pbl blok 9
-
Upload
ferdinan-sibarani -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of pbl blok 9
Pengaruh Pemberian Makanan Tinggi Karbohidrat pada Para Atlet
Jennifer Crystalia102013462 / E1
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jalan Arjuna Utara No. 6Jakarta 11510
Abstrak
Sistem pencernaan manusia dimulai dari mulut, esophagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Selain itu, pencernaan manusia melibatkan organ pencernaan tambahan, yaitu hepar dan pancreas. Setiap organ memiliki karakteristik yang berbeda, seperti dalam hal mekanisme pencernaannya maupun enzim yang dihasilkan pada organ tersebut. Dalam melakukan proses pencernaannya, diperlukan proses lain yang melibatkan bioenergetika dan oksidasi biologi. Makanan pun juga dapat memberikan pengaruh yang berbeda bagi tubuh, misalnya pada efek yang terjadi setelah mengonsumsi karbohidrat dan lemak. Kata kunci: karbohidrat,lemak, bioenergetika, oksidasi biologi.
AbstractThe digestive system in human body starts from mouth, oesophagus, gastric, small intestine and colon.Besides, the digestive system involves the additional digestive organs such as liver and pancreas. Each organ has some different characteristics, for instance the mechanism and the enzyme which is produced by the organ. In doing the digestive process, required another process that involves bioenergetics and biological oxidation. Food can also give different impacts to the digestive process, such as the effect after consumes carbohydrates and fats. Keywords: carbohydrates, fats, bioenergetics, biological oxidation.
Pendahuluan
Latar Belakang
Makalah yang berjudul “Pengaruh Pemberian Makanan Tinggi Karbohidrat pada Para
Atlet” ini dibuat dengan dilatarbelakangi oleh kebiasaan yang terjadi pada para atlet di mana
mereka mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dibandingkan tinggi lemak pada saat
akan menghadapi pertandingan.
Tujuan
Pembuatan makalah ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan mengenai
struktur anatomi (makroskopik) dan histologi (mikroskopik) dari mulut, lambung, pankreas,
hepar, usus halus, dan usus besar. Selain itu, makalah ini juga membahas mekanisme
pencernaan, oksidasi biologi, bionergetika, dan enzim.
1
Identifikasi Masalah
Tidak ada
Rumusan Masalah
Berdasarkan skenario 7 tersebut, maka rumusan masalah yang diperoleh adalah
seorang pemain sepakbola diberi makan yang tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
Analisis Masalah
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diperoleh, hipotesis yang didapat adalah
seorang pemain sepakbola mendapat makan yang lebih banyak karbohidrat karena dicerna
oleh tubuh lebih lama.
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami struktur makroskopis dan mikroskopis dari mulut,
lambung, pankreas, hepar, usus halus, dan usus besar.
2. Mahasiswa mampu memahami mekanisme pencernaan, oksidasi biologi,
bionergetika, dan enzim.
Pembahasan
Anatomi
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yang dimulai dari mulut hingga anus, serta
organ-organ tambahan, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan
pancreas. Saluran pencernaan terletak di bawah area diafragma dan disebut dengan saluran
2
Struktur makro dan mikro dari mulut, lambung, hepar, pankreas, usus halus, usus besar
Mekanisme pencernaan
Oksidasi biologi, bioenergetika, enzim
Seorang pemain sepakbola diberi makan yang tinggi karbohidrat dan rendah lemak
gastrointestinal (GI). Makanan pertama kali masuk di rongga oral, di mana rongga oral utama
dibatasi oleh gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di
bagian bawah, dan orofaring di bagian belakang. Lebih lengkapnya, rongga oral terdiri atas
bagian-bagian berikut:
1. Bibir: tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Fungsi dari bibir
ialah untuk menerima makanan dan berbicara.
