Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

19
Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan Juni 2019 Pedoman tentang tata cara perusahaan menangani restorasi dan kompensasi lingkungan yang terkait dengan komitmen bebas deforestasi dan konversi Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Transcript of Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

Page 1: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

1

Pedoman OperasionalRestorasi dan Kompensasi Lingkungan

Juni 2019

Pedoman tentang tata cara perusahaan menangani restorasi dan kompensasi lingkungan yang terkait dengan komitmen bebas deforestasi dan konversi

Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Page 2: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

© 2019 Accountability Framework initiative. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

DISKLAIMER: Produk kerja ini dimaksudkan sebagai imbauan saja dan bukan sebagai opini atau nasihat hukum tentang persoalan yang ditangani. Pembaca disarankan untuk melibatkan penasihat hukum sejauh yang diperlukan.

Accountability Framework dibuat melalui proses konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk perusahaan, LSM, dan pemerintah, serta mengikuti praktik-praktik yang baik dan berlaku untuk inisiatif multi pihak.

Dokumen ini adalah bagian dari Accountability Framework versi 1.0 (dirilis pada Juni 2019), yang mewakili konsensus anggota Kelompok Pengarah Accountability Framework initiative (AFi) yang berpartisipasi dalam pengembangannya:

Untuk informasi lebih lanjut tentang AFi dan proses pengembangan Framework, silakan kunjungi www.accountability-framework.org

AFi didanai oleh:

Tim utama AFi (sekretariat) dipimpin bersama oleh Rainforest Alliance dan Meridian Institute.

Pakar independent

Inisiatif Kerangka Akuntabilitas bertanggung jawab atas isi dokumen ini, yang mungkin tidak mewakili pandangan para penyandang dana AFi.

Page 3: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

i

Daftar Isi i

Tujuan & ringkasan 01

1. Tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki deforestasi atau konversi di masa lalu 04

2. Parameter untuk restorasi dan konservasi lingkungan yang efektif 06

2.1 Menetapkan apa yang perlu direstorasi atau dikompensasi 06

2.2 Menetapkan, merancang, dan melaksanakan pendekatan-pendekatan restorasi atau konservasi yang paling tepat 08

2.3 Pendokumentasian, pemantauan, verifikasi, dan pengungkapan informasi 12

Page 5: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

01Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

Tujuan & ringkasanPedoman Operasional ini menjabarkan Prinsip Inti 1.1, 1.2, dan 9 dari Accountability Framework untuk menjelaskan bagaimana perusahaan perlu menangani restorasi dan kompensasi lingkungan yang terkait dengan komitmen bebas deforestasi dan konversi.

Sebagaimana ditetapkan dalam Prinsip Inti 1, perusahaan harus menghindari konversi atau degradasi sejak awal. Keunggulan perlindungan ekosistem dibandingkan dengan restorasi atau kompensasi (dengan kata lain hierarki mitigasi) adalah prinsip manajemen lingkungan yang diakui secara luas. Pedoman ini membahas situasi-situasi di mana perbaikan diperlukan untuk mengatasi deforestasi dan konversi di masa lalu. Perbaikan ini dapat berbentuk restorasi lingkungan dan/atau kegiatan konservasi yang memberikan peningkatan (tambahan) manfaat konservasi untuk melindungi dan memperkuat ekosistem dan nilai-nilai konservasinya.

Bagian-bagian dari pedoman ini juga relevan bagi perusahaan yang memilih untuk melakukan atau mendukung restorasi untuk membantu memberikan manfaat positif, yang tidak terkait dengan kewajiban yang timbul dari deforestasi atau konversi di masa lalu.

Dokumen ini membahas topik-topik berikut:

1) Perincian tanggung jawab perusahaan untuk restorasi dan/atau konservasi dalam memperbaiki deforestasi atau konversi di masa lalu

2) Parameter untuk menjalankan kegiatan restorasi atau konservasi lingkungan yang efektif

Mengingat ruang lingkup Accountability Framework, Pedoman Operasional ini berfokus pada perbaikan terhadap deforestasi, konversi, dan dampak lingkungan yang terkait. Pedoman ini tidak secara langsung membahas perbaikan untuk kerusakan atau kerugian lingkungan yang lain, seperti yang terkait dengan polusi, kecuali sejauh hal tersebut merupakan konsekuensi dari deforestasi atau konversi. Dalam kasus kerugian lingkungan yang berdampak pada Hak Asasi Manusia, persyaratan untuk memperbaiki dampak juga harus diikuti, sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan. Pedoman Operasional ini juga berkaitan erat dengan

Page 6: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

02 Accountability Framework

Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan, yang menguraikan bagaimana perusahaan mengidentifikasi dan mengelola kejadian-kejadian ketidakpatuhan, beberapa di antaranya dengan melakukan restorasi.

