur. Dalam ragam bahasa lisan

atau peristiwa tutur suatu dialek tertentu, dapat dijumpai pula pemakaian

bentuk-bentuk partikel dalam dialek tersebut.

2.2.2 Fungsi Fatis

Seperti halnya bahasa, kategori fatis yang termasuk dalam kelas kata

bahasa dan terdapat dalam suatu komunikasi tentu mempunyai fungsi.

Menurut Jakobson (1980:81) terdapat enam faktor yang menentukan berkaitan

dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Keenam faktor tersebut

adalah addresser (pengirim pesan), addressee (penerima pesan), context

(konteks), message (pesan), contact (kontak), dan code (kode). Unsur utama

komunikasi adalah pengirim, pesan dan penerima. Konteks, kontak, dan kode

14

merupakan unsur penunjang. Unsur pengirim, penerima, dan kontak

merupakan unsur yang berhubungan dengan topik pembicaraan.

Jakobson (1980:81), membuat skema enam faktor dalam komunikasi

verbal yang dikaitkan dengan fungsi bahasa. Skemanya adalah sebagai

berikut.

CONTEXT

(referensial)

MESSAGE

(poetic)

ADDRESSER ADDRESSEE

(emotive) (conative)

CONTACT

(phatic)

CODE

(metalingual)

Gambar 1. Skema hubungan Enam Faktor Komunikasi Verbal dengan

Fungsi Bahasa (Jakobson 1980:81)

Setiap faktor dalam komunikasi verbal saling berhubungan. Namun,

menurut Jakobson (1980:82) dalam suatu peristiwa komunikasi kemungkinan

muncul satu faktor atau lebih yang dianggap dominan. Dominasi itulah

kemudian yang melahirkan fungsi bahasa. Menurut Jakobson (1980:82),

ujaran yang penekannya pada acuan atau konteks (context) mempunyai fungsi

referensial (referensial). Jika penekanan ujaran pada pengirim pesan

(addresser), ujaran tersebut berfungsi emotif (emotive) atau fungsi ekspresif.

Ujaran yang berorientasi kepada penerima pesan (addressee) mempunyai

15

fungsi konatif (conative). Fungsi konatif bahasa terdapat dalam kalimat

perintah (Jakobson 1980:83).

Jika sebuah ujaran menekankan pada kontak (contact), yang dihasilkan

adalah fungsi fatis bahasa (phatic). Fungsi fatis bahasa biasanya berfungsi

untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi, untuk

memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian

lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan (Jakobson

1980:84). Fungsi puitis (poetic) bahasa terjadi bila suatu ujaran penekanannya

pada pesan (message) yang disampaikan. Fungsi metabahasa (metalingual)

adalah fungsi bahasa yang penekanannya pada (code).

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan keenam fungsi

bahasa menurut Jakobson (1980: 81-86) adalah sebagai berikut.

(1) Fungsi referensial bahasa (referensial), jika peristiwa komunikasi

banyak diisi oleh informan tentang acuan. Fungsi bahasa ini muncul

bila komunikasi bersifat menjelaskan sebuah peristiwa dan keadaan.

(2) Fungsi ekspresif/ emotif bahasa (expressive/emotive), jika peristiwa

komunikasi didominasi oleh pengirim dengan menampakkan hal-ihwal

yang bersangkutan dengan pribadi pembicara.

(3) Fungsi konatif bahasa (impressive atau conative), jika peristiwa

komunikasi didominasi oleh harapan agar si penerima pesan berubah

atau melakukan sesuatu setelah komunikasi terjadi.

(4) Fungsi fatis bahasa (phatic), jika penekanan komunikasi lebih

diarahkan pada bagaimana sebuah komunikasi dibangun. Fungsi

16

bahasa ini muncul ketika pengirim ingin memulai komunikasi,

menjaga alur komunikasi dan juga untuk memutuskan komunikasi.

(5) Fungsi puitik bahasa (poetic), jika yang ditekankan adalah bentuk dari

pesan yang hendak disampaikan.

(6) Fungsi metabahasa (metalingual) muncul jika komunikasi membahas

penggunaan bahasa untuk menjelaskan bahasa.

Menurut Leech (1977:50) terdapat lima fungsi bahasa adalah sebagai

berikut.

(1) Fungsi informatif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat menyampaikan

informasi.

(2) Fungsi ekspresif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat mengekspresikan

sikap dan perasaan penutur.

(3) Fungsi direktif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat mempengaruhi sikap

atau perilaku orang lain.

(4) Fungsi estetis, yaitu fungsi bahasa untuk kepentingan bahasa sebagai

seni.

(5) Fungsi fatis, yaitu fungsi bahasa untuk membuka dan menjaga jalur

komunikasi berkesinambungan atau agar hubungan sosial baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi fatis adalah untuk memulai

komunikasi, menjaga alur komunikasi dan juga untuk memutuskan

komunikasi agar hubungan sosial baik.

17

2.2.3 Partikel Bahasa Jawa

Kridalaksana (2005:116) membagi bentuk kategori fatis atas partikel, kata

fatis, dan frase fatis. Penelitian ini membahas partikel bahasa Jawa. Dalam

bahasa Jawa terdapat partikel tunggal dan partikel campuran. Adapun

pengertian partikel menurut Sudaryanto (1992:121) ialah satuan lingual yang

secara bentuk menyerupai afiks, tetapi pelakunya bebas sebagaimana kata

pada umumnya. Pendapat lain mengenai partikel diungkapkan oleh

(Kridalaksana 2008:174) yang menyatakan bahwa partikel adalah kata yang

biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan yang mengandung

makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal.

Suatu kata bisa disebut partikel bila memenuhi ciri-ciri pada umumnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Subroto dkk (1991: 43) yang menyebutkan

ciri-ciri umum kelas kata yang disebut partikel sebagai berikut.

1) Keanggotaannya terbatas dan merupakan kelas kata yang tertutup. Oleh

karena merupakan kelas tertutup.

2) Partikel tidak dapat dijadikan dasar atau alas bagi pembentukan kata lebih

lanjut, kecuali dalam kasus transposisi.

3) Partikel pada umumnya tidak mempunyai arti leksis yang jelas. Arti

partikel kebanyakan baru menjadi jelas apabila ditempatkan dalam

konteks frasa atau kalimat.

4) Partikel tidak menjadi pusat (center) dalam konstruksi frasa endosentrik

atributif atau tidak pernah menjadi sumbu (exis) dalam konstruksi frasa

eksosentrik.

18

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partikel

bahasa Jawa merupakan kata atau satuan lingual bahasa Jawa yang biasanya

tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan dan mengandung makna

gramatikal.

2.2.4 Distribusi Partikel

Menurut Kridalaksana (1994:116), ada bentuk fatis yang terdapat di awal

kalimat, di tengah kalimat, dan ada pula yang berada di akhir kalimat.

Rachmat dalam Sutami (Ed.) (2005:21), menambahkan bahwa partikel,

khususnya dalam Bahasa Jawa memiliki distribusi di awal, tengah atau akhir

ujaran.

Dalam distribusinya, partikel dapat muncul dalam kalimat deklaratif,

introgatif, dan imperatif. Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung

maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur (Rahardi 2005:74). Kalimat

introgatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu

kepada mitra tutur, sedangkan kalimat imperatif adalah kalimat yang

menggunakan maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan

sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur (Rahardi 2005:76 dan 79). Jadi,

distribusi partikel bisa muncul di awal, tengah, dan akhir ujaran baik dalam

kalimat deklaratif, introgatif, dan imperatif.

2.2.5 Konteks

Dalam peristiwa tutur tak lepas dari konteks yang menyertainya. Menurut

Kridalaksana (2008:134), konteks mempunyai dua definisi. Pengertian

19

konteks yang pertama yaitu aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang

berkaitan dengan ujaran tertentu. Pengertian konteks yang kedua, yaitu

pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar, sehingga

pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara.

Konteks menurut Mulyana (2005:21) ialah situasi atau latar terjadinya

suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan

terjadinya suatu pembicaraan/dialog. Segala sesuatu yang berhubungan

dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun

informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi

peristiwa tuturan itu.

Menurut Hartono (2000:213), konteks mempunyai fungsi yang sangat

penting di dalam pemakaian bahasa karena semua pemakaian bahasa

mempunyai konteks. Dalam pemakaian bahasa, konteks dapat menentukan

makna dan maksud suatu ujaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks

merupakan situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi yang dapat

menentukan makna dan maksud pemakaian bahasa oleh penutur dan mitra

tutur.

2.3 Kerangka Berpikir

Pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati bervariasi bila dilihat dari segi penutur. Selain itu, fungsi

pemakaiannya juga bervariasi, bila dilihat dari distribusi dan konteks yang

menyertainya. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang akan

20

dikemukakan dalam penelitian ini yaitu mengenai bentuk partikel bahasa Jawa

yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten

Pati dan pemakaiannya berdasarkan distribusi dan konteks yang menyertai.

Teori yang digunakan untuk menemukan deskripsi permasalahan tersebut

yaitu pandangan Kridalaksana (2005:114) yang mengatakan bahwa fatis

adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, mengukuhkan, atau

mengakhiri pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan teoretis berupa pendekatan

struktural dengan teori fatis yang mencakup kategori fatis, fungsi fatis,

partikel, distribusi partikel, dan konteks dan pendekatan metodologis berupa

pendekatan deskriptif dan pendekatan kualitatif.

Sumber data yang digunakan berupa tuturan pada masyarakat Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Data tersebut diperoleh dengan

menggunakan metode simak dan metode cakap. Metode simak meliputi teknik

Simak Libat Cakap (SLC), teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik

rekam, dan teknik catat. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis

dengan metode padan dan agih. Analisis hasil penelitian diharapkan dapat

mendeskripsikan bentuk partikel bahasa Jawa beserta fungsi pemakaiannya

yang terdapat di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Berikut

adalah skema kerangka berpikir dalam penelitian ini.

21

KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian Pemakaian Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Latar Belakang Masalah

Bentuk partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati bervariasi dari segi penutur. Selain itu, fungsi

pemakaiannya pun bervariasi bila dilihat dari segi distribusi dan

konteks yang menyertainya.

Teori

1. Kategori Fatis

1.1 fungsi fatis

1.2 partikel

1.3 distribusi partikel

1.4 konteks

Masalah

1. Bentuk partikel apa saja yang digunakan oleh masyarakat Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

2. Bagaimana distribusi pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

3. Bagaimana fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan

Gabus Kabupaten Pati?

Metode Penelitian:

Pendekatan:

1. Pendekatan Teoretis

2. Pendekatan Metodologis

Pengumpulan data dengan

metode simak dan cakap

Analisis data dengan

metode padan dan agih

Penyajian data dengan

menggunakan metode

informal Hasil Penelitian:

1. Bentuk partikel tunggal

2. Distribusi pemakaian

partikel bahasa Jawa

3. Fungsi pemakaian partikel

bahasa Jawa

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu

pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan penelitian secara

teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dengan

teori fatis. Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini menganalisis bentuk,

distribusi, dan fungsi partikel dalam tataran sintaksis pada peristiwa tutur. Teori

yang digunakan yaitu pandangan Kridalaksana (2005:114) yang mengatakan

bahwa fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan,

mengukuhkan, atau mengakhiri pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.

Pendekatan penelitian berikutnya adalah pendekatan secara metodologis.

Pendekatan penelitian secara metodologis yang digunakan dalam penelitian ini

berupa pendekatan deskriptif dan kualitatif. Pendekatan deskriptif merupakan

pendekatan yang berupaya mengungkapkan pemakaian partikel secara apa

adanya. Pendekatan selanjutnya yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

digunakan dalam penelitian ini karena data yang dikumpulkan bukan berupa

angka-angka, tetapi berupa kata-kata, sehingga penelitian ini tidak menggunakan

perhitungan maupun prosedur statistik lainnya.

22

23

3.2 Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahasa yang

digunakan oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang

di dalamnya diduga terdapat partikel bahasa Jawa. Penelitian ini membutuhkan

beberapa informan sebagai narasumber dalam pengumpulan data. Informan dalam

penelitian ini adalah masyarakat asli Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten

Pati.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi beberapa

kriteria di antaranya, 1) warga asli Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten

Pati, 2) menggunakan bahasa Jawa dalam pergaulan sehari-hari, 3) pembatasan

usia (antara 17-60 tahun), 4) sehat jasmani dan rohani, dan 5) tidak memiliki

kendala wicara.

3.2.1 Data

Data penelitian ini adalah tuturan yang diduga terdapat bentuk partikel yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Data

yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dipindah ke dalam kartu data. Kartu

data merupakan transkip percakapan yang di dalamnya terdapat partikel secara

bentuk, distribusi, dan fungsi berdasarkan konteks yang menyertai. Kartu data

yang telah disusun kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Bentuk kartu yang

digunakan adalah sebagai berikut.

24

(1) No Data:

(2) Tanggal:

(3) Sumber Data:

(4) Konteks:

(5) Data:

(6) Analisis

Gambar 3. Contoh kartu data

Keterangan:

(1) Kolom pertama berisi nomor data yang akan dianalisis.

(2) Kolom kedua berisi waktu pengumpulan data.

(3) Kolom ketiga berisi data informan.

(4) Kolom keempat berisi konteks peristiwa tutur.

(5) Kolom keenam berisi analisis data.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode simak dan metode cakap, seperti yang dilakukan oleh Sudaryanto

(1993:15), dinamakan metode simak karena dilakukan dengan menyimak, yaitu

menyimak penggunaan bahasa, sedangkan metode cakap adalah metode

pengumpulan data yang berupa percakapan atau kontak langsung antara peneliti

dengan penutur selaku sumber data.

25

3.3.1 Metode Simak

Dalam metode simak terdapat metode Simak Libat Cakap (SLC), metode

Simak Libat Bebas Cakap (SLBC), metode rekam, dan metode catat. Metode

simak bebas libat cakap merupakan metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini. Dalam proses pengambilan data peneliti tidak berpartisipasi

dalam percakapan, peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga kewajaran dari tuturan yang dilakukan tersebut.

Penggunaan metode ini dilakukan bersamaan dengan metode rekam, yakni

perekaman terhadap tuturan yang terjadi dengan alat bantu rekam kamera digital.

Selanjutnya, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode

catat. Metode catat ini berfungsi untuk mentranskrip data sesudah perekaman

tersebut dilakukan. Data tersebut kemudian dipindahkan ke dalam kartu data

untuk dikelompokkan berdasarkan jenisnya agar mempermudah dalam

pengolahan data. Data yang telah dikelompokkan merupakan data yang

berhubungan dengan bentuk, distribusi, dan fungsi partikel yang dipakai oleh

masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

3.3.2 Metode Cakap

Pemakaian metode cakap dapat disejajarkan dengan metode wawancara,

karena metode ini dalam pelaksanaannya melibatkan peneliti dan sumber data.

