Makalah PBL Kelompok C7 Blok 12

50
Abstrak : Rubeola adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan oleh paramiksovirus, dapat ditularkan melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokon penderita rubeola. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Pengobatan untuk rubeola, anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan Acetaminophen atau Ibuprofen. Pencegahan dengan diberikan vaksin pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Kata kunci: Rubeola, konjungtiva, acetaminophen. Abstract : Rubeola is an infectious virus that is contagious, which is marked by fever, cough, conjunctivitis and skin infection. This disease is caused by paramiksovirus, which is infected through spit from nose, mouth, as well as rubeola sufferer’s throat. The incubation time is 10 to 14 days before the disease occurs. The medication for rubeola is that the child or sufferer is advised to go through tirah baring. To lower down fever, the sufferer should be given Acetaminophen or Ibuprofen. The prevention is by giving vaccine at the age of 9 months. In the form of MMR, the first dosage is given at the age of 12 to 15 months, and the second dosage is given at the age of 4 to 6 years. Key words: Rubeola, conjunctivitis, acetaminophen. Pendahuluan 1

Transcript of Makalah PBL Kelompok C7 Blok 12

Abstrak :Rubeola adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan oleh paramiksovirus, dapat ditularkan melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokon penderita rubeola. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Pengobatan untuk rubeola, anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan Acetaminophen atau Ibuprofen. Pencegahan dengan diberikan vaksin pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.Kata kunci: Rubeola, konjungtiva, acetaminophen.Abstract :Rubeola is an infectious virus that is contagious, which is marked by fever, cough, conjunctivitis and skin infection. This disease is caused by paramiksovirus, which is infected through spit from nose, mouth, as well as rubeola sufferers throat. The incubation time is 10 to 14 days before the disease occurs. The medication for rubeola is that the child or sufferer is advised to go through tirah baring. To lower down fever, the sufferer should be given Acetaminophen or Ibuprofen. The prevention is by giving vaccine at the age of 9 months. In the form of MMR, the first dosage is given at the age of 12 to 15 months, and the second dosage is given at the age of 4 to 6 years.Key words: Rubeola, conjunctivitis, acetaminophen.PendahuluanPenyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Di daerah tropis suhu lingkungan sangat tinggi, merupakan suhu yang sangat ideal tumbuhnya mikroorganisme dengan subur. Salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah penyakit campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus terutama menyerang bayi dan anak yang sampai saat ini tidak ada obat khusus untuk mengobatinya. Campak merupakan penyakit akut yang mudah sekali menular dan sering terjadi komplikasi yang serius. Campak menyerang hampir semua anak kecil yang disebabkan oleh virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas. Pada daerah dengan penduduk yang padat, penyakit campak sering disertai dengan infeksi sekunder seperti pnemoni, diare, otitis media akut dan ini sering terjadi pada anak dengan gizi kurang. Bila komplikasi ini menjadi parah dapat menimbulkan kematian. Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah penyakit ini adalah dengan melakukan pencegahan jangka panjang dengan memberikan imunisasi pada bayi dan anak. Dengan imunisasi diharapkan anak tidak akan menderita penyakit campak dalam rentang waktu yang panjang. Walaupun program imunisasi sudah dijalankan, namun angka kejadian penyakit ini masih tetap tinggi terutama di negara yang sedang berkembang. Hal ini karena imunisasi yang tidak berjalan dengan baik. Imunisasi kurang tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor. Seperti tingkat pendidikan masyarakat yang rendah mengenai pentingnya imunisasi campak, lalu kurangnya penyuluhan tertuma bagi masyarakat di pedesaan, lingkungan yang sulit dijangkau untuk melakukan imunisasi ataupun penyuluhan, dan juga kurangnya tenaga medis untuk melakukan imunisasi. Faktor lain seperti kebersihan lingkungan dan kurangnya asupan gizi pada bayi dan anak juga dapat mempengaruhi anak tersebut terkena penyakit campak. Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi pada anak-anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya tahan tubuh anak kuat, bisa saja anak tersebut tidak terkena campak sama sekali.

AnamnesisAnamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal mengenai riwayat penyakit si pasien.Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni autoanamnesis dan alloanamnesis atau heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan teknik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.1Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.1Seorang ibu membawa anak perempuannya yang berusia 2 tahun ke IGD Rumah Sakit karena demam sejak 3 hari yang lalu. Anamnesis yang didapat berdasarkan skenario adalah alloanamnesis, dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan pasien untuk memberikan informasi. Pada alloanamnesis didapatkan informasi bahwa pasien terdapat bintik-bintik kemerahan.1Identitas. Identitas meiliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Keluhan Utama. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien tersebut pergi ke dokter dan mencari pertolongan. Selain itu keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat penyakit sekarang juga harus ditanyakan, yaitu cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Hal yang harus ditanyakan adalah: Waktu dan lamanya keluhan berlangsung Sifat dan beratnya serangan Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan lain yang bersamaan dengan serangan Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis untuk penyakit tertentu Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini dideritaRiwayat Penyakit Dahulu. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya, apakah dulu pernah mempunyai penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang di deritanya sekarang atau yang dapat memberatkan penyakitnya sekarang.2Riwayat Penyakit dalam Keluarga. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya, apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah atau sedang menderita penyakit menurun atau infeksi.2Riwayat Pribadi. Menanyakan bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan kebiasaan-kebiasaan pasien. Asupan gizi pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis makanannya, kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, harus ditanyakan juga bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien, apakah termasuk lingkungan yang endemik.2SymptomGejala yang tampak pada pasien ini adalah : Bercak kemerahan pada wajah. Demam sejak 3 hari yang lalu.

PemeriksaanPemeriksaan terbagi menjadi 2 yaitu: pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang contohnya pemeriksaan laboratorium.1,2Pemeriksaan Fisik Pada stadium kataral manifestasi yang tampak hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.1,2 Pada umunya anak tampak lemah.1,2 Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).1,2 Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas: ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.1,2Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.1,2

Diagnosis BandingVarisela/cacar air.Cacar air merupakan penyakit kulit yang umum dikenal masyarakat. Hampir semua orang dari anak-anak sampai dewasa pernah terkena cacar air. Sering kita bisa memperkirakan seseorang sudah terkena cacar air dari adanya bekas luka di wajah, berupa bopeng. Cacar air bersifat musiman. Disebut musiman karena sifatnya yang sangat mudah menular. Bila ada 1 penderita cacar air, sangat besar akan diikuti oleh penderita-penderita lainnya. Bila di satu keluarga ada yang terkena, maka akan disusul episode-episode anggota keluarga lainnya. Cacar air merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella-zoster. Virus ini menginfeksi manusia dengan sifat sistemik, maksudnya virus ini menimbulkan reaksi menyeluruh, bukan bersifat lokal. Penderita cacar air menularkan penyakitnya ke orang lain melalui cara:3 Droplet (partikel cairan yang dikeluarkan dari mulut pada waktu bersin, batuk, atau berbicara yang mengandung kuman penyakit, yaitu virus Varicella-zoster) yang masuk ke tubuh orang sehat. Melalui kontak langsung, bersentuhan dengan penderita.Setelah masuk ke tubuh manusia, virus akan memperbanyak diri dan menyebar ke jaringan setempat melalui aliran darah dan aliran getah bening. Virus memperbanyak diri kembali hingga virus menyebar ke seluruh tubuh dan terutama mencapai kulit dan selaput lendir. Periode menular 1-2 hari sebelum, sampai 5-6 hari setelah timbulnya ruam. Seseorang saat pertama kali terkena virus ini akan menampilkan gejala-gejala cacar air dan setelah itu, virus ini akan berdiam di dalam tubuh sehingga kita memiliki ketahanan terhadap virus tersebut. Jika virus ini aktif kembali maka virus ini muncul dengan gejala yang sedikit berbeda dari cacar air dan disebut herpes zoster dimana secara umum gejala yang terjadi adalah rasa nyeri hebat atau rasa panas terbakar saat tubuh Anda bersentuhan dengan sesuatu meskipun sentuhan ringan seperti baju dan juga disertai dengan timbulnya gelembung-gelembung berisi cairan yang mirip dengan cacar air.3