Catatan penting: restorasi atau kompensasi tidak boleh digunakan untuk membenarkan atau sebagai ganti rugi bagi deforestasi atau konversi baru

Sebagaimana dinyatakan di atas, prinsip utama Accountability Framework adalah bahwa produksi, pembelian dan pengadaan, serta pembiayaan komoditas tidak boleh menyebabkan atau berkontribusi pada deforestasi atau konversi baru. Dengan demikian, restorasi atau kompensasi — atau rencana atau komitmen untuk memperbaiki atau memberikan kompensasi — tidak boleh digunakan untuk membenarkan atau sebagai ganti rugi (offset) dari deforestasi atau konversi baru yang berkaitan dengan pertanian atau kehutanan. Persyaratan ini dijabarkan dalam beberapa bagian di dalam Framework, termasuk yang berikut:

y Prinsip Inti 1.1 dan 1.2 mendesak perusahaan untuk berkomitmen dalam menghapuskan deforestasi dan konversi ekosistem alami lainnya, masing-masing, dari kegiatan produksi, pembelian dan pengadaan, serta investasi keuangan mereka. Definisi yang sesuai mengklarifikasi bahwa ini artinya adalah tanpa gross deforestation dan tanpa gross conversion.

+ Hal ini berarti bahwa kegiatan perusahaan yang mensyaratkan ganti rugi untuk deforestasi atau konversi baru dengan restorasi atau konservasi — atau bentuk lain dari penghitungan “nett” bagi deforestasi atau konversi — tidak mematuhi Accountability Framework.

y Prinsip Inti 1.1 dan 1.2 juga menuntut bahwa penetapan tanggal batas akhir sesudah unit lahan terkait dengan deforestasi maupun konversi, dianggap tidak patuh. Parameter untuk tanggal batas akhir yang tepat ditentukan dalam Pedoman Operasional Tanggal Batas Akhir.

+ Ketentuan-ketentuan ini berarti bahwa setiap deforestasi atau konversi baru yang dilakukan dapat menyebabkan unit produksi dan produk yang terkait tidak patuh dengan banyak komitmen rantai pasokan dari pembeli hilir saat ini atau di masa depan, kemungkinan secara permanen. Hal ini benar tanpa menghiraukan apakah perusahaan yang melakukan, membiayai, atau mendukung deforestasi atau konversi memiliki komitmen bebas deforestasi atau konversi.

Page 7: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

03Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

y Bagian 4 dari Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan menguraikan parameter untuk menilai tingkat keparahan ketidakpatuhan dan jalur tindakan yang sesuai. Materi ini menjelaskan bahwa deforestasi atau konversi baru yang signifikan biasanya merupakan bentuk ketidakpatuhan yang parah (Bagian 4.2.1, Faktor A, B, dan C). Jika dilakukan secara sadar (Faktor D), tindakan tersebut akan sangat memberatkan pertimbangan untuk menangguhkan atau mengecualikan pemasok yang bertanggung jawab atas deforestasi atau konversi tersebut dari rantai pasokan.

+ Pedoman ini berarti bahwa deforestasi atau konversi baru dapat mengakibatkan hambatan atau pengecualian pasar, walaupun hal itu terkait dengan rencana untuk restorasi atau konservasi. Sebagaimana ditunjukkan pada Bagian 4.2.2 dari Pedoman Operasional ini, hambatan atau pengecualian seperti itu dapat meluas melebihi dari unit produksi dan volume produksi yang terkait dengan deforestasi atau konversi baru dan mencakup bagian-bagian lain dari bisnis pemasok.

Konsisten dengan persyaratan tersebut, Pedoman Operasional ini tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam memilih atau merancang kegiatan restorasi dan konservasi yang dilakukan untuk membenarkan atau mengganti rugi deforestasi atau konversi baru. Sebaliknya, pedoman ini membahas situasi ketika restorasi atau kompensasi diharuskan untuk memperbaiki deforestasi atau konversi di masa lalu. Bagian-bagian dari pedoman ini juga relevan bagi perusahaan yang memilih untuk melakukan atau mendukung restorasi untuk membantu mewujudkan manfaat positif, terpisah dari kewajiban apapun yang timbul dari deforestasi atau konversi di masa lalu.

