Makalah Ikan Gabus

12
 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha budidaya ikan sekarang ini semakin bertambah intensif. Hal ini sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi, dimana kita cenderung menggunakan lahan seminimal mungkin namun diharapkan dapat memberikan hasil yang semaksimal mungkin, sehingga hasil produksi semakin meningkat. Budidaya ikan bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi daripada bila ikan itu dibiarkan hidup secara alami sepenuhnya. Budidaya ikan di Indonesia terutama dilaksanakan di kolam, tambak, sawah dan keramba atau kurungan (Augusta, 2011). Ikan gabus (Channa striata) adalah merupakan ikan lokal Kalimantan Tengah, dan juga merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk awetan atau kering. Ikan gabus mempunyai ciri-ciri tubuhnya panjang, kepala seperti kepala ular, sirip punggung dan sirip anus panjang berdiri, bentuk sirip ekor membundar,  punggung berwarna kecoklatan hampir hitam, bagian perut putih keperakan atau terang. Tergolong ikan buas, termasuk jenis karnivora. Pada tingkat larva makanannya adalah rotozoa dan algae. Sedangkan pada tingkat dewasa makanannya adalah ikan-ikan kecil, insekta, cacing dan udang, sehingga kadang- kadang kehadirannya sebagai penggangu bagi ikan lainnya (Wa hyuningsih, 1998). Ikan gabus hidup di perairan tawar dengan pH berkisar antara 4,5 - 6 dan tidak  begitu dalam, terutama di sungai, danau dan rawa serta perairan payau (Asma wi, 1986). Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang digunakan untuk keperluan konsumsi. Ikan gabus diketahui memiliki kandungan protein yang disebut albumin yang sangat tinggi. Kandungan tersebut sangat baik bagi tubuh manusia, mengingat albumin adalah salah satu bagian protein yang cukup penting. Dengan kandungan nutrisi yang dimiliki oleh ikan gabus, mengkonsumsi ikan gabus secara rutin dipercaya mampu mengatasi berbagai macam jenis penyakit  berbahaya, seperti stroke, hepatitis, maupun infeksi paru-paru.

description

budidaya ikan gabus

Transcript of Makalah Ikan Gabus

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangUsaha budidaya ikan sekarang ini semakin bertambah intensif. Hal ini sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi, dimana kita cenderung menggunakan lahan seminimal mungkin namun diharapkan dapat memberikan hasil yang semaksimal mungkin, sehingga hasil produksi semakin meningkat. Budidaya ikan bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi daripada bila ikan itu dibiarkan hidup secara alami sepenuhnya. Budidaya ikan di Indonesia terutama dilaksanakan di kolam, tambak, sawah dan keramba atau kurungan (Augusta, 2011).Ikan gabus (Channa striata) adalah merupakan ikan lokal Kalimantan Tengah, dan juga merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk awetan atau kering. Ikan gabus mempunyai ciri-ciri tubuhnya panjang, kepala seperti kepala ular, sirip punggung dan sirip anus panjang berdiri, bentuk sirip ekor membundar, punggung berwarna kecoklatan hampir hitam, bagian perut putih keperakan atau terang. Tergolong ikan buas, termasuk jenis karnivora. Pada tingkat larva makanannya adalah rotozoa dan algae. Sedangkan pada tingkat dewasa makanannya adalah ikan-ikan kecil, insekta, cacing dan udang, sehingga kadang-kadang kehadirannya sebagai penggangu bagi ikan lainnya (Wahyuningsih, 1998). Ikan gabus hidup di perairan tawar dengan pH berkisar antara 4,5 - 6 dan tidak begitu dalam, terutama di sungai, danau dan rawa serta perairan payau (Asmawi, 1986).Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang digunakan untuk keperluan konsumsi. Ikan gabus diketahui memiliki kandungan protein yang disebut albumin yang sangat tinggi. Kandungan tersebut sangat baik bagi tubuh manusia, mengingat albumin adalah salah satu bagian protein yang cukup penting. Dengan kandungan nutrisi yang dimiliki oleh ikan gabus, mengkonsumsi ikan gabus secara rutin dipercaya mampu mengatasi berbagai macam jenis penyakit berbahaya, seperti stroke, hepatitis, maupun infeksi paru-paru.Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat pemakan segala yang predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Asal usul Ikan Gabus, Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai berkurang, sehingga budiadaya ikan gabus ini sangat perlu dikembangkan.