EpidemiologiInsidensi varisela di Amerika diperkirakan 3,1-3,5 juta tiap tahun. Meskipun belum ada penelitian di Indonesia, namun kasus varisela yang dirawat di beberapa rumah sakit besar ada lima provinsi menunjukkan angka yang cukup tinggi. Sekitar 607 kasus dilaporkan oleh rumah sakit tersebut selama kurun waktu tahun 1994-1995. Penyakit ini sangat mudah menular, yaitu melalui percikan ludah dan kontak. Infeksi ini menyerang semua usia termasuk neonatus (varisela kongenital) dengan puncak insidensi pada usia 5-9 tahun. Sembilan puluh persen pasien varisela berusia kurang dari 10 tahun. Sementara itu, herpes zoster menyerang kelompok usia yang lebih dewasa. Di Indonesia, dari data rumah sakit yang terbatas itu, sebagian besar penderita berusia 5-44 tahun. Belum ada penjelasan yang memadai mengapa di Indonesia terdapat perbedaan.4 Di Amerika Serikat sekitar 90% penduduk dewasa mempunyai kekebalan terhadap varisela. Penderita dapat menularkan penyakit selama 24 jam sebelum kelainan kulit (erupsi) timbul sampai 6 atau 7 hari kemudian. Kekebalan varisela berlangsung seumur hidup setelah seseorang terkena serangan penyakit ini satu kali. Angka kematian penyakit ini relatif rendah. Di Amerika Serikat rata-rata kematian adalah 2 per 100.000 penduduk, tetapi bisa meningkat sampai 30 per 100.000 pada orang dewasa. Kematian biasanya terjadi karena adanya komplikasi. Komplikasi cacar air jarang timbul pada anak yang sehat. Ensefalitis jarang terjadi, tetapi bila muncul sering melibatkan serebelum. Anak tampak ataksia 3 sampai 8 hari setelah awitan ruam. Tidak kurang dari 80% anak dengan cacar air akan sembuh sempurna.4 Pneumonia merupakan komplikasi yang jarang pada anak, tetapi itu dapat merupakan bagian dari bentuk penyakit yang sangat berat yaitu ketika ruam berbentuk haemoragik. Keadaan ini lebih mungkin terjadi pada anak dengan defisiensi imun, terutama pada anak penderita leukemia yang sedang dalam pengobatan. Antara tahun 1967 dan 1985, di UK terdapat rata-rata 19 kematian dalam setahun akibat cacar air, sering pada orang dewasa dan orang yang immunocompromised. Vaksin sudah tersedia tetapi belum ada ijin untuk digunakan di UK dan pada saat ini belum digunakan secara rutin. Mortalitas kasus dengan komplikasi cukup tinggi yaitu 5-25%. Pada 15% penderita yang selamat akan mempunyai sekuele yang menetap berupa kejang, retardasi mental, dan kelainan atau perubahan perilaku.4 EtiologiVarisela disebabkan oleh Herpesvirus varicellae atau Human (alpha) herpes virus-3 (HHV3). Varicella-zoster-virus (VZV) yang merupakan anggota dari kelompok virus herpes. Struktur virus, antibodi yang ditimbulkan dan gambaran lesi kulit varisela sulit dibedakan dengan Herpesvirus hominis (Herpes simplex). Agen tersebut dapat tumbuh di dalam bermacam biakan primer terdiri atas jaringan tubuh manusia dan monyet. Antibodi serum penderita yang pulih dari cacar air memberikan reaksi yang sama dengan agen yang berasal dari vesikel penyakit cacar dan herpes zoster. Namun, kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan VZV akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian VZV diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zozter. VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varisela; dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan dapat disolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.5 PatofisiologiVirus masuk ke dalam tubuh melalui mukosa traktus respiratorius bagian atas orofaring kemudian mengalami multiplikasi awal setempat; dan virus yang menyebar ke pembuluh darah dan saluran limfe (viremia primer). Kemudian virus akan dimakan oleh sel-sel sistem retikulo-endotelial. Disini terjadi replikasi virus lebih banyak lagi (pada periode inkubasi). Pada masa kini, infeksi dihambat oleh imunitas nonspesifik. Pada kebanyakan individu, replikasi virus lebih menonjol atau lebih dominan dibandingkan imunisasi tubuhnya sehingga dalam waktu 2 minggu setelah infeksi, terjadi viremia yang lebih hebat (viremia sekunder).6 Gejala KlinisPerjalanan penyakit dibagi menjadi:5,61. Stadium InkubasiPemasukkan virus disertai dengan masa inkubasi yang berlangsung selama 10-21 hari dan pada saat yang bersamaan penyebaran virus subklinis terjadi. Pada lokasi masuknya virus terjadi replikasi virus yang selanjutnya menyebar melalui pembuluh darah dan limfe. Selanjutnya, virus berkembang biak di sel retikuloendotelial (primary infection). Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi pertahanan non-spesifik seperti interferon dan respos imun.Satu minggu kemudian, virus kembali menyebar melaui pembuluh darah (second infection) dan pada saat ini timbul demam dan malaise selama 2-3 hari. Penyebaran ke seluruh tubuh terutama kulit dan mukosa.Penyebaran visceral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk menghentikan viremia, yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak, serta organ lain. Kemudian VZV memasuki masa latent di sel akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi primer.2. Stadium ProdromalGejala prodromal timbul setelah 2 minggu masa inkubasi, dengan timbulnya ruam kulit disertai dengan demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Infeksi pada dewasa lebih berat daripada anak-anak.pada kasus khas dan berat ini suhu badan dapat mencapai 39-40,5C. Apabila demam berlanjut mungkin telah terjadi infeksi bakteri sekunder atau penyulit lain.

