PDF Abstrak 91815

1
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Pembentukan free trade zone (FTZ) di Indonesia: studi kasus pembentukan FTZ Batam Nimah Hidayah Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=91815&lokasi=lokal ------------------------------------------------------------------------------------------ Abstrak Sejalan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1913 Batam yang telah berkembang sebagai suatu wilayah perkotaan memerlukan penyusunan peraturan. Selama ini Pengaturan wilayah Batam sedikit banyak telah mempengaruhi kewenaangan dan tanggung jawab antara Otorita Batam dan Pemerintah Kota Batam. Kota Batam memerlukan pengaturan yang berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, karena para pelaku usaha Iangsung melakukan kegiatan antar negara terutama dengan Singapura dan Malaysia. Wilayah Batam harus diatur tersendiri sebagai suatu daerah istimewa. Batam, yang selama ini dikenal sebagai "Bonded Zone" atau secara de facto merupakan " free trade zone". Status ini perlu dituangkan dalam bentuk Undang-Undang agar lebih mempunyai kepastian hukum. Hal-hal di atas mendorong penulis untuk menyusun tesis tentang PEMBENTUKAN FREE TRADE ZONE (FTZ) DI INDONESIA, STUDI KASUS PEMBENTUKAN FTZ BATAM. Kasus Pembentukan FTZ Batam, ini menarik dilihat dari proses pembuatan kebijakan pemerintah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, terutama kebijakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Berkenaan dengan pemberian kepastian hukum bagi status Batatn ini, pemerintah terkesan bertindak lambat dan tidak mampu membuat keputusan. Seakan-akan ada masalah dalam proses pembuatan peraturan perundangundangan, karena telah terjadi kepemimpinan pemerintah yang lemah dan koordinasi yang belum berjalan dengan baik. Kepercayaan masyarakat, dunia usaha dan pasar, sangat terpengaruh oleh ketidakmampuan pemerintah dalam membuat keputusan yang baik dan tepat waktu. Ada anggapan bahwa lambannya proses pembuatan keputusan seringkali disebabkan oleh karena Dewan Perwakilan Rakyat pada masa reformasi selalu mencari kesempatan untuk menyulitkan pemerintah. Namun, dalam kasus penetapan FTZ Batam ini tidak demikian. Pemerintah tidak menyepakati konsep FTZ dalam Rancangan Undang-Undang yang telah dibuat oleh DPR. Menurut pemerintah, bentuk FTZ yang sesuai bagi Batam adalah enclave. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Babas Menjadi Undang-Undang, yang merupakan payung hukum pembentukan UU FTZ Batam perlu disesuaikan pasal-pasalnya agar mengakomodasi pembentukan FTZ Batam. Pengertian FTZ yang sampai saat ini masih terdapat keraaancuan, baik dalam perdebatan, Undang-Undang maupun Rancangan Undang-Undang, sehingga perlu kejelasan atau ketegasan dalam menerapkan konsep FTZ di Indonesia, khususnya FTZ bagi Batam. Keberhasilan Batam sebagai FTZ tergantung dari pengaturan hubungan antara Pemerintah Kota dan Otorita Batam. Agar hubungan ini dapat berjalan dengan baik, perlu segera dikeluarkan Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, khususnya Pasal 21. Rancangan Undang-Undang FTZ Batam jangan dibiarkan berlarut-larut, karena keadaan tanpa keputusan ini menyebabkan ketidakpastian dalam iklim investasi.

description

abs

Transcript of PDF Abstrak 91815

  • Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

    Pembentukan free trade zone (FTZ) di Indonesia: studi kasuspembentukan FTZ BatamNimah HidayahDeskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=91815&lokasi=lokal ------------------------------------------------------------------------------------------

    Abstrak

    Sejalan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1913 Batam yang telah berkembang sebagaisuatu wilayah perkotaan memerlukan penyusunan peraturan. Selama ini Pengaturan wilayah Batam sedikitbanyak telah mempengaruhi kewenaangan dan tanggung jawab antara Otorita Batam dan Pemerintah KotaBatam. Kota Batam memerlukan pengaturan yang berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, karena parapelaku usaha Iangsung melakukan kegiatan antar negara terutama dengan Singapura dan Malaysia. WilayahBatam harus diatur tersendiri sebagai suatu daerah istimewa. Batam, yang selama ini dikenal sebagai"Bonded Zone" atau secara de facto merupakan " free trade zone". Status ini perlu dituangkan dalam bentukUndang-Undang agar lebih mempunyai kepastian hukum.Hal-hal di atas mendorong penulis untuk menyusun tesis tentang PEMBENTUKAN FREE TRADE ZONE(FTZ) DI INDONESIA, STUDI KASUS PEMBENTUKAN FTZ BATAM.Kasus Pembentukan FTZ Batam, ini menarik dilihat dari proses pembuatan kebijakan pemerintah dalampembuatan peraturan perundang-undangan, terutama kebijakan dalam beberapa tahun terakhir ini.Berkenaan dengan pemberian kepastian hukum bagi status Batatn ini, pemerintah terkesan bertindak lambatdan tidak mampu membuat keputusan. Seakan-akan ada masalah dalam proses pembuatan peraturanperundangundangan, karena telah terjadi kepemimpinan pemerintah yang lemah dan koordinasi yang belumberjalan dengan baik. Kepercayaan masyarakat, dunia usaha dan pasar, sangat terpengaruh olehketidakmampuan pemerintah dalam membuat keputusan yang baik dan tepat waktu. Ada anggapan bahwalambannya proses pembuatan keputusan seringkali disebabkan oleh karena Dewan Perwakilan Rakyat padamasa reformasi selalu mencari kesempatan untuk menyulitkan pemerintah. Namun, dalam kasus penetapanFTZ Batam ini tidak demikian.Pemerintah tidak menyepakati konsep FTZ dalam Rancangan Undang-Undang yang telah dibuat oleh DPR.Menurut pemerintah, bentuk FTZ yang sesuai bagi Batam adalah enclave. Undang-Undang Nomor 36Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000tentang Kawasan Perdagangan Babas Menjadi Undang-Undang, yang merupakan payung hukumpembentukan UU FTZ Batam perlu disesuaikan pasal-pasalnya agar mengakomodasi pembentukan FTZBatam.Pengertian FTZ yang sampai saat ini masih terdapat keraaancuan, baik dalam perdebatan, Undang-Undangmaupun Rancangan Undang-Undang, sehingga perlu kejelasan atau ketegasan dalam menerapkan konsepFTZ di Indonesia, khususnya FTZ bagi Batam. Keberhasilan Batam sebagai FTZ tergantung dari pengaturanhubungan antara Pemerintah Kota dan Otorita Batam. Agar hubungan ini dapat berjalan dengan baik, perlusegera dikeluarkan Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999,khususnya Pasal 21. Rancangan Undang-Undang FTZ Batam jangan dibiarkan berlarut-larut, karenakeadaan tanpa keputusan ini menyebabkan ketidakpastian dalam iklim investasi.