Page 8: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

04 Accountability Framework

1. Tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki deforestasi atau konversi di masa lalu

Sebagaimana dinyatakan dalam Prinsip Inti 9.1, perusahaan diharapkan untuk membantu atau bekerja sama dalam memberikan perbaikan yang layak dan adil dalam kasus dampak buruk terhadap Hak Asasi Manusia atau lingkungan. Dalam hal deforestasi, konversi, dan hilangnya nilai-nilai konservasi terkait yang timbul dari produksi komoditas, perbaikan yang layak dan adil membutuhkan tindakan efektif untuk mengembalikan ekosistem dan nilai-nilainya kepada kondisi sebelumnya dan/atau menyediakan kompensasi yang sesuai untuk ekosistem dan nilai-nilai yang hilang (lihat Definisi).

Perusahaan diharapkan untuk melakukan atau mendukung restorasi atau kompensasi ketika mereka menyebabkan, berkontribusi, atau ikut bertangung jawab terhadap kejadian deforestasi atau konversi yang terjadi sebagai pelanggaran atas komitmen rantai pasokan perusahaan.1 Hal ini mencakup keadaan di mana:

1) perusahaan memiliki atau mengelola lahan di mana telah terjadi deforestasi atau konversi yang melanggar komitmen perusahaan;

2) perusahaan telah mengambil alih tanggung jawab untuk memulihkan atau mengganti rugi deforestasi atau konversi tersebut dari pemilik atau pengelola sebelumnya sesuai dengan Prinsip Inti 9.4; atau

3) perusahaan berkontribusi terhadap deforestasi atau konversi yang melanggar komitmennya, contohnya dengan membiayai, mendukung, memberi wewenang, memfasilitasi, atau menganjurkan deforestasi atau konversi (lihat Bagian 4.2.1.d dari Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan).

1 Deforestasi atau konversi pada umumnya melanggar komitmen perusahaan jika terjadi sesudah tanggal batas akhir yang ditetapkan dalam komitmen (lihat Pedoman Operasional Tanggal Batas Akhir untuk informasi tentang tanggal batas akhir yang tepat). Apabila tanggal batas akhir tidak ditetapkan dalam komitmen, maka sebagai standar harus dianggap bahwa deforestasi atau konversi yang terjadi sesudah tanggal dimulainya komitmen.

Page 9: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

05Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

Perusahaan juga diharapkan untuk melakukan atau mendukung restorasi atau bentuk kompensasi lainnya ketika diwajibkan oleh hukum yang berlaku. Sebagaimana dengan semua aspek Accountability Framework, komitmen sukarela merupakan tambahan terhadap persyaratan hukum, dan persyaratan serta praktik yang lebih ketat mengenai restorasi dan kompensasi adalah yang harus dipatuhi.

Perusahaan pada tingkat industri hilir juga didorong untuk mendukung atau berpartisipasi secara aktif dalam restorasi dan/atau upaya konservasi untuk memperbaiki deforestasi atau konversi yang disebabkan oleh pemasok langsung atau tidak langsung, meskipun ketika perusahaan pada tingkat industri hilir tersebut tidak secara langsung menyebabkan atau berkontribusi kepada kerusakan lingkungan.

Parameter untuk restorasi atau konservasi yang efektif diuraikan pada bagian berikut dan menjelaskan bagaimana persyaratan pada Prinsip Inti 9.1 harus diterapkan.

Page 10: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

06 Accountability Framework

2. Parameter untuk restorasi dan konservasi lingkungan yang efektif

Bagian ini memberikan perincian tambahan tentang bagaimana perusahaan dapat menentukan apa yang perlu direstorasi atau dikompensasi (Bagian 2.1), bagaimana untuk merancang dan menerapkan kegiatan restorasi dan konservasi yang efektif (Bagian 2.2), dan bagaimana mendokumentasikan serta memantau kegiatan-kegiatan tersebut (bagian 2.3). Materi ini membahas situasi ketika restorasi atau kompensasi diharuskan untuk memperbaiki deforestasi atau konversi di masa lalu. Prinsip-prinsip dan praktik yang baik dalam Bagian 2.2 dan 2.3 berlaku sama untuk kegiatan restorasi atau konservasi yang dilakukan untuk membantu memberikan manfaat positif, terpisah dari kewajiban apapun yang muncul dari deforestasi atau konversi di masa lalu.