Dalam penelitian ini metode cakap diterapkan dengan menggunakan 1) metode

cakap semuka, 2) metode rekam, dan 3) metode catat seperti yang dilakukan oleh

Mahsun. Metode cakap semuka, yakni peneliti melakukan percakapan langsung

dengan sumber data. Percakapan tersebut diarahkan untuk memperoleh data

26

sebanyak-banyaknya. Dengan metode tersebut peneliti dapat dengan mudah

mendapatkan informasi dan data pendukung yang tidak ditemukan di lapangan.

Dalam hal ini narasumber atau informan sadar dan mengetahui bahwa dirinya

diwawancara. Penggunaan metode ini dilakukan untuk mengetahui faktor atau

unsur-unsur lain yang tidak terdapat pada tuturan yang terjadi.

Metode rekam dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan metode

cakap semuka. Metode ini digunakan untuk merekam semua percakapan yang

terjadi. Dalam penggunaan metode ini membutuhkan alat bantu rekam berupa

kamera digital. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisis hasil

percakapan. Setelah percakapan tersebut dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan

metode catat, yaitu mencatat semua hasil percakapan yang berhubungan dengan

pemakaian partikel pada masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten

Pati. Pencatatan tersebut digunakan untuk mempermudah dalam penyusunan dan

analisis data yang akan dilakukan.

3.4 Metode Analisis Data

Tahap analisis data dalam penelitian bahasa dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu metode padan dan metode agih seperti yang dilakukan oleh Sudaryanto.

Metode padan, alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari

bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode ini terdiri dari beberapa sub jenis

berdasarkan alat penentu yaitu, 1) bahasa atau referent bahasa, 2) organ wicara, 3)

bahasa lain, 4) tulisan, dan 5) mitra wicara. Dalam penelitian ini penentu yang

digunakan adalah mitra wicara, yaitu mitra tutur sebagai penentu pemilihan

27

partikel yang digunakan dalam sebuah komunikasi. Metode padan digunakan

dalam penelitian ini sebagai metode untuk menganalisis bentuk partikel yang

digunakan oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Metode yang kedua yaitu metode agih, Metode agih alat penentunya berupa

bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu yang dipakai

dalam penelitian ini adalah partikel yang digunakan oleh masyarakat Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Dalam penelitian ini metode agih

digunakan untuk meneliti distribusi dan fungsi pemakaian partikel masyarakat

Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dengan langkah-langkah

sebagai berikut.

a. Mengelompokkan data tuturan penggunaan partikel berdasarkan bentuknya.

b. Mengelompokkan data tuturan penggunaan partikel berdasarkan

distribusinya.

c. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan fungsi partikel yang digunakan

masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati berdasarkan

konteksnya.

3.5 Metode Pemaparan Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dibedakan menjadi dua, yaitu metode formal dan

metode informal. Hasil analisis data penelitian ini disajikan menggunakan metode

informal, yakni dengan mendeskripsikan data berupa bahasa Jawa dari penutur

asli masyarakat Desa Karaban Desa Gabus Kabupaten Pati kemudian disajikan

28

menggunakan tata bahasa Jawa baku yang disempurnakan dan dilaporkan dalam

bentuk bahasa Indonesia. Penggunaan metode informal dimaksudkan agar dalam

mendeskripsikan bentuk, distribusi, dan fungsi partikel menjadi lebih runtut dan

rinci, sehingga mudah untuk diserap dan dipahami oleh pembaca.

29

BAB IV

PARTIKEL BAHASA JAWA DI DESA KARABAN

KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai: 1)

bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, 2) distribusi partikel bahasa Jawa di Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, dan 3) fungsi partikel bahasa Jawa di

Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

4.1 Bentuk Partikel Bahasa Jawa yang Dipakai Oleh Masyarakat Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati

Bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati dalam peristiwa tutur berupa partikel tunggal

dan campuran.

4.1.1 Bentuk Partikel Tunggal

Terdapat delapan belas bentuk partikel tunggal bahasa Jawa yang dipakai

oleh masyarakat Kecamatan Gabus Kabupaten Pati secara umum. Bentuk partikel

tersebut adalah a [a], ah [ah], dhak [ḍa?]/ ndhak [nḍa?], e [e], go [gO], hare

[hare], jek e [je? e], kok [kO?]/ ok [O?], lah [lah], lak [la?], leh [lƩh], lek [le?],

mbok [mbO?], no [no], tah [tah], thek [ṭe?]/ atek [ate?], kan [kan], dan si [si].

Namun, di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ditemukan partikel

yang berbeda pengucapannya, seperti pada partikel e [e] menjadi ek [Ʃ?], leh [lƩh]

menjadi [lhƩh], dan thek [ṭe?] menjadi atek [ate?]. Selain itu, ditemukan pula

29

30

perbedaan pemakaian pada tingkat pendidikan, misalnya partikel kan [kan] dan

si [si] lebih banyak dipakai oleh penutur yang berpendidikan tinggi serta usia

tujuh belas ke atas. Secara keseluruhan partikel yang dipakai oleh masyarakat

Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati hampir sama dengan masyarakat

Pati pada umumnya. Pemakaian dalam kalimat adalah sebagai berikut.

(1) Ana wong sing wis diambung a Sih, nuangis Sih.

[.wOŋ sIŋ wIs diambUŋ a SIh, nuaŋIs SIh כnכ]

„Ada orang yang dicium a Sih, nangis dia Sih.‟ (Data 2)

(2) Pangan kuwe ah moh aku!

[Paŋan kuwe ah mOh aku! ]

„Makan kamu ah nggak mau aku!‟ (Data 15)

(3) Diowok-owok ngko dhak campur sembarang ndhengah?

[DiOwO?-OwO? ŋko ḍa? campUr sǝmbaraŋ nḍeŋah?]

„Dirusak nanti dhak tercampur dengan apa saja?‟ (Data 3)

(4) Ki ndhak wis pendaftaran, Mbak?

[Ki nḍa? wIs penḍaftaran, mba?]

„Ini ndhak sudah pendaftaran, Mbak?‟ (Data 12)

(5) Rehan ek ngono?

[Rehan Ʃ? ŋono?]

„Rehan ek begitu?‟ (Data 3)

(6) Tukokna minyak kayak kuwe go, Mbak!

[TukO?nכ miña? kכyכ? kuwe gO, mba?!]

„Belikan minyak seperti punyamu go, Mbak!‟ (Data 15)

(7) Lho lapis hare moh.

[Lho lapIs hare mOh.]

„Lho lapis hare nggak mau.‟ (Data 15)

(8) Gak ndhenger are.

[Ga? nḍǝŋǝr are.]

31

„Tidak tahu are.‟ (Data 9)

(9) Jek e maksudem apa?

[Je? e ma?sUdǝm כpכ ?]

„Jek e maksudmu apa?‟ (Data 23)

(10) Atise ngene kok kipasan.

[Atise ŋene kO? kipasan.]

„Dingin seperti ini kok kipasan.‟ (Data 21)

(11) Angil ning kono ok.

[Aŋil nIŋ kono O?.]

„Susah disana ok.‟ (Data 12)

(12) Lah sukur malah apik nek wis isa ngarit.

[Lah sOkOr malah apI? nƩ? wIs isכ ŋarIt.]

„Lah sukur malah bagus kalau udah bisa ngambil rumput.‟ (Data 29)

(13) Njenengan lak stand by wonten mriki terus, Pak?

[Njǝnǝŋan la? stƩn be wOntǝn mriki tǝrUs, Pa?]

„Kamu lak stand by di sini terus, Pak?‟ (Data 10)

(14) Apa jenenge leh, ning Ngantru, malah ora dadi.

[.jǝnǝŋe lƩh, nIŋ Ŋantru, malah ora dadi כpכ]

„Apa namane leh, di Ngantru, malah tidak jadi.‟ (Data 7)

(15) Kathah, tapi nek pas ana lowongan lek pas sing dhaptar biasane peminate

kurang mberah.”

[Kaṭah, tapi nƩ? pas כnכ lOwOŋan le? pas sIŋ ḍaptar biasane peminate kuraŋ

mbǝrah.]

„Banyak, tapi kalau saat ada lowongan lek tepat yang daftar biasanya

peminatnya kurang banyak.‟ (Data 14)

(16) Mbok ya sinau sing mempeng ben lulus!

[MbO? yכ sinau sIŋ mǝmpǝŋ bƩn lulus!]

„Mbok belajar yang rajin supaya lulus!‟ (Data 25)

(17) Ning Jetak ra isa no?

32

[NIŋ Jǝṭa? ra isכ no?]

„Di Jetak tidak bisa no?‟ (Data 7)

(18) Ora isa dicagerna nek wong iku tah.

[ora isכ dicagǝrnכ nƩ? wOŋ iku tah.]

„Tidak bisa diharapkan kalau orang itu tah.‟(Data 7)

(19) Thek ora mbek pangan gena lapis?

[ṭe? ora mbe? paŋan genכ lapis ?]

„Thek nggak kamu makan kenapa lapis?‟ (Data 15)

(20) Murah atek.”

[Murah ate?.]

„Murah atek.‟ (Data 16)

(21) Tapi kan kathah, Pak.

[Tapi kan kaṭah, Pa?]

„Tapi kan banyak Pak.‟ (Data 14)

(22) Ya gak si ngepas piket, nek gak piket ya gak.

[Yכ ga? si ŋǝpas pikƩt, nƩ? ga? pikƩt yכ ga?.]

„Ya tidak si kebetulan ada piket, kalo tidak piketnya tidak.‟(Data 10)

Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh pemakaian partikel oleh

Masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang berbentuk

tunggal.

4.1.2 Bentuk Partikel Campuran

Bentuk partikel campuran yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terdiri atas dua partikel dan tiga partikel.

Bentuk partikel campuran terdiri atas dua partikel, yaitu (lak, thek); (dhak,

a.);(kok, ah);(si, leh);(kok, go); (thek, leh); (ah, dhak) ; (ek, lek ) ; (kan,a); (ndhak

33

an) dan bentuk partikel campuran terdiri atas tiga partikel, yaitu (dhak, lek, kok);

(lek an, ok); (jek e, ah, kok); (lek en, kok); (dhak, lah, thek), seperti dalam kalimat

berikut.

4.1.2.1 Bentuk Campuran Terdiri atas Dua Partikel

(1) Lha aku lak ngene lha lapo thek nangis ngunu ku.

[Lha aku lak ŋene lha lapO ṭe? naŋIs ŋunu ku.]

„Lha aku lak gini lha ngapain thek nangis gitu.‟ (Data 6)

Kalimat (1) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel lak dan thek.

(2) Dhak iku a.

[ḍa? iku a.]

„Dhak itu a.‟ (Data 7)

Kalimat (2) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel dhak dan a.

(3) Hare ntek 70 kok ra kenek ah.

[Hare ntƩ? 70 kO? ra kǝnƩ? ah.]

„Katanya habis 70 kok tidak ada ah.‟ (Data 7)

Kalimat (3) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel kok dan ah.

(4) Turu Gas turu, bingung men si nggatekna kuwe leh.

[Turu Gas turu, biŋUŋ mǝn si ŋgtƩ?nכ kuwe lƩh.]

„Tidur Gas tidur, pusing banget si, memperdulikan kamu leh.‟ (Data 8)

Kalimat (4) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel si dan leh.

(5) Iya lha wong ciruk kok ra entuk ngono go.

[Iyכ lha wOŋ ciru? kO? ra ǝntU? ŋono gO.]

34

„Iya lha dekat kok tidak dapat gitu go.‟ (Data 9)

Kalimat (5) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel kok dan go.

(6) Thek wani kuwe leh, Ka?

[ṭe? wani kuwe lƩh, Ka?]

„Thek berani kamu leh, Ka?‟ (Data 9)

Kalimat (6) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel thek dan leh.

(7) Aja ngene ah dhak loru!

[!ŋene ah ḍa? lOru כjכ]

„Jangan gini ah dhak sakit!‟ (Data 9)

Kalimat (7) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel ah dan dhak.

(8) Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok.

[Mandah kǝbusǝ? kulכ Ʃ? maǝŋ ape takO? le? rene pas takO?.]

„Malah terhapus saya ek tadi mau tanya lek ke sini tanya.‟ (Data 11)

Kalimat (8) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel ek dan lek.

(9) Nek pendidikan kan angil a mbak ndhek mben.

[NƩ? pǝnḍiḍikan kan aŋil a mba? nḍƩ? mbƩn.]

„Kalau pendidikan kan susah a mbak dulu.‟ (Data 12)

Kalimat (9) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel kan dan a.

(10) Sabun whitening iki sabun papaya ndhak an?

[SabUn waitǝniŋ iki sabUn papaya nḍa? an ?]

„Sabun whitening ini sabun papaya ndhak an?‟ (Data 12)

35

Kalimat (10) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel ndhak dan an.

Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh pemakaian partikel yang

berbentuk campuran yang terdiri atas dua partikel oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

4.1.2.2 Bentuk Campuran Terdiri atas Tiga Partikel

(11) Watuke, ya jeh watuke ngekel, lek an apa mangan sosis barang, dikandhani

ra nggatek ok.

[Watu?e, yכ jeh watu?e ŋǝkǝl, le? an כpכ maŋan sosIs baraŋ, dikanḍani ra

ŋgatƩ? O?.]

„Batuknya ya masih, lek an apa makan sosis juga, dibilangin tidak percaya

ok.‟ (Data 9)

Kalimat (11) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel lek, an dan ok.

(12) Dhak iya lek mangkat kana kok!

[ḍa? iyכ le? maŋkat kכnכ kO?!]

„Dhak ya lek berangkat sana kok!‟ (Data 1)

Kalimat (12) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel dhak, lek, dan kok.

(13) Jek e aja linggih pupuku ah loru kok!

[Je? e כjכ liŋgIh pupuku ah lOru kO?!]

„Jek e, jangan duduk di paha saya ah sakit kok!‟ (Data 9)

Kalimat (13) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel jek e, ah, dan kok.

(14) Wong kene lho Prenggan, kene lek en sikile kene ki nyeret kok, aboh.

[WOŋ kene lho Prǝŋgan, kene le? ǝn sikile kene ki ñƩrƩt kO?, abOh.]

36

„Orang sini lho Prenggan, sini lek en kakinya ini terseret kok. bengkak.‟ (Data

19)

Kalimat (14) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel lek, en dan kok.

(15) Tangane tugel san ben ra nduwe tangan kabeh dhak lah thek.

[Taŋane tugǝl san bƩn ra nduwe taŋan kabƩh ḍa? lah ṭe?.]

„Tangannya patahin saja biar tidak punya tangan semua dhak lah thek.‟ (Data

20)

Kalimat (15) merupakan contoh pemakaian bentuk partikel campuran antara

partikel dhak, lah dan thek.

Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh pemakaian partikel yang

berbentuk campuran yang terdiri atas tiga partikel oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

4.2 Distribusi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati

Pemakaian partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati berdasarkan distribusinya dapat terletak di (1) awal, (2) akhir, (3)

awal dan tengah, (4) awal dan akhir, (5) tengah dan akhir, (6) awal, tengah, dan

akhir, seperti dalam kalimat berikut.

4.2.1 Partikel yang Terletak di Awal

Partikel yang terletak di awal kalimat yaitu mbok, seperti dalam kalimat

berikut.

Mbok dijarna ae!

[MbO? dijarnכ ae!]

