PBL herlina 12
-
Upload
arwi-wijaya -
Category
Documents
-
view
221 -
download
4
description
Transcript of PBL herlina 12
Infeksi Virus Varicella Zoster
Herlina Madangkara
102010132
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
BAB I PENDAHULUAN
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal
dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela disebabkan oleh virus Varicella Zoster.
Varisela ini merupakan penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang
disertai gejala konstitusi dengan adanya vesikel pada kulit yang sangat menular, terutama
berlokasi dibagian sentral tubuh. Penyakit ini disebut juga chicken pox, cacar air, atau
varisela zoster yang merupakan hasil infeksi primer pada penderita rentan.1,2,3
BAB II PEMBAHASAN
Skenario
Seorang anak berusia 8 tahun mengalami demam, myalgia, batuk dan pilek selama 3
hari. Pada hari ke 3, timbul bentol yang berisi cairan pada muka yang menjalar ke
seluruh tubuh. Bentol ini berubah cepat menjadi bernanah dan menghitam. Pada riwayat
keluarga diketahui bahwa adik pasien juga mengalami keluhan yang sama 2 minggu
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan makula, papula, vesikel, dan crustae yang
berkelompok dan multiforme di seluruh tubuh dengan sebaran lesi sentrifugal.
A. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pada hari ke 3 timbul bentol berisi cairan pada muka yang menjalar ke seluruh
tubuh. Bentol ini berubah cepat menjadi bernanah dan menghitam.
Keluhan Tambahan :
Mengalami demam, myalgia, batuk dan pilek selama 3 hari.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ditemukan makula, yaitu daerah yang bisa dibedakan dengan warna
dari sekelilingnya, papula, yaitu tonjolan kecil superfisial pada kulit, berbatas tegas, dan
padat; diameternya kurang dari 0,5 cm, vesikel, yaitu tonjolan kecil berbatas tegas pada
epidermis yang mengandung cairan serosa; diameternya kurang dari 1 cm, dan crustae yaitu
lapisan luar benda padat yang terbentuk melalui pengeringan eksudat tubuh atau sekret yang
berkelompok dan multiforme di seluruh tubuh dengan sebaran lesi sentrifugal.4
C. Pemeriksaan Penunjang
Tzanck smear dengan pewarnaan Giemza/HE, merupakan pemeriksaan sederhana dan
bernilai diagnostik.
Identifikasi virus dari cairan vesikula dengan mikroskop elektron. Inokulasi virus dalam
kultur jaringan bisa membedakannya dari herpes simpleks. Identifikasi langsung antigen
virus varicella zoster secara :
- CIE (countercurrent immunoelectrophoresis)
- Enzyme immunoassay
- Monoclonal antibody
Tes serologik bisa berguna sebagai diagnosa retrospektif varisela atau herpes zoster, juga
untuk mengidentifikasi orang yang rentan dan cenderung mendapat infeksi virus varicella
zoster.
a. Tes fiksasi komplemen; mempunyai kerugian :
- tidak spesifik
- sesudah infeksi titer cepat menurun sampai negatif sehingga tidak bisa
membedakan orang yang imun dari yang rentan.
b. F.A.M.A
Pemeriksaan imunofloresen antibodi terhadap membran antigen lebih bersifat spesifik,
Bisa membedakan antara pasien yang imun dan yang rentan.
c. Tes netralisasi virus varicella zoster lebih spesifik dan sensitif tetapi lebih mahal dan
lebih sulit dikerjakan.
d. Elisa (enzyme-linked immunosorbent assay) hasilnya lebih sensitif dan caranya lebih
sederhana dibandingkan F.A.M.A.5,6
D. Diagnosis Banding
Herpes zoster
Herpes zoster adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel-
vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai
dermatom.
Manifestasi Klinis :
Biasanya ada neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan
kelainan kulit. Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului oleh demam.
Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi
papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga
terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh
dan dapat pula bercampur darah, Jika absorbsi terjadi, vesikula dan bula akan
menjadi krusta.7
Impetigo krustosa
Impetigo krustosa menyerang epidermis, gambaran yang dominan adalah krusta
yang khas, berwarna kuning kecoklatan.
