PBL paradigma blok 3

download PBL paradigma blok 3

of 9

description

pbl paradigma blok

Transcript of PBL paradigma blok 3

Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan MasyarakatHernita 10-2010-123Kelompok B7Semester 1, Blok 2 Modul 26 Desember 2010

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) 2010Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510

6

PendahuluanUpaya pelayanan kesehatan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program pelayanan kesehatan. Akhir-akhir ini sering sekali terdapat masalah kesehatan di masyarakat, kurangnya penerapan dan tidak mengoptimalkan dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010. Pemerintah masih harus meninjau kembali mengenai masalah kesehatan masyarakat ini dari segala aspek. Di era globalisasi seperti sekarang ini kunci kemajuan sebuah bangsa terletak pada sumber daya manusia (SDM)-nya yang berkualitas. Hal ini hanya bisa dicapai jika SDM sehat. SDM yang sehat dan berkualitas akan menjadi modal dasar dalam menggerakkan perekonomian.Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.[1]Tujuan dari makalah ini adalah agar terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

PembahasanPelayanan Kesehatan Dari bidang pelayanan kesehatan dengan menerapkan program-program yang dapat mengurangi resiko merebaknya suatu penyakit. Arti dari pelayanan kesehatan masyarakat itu sendiri merupakan pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat dalam bidang kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanyadalam bentuk kegiatan pokok.Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana sehat, polindes (poliklinik desa), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat atau community development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya peningkatan pendapatan (income generating) dan sebagainya.

Promotif Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Promotif (peningkatan kesehatan) adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga seorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.[2] Selain itu juga dapat memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dan pendidikan seks. Pelaku program promotif yang paling tepat adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah. Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan intrakulikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan. Misalnya kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular, cara mengukur tinggi dan berat badan, serta cara memeriksa ketajaman penglihatan.[3]

Preventif Preventif (pencegahan penyakit) adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini, pemberian vitamin A, Yodium.[2] Tindakan pencegahan yang dianjurkan dokter bertujuan agar Anda tidak jatuh dalam keadaan sakit atau bertambah parahnya penyakit yang Anda derita. Yang termasuk dalam upaya preventif adalah peran serta masyarakat (pemeliharaan lingkungan sehat dan memberdayakan perilaku sehat), imunisasi dan mengaktifkan posyandu.Tahapan usaha pencegahan terhadap perjalanan suatu penyakit disebut Level of Prevention. Pada fase pra-patogenesis, keseimbangan antara gen penyakit, manusia dan lingkungan mulai terganggu, bila dibiarkan saja maka gejala penyakit akan segera timbul dan perlu dilakukan Tindakan Preventif Primer berupa promosi kesehatan dan perlindungan spesifik agar orang tersebut tidak menjadi sakit. Pada keadaan usaha yang dilakukan tidak dapat mencegah terjadinya penyakit dan memasuki fase pathogenesis, dilakukan Tindakan Preventif Sekunder berupa diagnose dini dan pengobatan yang bermutu agar penyakit dapat segera sembuh. Jika tidak, penyakit akan berjalan kronis, menyebabkan ketidakmampuan dan cacat sehingga agar dapat bertahan hidup dilakukan Tindakan Preventif Tersier berupa usaha rehabilitas serta mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan.[4] Tindakan pencegahan dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit. Misalnya, imunisasi yang dilakukan petugas puskesmas, pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil, kegiatan penjaringan kesehatan bagi siswa SD kelas 1 dan pemeriksaan berkala setiap enam bulan bagi seluruh siswa.[3]Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.[5] Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentuk zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifikyang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta menghasilkan cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.[5]

Mengaktifkan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan. Mengaktifkan posyandu di tingkat desa maupun di dusun, berperan aktif dalam memberikan suatu program kesehatan untuk masyarakat.

Peran Serta MasyarakatBerbagai kegiatan masyarakat dalam upaya kesehatan telah banyak dilaksanakan di desa (kelurahan) dengan budaya kerjasama, gotong royong, musyawarah, serta peluang-peluang kemandirian mereka seperti kemandirian dalam pembiayaan kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan dan hak setiap insan agar dapat menjalani hidup yang produktif dan bahagia. Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, yaitu : individu yang berpengaruh atau tokoh masyarakat, baik formal maupun informal. keluarga. kelompok masyrakat dengan kebutuhan khusus kesehatan seperti anak sekolah, ibu hamil, lansia dan lain-lain. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyelenggarakan upaya kesehatan seperti organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya. Masyarakat umum di desa (kelurahan), kota, dan pemukiman khusus.[3]

Kuratif (Pengobatan)Kuratif adalah usaha yang ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati secara tepat dan memenuhi syarat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.[2]Pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang.Pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.