„Mbok dibiarin saja!‟ (Data 25)

37

Partikel mbok terletak di awal kalimat.

4.2.2 Partikel yang Terletak di Akhir

Partikel yang terletak di akhir kalimat yaitu no, seperti dalam kalimat

berikut.

Ning Jetak ra isa no?

[NIŋ Jǝṭa? ra isכ no ?]

„Di Jetak tidak bisa no?‟ (Data 7)

Partikel no terletak di akhir kalimat.

4.2.3 Partikel yang Terletak di Awal dan Tengah

Partikel yang terletak di awal dan di tengah kalimat yaitu lak dan lek.

4.2.3.1 Partikel lak

Berdasarkan distribusinya, partikel lak bisa terletak di awal dan di tengah

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Lak 30 ngko Ka?

[La? 30 ŋko Ka?]

„Lak 30 nanti Ka?‟ (Data 21)

b. Njenengan lak stand by wonten mriki terus, Pak?

[Njǝnǝŋan la? sǝtƩn be wOntǝn mriki tǝrUs, Pa?]

„Kamu lak stand by di sini terus, Pak?‟ (Data 10)

Kalimat 1(a) merupakan contoh pemakaian partikel lak yang terletak di awal

kalimat, sedangkan kalimat 1(b) contoh pemakaian partikel lak yang terletak di

tengah kalimat.

4.2.3.2 Partikel lek

Berdasarkan distribusinya, partikel lek bisa terletak di awal dan di tengah

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

38

a. Lek kon lapo ngono lho aku, Mbah?

[Le? kOn lapO ŋono lho aku, Mbah?]

„Lek suruh ngapain saya, Mbah?‟ (Data 28)

b. Lho bar ka kene ngko lek anake melok rene.

[Lho bar kכ kene ŋko le? ana?e melO? rene.]

„Lho habis dari sini nanti lek anaknya ikut kesini‟ (Data 22)

Kalimat 2(a) merupakan contoh pemakaian partikel lek yang terletak di awal

kalimat, sedangkan kalimat 2(b) contoh pemakaian partikel lek yang terletak di

tengah kalimat.

4.2.4 Partikel yang Terletak di Awal dan Akhir

Partikel yang terletak di awal dan di akhir kalimat yaitu tah, seperti dalam

kalimat berikut.

a. Tah nek mbek isikna sisan ben gak sah tuku.

[Tah nƩ? mbe? isI?nכ sisan bƩn ga? sah tuku.]

„Tah kalau kamu isikan sekalian biar tidak usah beli.‟ (Data 27)

b. Ora iso dicagerna nek wong iku tah.

[Ora isכ dicagǝrnכ nƩ? wOŋ iku tah.]

„Tidak bisa diharapkan kalau orang itu tah.‟ (Data 9)

Kalimat (a) merupakan contoh pemakaian partikel tah yang terletak di awal

kalimat, sedangkan kalimat (b) contoh pemakaian partikel tah yang terletak di

akhir kalimat.

4.2.5 Partikel yang Terletak di Tengah dan Akhir

Partikel yang terletak di tengah dan akhir kalimat yaitu a, ah, ek, go, hare/

are, leh, kan, dan si.

39

4.2.5.1 Partikel a

Berdasarkan distribusinya, partikel a bisa terletak di tengah dan di akhir

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Mbak aku nonton kalunge a, Mbak!

[Mba? aku nOntOn kaluŋe a, Mba?!]

„Mbak, saya liat kalungnya a, Mbak!‟ (Data 12)

b. Sarjono ika ya dibruk a?

[SarjOnO ikכ yכ dibrU? a ?]

„Sarjono itu ya di tambah tanah lagi a? (Data 19)

Kalimat 1 (a) merupakan contoh pemakaian partikel a yang terletak di tengah

kalimat, sedangkan kalimat 1 (b) contoh pemakaian partikel a yang terletak di

akhir kalimat.

4.2.5.2 Partikel ah

Berdasarkan distribusinya, partikel ah bisa terletak di tengah dan di akhir

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Bidan kene ku ah awakku dha loru sirahku ngelu.

[Bidan kene ku ah awa?ku ḍa lOru sirahku ŋǝlu.]

„Bidan sini tu ah badanku sakit kepalaku pusing.‟ (Data 21)

b. Anake, pakane e ra tau ning kene ah.

[Ana?e, pa?ane e ra tau nIŋ kene ah.]

„Anaknya, bapaknya saja gak pernah kesini ah.‟ (Data 22)

Kalimat 2 (a) merupakan contoh pemakaian partikel ah yang terletak di tengah

kalimat, sedangkan kalimat 2 (b) contoh pemakaian partikel ah yang terletak di

akhir kalimat.

40

4.2.5.3 Partikel ek

Berdasarkan distribusinya, partikel ek bisa terletak di tengah dan di akhir

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Boten wonten ek, Mbak.

[MbOtǝn wOntǝn Ʃ?, Mba?.]

„Tidak ada ek mbak.‟ (Data 13)

b. Nggih ek.

[ŋgIh Ʃ?.]

„Ya ek.‟ (Data 11)

Kalimat 3 (a) merupakan contoh pemakaian partikel ek yang terletak di tengah

kalimat, sedangkan kalimat 3 (b) contoh pemakaian partikel ek yang terletak di

akhir kalimat.

4.2.5.4 Partikel go

Berdasarkan distribusinya, partikel go bisa terletak di tengah dan di akhir

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Sing iku go botol sing gedhi sisan Victoria apa pa!

[SIŋ iku gO bOtOl sIŋ gǝḍi sisan vi?tOria כpכ pכ!]

„Yang itu go botol yang besar sekaliyan Victoria atau apa.!‟ (Data 15)

b. Ngumbe akeh go!

[ŋumbe akƩh gO!]

„Minum yang banyak go!‟ (Data 15)

Kalimat 4 (a) merupakan contoh pemakaian partikel go yang terletak di tengah

kalimat, sedangkan kalimat 4 (b) contoh pemakaian partikel go yang terletak di

akhir kalimat.

41

4.2.5.5 Partikel hare/ are

Berdasarkan distribusinya, partikel hare/ are bisa terletak di tengah dan di

akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Haiya wonge ngguyu hare kon ndi roh aku pas ndheke rapat ika.

[Haiyכ wOŋe ŋguyu hare kOn ndi rOh aku pas nḍe?e rapat ikכ.]

„Haiya orangnya tertawa hare darimana liat aku ketika dia rapat dulu.‟

(Data 14)

b. Gak ndhenger are.

[Ga? nḍǝŋǝr are.]

„Tidak tahu are.‟ (Data 9)

Kalimat 5 (a) merupakan contoh pemakaian partikel hare/ are yang terletak di

tengah kalimat, sedangkan kalimat 5 (b) contoh pemakaian partikel hare/ are yang

terletak di akhir kalimat.

4.2.5.6 Partikel leh

Berdasarkan distribusinya, partikel leh bisa terletak di tengah dan di akhir

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. He piye leh, Han?

[He piye lƩh, Han?]

„He gimana leh, Han?‟ (Data 3)

b. Sirahe ditambal-tambal maeng lapo leh?

[Sirahe ditambal-tambal maǝŋ lapO lƩh?]

„Kepalanya diperban tadi kenapa leh?‟ (Data 24)

Kalimat 6 (a) merupakan contoh pemakaian partikel leh yang terletak di tengah

kalimat, sedangkan kalimat 6 (b) contoh pemakaian partikel leh yang terletak di

akhir kalimat.

42

4.2.5.7 Partikel kan

Berdasarkan distribusinya, partikel kan bisa terletak di tengah dan di akhir

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Kapuk sini kan usahane sedaya kapuk, Mbak.

[KapU? sini kan usahane sǝdכyכ kapU?, Mba?.]

„Kapuk sini kan usahanya semuanya kapuk mbak.‟ (Data 14)

b. Lha Plumbungan ku roh kan?

[Lha Plumbuŋan ku rOh kan?]

„Lha Plumbungan itu lihat kan?‟ (Data 20)

Kalimat 7 (a) merupakan contoh pemakaian partikel kan yang terletak di

tengah kalimat, sedangkan kalimat 7 (b) contoh pemakaian partikel kan yang

terletak di akhir kalimat.

4.2.5.8 Partikel si

Berdasarkan distribusinya, partikel si bisa terletak di tengah dan di akhir

kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Ya gak si ngepas piket, nek gak piket ya gak.

[Yכ ga? si ŋǝpas pikƩt, nƩ? ga? pikƩt yכ ga?.]

„Ya gak si kebetulan piket, kalau gak piket ya gak.‟ (Data 10)

b. Ya ogak si.

[Yכ oga? si.]

„Ya gak si‟ (Data 12)

Kalimat 8 (a) merupakan contoh pemakaian partikel si yang terletak di tengah

kalimat, sedangkan kalimat 8 (b) contoh pemakaian partikel si yang terletak di

akhir kalimat.

43

4.2.6 Partikel yang Terletak di Awal, Tengah, dan Akhir

Partikel yang terletak di awal, tengah, dan akhir kalimat yaitu dhak/ ndhak,

jek e, kok/ ok, lah, dan thek/ atek.

4.2.6.1 Partikel dhak/ ndhak

Berdasarkan distribusinya, partikel dhak/ ndhak bisa terletak di awal, di

tengah, dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Ndhak kulak ning Semarang he e, Mbak?

[nḍa? kula? nIŋ Sǝmaraŋ he e, Mba?]

„Ndhak ngambil dari Semarang, ya, Mbak?‟ (Data 12)

b. Pak Mul dhak lor Pak Mul?

[Pa? MUl ḍa? lOr Pa? MUl?]

Pak Mul dhak utara Pak Mul?‟ (Data 14)

c. Melu bareng Karyono saksataran dhak?

[MƩlu barǝŋ KaryOnO sa?sataran ḍa?]

„Ikut bareng karyono satu sataran dhak?‟ (Data 18)

Kalimat 1 (a) merupakan contoh pemakaian partikel ndhak/ dhak yang terletak

di awal kalimat, kalimat 1 (b) merupakan contoh pemakaian partikel ndhak/ dhak

yang terletak di tengah kalimat, dan kalimat 1 (c) merupakan contoh pemakaian

partikel ndhak/ dhak yang terletak di akhir kalimat.

4.2.6.2 Partikel jek e

Berdasarkan distribusinya, partikel jek e bisa terletak di awal, di tengah,

dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Jek e maksudem apa?

[Je? e ma?sUdǝm כpכ?]

„Jek e maksudmu apa?‟ (Data 23)

44

b. Gena jek e klambinem isa ambune ra enak?

[Genכ je? e klambinǝm isכ ambune ra ena?]

„Kenapa jek e bajumu bisa baunya tidak enak?‟ (Data 23)

c. Aja ngene jek e!

[!ŋene je? e כjכ]

„Jangan begini jek e!‟ (Data 9)

Kalimat 2 (a) merupakan contoh pemakaian partikel jek e yang terletak di awal

kalimat, kalimat 2 (b) merupakan contoh pemakaian partikel jek e yang terletak di

tengah kalimat, dan kalimat 2 (c) merupakan contoh pemakaian partikel jek e yang

terletak di akhir kalimat.

4.2.6.3 Partikel kok/ ok

Berdasarkan distribusinya, partikel kok/ ok bisa terletak di awal, di tengah,

dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Kok saged kapuk niku, Pak?

[KO? sagǝd kapU? niku, Pa?]

„Kok bisa kapuk itu, Pak?‟ (Data 13)

b. Atise ngene kok kipasan.

[Atise ŋene kO? kipasan.]

„Dingin seperti ini kok kipasan.‟ (Data 21)

c. Angil ning kono ok.

[Aŋil nIŋ kono O?.]

„Susah di sana ok.‟ (Data 12)

Kalimat 3 (a) merupakan contoh pemakaian partikel kok/ ok yang terletak di

awal kalimat, kalimat 3 (b) merupakan contoh pemakaian partikel kok/ ok yang

terletak di tengah kalimat, dan kalimat 1 (c) merupakan contoh pemakaian partikel

kok/ ok yang terletak di akhir kalimat.

45

4.2.6.4 Partikel lah

Berdasarkan distribusinya, partikel lah bisa terletak di awal, di tengah, dan

di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Lah ndheke maeng ape mbarengi.

[Lah nḍe?e maǝŋ ape mbarǝŋi.]

„Lah dia tadi mau bareng.‟ (Data 29)

b. Terusane nggantheng ngono ya lah aku ngono.

[Tǝrusane ŋganṭǝŋ ŋono yכ lah aku ŋono.]

„Kalau ganteng gitu ya lah aku begitu.‟ (Data 6)

c. Ya lumayan lah.

[Yכ lumayan lah.]

„Ya lumayan lah.‟ (Data 12)

Kalimat 4 (a) merupakan contoh pemakaian partikel lah yang terletak di awal

kalimat, kalimat 4 (b) merupakan contoh pemakaian partikel lah yang terletak di

tengah kalimat, dan kalimat 4 (c) merupakan contoh pemakaian partikel lah yang

terletak di akhir kalimat.

4.2.6.5 Partikel thek/ atek

Berdasarkan distribusinya, partikel thek/ atek bisa terletak di awal, di

tengah, dan di akhir kalimat, seperti dalam kalimat berikut.

a. Thek nangis gena?

[ṭe? naŋIs genכ?]

„Thek menangis kenapa?‟ (Data 26)

b. Lha thek diweki dilah ngaglak ku nggo apa?

[Lha ṭe? diwe?i dilah ŋagla? ku ŋgo כpכ?]

„ Lha thek dikasih lampu segala buat apa?‟ (Data 19)

c. Murah atek, Yul.

46

[Murah ate?, Yul.]

„Murah atek, Yul.‟ (Data 16)

Kalimat 5 (a) merupakan contoh pemakaian partikel thek/ atek yang terletak di

awal kalimat, kalimat 5 (b) merupakan contoh pemakaian partikel thek/ atek yang

terletak di tengah kalimat, dan kalimat 5 (c) merupakan contoh pemakaian partikel

thek/ atek yang terletak di akhir kalimat.

4.3 Fungsi Partikel Bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati

Fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten

Pati yaitu untuk (1) memulai komunikasi, (2) mempertahankan komunikasi, dan

(3) mengakhiri komunikasi.

4.3.1 Memulai Komunikasi

Partikel bahasa Jawa yang mempunyai fungsi untuk memulai komunikasi

yaitu jek e, mbok, thek, a, dhak, kok, go, dan leh.

4.3.1.1 Partikel jek e

Partikel jek e biasanya digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut

contoh memulai komunikasi dengan partikel jek e.

KONTEKS: SAAT MAU MASUK RUMAH, BAGAS MENGHALANG-

HALANGI EKA.

Eka : “Jek e maksudem apa?”

[je? e ma?sUdǝm כpכ]

„Jek e maksudmu apa?‟

Bagas : “Lapo-lapo mbak, hahaha”

[LapO-lapO mba?, hahaha]

„Apa-apa mbak, hahaha

(Data 23)

47

Tuturan “Jek e maksudem apa?” merupakan kalimat interogatif yang

menyatakan kekesalan penutur terhadap lawan tutur yang menghalangi pintu

masuk. Kemunculan partikel jek e [je? e] di awal kalimat interogatif berfungsi

untuk memulai komunikasi dengan cara menunjukkan kekesalan.

