PDA

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka. Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta (pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada janin. Sebuah ductus arteriosus paten kecil sering tidak menyebabkan gejala. Bayi dengan patent ductus arteriosus kemungkinan besar kesulitan mengalami kenaikan berat badan. Sedangkan anak-anak dengan ductus arteriosus paten kemungkinan tidak seaktif anak normal. Anak tersebut juga berpotensi paru- parunya terinfeksi. Duktus arteriosus merupakan kelainan jantung kongenital. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung kongenital ini terjadi akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah jantung atau yang dapat mengakibatkan sianosis dan asianosis. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Diperkirakan insidens dari PDA sebesar 1

description

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah).

Transcript of PDA

Page 1: PDA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka. Duktus

arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta (pembuluh arteri

besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang

membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal

pada janin. Sebuah ductus arteriosus paten kecil sering tidak menyebabkan gejala. Bayi

dengan patent ductus arteriosus kemungkinan besar kesulitan mengalami kenaikan berat

badan. Sedangkan anak-anak dengan ductus arteriosus paten kemungkinan tidak seaktif

anak normal. Anak tersebut juga berpotensi paru-parunya terinfeksi.

Duktus arteriosus merupakan kelainan jantung kongenital. Penyakit jantung

kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung

atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung kongenital ini

terjadi akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat

mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah jantung atau yang dapat

mengakibatkan sianosis dan asianosis.

Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.

Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Diperkirakan insidens

dari PDA sebesar 1 dari 2000 kelahiran normal, dan insidens pada bayi perempuan 2 kali

lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15

%. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan

bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan

operasi dini pada usia muda.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan membahas mengenai

konsep medis PDA dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan PDA.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep medis Patent Ductus Arterious (PDA) ?

2. Bagiaman konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Patent Ductus Arterious

(PDA) ?

1

Page 2: PDA

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana konsep medis Patent Ductus Arterious (PDA) dan

konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Patent Ductus Arterious (PDA).

2

Page 3: PDA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus

(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama

kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan

tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita Yuliani, 2001 :

235)

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus

setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta

(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz &

Sowden, 2002 ; 375)

Patent Duktus arteriosus merupakan kelainan jantung kongenital, Penyakit

jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi akibat kelainan

dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat mengganggu

dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah jantung atau yang dapat mengakibatkan

sianosis dan asianosis.

Jadi, Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP)

adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan

(patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar

pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi.

Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2

bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum

arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated), atau

disertai kelainan jantung lain.

2.1.2 Insidensi

PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada

24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomi menutup dalam 4

minggu pertama. Bayi premature banyak yang menderita PDA. Diperkirakan

insidens dari PDA sebesar 1 dari 2000 kelahiran normal, dan insidens pada bayi

3

Page 4: PDA

perempuan 2x lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur

diperkirakan sebesar 15 %. Biasanya gejalanya ringan, tetapi akan semakin berat

jika tidak diobati/diperbaiki pada usia 2 tahun.

2.1.3 Anatomi Patent Ductus Arterious

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran

darah pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa

kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi

fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik

fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena

umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa

oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan

hanya sebagian yang diteruskan ke paru.

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada

janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi

normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan

secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. (Buku

ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)

Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika

media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin

yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki

lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos

pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan

4

Page 5: PDA

vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan

fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya

perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan

penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.

2.1.4 Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara

pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada

peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1. Faktor Prenatal :

1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.

2) Ibu alkoholisme.

3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.

4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan

insulin.

5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

6) Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu).

2. Faktor Genetik :

1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan

Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

2.1.5 Klasifikasi

Berdasarkan kelainan fungsi sirkulasi yang terjadi penyakit jantung bawaan

dibagi menjadi 2 yakni :

1) Penyakit jantung bawaan non-sianotik :

a. Dengan vaskularisasi paru normal: stenosis aorta, stenosis pulmonal,

koarktasio aorta, kardiomiopati.

b. Dengan vaskularisasi paru bertambah: defek septum atrium, defek

atrioventrikularis, defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten,

anomaly drainase vena pulmonalis parsial.

