Kelainan Mata Karena Lepra

download Kelainan Mata Karena Lepra

of 26

Transcript of Kelainan Mata Karena Lepra

Kelainan pada mata karena lepra 2010

REFERAT KELAINAN PADA MATA YANG DISEBABKAN OLEH MORBUS HANSEN DAN PENANGANANNYA

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Yudisium di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

DISUSUN OLEH : JASMINE ISKANDAR 406100118

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG FKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA PERIODE 27 SEPTEMBER 2010 30 OKTOBER 2010 SEMARANGKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 1

Kelainan pada mata karena lepra 2010

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama Nim Fakultas Universitas Tingkat

: : : : :

Jasmine Iskandar 4060100118 Kedokteran Universitas Tarumanagara Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD) : : 27 September 30 Oktober 2010 Ilmu Penyakit Mata

Periode Kepaniteraan Bagian Pembimbing Diajukan : :

dr. Siar Dyah Priyantini, Sp.M Oktober 2010

Telah diperiksa dan disetujui tanggal

:

Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Mengetahui,

Kepala SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Kota Semarang

Pembimbing,

Dr. Siar Dyah Priyantini, So.M Priyantini, Sp.M

Dr. Siar Dyah

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 2

Kelainan pada mata karena lepra 2010

KATA PENGANTARPuji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga referat dengan judul Kelainan pada mata yang disebabkan oleh morbus Hansen dan penangganannya ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Referat Kepaniteraan ini Ilmu disusun Penyakit dalam Mata rangka Fakultas memenuhi Kedokteran tugas akhir

Universitas

Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang, periode 27 September 2010 30 Oktober 2010. Di samping itu, referat ini ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua tentang kelainan mata akibat Morbus Hansen. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerja sama yang telkah diberikan selama penyusunan referat ini kepada: 1. Dr. Abimanyu, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang yang telah memberikan kesermpatanm menjalani kepaniteraan klinik Dr. Siska Tjahana, selaku ketua diklat Rumah Sakit Umum daerah daerah Kota Semarang Dr. Siar Dyah Priyantini, Sp.M selaku kepala bagian SMF Ilmu Penyakit Mata dan pembimbing kepaniteraan klinik ilmu penyakit mata Dr. Nanik Sri Mulyani, Sp.M selaku kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata pembimbing

2. 3.

4. 5.

Bapak Puriyoso Siswartono selaku Staff Poliklinik Mata RSUD Kota Semarang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 3

Kelainan pada mata karena lepra 2010

6.

Semua pihak dan rekan rekan anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Kota Semarang periode 27 september 2010- 30 oktober 2010 Oleh karena itu

Penulis menyadari masih jauh dari sempurna.

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga referat ini dapat bermanfaat.

Semarang, 2010 Penulis

oktober

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 4

Kelainan pada mata karena lepra 2010

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Kata Pengantar Bab I Pendahuluan Bab II Lepra II.1 II.2 II.3 II.4 Bab III Kelainan Pada Mata Karena Lepra III.1 III.2 III.3 III.4 Penutup ii

i

1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 5

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUANPenyakit Lepra merupakan suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan Mycobacterium Leprae. Dapat mengenai pria dan wanita segala usia terutama usia tua dan masyarakat dengan ekonomi lemah. Manifestasi dari penyakit lepra atau biasa disebut kusta muncul dalam jangka waktu yang lama meliputi kulit, saraf tepi, mata, otot, tulang, dan selaput lendir hidung. Secara global, 1-2 juta orang diperkirakan menderita

disabilitas permanen yang disebabkan oleh lepra. Komplikasi serius dari lepra yang tampak disebabkan adanya kerusakan dari nervus perifer pada tangan dan kaki sehingga terjadi kontraktur, trauma, infeksi karena adanya anesthesia pada bagian tubuh tertentu. Pada mata akan terjadi lagoptalmus, hilangnya rambut alis, juga berdampak pada bagian-bagian mata seperti kornea, uvea, sclera, konjuntiva, dan retina. Penyakit kusta dapat ditularkan penderita kusta tipe Multi Basiller (MB) pada orang lain secara langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapatKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 6

