pdf phbs 1

85
7/21/2019 pdf phbs 1 http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 1/85 PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT NELAYAN DESA BAGAN KUALA KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TESIS Oleh SONDHA SARI 067012023/AKK .     S    E  K  O  L A A   R  J   A    N     A  SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Sondha Sari : Pengaruh Persepsi Dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, 2009

description

penjelasanntentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan

Transcript of pdf phbs 1

Page 1: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 1/85

PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT

NELAYAN DESA BAGAN KUALA KECAMATAN TANJUNGBERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 

TESIS

Oleh

SONDHA SARI

067012023/AKK

.

    S   E

 K   O   L A  

H    

P     A   S   C  AS A  R

 J  A   N

    A

 

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Sondha Sari : Pengaruh Persepsi Dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PadaMasyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, 2009

Page 2: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 2/85

 

PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT

NELAYAN DESA BAGAN KUALA KECAMATAN TANJUNGBERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Progam Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 

Oleh

SONDHA SARI

067012023/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Page 3: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 3/85

 

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL

TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

PADA MASYARAKAT NELAYAN DESA BAGAN KUALAKECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI 

Nama Mahasiswa : Sondha Sari

Nomor Pokok : 067012023

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Subhilhar, MA, PhD)

Ketua

(Drs. Zulkifli Lubis, MA)

Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal lulus : 24 Maret 2009

Page 4: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 4/85

 

Telah diuji pada

Tanggal : 24 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Subhilhar, MA, PhD

Anggota : 1. Drs. Zulkifli Lubis, MA

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si

3. Drs. Agustrisno, M.Si

Page 5: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 5/85

 

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT

NELAYAN DESA BAGAN KUALA KECAMATAN TANJUNG

BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalamnaskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2009

SONDHA SARI

Page 6: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 6/85

 

ABSTRAK

Salah satu bentuk perilaku kesehatan dalam masyarakat adalah Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS pada tatanan rumah tangga merupakan bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga yang

 berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi

kesehatannya. Cakupan PHBS di Indonesia masih rendah yaitu hanya 24,38%,demikian juga di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 55,32%.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan pendekatan explanatory

research  bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi dan dukungan sosialterhadap PHBS pada masyarakat nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten

Serdang Bedagai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat nelayandi Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai,

dengan sampel 95 orang. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda padataraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat PHBS masyarakat Nelayan di Desa

Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin 49,5% termasuk Sehat I, 45,3% termasukSehat II dan hanya 5,3% termasuk Sehat III. Hasil uji regresi linear berganda

menunjukkan keseluruhan variabel independen yaitu persepsi ( p=0,026) dan

dukungan sosial ( p=0,000) mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS danvariabel dukungan sosial merupakan variabel paling dominan mempengaruhi PHBS

 pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin

Kabupaten Serdang Bedagai.Disarankan kepada Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Tanjung Beringin

untuk meningkatkan peran petugas kesehatan dalam aktivitas masyarakat nelayan.Menggiatkan peran serta perangkat desa dalam setiap kegiatan-kegiatan penyuluhan

kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan serta

 peningkatan frekuensi penyuluhan kesehatan pada masyarakat nelayan.

Kata Kunci: Persepsi, Dukungan Sosial, PHBS.

Page 7: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 7/85

 

 ABSTRACT

One of the health behaviours in society is a Behaviour of Clean and Healthy

 Life (BCHL). The Behaviour of Clean and Healthy Life in household is a realization

of health paradigm in individual living culture, a health-oriented family intended to

improve, maintain and keep his/her health status, The coverage of BCHL in

 Indonesia is still low namely of 24,38%,similarly,in Serdang Bedagai district, it is

55,32%.

This survey study with explanatory research approach is aimed to analyze the

influence of perception about Behavior of Clean and Healthy Life and social support

at fisherman community of Subdistric Tanjung Beringin Serdang Bedagai. The

 population of this samples is the whole of the fisherman community at Bagan KualaVillage of Tanjung Beringin Subdistrict of Serdang Bedagai District, with 95

samples. Data analysis is done by using multiple linear regression test at confidence

interval 95%.

The result of the study shows the grade of BCHL fisherman community of

 Bagan Kuala Village of Tanjung Beringin Subdistrict was 49,5% belonged to Healty

 I, 45,3% to Healthy II and only 5,3% belonged to Healthy III. The result of multiple

linier regression showed all the variable independent of perception (p=0,026) and

social support (p=0,000) is the most dominant variables to influence BCHL of

 fisherman community at Bagan Kuala Village of Tanjung Beringin Subdistrict of

Serdang Bedagai District.

 It is suggested to The Health District and The Head of Health Subdistric

Tanjung Beringin of Serdang Bedagai District to improved performance of the health

workers in the activity of fisherman community, persuade the rural officials in

successing the health promotion activities, empowerment society especially healty

 field.

Key words: Perception, Social Support, BCHL. 

Page 8: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 8/85

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya

 penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan,

Persepsi, Dukungan Sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada

Masyarakat Nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai”.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari

 berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

 penghargaan kepada: Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS

selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Terima penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Subhilhar, MA, PhD, Drs.

Zukifli Lubis, MA selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan

meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis

dalam penyusunan tesis ini.

Terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dan Drs. Agustrisno,

M.Si selaku penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dan

 bimbingan demi kesempurnaan tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak dr. Edwin Effendi, M.Sc, selaku

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan serta memberikan bimbingan dan

arahan yang bermanfaat.

Tak terhingga terima kasih kepada anak-anak tercinta dan Ayahanda yang

telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan. Dan terima kasih penulis kepada rekan-rekan mahasiswa

Page 9: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 9/85

 

yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam

 penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis

ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Januari 2009

P e n u l i s

Page 10: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 10/85

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sei Buluh, Serdang Bedagai 21 April 1970. Anak sulung dari

tiga bersaudara. Ibu dengan tiga anak, Milatul Aulia, Hakkam Abi Kautsar dan Sultan

Abi Azizi. Menamatkan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

tahun 1998. Sebelumnya alumnus Sekolah Menengah Atas Negeri II Medan, Sekolah

Menengah Pertama Negeri II Medan, Sekolah Dasar Negeri 060827 Medan.

Pada tahun 1998 - 2002 diangkat sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT)

di Puskemas Rawat Jalan Hinai Kiri Kabupaten Langkat. Tahun 2003 - 2007

mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Rawat Jalan Tanjung Beringin

Kabupaten Serdang Bedagai. Tahun 2007 sampai tulisan ini diselesaikan bertugas

di Puskesmas Rawat Inap Dolok Masihul, Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten

Serdang Bedagai.

Page 11: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 11/85

 

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT .............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vDAFTAR ISI........................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ixDAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 11.2. Permasalahan ............................................................................... 10

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10

1.4. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 111.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 132.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)...................................... 13

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PHBS ..................................... 17

2.3. Karakteristik Masyarakat Nelayan ................................................ 302.4. Landasan Teori............................................................................... 32

2.5. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 35

3.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 35

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................ 353.3. Populasi dan Sampel ...................................................................... 35

3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 36

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 393.6. Metode Pengukuran ....................................................................... 40

3.7. Metode Analisis Data..................................................................... 42

Page 12: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 12/85

 

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 43

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 43

4.2. Karakteristik Responden ................................................................ 444.3. Persepsi Responden tentang PHBS................................................ 45

4.4. Dukungan Sosial terhadap PHBS................................................... 47

4.5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ................................................... 494.6. Analisis Statistik dengan Uji Regresi Berganda ............................ 51

BAB 5 PEMBAHASAN......................................................................................   53 

5.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Bagan Kuala

Kecamatan Tanjung Beringin ........................................................ 53

5.2. Pengaruh Persepsi terhadap PHBS................................................. 575.4. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap PHBS .................................. 61

5.5. Keterbatasan Penelitian.................................................................. 64

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 66 

6.1.  Kesimpulan ................................................................................... 66

6.2.  Saran ............................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69

Page 13: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 13/85

 

DAFTAR TABEL

 Nomor Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 38

3.2. Indikator PHBS ........................................................................................... 41

4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik ...................... 44

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Prepsesi tentang PHBS ....... 45

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Persepsi Responden tentang

PHBS........................................................................................................... 47

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Sosial ................. 47

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan Sosial.................. 49

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator PHBS .................................. 50

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel PHBS ................................... 51

4.8. Hasil Uji Regresi Linear Berganda ............................................................. 52

Page 14: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 14/85

 

DAFTAR GAMBAR

 Nomor Judul Halaman

2.1 Model Proses Adopsi-Inovasi .................................................................... 29

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................................... 34

Page 15: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 15/85

 

DAFTAR LAMPIRAN

 Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ................................................................................... 71

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................. 80

3. Hasil Pengolahan Data Penelitian............................................................... 82

Page 16: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 16/85

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

 pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh

 penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku sehat, serta keterjangkauan

 pelayanan kesehatan yang bermutu.

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.

Konsepnya adalah berwawasan kesehatan yaitu memperhitungkan dengan seksama

 berbagai dampak positif dan negatif setiap kegiatan berkaitan dengan kesehatan

masyarakat. Pembangunan kesehatan sendiri diprioritaskan kepada upaya

 peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit di samping penyembuhan dan

 pemulihan.

Arah kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan salah satunya

adalah peningkatan upaya kesehatan yang lebih ditujukan atau diprioritaskan kepada

upaya mewujudkan produktivitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya

 pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani,

lingkungan pemukiman, terutama penduduk yang tinggal di daerah kumuh (R.

Hapsara H.R, 2004).

Upaya pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam program-program yang

 pelaksanaannya terpadu dengan lintas sektoral serta dengan dukungan masyarakat.

Page 17: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 17/85

 

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya perilaku

masyarakat yang proaktif memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,

mencegah, melindungi diri dari penyakit serta berpartisipasi aktif dan berdaya

menolong dirinya sendiri serta mampu membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat di dalam keluarga dan masyarakat, dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

Pengertian PHBS dalam pusat promosi kesehatan Depkes RI 2006 adalah

sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

 pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri

sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya.

PHBS dalam tatanan rumah tangga meliputi 10 (sepuluh) indikator, yaitu:

1.  Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

2.  Bayi diberi ASI Ekslusif.

3.  Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

4.  Ketersediaan air bersih.

5.  Ketersediaan jamban sehat.

6.  Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.2

7.  Lantai rumah bukan lantai tanah.

8.  Tidak merokok di dalam rumah.

9.  Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

10. Makan buah dan sayur setiap hari.

Page 18: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 18/85

 

Cakupan indikator PHBS di Indonesia bervariasi setiap indikatornya. Hasil

Survei Kesehatan Nasional (2004), pencapaian rumah tangga sehat berkisar 24,38%,

masih jauh dari target minimal yaitu 65% pada tahun 2010. Cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan masih sebesar 64% sedangkan target nasional adalah 90%. Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sangat rendah yaitu sebesar 19%,

sedangkan target nasional sebesar 80%. Jenis sumber air sehat yang paling banyak

digunakan adalah air sumur terlindung (35%), rumah tangga yang menggunakan dan

memiliki jamban hanya sebesar 27% sedangkan target yang harus dicapai ditahun

2010 adalah 85%. Untuk ASI Eksklusif yang dikenal dengan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) baru mencapai 30%. Ditinjau gaya hidup sehat di masyarakat, perokok usia

 belia 5-9 tahun meningkat secara signifikan dari 0,4% tahun 2001 menjadi 1,8% pada

tahun 2004.

Departemen Kesehatan memperkirakan total perokok aktif Indonesia telah

mencapai 70% atau berjumlah 141,44 juta dari total jumlah penduduk secara

keseluruhan. Melakukan aktivitas fisik serta mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan

hanya 60%. Indikator PHBS secara nasional masih belum menunjukkan angka yang

diharapkan (Depkes RI, 2005).

Propinsi Sumatera Utara tahun 2007 untuk cakupan PHBS dalam rumah

tangga masih sebesar 55,32%, masih di bawah target cakupan 65% yang harus

dicapai tahun 2010.

Data Survei Kesehatan Daerah (Surkesda) Kabupaten Serdang Bedagai tahun

2006, yaitu:

Page 19: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 19/85

 

1.  Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 57,2%, target tahun 2010 (90%).

2.  ASI Eksklusif 42,31%, (80%).

3.  Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 31,6%, (80%).

4.  Ketersediaan air bersih 63,2%, (85%).

5.  Ketersediaan jamban sehat 68,2%, (85%).

6.  Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 43,21%, (65%).

7.  Lantai rumah bukan tanah 94,2%, (65%).

8.  Tidak merokok di dalam rumah 7,32%, (65%).

9.  Melakukan aktivitas fisik setiap hari 26,5%, (65%).

10. Kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari 15,2%, (65%).

Kesimpulannya cakupan indikator PHBS Kabupaten Serdang Bedagai belum

mencapai target Standar Pelayanan Minimal yang harus dipenuhi tahun 2010 sesuai

Kepmenkes Nomor 1091/MENKES/SK/X/2004.