4.3.1.2 Partikel mbok

Selain partikel jek e, partikel mbok biasanya juga digunakan untuk

memulai komunikasi. Berikut contoh memulai komunikasi dengan partikel mbok.

KONTEKS: SAKIMAH MELIHAT PUTRI MERENGEK-RENGEK

KARENA DIGODA BAGAS DI RUMAH.

Sakimah : “Mbok dijarna ae! Wong kok usil. Nangis ku lho!”

[mbo? dijarnכ ae! WOŋ kO? usil. NaŋIs ku lho!]

„Mbok dibiarin saja! Orang kok usil. Nangis tu lho!”

Bagas : “Apa? Mbeng-mbeng ah.”

[.mbƩŋ-mbƩŋ ah כpכ]

„Apa? (Mbeng-mbeng=sebutan untuk orang yang suka nangis)

(Data 25)

Tuturan “Mbok dijarna ae!” merupakan kalimat imperatif yang menyatakan

perintah penutur kepada lawan tutur untuk membiarkan saja supaya tidak

menangis. Kemunculan partikel mbok [mbo?] di awal kalimat imperatif berfungsi

untuk memulai komunikasi dengan cara menekankan perintah.

4.3.1.3 Partikel thek

Partikel thek juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut contoh

memulai komunikasi dengan partikel thek.

KONTEKS: AMBAR MELIHAT IQBAL MENANGIS DI RUMAH.

Ambar : “Thek nangis geno?”

[ṭe? naŋIs geno]

„Thek menangis kenapa?‟

Iqbal : “Layanganku pedhot, Buk. (sambil menangis)

48

[Layaŋanku pǝḍOt, Bu?.]

„Layanganku putus, Buk.‟

(Data 26)

Tuturan “Thek nangis geno?” merupakan kalimat interogatif yang

menyatakan keingintahuan penutur yang menyebabkan lawan tutur menangis.

Kemunculan partikel thek [ṭe?] di awal kalimat interogatif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

4.3.1.4 Partikel a

Partikel a biasanya juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut

contoh memulai komunikasi dengan partikel a.

KONTEKS: EKA INGIN MELIHAT BENTUK-BENTUK KALUNG DI

TOKO ACSESSORIS.

Eka : “Mbak aku nonton kalunge a mbak!”

[mba? aku nonton kaluŋe a mba?!]

„Mbak, saya liat kalungnya a mbak!‟

Sheila : “He e kalunge ning nggek kana.”

[He e kaluŋe nIŋ ŋge? kכnכ.]

„iya di sebelah sana.‟

(Data 12)

Tuturan “Mbak aku nonton kalunge a mbak!” merupakan kalimat imperatif.

Kalimat imperatif tersebut menyatakan cara untuk menghaluskan perintah penutur

untuk mengambilkan kalung yang diinginkannya. Kemunculan partikel a [a] di

tengah kalimat imperatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara

menghaluskan perintah.

4.3.1.5 Partikel dhak

Partikel dhak biasanya juga digunakan untuk memulai komunikasi.

Berikut contoh memulai komunikasi dengan partikel dhak.

49

KONTEKS: DI BALAI DESA, PAK SUKARWI BERTANYA KEPADA

EKA.

Sukarwi : “Pak Mul dhak lor Pak Mul?”

[Pa? MUl ḍa? lor Pa? MUl?]

„Pak Mul dhak utara Pak Mul?‟

Eka :“Kula kan RT gangsal menawi Pak Mul RT sekawan a.”

[Kulכ kan RT gaŋsal mǝnawi Pa? MUl RT sǝkawan a.]

„Saya kan RT lima kalau Pak Mul RT empat a.‟

(Data 14)

Tuturan “Pak Mul dhak lor Pak Mul?” merupakan kalimat interogatif yang

menyatakan keingintahuan Pak Sukarwi tentang keberadaan rumah Eka.

Kemunculan partikel dhak [ḍa?] di tengah kalimat interogatif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

4.3.1.6 Partikel kok

Partikel kok biasanya juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut

contoh memulai komunikasi dengan partikel kok.

KONTEKS: EKA MENEGUR SAKIMAH DI RUMAH.

Eka : “Atise ngene kok kipasan.”

[Atise ŋene ko? kipasan]

„dingin seperti ini kok kipasan.‟

Sakimah : “Ndhek bengi atise nyekukluk.”

[nḍƩ? bǝŋi atise ñǝkuklU?]

„tadi malam dingin sekali.‟

(Data 21)

Tuturan “Atise ngene kok kipasan.” merupakan kalimat deklaratif yang

menyatakan teguran atau peringatan kepada lawan bicara. Kemunculan partikel

kok [ko?] terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menekankan teguran atau peringatan.

50

4.3.1.7 Partikel go

Partikel go biasanya juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut

contoh memulai komunikasi dengan partikel go.

KONTEKS: SAKIMAH MENGELUH PUSING DI RUMAH.

Bagas : “Ngumbe akeh go!”

[ŋUmbe akƩh go!]

„Minum yang banyak go!‟

Sakimah : “Ho kon ngumbe.”

[Ho kOn ŋUmbe]

„Ho disuruh minum.‟

Bagas : “Kandhani ok kurang ngumbe ngunu ku.

[Kanḍani O? kuraŋ ŋUmbe ŋunu ku.]

„dibilangin ok kurang minum kayak gitu itu.‟

(Data 15)

Tuturan “Ngumbe akeh go!” merupakan kalimat imperatif yang menyatakan

pemberian saran kepada Sakimah untuk banyak minum air putih supaya tidak

pusing. Kemunculan partikel go [go] di akhir kalimat imperatif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan cara memberi saran.

4.3.1.8 Partikel leh

Partikel leh biasanya juga digunakan untuk memulai komunikasi. Berikut

contoh memulai komunikasi dengan partikel leh.

KONTEKS: DI TUKANG SAYUR, SAKIMAH MELIHAT ANAK

DENGAN HANSAPLAST DI DAHINYA.

Sakimah : “Sirahe ditambal-tambal maeng lapo leh?”

[sirahe ditambal-tambal maǝŋ lapo lƩh]

„Kepalanya diperban tadi kenapa leh?‟

Endang : “Bar tiba, Mbah.”

[Bar tibכ, Mbah.]

„Habis jatuh, Mbah‟

(Data 24)

51

Tuturan “Sirahe ditambal-tambal maeng lapo leh?” merupakan kalimat

interogatif yang menyatakan keingintahuan penutur mengenai sebab kepala anak

kecil itu diperban. Kemunculan partikel leh [lƩh] di akhir kalimat interogatif

berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

4.3.2 Mempertahankan Komunikasi

Partikel bahasa Jawa yang mempunyai fungsi untuk mempertahankan

komunikasi yaitu tah, lak, lek, ek, kan, go, si, are, dan no.

4.3.2.1 Partikel tah

Partikel tah biasanya digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel tah.

KONTEKS: DI RUMAH, BAGAS MINTA UANG.

Bagas : “Kek i dhuwik a Mbak nggo tuku pulsa.”

[KƩ? i ḍuwI? a Mba? ŋgo tuku pulsa.]

„Kasih uang a Mbak buat beli pulsa.‟

Eka : “Cepet men ntek leh.”

[Cǝpǝt mǝn ntƩ? lƩh.]

„Cepat banget habis leh.‟

Bagas :“Tah nek mbek isikna sisan ben gak sah tuku.”

[tah nƩ? mbƩ? isI?nכ sisan bƩn ga? sah tuku]

„Tah kalau kamu isikan sekalian biar tidak usah beli.‟

Eka : “Ya ah. Kok medhuk kuwe!”

[Yכ ah. KO? mǝḍu? kuwe]

„Ya ah. Kok enak banget kamu!‟

(Data 27)

Tuturan “Tah nek mbek isikna sisan ben gak sah tuku” merupakan kalimat

deklaratif yang menyatakan harapan penutur agar dibelikan pulsa sekalian.

Kemunculan partikel tah [tah] di awal kalimat deklaratif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menunjukkan pengharapan.

52

4.3.2.2 Partikel lak

Partikel lak biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel lak.

KONTEKS: PERCAKAPAN SAKIMAH DAN EKA DI RUMAH.

Sakimah : “Nek Sukini hare kon nong prakitan hare, suntik iku ya ning

prakitan Nyi nek lara. Lak 30 ngko, Ka?”

[NƩ? Sukini hare kOn nOŋ prakitan hare, suntI? iku yכ nIŋ

prakitan ñi nƩ? lכrכ. La? 30 ŋko, Ka]

„Katanya Sukini katanya di prakitan hare, suntik itu ya di prakitan

Nyi jika sakit. Lak 30 nanti Ka?‟

Eka : “Haha. Ngunu ku lah ya ngenteni ora lara, Mbah.”

[Haha. Ŋunu ku lah yכ ŋǝntƩni ora lכrכ, Mbah]

„Haha. kayak gitu lah ya menunggu tidak sakit, Mbah.‟

(Data 15)

Tuturan Lak 30 ngko Ka?” merupakan kalimat interogatif yang menyatakan

pertanyaan. Kemunculan partikel lak [la?] di awal kalimat interogatif berfungsi

untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan pertanyaan.

4.3.2.3 Partikel lek

Partikel lek biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel lek.

KONTEKS: MARSIJAH MINTA TOLONG KEPADA SAKIMAH DI

RUMAHNYA.

Marsijah : “Mbok sesuk tulung aku diiwangi ya, Mbok?”

[MbO? sesU? tuluŋ aku diiwaŋi yכ, MbO?]

„Mbok besok tolong bantuin saya ya, Mbok?‟

Sakimah : “Lek kon lapo ngono lho aku mbah? Wis ana wong akeh ngono

kok.”

[Le? kon lapo ŋono lho aku mbah? wIs כnכ wOŋ akƩh ŋono kO?]

„Lek suruh ngapain saya mbah? Sudah ada banyak orang.‟

Marsijah : “Ya iwangi mangan mangan ta apa.” (tertawa)

[Yכ iwaŋi maŋan maŋan ta כpכ.]

„Ya bantuin makan makan atau apa.‟

(Data 28)

53

Tuturan “Lek kon lapo ngono lho aku mbah?” merupakan kalimat

interogatif yang menyatakan penolakan secara halus kepada Marsijah bahwa

Sakimah keberatan kalau disuruh bantu-bantu Marsijah. Kemunculan partikel lek

[le?] di awal kalimat interogatif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi

dengan cara menekankan penolakan secara halus.

4.3.2.4 Partikel ek

Partikel ek biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel ek.

KONTEKS: DI BALAI DESA, SUMINI MAU MINTA STEMPEL.

Sumini : “Pak inggi wonten, Pak?”

[Pa? iŋgi wOntǝn, Pa?]

„Pak kepala desa ada, Pak?‟

Munadi : “Mboten wonten ek mbak.”

[Mbotǝn wontǝn Ʃ? mba?]

„tidak ada ek mbak.‟

Sumini : “Halah wonge ra ana neh ngene kok.”

[Halah wOŋe ra כnכ nƩh ŋene kO?]

„halah orangnya tidak ada lagi gini kok.‟

(Data 13)

Tuturan “Mboten wonten ek mbak.” merupakan kalimat deklaratif yang

menyatakan pembuktian kalau pak kepala desa memang sedang tidak ada di

tempat. Kemunculan partikel ek [Ʃ?] terletak di tengah kalimat deklaratif

berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan

pembuktian.

4.3.2.5 Partikel kan

Partikel kan biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel kan.

54

KONTEKS: PERCAKAPAN ANTARA EKA DAN PAK MUNADI DI

BALAI DESA.

Eka : “Kok saged kapuk niku, Pak?”

[kO? sagǝd kapU? niku, Pa?]

„kok bisa kapuk itu pak?‟

Munadi : “Kapuk sini kan usahane sedaya kapuk, Mbak.”

[kapU? sini kan usahane sǝdכyכ kapU? Mba?]

„kapuk sini kan usahanya semuanya kapuk, Mbak.‟

(Data 14)

Tuturan “Kapuk sini kan usahane sedaya kapuk mbak.” merupakan kalimat

deklaratif yang menekankan pembuktian Munadi kepada Eka bahwa memang

usaha di Karaban itu kapuk. Kemunculan partikel kan [kan] di tengah kalimat

deklaratif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan

pembuktian.

4.3.2.6 Partikel go

Partikel go biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel go.

KONTEKS: BAGAS MENYODORKAN WADAH PARFUM UNTUK DIISI

ULANG DI RUMAH.

Eka : “Iki gak isa a Gas cilik-cilik ok.”

[iki ga? isכ a Gas cili?-cili? O?]

„Ini tidak bisa a, Gas. Kecil-kecil ok.‟

Sakimah : “Nek gak isa nggonku ya gak isa.”

[NƩ? ga? isכ ŋgOnku yכ ga? isכ]

„Kalau tidak bisa punyaku ya tidak bisa.‟

Eka : “Sing iku go botol sing gedhi sisan Victoria apa pa!”

[SIŋ iku go botol sIŋ gǝḍi sisan Vi?toria כpכ pכ]

„Yang itu go botol yang besar sekaliyan Victoria atau apa.!‟

(Data 15)

Tuturan “Sing iku go botol sing gedhi sisan Victoria apa pa!” merupakan

kalimat imperatif yang memaksa dengan memberi saran Sakimah untuk

55

menggunakan botol yang besar sekalian. Kemunculan partikel go [go] di tengah

kalimat imperatif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara

pemaksaan dengan memberi saran.

4.3.2.7 Partikel si

Partikel si biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel si.

KONTEKS: PERCAKAPAN EKA DAN SHEILA DI TOKO.

Eka : “Balane Tutik ki berati nganu ya, kok gak pengin nganu nglanjutke

mbak, ya penak kerja ya mbak ya?”

[Balane Tuti? ki bǝrati ŋanu yכ kO? ga? peŋIn ŋanu ŋlanjUtke mba?, yכ

pena? kerjכ ya mba? yכ]

„temannya Tutik berarti nganu ya, kok gak pengin anu melanjutkan mbak,

ya enak kerja ya mbak ya?‟

Sheila :“Ya ogak si.”

[Yכ oga? si]

„Ya gak si.‟

Eka : “Rencana meh neruske ana, kira-kira pengin ning ndi mbak?”

[Rǝncana mƩh nǝrUske כnכ, kirכ-kirכ peŋIn nIŋ ndi, Mba?]

„Rencana mau nerusin ada, kira-kira ingin ke mana, Mbak?‟

(Data 12)

Tuturan “Ya ogak si.” merupakan kalimat deklaratif yang menekankan

bantahan Sheila kepada lawan bicaranya bahwa dia tidak sependapat dengan Eka

yang enak kerja daripada harus kuliah. Kemunculan partikel si [si] di akhir

kalimat deklaratif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara

menekankan bantahan.

4.3.2.8 Partikel are

Partikel are biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel are.

KONTEKS: EKA SEDANG BERBINCANG-BINCANG DENGAN

SURATNI DI TERAS.