2.1 Menetapkan apa yang perlu direstorasi atau dikompensasi

Sebagai langkah pertama, perusahaan perlu menentukan tingkat dan bentuk deforestasi, konversi, dan dampak terkait yang harus diperbaiki atau dikompensasi sesuai dengan tiga keadaan yang tercantum dalam Bagian 1, di atas. Penilaian ini harus mencatat jumlah kehilangan (misalnya, jumlah hektar ekosistem alami yang hilang atau rusak) dan kualitas serta nilai yang hilang (misalnya, nilai dan fungsi ekosistem, elemen tertentu dari keanekaragaman hayati seperti spesies individu atau kumpulan spesies, konektivitas bentang alam, nilai daerah aliran sungai yang sangat penting, situs warisan budaya, dll.). Penilaian ini perlu menggabungkan informasi terbaik yang tersedia dari wilayah yang dimaksud dan partisipasi pemangku kepentingan setempat dan yang terkena dampak. Penilaian ini juga harus dapat diakses publik untuk komentar.

Ketika restorasi dilakukan sebagai bentuk perbaikan, biasanya luas lahan yang direstorasi setidaknya harus sama besar dengan luas lahan yang hancur atau rusak parah. Jika wilayah restorasi yang diusulkan memiliki nilai konservasi yang lebih rendah daripada wilayah yang terdeforestasi atau dikonversi, maka diperlukan rasio lebih dari satu unit area restorasi untuk

Page 11: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

07Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

tiap unit area yang dikonversi. Ketika konservasi dilakukan sebagai bentuk perbaikan, rasio wilayah untuk konservasi dengan wilayah yang hancur atau rusak parah harus mencukupi untuk total keuntungan konservasi tambahan (yaitu tambahan dari skenario business-as-usual) yang diberikan oleh kegiatan konservasi untuk mengimbangi atau melebihi total kehilangan. Kegiatan restorasi atau konservasi juga perlu memberikan manfaat yang sebanding (like-for-like) sebagai perbaikan dari nilai lingkungan yang hilang atau rusak.

Selain itu, mengingat risiko non permanen dan pembalikan (reversal) dari gangguan alami dan antropogenik yang melekat dengan kegiatan restorasi atau konservasi, pendekatan konservatif perlu diambil untuk memastikan bahwa kegiatan restorasi atau konservasi memberikan perbaikan yang memadai dan berjangka panjang bagi nilai-nilai lingkungan yang hilang atau rusak. Tergantung kepada risiko dalam konteks tertentu, sebagaimana ditentukan oleh penilaian risiko, hal ini mungkin membutuhkan rasio area restorasi atau konservasi yang lebih besar terhadap area yang dikonversi, atau menggunakan asuransi gabungan (pooled insurance) atau pendekatan buffer untuk mengurangi risiko tersebut.

Dalam konteks sistem produksi petani kecil, persyaratan umum untuk restorasi atau konservasi yang diuraikan dalam paragraf sebelumnya dapat disesuaikan mengingat kemampuan petani kecil untuk memulihkan atau mengkompensasi deforestasi atau konversi di masa lalu mungkin terbatas oleh berbagai faktor dalam situasi mereka. Misalnya, petani kecil yang mata pencahariannya bergantung kepada praktik pada lahan pertanian yang tidak sesuai komitmen bebas deforestasi perusahaan, dapat menghadapi persoalan ekonomi jika terpaksa meninggalkan lahan tersebut. Di sisi lain, restorasi sebagian melalui penanaman pohon peneduh asli (misalnya dalam sistem agroforestri) atau diversifikasi sistem produksi dapat bermanfaat bagi mata pencaharian petani kecil disamping menyediakan restorasi yang sesuai konteks untuk konversi yang terjadi sebelumnya. Lihat Pedoman Operasional Penyertaan Petani Kecil dalam Rantai Pasokan yang Etis untuk informasi lebih lanjut mengenai penilaian, pengelolaan, dan remediasi bagi ketidakpatuhan dalam konteks petani kecil. Perbedaan tipis dari persyaratan untuk petani kecil ini berlaku hanya untuk tujuan menentukan perbaikan yang tepat untuk deforestasi atau konversi di masa lalu; hal ini tidak dibenarkan untuk praktiik deforestasi atau konversi baru oleh petani kecil, atau tindakan untuk mendukung perluasan sistem produksi petani kecil ke dalam ekosistem alami oleh pemodal, pemasok faktor produksi, perkebunan yang mengelola skema pemasok buah luar (outgrower), atau lainnya.

