PCL new
-
Upload
sigit-satria-putra -
Category
Documents
-
view
18 -
download
1
Transcript of PCL new
BAB I
PENDAHULUAN
ABSTRAK
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan,
saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan
dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa
yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia
1.1 Latar Belakang
Di era reformasi sekarang Pancasila sebagai dasar negara kembali diuji
ketahanannya. Enam puluh tiga tahun yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah
konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu
lahirnya Pancasila.
Karunia terbesar dari Allah SWT bagi Bangsa Indonesia adalah
Pancasila. Sebab Pancasilamerupakan pegangan hidup bagi seluruh Bangsa
Indonesia, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga
sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunPANCASILAan berbangsa, serta
sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan
sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian pancasila sebagai Pegangan hidup
2. Pembagian Pancasila Sebagai Pegangan Hidup
3. Contoh-contoh pancasila sebagai pegangan hidup dalam kehidupan sehari-
hari
4. Contoh-contoh berita politik yang berkaitan dengan pancasila sebagai
pegangan hidup
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.
2. Menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek filsafat.
3. Mengetahui landasan filosofis Pancasila.
4. Mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara
Indonesia.
5. Mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar
falsafah negara Indonesia.
1.3 Tujuan Yang Ingin Dicapai
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan,
yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti Pancasila sebenarnya
2. Pada hakikatnya, Pancasila mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
pandangan hidup dan sebagai dasar negara oleh sebab itu penulis ingin
menjabarkan keduanya.
3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila – sila Pancasila
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study
kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan
Pancasila dan kewarganegaraan dan dasar-dasar pancasila yang berhubungan
degan pegangan hidup.
1.5 Tinjauan historis
Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap
perkembangan rumusan Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan
keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968. Pembatasan ini didasarkan
pada dua pengandaian, yakni:
1) Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal
29 Mei 1945, saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI);
2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan
pendapat tentang rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada
lagi.Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang
penghayatan dan pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum
terselesaikan oleh berbagai peraturan operasional tentangnya. Dalam hal
ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia
Pancakarsa) tampaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan
pengamalan Pancasila secara lebih „alamiah‟. Tentu kita menyadari juga
bahwa upaya pelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta merta
mengikuti Hukum Mendel.
Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup
untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika
Pancasila hingga menjadi Pancasila
otentik. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila,
kita terikat pada rumusan Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya
yang selalu merupakan satu kebulatan yang utuh.
A.Sidang BPUPKI – 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945
Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin
menyampaikan telaah pertama tentang dasar negara Indonesia merdeka sebagai
berikut:
1) Peri Kebangsaan;
2) Peri Kemanusiaan;
3) Peri Ketuhanan;
4) Peri Kerakyatan;
5) Kesejahteraan Rakyat.
Ketika itu ia tidak memberikan nama terhadap lima (5) azas yang
diusulkannya sebagai dasar negara.
Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarno juga
mengusulkan lima (5) dasar negara sebagai berikut:
1) Kebangsaan Indonesia;
2) Internasionalisme;
3) Mufakat atau Demokrasi;
4) Kesejahteraan Sosial;
5) Ketuhanan Yang Berkebudayaan.
Dan dalam pidato yang disambut gegap gempita itu, ia mengatakan: “…
saja namakan ini dengan petundjuk seorang teman kita – ahli bahasa, namanja
ialah Pantja Sila …” (Anjar Any, 1982:26).
B. Piagam Jakarta 22 Juni 1945
Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan
oleh “Panitia 9” yang lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan
orang tokoh nasional, yakni para wakil dari golongan Islam dan Nasionalisme.
Mereka adalah: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis,
Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad
Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin. Rumusan sistematis
dasar negara oleh “Panitia 9” itu tercantum dalam suatu naskah Mukadimah yang
kemudian dikenal sebagai “Piagam Jakarta”, yaitu:
1) Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemelukknya;
2) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
3) Persatuan Indonesia;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
5) Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, “Piagam Jakarta” diterima
sebagai rancangan Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik
Indonesia. Rancangan tersebut – khususnya sistematika dasar negara (Pancasila) –
pada tanggal 18 Agustus disempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3) Persatuan Indonesia;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan;
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; sebagaimana tercantum
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
C. Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950)
Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945 tersebut,
Pancasila dirumuskan secara „lebih singkat‟ menjadi:
1) Pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Perikemanusiaan;
3) Kebangsaan;
4) Kerakyatan;
5) Keadilan sosial.
Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderungan
menyingkat rumusan Pancasila dengan alasan praktis/ pragmatis atau untuk lebih
mengingatnya dengan variasi sebagai berikut:
1) Ketuhanan;
2) Kemanusiaan;
3) Kebangsaan;
4) Kerakyatan atau Kedaulatan Rakyat;
5) Keadilan sosial.
Keanekaragaman rumusan dan atau sistematika Pancasila itu bahkan tetap
berlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang secara implisit tentu
mengandung pula pengertian bahwa rumusan Pancasila harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
1. Pengertian Pancasila Sebagai Pegangan Hidup.
Pancasila, Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah
semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini
berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan setiap manusia
Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal
ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan
satu kesatuan organis.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Dalam pengertian
ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung, wereldbeschouwing,
wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan
hidup dan petunjuk hidup.
Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua semua
kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini berarti
bahwa semua tingkah laku dan tindakan pembuatan setiap manusia Indonesia
harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal ini karena
Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Dalam pengertian
ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung, wereldbeschouwing,
wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan
hidup dan petunjuk hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk
arah semua semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dalam segala
bidang. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan setiap
manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila
Pancasila. Hal ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan,
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam Pancasila1
Pancasila dipahami sebagai pedoman, pegangan, dan petunjuk hidup.
Pancasila sebagai pandangan hidup berarti:
1) Dapat memberikan jawaban yang baik terhadap tantangan dan hambatan
dalam mewujudkan kehidupan yang baik.
2) Suatu konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan bangsa Indonesia
3) Kristalisasi nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan
menimbulkan tekad yang kuat untuk mewujudkannya.
Sebagai pandangan hidup, Pancasila menjadi arah semua kegiatan hidup.
Pancasila terpancar dalam seluruh tingkah laku insan Indonesia.
Manfaat pancasila sebagai pandangan hidup adalah sebagai berikut :
1) Menjadikan bangsa Indonesia berdiri kokoh sebagai bangsa merdeka dan
berdaulat.
2) Menjadi pedoman dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
3) Pedoman Membangun dirinya sendiri dan hubungan dengan bangsa lain.
Menurut saya, Agama memang menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sehari
hari. Dan pancasila memang merupakan pedoman dalam semua segi kehidupan
kehidupan berbangsa dan bernegara di indonesia. Tetapi, bukan berarti kita
mengagamakan.
Pancasila adalah ideology, sedangkan agama adalah kepercayaan /
keyakinan. Pancasila adalah sumber dari segala gagasan mengenai wujud
masyarakat, yang menjamin kesentosaan dan memberikan kesejahteraan lahir dan
batin. Pancasila dipergunakan sebagai pegangan hidup bangsa, penjelmaan
falsafah hidup bangsa dalam pelaksanaan hidup sehari-hari. Semua tingkah laku
dan tindak/perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari semuasila pancasila Sedangkan agama merupakan pedoman atau
pondasi bagi manusia yang membatasi dan mengatur baik buruknya tingkah laku
manusia, di dalam agama juga terdapat norma dan hukum yang berlaku dimana
aturan di dalamnya wajib di taati, Pancasila berbicara tentang kebaikan,
sedangkan agama berbicara tentang kebenaran. Adakalanya kebaikan menjadi
bagian dari kebenaran dan sebaliknya. Namun, tetap terdapat bagian dari
kebenaran yang tidak dapat tersentuh oleh nilai kebaikan, begitupun sebaliknya,
tidak semua nilai kebaikan merupakan kebenaran. Sebagai contoh, memakan
daging sapi adalah hal yang baik, terutama pada masa pertumbuhan, namun hal ini
tidak dibenarkan dalam ajaran agama Hindu karena mereka melarang umatnya
untuk memakan daging sapi, Negara kita memang bukanlah negara agama, tetapi
juga tidak begitu saja menjadi negara sekular yang memisahkan agama dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara, Ini berarti antara Pancasila dan Agama
sangat berbeda . walaupun keduanya menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia.