56

Suratni : “Mboke Jalipah ndhenger ra kuwe?”

[MbO?e Jalipah nḍǝŋǝr ra kuwe]

„Ibunya Jalipah tidak tahu kamu?‟

Eka : “Gak ndhenger are.”

[Ga? nḍǝŋǝr are]

„Tidak tahu are.‟

Suratni : “Omah kulone etane mak Jasemi ku ah, Omah kulone tipake omahe

Yuem Tarni.”

[Omah kulOne etane ma? Jasǝmi ku ah, Omah kulOne tipa?e omahe Yuǝm

Tarni]

„sebelah timur rumahnya Mak Jasemi tu ah, rumah baratnya rumah

mbakmu Tarni.‟

(Data 9)

Tuturan “Gak dhenger are.” merupakan kalimat deklaratif yang menyatakan

bantahan kepada Suratni bahwa Eka benar-benar tidak tahu rumah ibunya Jalipah.

Kemunculan partikel are [are] di akhir kalimat deklaratif yang berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan bantahan.

4.3.2.9 Partikel no

Partikel no biasanya juga digunakan untuk mempertahankan komunikasi.

Berikut contoh mempertahankan komunikasi dengan partikel no.

KONTEKS: PERCAKAPAN EKA DAN SULASTRI TENTANG SERVICE

HP DI RUMAH SULASTRI.

Eka : “Apa jenenge leh, ning Ngantru, malah ora dadi”

[jǝnǝŋe lƩh, nIŋ ŋantru, malah ora dadi כpכ]

„Apa namane leh, di Ngantru, malah tidak jadi‟

Sulastri : “Ning Jetak ra iso no?”

[NIŋ Jǝṭa? ra iso no]

„Di Jetak tidak bisa no?‟

Eka : “Ning Jetak ku suwi Dhe, ning kono ku Dhe, ora bukak.”

[NIŋ Jǝta? ku suwi ḍe, nIŋ kono ku ḍe. ora buka?]

„Di jetak itu lama De, di situ itu De, tidak buka.‟

(Data 7)

57

Tuturan “Ning Jetak ra iso no?” merupakan kalimat interogatif yang

menunjukkan keingintahuan penutur bahwa di Jetak itu bisa memperbaiki HP atau

tidak. Kemunculan partikel no [no] di akhir kalimat interogatif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

4.3.3 Mengakhiri Komunikasi

Partikel bahasa Jawa yang mempunyai fungsi untuk mengakhiri

komunikasi yaitu lah, lek, mbok, ah, go, hare, dan ek.

4.3.3.1 Partikel lah

Partikel lah biasanya digunakan untuk mengakhiri komunikasi. Berikut

contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel lah.

KONTEKS: SAKIMAH BERTEMU PAINI DI JALAN.

Paini : “Ra sah tiliki, Mbah, wis mari, wis isa ngarit.”

[Ra sah tili?i Mbah, wIs mari, wIs isכ ŋarIt]

„Tidak usah jenguk mbah, udah sembuh, udah bisa ngambil rumput.”

Sakimah: “Lah sukur malah apik nek wis isa ngarit.”

[lah sUkUr malah apI? nƩ? wIs isa ŋarIt]

„Lah sukur malah bagus kalau udah bisa ngambil rumput.‟

(terdiam melanjutkan perjalanan)

(Data 29)

Tuturan “Lah sukur malah apik nek wis iso ngarit.” merupakan kalimat

deklaratif yang menunjukkan paksaan Sakimah kepada lawan bicaranya untuk

tetap menjenguk Kusnin walaupun sudah sembuh. Kemunculan partikel lah [lah]

di awal kalimat deklaratif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara

menekankan pemaksaan.

58

4.3.3.2 Partikel lek

Partikel lek biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi.

Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel lek.

KONTEKS: SURATNI MENGAJAK PUTRI KE RUMAHNYA SAKIMAH.

Suratni : “Ki lho ra gelem tak tata!”

[Ki lho ra gǝlǝm ta? tכtכ]

„Ini lho tidak mau saya tata!‟

Sakimah: “Lapo pe umbah-umbah aku.”

[lapO pe umbah-umbah aku]

„Ngapain mau nyuci saya.‟

Suratni : “Lek piye wong moh tak tata?”

[le? piye woŋ moh ta? tכtכ]

„Lek gimana orang tidak mau saya tata?‟

(terdiam)

(Data 18)

Tuturan “Lek piye wong moh tak tata?” merupakan kalimat interogatif yang

menyatakan kekesalan Suratni kepada Putri dan Sakimah yang merespon dingin.

Kemunculan partikel lek [le?] di awal kalimat interogatif berfungsi untuk

mengakhiri komunikasi dengan cara menunjukkan kekesalan.

4.3.3.3 Partikel mbok

Partikel mbok biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi.

Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel mbok.

KONTEKS: BAGAS MENGAMBIL BUKU DAN BELAJAR DI DEPAN

TV.

Bagas : “Sinau ning kene ah!”

[Sinau nIŋ kene ah]

„Belajar di sini ah!‟

Sakimah : “Mbok ning kana ae! Ben ra keganggu tipi.”

[mbo? nIŋ kכnכ ae! bƩn ra kǝgaŋgu tipi]

„Mbok di sana aja! Biar tak terganggu TV.‟

(terdiam)

(Data 30)

59

Tuturan “Mbok ning kana ae!” merupakan kalimat imperatif yang

menyatakan pemberian saran penutur kepada mitra tutur untuk tidak belajar di

depan TV. Kemunculan partikel mbok [mbo?] di awal kalimat imperatif berfungsi

untuk mengakhiri komunikasi dengan cara memberi saran.

4.3.3.4 Partikel ah

Partikel ah biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi.

Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel ah.

KONTEKS: DI RUMAH, SAKIMAH MINTA DIANTAR PERIKSA EKA.

Eka : “Bidan ndi?”

[Biḍan ndi]

„Bidan mana?‟

Sakimah : “Bidan kene ku ah awakku dha loru sirahku ngelu.”

[Bidan kene ku ah awa?ku ḍכ loru sirahku ŋǝlu.]

„Bidan sini tu ah badanku sakit kepalaku pusing.‟

(terdiam)

(Data 21)

Tuturan “Bidan kene ku ah awakku dha loru sirahku ngelu.” merupakan

kalimat deklaratif yang menekankan pemerincian bidan mana yang akan dituju

besok. Kemunculan partikel ah [ah] di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk

mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan pemerincian.

4.3.3.5 Partikel go

Partikel go biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi.

Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel go.

KONTEKS: PAK EDI MEMBERI SARAN KEPADA EKA DI BALAI

DESA.

Edi : “Senin go mbak nek mrene mbak! Senin kan perangkate dha mangkat

kabeh.”

60

[SǝnIn go mba? nƩ? mrene mba? sǝnIn kan pǝraŋkate ḍכ maŋkat kabƩh]

„Senin go mbak kalau ke sini, Mbak! Senin kan perangkatnya pada masuk

semua.‟

Eka : (tersenyum)

(Data 14)

Tuturan “Senin go mbak nek mrene mbak!” merupakan kalimat imperatif

yang menyatakan perintah. Kemunculan partikel go [go] terletak di tengah kalimat

imperatif berfungsi untuk memulai komunikasi dengan cara menekankan perintah.

4.3.3.6 Partikel hare

Partikel hare biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi.

Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel hare.

KONTEKS: PERBINCANGAN ANTARA PAK SUKARWI DAN PAK

MUNADI DI BALAI DESA.

Sukarwi : “Ya radak anu mbekno kok ya radak sembu karo omonganmu.”

[yכ rכdכ? anu mbe?no kO? yכ rכdכ? sǝmbu karo OmOŋanmu]

„Ya agak walau begitu kok ya agak sembu dengan omonganmu.‟

Munadi : “Haiya wonge ngguyu hare kon ndi roh aku pas ndheke rapat

ika.”

[haiyכ woŋe ŋguyu hare kon ndi roh aku pas nḍe?e rapat ikכ]

„Haiya orangnya tertawa hare darimana liat aku ketika dia rapat

dulu.‟

(tertawa)

(Data 14)

Tuturan “Haiya wonge ngguyu hare kon ndi roh aku pas ndheke rapat

ika.” merupakan kalimat deklaratif yang membuktikan kalau orang yang menjadi

bahan pembicaraan tertawa. Kemunculan partikel hare [hare] di tengah kalimat

deklaratif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan

pembuktian.

61

4.3.3.7 Partikel ek

Partikel ek biasanya juga digunakan untuk mengakhiri komunikasi.

Berikut contoh mengakhiri komunikasi dengan partikel ek.

KONTEKS: DI RUMAH SARIJAN, WIJAYANTO MENCARI ANAKNYA

SARIJAN.

Sarijan : “Malah anakku kerja ning Yogja iki sing wedoke.”

[malah ana?ku kǝrjכ nIŋ Yogjכ iki sIŋ wedO?e]

„Malah anakku kerja di Yogja ini yang perempuan.‟

Marsijah : “Nggih ek.”

[ŋgIh Ʃ?]

„Ya ek.‟

Wijayanto : (terdiam)

(Data 11)

Tuturan “Nggih ek.” merupakan kalimat deklaratif yang menyatakan

kepastian kepada Wijayanto bahwa anaknya benar-benar sedang berada di Jogja

dan tidak bisa ditemui. Kemunculan partikel ek [Ʃ?] di akhir kalimat deklaratif

yang berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan kepastian.

Partikel-partikel tersebut biasa digunakan untuk memulai komunikasi,

mempertahankan komunikasi, dan mengakhiri komunikasi oleh masyarakat Desa

Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

62

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati adalah delapan belas bentuk partikel

tunggal dan partikel campuran yang terdiri atas dua partikel dan tiga

partikel,

2. Distribusi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati terletak di (1) awal, (2) akhir, (3) awal dan tengah, (4)

awal dan akhir, (5) tengah dan akhir, (6) awal, tengah, dan akhir.

3. Fungsi partikel bahasa Jawa di Desa Karaban Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati untuk (1) memulai komunikasi, (2) mempertahankan

komunikasi, dan (3) mengakhiri komunikasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, bagi peneliti bahasa diharapkan dapat

meneliti pemakaian partikel bahasa Jawa pada dialek daerah lain agar dapat

diperoleh deskripsi bentuk dan pemakaian partikel bahasa Jawa secara

keseluruhan dan bervariasi.

62

63

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes

Press.

Jakobson, Roman. 1980. “Metalanguage as a Linguistic Problem”, The

Fremework of Language. Michigan: Michigan Studies in the Humanities.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Duta Wacana University Press.

1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1977. Semantics. Harmondswroth: Penguin.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Malinowski, Bronislaw. (1923). “The Problem of Meaning in Primitive

Language”, dalam Ogden, C.K. dan I.A. Richard. The meaning of

meaning. London: Routledge & LTd.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana, Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip

Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Prasetiyo, Kusworo Aris. 2011. Status Kebahasaaan Jawa-Sunda dan

Bilingualisme di Kabupaten Tangerang, Banten. Skripsi. FBS. UNY.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

63

64

Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam

Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.

Setiyowati, Avid. 2008. Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam

Bahasa Indonesia Pada Kolom “piye ya?” Harian Suara Merdeka.

Skripsi. Fakultas Sastra. Undip.

Subroto, dkk. 1991. Tata Bahasa Baku Deskriptif Bahasa Jawa. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Sudaryanto. 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana

University Press.

1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Limguistis. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sugiarto, Singgih. 2008. Partikel Fatis Si, Li/Tli/Tuli, Be, Ko, Mbog, Jen/Jan,

Nden dalam Bahasa Jawa Dialek Banyumas di Purbalingga. Skripsi.

FIPB. UI.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

CV. Alfabet Bandung.

Sumarlam. 2006. Karakteristik Penggunaan Bahasa Jawa dalam Berita “Trang

Sandyakala” di Stasiun Televisi Terang Abadi. Jurnal penelitian

Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006: 23-41: Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret.

Sutami, Hermina. 2005. Ungkapan Fatis Dalam Pelbagai Bahasa. Depok: PLL

FIB-UI.

Syamsudin A.R dan Vismaia S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.

Bandung: Rosdakarya.

Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.

65

Lampiran

KARTU DATA

No Data: 1

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th) dan Lia (22 th)

Konteks: PERCAKAPAN RUKIJAH DAN LIA DI RUMAH

Data:

Rukijah: “Gawa rene tak jaluk iki. Telpon muni tah ora? dobol tenan ah. Mbok

telpon tah ora bakule kacang iku?”

Lia : “Mpun…”

Rukijah: “Wis ning kono wonge?”

Lia : “He em.”

Rukijah: “Dhak iyo lek mangkat kana kok! Ki dhuwite Pak Min seng, terna

Mbok Mping.”

Lia : “Enten napa?”

Rukijah: “Maeng susuke Mbok Mping.”

Lia : “Seket?”

Rukijah: “He em susuke patang puluh pitu kalong telu ek. Ki kacang 200.”

Lia : “Ta terke sebelah ndi?”

Rukijah: “Mbok Mping? Ya garansine Bandi ku njero kok. Menjero pol. Ta

ora, ta mbok wehna mb Sutami ya. mbok wehna mbak Mani yo lah

ning warung. Ki lho Mbak dhuwite Pak Min susuk.”

Analisis:

Gawa rene tak jaluk iki. Telpon muni tah ora, dobol tenan ah.

Partikel ah terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk

mengawali komunikasi dengan menekankan kekesalan terhadap sikap

Lia.

65

66

No Data : 2

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Lia (22 th), Ningsih (27 th)

Konteks: PERCAKAPAN RUKIJAH, LIA DAN NINGSIH DI RUMAH.

Data:

Rukijah : “Wong edan ki anyaran Sih, edan sing wedok, tenan yakin! ana

wong sing wis diambung a Sih, nuangis Sih, Tenan! Sing ning

njaba kumaeng nangis. Lha mbareng ndemek bocah langsung

marani aku”

Lia : “Tenan?”

Ningsih : “Wong edane ku maeng lanang po wedok?”

Rukijah : “Lanang kok. Lha kuwe maeng ntuk, Ru? Ngono, lhon ntuk nek

gantheng iya lah, aku ngono! e nggantheng wonge, Sih, gedhe

dhuwur tenan!”

Ningsih : “Anyaran berati.”

Rukijah : “He e.”

Analisis:

Ana wong sing wis diambung a Sih, nuangis Sih, Tenan!

Partikel a terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara membuktikan pernyataannya bahwa ada orang

gila yang mencium wanita karena kegilaannya terhadap perempuan.

No Data : 3

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Lia (22 th), Ningsih (27 th)

Konteks: PERCAKAPAN LIA, RUKIJAH, DAN NINGSIH DI RUMAH.

Data:

67

Lia : “Rehan ek ngono?”

Rukijah : “He piye leh Han?”

Ningsih : “Lha piye ana gunting kok. Diowok-owok iki”

Rukijah : “Diowok-owok ngko dhak campur sembarang ndengah?”

Analisis:

Rehan ek ngono?

Partikel ek terletak di tengah kalimat interogatif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan menekankan kekesalan kepada Rehan yang

memain-mainkan makanan.