1.2. TujuanTujuan dari pembuatan materi ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui pembenihan ikan gabus (Channa striata) secara alami2. Mengetahui pembesaran larva ikan gabus di Indonesia berbasis biofilter system

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan gabus, Channa striata (Bloch 1793) merupakan ikan air tawar yang melakukan pemjahan secara alami selama musim hujan. Secara alami, faktor fisiologis dan lingkungan dijadikan pertimbangan sebagai isyarat penting dalam merangsang pemijahan pada ikan teleost. Pada wilayah tropis, perubahan temperatur perairan dan amplitude ketinggian permukaan air yang disebabkan oleh pergantian musim dapat menjadi trigger untuk ikan gabus dalam melakukan pemijahan (Zairin et al., 2001). Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa); dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama, seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped snakehead juga aruan. Name ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dan ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus. Adapun klasifikasi dari ikan gabus adalah sebagai berikut:kelas: Pisces Subkelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Famili: Channidaeae Genus: Channa Species: Channa sriataIkan gabus yang tertangkap di awal musim kemarau sampai puncak musim kemarau, 75-80% berada pada fase perkembangan gonad. Di awal musim penghujan, dimana kondisi perairan rawa belum stabil maka dikondisi air bangai pemijahan ikan belum terjadi. Hal ini memberikan indikasi bahwa secara alami, ikan-ikan yang berpijah tergantung dengan musim dapat dijadikan indikator pulihnya lingkungan perairan tersebut (Bijaksana, 2012).Ikan gabus (Channa striata) merupakan asli yang hidup di peraiaran umum Indonesia yang nilai ekonominya makin menunjukkan peningkatan. Di Sumatera Selatan ikan gabus selain dijadikan lauk juga diolah menjadi makanan olahan seperti empek-empek dan kerupuk, bahkan di Malaysia sudah popular sebagai bahan obat. Usaha budidaya ikan gabus mulai berkembang terutama di perairan umum tipe rawa dengan memanfaatkan benih yang berasal dari alam. Keberlanjutan usaha budidaya ikan gabus selain memanfaatkan benih alami perlu ditunjang oleh upaya perbenihan. Dalam kegiatan perbenihan selain teknik pemijahan juga sangat penting teknologi perawatan benih dari ukuran larva sampai siap ditebar (Gaffar et al., 2012).Di beberapa lokasi, pemijahan alami ikan gabus terjadi di awal musim penghujan sampai pertengahan musim penghujan. Setelah melewati kondisi air bangai dan ketinggian air berangsur naik biasanya terjadi pemijahan dengan membuat sarang di sekitar tumbuhan air atau di pinggiran perairan yang dangkal yang mana berarus lemah, ikan gabus dapat memijah dengan umur induk sekitar 9 bulan pada ukuran sekitar 21 cm (Haniffa et al., 1996). Di Srilangka ikan Gabus memijah beberapa kali dalam setahun, sedangkan di Fhilipina ikan gabus dapat memijah setiap bulan. Musim pemijahan ikan gabus di Thailand antara bulan Mei sampai Oktober, dengan puncaknya pada bulan Juli sampai September (Wee, 1982). Larva ikan gabus dapat dipelihara di dalam wadah budidaya dengan pemberian pakan tambahan. Pemijahan alami ikan gabus di perairan rawa Bangkau terjadi antara bulan Agustus sampai Pebruari dengan masa puncak terjadi pada bulan Desember (Bijaksana, 2012).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOFILTER SYTEM MENGGUNAKAN ENCENG GONDOKKolam pengendapan sebagai pengendap lumpur dapat juga sebagai biofilter yaitu dengan menambahkan tumbuhan air ke dalamnya. Untuk jenis tanaman air yang dapat membantu penyaringan/filterisasi pilihlah jenis tanaman yang mengapung seperti eceng gondok (Eichornia crassipes), jenis tanaman terendam seperti Hydrilla dan jenis tanaman yang perakarannya tertanam di bagian dasar seperti lotus/teratai. Kolam dengan system biofilter melalui tanaman air digabung dengan system buatan akan menghasilkan kualitas air yang lebih baik.