Kelainan pada mata karena lepra 2010

bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kontak kulit dengan penderita. Penularan penyakit kusta tidak mudah dan tidak perlu ditakuti. Faktor yang mempengaruhi antara lain sumber penularan, faktor kuman, faktor daya tahan tubuh. Masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

Perjalanan penyakitnya lambat terutama menyerang kulit dan saraf perifer dan dapat menyebabkan kecacatan dan disabilitas dari penderita sehingga tidak hanya mempengaruhi segi medis tapi juga memberi dampak pada segi sosial, ekonomi, dan budaya. Prevalensi kusta di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1986 ditemukan 7,6 per 10.000 penduduk menjadi 5,9 per 10.000 penduduk. Pada tahun 1994 terjadi lagi penurunan menjadi 2,2 per 10.000 penduduk dan menjadi 1,39 per 10.000 penduduk pada tahun 1997. Penurunan prevalensi penyakit kusta ini karena kemajuan di bidang teknologi promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan di bidang penyakit kusta. Lepra menimbulkan kelainan pada mata akibat infiltrasi langsung dari kuman ataupun secara tidak langsung. Kuman dapat mempengaruhi persarafan kornea sehingga sensibilitas kornea berkurang, membentuk keratitis punctata, konjunctivitis, nodul pada sclera dan episklera, uveitis, dakriosistitis, dan kelainan pada palpebra. Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mycobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepraKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 7

Kelainan pada mata karena lepra 2010

lepromatosa. Antibiotik yang paling banyak digunakan adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Antibiotik lainnya harus yang bisa diberikan selama adalah rifampin, waktu klofazimin, bakteri etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin. Terapi antibiotik dilanjutkan beberapa karena penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter.

BAB II LEPRA

I.

Definisi Lepra adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang bersifat intraseluler obligat. Nama penyakit Hansen datang daripada orang yang menemukan Mycobacterium leprae, G. A. Hansen. Pengidap penyakit Hansen biasanya dipanggil pesakit kusta atau dalam bahasa Inggris lepers. Serangan kuman yang berbentuk batang ini biasanya pada kulit, saraf, mata, selaput lendir hidung, otot, tulang, dan buah zakar.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 8

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Transmisi Lepra melalui kulit dan air borne melalui mukosa hidung, dan keringat dengan masa inkubasi yang panjang dan dipengaruhi oleh keadaan imun penderita. Kontak dengan penderita tidak selalu menyebabkan infeksi pada orang yang terpapar. Penyakit kusta terdiri dari beberapa bentuk dipengaruhi imunitas penderita yaitu lepromatosa, tuberkuloid, dan peralihan. Akibat yang ditakuti adalah deformitas yang menyebabkan disabilitas. 6 II. Epidemiologi Lepra merupakan penyakit yang telah ditemukan sejak 1400 Sebelum Masehi di berbagai negara seperti Afrika, India, Amerika Latin, dan Cina. Lepra terus menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi global 1-25 kasus per 10.000 orang. Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia (WHO) ke-44 di Jenewa, 1991, mencetuskan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat dan pada tahun 2000 dilakukan usaha menekan kusta menjadi 1 kasus per 10.000. Di Indonesia dikenal sebagai Eliminasi Kusta Tahun 2000 (EKT 2000). 3 Dalam 15 tahun terakhir, 11 juta penderita telah didiagnosis dan ditangani dalam program kontrol lepra. Pada tahun 1999 dan 2000, 3/4 dari 1 juta penderita telah terdeteksi dan diberikan pengobatan. Disabilitas yang disebabkan lepra merupakan masalah utama dalam pemberantasan lepra di dunia. Menurut perkiraan WHO, sekitar 8% penderita baru yang terdeteksi sudah pada lepra derajat II dengan disabilitas.5

Prevalensi kusta di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1986 ditemukan 7,6 per 10.000 penduduk menjadi 5,9 per 10.000 penduduk. PadaKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 9