No Data : 4

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Lia (22 th), Ningsih (27 th)

Konteks: PERCAKAPAN RUKIJAH DAN LIA DI RUMAH.

Data:

Rukijah : “Ki lho!”

Lia : “Moh ek”

Rukijah : “Moh?”

Ningsih : “Moh moh moh”

Rukijah : “Njaluk apa leh Yan Yan, jajan jajan sega setum ta kumaeng?”

Analisis:

Moh ek.

Partikel ek terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan penolakan.

68

No Data : 5

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Ningsih (27 th)

Konteks: NINGSIH MENINGGALKAN PERKUMPULAN.

Data:

Ningsih : “Lha kumaeng bar teka ko pasar ek.”

Rukijah : Hahahaha he e

Ningsih : “Ntuk arem-arem ek.”

Rukijah : “Gak ayem-ayem gak nganggo ayem-ayem. Lha kumaeng lha

salahe nduwe sega ok.”

Analisis:

Lha kumaeng bar teka ko pasar ek.

Partikel ek terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk

mengakhiri pembicaraan dengan sekedar penekanan pada pernyataannya

bahwa Ningsih baru saja dari pasar.

No Data : 6

Tanggal: 23 Januari 2013

Sumber Data: Rukijah (45 th), Ningsih (27 th)

Konteks: NINGSIH KEMBALI LAGI BERKUMPUL DI RUMAH.

Data:

Ningsih : “Wong edane ki maeng anyaran.”

Rukijah : “Anyaran wong edan. He e, lha nganu lha nong njaba mau wis

ngambung wong, lha wonge nangis.”

Ningsih : “Sapa sing diambung kumaeng?”

Rukijah : “Dhak ya wong blanja kok, saake ngunu ku, terus diambung

sengok e sesuwe nangis kok wonge, Wonge ku dhuwur ngono

lho Sih ngguantheng.”

69

Ningsih : “Jenenge wong ra njarak dhak ya ra dhenger a.”

Rukijah : “He em. Lha mbareng nomah ku maeng aku slentheng ngono

ah ko mahe De Mi, ujug-ujug kumaeng ape ngene lha aku ape

ndhangak ana wong edan, walah teg e tenan ah! Aku

ngono,terus wong-wong malah dho rame, Ru kuwe maeng ntuk

apa Ru? Ntuk apa Ru? Ntuk ambungan ek, aku ngono!”

Ningsih : “Ntuk ambungan ek.”

Rukijah : “Terusane nggantheng ngono ya lah, aku ngono.”

Ningsih : “Karo Mbah Man nggantheng ndi?”

Rukijah : “e ya ra ana separone, nggantheng san san, nek karo Mbah

Man ya nggantheng iku thek, nek wong waras karepku ngono.

lha kliru wong nggantheng nek nggantheng ngganthenge nganu

thek lapo.”

Ningsih : “Lho nek waras?”

Rukijah : “Yo ora, kok gelem.”

Ningsih : “Lho nek wis kadhung?”

Rukijah : “Nek wis kadhung dhak ra ndhenger a nek diambung sengok.”

Ningsih : “Nek wis kadhung dhak wis, watir disengeni sing lanang.”

Rukijah : “Lha aku lak ngene lha lapo thek nangis ngunu ku, wong wong

edan ya ra ndhenger thek. aku ngono, thek getun iku. He e watir

nek disengeni sing lanang, sengeni ya genten disengeni, kuwe

ndhenger aku ngono, lha genten kuwe edan.”

Analisis:

Dhak ya wong blanja kok, saake ngunu ku, terus diambung sengok e

sesuwe nangis kok wonge.

Partikel dhak di awal dan kok di tengah kalimat deklaratif berfungsi

untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan apa yang

dikatakan.

No Data : 7

Tanggal : 8 Mei 2013

Sumber Data : Sulastri (37 th), Eka (22 th)

Konteks : DI RUMAH, PERCAKAPAN EKA DAN SULASTRI.

70

Data :

Sulastri : “Mulane aku ra tak dandakna”

Eka : “Dhak iku a”

Sulastri : “Mbalik dhuwik 70 thek. nong ndi sing ndandakna? Nong Jetak?”

Eka : “Ning nganu munine hare malah hare ning iku lho ning ndi?”

Sulastri : “KJ Phone?”

Eka : “Ning apa jenenge leh, ning Ngantru, malah ora dadi”

Sulastri : “Ning Jetak ra iso no?”

Eka : “Ning Jetak ku suwi De, ning kono ku De, ora bukak, maksude ku

bukake ku nganu ngono lho, arang, ora iso dicagerna nek wong iku

tah Sulastri : Hare ntek 70 kok ra kenek ah,

Eka : Dhak iku a

Sulastri : ya ra iso foto aku

Analisis:

Dhak iku a.

Partikel dhak di awal dan a di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menunjukkan kekecewaan.

No Data: 8

Tanggal: 9 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Bagas (17 th)

Konteks: DI RUMAH, SAKIMAH DAN BAGAS SEDANG NONTON TV.

Data:

Sakimah : “Turu Gas turu, bingung men si, nggatekna kuwe leh.”

Bagas : “Lha iya kana ndang turu!

Analisis:

Turu Gas turu, bingung men si, nggatekna kuwe leh.

Partikel si terletak di tengah dan leh di akhir kalimat berfungsi untuk

71

mengawali komunikasi dengan cara menekankan kekecewaan kepada

Bagas yang memutar channel stasiun tv yang tidak sesuai dengan

keinginan Sakimah.

No Data: 9

Tanggal: 8 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22th), Suratni (60 th)

Konteks: DIRUMAH, EKA MENCARI NENEKNYA DI RUMAH

SURATNI.

Data:

Eka : “Rewang lapo Nyi?”

Suratni : “Sedekah”

Eka : “Sapa?”

Suratni: “Mbah Rusmi”

Eka : “Mbah Rusmi ku sapa?”

Suratni : “Rusmi ya maratuwane besane Juri Paini iku”

Eka : “He? Ning nggone Nyi Paini?”

Suratni : “Ora, besane”

Eka : “Eeee”

Suratni: “Mboke Jalipah ndhenger ra kuwe?”

Eka : “Gak dhenger are”

Suratni : “Omah kulone etane mak jasemi ku ah, nggurine anu ku ra roh kuwe?

Omah kulone tipake omahe Yuem Tarni, kulone”

Eka : “Aku ndhek bengi nganu e tak kira ntuk berkat jebule ora, he he he”

Suratni : “Ko mahe sapa maeng?”

Eka : “Nganu, lek ku lho, kulon omahku ku lho.”

Suratni : “Lha iya, dhak ku tunggale sedekah ku maeng.”

Eka : “He e no? dulure no?”

Suratni : “Heem ku Marsijah ku mboke ning mbok kuwalon.”

Eka : “e..ngono”

Suratni : “Ku anake sing olah-olah ndhek ingi, kuwe ning omah iko?”

Eka : “Ora, ndhek bengi. Aku teka ndhek bengi, ana cah sapa ndhek bengi,

Lia karo Tutik mara kon ngisi angket, jagongan nganti pira nganti jam

9.”

Suratni : “Tutik sapa leh?”

Eka : “Tutik ki lho Nyi, mboh cah tengahan kene ah.”

72

Suratni : “Tutike Mul?”

Eka : “Dudu, cah tengahan ki lho, balane Pak Wito ku sapa leh?”

Suratni : “E Tutik iki atake anake Titrik nek mbuh”

Eka : “Ku lak Tika.”

Suratni : “Mboh ra ndhenger, Tutik mbuh Tutik sapa, Tutik aku ndenger anake

Mul, nek ana neh ya mboh. Iya lha wong ciruk kok ra entuk ngono go!”

Eka : “Aku teka lho wah ntuk berkat aku ngko cah, aku wis rasan-rasan

ngono malah jebule ora.”

Suratni : “Ra entuk ndheh.”

Eka : “Untunge aku bar mangan.”

Suratni : “Dhak kuwe rak…”

Eka : “Ameh mrene, wis jam 9 alah mbah mesti wis turu yahmene, ya wis

aku turu ning kana

Suratni : “Thek wani kuwe leh Ka?”

Eka : “Ya diwanik-wanikna a Nyi, ora iso turu aku angger jam pira ya, jam

11 nglilir, aku nonton tipi nganti jam12, jam 1 nglilir, jam 3 nglilir,

hahaha”

(Putri datang dan di pangkuan Nyi Suratni)

Eka : “Ti Uti kuwe maeng gak sekolah Ti?”

Suratni : “Wong pirang-pirang ndina, ijab wis 10 dina gathuke wis, watuke

ngekel, ndhek ingi dipengeng tuku bakso ojeg ya ra nggatek kok, tuku

ra anu, apa..”

Eka : “Je lara awake?”

Suratni : “Watuke, ya jeh watuke ngekel, lek an apa mangan sosis barang,

dikandhani ra nggatek ok, lek soklat-soklat ku dipengeng lah ya ra

nggatek, hee rewang me mbah Mar, ning mbokem maeng wis dhenger

nek kuwe balik?”

Eka : “Urung a, urung ndhenger.”

(putri duduk di kakinya Suratni)

Suratni : “Aja ngene ah dhak loru lha piye? Ngko go Linggih kene lho kuwe,

jek e, aja linggih pupuku ah loru kok, pupuku loru nek mbok nggo

linggih, kene lho kuwe, ngisor, pupuku aja mbok nggo linggih loru,

pupuku poklek ki ngko malah ra iso mlaku aku.”

Analisis:

Suratni : “Lha iya, dhak ku tunggale sedekah ku maeng.”

Eka : “He e no? dulure no?”

Suratni : “Heem ku Marsijah ku mboke ning mbok kuwalon.”

Lha iya, dhak ku tunggale sedekah ku maeng.

Partikel dhak terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan pembuktian

73

bahwa yang punya kerjaan masih saudara dengan ibunya Jalipah.

No Data: 10

Tanggal: 9 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22 th), Sugiyanto (50 th)

Konteks: DI BALAI DESA, PERCAKAPAN EKA DAN PAK

SUGIYANTO.

Data:

Eka : “Menika asmanipun sinten, Pak?”

Sugiyanto : “Pak Sugiarto.”

Eka : “Pak Sugiarto yuswanipun pinten Pak?”

Sugiyanto : “Yanto, 50.”

Eka : “o..ten mriki napa nggih Pak dados napa Pak?”

Sugiyanto : “He?kasi pemerintahan.”

Eka : “Niku tugasipun napa, Pak?”

Sugiyanto : “Tugas ya macem macem ah di desa iku ana kependudukan,

ana ya petugas register KTP, Macem-macem ya macem-

macem.”

Eka : “Kinten-kinten mangertos mboten basa Jawa niku napa?”

Sugiyanto : “Basa jawa itu harus diuri-uri, terus apa neh iku?”

Eka : “Kinten-kinten nek dihapus njenengan sarujuk napa mboten

Pak?”

Sugiyanto : “Maksude nek dihapus itu untuk?”

Eka : “Untuk pendidikan.”

Sugiyanto : “Saya kira kurang setuju mbak.”

Eka : “Kurang setuju.”

Sugiyanto : “Kurang setuju a.”

Eka : “Menawi dihapus bahasa ibu mboten wonten ta Pak nggih?”

Sugiyanto : “Lha basa daerah kok diilangke piye iku, susah.”

Eka : “Njenengan asli mriki ta Pak?”

Sugiyanto : “Asli mbak.”

Eka : “Njenengan lak stand by wonten mriki terus pak?”

Sugiyanto : “Ya gak si ngepas piket, nek gak piket ya gak.”

Analisis:

Eka : “Kurang setuju.”

Sugiyanto : “Kurang setuju a.”

74

Kurang setuju a.

Partikel a terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan ketidaksetujuan

terhadap pendapat bahwa bahasa Jawa akan dihilangkan.

No Data: 11

Tanggal: 10 Mei 2013

Sumber Data: Wijayanto (26 th), Marsijah (55 th), Sarijan (60 th), Eka (22 th)

Konteks: PERCAKAPAN SARIJAN, MARSIJAH, WIJAYANTO DI

RUMAH.

Data:

Wijayanto : “Nomere pinten wingi Buk?”

Marsijah : “Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok

mboten ngertos sampeyan?”

Wijayanto : “Kebusek padha ae e Buk.”

Marsijah : “kula kebusek ek.”

Sarijan : “Malah anakku kerja ning Yogja iki sing wedoke.”

Marsijah : “nggih ek.”

Sarijan : “Ya ning kono hpne.”

Eka : “Putranipun pinten Pak,Buk?”

Marsijah : “Sekawan.”

Eka : “Sesok dhak wis rejeb nggih a pak?”

Sarijan : “Nggih nggih iki dhak mpun rejeb.”

Marsijah : “Setu tanggalane?”

Eka : “Ngenjing setu.”

Analisis:

Wijayanto : “Nomere pinten wingi Buk?”

Marsijah : “Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok

mboten ngertos sampeyan?”

Mandah kebusek kula ek maeng ape takok lek rene pas takok mboten

ngertos sampeyan?

75

Partikel ek dan lek sama-sama terletak di tengah kalimat interogatif

yang berfungsi mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan

pertanyaan disertai alasan kepada Wijayanto.

No Data: 12

Tanggal: 9 Mei 2013

Sumber Data: Sheila (19 th), Eka (22 th)

Konteks: DI TOKO ACSESORIS, EKA DAN SHEILA BERCAKAP-

CAKAP.

Data:

Eka : “Mbak aku nonton kalunge a mbak.”

Sheila : “He e kalunge ning nggek kana.”

Eka : “Nggir ndi mbak? Sing kalung gedhi a , aku golek kalung gedhi ok

mbak.”

Sheila : “Iki he e?”

Eka : “Sing nganu kayak bathok-bathokan ngunu ku lho mbak ana po ra

mbak?”

Sheila : “Kosong ek, mbak ndhek mben ana.”

Eka : “Aku pengin sing kayak bathok-bathokan ngunuku lho mbak ketok unik

a?”

Sheila : “Biasa ok biasa mbak modele.”

(terdiam sejenak, Eka melihat salah satu kalung)

Eka : “Ki kayak nganu ya mbak ndhak kulak ning Semarang he e mbak?”

Sheila : “Nganu saka Solo.”

(terdiam sejenak)

Sheila : “Takok masalah apa ngono go mbak?”

Eka : “Ya pengin crita crita ae mbak ah. Mbake usiane berapa?”

Sheila : “Menginjak 19”

Eka : “SMA mana mbak?”

Sheila : “SMA 1 Kayen”

Eka : “o..angkatan berapa mbak berati mbak?”

Sheila : “Angkatan 2012”

Eka : “Rame mbak ning kene mbak?”

Sheila : “Ya lumayan lah”

(terdiam)

Eka : “Balane Tutik ki berati nganu ya, kok gak pengin nganu nglanjutke

76

mbak, ya penak kerja ya mbak ya?”

Sheila : “Ya ugag si”

Eka : “Lha piye?”

Sheila : “Ya kepengin tapi ya mandeg sik.”

Eka : “Rencana meh neruske ana, kira-kira pengin ning ndi mbak?”