3. Stadium ErupsiRuam kulit mulai muncul dari muka dan bagian kepala dengan cepat menyebar ke seluruh badan dan ekstremitas. Sangat jarang pada sekitar tungkai. Ruam lebih terlihat jelas pada bagian badan yang tertutup seperti perut dan jarang ditemukan pada telapak tangan dan kaki. Penyebaran lesi bersifat sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah perubahan cepat dari macula-papula-vesikula-pustula-krusta. Perubahan ini terjadi dalam waktu 8-12 jam. Vesikel dapat timbul pada mukosa mulut terutama pada palatum. Vesikel juga timbul pada mukosa hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva. Cairan vesikel pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat sebukan sel radang dan menjadi pustule. Pustule ini kemudian akan mongering dimulai dari bagian tengahnya terlebih dahulu sampai akhirnya terbentuk krusta. Gambar 1. Ruam pada Varicella Zoster6Krusta ini nantinya akan lepas dengan sendirinya dalam waktu 1-3 minggu bergantung pada dalamnya kelainan kulit. Gambaran lain dari varicella adalah terdapatnya semua tingkatan lesi kulit dalam waktu bersamaan pada satu area.Vesikel yang dengan cepat pecah sehingga luput dari pemeriksaan, sedangkan bekasnya masih dapat terlihat berupa ulkus dangkal berwarna merah muda dengan diameter 2-3 mm dan kemudian berangsur-angsur menghilang. Lesi kulit terbatas terjadi pada lapisan epidermis sehingga tidak menembus membrane basal kulit, sehingga tidak menimbulkan bekas. Akan tetapi, jaringan parut yang menetap dapat terjadi sebagai akibat infeksi sekunder. PemeriksaanUntuk mendapatkan diagnosis yang benar terhadap penyakit varisela ini, sebagai seorang dokter dilakukan pemeriksaan terhadap pasien terlebih dahulu. Pemeriksaan sendiri di bagi menjadi dua yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis. Kemudian saat konsultasi dengan dokter praktik, setelah pemeriksaan fisik, pasien mungkin disarankan untuk menjalani suatu pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium. Bisa juga dilakukan saat pasien sedang dalam perawatan atau sesudah perawatan. Pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan diagnosis dan mengevaluasi perawatan atau pengobatan. Sejumlah informasi sebaiknya disampaikan dokter kepada pasien atau dapat ditanyakan oleh pasien kepada dokter mengenai pemeriksaan laboratorium. Sesudah dokter memeriksa fisik, dan menentukan arah diagnosis maka akan dilakukan pemeriksaan laboratorium supaya untuk membantu menegakan diagnosis tersebut.1. Pemeriksaan fisik Keadaan umum dan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, dsb) dapat memberikan petunjuk tentang berat ringannya penyakit. Pada infeksi varisela pada anak-anak, erupsi kulit terutama berbentuk vesikular. Seringkali beberapa kelompok lesi vesikular timbul 1-2 hari sebelum erupsi meluas. Lesi biasanya mulai dari kepala atau badan berupa makula eritematosa yang cepat berubah menjadi vesikel. Dalam beberapa jam sampai 1-2 hari lesi membentuk krusta dan mulai menyembuh. Lesi menyebar secara sentrifugal (dari sentral ke perifer) sehingga dapat ditemukan lesi baru di ekstremitas, sedangkan di badan lesi sudah berkrusta. Jumlah lesi bervariasi, mulai dari beberapa sampai ratusan. Umumnya pada anak-anak lesi lebih sedikit, biasanya lebih banyak pada bayi (usia < 1 tahun), pubertas dan dewasa. Kadang-kadang lesi dapat berbentuk bula atau hemoragik. Selaput lendir sering terkena, terutama mulut, dapat juga konjungtiva palpebra, dan vulva.2. Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan darah tepi; jumlah leukosit dapat sedikit meningkat normal, atau sedikit menurun pada beberapa hari pertama. Pemeriksaan apusan darah secara Tzanck biasanya positif, yang dapat menunjukkan sel raksasa multinuklear dan merupakan metode diagnosis yang sederhana dan cepat namun mempunyai sensitivitas rendah dan tidak dapat membedakan dengan infeksi HSV. Penemuan antigen virus pada kerokan vesikel dengan imunofluoresensi atau PCR. Enzim hepatik: kadang-kadang meningkat. Kultur virus dari cairan vesikel: seringkali positif pada 3 hari pertama, tetapi jarang dilakukan karena sulit dan mahal. PengobatanPenderita varicella pada anak sehat dapat sembuh sendiri, namun untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan kompres dingin, mandi secara teratur ataupun dengan pemberian antihistamin. Selain itu untuk menjaga kebersihan bekas lesi, kuku sebaiknya dipotong pendek dan bersih supaya tidak terjadi infeksi sekunder dan parut bekas garukan. Namun apabila terjadi infeksi bakteri sekunder dapat juga diberikan antibiotik.5Asiklovir adalah obat pilihan untuk varisella dan herpes zoster. Pemberian antivirus asiklovir ini terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas varisella pada pasien imunokompromis apabila diberikan dalam 24 jam sejak timbulnya ruam. Asiklovir mampu mengurangi lamanya demam dan mengurangi jumlah maksimum lesi yang timbul, namun tidak memperngaruhi lama berkurangnya lesi atau rasa gatal yang muncul. Dosis yang diberikan 80 mg/kgBB/hari secara oral, terbagi dalam 5 dosis selama 5 hari atau 500 mg /m2 secara intravena tiap 8 jam selama 7 hari sampai tidak ada lesi baru yang tampak selama 48 jam untuk penderita dengan tanda-tanda VZV yang menyebar termasuk pneumonia, hepatitis, trombositopenia, atau ensefalitis. Anak yang mendapatkan terapi asiklovir harus mendapatkan cairan dan kalori yang cukup, karena asiklovir dapat mengkristal pada tubulus renal bila diberikan pada individu yang dehidrasi. Alternative antivirus lainnya adalah vidarabin dengan dosis 10mg/kgBB selama 5 hari.4,5