Agama adalah hubungan kita manusia dengan sang pencipta, sedangkan pancasila
hubungan seorang warga Negara dengan Negara dan lingkungan sosialnya.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Dalam pengertian
ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung, wereldbeschouwing,
wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan
hidup dan petunjuk hidup.
Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua semua
kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini berarti
bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan setiap manusia Indonesia harus
dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal ini karena
Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lain,
Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila sebagai
falsafah negara (philosohische gronslag) dari negara, ideology negara, dan
staatside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur
pemerintahan atau penyenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pembukaan
UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan “……..maka sisusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu udang-undang dasar negara Indonesia yang
terbentuk dalam suat susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada…..” Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara Indonesia mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu:
Pancasila dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan yang pada
hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
tertib hukum. Hal ini tentang tertuang dalam ketetapan MRP No.
XX/MPRS/1966 dan ketetapan MPR No. V/MP/1973 serta ketetapan No.
IX/MPR/1978. merupakan pengertian yuridis ketatanegaraan.
Pancasila sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya
(merupakan pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis)
Pancasila sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam
mencari kebenaran (merupakan pengertian Pancasila yang bersifat etis dan
filosofis)2
1http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
2http://scrib. com/question/index?qid=201111060636
2. Pembagian Pancasila Sebagai Pegangan Hidup
Pembagian Pancasila Sebagai Pegangan Hidup sangat banyak, maka dari
itu dalam pembahasan kali ini akan dikaji hanya beberapa bagian yang berkaitan
erat dengan pancasila sebagai pegangan hidup, diantaranya adalah :
1.Pancasila menjadi paradigma pembangunan.
Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-
nilaiPancasila telah membawa implikasi yang luas dan mendasar bagi
kehidupanmanusia Indonesia. Pembangunan bidang ini boleh dikatakan
telah gagal mendidik masyarakat agar mampu berpolitik secara cantik dan etis
karena lebihmenekankan pada upaya membangun dan mempertahankan
kekuasaan. Implikasiyang paling nyata dapat dilihat dalam pembangunan bidang
hukum sertapertahanan dan keamanan.Pembangunan bidang hukum yang
didasarkan pada nilai-nilai moral (kemanusiaan) baru sebatas pada tataran
filosofis dan konseptual. Hukum nasional yang telah dikembangkan secara
rasional dan realistis tidak pernah dapat direalisasikan karena setiap upaya
penegakan hukum selalu dipengaruhi olehkeputusan politik. Oleh karena itu, tidak
berlebihan apabila pembangunan bidanghukum dikatakan telah mengalami
kegagalan. Sementara, pembangunan bidangpertahanan dan keamanan juga telah
menyimpang dari hakikat sistem pertahananyang ingin dikembangkan seperti
yang dicita-citakan oleh para pendiri republik tercinta ini. Pembangunan
pertahanan dan keamanan lebih diarahkan untuk kepentingan politik, terutama
guna mempertahankan kekuasaan.3
Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik juga belum dapat
direalisasikan sebagaimana yang dicita-citakan. Pancasila sebagai paradigma
pambangunan politik dan hukum, melaksanakan paradigma tersebut dalam
praksisnya, persoalan yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan politik
dan hukum di masa-masa mendatang. Apabila dianalisis, kegagalan tersebut
disebabkan oleh beberapa persoalanseperti:
1) Tidak jelasnya paradigma pembangunan politik dan hukum karena
tidak adanya blue print
2) Penggunaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan masih bersifat
parsial.
3) Kurang berpihak pada hakikat pembangunan politik dan hukum.
Adanya tujuan tertentu untuk melanggengkan kekuasaan elite politik.
