Pe Fix Anggit

18
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN 1. Pengertian (3,8) Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada Unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu definisi Surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data7). Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud dengan Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah –masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem Surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan Surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara Surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi hubungan Surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, propinsi dan Pusat0. 2. Hubungan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dengan Sistem Lain. Untuk mewujudkan tujuan negara Kesatuan Repubilik Indonesia, sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, telah dirumuskan Sistem Ketahanan Nasional. Sistem Kesehatan Nasional yang berlaku sampai 1999 dan saat ini termaktub dalam Rancangan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, dan Sistem

description

jeje sayang anggit

Transcript of Pe Fix Anggit

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN1. Pengertian (3,8)Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis daninterprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasikepada Unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu perludikembangkan suatu definisi Surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisisatau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakanpentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data7). Sehingga dalam sistem iniyang dimaksud dengan Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secarasistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah masalah kesehatan dankondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit ataumasalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangansecara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan danpenyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.Sistem Surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraanSurveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara Surveilansdengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian danpenyelenggara program kesehatan, meliputi hubungan Surveilans epidemiologi antarwilayah kabupaten/kota, propinsi dan Pusat0.2. Hubungan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dengan Sistem Lain.Untuk mewujudkan tujuan negara Kesatuan Repubilik Indonesia, sesuai PembukaanUndang-Undang Dasar 1945, telah dirumuskan Sistem Ketahanan Nasional. SistemKesehatan Nasional yang berlaku sampai 1999 dan saat ini termaktub dalamRancangan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, dan Sistemsektor lain merupakan subsistem dalam Sistem Ketahanan Nasional(3).3. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi KesehatanMasalah kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa sebab, oleh karena itusecara operasional diperlukan tatalaksana secara integratif dengan ruang lingkuppermasalahan sebagai berikut78):a. Surveilans Epidemiologi penyakit MenularMerupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular danfaktor resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular.b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak MenularMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular danfaktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan PerilakuMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resikountuk mendukung program penyehatan lingkungan.d. Surveilans Epidemiologi Masalah KesehatanMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan danfaktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan MatraMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan danfaktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.4. Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi KesehatanPenyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan oleh setiapinstansi kesehatan Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi kesehatankabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional ataustruktural7).Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan kegiatanyang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagaiberikut :a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan datac. Analisis dan intreprestasi datad. Studi epidemiologie. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannyaf. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.g. Umpan balik.Jenis penyelenggaraan Surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut 7) :a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan1) Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan Surveilansepidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor resikokesehatan.2) Surveilans epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan Surveilansepidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau situasikhusus kesehatan3) Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi padapopulasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalahkesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi padaperiode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebihmendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktorresiko kesehatan.b. Penyelenggaraan berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemilogi dimana unitSurveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanankesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.2) Surveilans Pasif, adalah Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi dimana unitSurveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unitpelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.c. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan1) Pola Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada ketentuan yangberlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana2) Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu padaketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan ataubencana,d. Penyelenggaraan berdasarkan Kualitas Pemeriksaan1) Bukti klinis atau tanpa perlatan pemeriksaan, adalah kegiatan Surveilans dimanadata diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatanpendukung pemeriksaan.2) Bukti labortorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan Surveilansdimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium atau peralatanpendukung pemeriksaan lainnya.5. Komponen SistemSetiap Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi Penyakit dan masalah kesehatanlainnya terdiri dari beberapa komponen yang menyusun bangunan sistem Surveilans yangterdiri atas komponen sebagai berikut :a. Tujuan yang jelas dan dapat diukurb. Unit Surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja Surveilans epidemiologidengan dukungan tenaga profesional.c. Konsep Surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumber dan cara-caramemperoleh data, cara mengolah data, cara-cara melakukan analisis, saranapenyebaran atau pemanfaatan data dan informasi epidemiologi serta mekanisme kerjaSurveilans epidemiologi.d. Dukungan advokasi peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran.e. Pelaksanaan mekanisme kerja Surveilans epidemiologif. Jejaring Surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dan pertukarandata dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan kemampuan Surveilansepidemiologi.g. Indikator kinerja.Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi dilakukan melalui jejaring Surveilansepidemiologi anatara unit-unit suirveilens dengan sumber data, antara unit-unit Surveilansdengan pusat-pusat penelitian dan kajian, program intervensi kesehatan dan unit-unitsurvelens lainnya.6. Sumber Data, Pelaporan dan Penyebaran Data-Informasia. Sumber DataSumber data Surveilans epidemiologi meliputi 7) :1) Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan danmasyarakat.2) Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporandari kantor pemerintah dan masyarakat.3) Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan danmasyarakat.4) Data geografi yang dapat diperoleh dari Unit meteorologi dan Geofisika5) Data laboratiorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan danmasyarakat6) Data Kondisi lingkungan7) Laporan wabah8) Laporan Penyelidikan wabah/KLB9) Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan10) Studi epidemiologi dan haisl penelitian lainnya11) Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh dari unitpelayanan kesehatan dan masyarakat.12) Laporan kondisi pangan13) Data dan informasi penting lainnya.b. PelaporanUntuk sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraanSurveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unitpenelitian, unit program-sektor dan unit statistik lainnya.c. Penyebaran Data dan InformasiData, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan Surveilans epidemiologidisampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulanganpenyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian danpusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring Surveilans epidemiologiUKURAN EPIDEMIOLOGI(10)1. Ukuran Frekuensia). RasioRasio adalah ukuran yang membandingkan kuantitas peristiwa (A) sebagainumerator dan kuantitas peristiwa lainnya (B) sebagai denominator. Rasio menyatakanperbandingan antara kedua hal yang saling terpisah (antara numerator dandenominator tidak ada hubungannya). Rasio dinyatakan dengan persamaan :Jumlah peristiwa B= = Jumlah peristiwa ABRasio Ab). ProporsiProporsi adalah ukuran yang membandingkan kuantitas peristiwa (A)sebagai numerator dan kuantitas lainnya sebagai denominator yang mengandungkuantitas numerator (A + B). Dalam studi epidemiologi proporsi digunakan untukmembandingkan suatu peristiwa (event) dengan jumlah penduduk yang mungkinterkena peristiwa tersebut (population at risk). Nilai proporsi tidak dibatasi oleh periodeatau waktu (sekedar membandingkan). Nilai proporsi biasanya dinyatakan dalampersen (%) atau permil (o/oo). Proporsi dinyatakan dengan persamaan :Proporsi ( ) K+=A BAK = konstanta (faktor pengali)c). RateRate adalah ukuran proporsi yang memasukkan unsur periode waktu pengamatandalam denominatornya. Sehingga persamaam rate dapat ditulis dengan persamaan :[(A B) waktu]ARate+ = Keterangan :A = jumlah nominator, peristiwa AB = Jumlah denominator, peristiwa BRate disebut juga laju, yaitu merupakan ukuran yang menunjukkan kecepatan suatukejadian.2. Ukuran Morbiditas(10)a). Incidence RateInsidence Rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan padasuatu waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai risikoterkena penyakit tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dandinyatakan dalam persen (%) atau permil (o/oo).100pada pertengahan periode waktu tsb.Jumlah penduduk yangmemiliki risikoperiode waktu tertentuJumlah penderita baru dalamIncidenceRate = Incidence Rate yang terjadi dalam suatu wabah yang dapat dikatagorikan sebagai KLB(kejadian Luar Biasa) yang biasanya tidak terlalu lama (bisa beberapa hari/beberapaminggu saja, disebut Attact Rate.100pada pertengahan periode waktu tsb.Jumlah penduduk yangmemiliki risikoperiode waktu tertentuJumlah penderita baru dalamIncidenceRate = Incidence Rate yang terjadi dalam suatu wabah yang dapat dikategorikan sebagai KLB(Kejadian Luar Biasa) (Beberapa hari atau beberapa minggu) saja, biasanya disebutAttack Rate.100pada waktu terjadi wabahJumlah penduduk yangmemiliki risikoyang diketemukanJumlah penderita penyakitAttack Rate = Khusus untuk penyakit menular dikenal Secondary Attack Rate, yang menghitunginsidensi gelombang kedua dari penyakit dalam lingkungan keluarga yang samasebagai hasil penularan dari kasus gelombang pertama. Kasus sekunder terjadisetelah lewat masa inkubasi terhitung dari kasus primer.100penderita attack rate Ipada waktu terjadi wabah - jumlahJumlah penduduk yangmemiliki risikotergolong " Secondary Case"Jumlah penderita yangSecondary Attack Rate = Incidence rate hanya dapat diamati dalam periode waktu tertentu. Untuk kejadianwabah dimana dalam waktu relatif singkat jumlah penderita sangat banyak tetapiberlangsung dalam waktu yang singkat sebaiknya digunakan Attact Rate. Untukpenyakit yang jarang dan kurun waktu pemaparannya cukup lama dapat dipakai satuan(periode) waktu yang lebih panjang dan dipakai Cumulative Incidence Rate atau AngkaInsidensi Kumulatif.100selama kurun waktu yang samaJumlah orang yangmenghadapi risikoselama kurun waktu tertentuJumlah kumulatif insidensi kasus baruCumulative IncidenceRate = b). Point Prevalence RatePoint prevalence rate adalah jumlah penderita yang ditemukan pada suatu saattertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk pada saat itu dan dinyatakan dalampersen (%) atau permil (o/oo)100Jumlah penduduk pada saat itupada suatu saat (titik) waktuJumlah penderita yang adaPoint PrevalenceRate = c). Periode Prevalence RatePeriode prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yangditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah pendudukpada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dan dinyatakan dalam persen (%)atau permil (o/oo).100periode waktu yang bersangkutanJumlah penduduk pada pertengahandalamperiode waktu tertentuJumlah penderita lama dan baruPeriode PrevalenceRate = 3. Ukuran MortalitasUntuk mortalitas (kematian) dikenal ururan-ukuran kasar atau umum (crude), ukuranspesifik dan ukuran yang disesuaikan (adjusted).a. Crude Death Rate (CDR)Meskipun dikategorikan sebagai crude atau kasar angka kematian ini merupakanindikator yang penting sebagai salah satu petunjuk besarnya tingkat / derajatkesehatan masyarakat.1000Jumlah penduduk pada pertengahan tahunCDR = Jumlah kematian dalamsatu tahun Karena angka kematian sangat dipengaruhi oleh umur, maka indikator ini seringkaliperlu dirinci menurut kelompok umur. Cara pengelompokan dapat dibagi merata dalaminterval 5 tahunan atau dengan memperhatikan kelompok-kelompok umur khususseperti neonatus (dibawah 1 bulan), bayi (dibawah 1 tahun), balita, usia sekolah,dewasa, usia lanjut dsb.b. Infant Mortality Rate (IFR)1000Jumlah Kelahiran hidupIMR = Jumlah kematian bayi di bawah umur 1 tahun c. Perinatal Mortality Rate (PMR)1000Jumlah Kelahiran hidupkematian bayi di bawah umur 1mingguKematian janin pada kehamilan di atas 28mingguPMR +=d. Neonatal Mortality Rate (NMR)1000Jumlah Kelahiran hidupNMR = Kematian bayi di bawah umur satu bulan e. Post Neonatal Mortality Rate (PNMR)1000Jumlah Kelahiran hidupPNMR = Jumlah kematian bayi umur 1bulan -1 tahun f. Under 5 Years Mortality Rate (angka Kematian Balita)1000pada pertengahan tahunJumlah penduduk balitaAngka Kematian Balita = Jumlah kematian balita (1s/d 4 Tahun) g. Cause Specific Mortality Rate (CSMR)1000penyakit tsbpada pertengahan tahunJumlah penduduk yang berisiko terkenaCSMR = Jumlah kematian karena penyakit tertentu h. Maternal Mortality Rate (MMR)1000Jumlah lahir hidupdan komplikasimasa nifasJumlah kematian wanita akibat persalinanMMR = i. Case Fatality Rate (CFR)Case Fatality Rate (CFR) adalah angka kematian dengan spesifikasi menurutpenyebab. Angka kematian ini