5

Page 6: PDA

2) Penyakit jantung bawaan sianotik :

a. Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri besar tanpa

stenosis pulmonal, double outlet right ventricle tanpa stenosis pulmonal,

trunkus arteriosus persisten, ventrikel tunggal tanpa stenosis pulmonal,

anomaly total drainase vena pulmonalis.

b. Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal berat pada

neonates, tetralogi Fallot, atresia pulmonal, atresia tricuspid, anomaly

Ebstein. (Sastroasmoro & Maldiyono, 1996)

2.1.6 Patofisiologi

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus

setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta

(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri

ke kanan ini meneyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya

semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung

sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan

kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif.

Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler

pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan

penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi kontriksi arteriol paru yang

progresif. Sehingga akan terjadi hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika

keadaan ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah.

Penutupan PDA terutama tergantung pada respon konstriktor dari duktus

terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi

penutupan duktus adalah pengaruh kerja prostalglandin, tahanan pulmoner dan

sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). PDA

lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena

mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirai kiri ke

kanan itu cenderung lebih besar.

Pada bayi prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan tetap

terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena memang belum

waktunya bayi lahir. Karena itu duktus arteriosus persisten pada bayi prematur

dianggap sebagai developmental patent ductus arteriosus, bukan struktural patent

ductus arteriosus seperti yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur

dengan penyakit membran hialin (sindrom gawat nafas akibat kekurangan

6

Page 7: PDA

surfaktan), ductus arteriosus persisten sering bermanifestasi setelah sindrom

gawat nafasnya membaik.

Pada ibu yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-

ketoprostaglandin F1) akan meningkat  yang disertai dengan  faktor nekrosis

tumor yang dapat meningkatkan resiko pembukaan duktus arteriosus.

2.1.7 Pathway

7

Page 8: PDA

2.1.8 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis PDA pada anak digolongkan menjadi 4 yaitu :

1. PDA Kecil

Biasanya bersifat asimtomatik, dengan tekanan darah dan tekanan nadi

dalam keadaan normal. Jantung tidak membesar, kadang teraba getaran bising

di iga II kiri sternum. Terdapat bising kontinyu (continuos murmur, machinery

murmur) yang khas pada PDA didaerah subklavia kiri.

2. PDA Sedang

Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien

mengalami kesulitan makan, sering menderita infeksi saluran nafas, namun

biasanya berat badan masih dalam keadaan normal. Frekuensi nafas sedikit

lebih cepat dibandingkan dengan anak normal. Dijumpai pulsus seler dan

tekanan nadi lebih dari 40 mmHg. Terdapat getaran bising di daerah sela iga I-

II para sternal kiri dan bising kontinu disela iga II – III garis parasternal kiri

yang menjalar kedaerah sekitarnya. Juga sering ditemukan bising middiastolik

dini.

3. PDA Besar

Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien

sulit makan dan minum hingga berat badannya tidak bertambah dengan

memuaskan, tampak dispneu dan takipneu, serta berkeringat banyak ketika

minum. Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan pada

auskultasi terdengar bising kontinu atau hanya bising sistolik. Bising

middiastolik terdengar di apeks karena aliran darah berlebihan melalui katub

mitral (stenosis mitral relative). Bunyi jantung II tunggal dan keras. Gagal

jantung mungkin terjadi dan biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian

bawah.

4. PDA Besar dengan Hipertensi Pulmonal

Pasien PDA besar apabila tidak diobati akan berkembang menjadi

hipertensi pulmonal akibat penyakit vascular paru yakni suatu komplikasi

yang ditakuti. Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari 1 tahun,

namun jauh lebih sering terjadi pada tahum ke 2 atau ke 3. Komplikasi

berkembang secara progresif, sehingga akhirnya irreversible, dan pada tahap

tersebut opersi koreksi tidak dapat di lakukan.

(Kapita Selekta kedokteran jilid II, 2000 ; 448)       

8

Page 9: PDA

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-

masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat

nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam

sesudah lahir.

Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar

dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF), diantaranya :

1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.

2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata

terdengar di tepi sternum kiri atas).

3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-

loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).

4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.

5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.

6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.

7. Prekordiumhiperaktif (akibat peningkatan isis sekuncup ventrikel kiri).

8. Apnea.

9. Tachypnea.

10. Nasal flaring.

11. Retraksi dada.

12. Hipoksemia.

13. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).