Page 12: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

08 Accountability Framework

2.2 Menetapkan, merancang, dan melaksanakan pendekatan-pendekatan restorasi atau konservasi yang paling tepat

Solusi untuk deforestasi atau konversi dapat mencakup restorasi dan/atau kegiatan konservasi kompensasi, yang dipilih, dirancang, dan dilaksanakan sesuai dengan sub bagian ini dan berikutnya. Kegiatan restorasi dan/atau konservasi ini dapat dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan sendiri, atau dapat dilakukan melalui kemitraan (misalnya, melalui dukungan finansial atau lainnya) dengan perusahaan lain, pemilik/pengelola lahan, LSM, masyarakat, atau organisasi lainnya. Namun, terlepas dari siapa yang melakukan kegiatan, perusahaan sendiri pada akhirnya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi dan hasil kegiatan memenuhi kewajiban perusahaan untuk memperbaiki kerugian lingkungan yang diakibatkan oleh deforestasi atau konversi. Dengan alasan inilah, jika perusahaan tidak secara langsung terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, perusahaan harus mempertahankan pengawasan yang memadai atas kegiatan-kegiatan ini untuk menilai kemajuan mereka dan melakukan intervensi dan/atau melakukan kegiatan lain jika kemajuan ini tidak cukup untuk memenuhi kewajiban restorasi dan kompensasi perusahaan.

Apabila dimungkinkan, kegiatan harus dilaksanakan pada atau dekat lokasi yang mengalami deforestasi atau konversi; ini dapat mencakup:

i) restorasi wilayah yang sesungguhnya mengalami deforestasi atau konversi;

ii) restorasi wilayah yang sebanding pada lokasi yang sama; dan/atau

iii) restorasi dan/atau konservasi wilayah yang sebanding di dalam bentang alam yang sama.2

Kegiatan yang “terdekat” lebih dipilih karena biasanya paling mampu memenuhi prinsip-prinsip efektivitas yang diterima secara umum (lihat di bawah), terutama yang berhubungan dengan kesepadanan (equivalence) dan kesamarataan (equitability). Ketika kegiatan terdekat tidak memungkinkan, kegiatan restorasi atau konservasi dapat dilaksanakan di luar bentang alam. Dalam kasus-kasus ini, kegiatan tetap perlu dilakukan sedekat mungkin (dalam hal lokasi fisik dan tipe ekosistem) dengan lokasi yang mengalami deforestasi atau konversi, dan dalam

2 Area yang sebanding adalah yang memiliki tipe ekosistem yang sama dan memiliki nilai-nilai yang serupa. Bentang alam didefinisikan sebagai mosaik geografis yang terdiri dari ekosistem yang berinteraksi yang dihasilkan dari pengaruh interaksi geologis, topografis, tanah, iklim, biotik dan manusia di wilayah tertentu (sumber: IUCN).

Page 13: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

09Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

semua kasus di dalam bioma regional yang sama. Contoh situasi di mana kegiatan terdekat mungkin tidak dapat dilakukan termasuk situasi di mana hambatan hukum, konflik sosial, tidak tersedianya lahan, atau ketidakmampuan untuk mendapatkan hasil konservasi yang permanen atau berjangka panjang berarti bahwa kegiatan tersebut tidak mungkin memenuhi prinsip-prinsip efektivitas berikut ini. Biaya untuk kegiatan terdekat atau keperluan untuk mengeluarkan sebagian lahan produksi untuk mengakomodasi restorasi, bukanlah dengan sendirinya merupakan pembenaran yang memadai untuk tidak melakukan kegiatan pada atau dekat lokasi yang mengalami deforestasi atau konversi.

Pemilihan dan perancangan kegiatan restorasi atau konservasi perlu selaras dengan prinsip-prinsip efektivitas berikut ini.

1) Pendekatan dan strategi yang paling tepat sebaiknya ditentukan berdasarkan pada kemampuan untuk memastikan perlindungan ekosistem alami dan nilai-nilai konservasi dan manusia yang terkait dalam jangka panjang, secara jelas dan aman. Ini akan bervariasi tergantung pada konteks geografis, hukum, sosial, dan ekologis, serta pilihan yang tersedia bagi perusahaan dan pihak lainnya untuk menerapkan dan mengelola upaya restorasi atau konservasi. Semua faktor ini perlu dipertimbangkan bersama ketika menentukan pendekatan yang paling tepat. Sebagai contoh, restorasi di lokasi (on-site) dapat mengarah pada peningkatan manajemen di lahan milik perusahaan sendiri dan mungkin memiliki keuntungan kepemilikan lahan yang aman dan sumber pendanaan yang stabil dari perusahaan yang mengelola lokasi tersebut. Di sisi lain, jika restorasi di lokasi justru menghasilkan area-area habitat terfragmentasi dengan nilai konservasi yang rendah, maka tingkat investasi restorasi yang sama mungkin menghasilkan manfaat tambahan yang lebih besar jika diarahkan kepada kegiatan kompensasi di luar lokasi (off-site).