Gambar 1. Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes)Tanaman air juga dapat menyerap zat racun yang dihasilkan oleh kotoran dan urine ikan (amoniak) dan efektif meningkatkan kadar oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Bila lahan yang tersedia sedikit dan kita membuat kolam berukuran kecil tentu saja luasan kolam penyaring alami ini disesuaikan dengan lahan yang tersedia, atau hanya menambahkan penyaring saja dengan catatan kolam tidak terkena matahari langsung dan air hujan tidak masuk ke kolam ini juga berakibat pada jenis dan jumlah ikan yang dipelihara menjadi terbatas. Disini kita menggunakan eceng gondong sebagai biofilternya, kelebihan eceng gondok dari pada tanaman air yang lainnya yaitu :1. mudah tumbuhnya2. mudah didapat3. mudah hidupnya4. daunnya yang hijau enak dilihat5. bunganya pun cukup cantik berwarna ungu6. tidak menyebabkan gatal7. tidak perlu perlakuaan khusus dalam perawatannya,Atau kita dapat pula membuat kolam khusus untuk penyaring biofilter ini. Tidak harus besar cukup 100 cm x 50 cm dengan kedalaman 25 cm. Ketebalan taburan pasir dan kerikil pada dasar kolam setebal 1 cm. Posisi kolam biofiler ini lebih tinggi dari kolam utamanya. Setelah kolam diisi air masukkan eceng gondok sampai menutupi seluruh permukaan kolam. Air di salurkan dari kolam utama menggunakan Pompa air (water pump) ke kolam biofilter melalui pipa di mana pada bagian ujung pipa yang berada pada dasar kolam disambungkan dengan alat penetral pH air sederhana yang telah dibolong-bolongi hanya saja bolongan pada kemasan air minum ini lebih banyak dibandingkan bila kita gabungkan alat ini dengan penyaring buatan.