(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada PDA :

1) Endokarditis (Infeksi Jantung)

Orang-orang dengan masalah jantung sruktural, seperti PDA berada pada

risiko tinggi infeksi endokarditis daripada populasi umum. Endokarditis

adalah suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh

infeksi bakteri.

2) CHF

Merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh

tubuh. Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena

penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik

apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub

9

Page 10: PDA

jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut

dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.

3) Tekanan darah tinggi di paru-paru (Hipertensi Pulmonal)

Bila terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama

melaui PDA dapat      menyebabkan hipertensi pulmonal. Hipertensi paru

dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.

4) Enterokolitis nekrosis

Kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau

submokosa yang sering terjadi pada bayi pematur.

5) Aritmia (detak jantung tidak teratur)

Pembesaran hati karena PDA meningkatkan risiko arithmia. Biasanya

terjadi peningkatan risiko hanya dengan PDA ynag besar.

6) Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau

displasia bronkkopulmoner)

7) Obstruksi pembuluh darah pulmonal

8) Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)

9) Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit.

10) Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).

11) Gagal ginjal.

12) Gagal tumbuh.

(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

2.1.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan PDA yakni :

a. Penatalaksanaan Medis

1. Konservatif

1) Restriksi cairan dan diet rendah natrium untuk mengurangi beban

jantung.

2) Pemberian obat-obatan

a. Furosemid

Yaitu obat diuretic yang paling sering digunakan pada

penderita gagal jantung. Cara kerjanya yaitu dengan menghambat

kembali natrium dan klorida pada tubulus distal dan lengkung

henle di ginjal. Obat ini diberikan secara intravena atau

intramuscular dengan dosis awal 1-2 mg/kg. biasanya setelah

10

Page 11: PDA

diberikan obat ini akan menyebabkan dieresis cepat dan perbaikan

segera status klinis, terutama jika ada gejala kongestif paru. Efek

sampingnya adalah tubuh mungkin akan kekurangan kalium

sehingga penambahan kalium klorida dibutuhkan dan dapat

meyebabkan kontraksi diruangan cairan ekstraseluler.

Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk

meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban

kardiovaskuler.

b. Digoksin

Digunakan untuk meningkatkan gaya dan kecepatan

kontraksi miokardium dan mengendalikan aritmia jantung dengan

membatasi hantaran pulsa melalui nodus AV selama fibrilasi dan

flutter atrium.

Efek sampingnya jika kelebihan dosis yaitu kontraksi

ventrikel premature, disosiasi atrium-venrikel disertai blok jantung

total, takikarsi atrium paroksimal, fibrilasi ventrikel, rasa lelah,

disorientasi, gangguan penglihatan, dan kejang.

c. Indometasin

Merupakan inhibitor prostaglandin yang dapat

memudahkan penutupan duktus. Efek sampingnya adalah

perubahan sementara pada fungsi ginjal, pengingkatan insiden

hilangnya darah samar melalui saluran cerna, dan menghambat

fungsi trombosit selama 7-9 hari. kontraindikasi pemakaian

indometasin adalah :

- Nitrogen urea darah > 30 mg/dl.

- Kadar kreatinin >1.8 mg/dl.

- Keluaran urine < 0.6 ml/kg/jam selama 8 jam terakhir.

- Jumlah trombosit < 60000/mm3 karena aktivitas trombosit

yang memanjang.

- Hemates feses >+3.

- Bukti klinis atau sinar-X.

- Adanya enterokolitis nekrotik.

- Bukti membesarnya perdarahan SPP.

- Sepsis.

11

Page 12: PDA

Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi

cukup bulan karena terbukanya duktus bukan disebabkan oleh

prostaglandin.

2. Invasif

Penutupan PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan.

Penggunaan stainless coil untuk menutup PDA diindikasikan untuk

diameter < 2,5 mm dengan residual shunt rate 5 – 10%. Komplikasi

tindakan ini adalah leakage, emboli coil ke perifer, hemolisis, stenosis

LPA, oklusi femoralis.

3. Bedah

- Tindakan pembedahan seperti operasi penutupan defek, Pemotongan

atau pengikatan duktus. Tindakan bedah ligasi atau divisi PDA

melalui torakotomi kiri.

