pbl lepra

5
PEMERIKSAAN Pada lepra pemeriksaan anamnesa dan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital diperlukan agar kita mengetahui riwayat sang pasien. Untuk pemeriksaan fisik umum adalah sebagai berikut : Hypopigmented kulit kemerahan atau luka dengan hilangnya sensasi Keterlibatan sekeliling saraf seperti ditunjukkan oleh mereka dan hilangnya sensasi Serta pemeriksaan yang paling menentukan dalam penyakit ini adalah pemeriksaan laboratorium yang dapat menegakan diagnosa penyakit. Pemeriksaannya adalah : 1. Pemeriksaan Bakterioskopik Sediaaan dibuat dari kerokan kulit atau mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam, antara lain dengan ZIEHL NEELSEN. Bakterioskopik negatif pada seorang penderita, bukan berarti orang tersebut tidak mengandung M. leprae. Untuk riset diperiksa 10 tempat dan untuk rutin minimal 4-6 tempat, yaitu kedua cuping telinga bagian bawah tanpa melihat ada tidaknya lesi di tempat tersebut, dan 2-4 tempat lain yang paling aktif, yang paling eritomatosa dan paling infiltratif. M. leprae tergolong basil tahan asam (BTA), akan tampak merah pada sediaan. Dibedakan bentuk batang utuh (solid), batang terputus (fragmented), dan butiran (granular). Bentuk solid adalah basil hidup, sedang fragmented dan granular bentuk mati. Bentuk hidup lebih berbahaya karena dapat berkembangbiak dan dapat menularkan ke orang lain. Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan Indeks Bakteri (I.B) dengan nilai dari 0 sampai 6+ menurut Ridley. 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang (LP). 1+ Bila 1-10 BTA dalam 100 LP 2+ Bila 1-10 BTA dalam 10 LP 3+ Bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP

description

pbl lepra

Transcript of pbl lepra

Page 1: pbl lepra

PEMERIKSAAN

Pada lepra pemeriksaan anamnesa dan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital diperlukan agar kita mengetahui riwayat sang pasien. Untuk pemeriksaan fisik umum adalah sebagai berikut : Hypopigmented kulit kemerahan atau luka dengan hilangnya sensasi Keterlibatan sekeliling saraf seperti ditunjukkan oleh mereka dan hilangnya sensasi

Serta pemeriksaan yang paling menentukan dalam penyakit ini adalah pemeriksaan laboratorium yang dapat menegakan diagnosa penyakit. Pemeriksaannya adalah :

1. Pemeriksaan BakterioskopikSediaaan dibuat dari kerokan kulit atau mukosa hidung yang diwarnai dengan

pewarnaan terhadap basil tahan asam, antara lain dengan ZIEHL NEELSEN. Bakterioskopik negatif pada seorang penderita, bukan berarti orang tersebut tidak mengandung M. leprae.

Untuk riset diperiksa 10 tempat dan untuk rutin minimal 4-6 tempat, yaitu kedua cuping telinga bagian bawah tanpa melihat ada tidaknya lesi di tempat tersebut, dan 2-4 tempat lain yang paling aktif, yang paling eritomatosa dan paling infiltratif.M. leprae tergolong basil tahan asam (BTA), akan tampak merah pada sediaan. Dibedakan bentuk batang utuh (solid), batang terputus (fragmented), dan butiran (granular). Bentuk solid adalah basil hidup, sedang fragmented dan granular bentuk mati. Bentuk hidup lebih berbahaya karena dapat berkembangbiak dan dapat menularkan ke orang lain.

Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan Indeks Bakteri (I.B) dengan nilai dari 0 sampai 6+ menurut Ridley. 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang (LP). 1+ Bila 1-10 BTA dalam 100 LP 2+ Bila 1-10 BTA dalam 10 LP 3+ Bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP 4+ Bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP 5+ Bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP 6+ Bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP

Indeks Morfologi (IM) adalah presentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid dan nonsolid.

2. Pemeriksaan histopatologikGambaran histopatologik Tipe Tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang

lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit dan non solid. Pada Tipe Lepromatosa terdapat kelim sunyi subepidermal (subepidermal clear zone), yaitu suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jaringannya tidak patologik. Didapati sel virchow dengan banyak basil. Pada Tipe Borderline terdapat campuran unsur-unsur tersebut.

Page 2: pbl lepra

3. Tes LeprominTes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra, tapi tidak

untuk diagnosis, berguna untuk menunjukkan sistem imun penderita terhadap M. leprae.0,1 ml lepromin, dipersiapkan dari extraks basil organisme, disuntikkan intradermal.

Kemudian dibaca pada setelah 48 jam / 2 hari (Reaksi Fernandez), atau 3-4 minggu (Reaksi Mitsuda). Reaksi Fernandez positif, bila terdapat indurasi dan erytema, yang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap M. leprae yaitu respon imun tipe lambat, ini seperti Mantoux test (PPD) pada M. tuberculosis.Sedangkan Reaksi Mitsuda bernilai : 0 : Papul berdiameter 3 mm atau kurang +1 : Papul berdiameter 4-6 mm +2 : Papul berdiameter 7-10 mm +3 : Papul berdiameter lebih dari 10 mm atau papul dengan ulserasi.

Reaksi Mitsuda berkorelasi baik dengan respon imun penderita yang bernilai prognosis. Klasifikasi histologi pada biopsi jaringan dari reaksi mitsuda memiliki kemungkinan klinis lebih baik daripada histologi dari lesi kulit lepra itu sendiri.

4. Pemeriksaan SerologikPemeriksaan serologik kusta didasarkan atas terbentuknya antibody pada tubuh

seseorang yang terinfeksi oleh M. leprae. Macam-macam pemeriksaannya adalah : Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination) Uji ELISA ( Enzymed Linked Immuno-Sorbent Assay) ML dipstick

DIAGNOSIS

Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Gejala-gejala dari penyakit lepra adalah :

1. Ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.

2. Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri.

3. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.

4. Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.5. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan.6. Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini

dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.

Page 3: pbl lepra

Untuk diagnosis banding dari penyakit lepra adalah :

Lesi makula : Vitiligo, Pitiriasis alba, Pitiriasis versikolor, Tinea corporis, dll Lesi Papula : Granuloma anulare, Liken planus, dll Lesi plak : Tinea korporis, Pitiriasis rosea, psoriasis, dll Lesi Nodul : Acne vulgaris, neurofibromatosis, dll Lesi pada saraf : Amyloidosis, diabetes, trachoma, dll

ETIOLOGI

Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G. A. Hansen pada tahun 1874 di Norwegia. M. leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8 Um x 0,5 Um, tahan asam dan alkohol, serta positif – Gram.

PATOGENESIS

M. leprae berpredileksi di daerah-daerah tubuh yang relatif lebih dingin. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dan derajat penyakit disebabkan oleh respon imun yang berbeda yang menggugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya. Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).

PENATALAKSANAAN

Untuk medika mentosa dari penyakit lepra adalah antibiotic. Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.

Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.

Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu. Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin.

Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

Untuk non-medikamentosa dari penyakit lepra adalah

Page 4: pbl lepra