Salah satu dari tujuh belas Kecamatan di Serdang Bedagai, lima diantaranya

adalah kecamatan wilayah pantai yang umumnya rendah kesehatan lingkungan,

kesulitan air bersih, jarang menggunakan jamban karena lebih mudah menjangkau

 pinggir pantai. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu mencukupi dan mudah diakses, tetapi tidak termanfaatkan secara optimal.

Masyarakat sangat kurang partisipatif dalam program kesehatan dan tidak

memanfaatkan pelayanan posyandu.

Kecamatan Tanjung Beringin merupakan kecamatan paling rendah cakupan

PHBS sesuai data Surkesda tahun 2006 yaitu 10,8%. Cakupan rumah tangga sehat

Page 20: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 20/85

 

hanya 42,9% dari 2.861 rumah tangga yang diperiksa. Sumber air bersih dari air

sumur terlindung 39%. Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

12,8%. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kecamatan Tanjung Beringin masih

menjadi masalah utama dalam pencapaian program PHBS (Surkesda Serdang

Bedagai, 2006).

Berdasarkan sosio demografi dan budaya, Kecamatan Tanjung Beringin

 berpenduduk 36.066 jiwa, dengan luas wilayah 74,170 km2 dan 8124 RT. Sejumlah

23.251 jiwa adalah warga miskin (64,46%) yang menjadi peserta Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tanjung Beringin sebagian besar

adalah nelayan tradisionil (52,6%), petani 42,4%, pegawai instansi 3,5% dan lain-lain

sebesar 1,5%.

Perbandingan suku yaitu Melayu (61,21%), Jawa (16,89%), Banjar (11,58%)

dan suku Batak (10,32%).

Desa Bagan Kuala merupakan desa yang berada dibibir pantai. Transportasi

dianggap sulit bagi penduduk Desa Bagan Kuala. Jarak desa ke ibukota Kecamatan

Pekan Tanjung Beringin 10 kilometer, sarana jalan rusak karena pasang surut air dan

mahalnya ongkos transportasi. Kebanyakan anak usia sekolah memilih putus sekolah

karena alasan ekonomi.

Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah nelayan tradisionil (67.2%)

atau 122 KK dari 180 kepala keluarga. Sembilan puluh delapan persen bersuku

Melayu (Profil Puskesmas Tanjung Beringin, 2007).

Page 21: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 21/85

 

Data laporan tahunan puskesmas pembantu Bagan Kuala tahun 2007 terjadi

Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, keracunan makanan karena ubi beracun,

 persalinan masih ada yang ditolong dukun beranak.

Wawancara peneliti kepada beberapa warga diketahui alasan mengapa tidak

 perlu tenaga kesehatan adalah umumnya persalinan seorang ibu mereka anggap

normal sehingga tidak harus ke bidan desa.

Alasan yang lain karena menghormati pendapat orang tua, kebiasaan turun

temurun dan terakhir masalah ekonomi. Tidak aktifnya kegiatan posyandu berdampak

kepada masih rendahnya pencapaian target imunisasi dan tingginya angka drop out .

Data laporan gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai 2007,

dijumpai gizi kurang sebanyak 12 balita dari 188 balita, padahal nelayan selalu

membawa hasil tangkapan ikan segar dari laut untuk konsumsi keluarga. Tidak

dikenal ASI Eksklusif, apalagi pelaksanaannya.

Sepuluh besar penyakit di Desa Bagan Kuala ditemukan angka diare, ISPA,

 penyakit kulit, bronchitis, malaria, hipertensi dan TB Paru, gastritis dan rematik.

Kehidupan nelayan di Desa Bagan Kuala secara sosial ekonomi hidup

 bergantung dari hasil tangkapan ikan. Rata-rata nelayan berpendidikan rendah dan

 berpenghasilan pas-pasan. Dalam hal menangkap ikan, walaupun menggunakan bot

 bermesin, nelayan (masyarakat Melayu pesisir) lebih menyukai alat penangkap ikan

yang lebih bersifat menunggu ikan seperti jaring, tukah, pancing mengikuti sifat

kehidupan alam ikan, berbanding mengejar ikan seperti mana alat menangkap ikan

Page 22: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 22/85

 

di laut dalam. Nelayan masih bergantung kepada alam pasang surut air, edaran bulan

dan tanda-tanda alam (Basyarsyah II, dkk, 2002).

Menurut Kusnadi 2003, masyarakat pesisir pantai secara umum merupakan

nelayan tradisional dengan penghasilan pas-pasan dan tergolong keluarga miskin

yang disebabkan faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada hasil tangkapan

dan musim. Faktor nonalamiah adalah keterbatasan teknologi alat penangkap ikan,

sehingga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.

Dalam profil kecamatan 2007 kategori keluarga menurut alasan ekonomi,

Desa Bagan Kuala terdiri dari 126 keluarga PraKS, 99 keluarga KS I, 6 keluarga KS

II, 3 keluarga KS III.

Berdasarkan hasil survei awal, di Desa Bagan Kuala, dari 30 rumah tangga

yang diobservasi, hanya 1 rumah tangga yang mempunyai jamban keluarga (3,33%).

Tidak mempunyai saluran pembuangan air limbah yang memadai (tidak ada septik

tank) sehingga belum dapat dikatakan jamban sehat.

Desa Bagan Kuala terdiri dari tiga dusun. Setiap dusun ada satu sumur bor

yang dibangun pemerintah. Warga menggunakannya secara bersama untuk sumber

air minum, mandi, mencuci, dan untuk persediaan air di rumah tangga masing-

masing. Tiap KK tidak punya sumur/kamar mandi yang memadai. Secara umum

saluran pembuangan air limbah hanya berbentuk selokan dan tergenang, atau

mengalirkannya ke sungai kecil dan langsung ke laut. Tidak terlihat tempat

 pembuangan sampah.

Page 23: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 23/85

 

Konstruksi rumah sebagian besar masih beratap rumbia dan seng. Lantai

rumah dari papan (Rumah Panggung) 50%, berlantai tanah 43%, sedangkan lantai

 bukan tanah adalah sisanya, serta tidak mempunyai ventilasi yang cukup.

Satu rumah tinggal dapat dihuni lebih dari satu kepala keluarga. Alasan tidak

tinggal menetap atau menumpang sementara karena tergantung musim ikan atau

datangnya angin barat. Sehingga kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni

menjadikan ruangan tidak cukup pertukaran udara pada saat berkumpul untuk tidur

dan istirahat. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa upaya perilaku hidup bersih dan

sehat masih sangat kurang di Desa Bagan Kuala.

Wawancara dengan penduduk mengenai peran petugas Puskesmas Tanjung

Beringin diketahui bahwa petugas (Kepala Puskesmas Pembantu dan satu orang

 bidan desa) aktif di pelayanan kesehatan. Biaya pemeriksaan kehamilan, persalinan

dan pengobatan terjangkau. Dari wawancara dengan petugas kesehatan diketahui

 bahwa petugas sesuai jadwal mengadakan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih

dan sehat disela-sela mengadakan pelayanan pengobatan gratis bagi penduduk dalam

rangka Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKM).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu bentuk tindakan atau

kegiatan sehari-hari individu, keluarga dan masyarakat yang tercermin dalam pola

hidup dalam menjaga kesehatannya. Upaya promosi kesehatan tentang PHBS telah

dilakukan oleh petugas puskesmas. Hal ini menurut peneliti, masyarakat nelayan

menganggap bahwa PHBS bukan merupakan suatu kebutuhan utama bagi mereka,

dan persepsi masyarakat nelayan itu sendiri berbeda tentang konsep hidup sehat.

Page 24: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 24/85

 

Terlihat seolah-olah mereka cenderung tidak peduli terhadap kondisi rumah

sebagai tempat tinggal yang tidak sehat, kesehatan ibu dan bayinya, kesehatan balita,

sanitasi lingkungan dan kebersihan diri ( personal hygiene). Mereka cenderung lebih

memikirkan kebutuhan ekonomi, memenuhi kebutuhan sandang dan pangan keluarga.

Anak-anak usia sekolah banyak yang putus sekolah dasar dan umumnya jarang

menamatkan Sekolah Menengah Pertama, karena alasan ekonomi.

Peran dukungan sosial dari kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang

 perilaku hidup bersih dan sehat dianggap peneliti kurang mendukung

dilaksanakannya PHBS. Menurut petugas kesehatan sulit mengajak para ibu rumah

tangga untuk datang pada jadwal posyandu. Datang untuk menimbang balita

di kegiatan posyandu dianggap tidak ada artinya. Banyak menolak imunisasi dengan

alasan bayi atau balita menjadi demam setelah imunisasi. Akibatnya ibu menjadi

sasaran marah mertua, dan suaminya bila demam tersebut karena efek samping

imunisasi.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di desa pada saat posyandu hanya

menjadi semangat semu bagi para ibu untuk datang. Kebanyakan para ibu membawa

 bayi dan balita hanya untuk penimbangan saja tetapi tetap menolak diimunisasi

dengan alasan takut sakit setelah imunisasi.

Page 25: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 25/85

 

1.2.  Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh persepsi dan dukungan

sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat nelayan di Desa

Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

Seberapa besar pengaruh persepsi dan dukungan sosial membentuk Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat yang lebih baik bagi masyarakat nelayan di Desa Bagan

Kuala. Dukungan sosial yang bagaimana sebaiknya dapat mengubah perilaku

masyarakat Desa Bagan Kuala dari “tahu” menjadi “mau” dan “mampu” untuk

terlaksananya PHBS.

1.3.  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persepsi dan

dukungan sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat nelayan

Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

Seberapa besar pengaruh persepsi dan dukungan sosial pada masyarakat nelayan

di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

melaksanakan PHBS.

Page 26: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 26/85

 

1.4.  Hipotesis Penelitian

Persepsi dan dukungan sosial berpengaruh terhadap Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung

Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

1.5.  Manfaat Penelitian

1.  Membantu memecahkan masalah dan mengantisipasi masalah tentang PHBS

masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala dan mudah-mudahan menjadi

masukan bagi Kepala Puskesmas Tanjung Beringin dalam merumuskan

strategi peningkatan PHBS bagi masyarakat nelayan melalui program Promosi

Kesehatan.

2.  Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai

dalam perencanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat nelayan

di wilayah kecamatan pantai khususnya. Melalui Program PHBS dan

 pemberdayaan masyarakat nelayan merujuk kepada akar budaya dan sosial

masyarakat pantai.

3.  Memberikan masukan, kontribusi yang positif, kepada Dinas Sosial

Kabupaten Serdang Bedagai dalam peningkatan kesejahteraan hidup

masyarakat nelayan khususnya dalam perencanaan pembangunan rumah layak

huni bagi masyarakat pesisir pantai dan membantu adanya wadah wirausaha

yang dapat menambah penghasilan bagi masyarakat pantai.

Page 27: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 27/85

 

4.  Bagi Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara merupakan tambahan kekayaan penelitian, untuk

dapat dipergunakan dan dikembangkan.

5.  Bagi peneliti sendiri sesungguhnya bermanfaat meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman dalam pelaksanaan suatu kebijakan kesehatan yang

ditetapkan dan bagaimana suatu kebijakan dalam bidang kesehatan dalam

 pelaksanaannya mendapat kendala dikaji dari teori yang ada.

6.  Mudah-mudahan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang

 berminat mengadakan penelitian yang berkaitan dengan bidang administrasi

kebijakan kesehatan.

Page 28: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 28/85

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support ) dan

Gerakan Masyarakat ( Empowerment ) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup

sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat

(Depkes RI 2006).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan dan

 berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan pribadi dan keluarga.

Adapun sasaran program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu:

tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana

kesehatan (Depkes RI, 2006).

Jenis kegiatan PHBS mencakup enam bidang yaitu: Bidang gizi, KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana), kesehatan lingkungan,

 jaminan pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat dan bidang obat dan farmasi.

Page 29: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 29/85

 

PHBS dalam bidang gizi adalah makan dengan gizi seimbang, minum tablet

 besi selama hamil, memberi bayi ASI eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium,

memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.

PHBS bidang KIA dan KB adalah memeriksa kehamilan, persalinan ditolong

tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, ikut

Keluarga Berencana, makan makanan bergizi dan ibu hamil tidak merokok.

PHBS bidang kesehatan lingkungan misalnya cuci tangan dengan sabun dan

air setelah buang air besar, menghuni rumah sehat, memiliki akses dan menggunakan

 jamban, memberantas jentik nyamuk, membuang sampah ditempat sampah dan

mencuci tangan.

PHBS bidang pemeliharaan kesehatan, misalnya: memiliki jaminan

 pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat

(UKBM)/sebagai kader, memanfaatkan puskesmas/sarana kesehatan.