2. Pipi: mengandung otot buksinator mastikasi.
3. Lidah: berfungsi untuk menggerakan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk indera
pengecap, dan berbicara. Lidah terdiri dari dua otot yakni otot instristik dan ekstrinstik. Otot
instrinstik terdiri dari serabut-serabut longitudinal, transversal, dan vertical. Otot-otot ini
berguna untuk mengubah bentuk lidah. Sedangkan otot ekstrinstik terdiri dari m.
genioglossus, m. hyoglossus, m. styloglossus. Fungsi dari otot-otot ini untuk menarik lidah ke
posisi yang berbeda-beda.
4. Kelenjar saliva: mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva ini bertugas melarutkan
makanan secara kimia untuk pengecapan rasa, amylase pad saliva dapat mengurai zat tepung
menjadi polisakarida dan maltose (disakarida), serta sebagai zat antibakteri dan antibody.
Ada tiga pasang kelenjar saliva, yakni :
a. Kelenjar parotid (kelenjar saliva terbesar). Kelenjar ini terletak di depan telinga dan
membuka lewat duktus parotid (Stensen).
b. Kelenjar submandibular: terletak di permukaan dalam pada mandibula dan membuka lewat
duktus Wharton.
c. Kelenjar sublingual: terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus sublingua kecil.
Stimulus yang mengatur persarafan pada sekresi saliva dibawa oleh saraf cranial V, VII, IX,
dan X. Semua kelenjar saliva dipersarafi serabut simpatis dan parasimpatis. 1
5. Gigi. Ada empat komponen utama pada gigi, yakni mahkota, leher yang diselubungi oleh
gingival (gusi), membrane periodontal yang melekat pada sementum, serta rongga pulpa yang
mengandung pembuluh darah dan saraf. 1 Pertumbuhan gigi terdiri dari 2 tahap yakni gigi
decidua (gigi susu) terdiri dari 20 buah dan gigi tetap yang berjumlah 32 buah. 2
3
Mulut terbentang dari bibir hingga ke isthmus faucium (peralihan mulut dengan pharynx).
Pada mulut terdapat vestibulum oris yang merupakan bagian antara bibir dan pipi di sebelah
luar dengan gigi dan gusi di sebelah dalam. Pada bagian atap mulut dipersarafi oleh n.
palatine major dan n. nasopalatinus. Sedangkan dasar mulut dipersarafi oleh n. lingualis.
Sementara pipi dipersarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. 2
Setelah melewati rongga mulut (berakhir di isthmus faucium), makanan (bolus) menuju ke
pharynx yang bagian atasnya lebar dan terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang
sempit berlanjut sebagai oesophagus setinggi vertebralis cervical 6. Pada pharynx terdapat
otot-otot yakni m. conctrictor pharyngis superior, medius, dan inferior yang serabutnya
berjalan hampir melingkar. Kontraksi otot-otot conctrictor mendorong bolus ke bawah masuk
ke dalam oesophagus. Selain itu juga terdapat m. salphingopharyngeus dan m.
stylopharyngeus yang arah serabutnya hampir longitudinal. Oesophagus diperdarahi oleh a.v.
gastrica sinistra. Persarafannya diatur oleh n. gastric anterior dan posterior serta cabang-
cabang simpatis pars thoracalis truncus symphaticus. 2
Bolus akan menuju ke gaster yang terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen. Gaster
dibagi menjadi 3 regio penting, yakni fundus, badan lambung (kardia/korpus), dan pylorus.
Fundus ialah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esophagus. Sedangkan badan
lambung membentuk 2/3 bagian lambung, di mana tepi medialnya terdapat kurvatura minor,
sedangkan pada tepi lateralnya terdapat kurvatura mayor. Adapun pylorus ialah bagian di
ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum. Di lambung terdapat kelenjar-kelenjar
yakni sel chief / zimogenik,sel parietal, dan sel leher mukosa. Sel chief mensekresi
pepsinogen, sedangkan sel parietal mensekresi HCL dan factor intrinstik. Sel leher mukosa
menghasilkan mucus yang melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCL. Selain
itu, pada pylorus terdapat kelenjar yang menghasilkan gastrin yang juga berperan besar dalam
proses sekresi lambung. 1 Gaster diperdarahi oleh a. gastric sinistra (cabang dari truncus
coeliacus), a. gastric dextra (dari a. hepatica communis), a. gastric breves (dari a. lienalis), a.
gastroomentalis sinistra (a. splenica), dan a. gastroomentalis dextra (a. gastroduodenalis).