- Angka mortalitas < 1 %

Jika pada saat bayi berusia beberapa minggu terjadi gagal

jantung, maka segera dilakukan pembedahan. Jika gejalanya hanya

berupa murmur, maka pembedahan biasanya dilakukan pada saat anak

berusia 1 tahun. Jika tidak ada gejala, pembedahan ditunda sampai

anak berumur 6 bulan – 3 tahun.

(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Perawatan Pra Bedah

1) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya,

biarpun hanya pembedahan jantung kecil, perbaikan PDA tetap

mengkhawatirkan bagi orang tua.

2) Siapkan anak untuk pembedahan dengan memperoleh data kajian.

a) Hitung darah lengkap (CBC), urinalisis, glukosa serum, BUN.

b) Elektrolit garis dasar.

c) Koagulasi darah.

d) Golongan dan pencocokan darah silang.

e) Kajian foto thoraks, EKG.

3) Karena anak yang lebih besar biasanya berusia prasekolah, siapkanlah

anak sesuai umur, jangan katakan kepadanya bahwa pembedahan itu

12

Page 13: PDA

akan membuatnya “merasa lebih baik”, karena anak tersebut biasanya

asimtomatik.

2. Perawatan Pasca Bedah

1) Pantau status jantung anak atau bayi (lihat bagian pengkajian

kardiovaskuler, Apendiks A)

a) Tanda-tanda vital (suhu, denyut apeks, frekuensi pernapasan,

tekanan darah).

b) Tekanan darah arteri dan tekanan vena sentral (CVP).

c) Nadi perifer-kualitas dan intensitas.

d) Waktu pengisian kapiler.

e) Adanya asites (jarang).

f) Aritmia.

2) Pantau dan laporkan adanya tanda dan gejala komplikasi.

a) Atelektasis.

b) Perdarahan.

c) Silotoraks.

d) Hemotoraks.

e) Pneumotoraks.

f) Kerusakan nervus frenikus.

g) Kerusakan nervus laringealis yang kambuhan.

3) Obati terjadinya silotoraks bila ada

a) Berikan dan pantau makanan anak yang mengandung trigliserida

rantai sedang.

b) Pantau adanya tanda dan gejala gawat pernapasan.

4) Lakukan pulmonary toilet bila perlu

a) Lakukan drainase postural dan perkusi.

b) Ubah posisi anak setiap 2 jam.

c) Anjurkan untuk menarik napas dalam dan menggunakan

spirometer setiap jam.

d) Anjurkan anak untuk batuk, jika anak tidak dapat batuk, gunakan

isapan.

5) Tingkatkan pengendalian nyeri yang intensif, karena nyeri dengan

insisi torakotomi umumnya lebih besar dari pada sternotomi median.

13

Page 14: PDA

6) Pantau respons anak terhadap pengobatan

a) Diuretik.

b) Digitalis.

7) Beri dukungan emosional pada bayi dan anak selama hospitalisasi

a) Beri penjelasan sesuai umur sebelum terapi.

b) Anjurkan, dengan cara yang sesuai usia, untuk mengekspresikan

perasaan takut dan gelisah pada anak (mis.,ekspresi verbal,

bermain, menggambar).

c) Dorong orang tua untuk mengekspresikan perasaannya.

3. Perencanaan Pulang dan Perawatan Di Rumah

1) Instruksikan orang tua untuk mengamati dan melaporkan adanya

tanda-tanda distrs jantung dan pernapasan.

2) Ajarkan pada orang tua cara-cara pemberian obat.

3) Beri tahu orang tua nama dokter atau perawat yang dapat dihubungi

untuk mendapatkan pertolongan medis atau pemeriksaan kesehatan

tindak lanjut.

4) Ajarkan pada orang tua tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi

dan perawatan anak dengan baik (mis., penggunaan obat-obat

profilaktik sebelum perawatan gigi).

5) Anjurkan dan instruksikan orang tua tentang cara-cara mengadakan

aktivitas stimulasi yang sesuai dengan perkembangan (lihat bagian

pertumbuhan dan perkembangan, Apendiks B).

2.1.11 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pada PDA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ;

1) Laboratorium

a. Analisis gas darah arteri

1. Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru

overcirculation.

2. Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan

hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-

alveolar cairan / pulmonary edema).

3. Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus

sirkulasi janin), kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran

14

Page 15: PDA

darah paru berkurang dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan

mungkin acidemia hadir.

2) Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto Thorak

- Pada PDA kecil bayangan jantung normal.

- Pada PDA besar terjadi kardiomegali (atrium dan ventrikel kiri

membesar, gambaran vaskuler paru meningkat).

2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1

pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan

oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke

kanan).

3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi

aliran darah dan arahnya.

4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada

PDA kecil tidak ada abnormalitas, dan menunjukkan hipertrofi ventrikel

kiri pada PDA yang lebih besar.

5. Kateterisasi jantung : untuk menentukan resistensi vaskuler paru biasanya

hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau

Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan

lainnya.

(Betz & Sowden, 2002 ;377)

2.1.12 Pencegahan

Pencegahan terhadap paparan factor resiko sejak bayi dalam kandungan oleh

ibu. Pencegahan factor ini sangat memegang peranan penting untuk mengurang

kelahiran bayi yang mengidap penyakit jantung bawaan ini. Selain itu intake

nutrisi yang adekuat selama masa kehamilan harus diperhitungkan agar kesehatan

ibu hamil terjaga dengan makana-makanan bergizi, rutin periksa ke dokter dan

perbanyak istirahat.

15

Page 16: PDA

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada PDA

2.2.1 Pengkajian

I. Data Subyektif

a. Anamnesa

1. Identitas

PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional

menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara

anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus

Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih

banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan

sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua

yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan

kromosom.

2. Keluhan

Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.

3. Riwayat Keperawatan

a) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda

respiratory distress,  dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri,

retraksi dada dan hiposekmia.

b) Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu

menderita infeksi dari rubella.

c) Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari

orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa

karena kelainan kromosom.

d) Riwayat Psikososial

Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana

perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,

perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak,

respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan

penyesuaian keluarga terhadap stress.

16

Page 17: PDA

4. Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi tidak ada hubungan. Artinya imunisasi dasar

yang dilakukan klien (anak) tidak mempengaruhi timbul tidaknya

penyakit ini (PDA) karena seperti yang kita ketahui bahwa Patent

Duktus Arteriosus merupakan kelainan jantung bawaan. Namun,

imunisasi dasar tetap harus dilakukan guna melindungi anak dari

infeksi atau penularan penyakit lain.

Berikut adalah 5 imunisasi dasar yang wajib diberikan pada anak:

No.Jenis

immunisasiWaktu

pemberianFrekuensi

Reaksi setelah pemberian

Frekuensi

1. BCG

2. DPT (I,II,III)

3.Polio (I,II,III,IV)

4. Campak

5. Hepatitis

5. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan : …………….kg

2. Tinggi badan :……………. cm.

3. Waktu tumbuh gigi …………………. gigi tanggal

………….........…………..… Jumlah gigi ...................... buah.

b. Perkembangan Tiap tahapUsia anak saat

1. Berguling : …………… bulan

2. Duduk : …………… bulan

3. Merangkak : …………… bulan

4. Berdiri : …………… tahun

5. Berjalan : …………… tahun

6. Senyum kepada orang lain pertama kali : …………… tahun

7. Bicara pertama kali : ....tahun dengan menyebutkan : …

8. Berpakaian tanpa bantuan : ……………

17

Page 18: PDA

6. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

- Ibu membawa anaknya ke RS karena : ..........................................

- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : .......................

- Perasaan orang tua saat ini : ............................................................

- Orang tua selalu berkunjung ke RS : ................................................

- Yang akan tinggal dengan anak : .....................................................

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap........................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

7. Pola-Pola Kesehatan Gordon

a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan dari debu,

bagaimana cara menyusui bayi (menyendawakan atau tidak).

b. Pola Aktivitas dan Latihan

Biasanya lemah, kemampuan pergerakan sendi terbatas,

kelelahan, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.

c. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pasien dengan PDA akan mengalami sulit makan dan minum.

Pada PDA besar kesulitan makan dan minum ini mengakibatkan

berat badan pasien tidak bertambah dengan memuaskan namun

pada PDA sedang berat badan masih dalam keadaan normal.

d. Pola Eliminasi

Produksi urin menurun (oliguria).

e. Pola Istirahat dan Tidur

Pada bayi belum memiliki pola tidur. Namun pada anak biasanya

istirahat tidur berkurang, karena sesak atau rasa tidak nyaman

akibat gejala lain yang menyertai PDA.

f. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Pada anak kurang bisa di kaji.

g. Pola Toleransi Koping

Biasanya anak rewel dan menangis karena merasa tidak nyaman.