Sheila : “Ya nganu mbak ndhek mben iku ntuk undangan SNMPTN undangan

kae lho, tapi ogak nganu, nek pendidikan kan angil a mbak ndhek mben.”

(terhenti)

(ada seorang bapak ingin membeli gantungan kunci, kemudian Sheila dan Eka

melanjutkan kembali obrolannya)

Eka : “Ayo a mbak crita mbak.”

Sheila : “Moh mbok kon ok mbak.”

Eka : “H hh kira-kira ya mbak enake tinggal ning Karaban apa?”

Sheila : “Karaban ku kerja keras kok mbak maksude ndhekne ki ya mbok ngeti

dhak ketoke ngene a tapi ku terah dari nganu dari wong-wong mocok

kabeh lah mbak.”

Eka : “Ning kene apa mbak kira-kira usaha sing paling maju?”

Sheila : “Paling ya iku kene kan terkenal iku a kapuk paling ndhak ya kasur

iku disok ning paling Sumatra nek ora Kalimantan.”

Eka : “Hi aduhe.”

Sheila : “Ya berati kan nek ibuk-ibuk lah iso nduwe pekerjaan a kayak wong

tuwa lah iso nduwe pekerjaan.”

Eka : “He e ta ngeti ya mbak ra ana wong nganggur ning kene. He e a?

akeh dho wira usaha ya?”

Sheila : “Nek piye ya sing kuliah, bar kuliah lah sing nek kene dho terjun ning

bisnis kabeh maksude gak cucuk nek ning kene ku nganu nek mergawe

kan mek 1 2 a sebulane gak cucuk nek ning kene hare terus do bisnis

umpama ndheke pegawe lah nyambi bisnis ngono lho, berati jarang

sing kuliah ning kene, paling sing kuliah ki anake wong sugih sing

langsung njupuk dokter. Pokoke rekasa mbak.”

(kemudian Eka melihat sabun whitening)

Eka : “He..sabun whitening iki sabun papaya ndhak an?? Kuwe nganggo

iki lho ben putih.

Wij : hehehehe

(Eka berbicara lagi kepada Sheila)

Eka : “Mbak tek ana krim-kriman mbarang leh mbak?”

Sheila : “Heem kosmetik,”

Eka : “saka ngendi ek tukune?”

Sheila : “Ko farmacy.”

Eka : “o..farmacy kene mbak?”

Sheila : “Pati ketoke.”

(terdiam sejenak)

Sheila : “Kak Najib genah?? Najib”

Eka : “Najib sapa mbak?”

Sheila : “Kakak kelasku ek, akih sing kana aku lali kabeh jenenge, ki ndhak

wis pendaftaran mbak?”

77

Eka : “He e pendaftaran anyar, gak melu mbak?”

Sheila : “Angil ning kono ok.”

Eka : “Ora si ngene lho mbak kari untung-untungan si nek menurutku.”

Analisis:

Eka : “Mbak aku nonton kalunge a mbak!”

Sheila : “He e kalunge ning nggek kana.”

Mbak aku nonton kalunge a mbak!

Partikel a di tengah kalimat imperatif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menghaluskan perintah.

No Data: 13

Tanggal: 10 Mei 2013

Sumber Data: Munadi (40 th), Eka (22 th), Sumini (26 th), Kusnanto Kaspo (30

th)

Konteks: Di Balai desa, perbincangan antara Eka dan Pak Munadi.

Data:

Eka : “Menawi wonten Karaban mriki Pak kala wingi kan wonten

isu basa jawa niku badhe dihapus ta pak saking pendidikan lha

miturut pamanggihipun panjenengan dospundi pak?

Munadi : “wa nggih mboten sae a mbak masalahe ciri khas orang Jawa

iku basanya jawa kalau nanti dihapus terus bagaimana ciri kas

orang jawa dan basa orang jawa nanti kan hilang mbak justru

malah kudu diuri-uri lah, supaya dikembangkan supaya basa

jawa ini menjadi terkenal lah ciri kas bangsa Indonesia, Java,

Karaban terkenal Java kapuk mbak.”

Eka : “Kok saged kapuk niku Pak?”

Munadi : “Kapuk sini kan usahane sedaya kapuk mbak.”

Eka : “Terkenal niku nggih Pak ndamel kasur guling ngaten

nggih?”

Munadi : “Ndamel kasur ngaten niku kan pertama kain khusus kasur

mbak, kaine niku nggih wonten nomer kain, hargane kan lain-

lain.”

Eka : “Lha kain nika kok saged kothak-kothak ngaten le Pak?”

Munadi : “O iku istilahe dicuki mbak.”

Eka : “Lha mangke bakda digarisi terus dijahit?”

Munadi : “Kan dijait dulu digaris mbak terus nanti ditarik dikasih

78

benang.”

(tiba-tiba ada ibu Sumini datang minta stempel)

Sumini : “Pak inggi wonten Pak.”

Munadi : “Mboten wonten ek mbak.”

Sumini : “Halah wonge ra ana neh ngene kok.”

(kemudian disusul Pak Kusnanto Kaspo)

Eka : “Silahkan memperkenalkan diri Pak.”

Kusnanto : “Nama saya Kusnanto Kaspo.”

Sumini : “Ora usah cerak-cerak go!”

Kusnanto : “Pertanyaannya apa mbak?”

Eka : “Suka duka tinggal di Karaban apa Pak?”

Kusnanto : “Karaban ku ra ana suka dukane mbak suka terus.”

Munadi : “He basa jawa kok.”

Eka : “Kenging napa kok suka terus Pak?”

Kusnanto : “Satu ekonominya mapan.”

Eka : “He e terus.”

Kusnanto : “Kedua semua apa kebutuhan disini ada.”

Eka : “Njenengan makarya napa Pak wonten mriki?”

Kusnanto : “Kuli kuli becak, wis ah mbak nek mbok suting terus aku isin

ok.”

Analisis:

Eka : “Kok saged kapuk niku Pak?”

Munadi : “Kapuk sini kan usahane sedaya kapuk mbak.”

Kapuk sini kan usahane sedaya kapuk mbak.

Partikel kan terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara menekankan pembuktian.

No Data: 14

Tanggal: 10 Mei 2013

Sumber Data: Sukarwi (45 th), Eka (22 th), Edi (29 th), Kurnia (21 th), Munadi

(40 th)

Konteks: DI BALAI DESA, PERBINCANGAN ANTARA EKA DENGAN

PAK SUKARWI DAN PAK EDI.

Data:

Sukarwi : “Pak Mul dhak lor pak Mul?”

Eka : “Kula kan rt gangsal menawi Pak Mul rt sekawan a.”

79

Edi : “Pak mul ku dhak notog terus ngiri iku. Basa jawa malah

biasane nganu cepet nek golek gawean. PNS sing wingi ku lho

sing ndhaptar gur 1 dhak ketampa positip.”

Eka : “Tapi niki kan nganu a pak kathah.”

Edi : “Kan kathah tapi kan nek pas ana lowongan lek pas sing

dhaptar biasane kan anu peminate kan kurang mberah a.”

(terdiam)

(Edi berkata lagi)

Edi : “Senin go mbak nek mrene mbak! Senin kan perangkate dho

mangkat kabeh.”

(ada anak mau mengadakan PKM)

Eka : “Dari mana mbak rumahe?”

Kurnia : “Kula mriki ok karaban ok”

(pergi meninggalkan balai desa)

Sukarwi : “Basa jawa ku mbok ngono angel kok. basa jawa angel.”

Munadi : “Sapa ya sing pidato ndhek ingi ya ngono nggih maklume kula

niki basane kurang alus mergane kula niki mboten keturunan

bangsa alus h h ngguyokno.”

Sukarwi : “Ya radak anu mbekno kok ya radak sembu karo

omonganmu.”

Munadi : “Haiya wonge ngguyu hare kon ndi roh aku pas ndheke rapat

iko.”

Analisis:

Sukarwi : “Pak Mul dhak lor pak Mul?”

Partikel dhak terletak di tengah kalimat interogatif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

No Data: 15

Tanggal: 14 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Eka (22 th), Bagas (17 th)

Konteks: DI RUMAH, PERCAKAPAN EKA, SAKIMAH, DAN BAGAS.

Data:

Eka : “Mbarang, kuwe ameh pijet ning ndi?”

Sakimah : “Me paini kuwe ning omah?”

Eka : “Esuk? Ya nomah a jam pira lehku ngeterna?”

Sakimah : “Lho kuwe lunga maeng jam pira?.”

Eka : “Sembarang nek aku iku.”

80

Sakimah : “Lha thek jam pira le ngeterna.”

Eka : “Ya esuk?”

Sakimah : “He e, apa suntik leh?”

Eka : “Sembarang suntik ya rapapa.”

Sakimah : “Suntik ya ning bidan kene ae.”

Eka : “Bidan ndi?”

Sakimah : “Bidan kene ku ah awakku do loru sirahku ngelu.”

(Bagas datang)

Bagas : “Ngumbe akeh go!”

Sakimah : “Ho kon ngumbe.”

Bagas : “Kandhani ok kurang ngumbe ngunu ku.

(terdiam)

(Bagas menyampaikan keinginannya kepada Eka)

Bagas : “Tukokna minyak kayak kuwe go mbak!”

Eka : “Ndhek maeng meh takiseni gak iso Gas, gak ana angine mboh

piye gak iso diisi.”

Sakimah : “Minyakku thek hare mbek isekna ra sida?”

Eka : “Ndi adhahem?”

Sakimah : “Lha ku je ana sithik.”

Eka : “Adhaem sepira?”

Sakimah : “Ya kayak nggeke Bagas ku ah.”

Eka : “Kuwe pengen kayak minyakku apa minyak iku?”

Sakimah : “Minyak iku ae aku seger kok.”

Eka : “Dhak ya wis a!”

(Bagas mengambil wadah minyak dan menunjukkan kepada Eka)

Bagas : “Ngeti go!”

(Sakimah melihat jajan lapis yang tidak dimakan Eka)

Sakimah : “Thek ora mbek pangan geno lapis?”

Eka : “Pangan kuwe ah moh aku.”

Sakimah : “Lho lapis hare moh.”

(Eka baru melihat wadah minyak yang ditunjukkan Bagas)

Eka : “Iki gak iso a gas cilik-cilik ok.”

Sakimah : “Nek gak iso nggonku ya gak iso.”

Eka : “sing iku go botol sing gedhi sisan Victoria apa pa.”

Sakimah : “lehem nukokna iku?”

Eka : “Nduwe?”

Sakimah : “Iku.”

Eka : “Ya sembarang.”

Bagas : “Masak ana minyak kayak kuwe ku mbak?”

Eka : “Minyak sing gawene tak nggo ku a?”

Bagas : “Masak ana ning kene.”

Eka : “Anci aku isi ulang hare.”

(terdiam)

(Sakimah menyampaikan apa yang disarankan Sukini)

Sakimah : “Nek Sukini hare kon nong prakitan hare, suntik iku ya ning

prakitan Nyi nek lara. Lak 30 ngko Nyi.”

81

Eka : “H h. Ngunu ku lah ya ngenteni ora lara mbah.”

Sakimah : “Ya ben ra kenyut-kenyut ning sirah ngono go!”

Analisis:

Eka : “Bidan ndi?”

Sakimah : “Bidan kene ku ah awakku do loru sirahku ngelu.”

Partikel ah terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk

mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan pemerincian.

(Bagas datang)

Bagas : “Ngumbe akeh go!”

Partikel go terletak di akhir kalimat imperatif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara memberi saran.

No Data: 16

Tanggal: 15 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22 th), Yuli (22 th)

Konteks: DI GAPURA, PERBINCANGAN YULI DENGAN EKA.

Data:

Yuli : “Enake Bu Jum tak kek i apa ya Ka?”

Eka : “Weki tas ap batik.”

Yuli : “Tas ae tukokna ning Stephani h h.”

Eka : “Murah atek!”

Yuli : “Ben ketok elegan.”

Eka : “Murah atek Yul!”

(terdiam)

(Eka memulai pembicaraan lagi)

Eka : “Aku sok minggu dijak nganu e, dijak mangkat Erik.”

Yuli : “Bimbingan?”

Eka : “Ayo a Ka mangkat, ndheke kan minggu iki padha ae lagi ngumpulke

data terus sok minggu ngarep meh ngolah data bareng ngono, batinku

aku lah ya aku nek nggarap ning umah males e rasane.”

Yuli : “Wek!”

Eka : “He e Yul aku angger awan ngene ki bar hunting-hunting bengi ameh

ngolah ku rasane wegaaah.”

Yuli : “Emang diolah piye?”

82

Eka : “Ya dianalisis a!”

Analisis:

Eka : “Murah atek!”

Partikel atek terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk

mempertahankan komunikasi dengan cara memberi garansi.

No Data: 17

Tanggal: 15 Mei 2013

Sumber Data: Pariman (60 th) dan Sartilah (58 th)

Konteks: DI TERAS, PERCAKAPAN PARIMAN DAN SARTILAH.

Data:

Pariman : “Yo tunggale ku ah tanggaku Jaya Kenong, aku mbek ko kadoan e

kudu mutah-mutah kok, kana jane ape ngubur ning kana a sing wedok

ra ntuk kon gawa balik, wis kadhung didusi, didusi ko kana, tekan

kene pajar, aku rung cerak ae wis semruwung ok, lenguk.”

Sartilah : “Lek Kenong ika, anu ancene pakane Eka, kok ra ana sing dho nyerak

ki piye ra ana sing njunjung ngono malah are.”

Pariman : “Ya pajar tekane lek aku mundur nong kana ya jam papat nawa.”

Sartilah : “Lek Lan nganti alok are.”

Pariman : “He e Lek Lan ninggor ngiwangi rina, kabare hare jam 12 teka.”

Sartilah : “He em.”

Pariman : “Ngebel neh hare jam 2 teka.”

Analisis:

Pariman : “Yo tunggale ku ah tanggaku Jaya Kenong.

Sartilah : “Lek Kenong ika, anu ancene pakane Eka.

Yo tunggale ku ah tanggaku Jaya Kenong.

Partikel ah terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menekankan penyangatan bahwa kejadian yang

83

diceritakan Sartilah sangat mirip dengan kejadian Mbah Jaya Kenong

sewaktu meninggal.

No Data: 18

Tanggal: 16 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Sukini (59 th), Suratni (60 th)

Konteks: DI RUMAH, DATANG SURATNI KEMUDIAN DISUSUL

SUKINI.

Data:

Sakimah : “Troseli sing dinggo iku gobok aku ngono!”

Suratni : “Cokla cekli ngono go!”

Sukini : “Mboh aku ra niliki kacangku, alah gudhal ah! ra tak tiliki.”

(terdiam)

Sakimah : “Sing tak pikir basa ana ndangdutan thek ndang ndhut ndhang

ndhut. Lha ndhek awan thek nangis sakawan maeng lapo, kon

marani Suki, mboke nomah diapakna?”

Suratni : “Ya ngono ah nek ambi mboke ya ngono ku ah!”

(terdiam)

Suratni : “Puji ku Puji dhak anu ah.”