PHBS bidang gaya hidup sehat, misalnya: tidak merokok di dalam rumah,

melakukan aktivitas fisik/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah-buahan setiap

hari.

PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya: memiliki tanaman obat keluarga,

tidak menggunakan napza, menggunakan obat generik, jauhkan anak dari bahan-

 bahan berbahaya/beracun, minum oralit jika diare (Depkes, 2006).

Page 30: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 30/85

 

Tujuan PHBS di rumah tangga adalah:

1.  Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas

sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim

 penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.

2.  Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan

aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga,

yaitu: pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia

lanjut dan pengasuh anak (Depkes RI, 2006). Penilaian rumah tangga sehat digunakan

sepuluh alat ukur (indikator) PHBS yang terdiri dari tujuh indikator PHBS dan tiga

indikator Gerakan Hidup Sehat (GHS).

Indikator PHBS tatanan rumah tangga:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga

dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu dokter, bidan dan paramedis lainnya.

2.  Bayi diberi ASI Eksklusif.

Adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6

 bulan.

Page 31: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 31/85

 

3.  Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan

seperti Askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek, asuransi perusahaan dan lain-

lain.

4.  Ketersediaan air bersih.

Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya

untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air

 pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan penampungan air hujan.

Sumber air pompa, sumur gali dan mata air terlindung berjarak minimal sepuluh

meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5.  Ketersediaan jamban sehat.

Rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan

tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir.

6.  Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.

Rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan

digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m2 per

orang).

7.  Lantai rumah bukan tanah.

Tangga yang mempunyai rumah dengan bagian bawah/dasar/alas terbuat dari

semen, papan, ubin dan kayu.

Page 32: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 32/85

 

8.  Tidak merokok di dalam rumah.

Penduduk/anggota rumah tangga umur sepuluh tahun keatas tidak merokok

di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama

satu bulan terakhir.

9.  Melakukan aktivitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga umur

sepuluh tahun keatas dalam satu minggu terakhir melakukan aktivitas fisik

(sedang maupun berat) minimal tiga puluh menit setiap hari.

10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun

keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau

sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.

Indikator dari nomor satu sampai nomor tujuh adalah tujuh indikator dan

definisi operasional PHBS, sedangkan nomor delapan sampai dengan sepuluh

adalah indikator Gerakan Hidup Sehat (GHS).

2.2.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi PHBS

Perilaku kesehatan, ada tiga teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-

 penelitian kesehatan masyarakat. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo

(2005), perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok

yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non-perilaku (non behavioral

 factors).

Page 33: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 33/85

 

Lawrence Green menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh

tiga faktor utama, yaitu: 

a.  Faktor Predisposisi ( predisposing factors) ,  yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

 pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

 b.  Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud

dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya perilaku kesehatan.

c.  Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong

dan memperkuat terjadinya perilaku.

Pada saat promosi kesehatan digencarkan aksinya melalui pemberdayaan

masyarakat bahwa petugas kesehatan membekali sasaran kesehatan (masyarakat)

dengan pengetahuan/informasi yang bermanfaat bagaimana untuk sehat, dan walau

ketersediaan sarana kesehatan memadai, tetapi tetap diperlukan dukungan dari

masyarakat itu sendiri.

Snehandu B. Karr dalam  Notoatmojo (2005), mengidentifikasi adanya lima

determinan perilaku, yaitu:

1.  Adanya niat, (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan objek atau

stimulus diluar dirinya.

2.  Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support ). Di dalam

kehidupan di masyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan

Page 34: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 34/85

 

legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan

atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa

kurang atau tidak nyaman, paling tidak untuk berperilaku kesehatan tidak

menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.

3.  Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya

informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang.

4.  Adanya otonomi atau kebebasan pribadi ( personnal outonomi) untuk

mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya

masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri dalam mengambil

keputusan masih sangat bergantung kepada suami.

5.  Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk

 bertindak apapun memang diperlukan kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi

dan situasi yang tepat mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang

tersedia serta kemampuan yang ada.

Untuk membangun rumah sehat misalnya, jelas sangat tergantung kepada

kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada

masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku

tersebut tidak akan terjadi.

WHO yang merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Dikatakan

mengapa seseorang berperilaku, karena ada empat alasan pokok (determinan), yaitu:

Page 35: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 35/85

 

1.  Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat

diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,

merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Didasarkan

 pertimbangan untung ruginya, manfaatnya dan sumber daya atau uang yang

tersedia dan sebagainya.

2.  Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai

( personnal references). Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik

masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada

tokoh masyarakat setempat.

3.  Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung terjadinya

 perubahan perilaku. Dalam teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan

faktor enabling (sarana, prasarana, fasilitas).

4.  Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap

etnis berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya

yang berbeda yang khas.

Dari uraian ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang

atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang

diterima. Kemudian timbul persepsi dari individu dan memunculkan sikap, niat,

keyakinan/kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi

suatu perbuatan.

Page 36: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 36/85

 

Penguatan konsep mulai dari “tahu” menjadi “mau” dan “mampu”, akan

terlaksana apabila ada faktor eksternal yang turut mempengaruhi situasi di luar diri

individu seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana yang

mendukung.

Persepsi untuk proses perubahan perilaku menjadi Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat adalah penilaian suatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada

individu dan diharapkan untuk diterima dan diproses oleh individu tersebut sehingga

memunculkan sikap individu menerima dan memformulasikan ide tersebut menurut

versi dirinya sendiri.

Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hal yang baru bagi masyarakat.

Di tengah kecanggihan teknologi pada masa sekarang, informasi dan pengetahuan

mudah diakses masyarakat. PHBS adalah semua perilaku yang dapat menjadikan kita

hidup sehat. Hidup sehat tidak terbatas dengan melaksanakan sepuluh indikator saja.

Tetapi indikator dengan sepuluh perilaku adalah yang dipilih sebagai

 penilaian apakah masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan perlu

dikembangkan di tengah masyarakat kita. Sepuluh indikator inilah yang dianggap hal

yang baru bagi masyarakat Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin.

Dari sepuluh Indikator PHBS yang dicanangkan Depkes RI, pentingnya

 bersalin menggunakan tenaga kesehatan, program ASI Eksklusif apalagi Inisiasi

Menyusui Dini, jamban keluarga, kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni dan

 pentingnya olah raga serta makanan bervitamin dan berserat masih merupakan hal

 baru bagi masyarakat nelayan Bagan Kuala.

Page 37: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 37/85

 

Teori Rogers tentang difusi inovasi (1983), banyak dipergunakan dalam

 penelitian bidang edukasi, antropologi, medikal sosiologi, marketing, geografi, dan

rural sosiologi. Dalam bidang Medikal sosiologi mulai digunakan tahun 1950an.

Studi inovasi mencakup penemuan obat-obat baru (new drugs), beberapa penemuan

kesehatan dan metode keluarga berencana ( family planning) atau inovasi bidang

kesehatan seperti merebus air yang akan dikonsumsi (boiling water ), memerangi

 penggunaan susu botol pada bayi agar memilih air susu ibu (breast feeding) dan lain-

lain.

Alasan menggunakan teori Adopsi Inovasi adalah mengapa individu sudah

mendapatkan ide baru, gencar disemarakkan, tetapi justru sulit dilaksanakan atau

diberdayakan. Muncul kesenjangan tentang apa yang diketahui dengan pelaksanaan

(tindakan), dan butuh waktu yang lama bahwa inovasi akan diadopsi individu.

Pendidikan berupa informasi kesehatan yang seharusnya membawa perubahan gaya

hidup dan perilaku sehat menjadikan kehidupan lebih baik, terlihat diabaikan.

Arti inovasi sendiri adalah penemuan/ide yang membawa kemajuan,

 perbaikan dalam suatu bidang.

Difusi adalah proses di mana inovasi disampaikan melalui komunikasi baik

melalui media khusus, yang sifatnya berulang-ulang kepada masyarakat.

Komunikasi adalah suatu proses di mana partisipan menerima dan

mengembangkan informasi kepada yang lain (bersifat dua arah). Dapat disimpulkan,

difusi adalah suatu bentuk yang spesial/komunikasi khusus menyampaikan pesan

kepada orang lain menjadi suatu ide baru.

Page 38: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 38/85

 

Ada empat elemen difus, yaitu:

1.  Inovasi (the innovation)

Sebuah inovasi adalah sebuah ide, praktik atau objek yang akan diterima oleh

individu bersifat masih baru. Penerimaan ide baru bagi individu akan

menimbulkan reaksi pada dirinya dan memang dianggap ide tersebut memang

 baru didengar dan diketahui. Ini yang disebut inovasi.

2.  Media komunikasi (Communication Channels)

Komunikasi adalah proses di mana partisipan berkreasi dan mengembangkan

atau berbagi informasi satu sama lain agar tercapai pengertian yang memadai.

Media komunikasi sendiri juga bisa diartikan sampainya pesan dari seseorang

ke orang lainnya ( Interpersonal Channels). Dapat juga menggunakan media

seperti media massa, radio, televisi, dan lain-lain, yang jangkauannya luas.

Tetapi interpersonal chanel umumnya akan lebih efektif.

3.  Waktu (Time)

Sebuah proses yang berjalan selama adopsi. Waktu adalah elemen terpenting

dalam difusi inovasi.

4.  Sistem sosial (Social System)

Didefinisikan sebagai suatu bentuk unit interelasi yang berkaitan dan ikut

menyelesaikan masalah berkaitan dengan tujuan umum. Yang termasuk

sistem sosial adalah sekumpulan individu (masyarakat), kelompok informal,

organisasi/atau subsistemnya.

Page 39: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 39/85

 

 Innovation Decision Process, sebagai proses yang dialami oleh seorang

individu, sejak menerima pengetahuan tentang suatu hal yang baru, membentuk sikap

(attitude) terhadap ide/inovasi, memutuskan menerima atau menolak ide baru itu,

kemudian mengimplementasikan ide baru, dan mengkonfirmasi keputusan tersebut.

Penduduk Desa Bagan Kuala rata-rata berpendidikan rendah. Wawancara

 peneliti dengan beberapa ibu rumah tangga diketahui bahwa mereka menghabiskan

waktu tanpa ada kegiatan yang bermanfaat selain kegiatan rutin sebagai ibu rumah

tangga. Setiap sore selepas Ashar beberapa ibu rumah tangga sering berkumpul

sambil menunggu suami pulang dari laut.

Pada saat penyampaian informasi tentang PHBS oleh petugas kesehatan yang

didampingi oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa inovasi berupa ide baru seperti

sepuluh indikator PHBS sangat sulit diterima. Umumnya mereka baru mendengar

adanya sepuluh indikator yang isinya merupakan perilaku yang membawa mereka

hidup lebih sehat. Sementara anggapan mereka tanpa sepuluh indikator, mereka juga

sudah merasa sehat.

Menurut kesimpulan peneliti bahwa sebenarnya keinginan untuk

melaksanakan PHBS harus ada rasa akan kebutuhan tentang inovasi yang

disampaikan. Sementara selama ini saluran komunikasi yang menyangkut PHBS

sama sekali belum dapat dikatakan sumber pengetahuan yang memadai.

Informasi yang sampai tidak lengkap atau menurut mereka sulit dipahami.

Sebagian dari ibu rumah tangga mengatakan bahwa tidak mendapat manfaat dari apa

yang dikerjakan melalui kegiatan PHBS.

Page 40: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 40/85

 

Sering pula hasil dari perilaku imunisasi membawa rasa “tidak

menyenangkan” bagi balitanya karena demam dan rewel. Akibatnya menimbulkan

 pertentangan terhadap manfaat yang dirasakan.

Peran komunikasi/promosi kesehatan melalui petugas kesehatan pada situasi

ini diharapkan mampu mengatasi ketidakpuasan individu. Komunikasi harus

 berkesinambungan dan terarah. Yaitu untuk memberikan informasi, motivasi, dan

edukasi kepada individu.

Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi lima tahap:

1.  Individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide

 baru (tahap knowledge).

Pengetahuan timbul ketika individu dipaparkan sebuah inovasi, baik

keberadaannya dan fungsinya sehingga menimbulkan minat individu ntuk

mengenal lebih jauh tentang objek tersebut.

Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa individu memainkan peran pasif

dalam hal kesiapan pengetahuan tentang suatu inovasi. Kebanyakan

didapatkan dari faktor tak sengaja.

Keadaan yang dianggapnya tidak ada, tetapi sebenarnya ada suatu inovasi

di sana. Peran petugas, pesan-pesan yang disampaikan dan saluran

komunikasi merupakan media informasi.