Kelainan pada mata karena lepra 2010

tahun 1994 terjadi lagi penurunan menjadi 2,2 per 10.000 penduduk dan menjadi 1,39 per 10.000 penduduk pada tahun 1997.Penurunan prevalensi penyakit kusta ini karena kemajuan di bidang teknologi promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan di bidang penyakit kusta. 4 Lepra menyerang semua usia dan jenis kelamin terutama usia lanjut. Keadaan social ekonomi juga mempengaruhi insiden terjadinya lepra. Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah lebih banyak terkena lepra karena lingkungan dan cara hidupnya. Di Indonesia penderita anak-anak di bawah umur 14 tahun didapatkan 13%, tetapi di bawah umur 1 tahun jarang sekali. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok usia 25-35 tahun. 2 III. Etiologi Kuman penyebab penyakit kusta adalah Mycobcterium leprae yang ditemukan oleh G.A. Hansen pada tahun 1874 di Norwegia. Kuman ini belum dapat dibiakkan dalam media atrifisial namun dapat tumbuh terbatas pada kultur jaringan. M.lepra adalah kuman gram positif berbentuk basil dengan ukuran 3-8 Um x 0,5 Um. Bersifat tahan asam dan alkohol. M.lepra berhasil diinokulasikan pada kaki mencit dan berkembang biak sekitar tempat suntikan. Agar dapat tumbuh diperlukan jumlah minimum M.lepra dan kalau melebihi jumlah maksimum bakteri tidak berarti asam meningkatkan Untuk perkembangbiakan tahan tersebut.

meningkatkan keberhasilan pada inokulasi mengunakan mencit, harus diawali dengan radiasi timus untuk menghilangkan respon selulernya. 2 IV. Patogenesis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 10

Kelainan pada mata karena lepra 2010

M. lepra mempunyai patogenesis dan daya invasi yang rendah sebab penderita yang mengandung kuman lebih belum tentu memberikan gejala derajat yang lebih berat dan sebaliknya. penyakit Ketidakseimbangan infeksi dengan derajat

disebabkan respon imun yang berbeda-beda dalam menimbulkan reaksi granuloma setempat atau menyeluruh, dapat sembuh sendiri atau progresif. Maka dari itu penyakit kusta dapat disebut penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selulernya daripada intensitas infeksinya.2

Bila basil M. lepra masuk ke dalam tubuh seseorang, dapat timbul gejala klinis sesuai dengan kerentanan orang tersebut. Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem imunitas seluler penderita, bila sistem imun selulernya baik maka gambaran klinis kearah tuberkuloid. Sedangkan bila sistem imun selulernya rendah memberikan gambaran lepromatosa.

Kontak Infeksi Subklinis Sembuh Indeterminate (I) Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 11

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Determinate (D)

TT

TI

BT

BB

BL

Li

LL

Tabel 1. Patogenesis Lepra TT : Tuberkuloid polar, stabil Ti : Tuberkuloid indefinate BT : Borderline Tuberculoid LL : Lepromatosa polar, stabil BB : Mid borderline Bl : Borderline lepromatous Li : Lepromatosa indefinate

Zona spectrum kusta terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Menurut WHO terbagi menjadi Pausibasiler (PB) dan Multibasiler (MB). Yang dimaksud dengan kusta PB adalah kusta dengan BTA negatif pada pemeriksaan kerokan kulit, sedangkan kusta MB adalah kusta dengan BTA positif. 2 V. Gejala Klinis Penyakit lepra menyebabkan kelainan pada kulit, saraf, tulang, mata, mukosa traktus respiratorius atas, sistem retikloendotelial, dan testis. Manifestasi terutama nampak pada

kulit. Pada kulit timbul akromi yaitu makula dengan hipopigmentasi, anestesi, anhidrosis, alopesia, dan atropi pada kulit dan otot. Dapat terjadi deformitas primer dan sekunder. Deformitas primer akibat langsung dari granuloma yang terbentuk karena reaksi terhadap M. lepra yang mendesak dan merusak jaringan sekitarnya seperti kulit, mukosa pernapasan atas, tulang-tulang jari, dan wajah. Deformitas sekunder diakibatkan kerusakan-kerusakanKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 12

Kelainan pada mata karena lepra 2010

saraf

seperti N. facialis, N. ulnaris, N. medianus, N. radialis, N.