18

Page 19: PDA

h. Pola Hubungan dan Peran

Peran anak sebagai pasien. Anak akan merasa nyaman bila di

dekat orang tua.

i. Pola Kognitif Perseptual

Pada anak kurang bisa di kaji.

j. Pola Reproduksi Seksual

Pada bayi dan anak belum terjadi pematangan reproduksi.

k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Keyakinan dalam agama.

II. Data Obyektif

1. Keadaan Umum

Anak (pasien) dengan PDA biasanya terlihat lemas dan sesak nafas.

2. TTV

a. Tekanan Darah

Pada PDA kecil tekanan darah dalam keadaan normal.

b. Nadi

Pada PDA kecil tekanan nadi dalam keadaan normal, pada PDA sedang

tekanan nadi lebih dari 40 mmHg.

c. Suhu

PDA 30 % diderita oleh bayi premature, Bayi prematur dapat

kehilangan panas tubuh dengan cepat, karena mereka tidak memiliki

lemak tubuh seperti yang lazimnya dimiliki bayi lahir cukup umur.

Bayi prematur juga tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk

melawan apa yang hilang melalui permukaan tubuhnya.

d. RR

Pada PDA sedang frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibandingkan

dengan anak normal. Pada PDA besar tampak dispneu dan takipneu.

3. Berat Badan

Pada PDA sedang biasanya berat badan masih dalam keadaan normal

meskipun pasien mengalami kesulitan makan, dan sering menderita

infeksi saluran nafas. Pada PDA besar berat badan tidak bertambah dengan

memuaskan.

19

Page 20: PDA

4. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (Breathing)

Nafas cepat, sesak nafas, adanya otot bantu nafas saat inspirasi,

retraksi.

b. B2 (Blood)

Jantung membesar, bunyi tambahan (marchinery murmur), hipertropi

ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai,

clubbing finger, sianosis.

c. B3 (Brain)

Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

d. B4 (Bladder)

Produksi urin menurun (oliguria).

e. B5 (Bowel)

Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis, kesulitan

makan dan minum.

f. B6 (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Analisis gas darah arteri

- Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru

overcirculation.

- Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan

hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis

atau intra-alveolar cairan / pulmonary edema).

b. Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus

sirkulasi janin), kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran

darah paru berkurang dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis,

dan mungkin acidemia hadir.

2. Pemeriksaan Diagnostik

1) Foto Thorak

- Pada PDA kecil bayangan jantung normal

- Pada PDA besar terjadi kardiomegali (atrium dan ventrikel

kiri membesar, gambaran vaskuler paru meningkat)

20

Page 21: PDA

2) Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih

dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi

praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai

akibat dari pirau kiri ke kanan).

3) Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk

mengevaluasi aliran darah dan arahnya.

4) Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan,

pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, dan menunjukkan

hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.

5) Kateterisasi jantung : untuk menentukan resistensi vaskuler paru

biasanya hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil

ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan

defek tambahan lainnya.

(Betz & Sowden, 2002 ;377)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.

3) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak

adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

4) Ketidakseimbangan nutrisi b.d. asupan makanan yang tidak seimbang dengan

kebutuhan.

5) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh

tubuh dan suplai oksigen ke sel.

6) Pola nafas tidak efektif b.d. adanya kelebihan cairan dalam paru.

7) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan.

8) Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan

hospitalisasi.

21

Page 22: PDA

2.2.3 Perencanaan

1) Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.

- Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat.

- Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda

membaiknya curah jantung.

Intervensi Rasional

Mandiri

1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut

jantung, nadi perifer, warna dan

kehangatan kulit.

2) Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral,

membran mukosa, clubbing).

3) Monitor tanda-tanda CHF (gelisah,

takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah,

periorbital edema, oliguria, dan

hepatomegali).

Kolaborasi

1) Pemberian digoxin sesuai order, dengan

menggunakan teknik pencegahan bahaya

toksisitas.

2) Berikan pengobatan untuk menurunkan

afterload.

3) Berikan diuretik sesuai indikasi.