2.  Persuasion (persuasif), yaitu tahap di mana individu membentuk suatu sikap

merasa nyaman atau tidak nyaman terhadap inovasi. Pada tahap persuasif,

individu secara psikologis terkait dengan inovasi, akan secara aktif mencari

Page 41: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 41/85

 

tahu ide-ide baru. Terjadi perilaku-perilaku penting “dimana” (where) mencari

informasi?, Apakah (what ) sebenarnya pesan-pesan yang diterima atau

disampaikan? dan bagaimana (how) menginterpretasikannya.

Semua inovasi bersifat membawa rasa ketidakpastian bagi individu, yang

menurutnya hasilnya belum tentu sama seperti apa yang disampaikan.

Tahap ini dibutuhkan dukungan-dukungan sosial untuk membentuk sikap-

sikap mengarah kepada ide baru. Media massa merupakan sumber yang

sifatnya terlalu umum untuk sebuah informasi dalam membentuk tanggapan,

 belum dapat membentuk kepercayaan terhadap inovasi.

Pada tahap persuasif dan khususnya tahap keputusan (decision), individu

termotivasi mencari informasi inovasi-evaluasi dengan maksud mengurangi

rasa ketidakpastian. Munculnya rasa ingin menjawab sendiri pertanyaan “Apa

konsekwensi dari inovasi?” dan “Apa untung ruginya bagi diri saya?”. Dalam

keadaan ini peran seseorang yang statusnya sama (dari kalangan status sosial

yang sama) dan pernah mencoba inovasi serta menyampaikan keuntungan dari

inovasi, akan lebih memotivasi membentuk keputusan bagi individu untuk

mengadopsi. Tahap persuasif membentuk sikap “adopsi” atau “menolak”.

3.  Tahap  Decision (keputusan), yaitu tahap di mana individu mengambil

keputusan berkaitan dengan aktivitas mengadopsi atau menolak. Pada saat

individu berada pada tahap melewati “innovation–decision  process”, maka

individu akan termotivasi mencari informasi baru untuk mengurangi rasa

Page 42: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 42/85

 

ketidakpastian tentang apa yang diperolehnya dari inovasi yang diterimanya

(lebih bersifat aktif). 

Potensial adopter dalam hal ini dimaksudkan bagi individu yang berminat

dengan pertimbangan apakah ide/inovasi ini lebih baik dari pada inovasi

sebelumnya. Di sini muncul rasa “menerima” (adoption) atau justru

“menolak” (rejection). Peran komunikasi berpengaruh penting pada tahap ini.

Media massa merupakan sumber dasar pembentukan pengetahuan, tetapi tidak

sebaik hasilnya dibanding pendekatan interpersonal.

Dapat dikatakan pendekatan interpersonal dicontohkan dengan anjuran kepala

keluarga, tetangga, teman dekat, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan

lain-lain. Dukungan ditambah pengetahuan yang dianggap pasti dan

 bermanfaat akan menjadi motivasi bagi individu untuk menerima inovasi.

Menurut Eveland, (1979) dalam  kutipan Rogers, membagi penolakan

(rejection) menjadi dua tipe. Penolakan aktif dan Penolakan pasif. Penolakan

aktif ( Active rejection) terdiri dari individu yang dikategorikan mencoba

memakai inovasi tetapi memutuskan tidak mengadopsi lagi. Penolakan pasif

(Passive rejection) adalah individu yang sama sekali tidak pernah

menggunakan inovasi.

4.  Tahap  Implementation (implementasi) yaitu tahap penggunaan atau tahap

 perwujutan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan

atau digunakan/dipraktikkan. Implementasi adalah suatu tahap yang harus

dilewati individu setelah tahap keputusan (decision). Individu pada tahap ini

Page 43: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 43/85

 

akan memunculkan pertanyaan “Dimana (Where) saya gunakan inovasi ini?”,

“Bagaimana ( How) saya menggunakannya” dan “Apakah (What ) masalah-

masalah yang muncul selama saya gunakan dan bagaimana mengatasinya?”.

Pada tahap ini individu bersifat aktif mencari informasi dan melakukan apa

yang menjadikannya dalam bentuk tindakan.

5.  Tahap Confirmation (konfirmasi), yaitu tahap penguatan, di mana individu

telah memanfaatkan dan menggunakan inovasi, tetapi masih dapat berubah

 jika terjadi masalah dalam penyampaian pesan, tidak puas akan hasil yang

diterima atau lebih digantikan dengan ide baru lainnya (inovasi terbaru).

Selama tahap konfirmasi, individu masih tetap membutuhkan pengukuhan

atau ketetapan untuk terus mengadopsi inovasi. Individu akan terus belajar

dan menghindari keadaan kesenjangan (dissonance).

Bila keadaan dissonance muncul, akan membuat individu tidak nyaman dan

 berusaha mengurangi atau menghilangkan keadaan ini dengan cara menambah

 pengetahuannya, menentukan sikap atau attitude, atau tindakannya.

Page 44: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 44/85

 

Secara skematis, proses adopsi inovasi dapat dilihat pada Gambar 2.1:

Communication Channel

Sumber: Rogers, M, E, 1992

Gambar 2.1. Model Proses Adopsi-Inovasi

Karakteristik masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung

Beringin diharapkan berperilaku hidup bersih dan sehat dengan sepuluh indikatornya.

Sepuluh indikator PHBS merupakan konsep baru bagi mereka. Hal tersebut tentunya

membutuhkan waktu yang relatif lama untuk merubah perilaku masyarakat nelayan,

karena mereka harus terlebih dahulu mengetahui tentang pentingnya PHBS, syarat-

syarat PHBS, sampai kepada perilaku melaksanakan PHBS agar menjadi kebutuhan

hidup sehari-hari pada masyarakat nelayan Desa Bagan Kuala.

Proses tersebut tidak terlepas dari persepsi mereka tentang PHBS dengan

sepuluh indikatornya, persepsi terhadap pentingnya PHBS, dengan faktor eksternal

Knowledge Persuasion Decision Implementation Confirmation

ContinueAdo tion

AdoptionCharacDe

teristics of Thecision Making

-  SociodeconomicCharacteristicsPersonality Variables

-  Communication

Behavior

-

PerceivedCharacteristics of

Innovation-  Relative advantage-  Compatibility-  Complexity

-  Trialability-  Observability

Rejection

Later

Adoption

Discontinuance

ContinueRe ection

 

Page 45: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 45/85

 

 berupa pengalaman, interaksi keluarga, interaksi sosial, penjelasan petugas kesehatan

dan sejauh apa minat individu mengadopsi.

Penerimaan (adopsi) seseorang terhadap hidup dengan melaksanakan PHBS

akan mendorong berpikir individu agar mengatasi kesenjangan yang ada. Sensitifitas

seseorang dalam mengenali pentingnya PHBS tidak sama, sehingga dalam

 pengambilan keputusan untuk mengadopsinya menjadi bervariasi.

2.3.  Karakteristik Masyarakat Nelayan

Karakteristik masyarakat nelayan secara geografis merupakan masyarakat

yang berdomisili di pesisir pantai, dan umumnya mempunyai  plurarisme  budaya.

Dilihat dari aspek demografi, umumnya merupakan penduduk yang mempunyai

 pekerjaan sebagai pelaut (Kusnadi, 2002).

Dalam kebudayaan Melayu Sumatera Timur (Basyarsyah, dkk, 2002), Bagan

Kuala adalah termasuk pantai Sumatera Timur. Merupakan masyarakat Melayu yang

kuat memegang adat istiadat. Justru itu, masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam

menjalani hidup mengikuti peraturan yang telah digariskan atau ketentuan alaminya.

Misalnya orang lelaki kewajibannya mencari nafkah memenuhi keperluan asas

keluarganya. Itu karena orang lelaki sesuai dengan kodrat mempunyai fisik yang kuat.

Bekerja mencari nafkah mesti bertenaga apalagi bekerja sebagai nelayan.

Oleh karena itu lelaki bertanggung jawab sebagai ketua keluarga bukan wanita.

Perkara tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam, orang lelaki sebagai imam dan

yang memimpin keluarga, sedangkan wanita fisiknya lemah, mereka melahirkan

Page 46: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 46/85

 

anak, fungsinya sebagai suri rumah. Wanita lemah lembut sehingga bisa melayani

anak dan suami. Wanita lebih teliti dan cerewet, sehingga urusan rumah tangga

menjadi tanggung jawabnya.

Maka dalam proses sosialisasi anak-anak Melayu dalam komunitas Melayu

Pesisir Sumatera Timur telah dibedakan tugas dan kewajiban mengikut jenis kelamin

sejak kecil. Dalam hal menangkap ikan, walaupun menggunakan bot bermesin,

nelayan masyarakat Melayu Sumatera Timur masih bergantung kepada alam pasang

surut air, edaran bulan dan tanda-tanda alam.

Masyarakat Melayu Pesisir lebih menyukai alat menangkap ikan yang bersifat

menunggu ikan (alat penangkap ikan tradisionil). Menurut Chalida yang dikutip dari

Basyarsyah II, dkk, Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur selalu menghindari

hal-hal yang cenderung kepada sikap yang radikal. Bagi mereka hidup bersifat

sementara, hidup yang kekal adalah akhirat. Segala kepastian adalah milik Allah

Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, bagi nelayan di dalam masyarakat Melayu

Pesisir Timur mencari ikan di laut bukanlah untuk kemewahan. Sesuatu yang

diperoleh mesti disyukuri dan tidak boleh tamak ataupun sombong, nafsu menguras

laut harus dikendalikan. Pandangan hidup yang seperti ini, dari positifnya menjadikan

masyarakat Melayu Sumatera Timur hidup damai, tetapi sebaliknya menimbulkan

kesan apatis yang melahirkan sifat menyerah kepada keadaan (Tarekat

 Naksyabandiah).

Tarekat ini dibawa Abdul Wahab yang berasal dari Sumatera Timur dan

menuntut di Timur Tengah dan Mekkah, Saudi Arabia (Van Bruinessen, 1992: 107).

Page 47: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 47/85

 

Walaupun orang Melayu Pesisir yang di kawasan nelayan pada umumnya

tidak menjadi ahli tarekat tersebut, tetapi sedikit banyak pengaruh Tarekat

 Naksyabandiah jelas dalam sikap masyarakat yang menyerah kepada keadaan. Magis

(ilmu ghaib) dalam kehidupan Melayu Sumatera Timur mengenal adanya White

 Magic. Mereka mengkategorikannya kepada magis putih yang bersifat produktif,

memberi faedah dan perlindungan dan kebahagiaan. Yaitu mengobati penyakit,

menolong orang bersalin dan mengurut.

Menurut Andiyan (2005) yang mengutip pendapat Satria (2002), bahwa

hubungan sosial masyarakat nelayan terkait dengan karakteristik sosial nelayan

tersebut. Karakteristik masyarakat nelayan dan petani berbeda secara sosiologi.

Masyarakat petani menghadapi sumberdaya terkontrol, yaitu lahan untuk produksi

suatu komoditas. Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat terbuka dan

menyebabkan nelayan harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal.

Resiko pekerjaan yang relatif besar menyebabkan masyarakat nelayan memiliki

karakter keras, tegas, dan terbuka.

2.4.  Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka peneliti dapat

merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat merupakan bentuk dari perilaku setiap anggota rumah tangga

dalam meningkatkan derajad kesehatannya. Determinan perilaku kesehatan tersebut

Page 48: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 48/85

 

dipengaruhi oleh persepsi, serta konsekuensi terhadap perubahan-perubahan sosial

dan inovasi.

Menurut Rogers (1983) decission-innovation process merupakan perwujudan

dari serangkaian proses sebelumnya yaitu diawali dari pengetahuan, kemudian

dilakukan persuasi (pendekatan) terhadap inovasi tersebut, kemudian diputuskan

untuk menggunakan inovasi tersebut, dan mulai diimplementasikan dalam

kehidupannya, dan masih terus disertai penambahan-penambahan informasi,

kegunaan, untung rugi dan pembaharuan inovasi akan berpengaruh pada tahap

(konfimasi).

Berkaitan dengan  proses Perilaku Hidup Bersih dan Sehat juga merupakan

suatu inovasi yang dilalui oleh proses waktu yang panjang, selama ini konsep hidup

sehat telah dipropagandakan oleh petugas kesehatan melalui media massa,

 penyuluhan di posyandu (promosi kesehatan), kemudian diterima oleh masyarakat

nelayan sebagai informasi yang benar-benar baru bagi mereka.

Masyarakat mengambil keputusan untuk mengadopsi konsep PHBS yang

tercermin dari indikator-indikator PHBS seperti hidup di dalam rumah yang sehat,

dengan memenuhi syarat-syarat rumah sehat, melakukan pemberian ASI secara

eksklusif, merubah perilaku buang air besar yang biasanya dilakukan di pinggir

 pantai, menjadi buang air besar dalam jamban keluarga atau jamban umum,

menyediakan saluran pembuangan air limbah meskipun secara sederhana, serta

 beberapa indikator PHBS lainnya.