Persarafan pada gaster termasuk serabut-serabut simpatis yang berasal dari plexus coeliacus
dan serabut-serabut parasimpatis dari n. vagus dextra dan sinistra. 2
Kemudian, makanan yang sudah tercampur dengan getah pencernaan di lambung akan
menjadi kimus dan selanjutnya akan menuju ke usus halus yang dibagi menjadi 3 bagian
yakni duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum adalah bagian yang terpendek sepanjang
4
25-30 cm. Yeyunum adalah bagian selanjutnya sepanjang 1-1,5 m. Ileum adalah bagian yang
terpanjang yakni 2-2,5 m. Di usus halus terdapat hormon-hormon yang memengaruhi sekresi
dan motilitas saluran cerna, yakni sekretin dan CCK. Kedua hormone ini dapat menghalangi
sekresi kelenjar lambung yang sifatnya asam. Pada usus halus, enzim hanya bekerja pada
suasana yang netral atau basa, sehingga sekresi kelenjar lambung dapat mengganggu aktivitas
pencernaan di usus halus dan harus dihambat sekresinya oleh kedua hormone tersebut. 1
Duodenum diperdarahi oleh a. pancreaticoduodenalis superior (cabang a. gastroduodenalis)
pada setengah bagian atas. Sementara setengah bagian bawah diperdarahi oleh a.
pancreaticoduodenalis inferior yang merupakan cabang arteri mesenterica superior.
Persarafan diatur oleh plexus coeliacus dan plexus mesentericus superior. Untuk jejunum dan
ileum, perdarahan diatur oleh cabang-cabang a. mesenterica superior. Venanya juga
mengikuti cabang-cabang a. mesenterica superior. Persarafannya diatur oleh plexus
mesentericus superior. 2
Setelah itu, makanan akan masuk ke usus besar yang terdiri dari beberapa bagian yakni:
1. Sekum: kantung tertutup yang menggantung di bawah area valve ileosekal. Di dekat sekum
terdapat apendiks vermiform yang merupakan tabung buntu yang sempit dan berisi jaringan
limfoid dan menonjol dari ujung sekum.
2. Kolon yang terdiri dari 3 divisi yakni kolon asenden, kolon transversa, kolon descenden.
Kolon asenden merentang dari sekum hingga ke tepi bawah hati di sebelah kanan. Kolon
transversa merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral
ginjal kiri. Kolon desenen merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon
sigmoid berbentuk S yang bermuara di rectum.
3. Rektum berupa saluran pencernaan dengan panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada
saluran anal dan membuka di anus. 1
Usus besar berfungsi mengabsorbsi air dan elektrolit sehingga kimus berubah menjadi semi
padat (feses). Warna coklat di feses berasal dari pigmen empedu. 1 Perdarahan caecum diatur
oleh a. caecalis anterior dan posterior yang nantinya membentuk a. ileocolica yang
merupakan cabang dari a. mesenterica superior. Vena mengikuti aliran arteri. Persarafan
diatur oleh plexus mesentericus superior. 2
Untuk perdarahan dan persarafan pada colon dapat dilihat pada tabel 1.
5
Bagian colon Perdarahan Persarafan
Colon ascendens a. ileocolica dan a. colica
dextra (cab. a. mesenterica
superior)
Plexus mesentericus superior.
Colon transversum a. colica media (cab. a.
mesenterica superior) dan a.
colica sinistra (cab. a.
mesenterica inferior)
Plexus mesentericus superior
dan inferior.
Colon descendens a. colica sinistra dan a.
sigmoidea (cab. a.
mesenterica inferior)
Plexus mesentericus inferior.