Rehabilitatif (Pemulihan Kesehatan)Rehabilitatif adalah usahah yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang dideritanya. Usaha pemulihan ini ditujukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan fisik, mental, dan social pasien sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram dan dapat pula dilakukan melalui latihan fisioterapi. [2]

Faktor yang Mempengaruhi Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Keempat factor tersebut disamping berpengaruh langsung terhadap kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan optimal jika keempat factor tersebut secara bersama-sama dalam kondisi optimal pula. Jika satu factor terganggu (tidak optimal), status kesehatan akan bergeser ke arah bawah optimal. Dengan kata lain, intervensi dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, harus ditujukan pada keempat factor tersebut. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, jika keempat factor secara bersama-sama memiliki kondisi yang optimal pula.[6]Lingkungan Hampir semua penyakit disebabkan atau dipengaruhi oleh factor lingkungan. Namun diperlukan pemahaman tentang cara factor lingkungan tertentu dapat mempengaruhi kesehatan. Badan-badan pembuat peraturan dan kebijakan tentang lingkungan sering tergantung pada informasi yang diambil dari studi-studi epidemiologi, terutama dalam menentukan batas-batas paparan. Hasil studi tersebut dapat dipergunakan untuk memprediksi penyakit pada masa depan yang potensial dalam populasi yang terpapar dan akibat dari suatu resiko dalam pembuktian di pengadilan (Piccioto, 1995). Factor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan atau member kontribusi terhadap terjadinya penyakit dikelompokan menjadi physical factors, chemical factors, biological factors, accident factors, dan psychological factors. [7] Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga katagori, yaitu yang berhun=bungan dengan aspek fisik, misalnya sampah, air, udara, tanah, iklim, perumahan dan sebagainya. Sedangkan lingkungan social merupakan hasil interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.

Perilaku Perilaku merupakan factor kedua mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, karena sehat/tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakatsangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, disamping itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, social ekonomi dan perilaku-perilaku lainnya yang melekat pada dirinya.[2]

Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan merupakan factor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatanserta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan sangat dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak, tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan, serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.[2]

Keturunan (Genetik) Factor keturunan (genetic) merupakan factor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan diantaranya diabetes mellitus, asma bronchial, dan sebagainya.[2]

Status GiziMasa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat, karena balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

KB (Keluarga Berencana)Definisi Keluarga Berencana menurut WHO An Expert Committee (1974) adalah usaha menolong individu atau pasangan antara lain untuk mencegah terjadinya kelahiran yang tidak dikehendaki atau sebaliknya bagi pasangan yang meninginkan anak, mengatur interval waktu kehamilan, mengontrol waktu kelahiran berhubungan dengan usia orang tua dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Di Indonesia pelaksanaan program keluarga berencana diawali dengan pembentukan suatu struktur organisasi pada tahun 1970 berdasarkan Keppres no. 8/1970 dan direvisi dengan Keppres no. 33/1972 dan Keppres no. 38/1978, menjadi suatu organisasi Non-Departemen yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).Pelaksanaan program keluarga berencana di Indonesia ternyata berhasil menekan laju pertambahan penduduk dimana berdasarkan sensus tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia hanya berjumlah 208.313.000 orang dengan tingkat laju pertambahan penduduk sekitar 1,8-2,0% per tahun.[4]

Meningkatkan Tenaga KerjaDengan adanya penambahan tenaga kerja maka semakin banyak masyarakat yang akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Meningkatkan kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan yang akhirnya meningkatkan produktivitas kerja.[2] Peningkatan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa, negara dan etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. [8]

Kesimpulan Upaya pelayanan kesehatan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat.Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program pelayanan kesehatan.Dari bidang pelayanan kesehatan dengan menerapkan program-program yang dapat mengurangi resiko merebaknya suatu penyakit. Arti dari pelayanan kesehatan masyarakat itu sendiri merupakan pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat dalam bidang kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanyadalam bentuk kegiatan pokok.

Daftar Pustaka1. Juanita. Peran asuransi kesehatan dalam benchmarkingrumah sakit dalam menghadapi krisis ekonomi. USU 2002.p.1.2. Effendi N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2003.p. 152-4.3. Effendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Salemba Medika; 2009.p.89-214.4. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.p. 14-244.5. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.p.54-5.6. Anies. Electrical sensitivity. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2005.p.50.7. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.p.8.8. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC; 2007.p.22