Gambar 2. Kolam biofilter menggunakan enceng Gondok (Eichornia crassipes)4.1. Perbedaan jantan dan betinaPerbedaan ikan Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah yaitu dengan cara melihat tanda-tanda pada tubuh. Ikan Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Sedangkan ikan betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah mencapai 1 kg (Bijaksana, 2012)4.2. Pemijahan ikan gabusDi beberapa lokasi, pemijahan alami ikan gabus terjadi di awal musim penghujan sampai pertengahan musim penghujan. Setelah melewati kondisi air bangai dan ketinggian air berangsur naik biasanya terjadi pemijahan dengan membuat sarang di sekitar tumbuhan air enceng gondok atau di pinggiran perairan yang dangkal yang berarus lemah, dapat memijah dengan umur induk sekitar 9 bulan pada ukuran sekitar 21 cm. Pemijahan ikan gabus dapat berlangsung 2-3 kali dalam satu musim pemijahan bahkan masih terjadi pemijahan di akhir musim penghujan. Dari beberapa parameter status reproduksi yang dimati maka perubahan ketinggian air erat berhubungan dengan diameter telur (Bijaksana, 2012). Pemijahan ikan gabus dapat dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Hal pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m, kemudian dilakukan pengeringan selama 3 4 hari, selanjutnya memasukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan. Agar ikan gabus dapat memijah maka menggunakan rangsangan yaitu adanya eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak. Lalu memasukan 30 ekor induk betina dan 30 ekor induk jantan. Setelah dimasukan kemudian dibiarkan memijah dengan sendirinya. Apabila telur sudah terlihat dibak tersebut maka telur di ambil dengan sekupnet halus, sehingga telur siap untuk ditetaskan. Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur ikan gabus bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 11.000 butir. Ikan gabus dengan kisaran bobot 60-640 fekunditas antara 1,141-16,486 butir dan kisarn bobot gonad antara 1,15 dan 17,04 gram. Diameter telur ikan gabus pada TKG III berkisar antara 0,65-1,27 mm. TKG IV dan V berkisar antara 0,65-1.34 mm (Makmur, 2006).4.3. Penetasan telur ikan gabusPenetasan telur dilakukan di akuarium. Pertama yaitu menyiapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm, kemudian dilakukan pengeringan selama 2 hari, lalu pengisian air bersih setinggi 40 cm, memasangkan dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan, dan dipasang pemanas air hingga bersuhu 28oC, selanjutnya masukan telur dengan kepadatan 4 6 butir/cm2 dan diiarkan hingga menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan (Makmur, 2006).4.4. Pemeliharaan larva ikan gabusPemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Artemia sp, memiliki kandungan protein serta susunan asam amino yang hampir sama satu sama lain, bentuk dari pakan yang diberikan dalam bentuk tepung juga sama-sama mudah dicerna oleh benih ikan gabus (C.striata), aroma pakan yang diberikan juga sama-sama dapat merangsang nafsu makan benih ikan gabus (C. striata). Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas air (Kurnia et al., 2013).4.5. Pendederan ikan gabus Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan kolam ukuran 200 m 2, kemudian dikeringkan selama 4 5 hari, selama pengeringan seluruh bagian kolam dilakukan perbaiakn, hal ini dilakukan apabila terjadi kerusakan pada kolam tersebut. Pembuatan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm, untuk penumbuhan pakan alami kolam ditebarkan 5 7 karung kotoran ayam atau puyuh, selanjutnya pengisian air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan). Larva ikan gabus ditebar sebanyak 4.000 ekor pada pagi hari, setelah 2 hari, diberi 1 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari, pemanenan benih dilakukan setelah berumur 3 minggu (Sasanti dan Yulisman, 2012).4.6. Pembesaran ikan gabusPembesaran ikan gabus dapat dilakukan di kolam tanah, kolam terpal, maupun kolam semen. Pertama yaitu persiapan kolam, apabila kolam telah disiapkan maka isilah kolam dengan air sampai ketinggian minimal 80 cm karena ikan gabus sangat menyukai perairan yang dalam. Masukkan juga obat anti jamur dan bakteri ke dalam kolam. Setelah memasukkan benih ikan gabus, benih yang dimasukkan sebaiknya sudah berukuran 4-6 cm atau lebih besar. Kegiatan pembesaran ini pakan merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan ikan gabus, untuk pemberian pakan pada awal pembesaran disesuaikan dengan ukuran benih yang dimasukkan ke dalam kolam untuk benih ukuran 4-6 cm sebaiknya diberikan pelet PF 800. Pemberian pakan diberikan sebanyak 4-5 kali dalam sehari dengan interval 4 jam. Pakan untuk pembesaran ikan gabus diberikan secukupnya dengan selalu mengamati ikan pada waktu makan hal ini untuk mencegah pakan tidak habis yang akhirnya membuat air kolam menjadi cepat kotor (Sasanti dan Yulisman, 2012). Kualitas air dalam kegiatan budidaya ikan gabus juga harus diperhatikan. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan gabus apabila kondisi air tidak lagi sesuai dengan kebutuhan ikan gabus khususnya kandungan amoniak yang ada di dalam air kolam. Untuk menjaga kualitas air kolam maka air kolam harus diganti secara berkala, hal ini tergantung dari faktor padat tebar benih dalam kolam maupun faktor lain seperti tumbuhnya lumut dalam kolam. Padat tebar 50 ekor/m3 maka air kolam dapat diganti dua minggu sekali, penggantian air dilakukan dengan cara membuang air bawah kolam sebanyak 2/3 kemudian diisi lagi dengan air yang baru sampai air mencapai ketinggian semula namun apabila kolam telah ditumbuhi banyak lumut maka air kolam harus secepatnya diganti secara menyeluruh dan kita juga harus membersihkan lumut yang tumbuh pada dinding-dinding kolam dan dasar kolam (Muthmainnah, 2013). Secara biologi, ikan gabus masih tahan terhadap kondisi tingkungan perairan yang kurang baik. Datam kondisi kekurangan air ikan gabus masih mampu bertahan hidup karena ikan gabus memiliki atat bantu pernafasan sehingga dapat memanfaatkan oksigen bebas di udara untuk proses pernafasanya. Sifat ini sangat menguntungkan datam usaha membudidayakan ikan gabus, karena ikan gabus memiliki ketahanan hidup tebih tinggi (Muslim, 2007). Penyortiran dapat dilakukan setelah 4 minggu terhitung dari hari memasukkan benih, penyortiran dilakukan dengan mengelompokkan ukuran ikan gabus kedalam 2 bagian, selanjutnya kelompok ikan gabus yang besar dan kelompok ikan gabus yang lebih kecil dibesarkan dalam kolam yang berbeda hal ini dilakukan untuk mencegah kelompok ikan gabus yang lebih kecil kalah dalam perebutan makanan. Pada umumnya ikan gabus sudah dapat di panen ketika sudah mencapai umur 6-7 bulan dengan ukuran 5-6 ekor dalam satu kilo .

DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Cetakan Kedua. Gramedia Jakarta.

Augusta, Tania Serezova. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Cincangan Bekicot dengan Persentase yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata). Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya. Media SainS,Volume 3 Nomor 1. ISSN 2085-3548 52.

Bijaksana, Untung. 2012. Dosmestikasi Ikan Gabus, Channa Striata Blkr, Upaya Optimalisasi Perairan Rawa Di Provinsi Kalimantan Selatan. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Lambung Mangkurat. Lampung. Jurnal Lahan Suboptimal. ISSN2252-6188 Vol. 1, No.1: 92-101.

Gaffar, Abdul Karim., Dina Muthmainnah dan Ni Komang Suryati. 2012. Perawatan Benih Ikan Gabus Channa striata dengan Perbedaan Padat Terbar dan Perbedaan Volume Pakan. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. Palembang. Prosiding Insinas.

Haniffa MA, Shaik MS, Rose TM. 1996. Induction of ovulation in Channa striatus (Bloch) by sGnRHa. Fishing Chimes. 16: 23 24.

Kurnia, D., Amin Alamsjah dan Epy Muhammad Luqman. 2013. Pengaruh Substitusi Artemia spp. Dengan Keong Macan (Pomacea Canaliculata) dan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Pertumbuhan dan Retensi Protein Benih Ikan Gabus (Channa striata). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 5 (2).

Makmur, Safran. 2006. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Gabus (Channa striata BLOCH) di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Jurnal Perikanan, 8 (2): 254-259.

Muslim. Potensi, Peluang dan Tantangan Budidaya Ikan Gabus (Channa sriata) di Propinsi sumatera Selatan. Prosiding Forum Perairan Umum lndonesia lV.

Muthmainnah, Dina. 2013. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan gabus (Channa striata Bloch, 1793) yang dibesarkan di rawa lebak, Provinsi Sumatera Selatan. Depik, 2(3): 184-190.

Sasanti, A.D., dan Yulisman. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus (Channa striata) yang Diberi Pakan Buatan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea sp.). Jurnal Lahan Suboptimal, 1 (2): : 158-162.

Wahyuningsih, 1998. Pemeliharaan Ikan Lokal Dalam Keramba Terapung Oleh Masyarakat Di Sungai Rungan Desa Marang Lama Kelurahan Marang kecamatan Bukit Batu Kotamadya Palangka Raya. Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

Wee KL. 1982. The biology and culture of snakeheads. Recent advances in aquaculture, Westview Press, Boulder, Colorado.

Zairin MJr, Furukawa K, Aida K. 2001. Induction of spawning in the tropical walking catfish, Clarias batrachus by controlling water level and temperature. Biotropia 16:18-27.