poplitea lateral, N. tibialis posterior, dan N. trigeminus. Penderita lepra yang sudah mengalami deformitas akan nampak atrofi pada kaki dan tangan, clawing dan anestesi jari tangan, tulang mengalami absorbsi dan mutilasi. Kerusakan pada mata menyebabkan lagoftalmus, ptosis, iridosiklitis, keratitis, hiperemi konjuntiva dan sclera, sinechia, anestesi pada kornea, glaucoma, dan hilangnya rambut pada alis, bahkan bisa menyebabkan kebutaan. Pada mukosa traktus respiratorius bagian atas dapat terjadi rhinitis dan laryngitis. Sistem retikuloendotelial seperti limpa dan hati membesar. Dapat terjadi atrofi testis sehingga menyebabkan ginekomastia dan gangguan keseimbangan hormon. VI. Diagnosis Diagnosis penyakit lepra didasarkan gambaran klinis, pemeriksaan

bakterioskopik, dan histopatologik. Pemeriksaan klinis merupakan pemeriksaan terpenting dan paling sederhana. Pemeriksaan bakterioskopik memerlukan waktu sekitar 15 - 30 menit sedangkan histopatologik 10 14 hari. Tipe kusta dapat ditentukan melalui tes Mitsuda. Penentuan tipe ini berguna untuk terapi yang sesuai. Bentuk klinis pada penderita tidak selalu sama tergantung dari sistem imun seluler (SIS) penderita. 2 Inspeksi penderita dengan seksama karena kusta merupakan the greatest imitator dengan banyak manifestasi pada kulit. Dapat dilakukan pemeriksaan untuk ada tidaknya anesthesia terhadap nyeri dan suhu, juga tes Gunawan berdasarkan adanya kelainan pada kelenjar keringat penderita kusta dengan melihat ada tidaknya dehidrasi pada daerah lesi.Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 13

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Penunjang diagnosis : a. Pemeriksaan bakterioskopik Untuk membantu menegakan diagnosis dan pengamatan pengobatan. Sediaan diambil dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung diwarnai dengan Ziehl-Neelsen. Pengambilan bahan dengan skalpel steril dari 4-6 tempat yaitu kedua cuping telinga dan 2 lesi yang paling aktif. M. lepra akan tampak merah pada sediaan. 2 b. Pemeriksaan histopatologik Kuman M. lepra yang masuk akan mengaktifkan respon imun selular yaitu makrofag yang setelah selesai bertugas akan menjadi sel Datia Langhans dan bila makrofag tidak dapat menghancurkan kuman akan menjadi sel Virchow atau sel busa. Pada tipe tuberkuloid tampak tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, dan basilnya sedikit. Tipe lepromatosa tampak subepidermal clear zone, banyak sel Virchow dengan banyak basil. 2 c. Pemeriksaan serologik Pemeriksaan ini membantu diagnosis yang meragukan. Terbentuknya antibody spesifik terhadap M. lepra yaitu antibody anti phenolic glicolipid-1 (PGL-1) dan antibody anti protein 16 kD dan 35 kD. Antibody tidak spesifik yaitu antibody anti-lipoarabinomanan (LAM). Pemeriksaan serologik kusta seperti uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination), ELISA, dan dipstick. 2

BAB III Kelainan Mata akibat LepraKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 14

Kelainan pada mata karena lepra 2010

I.

Manifestasi Secara global, 1-2 juta orang diperkirakan menderita

disabilitas permanen yang disebabkan oleh lepra. Komplikasi serius dari lepra yang tampak disebabkan adanya kerusakan dari nervus perifer pada tangan dan kaki sehingga terjadi kontraktur, trauma, infeksi karena adanya anestesia pada bagian tubuh tertentu. Pada mata akan terjadi lagoptalmus, hilangnya4

rambut alis, juga

berdampak pada bagian-bagian mata seperti kornea, uvea, sclera, konjuntiva, dan retina.