2) Desain perlu mempertimbangkan bentang alam di mana kegiatan restorasi/konservasi akan dilakukan, dengan fokus pada pemulihan fungsi lanskap untuk melindungi keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem. Restorasi perlu menargetkan lokasi dan kegiatan yang merupakan prioritas konservasi serta menghindari konflik lahan dan mempertimbangkan nilai-nilai sosial dan budaya. Desain juga harus secara khusus membahas pertimbangan ekologis, sosial, hukum dan tata kelola.

3) Pemilihan lokasi, desain proyek, dan kegiatan perlu menyediakan kesepadanan ‘like-for-like’, di mana lahan dan nilai-nilai yang dipulihkan atau dilestarikan memiliki tipe yang sama atau bernilai sepadan atau lebih besar daripada yang hilang. Misalnya, jika lahan gambut dikonversi maka lahan gambut harus direhabilitasi, dipulihkan, atau dilestarikan untuk menyediakan perbaikan like-for-like bagi kerugian lingkungan.

Page 14: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

10 Accountability Framework

4) Proyek-proyek menyediakan additionality, dalam arti bahwa mereka perlu menyediakan manfaat konservasi atau restorasi yang sepadan yang melebihi skenario status quo atau skenario business-as-usual (BaU). Sebagai contoh, mereka harus menjadi tambahan bagi upaya-upaya yang telah direncanakan, yang diwajibkan oleh hukum, atau yang kemungkinan akan terwujud sebagai hasil dari proses suksesi ekologis. Selain itu, jika ekosistem alami dari nilai konservasi berada dalam ancaman kehancuran atau degradasi, maka tindakan efektif untuk melindungi ekosistem ini dapat secara sah dianggap memberikan additionality.

5) Terkait dengan additionality dan kesepadanan, rasio area yang dipulihkan atau yang menyediakan nilai konservasi tambahan melalui kompensasi terhadap area yang mengalami deforestasi dan konversi harus memadai untuk memastikan, secara konservatif, bahwa total keuntungan konservasi harus sama atau melebihi kerugian. Dalam beberapa kasus— misalnya ketika wilayah restorasi atau konservasi memiliki nilai konservasi yang lebih rendah daripada lokasi yang rusak atau hancur atau ketika nilai konservasi diharapkan kembali tetapi hanya setelah bertahun-tahun atau beberapa dekade – ini berarti bahwa rasio area yang dipulihkan/dilestarikan dengan yang rusak atau hancur mungkin harus melebihi 1:1. Rasio yang tepat harus ditentukan untuk masing-masing, berdasarkan kualitas lokasi dan nilai konservasi pada kedua lokasi, yaitu lokasi kerusakan semula dan lokasi restorasi atau konservasi.

6) Hasil yang berjangka panjang (dan idealnya juga permanen), melalui perjanjian kepemilikan tanah jangka panjang yang aman, pendanaan, pengaturan manajemen, dan pemantauan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, tergantung pada risiko non permanen dan pembalikan keuntungan restorasi atau konservasi karena gangguan alami dan antropogenik, langkah-langkah mitigasi risiko (misalnya, area restorasi atau konservasi yang lebih besar, atau pendekatan asuransi gabungan atau buffer untuk melindungi dari potensi pembalikan) mungkin perlu diterapkan untuk memenuhi prinsip ini.

7) Hasil yang merata, dengan mempertimbangkan dampak dari deforestasi atau konversi asal dan kegiatan yang diusulkan pada orang-orang atau kelompok yang hak-hak atau kesejahteraannya telah dirugikan, khususnya masyarakat di dalam atau yang berdekatan dengan wilayah yang dimaksud. Kegiatan restorasi atau konservasi harus memberikan perbaikan yang efektif kepada orang-orang atau kelompok yang hak-haknya telah dirugikan oleh deforestasi atau konversi. Untuk mencapai hasil yang merata, pemangku kepentingan yang terkena dampak perlu dilibatkan dalam perencanaan, desain, pelaksanaan, dan pemantauan upaya restorasi/konservasi, serta Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (FPIC) harus diperoleh jika disyaratkan (lihat Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan, serta Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa

Page 15: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

11Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

Paksaan dan Pedoman Operasional Penghormatan Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Setempat). Selanjutnya, peluang untuk memperkuat mata pencaharian masyarakat melalui strategi restorasi/konservasi juga harus dimaksimalkan.