lebih menunjukkan keganasan penyakit tersebut dalamkondisi atau lingkungan tertentu.100Jumlah seluruh penderita penyakit tsbCFR = Jumlah kematian karena penyakit tertentu j. Proportional Mortality Rate (PMR)Kadang-kadang diperlukan distribusi proporsi kematian menurut suatu variabel tertentu,misal menurut kelompok.KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)Peristiwa Bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan olehsuatu penyakit di suatu wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadianyang mengejutkan dan membuat heboh di suatu wilayah itu. Secara umum kejadianini kita sebut Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan penyakitadalah semua penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yangdisebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan lainnya8).Untuk mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit yangdapat menimbulkan KLB, diperlukan pengamatan yang merupakan semua kegiatanyang dilakukan secara teratur , teliti dan terus menerus, meliputi pengumpulan,pengolahan, analisa/interprestasi, penyajian dan atau pelaporan. Apabila hasilpengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan penyelidikanepidemiologi yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifatpenyebab dan faktor-faktor yang dapat mem[pengaruihi terjadinya danpenyebarluasan KLB tersebut, disamping tindakan penanggulangan seperlunya 8).Hasil penyelidikan epidemiologi mengarahkan langkah-langkah yang harusdilakukan dalam upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan meliputipencegahan KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut danpemberantasan penyakitnya.1. Batasan Kejadian Luar Biasa (KLB)Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan /kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam waktu dan daerah tertentu8).2. Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (KLB)Suatu kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabilamemenuhi kriteria sebagai berikut8) :a. Timbulnya suatu penyakit/menular sebelumnya tidak ada/tidak diketahui.b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktuberturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)c. Peningkatan kejadian penyakit / kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan denganperiode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat ataulebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata pebulan dalam tahun sebelumnya.e. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat ataulebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.f. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentumenunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR periode sebelumnya.g. Proportional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkankenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahunsebelumnya.h. Beberapa penyakit khusus : Kholera,DHF/DSS:1) Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)2) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggusebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.i. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :1) Keracunan makanan2) Keracunan Pestisida3. Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)Sebagian KLB tergolong dalam letusan kejadian yang bersumber dari makanan/minumandan air, yang lain berupa penyakit-penyakit menular atau kejadian yang tak diketahuisebab-sebabnya. Menurut Undang-Undang wabah Kejadian Luar Biasa digolongkansebagai berikut :a. Menurut penyebabnya1) Toxin2) Infeksi3) Toxin Biologis4) Toxin Kimiab. Menurut Sumbernya1) Sumber dari manusia, seperti jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni,muntahan dan lain-lain2) Bersumber dari kegiatan manusia, seperti toxin biologis dan kimia (pembuangantempe bongkrek, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan asin dengan racun).3) Bersumber binatang, seperti binatang piaraan, ikan, binatang mengerat. Contohpenyakit: salmonella, cacing dan parasit lainnya.4) Bersumber dari serangga, seperti lalat, kecoa, dan sebagainya.5) Bersumber dari udara seperti streptococcus, pencemaran udara dan lain-lain6) Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat , misalnya salmonella7) Bersumber dari air, seperti vibrio cholera, salmonella8) Bersumber dari makanan/minuman, seperti keracunan singkong, jamur makanankaleng.4. Penyakit Tertentu Yang Menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)a. Tanda-Tanda PenyakitTanda-tanda ini digunakan untuk menentukan gejala-gejala terjadinya KLB yaituselalu, sering, atau kadang-kadang dijumpai pada penderita bedasarkan hasilpemeriksaan klinis dan laboratoriumb. Penyakit yang dapat menimbulkan KLB adalah :1). Cholera2). PES3). Demam Kuning4). Demam Bolak balik5). Tifus bercak wabah6). Demam Berdarah Dongue7). Campak8). Polio9). Difteri10). Pertusis11). Rabies12). Malaria13). Influensa14). Hepatitis15). Tifus Berat16). Meningitis17). Encepalitis18). AntraxSISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (SKD)(5)Salah satu upaya mengurangi kerugian akibat yang ditimbulkan oleh letusanKejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit adalah melakukan pengamatan yangintensif dan dikenal dengan Sistem Kewaspaspadaan Dini (SKD) terhadap penyakitpotensial KLB.Kegiatan dalam SKD diarahkan terhadap pengendalian mata rantai danfaktor-faktor yang memungkinkan timbulnya penyakit, serta cara intervensinyasehingga dapat mengurangi kerugian. Pelaksanaan SKD KLB yang dilakukan paatingkat Puskesmas akan memiliki manfaat yang besar dalam pencegahan KLBpenyakit.Dalam pelaksanaan SKD-KLB ini secara legalitas ditunjang oleh Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984, PP Nomor 40 tahun 1991 serta Permenkes Nomor 560tahun 1989 dan Permenkes Nomor 453 Tahun 1983, sehingga perumusan SKD-KLBmenggunakan pendekatan legalitas, epidemiologi dan kesisteman(5).1. Pengertian Sistem Kewaspaaan Dini KLBSistem Kewaspadaan Dini KLB adalah sutau tatanan pengamatan yangmendukung sikap tanggap terhadap suatu perubahan dalam masyarakat ataupenyimpangan. Persyaratan yang berkaitan dengan kecenderungan terjadinyakesakitan/kematian atau pencemaran makanan/lingkungan sehingga dapat segeramelakukan tindakan dengan cepat dan tepat untuk mencegah/mengurangiterjadinya jatuh korban.2. IndikatorAdalah faktor-faktor atau tanda-tanda yang berpengaruh terhadap terjadinyakesakitan/kematian yang dipantau terus menerus untuk mengetahui terjadinyaperubahan atau penyimpangan persyaratan.3. Variabel SKDDalam menerapkan SKD-KLB digunakan pendekatan resiko sebagaipenyebab timbulnya KLB penyakit. Beberapa variabel indikator faktor resiko daripenyakit adalah sebagai berikut :Tabel 1. Penyakit dan variabel Indikator penyakit potensial KLB (5)PENYAKITVARIABEL INDIKATORPRA KASUS SETELAH KASUSPenyakit dapat dicegahdengan Imunisasi(PD3I)Cakupan imunisasidesa < 80Ada kasus campak,polio, pertusis, difteri,tetacoDiare Perilaku Hidup sehat :- Penyediaan air bersih- % JAGA dan SPAL- Peningkatan kasus- Ada kematian- Ada kasus dengandehidrasiDHF - jentik angka bebasjentukLaporan kasus dengandehidrasi atau konfirm

DAFTAR PUSTAKA1. Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan Rumah Tangga, Balitbangkes, Depkes RI,Jakarta, 19882. Myrnamati, Peningkatan Fungsi Epidemiologi Dalam Menyongsong Era Desentralisasi,Majalah Kedokteran Indonesia (The Journal of Indonesia Medical Association, Volume 3,Maret 2002), Yayasan Penerbitan IDI, Jakarta, 20023. Departemen Kesehatan RI, Pedoman untuk Menilai Sistem Surveilens, Depkes RI, Jakarta19994. Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang NO : 204 tahun 1984, Undang-Undang Wabah,Jakarta 19845. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Buku petunjuk Pelaksanaan Surveilens, ProyekUpaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat, 20006. Dinas Kesehatan Kota Semarang, Tupoksi Dinas Kesehatan Kota Semarang, 20027. Dinas Kesehatan Kota Semarang-, Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang, 20048. Prof Dr. Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta Pers, 20009. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiNomor 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem SurveilensEpidemiologi Penyakit Menular dn Penyakit Tidak Menular, Jakarta, 200410. Budioro Eko, Prof, Pengantar Epidemiologi, Jakarta Pers, 200211. Davis, Gordon, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, PT Pustaka Binama, PresindoPersada, Jakarta 200212. Scott, George, Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta 200213. Muddick, Robert G, et all, Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern, Penerbit Erlangga,Jakarta, 199414. Jogiyanro, HM, Analisis dan Desain Sistem Informasi Manajemen, Pendekatan TerstrukturTeori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Yogyakarta, 199915. Jeffry L, Whitten, Lonnie D Bentley, Kevin C, Dittman, System Analysis and Design Methods5th, Mc Gaw-Hill Iwin, 200116. Husni Iskandar Pohan, Kusnariyanto Saiful Bahri, Pengantar Perancangan Sistem, UPTPusat Komputer Piksi ITB, Penerbit Erlangga Bandung, 199717. Abdul Kadir, Konsep dan Tuntunan Praktis Basis Data, Penerbit Andi Yogyakarta,Yogyakarta, 199818. Harianto Kristanto, Ir, Konsep dan Perancangan Basis Data, Penerbit Andi yogyakarta,Yogyakarta, 200019. Jogiyanto, HM, Sistem Teknologi Informasi Berbasis Komputer , BPFE Yogya, 199920. Fathansyah, Ir, Basis Data, CV Informatika , Bandung, 199921. Nawawi, Penelitian Terapan, Gajah Mada Universita Press, Yogyakarta 1994.22. Nasir, Moh, Metode Penelitian Kesehatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 19523. Notoatmojo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rhineka Cipta, Jakarta, 200224. Burhan, Mungin, Metodologi penelitian Kualitatif, Raja Grafindo, Jakarta, 200325. Sugiyono, Dr, Statistik untuk penelitian, Penerbit CV. Alfabeth, Bandung , 200426. Ghozali Imam, Prof, Dr, Statistik Non Parametrik, Badan Penerbit Universitas DiponegoroSemarang, 200227. Sutedjo B, Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi, Yogyakarta, Penerbit Andi,200228. Amsyah, Z, Manajemen Sistem Informasi, Jakarta, Penerbit : PT Pustaka Utama, 2001