Page 49: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 49/85

 

2.5.  Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan

kerangka konsep penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada

gambar berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat

Persepsi terhadap PHBS

Dukungan Sosial

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Page 50: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 50/85

 

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.  Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan tipe

explanatory research  untuk menjelaskan pengaruh persepsi dan dukungan sosial

terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat nelayan di Desa Bagan

Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2.  Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Beringin, tepatnya di Desa

Bagan Kuala, berjarak 10 kilometer dari ibukota kecamatan. Merupakan daerah

 pantai dan didominasi oleh nelayan tradisionil, dan berdasarkan hasil observasi

merupakan daerah dengan proporsi rumah sehat paling rendah, dan sanitasi

lingkungannya tidak memenuhi syarat kesehatan.

Penelitian ini membutuhkan waktu 11 (sebelas) bulan terhitung Maret 2008

sampai Januari 2009.

3.3. 

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang

mempunyai balita di Desa Bagan Kuala sebanyak 95 ibu RT, dan seluruhnya menjadi

sampel penelitian (total sampling). Sejumlah 180 KK penduduk Bagan Kuala, 121

Page 51: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 51/85

 

KK adalah nelayan. Sebanyak 105 KK mempunyai balita. Hanya 95 KK yang

dianggap penduduk menetap, sedangkan 10 KK merupakan penduduk yang

 berpindah-pindah dari kecamatan ke kecamatan lain sesuai musim turun ke laut.

3.4.  Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara wawancara dengan ibu

rumah tangga tentang persepsi mereka tentang PHBS, dan dukungan sosial yang telah

diberikan oleh suami, tokoh masyarakat, keluarga dan petugas kesehatan untuk

 berPHBS. Observasi langsung rumah ke rumah berpedoman pada checklist   tentang

kondisi rumah sehat. Kuesioner tersebut perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas

alat ukur dan diuji cobakan pada 20 nelayan di Kecamatan Teluk Mengkudu.

Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat.

Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk

dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum pada

nilai correlation corrected item total. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau

 bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r–hitung) lebih

 besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi yang dipilih

adalah 5% (Riduwan, 2005).

Page 52: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 52/85

 

Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa

kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji penelitian,

adalah adalah teknik  Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada

sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 5% (Riduwan,

2005). Nilai r-Tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 20 orang adalah

sebesar 0,423, maka ketentuan dikatakan valid, dan realibel jika:

1.   Nilai r-Hitung variabel ≥0,423 dikatakan valid dan relialibel.

2.   Nilai r-Hitung variabel <0,423 dikatakan tidak valid dan relialibel.

Guna mendukung penelitian, maka diambil data sekunder yaitu data yang

dikumpulkan dari catatan dokumen perencanaan Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

2008, dan cakupan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Serdang Bedagai, dan

Puskesmas Rawat Jalan Tanjung Beringin. Hasil pengujian dapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Page 53: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 53/85

 

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Item Pertanyaan Nilai Corrected Item TotalPersepsi 1

Persepsi 2

Persepsi 3Persepsi 4

Persepsi 5

Persepsi 6

Persepsi 7

Persepsi 8Persepsi 9

Persepsi 10

Persepsi 11

Persepsi 12Persepsi 13

Persepsi 14

Persepsi 15

Persepsi 16

Persepsi 17Persepsi 18

Persepsi 19

Persepsi 20

Persepsi 21Persepsi 22

Persepsi 23

Persepsi 24

Persepsi 25Persepsi 26

Persepsi 27Persepsi 28

Persepsi 29

Persepsi 30

Persepsi 31Persepsi 32

0,9959

0,99580,8599

0,9958

0,8069

0,99580,8599

0,8599

0,9958

0,96570,8240

0,9958

0,9958

0,9657

0,96570,9958

0,99580,9958

0,99580,6876

0,9213

0,8599

0,9657

0,96570,9334

0,9958

0,9589

0,99580,9958

0,9958

0,9958

0,9958

Nilai Alpha Cronbach 0,9957Dukungan Sosial 1Dukungan Sosial 2

Dukungan Sosial 3

Dukungan Sosial 4

Dukungan Sosial 5Dukungan Sosial 6

Dukungan Sosial 7

Dukungan Sosial 8

Dukungan Sosial 9Dukungan Sosial 10

Dukungan Sosial 11Dukungan Sosial 12

Dukungan Sosial 13

Dukungan Sosial 14

0,88810,9750

0,9750

0,8881

0,90840,7076

0,9084

0,9084

0,90840,8678

0,9084

0,9084

0,8195

0,7266

Nilai Alpha Cronbach 0,9907

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel persepsi secara

keseluruhan item pertanyaan variabel persepsi juga dikatakan valid karena nilai item

corrected correlation itemnya dibawah nilai r-Tabel (<0,396), dan juga dikatakan

realibel dengan nilai alpha cronbach= 0,9957 yaitu di bawah nilai r-Tabel (0,396).

Page 54: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 54/85

 

Dilihat dari variabel dukungan sosial secara keseluruhan item pertanyaan juga

dikatakan valid karena nilai item corrected correlation itemnya di bawah nilai r-Tabel

(0,396), dan juga dikatakan realibel dengan nilai alpha cronbach= 0,9907 yaitu

di bawah nilai r-Tabel (0,396).

3.5.  Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1.  Variabel Independen

1.  Persepsi adalah penilaian atau tanggapan responden terhadap pentingnya

PHBS.

2.  Dukungan sosial adalah adanya interaksi sosial dalam bentuk dukungan dan

anjuran pentingnya PHBS dari kepala keluarga (suami), anggota keluarga dan

tokoh masyarakat di Desa Bagan Kuala.

3.5.2.  Variabel Dependen

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah PHBS adalah suatu bentuk tindakan

dari ibu rumah tangga dan anggota keluarga berdasarkan indikator PHBS, yaitu:

a)  Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

 b)  Bayi diberi ASI eksklusif.

c)  Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

d)  Ketersediaan air bersih.

e)  Ketersediaan jamban keluarga.

f)  Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (9 m2 per orang).

g)  Lantai rumah bukan tanah.

Page 55: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 55/85

 

h)  Tidak merokok di dalam rumah.

i)  Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

 j)  Makan buah dan sayur setiap hari.

3.6.  Metode Pengukuran

3.6.1.  Variabel Independen

1.  Variabel Persepsi

Pengukuran variabel persepsi dilakukan dengan memberikan 32 (tiga puluh

dua) pertanyaan dalam kuesioner berdasarkan skala ordinal dengan alternatif

 jawaban “a”, ”b” dan “c”, dengan ketentuan jika responden menjawab “a”

dikatakan benar diberi skor 3, dan jika responden menjawab “b” dan “c”

dikatakan “salah” diberi skor 1, kemudian variabel pengetahuan

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a.  Baik, jika responden menjawab dengan benar >75% dari total skor.

 b.  Sedang, jika responden menjawab dengan benar 45-75% dari total skor.

c.  Kurang, jika responden menjawab dengan benar <45% dari total skor.

2.  Variabel Dukungan Sosial

Untuk mengetahui pengetahuan responden dilakukan dengan memberikan 14

(empat belas) pertanyaan dalam kuesioner tertutup berdasarkan skala ordinal

dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, masing-masing diberi skor 2 jika

responden menjawab “ya” dan skor 1 jika responden menjawab “tidak”

kemudian variabel pengetahuan dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

Page 56: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 56/85

 

a.  Baik, jika responden menjawab sejumlah 7-14 jawaban (skor 13 – 28).

 b.  Kurang, jika responden menjawab sejumlah 1-6 jawaban (skor 1 – 12).

3.6.2.  Variabel Independen

Pengukuran perilaku hidup bersih dan sehat responden dilakukan dengan

memberikan 10 (sepuluh) pertanyaan berdasarkan skala interval, dengan alternatif

 jawaban “ya”, dan “tidak”, dan kemudian variabel PHBS dikategorikan menjadi tiga

kategori:

1.  Tidak Sehat, jika responden menjawab Ya hanya 1 pertanyaan, dengan skor

= 1.

2.  Sehat I, jika responden menjawab Ya 1-3 pertanyaan, dengan skor = 2-6.

3.  Sehat II, jika responden menjawab Ya 4-6 pertanyaan, dengan skor = 7-12.

4.  Sehat III, jika responden menjawab Ya 7-9 pertanyaan, dengan skor = 13-18.

5.  Sehat IV, jika responden menjawab Ya 10 pertanyaan, dengan skor = 20.

Dengan perincian indikator pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Indikator PHBS

Kategori  Jlh

Indikator Skor 

Tidak Sehat 1 1

Sehat 1 2-3 2-6

Sehat II 4-6 7-12

Sehat III 7-9 13-18

Variabel PHBS:

1.  Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan

2.  Bayi diberi ASI ekslusif

3.  Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

4.  Ketersediaan air bersih

5.  Ketersediaan jamban sehat6.  Kesesuaian luas lantai dengan jumlah

 penghuni

7.  Lantai rumah bukan tanah

8.  Tidak merokok di dalam rumah

9.  Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Makan buah dan sayur setiap hari 

Sehat IV 7-9 +

Dana Sehat

20

Page 57: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 57/85

 

3.7.  Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda

untuk menganalisis pengaruh persepsi dan dukungan sosial terhadap perilaku hidup

 bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Desa Bagan Kuala Kecamatan

Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada taraf nyata 95% (α=0,05).

Page 58: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 58/85

 

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1.  Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Bagan Kuala terdiri dari tiga dusun. Dusun 1 dan 2 lebih berdekatan dan

lebih mudah dijangkau dengan transportasi dibandingkan dusun 3 yang terpisah dan

sulit tranportasi.

Puskesmas pembantu Bagan Kuala dan posyandu berada di dusun 1. Dusun 3

yang terletak lebih jauh, biasanya dikunjungi petugas kesehatan setiap hari dengan

sepeda motor. Petugas kesehatan berjumlah 2 orang. Satu orang perawat dan satu

orang bidan desa.

Berdasarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas pembantu desa

Bagan Kuala sesuai laporan tahunan puskesmas tahun 2007, kunjungan rawat jalan

sebanyak 201 kunjungan. Pasien umum sebanyak 20 orang (9,95%) dan 181 pasien

menggunakan Jamkesmas (90,04%).

Berdasarkan sepuluh penyakit terbesar tahun 2007, Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) sebanyak 20 kasus, disusul penyakit diare sebanyak 12 kasus yang

umumnya balita.

Usaha kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) di Desa Bagan Kuala hanya

terdapat satu posyandu Madya untuk tiga dusun yang dibuka sebulan sekali.

Lokasinya berada di Balai Desa Bagan Kuala.

Page 59: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 59/85

 

4.2.  Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

No Karakteristik N %

1 Umur

24 - 32 tahun 43 45.3  33 - 41 tahun 47 49.5

  42 - 50 tahun 5 5.3

  Total 95 100.0

2 Jenis KelaminLaki-laki 0 0

  Perempuan 95 100,0

  Total 95 100.03 Pendidikan

Tamat SD 42 44.2  Tamat SLTP 30 31.6

  Tamat SLTA 23 24.2

  Tamat D-III/S1 0 0.0

  Total 95 100.0

4 Jumlah Anggota Keluarga

≤ 2 anak 24 25.3

  > 2 anak 71 74.7

  Total 95 100.0

 

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, menurut kelompok umur, mayoritas responden

 berumur 33-41 tahun yaitu sebanyak 47 orang (49,5%). Mayoritas pendidikan

responden adalah hanya menamatkan Sekolah Dasar sebanyak 42 orang (44,2%) dari

95 responden. Berdasarkan jumlah tanggungan dalam keluarga ternyata sebanyak 71

responden (74,7%) adalah jumlah anggota keluarga lebih dari 2 anak.