Mandiri

1) Permulaan gangguan pada jantung akan

ada perubahan tanda-tanda vital,

semuanya harus cepat dideteksi untuk

penanganan lebih lanjut.

2) Pucat menunjukkan adanya penurunan

perfusi sekunder terhadap ketidak

adekuatan curah jantung, vasokonstriksi

dan anemia.

3) Deteksi dini untuk mengetahui adanya

gagal jantung kongestif.

Kolaborasi

1) Obat ini dapat mencegah semakin

memburuknya keadaan klien.

2) Obat anti afterload mencegah terjadinya

vasokonstriksi.

3) Diuretik bertujuan untuk menurunkan

volume plasma dan menurunkan retensi

cairan di jaringan sehingga menurunkan

risiko terjadinya edema paru.

22

Page 23: PDA

2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.

- Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.

- Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya

peningkatan resistensi pembuluh paru.

Intervensi Rasional

Mandiri

1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut

jantung, nadi perifer, warna dan

kehangatan kulit.

2) Atur posisi anak dengan posisi fowler.

3) Hindari anak dari orang yang terinfeksi.

4) Berikan istirahat yang cukup

Kolaborasi

1) Berikan oksigen jika ada indikasi

Mandiri

1) Untuk memudahkan pasien dalam

bernapas.

2) Agar anak tidak tertular infeksi yang akan

memperburuk keadaan.

3) Menurunkan kebutuhan oksigen dalam

tubuh.

4) Membantu klien untuk memenuhi

oksigenasinya.

Kolaborasi

1) Untuk deteksi dini terjadinya gangguan

pernapasan

3) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai

oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

- Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang.

- Kriteria hasil : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan

berat dan tinggi badan.

Intervensi Rasional

Mandiri

1) Kaji tingkat tumbuh kembang anak.

2) Berikan stimulasi tumbuh kembang,

aktivitas bermain, game, nonton TV,

puzzle, nmenggambar, dan lain-lain

1.   Mandiri

1) Memantau masa tumbuh kebang anak.

2) Agar anak bisa tumbuh dan berkembang

sebagaimana mestinya.

23

Page 24: PDA

sesuai kondisi dan usia anak.

3) Libatkan keluarga agar tetap

memberikan stimulasi selama dirawat. 3) Anggota keluarga sangat besar

pengaruhnya terhadap proses

pertumbuhan dan juga perkembangan

anak-anak.

     

4) Ketidakseimbangan nutrisi b.d. asupan makanan yang tidak seimbang dengan

kebutuhan.

- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu

makan timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi.

- Kriteria hasil :

a. Status nutrisi terpenuhi.

b. Nafsu makan klien timbul kembali.

c. Berat badan normal.

d. Jumlah Hb dan albumin normal.

Intervensi Rasional

Mandiri   

1) Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi

klien.

2) Mencatat  intake dan output makanan

klien.

3) Manganjurkn  makan sedikit- sedikit

tapi sering.

Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

membantu memilih makanan yang

dapat memenuhi kebutuhan gizi selama

sakit.

Mandiri

1) Mengetahui kekurangan  nutrisi klien.

2) Mengetahui perkembangan pemenuhan

nutrisi klien.

3) Dengan sedikit tapi sering mengurangi

penekanan yang berlebihan pada lambung.

Kolaborasi

1) Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu

gizi yang membantu klien memilih

makanan sesuai dengan keadaan sakitnya,

usia, tinggi, berat badannya.

24

Page 25: PDA

5) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh

tubuh dan suplai oksigen ke sel.

- Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat

- Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang

adekuat

Intervensi Rasional

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas

menggunakan parameter berikut : Nadi

20 per menit diatas frekuensi istirahat,

catat peningkatan TD, Nyeri dada,

kelelahan berat, berkeringat, pusing

dan pingsan.

2. Kaji kesiapan pasien untuk

meningkatkan aktivitas.

3. Dorong memajukan aktivitas.

4. Berikan bantuan sesuai dengan

kebutuhan dan anjurkan penggunaan

kursi mandi.

5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam

memilih periode.

1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji

ulang untuk mendapatkan perawatan

lebih lanjut.

2. Persiapkan dan dukung klien untuk

melakukan aktivitas jika sudah mampu.