Keberhasilan pembangunan politik bukan hanya dilihat atau diukur dari
terlaksananya pemilihan umum (pemilu) dan terbentuknya lembaga-lembaga
demokratis seperti MPR, Presiden, DPR dan DPRD, melainkan harus diukur dari
kemampuan dan kedewasaan rakyat dalam berpolitik. Persoalan terakhirlah
yangharus menjadi prioritas pembangunan bidang politik. Hal ini sesuai dengan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah subjek negara dan karena itu
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Namun, cita-cita ini sulit diwujudkan karena tidak ada kemauan dari elite
politik sebagai pemegang kebijakan publik dan kegagalan pembangunan bidang
politik selama ini. Pembangunan politik semakin tidak jelas arahnya, manakala
pembangunan bidang hukum mengalami kegagalan. Penyelewengan-
penyelewengan yang terjadi tidak dapat ditegakkan oleh hukum. Hukum yang
berlaku hanya sebagai simbol tanpa memiliki makna yang berarti bagi
kepentingan rakyat banyak.
2. Pancasila Sebagai Pegangan Hidup Dalam Masalah Ekonomi, Sosial, Budaya
dan Politik.
Terlepas dari kenyataan yang ada, gerakan reformasi sebagai upaya
memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia ini harus dibayar mahal, terutama yang
berkaitan dengan dampak politik, ekonomi, sosial dan terutama kemanusiaan.
Para elitepolitik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini guna
meraih kekuasaan sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi
perbenturan kepentingan politik. Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat
tragedy kemanusiaan yang sangat memilukan. Banyaknya korban jiwa dari anak-
anak bangsa dan rakyat kecil yang tidak berdosa merupakan dampak dari benturan
kepentingan politik. Tragedi “amuk masa” di Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, serta daerah-daerah
lainnya merupakan bukti mahalnya sebuah perubahan4.
Dari peristiwa-peristiwa tersebut,nampak sekali bahwa bangsa Indonesia
sudah berada di ambang krisis degradasi moral dan ancaman disintegrasi. Kondisi
sosial politik ini diperburuk oleh kondisi ekonomi yang tidak berpihak kepada
kepentingan rakyat. Sektor riil sudah tidak berdaya sebagaimana dapat dilihat dari
banyaknya perusahaan maupun perbankan yang gulung tikar dandengan
sendirinya akan diikuti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Jumlah
pengangguran yang tinggi terus bertambah seiring dengan PHK sejumlah tenaga
kerja potensial. Masyarakat kecil benar-benar menjerit karena tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini diperparah dengan naiknya
harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, serta harga bahan kebutuhan
pokok lainnya.
Upaya pemerintah untuk mengurangi beban masyarakat dengan
menyediakan dana sosial belum dapat dikatakan efektif karena masih
banyak terjadi penyimpangan dalam proses penyalurannya. Ironisnya kalangan
elitepolitik dan pelaku politik seakan tidak peduli dengan bergaming akan jeritan
kemanusiaan tersebut.
Hampir semua pakar ekonomi Indonesia memiliki kesadaran akan
pentingnya moralitas kemanusiaan dan ketuhanan sebagai landasan pembangunan
ekonomi. Namun dalam prakteknya, mereka tidak mampu meyakinkan
pemerintah akan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai dengan kondisi
Indonesia. Bahkantidak sedikit pakar ekonomi Indonesia yang mengikuti
pendapat atau pandanganpakar Barat (pakar IMF) tentang pembangunan ekonomi
Indonesia. Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi:
1) Ekonomika etik dan ekonomika humanistik (dasar)
2) Nasional ekonomi dan demokrasi (cara/metode operasionalisasi)
3) Ekonomi berkeadilan sosial (tujuan)
Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi
cukupdikaitkan dengan pilar-pilar di atas dan juga dikaitkan dengan pertanyaan-
pertanyaan dasar yang harus dipecahkan oleh sistem ekonomi apapun.Pertanyaan-
pertanyaan itu adalah:
a) Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlahnya
b) Bagaimana pola atau cara memproduksi barang dan jasa itu
c) Untuk siapa barang tersebut dihasilkan dan bagaimana
mendistribusikanbarang tersebut ke masyarakat.
Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman
nilai-nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu
dimunculkangerakan penyadaran agar ilmu ekonomi ini dikembangkan ke arah
ekonomi yanghumanistik, bukan sebaliknya mengajarkan keserakahan dan
mendorongpersaingan yang saling mematikan untuk memuaskan kepentingan
sendiri.