Page 60: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 60/85

 

4.3.  Persepsi Responden tentang PHBS

Persepsi dalam penelitian ini adalah penilaian atau pandangan responden

tentang PHBS dan indikator-indikator yang termasuk dalam PHBS. Hasil penelitian

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

4.3.1.  Indikator Persepsi Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Persepsi tentang PHBS

Tidak

Setuju

Kurang

SetujuSetuju Jumlah

No Indikator Persepsi

N % n % n % n %

1 Usia Normal Melahirkan 61 64.2 30 31.6 4 4.2 95 100.0

2 Pengertian Persalinan Normal 42 44.2 34 35.8 19 20.0 95 100.0

3 Penolong Persalinan 62 65.3 7 7.4 26 27.4 95 100.0

4 Tempat Persalinan yang Baik 54 56.8 17 17.9 24 25.3 95 100.0

5 Persalinan dengan Komplikasi 51 53.7 19 20.0 25 26.3 95 100.0

6 Pencegahan Persalinan Tidak Normal 49 51.6 22 23.2 24 25.3 95 100.0

7 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan 51 53.7 20 21.1 24 25.3 95 100.0

8 Pencegahan Selama Hamil 52 54.7 24 25.3 19 20.0 95 100.0

9 Penyebab Lahir Prematur 50 52.6 28 29.5 17 17.9 95 100.0

10 Penyebab Lahir BBLR 47 49.5 31 32.6 17 17.9 95 100.0

11 Kadar Hb Normal 52 54.7 24 25.3 19 20.0 95 100.0

12 Jumlah Konsumsi Fe 59 62.1 19 20.0 17 17.9 95 100.0

13 Umur Bayi diberi ASI 48 50.5 24 25.3 23 24.2 95 100.0

14 Maksud ASI Eksklusif 46 48.4 34 35.8 15 15.8 95 100.0

15 Waktu PMT ASI 49 51.6 17 17.9 29 30.5 95 100.0

16 Manfaat ASI Eksklusif 51 53.7 30 31.6 14 14.7 95 100.0

17 Menu Sehat Seimbang 51 53.7 19 20.0 25 26.3 95 100.0

18 Manfaat Makan Sayur 61 64.2 23 24.2 11 11.6 95 100.0

19 Maksud Pola Hidup Sehat 53 55.8 30 31.6 12 12.6 95 100.0

20 Kerugian Merokok 54 56.8 21 22.1 20 21.1 95 100.0

21 Kewajiban Memiliki Kartu Sehat 50 52.6 27 28.4 18 18.9 95 100.0

22Manfaat menggunakan kartu sehat

Dalam setiap pelayanan kesehatan41 43.2 36 37.9 18 18.9 95 100.0

23 Kriteria Air Minum Keluarga 57 60.0 13 13.7 25 26.3 95 100.0

24 Sumber Air yang Sehat 64 67.4 12 12.6 19 20.0 95 100.0

25 Kepemilikan Jamban 48 50.5 31 32.6 16 16.8 95 100.0

Page 61: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 61/85

 

Lanjutan Tabel 4.2.

26 Bentuk Jamban Sehat 52 54.7 29 30.5 14 14.7 95 100.027

Kepemilikan Saluran Buang Air

Limbah49 51.6

3132.6

1515.8

95100.0

28 Kriteria Lantai Rumah Sehat 56 58.9 23 24.2 16 16.8 95 100.0

29 Kepemilikan Ventilasi Udara 56 58.9 25 26.3 14 14.7 95 100.0

30 Lantai Rumah dengan Penghuni 48 50.5 24 25.3 23 24.2 95 100.0

31 Luas Ventilasi Kamar 49 51.6 28 29.5 18 18.9 95 100.0

32 Pentingnya Cerobong Asap 54 56.8 13 13.7 28 29.5 95 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2 Indikator persepsi responden tentang PHBS, mayoritas

menyatakan “tidak setuju”. Terlihat dari indikator kesehatan ibu dan anak, rumah

sehat, perilaku sehat serta jaminan pemeliharaan kesehatan (4 indikator). Persepsi

responden terhadap penolong persalinan umumnya menyatakan “tidak setuju” jika

 penolongan persalinan dilakukan oleh tenaga medis atau bidan terlatih. Yaitu

sebanyak (65,3%) responden, hanya 4,2% saja yang menyatakan “setuju”.

Selain itu berdasarkan persepsi terhadap sumber air yang sehat, sebanyak

(60,7%) responden menyatakan “tidak setuju” jika sumber air yang sehat berasal dari

sumur bor, PAM atau air terlindung lainnya.

4.3.2.  Variabel Persepsi Responden

Berdasarkan akumulasi skor pada indikator persepsi responden, maka dapat

dikategorikan variabel persepsi responden seperti pada Tabel 4.3.

Page 62: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 62/85

 

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Persepsi Responden

tentang PHBS

No Persepsi n %

1 Baik 9 9.5

2 Sedang 57 60.0

3 Kurang 29 30.5

Total 95 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3. di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden

mempunyai persepsi terhadap PHBS dengan kategori sedang sebanyak 57 responden

(60,0%). Persepsi kategori kurang yaitu sebanyak 29 responden (30,5%), dan hanya 9

responden punya persepsi baik yaitu sebanyak (9,5%).

4.4.  Dukungan Sosial terhadap PHBS

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah adanya interaksi sosial dalam

 bentuk dukungan dan anjuran dari keluarga, dan masyarakat sekitar tentang PHBS.

Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.

4.4.1.  Indikator Dukungan Sosial

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Sosial

Tidak Ya JumlahNo Indikator Dukungan Sosial

n % n % n %

1 Sosialisasi PHBS oleh Petugas 61 64.2 34 35.8 95 100,02 Penyuluhan Kia 55 57.9 40 42.1 95 100,0

3 Anjuran Memanfaatkan Bidan 59 62.1 36 37.9 95 100,0

4 Keikutsertaan Suami Saat Periksa Kehamilan 62 65.3 33 34.7 95 100,0

5 Anjuran Pemberian ASI Eksklusif oleh Suami 57 60.0 38 40.0 95 100,0

Page 63: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 63/85

 

Lanjutan Tabel 4.4.

6 Himbauan Perangkat Desa untuk Jaga Sanitasi 68 71.6 27 28.4 95 100,07 Penyuluhan Petugas Kesehatan untuk Jaga Sanitasi 61 64.2 34 35.8 95 100,0

8 Mendapatkan Penyuluhan Rumah Sehat 69 72.6 26 27.4 95 100,0

9 Mendapatkan Penyuluhan Dana Sehat 63 66.3 32 33.7 95 100,0

10 Ikut Lomba Balita Sehat 65 68.4 30 31.6 95 100,0

11 Larangan Merokok bagi Anggota Keluarga 66 69.5 29 30.5 95 100,0

12 Penyuluhan Petugas tentang bahaya merokok 61 64.2 34 35.8 95 100,0

13 Penyuluhan Petugas tentang konsumsi sayur 62 65.3 33 34.7 95 100,0

14 Dukungan suami terhadap menu sayur 65 68.4 30 31.6 95 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, bahwa secara keseluruhan indikator dukungan

sosial terhadap PHBS diketahui tidak mendapatkan dukungan. Dukungan sosial untuk

melakukan perilaku hidup yang sehat dari petugas kesehatan seperti sosialisasi PHBS

ternyata responden menjawab “tidak mendapat dukungan” sebanyak (64,2%), begitu

 juga penyuluhan KIA (57,9%), sanitasi (64,2%), tentang bahaya merokok (69,5%)

dan konsumsi sayur dalam menu makanan (65,3%). Umumnya responden tidak

mendapat dukungan dari petugas kesehatan. Dukungan suami juga tidak didapatkan

oleh responden, seperti keikutsertaan suami dalam pemeriksaan kehamilan, ternyata

responden tidak pernah didampingi oleh suami sebanyak (65,3%). Suami tidak

memberikan anjuran pemberian ASI Eksklusif sebanyak (60,0%).

Dukungan perangkat desa umumnya juga tidak didapatkan oleh responden

seperti pada indikator himbauan untuk menjaga sanitasi lingkungan. Responden

menjawab tidak pernah sebesar (71,6%).

Page 64: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 64/85

 

4.4.2.  Variabel Dukungan Sosial

Berdasarkan skor pada indikator dukungan sosial, maka dapat diakumulasikan

menjadi variabel dukungan sosial terhadap PHBS seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan Sosial

No Dukungan Sosial N %

1 Baik 37 38.9

2 Kurang 58 61.1

Total 95 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa sebagian besar dukungan

sosial terhadap PHBS termasuk kategori Kurang sesuai jawaban sebanyak 58

responden (61,1%). Sedangkan 37 responden menjawab mendapat dukungan sosial

dengan kategori baik (38,9%).

4.5. 

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah suatu bentuk tindakan dari

ibu rumah tangga dan anggota keluarga berdasarkan 10 (sepuluh) indikator PHBS.

Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Page 65: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 65/85

 

4.5.1.  Indikator PHBS

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator PHBS

Tidak Ya JumlahNo Indikator PHBS

n % n % n %

1 Penolong Persalinan oleh Bidan 93 97.9 2 2.1 95 100,0

2 Pemberian ASI sampai 6 bulan 56 58.9 39 41.1 95 100,0

3 Mempunyai Sarana Air Minum Sehat 47 49.5 48 50.5 95 100,0

4 Mempunyai Jamban Keluarga 87 91.6 8 8.4 95 100,0

5 Luas lantai yang memenuhi syarat kesehatan 76 80.0 19 20.0 95 100,0

6 Kepemilikan Kartu Sehat 80 84.2 15 15.8 95 100,07 Tidak ada Anggota Keluarga yang merokok 11 11.6 84 88.4 95 100,0

8 Kamar Yang Memenuhi Syarat Kesehatan 86 90.5 9 9.5 95 100,0

9 Anggota keluarga olah raga minimal 30 menit/hari 81 85.3 14 14.7 95 100,0

10 Anggota keluarga mengkonsumsi sayur setiap hari 77 81.1 18 18.9 95 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan indikator

PHBS tidak dilakukan oleh masyarakat. Indikator penolongan persalinan oleh bidan

(97,9%) menjawab “tidak”, begitu juga pemberian ASI Eksklusif, tidak dilakukan

oleh (58,9%) respoden. Ketersediaan jamban keluarga sebesar (91,6%) responden

tidak punya. Melakukan kegiatan olah raga (90,5%) responden tidak melakukannya.

Konsumsi sayur setiap hari tidak dilakukan responden sebesar (81,1%).

Indikator merokok dalam ruangan, umumnya dilakukan oleh anggota dalam

keluarga responden. Sebesar 84 responden atau (88,4%) melakukannya didalam

rumah dan ditengah anggota keluarga lainya. Kepemilikan sarana air bersih untuk

keluarga hanya 48 responden (50,5%) punya sarana air bersih dan 47 responden tidak

 punya sarana air bersih untuk digunakan sehari-hari.

Page 66: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 66/85

 

4.5.2.  Variabel PHBS

Berdasarkan akumulasi skor pada indikator PHBS, maka dapat dikategorikan

PHBS seperti pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel PHBS

No PHBS n %

1 Tidak Sehat 0 0.0

2 Sehat I 43 45.3

3 Sehat II 47 49.5

4 Sehat III 5 5.3

5 Sehat IV 0 0.0Total 95 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa PHBS di Desa Bagan Kuala

Kecamatan Tanjung Beringin mayoritas termasuk kategori Rumah Sehat II yaitu

sebanyak 47 responden (49,5%), diikuti kategori Rumah Sehat I sebanyak 43

responden (45,3%), sedangkan kategori Rumah Sehat III hanya 5 responden (5,3%).

Dalam penelitian ini tidak ditemukan kategori Rumah Tidak Sehat, dan kategori

Rumah Sehat IV.

4.6.  Analisis Statistik dengan Uji Regresi Berganda

Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda

dengan pertimbangan variabel independen melebihi dari satu variabel dengan sampel

 penelitian lebih dari 30 responden dan skala ukur data yang digunakan adalah skala

ordinal, dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu variabel

Page 67: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 67/85

 

 persepsi dan dukungan sosial terhadap PHBS. Hasil pengujian dapat dilihat pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

No Variabel B  p

1 Persepsi 0,203 0,026

2 Dukungan Sosial 0,482 0,0003 Nilai Adjusted R Square 0,629

4 Konstanta 0,126

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan

95% (p<0,05) ketiga variabel mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS

masing-masing variabel persepsi (0,026), dan dukungan sosial (0,000). Berdasarkan

nilai  Adjusted R Square, diketahui bahwa variabel dukungan sosial mempunyai

 pengaruh 62,9% terhadap PHBS.

Page 68: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 68/85

 

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1.  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Bagan Kuala Kecamatan

Tanjung Beringin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBS di Desa Bagan Kuala Kecamatan

Tanjung Beringin, diketahui PHBS pada masyarakat nelayan adalah kategori Rumah

Sehat I yaitu sebesar 49,5%, Kategori Rumah Sehat II sebesar 45,3%, hanya 5,3%

termasuk Kategori Rumah Sehat III. Tidak ditemukan kategori Rumah Sehat IV dan

Rumah Tidak Sehat dalam penelitian ini.

Kategori Sehat I tersebut dilihat dari 2-3 indikator, yaitu bayi termuda dalam

keluarga diberi ASI Eksklusif, dan keluarga mempunyai jaminan pemeliharaan

kesehatan. Kategori Sehat II dilihat dari terpenuhinya Indikator 4-6 yaitu ketersediaan

air bersih, jamban sehat dan kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.

Keseluruhan indikator PHBS pada tatanan keluarga tersebut dilihat berdasarkan

wawancara dan observasi.