Sakimah : “Anake Jasemi Jasemi ku apane Waginem leh!”

Sukini : “Kayak aku ngene ki lho Mah.”

Sakimah : “Lha nek Karni ku rakya hare dulur kuwalon a anake mbok

dhewe-dhewe.”

(terdiam)

Sukini : “Karo lah ndheke ku seneng ngono go mah dijak nglencer.”

Sakimah : “Aku ngene ki ngko nek Eka ape ning Plembang aku melu

hare.”

Sukini : “Melu bareng Karyono saksataran dhak.”

Sakimah : “Wong thek edan leh, Karyono ku ning ndi ning golep kok.”

Sukini : “Ra ana ah, wong aku tau diterna Ngateman e cerak kok.”

Sakimah : “Golep ku dhak cerak ambi talang Njering thek.”

Analisis:

Sakimah : “Troseli sing dinggo iku gobok aku ngono!”

Suratni : “Cokla cekli ngono go!”

84

Partikel go terletak di akhir kalimat deklaratif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menekankan bantahan.

No Data: 19

Tanggal: 3 Februari 2013

Sumber Data: Rumiyati (48 th), Sakimah( 60 th), Djomo (55 th), Sukarjo (35 th)

Konteks: DI RUMAH, SAKIMAH MENJENGUK SUKI YANG SAKIT.

Data:

Sakimah : “Ora thek sing dalan thek kono dibruk ae pundhen thek ra

dibruk ku ben geno?”

Sukarjo : “Hahahaha. Ora penting.”

Sakimah : “Lucu ah Ora penting geno nek nanggap wayang ku dhak

pundene sing dinganu thek.”

Sukarjo : “Ya ora wong wis modern.”

Sakimah : “Lha thek diweki dilah ngaglak ku nggo apa?”

Rumiyati : “Lha ku programe ora ning punden e mbah.”

Djomo : “Ya nganu ah urunan dhewe kene ya urunan dhewe.”

Rumiyati : “Ya RTnem ki urunan dhewe hare mbah. Bantuan IDT kan

jane ntuk jatah kene hare nggo ning punden ngono wis are.”

(terdiam)

Sakimah : “Sarjono iko ya dibruk a? mengetan.”

Sukarjo : “Gung a.”

Sakimah : “Lha ngono sore-sore ana sing glundhung barang malah

lapo.”

Rumiyati : “Sapa mbah?”

Sakimah : “Lha ku To Toglek. Lha sing nabrak malah parah Jo, Wong

untune rompal, Untune rompal, kene bolong.”

Sukarjo : “Karo sapa ku maeng?”

Sakimah : “Wong kene lho Prenggan, kene lek en sikile kene ki nyeret

kok, aboh.

Analisis:

Sakimah : “Wong kene lho Prenggan, kene lek en sikile kene ki nyeret

kok, aboh.

Partikel lek en dank ok di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk

85

mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan pemerincian.

No Data: 20

Tanggal: 3 Februari 2013

Sumber Data: Laspen (40 th), Sakimah (60 th), Sukarjo (35 th), Rumiyati (48

th)

Konteks: DI RUMAH SUKI, TETANGGA-TETANGGA YANG SEDANG

MENJENGUK SUKI.

Data:

Sukarjo : “Permasalahane ku ra masalah orkes sing mesthi iku, ya

permasalahane ku gapura ku lho, lha kene kan permasalahan

orkes ku gak masalah ku Pen, lha gapura iku ditulisi masuk

Desa Plumbungan. Balane Khamdi gak nrimakna terus diteplok

mbi oli. Lha Plumbungan ku roh kan?balane sapa ngono, ganti

kene di botak iku gapurane.”

Laspen : “Jane ya kana kon ndandani gapura, lha kana kan sanggup,

nek moh, ya diduduk ae dalane.”

Sakimah : “Sing marai ku Suwono buntung ku a? tangane tugel san ben

ra nduwe tangan kabeh dhak lah thek.”

Sukarjo : “Ya anci nek gawe gara-gara neh meh dibrukna neh

gapurane.”

Sakimah : “Lha ku Ngatijan hare Parsi dhak ya takok hare dijarna lek

aku ning sawah thek ngene lapo leh mbah, lapo leh nget net

pathok ki lho sing ketok drejeg.”

Rumiyati : “Ya nek bar bar ngono ae.”

Semuanya : “Ngenyeki!”

Analisis:

Partikel kan terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan cara menekankan kepastian.

Partikel kan terletak di akhir kalimat interogatif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan cara menekankan pembuktian.

No Data: 21

86

Tanggal: 14 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22 th), Sakimah (60 th)

Konteks: DIRUMAH, SUASANA DINGIN, SAKIMAH SAKIT GIGI.

Data:

Eka : “Atise ngene kok kipasan.”

Sakimah : “Ndhek bengi atise nyekukluk.”

Eka : “Aku thek gak katisen leh.”

Sakimah : “Ape sembayang ora sida untuku lara.”

Eka : “Seseli bawang ku lho mbah.”

Sakimah : “Lha nek bolong a ka, hem ra bolong.”

Eka : “Ku lah nek priksa ya njabute nek wis gak lara.”

Sakimah : “Njabut ku dhak larang?”

Eka : “Kandani njabut ning puskesmas ok.”

Analisis:

Atise ngene kok kipasan.

Partikel kok terletak di tengah kalimat deklaratif berfungsi untuk

memulai komunikasi dengan cara menekankan teguran atau peringatan.

No Data: 22

Tanggal: 15 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22 th), Suratni (60 th), Djomo (55 th)

Konteks: DI JALAN,SURATNI SEDANG MELIHAT POHON

BERIMBING, EKA LEWAT.

Data:

Eka : “Lapo Nyi?”

Suratni : “Lapo”

Eka : “Ana wohe?”

(Tiba-tiba pak djomo lewat)

Eka : “Badhe ten pundi Pak?”

Djomo : “Ta nggoh anake damen ki maeng.”

Eka : “Mboten kok Pak.”

Djomo : “Lho bar ko kene ngko lek anake melok rene.”

87

Suratni : “Anake, pakane e ra tau ning kene ah.”

Eka : “Anggun gak tau mrene no?”

Suratni : “Mrene pisan ndhek mben iko.”

Eka : “Turu kene po ra?”

Suratni : “Ra tau ah.”

Eka : “He omah ki gung dinggoni no?”

Suratni : “Durung ah.”

Eka : “Iku sing nduwe sapa leh?”

Suratni : “Anake Patonah ah loran.”

Analisis:

Djomo : “Lho bar ko kene ngko lek anake melok rene.”

Suratni : “Anake, pakane e ra tau ning kene ah.”

Anake, pakane e ra tau ning kene ah.

Partikel ah terletak di akhir kalimat deklaratif yang berfungsi untuk

mengawali komunikasi dengan cara menekankan kepastian bahwa

anaknya Damen ataupun Damen tidak pernah pulang ke rumah.

No Data: 23

Tanggal: 15 Mei 2013

Sumber Data: Eka (22 th), Bagas (17 th)

Konteks: SAAT MAU MASUK RUMAH, BAGAS MENGHALANG-

HALANGI EKA.

Data:

Eka : “Jek e maksudem apa?”

„jek e maksudmu apa?‟

Bagas : “Lapo-lapo mbak, haha. Ki ku lapo ngunu ku. Drijinem tek lucu leh

mbak?”

„Apa-apa Mbak, haha. Ini itu ngapain. Jarimu tek lucu leh, Mbak?‟

Eka : “Geno?”

„Kenapa?‟

Bagas : “Ya piye ngono lho, kayak drijiku apik, drijinem lak lucu.”

„Ya gimana gitu lho, kayak jariku bagus, jarimu lak lucu.‟

Analisis:

88

“Jek e maksudem apa?”

Partikel jek e di awal kalimat imperatif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menunjukkan kekesalan Eka terhadap Bagas

yang menghalang-halangi pintu masuk.

No Data: 24

Tanggal: 15 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Rebi (54 th), Endang (29 th)

Konteks: PERCAKAPAN SAKIMAH, REBI, DAN ENDANG DI

PENJUAL SAYUR.

Data:

Sakimah : “Ki maeng anake sapa leh? kok ayu-ayu.”

Sarpinah : “Antri mbah?”

Sakimah : “Gak ah ta nteni jebule wonge ning njero pijet.”

Sakimah : “Pira Bi ki Bi?”

Rebi : “Duaribu.”

Sakimah : “Rongewu dhak alok suwiwine.”

(datang anak kecil dengan hansaplast di dahinya)

Sakimah : “Sirahe ditambal-tambal maeng lapo leh?”

Endang : “Bar tiba mbah.”

Sakimah : “Kon tuku iwak cilik-cilik ku lho kon mbothok hare. Ta

bothokna ya aku dhewe sing mangan athek.”

Analisis:

Sakimah : “Sirahe ditambal-tambal maeng lapo leh?”

Endang : “Bar tiba mbah.”

Partikel leh terletak di akhir kalimat interogatif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

89

No Data: 25

Tanggal: 15 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Bagas (17 th)

Konteks: SAKIMAH MELIHAT BAGAS SEDANG NONTON TV DI

RUMAH.

Data:

Sakimah : “Ora sinau kuwe ku, Gas?”

„Tidak belajar kamu tu, Gas?‟

Bagas : “Sik ah diluk ngkas!”

„Bentar ah bentar lagi!‟

Sakimah : “Mbok ya sinau sing mempeng ben lulus! Aja nonton kartun

ae!”

„Mbok belajar yang rajin supaya lulus! Jangan menonton kartun

saja!‟

Bagas : “Ngelu aku sinau terus, Mbah.”

„Pusing saya kalau belajar terus, Mbah.”

KONTEKS: SAKIMAH MELIHAT PUTRI MERENGEK-RENGEK

KARENA DIGODA BAGAS DI RUMAH.

Sakimah : “Mbok dijarna ae! Wong kok usil. Nangis ku lho!”

„Mbok dibiarin saja! Orang kok usil. Nangis tu lho!”

Bagas : “Apa? Mbeng-mbeng ah.”

„Apa? (Mbeng-mbeng=sebutan untuk orang yang suka nangis)

Analisis:

Mbok dijarna ae!

partikel mbok [mbo?] pada kalimat imperatif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menekankan perintah.

No Data: 26

Tanggal: 16 Mei 2013

Sumber Data: Ambar (27 th), Iqbal (5 th)

90

Konteks: AMBAR MELIHAT IQBAL MENANGIS DI RUMAH.

Data:

Ambar : “Thek nangis geno?”

„Thek menangis kenapa?‟

Iqbal : “Layanganku pedhot, Buk. (sambil menangis)

„Layanganku putus, Buk.‟

Analisis:

“Thek nangis geno?”

partikel thek [ṭe?] di awal kalimat interogatif berfungsi untuk memulai

komunikasi dengan cara menekankan keingintahuan.

No Data: 27

Tanggal: 16 Mei 2013

Sumber Data: Bagas (17 th), Eka (21 th)

KONTEKS: DI RUMAH, BAGAS MINTA UANG.

Data:

Bagas : “Kek i dhuwik a Mbak nggo tuku pulsa.”

„Kasih uang a Mbak buat beli pulsa.‟

Eka : “Cepet men ntek leh.”

„Cepat banget habis leh.‟

Bagas :“Tah nek mbek isikna sisan ben gak sah tuku.”

„Tah kalau kamu isikan sekalian biar tidak usah beli.‟

Eka : “Ya ah. Kok medhuk kuwe!”

„Ya ah. Kok enak banget kamu!‟

Analisis:

Ujaran “Tah nek mbek isikna sisan ben gak sah tuku.” [tah nƩ? mbƩ?

isI?nכ sisan bƩn ga? sah tuku] „Tah kalau kamu isikan sekalian biar tidak usah

beli.‟ merupakan kalimat deklaratif yang menyatakan harapan penutur agar

91

dibelikan pulsa sekalian. Kemunculan partikel tah [tah] pada kalimat deklaratif

berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara menunjukkan

pengharapan.

No Data: 28

Tanggal: 17 Mei 2013

Sumber Data: Marsijah (58 th), Sakimah (60 th)

KONTEKS: MARSIJAH MINTA TOLONG KEPADA SAKIMAH DI

RUMAHNYA.

Data:

Marsijah : “Mbok sesok tulung aku diiwangi ya, Mbok?”

„Mbok besok tolong bantuin saya ya, Mbok?‟

Sakimah : “Lek kon lapo ngono lho aku mbah? Wis ana wong akeh

ngono kok.”

„Lek suruh ngapain saya mbah? Sudah ada banyak orang.‟

Marsijah : “Ya iwangi mangan mangan ta apa.” (tertawa)

„Ya bantuin makan makan atau apa.‟

Analisis:

Ujaran “Lek kon lapo ngono lho aku mbah? [Le? kon lapo ŋono lho aku

mbah] „Lek suruh ngapain saya mbah?‟ merupakan kalimat interogatif yang

menyatakan penolakan secara halus kepada Marsijah bahwa Sakimah keberatan

kalau disuruh bantu-bantu Marsijah. Kemunculan partikel lek [le?] pada

kalimat interogatif berfungsi untuk mempertahankan komunikasi dengan cara

menekankan penolakan secara halus.

92

No Data: 29

Tanggal: 19 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Paini (45 th)

KONTEKS: SAKIMAH BERTEMU PAINI DI JALAN.

Data:

Paini : “Ra sah tiliki mbah, wis mari, wis iso ngarit.”

„Tidak usah jenguk mbah, udah sembuh, udah bisa ngambil rumput.”

Sakimah : “Lah sukur malah apik nek wis iso ngarit.”

„Lah sukur malah bagus kalau udah bisa ngambil rumput.‟

(terdiam melanjutkan perjalanan)

Analisis:

Ujaran “Lah sukur malah apik nek wis iso ngarit.” [lah sUkUr malah apI?

nƩ? wIs iso ŋarIt] „Lah sukur malah bagus kalau udah bisa ngambil rumput.‟

merupakan kalimat deklaratif yang menunjukkan paksaan Sakimah kepada

lawan bicaranya untuk tetap menjenguk Kusnin walaupun sudah sembuh.

Kemunculan partikel lah [lah] pada kalimat deklaratif berfungsi untuk

mengakhiri komunikasi dengan cara menekankan pemaksaan.

No Data: 30

Tanggal: 19 Mei 2013

Sumber Data: Sakimah (60 th), Bagas (17 th)

KONTEKS: BAGAS MENGAMBIL BUKU DAN BELAJAR DI DEPAN

TV.

Data:

Bagas : “Sinau ning kene ah!”

„Belajar di sini ah!‟

93

Sakimah : “Mbok ning kana ae! Ben ra keganggu tipi.”

„Mbok di sana aja! Biar tak terganggu TV.‟

(terdiam)

Analisis:

Ujaran “Mbok ning kana ae! [mbo? nIŋ kכnכ ae!] „Mbok di sana saja!‟

merupakan kalimat imperatif yang menyatakan pemberian saran penutur

kepada mitra tutur untuk tidak belajar di depan TV. Kemunculan partikel mbok

[mbo?] pada kalimat imperatif berfungsi untuk mengakhiri komunikasi dengan

cara memberi saran.