3. CONTOH-CONTOH PEGANGAN HIDUP DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
3http://masbioed.org//Pancasila pegangan
4http://alkiyasa.blogspot.com//ph.pegangan hidupp/
a. Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu yang
dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia adalah nilai
religius. Memahami Ketuhanan sebagai pegangan hidup adalah mewujudkan
masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap
perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut keagamaan, negara berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan
penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. Maka suatu keharusan bagi masyarakat warga
Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan dan masyarakat yang
beragama.1
b. Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah pembentukan kesadaran
tentang keteraturan sebagai asas kehidupan. Sebab setiap manusia berpotensi
menjadi manusia sempurna ( manusia yang beradab ). Manusia yang berperadaban
maju tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih baik untuk
mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal
hukum universal. Dengan kesadaran ini menjadi semangat membangun kehidupan
masyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih,
serta dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni, penuh
toleransi dan damai.1
c. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
Persatuan adalah gabungan dari beberapa bagian. Bangsa Indonesia hadir
untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai
Marauke. Persatuan Indonesia harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri
secara lebih objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri dari berbagai
kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut untuk dijadikan persatuan
Indonesia.1
d. Permusyawaratan dan Perwakilan
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hidup berdampingan
dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling
menghargai satu sama lain dengan tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip
kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia,
mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu
mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam kancah pergolakan
hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan
adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam tahap yang lebih
tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan
kelompok dan aliran tertentu yang sempit.5
e. Keadilan Sosial
Nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal adalah nilai keadilan.
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita
bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat
yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya mempunyai kesempatan
yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan
aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan
peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
Maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahawa contoh pancasila
sebagai pegangan hidup bangsa Indonesia adalah jati diri dan kepribadian bangsa
dengan ditunjukan bahwa generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai
Pancasila sesuai dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang
dihadapinya terutama dalam meraih keunggulan IPTEK tanpa kehilangan jati
dirinya.
4 Contoh-contoh berita politik yang berkaitan dengan pancasila sebagai
pegangan hidup
Apakah benar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila telah
diamalkan oleh seluruh komponen bangsa? Jika benar, mengapa negara Indonesia
semakin marak dengan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang seolah
tidak pernah berakhir hingga Indonesia dicap sebagai salah satu negara terkorup di
dunia? Korupsi pun menjadi penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Mengapa
korupsi menjadi penyakit menahun di setiap lembaga dan departemen atau
kementrian di Indonesia?
Setiap 1 Oktober bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kesaktian
Pancasila. Hari lahirnya Pancasila sepatutnya dijadikan momentum dalam
pengaktualisasian nilai-nilai luhur Pancasila yang semakin terlindas dan
terlupakan oleh segenap bangsa Indonesia. Apalah arti seremonial tanpa ada
perubahan yang berarti dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara?
Dimana sesungguhnya Pancasila kita? Sehingga lebih dari 67 tahun membangun
tapi belum juga bangun? Artinya lebih dari 6 dekade kita merdeka masih banyak
kasus korupsi dan suap menyuap terjadi di negeri ini yang banyak dicontohkan
oleh pejabat baik pusat maupun daerah. Popularitas pejabat negara yang semakin
hari semakin mulai menunjukkan wajahnya dalam keterpurukan moral dan
tingkah laku yang tidak menceminkan sebagai seorang pemimpin yang
mengayomi masyarakat.
1http://www.isomwebs.com/2011/makalah-pendidikan-pancasila-pancasila-sebagai-ideologi-pandangan-hidup-bangsa-indonesia/
Dewasa ini seringkali mendapati nilai-nilai luhur Pancasila sebagai
pemersatu bangsa seolah telah pudar dan semakin meredup dari waktu ke waktu.
Nilai-nilai Pancasila tampaknya belum diamalkan oleh seluruh komponen bangsa
bahkan cenderung diselewengkan oleh sejumlah oknum atau pejabat dan petinggi
negara. Tak heran jika korupsi semakin merajalela dan merebak dimana-mana.