Hasil penelitian berdasarkan indikator PHBS menunjukkan bahwa secara

keseluruhan indikator PHBS tidak dilakukan oleh masyarakat. Responden yang

keseluruhannya adalah ibu-ibu tidak mencari pertolongan persalinan oleh bidan

sebesar (97,9%). Pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya tidak mereka lakukan

sebesar (58,9%). Tidak tersedia jamban di keluarga (91,6%). Tidak melakukan

aktivitas olah raga (90,5%) dan konsumsi sayur setiap hari tidak mereka lakukan

Page 69: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 69/85

 

sebesar (81,1%). Merokok dalam ruangan umumnya dilakukan oleh anggota dalam

keluarga responden yaitu sebanyak 84 responden (88,4%). Sebanyak 48 responden

(50,5%) tidak punya sarana air bersih untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.

Secara akumulasi data indikator PHBS yang didapat, menyebabkan rendahnya

PHBS pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin

Kabupaten Serdang Bedagai.

PHBS pada prinsipnya adalah wujud nyata dari perilaku kesehatan, maka

determinan PHBS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Lawrence Green

(1991) menganalisis perilaku manusia dalam kesehatan. Perilaku individu

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok. Yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor

diluar perilaku (non behaviour causes). Faktor perilaku dalam penelitian ini adalah

 persepsi yang didukung oleh pengetahuan tentang PHBS yang didapat individu.

Faktor di luar perilaku yang membentuk persepsi adalah dukungan sosial.

Rendahnya PHBS di Desa Bagan Kuala dapat disebabkan oleh faktor

karakteristik masyarakatnya yang umumnya merupakan nelayan tradisional. Hasil

 penelitian menunjukkan 44,2% responden hanya menamatkan SD, sehingga

diasumsikan rendahnya pemahaman mereka terhadap PHBS.

Menurut Kusnadi (2003) masyarakat di pesisir pantai secara umum

merupakan nelayan tradisional dengan penghasilan pas-pasan. Tergolong keluarga

miskin yang disebabkan oleh faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada

hasil tangkapan dan bersifat musiman. Sedangkan faktor non alamiah berupa

Page 70: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 70/85

 

keterbatasan teknologi alat penangkap ikan. Sehingga berpengaruh terhadap

 pendapatan keluarga.

Rendahnya pendapatan keluarga berdampak terhadap ketersediaan pangan,

sandang, pendidikan dalam keluarga nelayan. Rumah nelayan di Desa Bagan Kuala

umumnya tidak layak huni.

Pengetahuan tentang kesehatan dan pengalaman seseorang sangat berperan

dalam membentuk persepsi tentang kesehatan pada masyarakat nelayan. Tetapi

dengan keterbatasan ekonomi akan menjadikan PHBS bukan dianggap suatu

kebutuhan.

Teori adopsi inovasi menurut Rogers, (1983) bahwa adopsi inovasi adalah

 proses atau rangkaian yang harus dilewati setiap individu dimulai dengan adanya

 paparan oleh pengetahuan pertama kali terhadap sebuah inovasi, kemudian

membentuk sikap terhadap inovasi, memutuskan menerima atau menolak inovasi,

mengimplementasikan ide baru, dan konfirmasi terhadap keputusan. Proses ini terdiri

dari tahapan tindakan dan pilihan yang terus menerus berproses pada individu atau

organisasi dalam mengevaluasi sebuah ide baru dan memutuskan apakah ikut

melaksanakan ide baru tersebut. Perilaku pada dasarnya adalah mencoba untuk cocok

dan mengenal ketidakpastian dan keputusan tentang alternatif baru yang muncul.

Kehidupan masyarakat nelayan yang umumnya sangat sederhana, ekonomi

yang lemah dan sangat terbatas dalam mengenal teknologi ataupun inovasi-inovasi

 baru akan menghambat individu mengadopsi PHBS.

Page 71: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 71/85

 

Perilaku yang sesuai dengan sepuluh indikator PHBS menjadi sangat sulit

dilaksanakan. Tujuh indikator dasar yaitu persalinan ditolong tenaga kesehatan,

 pemberian ASI Ekslusif, memiliki kartu Jamkesmas, tersedianya jamban dan air

 bersih merupakan syarat mutlak harus terpenuhi. Membangun persepsi untuk

melaksanakan lima dari tujuh indikator dasar hanya bila individu terpapar dengan

 pengetahuan dan rasa akan kebutuhan. Pengetahuan yang diberikan harus mampu

membangun pengertian dalam diri individu dari rasa “ingin” menjadi “mendapatkan”.

Karena pada dasarnya individu harus menyadari bahwa inovasi itu ada dan banyak

keuntungan bila mengadopsinya.

Hal ini menyebabkan PHBS adalah inovasi yang belum dapat diadopsi

sepenuhnya bagi masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala. Petugas kesehatan harus

dapat merencanakan pengembangan berbagai strategi program-program kesehatan.

Tujuan program yang dimaksud adalah perubahan perilaku dan peningkatan

derajat kesehatan kelompok sasaran (Desa Bagan Kuala) pada khususnya dan

masyarakat nelayan pada umumnya.

Indikator PHBS yaitu kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai

yang bukan dari tanah, serta gaya hidup PHBS yang menjadikan konsumsi minimal

tiga porsi buah dan dua porsi sayur bagi anggota rumah tangga usia sepuluh tahun

 berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga. Kesulitan untuk mengadopsi

inovasi ini terkait dengan dana. Sehingga Inovasi individu rasakan sebagai kebutuhan

tetapi tidak dapat mengadopsi karena kondisi ekonomi.

Page 72: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 72/85

 

5.2.  Pengaruh Persepsi terhadap PHBS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji regresi linear

 berganda menunjukkan persepsi mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS

 pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin. Hal ini

dapat diindikasikan bahwa persepsi masyarakat yang rendah akan menyebabkan

rendahnya pemenuhan indikator PHBS.

Keadaan ini dapat dilihat dari persentase persepsi yang mayoritas termasuk

katagori nilai adalah persepsi sedang (60,0%). Yaitu responden dengan peroleh skor

dari indikator persepsi 45%-75% dari total skor penilaian. Diikuti oleh persepsi

kategori kurang yaitu sebesar 30,5%, dan hanya 9,5% responden mempunyai persepsi

kategori baik.

Indikasi rendahnya persepsi terhadap PHBS tersebut dilihat dari indikator

 persepsi yang telah dirumuskan. Sebagian besar responden menyatakan “tidak

setuju”, dilihat dari indikator kesehatan ibu dan anak (KIA), rumah sehat, perilaku

sehat dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Berdasarkan indikator persepsi terhadap penolong persalinan umumnya

responden tidak setuju jika penolongan persalinan dilakukan oleh tenaga medis

sebesar (65,3%) dengan alasan yang muncul pada saat wawancara langsung mereka

tidak perlu pertolongan tenaga medis kecuali gawat darurat (tidak bisa lahir). Apabila

normal (mudah lahir) lebih baik kepada orang tua (dukun) sebagai rasa hormat.

Hanya 4,2% saja yang setuju dengan alasan kesehatan bayi dan ibu menjadi lebih

 baik, dan selalu dibantu bila ada program makanan tambahan dari pemerintah.

Page 73: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 73/85

 

Berdasarkan sumber air yang sehat, mayoritas responden (60,7%) menjawab

tidak setuju jika sumber air yang sehat berasal dari sumur bor, PAM atau air

terlindung lainnya. Anggapan responden karena selama ini mereka tidak merasa sakit

atau rugi karenanya.

Menurut Rogers, (1983) dalam teori adopsi inovasi pada tahap implementasi

yaitu tahap penggunaan, individu tidak menemukan manfaat (tidak rugi) bila tidak

mengadopsinya, sehingga individu memutuskan inovasi tidak layak di adopsi.

Persepsi responden berpengaruh terhadap PHBS karena persepsi adalah

 penilaian atau respon responden terhadap indikator-indikator PHBS, sehingga

 berdampak terhadap perilaku mereka untuk melaksanakan PHBS. Rendahnya

 persepsi ini cenderung dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan mereka tentang

PHBS.

Menurut Rogers, (1983) individu merupakan manusia yang pasif terhadap

 perubahan. Biasanya perubahan atau kita sebut inovasi diketahui dengan tak sengaja.

Pengetahuan pertama kali yang dikenali individu, secara umum individu cenderung

menilai inovasi ini (PHBS) dijawab secara pribadi, apakah PHBS adalah kebutuhan.

Apakah individu tertarik untuk mendengar saja tanpa ingin tahu maknanya atau

merupakan sikap yang harus dilaksanakan.

Menurut Rogers, (1983) bahwa persepsi merupakan bagian integral dari faktor

 pendukung untuk berperilaku kesehatan termasuk PHBS. Persepsi individu terhadap

 perilaku kesehatan adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

Page 74: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 74/85

 

oleh individu itu sendiri. Persepsi sendiri tidak mengalami penguatan dalam bentuk

keputusan karena mengalami kesenjangan antara keuntungan mengadopsinya atau

tidak mengadopsinya.

Persepsi individu terhadap perilaku kesehatan akan terbentuk dengan baik,

 jika kondisi kesehatan individu, kondisi kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan

kondisi lingkungan sekitar mereka menjadi lebih baik setelah melaksanakan PHBS.

Ada tiga indikator PHBS gaya hidup sehat yaitu tidak merokok di dalam

rumah, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap harinya dan makan buah

dan sayur setiap hari merupakan inovasi bagi individu. Secara umum belum dapat

dirasakan manfaatnya bagi individu. Sehingga adopsi juga mempunyai nilai

konsekuensi. Menurut penelitian Rogers dkk, ada nilai efisiensi, keamanan dan nilai

atau rasa suka.

Menurut Ewles, dkk, (1994) petugas kesehatan memilih strategi promosi

kesehatan dengan peningkatan kesadaran diri, penjelasan nilai dan pengubahan sikap.

Keterkaitan faktor budaya dalam membentuk persepsi juga sangat

 berpengaruh, karena budaya masyarakat biasanya akan berlangsung secara turun

temurun yang akan membentuk sikap seseorang termasuk juga persepsinya terhadap

kesehatan.

Faktor budaya pada masyarakat nelayan Bagan Kuala juga terlihat

mempengaruhi persepsi mereka tentang PHBS.

Menurut Rogers, keberhasilan atau kegagalan terhadap poses diterimanya

inovasi adalah opini pemuka masyarakat (opinion leadership). Berkaitan bahwa

Page 75: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 75/85

 

 pemuka masyarakat dianggap lebih tinggi derajadnya. Karena biasanya pemuka

masyarakat lebih tinggi pendidikannya, harta kekayaan atau status sosialnya lebih

 baik dari masyarakat sekitarnya. Dianggap lebih tahu bahwa mereka lebih sering

terpapar ilmu atau inovasi terbaru.

Dalam teori model kepercayaan terhadap kesehatan, persepsi terhadap

 pentingnya PHBS, adalah faktor pemicu berupa pengalaman, interaksi keluarga,

interaksi sosial, penjelasan petugas kesehatan dan pandangan dari diri informan

(pemberi informasi).

Menurut Rogers, inovasi akan lebih mudah dipahami dan diterima apabila

 pemberi informasi adalah sama kondisi status sosialnya atau dengan kata lain adanya

kaitan emosionil yang dekat. Contohnya seorang wanita telah nyaman menggunakan

 jenis pil KB tertentu dan sudah pasti akan menceritakan jenis pil tersebut (penyebaran

informasi).

Penerimaan seseorang terhadap pelaksanakan PHBS akan mendorong berpikir

untuk mengenali keuntungan dan kerugian dalam mengadopsi PHBS. Individu

mengatasi kesenjangan yang dihadapinya dengan menambah lebih banyak informasi.

Dalam mencari informasi dibutuhkan saluran-saluran informasi (communication

chanels) yang mudah dan murah dijumpai. Sensitivitas seseorang dalam mengenali

 pentingnya PHBS tidaklah sama sehingga dalam pengambilan keputusan untuk

mengadopsinya bervariasi.

Faktor yang turut mempengaruhi persepsi adalah karakteristik individual

seperti sikap, kepercayaan, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

Page 76: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 76/85

 

Faktor-faktor tersebut menyebabkan penglihatan dua orang terhadap sesuatu

memberikan interpretasi berbeda tentang apa yang dilihatnya (Siagian, 2004).

Masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala secara demografis merupakan

masyarakat yang sudah lama hidup di pesisir pantai Tanjung Beringin dengan budaya

hidup yang keras ditempa alam, termasuk kurang peduli terhadap kesehatan, sehingga

ketika konsep PHBS dicanangkan pada beberapa dasawarsa yang lalu justru tidak

memberikan inovasi baru bagi mereka untuk dapat mengadopsinya dengan baik. Hal

ini dapat memberikan suatu masukan bagi pemerintah daerah agar

mengkolaborasikan konsep PHBS dengan suasana kehidupan atau khazanah

kehidupan masyarakat nelayan, agar mudah untuk dipahami dan dapat dilakukan

dengan baik.