Kebutaan merupakan komplikasi serius dari lepra yang tidak ditangani dengan baik. deformitas diduga yang Pada dasarnya semua disabilitas dan lepra dapat untuk dicegah, memeriksa termasuk keadaan diakibatkan lepra,

kelainan pada mata. Setiap kali kita memeriksa penderita yang mengidap penting matanya. M. lepra akan cenderung berada pada bagian tubuh dengan suhu lebih rendah dan salah satunya adalah mata. Kelainan pada mata yang dapat terjadi antara lain : a. Kerusakan N. Trigeminus Lepra juga dapat menyebabkan kerusakan N. Trigeminus cabang occipito-temporalis dan zigomatikus sehingga terjadi paralysis musculus orbicularis okuli. Hal ini dapat terjadi pada semua tipe lepra dan tersering tipe TT, BT, dan LL. b. Kelainan kelopakKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 15

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Kelopak mempunyai fungsi penting untuk proteksi mata dari masuknya benda asing seperti debu, sebagai fasilitator dari sekresi air mata dan eksresinya menuju duktus lakrimalis, mendukung lubrikasi pada kornea oleh air mata. Ada dua otot utama yang bertanggung jawab yaitu untuk membuka kelopak m. levator palpebra yang dipersarafi N. okulomotorius dan untuk menutup kelopak m. orbicularis okuli yang dipersarafi N. trigeminus. Kerusakan pada saraf ini menyebabkan lagoptalmus, ketidakmampuan menutup mata secara sempurna. Dapat terjadi juga ektropion dan hilangnya sensibilitas kornea. c. Kelainan bulu mata Bulu mata sangat sensitif dan bila ada debu atau benda asing yang mengenai bulu mata maka akan terjadi reflex mengedip untuk mencegah masuknya benda asing dan mengiritasi mata. Apabila ada defisit sensoris kerja bulu mata tidak sempurna. d. Kelainan alis Rusaknya saraf otonom yang mempersarafi folikel rambut alis dan bulu mata mengakibatkan madarosis atau hilangnya rambut pada alis. e. Kelainan sistem nasolakrimalis Masalah yang sering terjadi pada sistem ini adalah air mata yang eksesif. Bila terjadi infeksi menyebabkan dakriosistitis. Mukosa hidung suhunya lebih dingin sehingga menjadi salah satu predileksi tempat dari M. lepra.Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 16

Kelainan pada mata karena lepra 2010

f. Konjungtiva

Konjungtiva kadang terserang dari infeksi kronik terutama karena infeksi sekunder daripada infiltrasi langsung dari M. lepra. g. Episklera dan sklera Salah satu bagian yang terkena awal penyakit. Beberapa penderita lepra terbentuk nodul gelatin kekuningan yang dapat mengandung M. lepra dan menyebabkan rasa sakit, dan menganggu penutupan kelopak mata secara sempurna. g. Kornea Saraf trigeminus yang mempersarafi sensoris kornea dapat mengalami kerusakan menyebabkan anestesi kornea. Dapat terbentuk ulcus kornea yang sering tidak disadari dan dapat terbentuk hipopion bilik mata depan. h. Badan siliar dan iris Agregasi M. lepra tampak sebagai bintik putih kecil pada iris. Kadang bintik ini menetap walaupun pengobatan telah selesai. Destruksi badan siliar merupakan penyebab utama kebutaan pada lepra. Bila M. lepra menginfiltrasi badan siliar dan iris terjadi iridosiklitis, sinekia anterior posterior, dan dapat terjadi glaucoma.

II.

Gejala Klinik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 17

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Gejala yang timbul pada penderita lepra tergantung dari bagian mata yang mengalami kelainan.-

Rasa sakit pada mata timbul karena adanya kelainan konjunctiva, nodul pada episklera dan sklera, dan iridosiclitis Gangguan visus bila media refraksi terganggu seperti terbentuknya ulcus pada kornea, keratitis punctata, dan adanya hipopion pada bilik mata depan

-

-

Rontoknya bulu mata dan alis menganggu kosmetis penderita dan perlindungan mekanik mata terhadap keringat serta reflex mengedip berkurang

-

Konjunctivitis menyebabkan injeksi konjunctiva tampak mata hiperemi, bisa juga terdapat pterigium, dan jaringan parut Lagoptalmus, palpebra tidak dapat menutup sempurna karena kerusakan nervus. Nodul pada sclera atau episklera turut menganggu penutupan palpebra. Mata yang tidak tertutup sempurna mempermudah penetrasi benda asing dan mengakibatkan timbulnya kerusakan kornea, serta air mata tidak terdistribusi dengan baik