3. Agar klien termotivasi untuk

melakukan aktivitas sehingga terpacu

untuk sembuh..

4. Memudahkan klien ntuk beraktivitas

tapi tidak memanjakan.

5. Klien termotivasi untuk sembuh.

6) Pola nafas tidak efektif b.d kelebihan cairan dalam pasru

- Tujuan : Pola nafas teratur

- Kriteria hasil : Nafas teratur, cairan dalam paru berkurang.

Intervensi Rasional

Mandiri

1) Auskultasi bunyi napas.

Mandiri

1) Menyatakan adanya kongesti

paru/pengumpulan sekret menunjukkan

kebutuhan untuk intervensi lanjut.

25

Page 26: PDA

2) Anjurkan pasien batuk efektif, napas

dalam.

Kolaborasi

1) Berikan oksigen sesuai indikasi.

2) Membersihkan jalan napas dan

memudahkan aliran oksigen.

Kolaborasi

1) Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada

pasien.

7) Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.

- Tujuan : Mencegah resiko infeksi.

- Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda adanya infeksi.

Intervensi Rasional

Mandiri

1) Pantau tanda-tanda vital.

2) Lakukan perawatan terhadap prosedur

infasif seperti infus, kateter, drainase luka,

dll.

Kolaborasi

1) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi

untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan

leukosit.

2) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik,

Mandiri

1) Jika ada peningkatan tanda-tanda vital

besar kemungkinan adanya gejala infeksi

karena tubuh berusaha intuk melawan

mikroorganisme asing yang masuk maka

terjadi peningkatan tanda vital.

2) Untuk mengurangi risiko infeksi

nosokomial.

Kolaborasi

1) Penurunan Hb dan peningkatan jumlah

leukosit dari normal membuktikan adanya

tanda-tanda infeksi.

2) Antibiotik mencegah perkembangan

mikroorganisme patogen.

8) Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.

- Tujuan : Kecemasan menurun.

- Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya

lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.

Intervensi Rasional

26

Page 27: PDA

1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua.

2) Beri penjelasan tentang keadaan

bayi/anaknya.

3) Libatkan keluarga dalam perawatan

bayinya.

4) Berikan support dan reinforcement atas

apa yang dapat dicapai oleh orang tua.

5) Latih orang tua tentang cara-cara

perawatan bayi dirumah sebelum bayi

pulang.

1) Pengetahuan orang tua akan

mempengaruhi persepsi dan

tingkahlakunya pada anak.

2) Dengan mengetahui kondisi anaknya, akan

mengurangi kecemasan orang tua.

3) Akan membuat orang tua nyaman dan

lebih tenang jika senantiasa dekat dengan

anaknya.

4) Dukungan dan kasih sayang orang tua

akan mempercepat kesembuhan anak.

5) Dengan menambah pengetahuan orang tua

dalam perawatan anaknya akan

mempermudah proses perawatan dan

penyembuhan anak.

2.2.4 Implementasi

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun

dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi

yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

b. Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan

tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

27

Page 28: PDA

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :

independen,dependen,dan interdependen.

c. Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku

klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada

pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

Berikut adalah ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi yang meliputi:

1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar

yang telahditetapkan.

2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari

standar dan kriteria yang telah ditetapan.

3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan

sama sekali dan  bahkan timbul masalah baru.

Adapun evaluasi yang perlu dilakukan dan dicapai terkait masalah-masalah

yang muncul pada anak dengan PDA yakni :

1. Curah jantung adekuat.

2. Tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.

3. Anak tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.

4. Status nutrisi terpenuhi.

5. Tingkat aktivitas yang adekuat.

6. Pola nafas teratur.

7. Tidak menunjukkan tanda-tanda adanya infeksi.

8. Kecemasan menurun.

28

Page 29: PDA

BAB III

PENUTUP

3.1 Penutup

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan)

dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta

dan pembuluh darah besar pulmonal.

Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup

kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24

jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila

duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia

3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.

Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus

(DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar

dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA

besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi.

Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa

operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat

kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian

20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

3.2 Saran

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi atau anak dengan PDA

diharapkan perawat selalu mengacu pada konsep medis dan konsep asuhan keperawatan

pada pasien dengan PDA sehingga dalam memberikan asuhan dengan baik dan tepat.

29

Page 30: PDA

30