Manifestasi Klinis :
Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal berupa makula eritematosa berukuran
1-2 mm, segera berubah menjadi vesikel atau bula. Karena dinding vesikel tipis,
mudah pecah dan mengeluarkan sekret seropulen kuning kecoklatan. Selanjutnya
mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di
bawah krusta terdapat daerah erosi yang mengeluarkan sekret sehingga krusta
kembali menebal.7
E. Diagnosis Kerja
Pada kasus ini, diagnosis kerjanya adalah varisela (cacar air). Hal ini ditemukan gejala
demam, myalgia, batuk dan pilek selama 3 hari. Pada hari ke 3, timbul bentol yang berisi
cairan pada muka dan menjalar ke seluruh tubuh. Bentol ini berubah dengan cepat menjadi
bernanah dan menghitam. Selain itu, pada pemeriksaan fisik ditemukan makula, papula,
vesikel dan krusta yang berkelompok dan multiforme di seluruh tubuh dengan sebaran lesi
sentrifugal.8
F. Etiologi
Varisela disebabkan oleh Virus Varisela-Zoster (VVZ). VVZ adalah herpesvirus
manusia; ia diklasifikasikan sebagai herpesvirus alfa karena kesamaannya dengan pro-
kelompok ini, yang adalah virus herpes simpleks. VVZ adalah virus DNA helai ganda,
terselubung; genom virus mengkode lebih dari pada 70 protein, termasuk protein yang
merupakan sasaran imunitas dan timidin kinase virus, yang membuat virus sensitif terhadap
hambatan oleh asiklovir dan dihubungkan dengan agen antivirus.8
G. Epidemiologi
Sangat mudah menular, yaitu melalui percikan ludah dan kontak. Dapat mengenai semua
golongan umur, termasuk neonatus (varisela kongenital), tetapi tersering pada masa anak.
Penderita dapat menularkan penyakit selama 24 jam sebelum kelainan kulit (erupsi) timbul
sampai 6 atau 7 hari kemudian. Biasanya seumur hidup, varisela hanya diderita 1 kali.8
H. Patofisiologi
Varisela mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam sekresi
saluran pernafasan atau dengan kontak langsung lesi kulit varisela atau herpes zoster.
Pemasukan disertai dengan masa inkubasi 10-21 hari, pada saat tersebut penyebaran virus
subklinis terjadi. Akibat lesi kulit tersebar bila infeksi masuk fase viremi; sel mononuklear
darah perifer membawa virus infeksius, menghasilkan kelompok vesikel baru selama 3-7
hari. VVZ juga diangkut kembali ke tempat-tempat mukosa saluran pernafasan selama akhir
masa inkubasi, memungkinkan penyebaran pada kontak rentan sebelum muncul ruam.
Penularan virus infeksius oleh droplet pernafasan membedakan VVZ dari virus herpes
manusia yang lain. Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk
menghentikan viremia, yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak, dan organ lain. VVZ
menjadi laten di sel akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi primer.
Reaktivasinya menyebabkan ruam vesikuler terlokalisasi yang biasanya melibatkan
penyebaran dermatom dari satu saraf sensoris; perubahan nekrotik ditimbulakan pada ganglia
terkait, kadang-kadang meluas ke dalam kornu posterior. Histopatologi varisela dan lesi
herpes zoster adalah identik; VVZ infeksius ada pada lesi herpes zoster, sebagaimana ia
berada dalam lesi varisela, tetapi tidak dilepaskan ke dalam sekresi pernafasan. Varisela
mendatangkan imunitas humoral dan seluler yang sangat protektif terhadap infeksi ulang
bergejala. Supresi imunitas seluler pada VVZ berkorelasi dengan penambahan risiko
reaktivasi VVZ sebagai herpes zoster.9
I. Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium :
Stadium prodromal : 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas,
perasaan lemah (malaise), anoreksia, Kadang-kadang terdapat kelainan scarlatinaform atau
morbiliform.
Stadium erupsi : dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil yang berubah menjadi
vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous. Permukaan vesikel tidak
memperlihatkan cekungan di tengah. Isi vesikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam.
Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-4 hari erupsi
tersebar; mula-mula di dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak. Erupsi ini disertai dengan
rasa gatal.
Pada suatu saat terdapat bermacam-macam stadium erupsi; ini merupakan tanda khas
penyakit varisela. Vesikel ini tidak hanya terdapat di kulit, melainkan juga di selaput lendir
mulut. Bila terdapat infeksi sekunder, maka akan terjadi limfadenopatia umum.8
J. Penatalaksanaan (Medika Mentosa & Non Medika Mentosa)
MEDIKA MENTOSA
Asiklovir adalah obat pilihan untuk varisela dan herpes zoster.
Terapi varisela :
Imunokompeten
Anak-anak : Asiklovir 20mg/kg BB IV selama 7 hari.
Dewasa : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari.
Valasiklovir 3 x 1000 mg/hari selama 7 hari.
Famsiklovir 3 x 200 mg/hari selama 7 hari.
Immunocompromised : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari.
Penyakit berat/wanita hamil : Asiklovir IV 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 7 hari.
Bila terdapat infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika.7
NON MEDIKA MENTOSA
Anak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya
kepada yang lain.
Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan
daya tahan tubuhnya.
Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.
Anak perlu beristirahat yang cukup.8
K. Komplikasi
Pneumonia varisela biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder dan dapat sembuh
sempurna. Pneumonia varisela yang disebabkan oleh VVZ jarang didapatkan pada anak
dengan sistem imunologis normal; sedangkan pada anak dengan defisiensi imunologis atau
pada orang dewasa tidak jarang ditemukan.
Juga mungkin didapatkan komplikasi pada susunan saraf seperti ensefalitis, ataksia,
nistagmus, tremor, mielitis transversa akut, kelumpuhan saraf muka, sindroma hipotalamus
yang disertai dengan panas badan yang berulang-ulang. Penderita varisela dengan komplikasi
ensefalitis setelah sembuh dapat meninggalkan gejala seperti kejang, retardasi mental, dan
kelainan tingkah laku.8
L. Pencegahan
Imunisasi Aktif : Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang “live attenuated”.
Dianjurkan agar vaksin varisela ini hanya diberikan kepada penderita leukemia, penderita
penyakit keganasan lainnya dan penderita dengan defisiensi imunologis untuk mencegah
komplikasi dan kematian bila kemudian terinfeksi oleh varisela. Pada anak sehat sebaiknya
vaksinasi varisela ini jangan diberikan karena bila anak tersebut terkena penyakit ini,
perjalanan penyakit ringan; lagi pula semua virus herpes dapat menyebabkan suatu penyakit
laten dan akibatnya baru nyata beberapa dasawarsa setelah vaksin itu diberikan.
Imunisasi Pasif : Dilakukan dengan pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster
Imun Plasma (ZIP).
ZIG adalah suatu globulin-gama dengan titer antibodi yang tinggi dan didapatkan dari
penderita yang telah sembuh dari infeksi herpes zoster. Pemberian ZIG sebanyak 5 ml dalam
72 jam setelah kontak dengan penderita varisela dapat mencegah penyakit ini pada anak
sehat; tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia atau penyakit keganasan
lainnya, pemberian ZIG tidak menyebabkan pencegahan yang sempurna; lagi pula diperlukan
ZIG dengan titer yang tinggi dan dalam jumlah yang lebih besar.
ZIP adalah plasma yang berasal dari penderita yang baru sembuh dari herpes zoster dan
diberikan secara intravena sebanyak 3 - 14,3 ml/kgBB. Pemberian ZIP dalam 1-7 hari setelah
kontak dengan penderita varisela pada anak yang menderita defisiensi imunologis, leukemia
atau penyakit keganasan lainnya mengakibatkan menurunnya insidens varisela dan merubah
perjalanan penyakit varisela menjadi ringan dan dapat mencegah varisela untuk kedua
kalinya.
Pemberian globulin-gama akan menyebabkan perjalanan penyakit varisela jadi ringan tapi
tidak dapat mencegah timbulnya varisela.
Dianjurkan untuk memberikan globulin-gama kepada bayi yang dilahirkan dalam waktu 4
hari setelah ibunya memperlihatkan tanda-tanda varisela; ini dapat dilaksanakan pada jam-
jam pertama kehidupan bayi tersebut.8
M. Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan senantiasa memperhatikan kebersihan (hygiene) diri
dan lingkungan memberikan prognosis yang baik dan kemungkinan terbentuknya jaringan
parut hanya sedikit, kecuali jika pasien melakukan garukan/tindakan lain yang menyebabkan
kerusakan kulit lebih dalam.2
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Cacar air (Varisela) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varisella
zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit, dapat dicegah dengan pemberian Zoster
Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun Plasma (ZIP). Pemberian vaksin ini dapat dilakukan
dengan tiga tahap, untuk hasil kekebalan yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Diunduh dari http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-
pada-penyakit-varisela.html, pada tanggal 18 November 2011.
2. Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000: 94-6.
3. Widoyono. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga; 2005: 91-3.
4. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland. Ed.29. Jakarta: EGC; 2002: 524, 1275, 1594,
2391.
5. Boediardja SA, Sugito TL. Penatalaksanaan varisela di Indonesia. Dalam : Daili SF,
Makes WIB, penyunting. Penatalaksanaan kelompok penyakit herpes di Indonesia.
Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2004: 17-28.
6. Harper J. Varicella (chicken pox). In:Textbook of pediatric Dermatology. Vol.1.
Blackwell science; 2004: 336-39.
7. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed.2. Jakarta: EGC; 2002: 88.
8. Nelson WE. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Ed.15. Vol 2. Jakarta: EGC; 2003; 1097-100.
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi.Ed.3. Jakarta: EGC; 2007: 104-20.