-

Ektropion memberi keluhan mata berair atau epifora karena eversi punctum lakrimal dan kelopak bawah tidak tertutup rapat sehingga air mata mengalir keluar mata. Konjunctiva yang tampak dari luar lama kelamaan hipertrofi dan merah

-

Enteropion dan trikiasis, margo palpebra menghadap ke dalam sehingga bisa mengiritasi kornea, sakit, lakrimasi, fotofobia, blefarospasme, dan konjunctiva bulbi merah

-

Fotofobia karena kerusakan kornea dan iris, juga pada uveitis Tanda-tanda radang, epifora, pembengkakan sakus lakrimal bila terdapat dakriosistitis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 18

Kelainan pada mata karena lepra 2010

III.

Diagnosis Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan seperti yang telah disebutkan pada bab II ditambah dengan pemeriksaan pada mata. Penyakit lepra pada mata dapat dikonfirmasi dari histopatologi kornea, konjunctiva, kerokan subkutaneus kulit, bilik mata depan, jaringan vitreus, atau biopsi jaringan kulit. Dari pemeriksaan ini dapat kita temukan basil tahan asam dengan pewarnaan asam. Biasanya terdapat keratitis punctata lepra. Titik titik leproma pada iris berupa bulatan kecil diameter kurang dari 0,5 mm di sekitar pupil dan sudut mata. Titik titik ini berisi materi asam, debris seluler dari M. lepra, dan garam kalsium dapat bertahan bulan sampai tahunan. Kelainan saraf pada kornea mungkin menjadi penemuan awal yang terdeteksi pada mata. Dapat kita lihat menggunakan slit lamp atau retroiluminasion. Kekeruhan dan kelainan kornea dipengaruhi dari lokasi dan multipikasi dari basil. Stroma kornea bereaksi dan terbentuk deposit keruh menutupi kornea yang menjadi tanda patognomonik dari lepra. Deposit subepitelial keruh ini avaskular terlihat antara epitel dan Membran Bowman, akan menyebar dan konfluen. Dengan progresifitas dari penyakit lepra, vaskularisasi superficial dan profunda akan berkembang dan menganggu penglihatan. Pada awalnya dapat ditemukan episkleritis, skleritis, dan uveitis. Episkleritis pada lepra ditandai dengan sakit, injeksi perikornea, banyak eksudat. Basil dapat ditemukan di sklera, episklera, konjuctiva, kornea, bilik mata depan, dan iris.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 19

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Pannus pada lepra biasanya pada limbus superior dan seluruh kornea. Uveitis pada lepra berat dan lama dengan sinekia anterior atau posterior yang ekstensif. Setelah serangan berulang iris dapat atrofi dan bisa terjadi glaukoma. Efusi uvea berhubungan dengan hyperemia konjunctiva dan episklera dapat menimbulkan kelainan retina. Lagoptalmus atau kelemahan N. fasialis yang mempengaruhi kelainan neurologik atau kulit harus dibedakan dalam diagnosis banding lepra. Keratitis karena pajanan dan ulserasi kornea dapat timbul khususnya karena penurunan sensasi kornea, penebalan kelopak mata, dan reflex mengedip tidak smpurna, penurunan musin dan sekresi meibom, serta denervasi kelenjar meibom. Pemeriksaan visus memberi hasil yang bervariasi tergantung dari kerusakan mata yang terjadi. Bila media refraksi terganggu makan visus penderita akan mengalami penurunan. IV. Penatalaksanaan Penanganan pada mata tergantung dari akibat yang ditimbulkan dari penyakit lepra tersebut. Kelainan pada kelopak mata berupa entropion atau ektropion dapat dilakukan tarsotomi. Untuk trikiasis dilakukan epilasi berupa pencabutan silia, elektrokoagulasi folikel rambut, atau operasi dengan tarsotomi. Kelainan pada sistem lakrimal yaitu dapat terjadi dakriosistitis dilakukan pencegahan terbentuknya abses, antibiotik lokal dan sistemik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 20

Kelainan pada mata karena lepra 2010

-

Konjunctivitis dan kelainan pada kornea diberikan terapi sistemik untuk membunuh M. lepra sehingga proses yang terjadi pada konjunctiva dan kornea tidak berlanjut. Untuk anestesia kornea, penderita harus lebih menjaga kebersihan dan kesehatan mata, menghindari pajanan benda asing.