8) Upaya-upaya harus menilai dan mengatasi dampak Hak Asasi Manusia (dampak buruk lainnya) yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan, termasuk pertimbangan tentang bagaimana dampak buruk tersebut memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap perempuan dan laki-laki atau sub kelompok lainnya dari masyarakat yang terkena dampak. Pertimbangan Hak Asasi Manusia dapat mengindikasikan perlunya memprioritaskan restorasi di lokasi untuk mengatasi dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan yang tidak dapat diatasi secara efektif melalui pendekatan di luar lokasi (lihat jug Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan).

9) Strategi dan kegiatan restorasi/konservasi harus berbasis pengetahuan, memanfaatkan pengetahuan dari para pakar teknis yang terkait, pengetahuan tradisional, serta masukan para pemangku kepentingan.

10) Desain dan implementasi perlu menetapkan pengaturan manajemen yang efektif, termasuk: siapa yang akan melaksanakan upaya-upaya restorasi/konservasi; siapa yang akan memberikan pengawasan; jenis persetujuan atau instrumen hukum apa yang dibutuhkan; bagaimana dan oleh siapa wilayah-wilayah tersebut akan dikelola; anggaran untuk implementasi dan bagaimana dana ini akan diperoleh; serta elemen lainnya yang diperlukan untuk memastikan manfaat jangka panjang.

11) Kegiatan restorasi/konservasi perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dimonitor dengan menggunakan proses yang inklusif dan partisipatif. Hal ini sering memerlukan keterlibatan para pakar teknis (misalnya, ahli ekologi yang mengerti secara dekat ekosistem yang perlu direstorasi) serta para pemangku kepentingan yang berkepentingan (misalnya, masyarakat adat dan masyarakat setempat yang mengenal baik wilayah yang terkena dampak dan pihak-pihak lain yang berkepentingan). Para pemangku kepentingan perlu diwakili dan dilibatkan dengan cara yang menjunjung kesetaraan gender dan inklusif terhadap berbagai pihak yang berpotensi terkena dampak, termasuk kelompok yang rentan dan terpinggirkan.

Persyaratan tambahan untuk melakukan kegiatan restorasi atau konservasi yang tidak dekat dengan lokasi deforestasi atau konversi mencakup:

1) pembenaran bahwa kegiatan terdekat tidak mungkin dilakukan (sebagaimana dicontohkan dalam paragraf kedua dari sub bagian ini).

2) pendokumentasian kepatuhan terhadap sebelas prinsip di atas.

Page 16: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

12 Accountability Framework

3) sebagai bagian dari dokumentasi ini, demonstrasi dan kuantifikasi dari additionality dengan menggunakan metode yang sah, seperti perbandingan dengan status quo yang kredibel atau dengan skenario business-as-usual.

4) menunjukkan bahwa kegiatan konsisten dengan tujuan yang lebih luas untuk konservasi dan tata guna lahan berkelanjutan dalam wilayah yurisdiksi tertentu atau sekitarnya.

Ketika pendekatan restorasi digunakan (terlepas dari apakah restorasi tersebut dekat atau tidak dengan area yang mengalami deforestasi atau konversi), selain prinsip-prinsip yang diuraikan di atas, faktor-faktor berikut perlu dipertimbangkan:

y Kegiatan restorasi perlu memulihkan atau meningkatkan nilai-nilai konservasi yang serupa dengan nilai yang hilang atau rusak (dengan kata lain, prinsip kesepadanan like-for-like). Ini tidak selalu berarti bahwa wilayah lahan yang sesungguhnya dikonversi atau dirusak adalah lahan yang perlu direstorasi; rencana restorasi dapat berupaya mencapai peningkatan nilai konservasi yang lebih besar (misalnya, melalui pengembangan koridor biologis) dengan biaya peluang yang kemungkinan lebih rendah (misalnya, dengan memulihkan wilayah yang sensitif terhadap lingkungan dan memiliki produktivitas marjinal).

y Restorasi perlu memprioritaskan penggunaan spesies asli, berusaha untuk sedapat mungkin mempercepat regenerasi dan suksesi alami, dan memulihkan kondisi hidrologis yang telah ada sebelumnya (misalnya aliran air dan kualitas air) ketika hal-hal ini diperlukan bagi restorasi ekosistem (seperti lahan gambut dan lahan basah lainnya).

y Proyeksi dan dampak perubahan iklim perlu dipertimbangkan untuk membantu memastikan bahwa nilai-nilai yang direstorasi kemungkinan akan tetap bertahan dalam jangka panjang mengingat perubahan pola cuaca, kebakaran dan wilayah kelembaban (moisture regimes), dan faktor lingkungan lainnya. Desain juga perlu mempertimbangkan bahwa lokasi yang lebih luas dan lebih utuh secara ekologis umumnya lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim dibandingkan dengan area yang lebih kecil, lebih terfragmentasi, dan lebih terdegradasi.