Terkuaknya kasus korupsi, manipulasi anggaran, dan penyimpangan-
penyimpangan lain yang dilakukan oleh pejabat dan aparat negara serta wakil
rakyat di hampir semua lembaga dan departemen atau kementerian pemerintahan
seakan meneguhkan bahwa kekuasaan cenderung melalukukan korupsi, sekaligus
menegaskan bahwa Pancasila selama ini hanya dijadikan slogan, tak dijiwai
sebagai nilai yang patut dijunjung tinggi. Hal ini membuktikan bahwa mereka
yang seharusnya menjadi teladan dalam berpancasila pun gagal dalam menjadikan
Pancasila sebagai pandangan hidup mereka. Nurani sebagian pejabat di
Indonesia tidak lagi dijiwai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Budaya korupsi
yang semakin mengakar juga menandakan bahwa aktualisasi dari nilai-nilai
Pancasila tidak lagi tertanam kuat dalam setiap hati insani dan pribadi bangsa
Indonesia. Nurani sebagian pejabat di Indonesia tidak lagi dijiwai dengan nilai-
nilai luhur Pancasila. Mungkin kita sudah bosan dan muak dengan ulah para
pejabat yang seperti ini yang setiap hari tak pernah absen diberitakan di kolom-
kolom surat kabar atau media massa lainnya karena tersangkut skandal korupsi,
seakan tidak pernah mempunyai sedikitpun rasa malu untuk melakukan korupsi
dan suap menyuap, bahkan melakukannya secara “berjama’ah”. Nilai-nilai luhur
yang seharusnya dijadikan acuan seperti dilupakan begitu saja. Fakta bahwa
banyak di antara elit politik dan pejabat negeri ini ramai-ramai korupsi, tak dapat
disangkal tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur universal Pancasila. Pendek kata,
Pancasila tidak lagi menjadi pandangan hidup bagi bangsa Indonesia. Hal
mendasar yang perlu kita cermati lagi dan patut untuk dipertanyakan apakah
sejelek itu moral para pejabat negara dan wakil rakyat yang tentu telah dipilih oleh
rakyat untuk menjalankan amanat yang telah diberikan kepadanya? Tak berbeda
kondisinya ketika para koruptor menjadi salah satu penghuni Lembaga
Pemasyarakatan6.
Layaknya berbelanja di sebuah mini market, semua bisa dibeli asal
mempunyai uang. Tanpa memperhatikan atau mempedulikan aturan hukum
sehingga keadilan pun harus tergadaikan. Contoh kasus Gayus Tambunan,
seorang mafia pajak yang dipenjara karena kasus korupsi bisa saja berliburan ke
beberapa negara tetangga dan dengan bebasnya berlenggang keluar masuk
Indonesia tanpa ada satu pun yang tahu. Mengapa? Tentu karena uang. Dengan
memberikan uang suap kepada para penjaga LAPAS, mereka pasti akan bungkam.
Atau kasus korupsi Artalyta Suryani yang tinggal di sebuah istana yang
dibangunnya di penjara, dengan berbagai fasilitas lengkap dan serba mewah
bahkan Artalyta tetap dapat menikmati perawatan wajah dan tubuhnya di penjara.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikianlah, makalah Pancasila yang kita gali dari bumi pertiwi kita, Indonesia
sendiri merupakan :
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku di negara kita.
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai alat persatuan kita, serta
memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c. Kepribadian dan berjiwa bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan
corak yang khas bangsa kita dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang
lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain
bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan
tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah
yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yaitu suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di
dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
6http://www.4shared.com/2007/makalah-pendidikan-pancasila-pancasila-sebagai-pegangan-hidup-bangsa-indonesi/
aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung
tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian
dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu,
melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah
diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Dengan demikian, yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka
Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta
tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Pancasila harus menyentuh kehidupan nyata, karena, hal itu akan menjadikan
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan
kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan
hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka
segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada
generasi yang begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.
3.2 Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di
negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai, menjaga, memahami,
dan mengamalkan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya
dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara
Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.