-

Kelainan pada uvea seperti iridosiklitis dapat diberikan sulfas atropin 1%, analgetika untuk mengurangi sakit, serta kortikosteroid topikal dan sistemik.

Pengobatan lepra secara sistemik adalah dengan terapi kombinasi yaitu :1. Tipe I, TT, BT: Kombinasi DDS dan Rifampisin. DDS 100mg/hari dan

rifampisin 600 mg/bulan. Diberikan 6-9 bulan, setelah itu dilakukan pemeriksaan bakteriologi. Pengobatan dilanjutkan sampai 2 tahun. Jika tidak ada aktivasi secara klinis dan bakteriologi tetap negative dinyatakan relief from control (RFC) (bebas dari pengamatan)2. 2. Tipe BB, BL, LL: Kombinasi DDS, rifampisin, Lampren. DDS 100

mg/hari; rifampisin 600 mg/bulan; Lampren 300 mg/bulan, diteruskan dengan 50 mg/hari, atau 100 mg selang sehari, atau 3100 mg/minggu . Pengobatan diberikan selama 2-3 tahun. Pemeriksaan bakteriologi tiap 3 bulan. Sesudah 23 tahun bakteriologi tetap negative, pemberian obat dihentikan (release from treatment= RFT). Jika setelah pengawasan tidak ada aktivitas klinis dan pemeriksaan bakteriologi selalu negatif, maka dinyatakan bebas dari pengawasan (RFC)

V.

Prognosis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 21

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Progonosis lepra pada mata tergantung dari kerusakan bagian mata yang terkena. Apabila kelainan baru mengenai kornea superficial dan konjunctiva, prognosis masih baik. Kerusakan bagian mata lebih dalam dan lebih berat seperti timbul uveitis harus diwaspadai akibat yang ditimbulkan serta komplikasinya berupa glaukoma. Kelainan pada kelopak dapat ditangani dengan operasi maupun non-operasi tergantung derajat kelainan yang tumbul. Pada umumnya visus dan keadaan mata masih dapat dipertahankan bila kerusakan yang timbul segera dideteksi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 22

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Lampiran Gambar

Bab IVKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 23

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Penutup

Kelainan pada mata yang disebabkan oleh penyakit lepra dapat menyerang bagian bagian mata mulai dari kelopak mata, bulu mata, sistem lakrimal, konjunctiva, sclera dan episklera, kornea, dan uvea. Kerusakan yang timbul disebabkan oleh kuman M. lepra secara langsung ataupun secara tidak langsung. Manifestasi lepra pada seseorang tidaklah sama tapi

dipengaruhi dari derajat imunitas seluler penderita. Maka dari itu lepra terbagi menjadi tiga tipe, yaitu tuberkuloid, lepromatosa, dan peralihan. Semakin tinggi imunitas seseorang maka gejala klinis yang timbul lebih ringan. Lepra merupakan penyakit yang dapat diobati dan penderita dapat sembuh dengan pengobatan jangka panjang sampai hasil pemeriksaan bakteriologik menunjukan kuman telah negatif. Penanganan ditimbulkan pada pada mata sesuai dengan mata kelainan terkena yang dan bagian-bagian yang

tentunya yang terutama adalah eradikasi kuman M. lepra. Selain pengobatan dari segi medis diperlukan juga rehabilitasi berupa fisioterapi, psikologik, dan bahkan operasi.

Daftar PustakaKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 24

Kelainan pada mata karena lepra 2010

1. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. 2.3. http://yasinfadillah.blogspot.com/2008/05/morbus-hansen-

lepra.html4. http://www.webspawner.com/users/EYEPROBLEMS/ 5. http://www.leprahealthinaction.org/lr/Sept02/Lep225_238.pdf 6. http://emedicine.medscape.com/article/1213853-overview 7. http://titianputri.blogspot.com/2010/03/kusta.html

8. Ilyas, H. Sidarta, Prof. dr. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2006 9.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 25

Kelainan pada mata karena lepra 2010

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata | FK Universitas Tarumanagara Periode 27 September 2010 30 September 2010 RSUD Kota Semarang Page 26