5.3.  Pengaruh Dukungan Sosial terhadap PHBS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji regresi linear

 berganda menunjukkan variabel dukungan sosial mempunyai pengaruh signifikan

terhadap PHBS pada masyarakat di Desa Bagan Kuala Kabupaten Serdang Bedagai

yang ditunjukkan oleh nilai  p=0,000 ( p<0,05), artinya dukungan sosial yang baik

akan menyebabkan masyarakat mau berPHBS dan sebaliknya jika dukungan sosial

tidak baik akan menyebabkan masyarakat tidak ber-PHBS.

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah adanya interaksi sosial dalam

 bentuk dukungan dan anjuran dari keluarga, suami, tokoh masyarakat tentang PHBS.

Indikasi dukungan sosial tersebut dilihat dari 14 indikator.

Page 77: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 77/85

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan indikator dukungan

sosial terhadap PHBS diketahui tidak mendapatkan dukungan sosial. Responden

menjawab “tidak mendapat” dukungan dari petugas kesehatan seperti sosialisasi

PHBS (64,2%). Untuk penyuluhan KIA responden menjawab “tidak mendapatkan

dukungan” (57,9%). Begitu juga sanitasi lingkungan sebesar (64,2%), tentang bahaya

merokok (69,5%) serta pentingnya setiap hari mengkonsumsi sayur dalam menu

makanan (65,3%).

Responden tidak mendapat dukungan dari suami dari penilaian indikator

seperti keikutsertaan suami dalam pemeriksaan kehamilan (65,3%), anjuran

 pemberian ASI Eksklusif (60,0%). Selain itu dukungan perangkat desa umumnya

 juga tidak didapatkan oleh responden seperti himbauan untuk menjaga sanitasi

lingkungan (71,6%).

Berdasarkan akumulasi dari indikator tersebut, maka dalam penelitian ini

menjadikan kesimpulan bahwa dukungan sosial terhadap PHBS di Desa Bagan Kuala

Kecamatan Tanjung Beringin adalah kategori kurang yaitu sebesar 61,1%. Kategori

kurang berdasarkan pada pemenuhan skor responden dalam menjawab pertanyaan

yang diajukan, hanya menjawab “ya” 1-12 pertanyaan dari total skor.

Rendahnya dukungan sosial yang berasal dari dukungan suami, dapat

dimaklumi mengingat profesi mereka sebagai nelayan tradisional. Para nelayan

cenderung tidak tinggal di rumah setiap hari karena mencari nafkah di laut.

Umumnya pulang setelah tiga hari atau seminggu. Sehingga peran suami tidak

memungkinkan sebagai pendukung perilaku kesehatan yang mengarah pada PHBS.

Page 78: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 78/85

 

Dukungan terhadap pemberian ASI Eksklusif, pemeriksaan kehamilan, atau

 pelayanan kesehatan ibu dan anak atau indikator lainnya cenderung tidak terpenuhi.

Menjadikan tempat tinggal sesuai kriteria rumah sehat tentu lebih sulit terpenuhi.

Kondisi ekonomi mereka yang lemah dan hasil tangkapan berfluktuatif. Pemenuhan

kebutuhan sehari-hari menjadi tidak cukup apalagi mempunyai rumah yang sehat dan

 bagus. Sehingga walaupun kepala keluarga secara pengetahuan tahu dan mau untuk

membuat rumah sehat, justru tidak mampu secara ekonomi.

Selain itu dukungan dari petugas kesehatan terhadap PHBS secara kumulatif

 juga berdampak terhadap indikator dukungan sosial dalam melaksanakan PHBS.

Berdasarkan hasil data pelayanan kesehatan di Puskesmas Tanjung Beringin (2007),

diketahui bahwa program-program kesehatan yang termasuk dalam indikator PHBS

seperti penyuluhan KIA hanya dilakukan pada saat masyarakat yang datang ke tempat

 pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu. Program yang mengarah pada

 penyuluhan kesehatan di lapangan yang diselingi dengan kegiatan sosial lain jarang

dilakukan, sehingga informasi tentang PHBS tidak sampai kepada masyarakat.

Dengan kata lain sosialisasi tidak optimal. Baik jumlah waktu tatap muka dengan

masyarakat pada saat penyuluhan, atau penggunaan alat Bantu dan kemampuan

komunikasi dari petugas kesehatan.

Demikian juga dengan dukungan sosial dari perangkat desa, tidak dilakukan

secara berkesinambungan dan tidak komprehensif.

Peran perangkat desa dan petugas kesehatan dalam dukungan sosial dapat

 berbentuk anjuran berupa kegiatan kebersihan yang dilaksanakan seperti Jumat bersih

Page 79: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 79/85

 

dan gotong royong. Dalam pelaksanaan Jumat bersih dan gotong royong tidak juga

direspon dengan baik oleh masyarakat. Kesulitan dalam mengumpulkan warga karena

umumnya kepala keluarga melaut. Dukungan sosial dapat membentuk kemandirian

masyarakat untuk melaksanakan PHBS. Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk

mewujudkan peran serta masyarakat (berpartisipasi) dalam perilaku sehat, termasuk

PHBS.

Penelitian Sinaga dkk (2004) di Kabupaten Bantul, begitu pula penelitian

Safrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, bahwa penyebab rendahnya cakupan

PHBS antara lain karena rendahnya peran serta keluarga terhadap sanitasi lingkungan

 perumahan, selain adanya pengaruh pengetahuan individu dan sikap dukungan

 perangkat desa.

5.4.  Keterbatasan Penelitian

1.  Aspek Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif,

sehingga cenderung belum sepenuhnya dapat menjelaskan secara keseluruhan

terhadap determinan PHBS pada masyarakat nelayan, namun peneliti

mengakomodirnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada pemahaman

responden tentang PHBS dari keseluruhan indikator PHBS, dan dilakukan pengujian

secara statistik.

Page 80: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 80/85

 

2.  Kualitas Data

Pada penelitian ini data mengenai persepsi dan dukungan sosial diperoleh

dengan mengandalkan daya ingat, maka akan terjadi recall bias. Dapat saja terjadi

karena responden lupa, dan item pertanyaan yang diberikan belum pernah mereka

dengar sebelumnya sehingga sangat menyulitkan peneliti untuk memberikan

 penjelasan dan memperoleh informasi akurat.

Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari catatan

 puskesmas dan pihak kecamatan, sehingga data tidak terkini (up to date). Kualitas

data juga dipengaruhi oleh kemampuan responden mencerna pertanyaan dalam

kuesioner, dapat terjadi bias yang berasal dari pewawancara di mana pewawancara

meskipun sudah dilatih terlebih dahulu mengingat keterbatasan pengetahuan atau

 pengalaman pewawancara.

3.  Parameter

Parameter yang digunakan untuk mengukur berbagai variabel dalam

 penelitian terbatas, sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya parameter lain yang

lebih tepat untuk menggambarkan tiap-tiap variabel.

4.  Aspek Peneliti

Penguasaan ilmu pengetahuan peneliti yang masih belum memadai terhadap

teknik penelitian ilmiah, maupun dalam teori-teori yang mendukung suatu penelitian,

di samping dana dan sarana yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya

 penelitian.

Page 81: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 81/85

 

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1.  Tingkat PHBS masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung

Beringin 49,5% Kategori Sehat I, sebanyak 45,3% termasuk Sehat II dan

hanya 5,3% termasuk Sehat III.

2.  Persepsi responden terhadap PHBS 60,0% adalah kategori sedang, 30,5%

kategori kurang, dan hanya 9,5% termasuk baik.

3.  Dukungan sosial terhadap pelaksanaan PHBS mayoritas (61,1%) kategori

kurang, dibandingkan dukungan sosial kategori baik (38,9%).

4.  Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan keseluruhan variabel

independen persepsi ( p=0,026) dan dukungan sosial ( p=0,000) mempunyai

 pengaruh signifikan terhadap PHBS.

5.  Variabel dukungan sosial merupakan variabel paling dominan mempengaruhi

PHBS pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung

Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

Page 82: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 82/85

 

6.2.  Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini:

1.  Perlu peningkatan dukungan sosial kepada masyarakat nelayan berkaitan

dengan peningkatan perilaku kesehatan melalui peningkatan peran petugas

kesehatan dalam aktivitas masyarakat nelayan seperti penambahan jadwal

 posyandu dan penyuluhan di daerah pantai.

2.  Petugas kesehatan agar dibekali kemampuan menjadi promotor kesehatan

yang kompeten, melengkapi sarana kesehatan (puskesmas pembantu dan

 polindes) serta kelengkapan media komunikasi yang bersifat efektif dan

efisien. Seperti sebuah unit mobil yang dilengkapi media audio visual untuk

menyampaikan pesan terarah tentang kesehatan tidak hanya PHBS.

3.  Perlu peningkatan peran serta perangkat desa dalam menyukseskan setiap

kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan, dan kegiatan lain yang berkenaan

dengan kesehatan dan sosial, sehingga dapat meningkatkan partisipasi

masyarakat untuk berperilaku sehat. Peran serta perangkat desa ini untuk

menghindari penafsiran bahwa selama ini kesehatan berkaitan dengan berobat,

 belum terbentuk bagaimana mencegah untuk tidak sakit. Menghindari juga

masih ditemukannya persepsi bahwa kesehatan adalah tanggung jawab

 petugas kesehatan, bukan menjadi tanggung jawab pribadi dan masyarakat.

4.  Perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang

kesehatan melalui peran serta masyarakat dalam perencanaan kebutuhan

Page 83: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 83/85

 

di masyarakat Desa Bagan Kuala terhadap kesehatan, atau program kesehatan

yang mereka butuhkan bagi Desa Bagan Kuala Tanjung Beringin.

5.  Bantuan dari Dinas Sosial dan instansi terkait dengan kesejahteraan

masyarakat dan pemberdayaan desa sangat diperlukan koordinasi. Misalnya

 bahwa di Desa Bagan Kuala transportasi terganggu karena badan jalan utama

kedesa tersebut sering tertutup saat air laut pasang. Perencanaan bantuan atau

 perbaikan rumah tidak layak huni bagi penduduk. Dibentuknya sanggar

 pendidikan dan pemberdayaan ekonomi keluarga khusus bagi masyarakat

 pantai.

Page 84: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 84/85

 

DAFTAR PUSTAKA

Andriyan, A., 2005. Strategi  Adaptasi dan Hubungan Sosial Nelayan Kampung

Pesisir Kelurahan Panjunan Kota Cirebon. Fakultas Pertanian. UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta.

Basyarsyah II,S,H, T,L,S, dkk. 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur .Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Depkes RI. 2005. Hasil Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2004. Jakarta.

 ________. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); Untuk PetugasPuskesmas. Direktorat Promosi Kesehatan. Dirjen Kesehatan Masyarakat.

Jakarta.

Dinas Kesehatan Serdang Bedagai. 2005.  Hasil Survei Kesehatan Daerah

(SURKESDA) Serdang Bedagai. Sei Rampah.

 ________. 2006 Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.

 ________. 2007. Laporan Bulanan Gizi Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.

 ________. 2007. Profil Kesehatan Puskesmas Tanjung Beringin. Sei Rampah.

 ________. 2007. Laporan Tahunan Puskesmas Tanjung Beringin. Sei Rampah.

Ewles, L, dkk. 1992. Promoting Health, A Practical Guide. Second Edition.

Green, L & Kreuter, Marshall, W. 1991.  Health Promotion Planning and Education

and Environtment Approach.  Institue of Health Promotion Research

University of British Colombia.

Kusnadi. 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan. Pustaka Yogya Mandiri. Yogyakarta.

Rachmad R,H,H. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

Sarwono, Sarlito W. 2003. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi

Sosial. Refika Aditama. Jakarta.

Page 85: pdf phbs 1

7/21/2019 pdf phbs 1

http://slidepdf.com/reader/full/pdf-phbs-1 85/85

 

 Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.

Jakarta.

Syafrizal. 2002. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Faktor yang Berhubungan

dengannya pada Keluarga di Kabupaten Bungo Jambi Tahun 2002. Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana UniversitasIndonesia. Depok.

Satria, A. 2001.  Dinamika Modernisasi Perikanan (Formasi Sosial dan Mobilitas

 Nelayan). Humaniora Utama Press. Bandung.

Siagian, S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Sinaga, Dkk, 2005. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Studi KasusKabupaten Bantul 2003.  Jurnal JMPK Volume 08/No.02/Juni/2005.

Yogyakarta.

Wilujeng, dan Martiana, 2006. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal dan

Lingkungan Perumahan Nelayan di Kabupaten Lombok Timur NTB.  Jurnal

Kesehatan Lingkungan Bolume 2 Januari 2006. 

Zakbah, dkk. 1997. Persepsi tentang Etos Kerja Kaitannya dengan Nilai Budaya

 Masyarakat Melayu Daerah Riau. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Riau. Pekan Baru.