PencegahanPenularan VZV melaui droplet sukar untuk dicegah karena infeksi menular selama 24-48 jam sebelum ruam muncul. Praktek pengendalian infeksi dengan menempatkan penderita di kamar isolasi dengan sistm udara tersaring. Para pekerja kesehatan yang berisiko tinggi pun harus dilindungi dari kontak dengan cacar air. Anak-anak usia sekolah tidak boleh bersekolah selama 5 hari sejak timbulnya ruam.4,6Imunisasi aktif. Diberikan dengan menggunakan vaksin single live attenuated strain OKA berisi virus cacar yang telah dilemahkan. Vaksin ini terbukti aman untuk digunakan, telah ditoleransi baik dengan efek samping (demam dan ruam) minimal dan mempunyai tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun. Pemberian vaksin varisela dilaksanakan dua kali pada anak usia 12 bulan-12 tahun dengan interval minimum 3 bulan. Sedangkan pemberian pada pasien lebih dari 12 tahun, interval yang direkomendasikan adalah 4 minggu. Dosis yang digunakan 0,5ml/kgBB disuntikan subkutan di daerah deltoid (lengan atas).5Imunisasi pasif. Dapat diberikan pada kelompok risiko tinggi dengan menggunakan profilaksis varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG). Kelompok tersebut meliputi: (1) merka yang dikontraindikasikan menerima vaksin varicella; (2) neonatus yang ibunya mengalami gejala varicella dalam 5 hari sebelum hingga 2 hari terpajan; (3) pajanan pasca natal pada bayi premature dengan usia kehamilan