2.3 Pendokumentasian, pemantauan, verifikasi, dan pengungkapan informasi

Sebagaimana disebutkan di atas, perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi dan hasil kegiatan restorasi atau konservasi memenuhi kewajiban mereka untuk memperbaiki kerugian lingkungan yang disebabkan oleh deforestasi dan konversi. Dengan demikian, merupakan hal yang penting bahwa desain kegiatan-kegiatan ini meliputi program

Page 17: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

13Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

pemantauan dan pelaporan, yang dilaksanakan selama masa proyek, yang bertujuan untuk menetapkan apakah kegiatan yang direncanakan mencapai tujuan yang ditetapkan dan untuk memungkinkan pembelajaran serta manajemen adaptif untuk menangani segala tantangan yang muncul. Khususnya:

y Selama fase inisiasi proyek, perusahaan perlu mendokumentasikan secara jelas rencana restorasi dan/atau konservasi serta menyediakan informasi ini kepada umum, termasuk informasi tentang:

+ ukuran, deskripsi, dan peta wilayah serta nilai-nilai yang hilang dan kebutuhan restorasi atau konservasi yang sesuai (dengan batas-batas dan penghitungan terkait) — sesuai Bagian 2.1 di atas

+ penyeleksian dan pembenaran pendekatan restorasi atau konservasi yang dipilih, termasuk jumlah dan ruang lingkup restorasi atau konservasi yang akan diberikan oleh setiap pendekatan — sesuai prinsip-prinsip yang tercantum dalam Bagian 2.2 di atas

+ tujuan, sasaran, ruang lingkup, jadwal waktu, dan tanggung jawab untuk kegiatan-kegiatan yang dipilih, mencakup setidaknya periode 5-10 tahun untuk pelaksanaan kegiatan

+ bagaimana prinsip-prinsip restorasi atau konservasi yang efektif yang diuraikan dalam Bagian 2.2 dipertimbangkan dan ditangani

+ jika kegiatan yang direncanakan mensyaratkan FPIC dari masyarakat adat atau masyarakat setempat, pendokumentasian proses ini, hasilnya, dan bagaimana hasil tersebut tercermin dalam rencana restorasi atau konservasi (lihat Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan dan Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan)

+ jalur tindakan yang diambil apabila rencana restorasi atau konservasi tidak dilaksanakan sebagaimana dimaksud atau jika manfaat yang dihasilkan jauh lebih kecil daripada yang diantisipasi pada waktu perencanaan.

y Perusahaan juga perlu melakukan pemantauan dan memberikan wewenang untuk verifikasi independen dari pelaksanaan dan hasil proyek yang terkait dengan rencana restorasi atau konservasi. Ini perlu mencakup:

+ Penilaian menggunakan metrik tertentu yang dirancang untuk mengukur kemajuan terhadap tujuan dan sasaran khusus proyek selama masa berlangsungnya proyek tersebut.

Page 18: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

14 Accountability Framework

+ Metrik perlu dikembangkan dengan menggunakan praktik-praktik baik yang diakui (lihat Bagian Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi) dan perlu mencakup aspek-aspek kinerja proyek berikut ini:

� pemantauan kinerja dan atribut ekologis, seperti komposisi vegetasi, karakteristik tutupan kanopi, keanekaragaman hayati, dan spesies asli

� pemantauan kinerja dan atribut sosial dan ekonomi, seperti efek restorasi terhadap pekerja dan masyarakat setempat

+ Kinerja dan dampak manajemen (misalnya, jadwal dan anggaran proyek, protokol komunikasi)

+ Sebuah proses untuk menggunakan hasil monitoring untuk memberikan informasi kepada manajemen adaptif dan untuk membantu meningkatkan upaya restorasi serupa lainnya

+ Verifikasi independen yang kredibel atas kinerja proyek yang mengikuti panduan yang disediakan dalam Bagian 4 dari Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

+ Pengungkapan informasi kepada publik, dalam bentuk yang dapat diakses oleh para pemangku kepentingan yang relevan, metrik proyek dan hasil pemantauan, termasuk ringkasan dari setiap laporan verifikasi, mengikuti panduan yang disediakan dalam Bagian 3 dari Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim.

Page 19: Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan

15

www.accountability-framework.org