Tabel 1. Perdarahan dan persarafan pada colon 2
Pembuluh arteri yang mendarahi usus dan sekitarnya diatur oleh truncus coeliacus yang
merupakan permulaan aorta abdominalis setinggi v. Th 12. Truncus coeliacus ini mempunyai
tiga cabang terminal yakni a. gastric sinistra, a. lienalis, dan a. hepatica. Sementara darah
vena dari sebagian besar tractus gastrointestinalis dan organ-organ asesorisnya bermuara ke
hepar oleh system vena porta. 2
Hati (hepar) ialah organ besar yang terletak di bagian atas cavitas abdominalis yang melintasi
region epigastrica. Di permukaan bawah lobus hepatis dexter terdapat vesica biliaris (kantung
empedu) yang merupakan kantong berbentuk buah pir. Hepar bertugas mensekresikan
empedu ke dalam tractus intestinalis dan berperan dalam metabolism yang berhubungan
dengan karbohidrat, lemak, dan protein. Hepar dibagi menjadi lobus hepatis dexter dan
sinister. Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi lobus quadrates dan lobus caudatus oleh
adanya vesica biliaris dan vena cava inferior. Hepar ini diperdarahi oleh a. hepatica propria
(cabang truncus coeliacus) yang akhirnya akan masuk ke porta hepatis. Persarafannya diatur
oleh plexus coeliacus. 2
Vesica biliaris (kantung empedu) terdiri dari tiga bagian yakni fundus, corpus, dan collum
yang akan melanjutkan diri menjadi ductus cysticus. Ductus ini berbelok ke dalam omentum
minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus communis untuk membentuk
ductus choledochus. Vesica ini bertugas untuk menyimpan dan memekatkan empedu yang
6
selanjutnya akan dialirkan ke duodenum jika adanya makanan yang berlemak masuk ke
duodenum. Lemak akan mengeluarkan hormone kolesistokinin yang akhirnya akan
menimbulkan kontraksi vesica biliaris dan merangsang keluarnya empedu untuk masuk ke
duodenum. Garam-garam empedu ini dapat mengemulsikan lemak di dalam usus serta
membantu pencernaan dan absorbsi lemak. 2
Pankreas ialah organ yang terletak di regio epigastrica dan terletak di belakang gaster. Selain
itu, pancreas terbentang dari duodenum sampai lien. Pankreas ialah kelenjar eksokrin dan
endokrin. Bagian yang eksokrin akan menghasilkan secret yang mengandung enzim-enzim
yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat. Sementara, pada bagian endokrin
terdapat pulau-pulau Langerhans yang akan menghasilkan hormone insulin dan glucagon
yang berperan dalam metabolism karbohidrat. Pankreas terdiri dari caput yang terletak di
dalam cekungan duodenum, collum, corpus, dan cauda yang berhubungan dengan hilum
lienale. 2
Fisiologi
Histologi
Biokimia
Enzim
Enzim berfungsi sebagai biokatalisator yang mengatur kecepatan berlangsungnya semua
proses fisiologis. Selain itu, enzim juga berperan dalam kesehatan dan penyakit. Di dalam
tubuh, terdapat beberapa enzim yang berperan penting, yakni lipase yang berfungsi untuk
menghidrolisis lemak, amilase yang dapat menghidrolisis pati, serta protease yang
menghidrolisis protein. Dalam melakukan tugasnya, enzim perlu melakukan pemindahan
gugus. Untuk mengkatalisis pemindahan gugus itulah, diperlukan substrat dan koenzim
supaya bisa mengaktifkan enzim. Sebagian besar koenzim berikatan dengan enzim dengan
kekuatan nonkovalen. Gugus yang membentuk ikatan kovalen dengan enzim disebut gugus
prostetik. Salah satu contoh koenzim ialah NAD+ yang dapat melanjutkan proses glikolisis
menuju proses sintesis ATP anaerob. Enzim memiliki sifat yang khas yakni dapat
mengkatalisis jenis rekasi yang spesifik. Namun, ada enzim-enzim yang bisa mengkatalisis
jenis rekasi yang sama, seperti pemindahan fosfat dan redoks, meskipun kecepatan reaksinya
lebih rendah. Di dalam tubuh, terdapat dua jenis enzim, yaitu enzim plasma fungsional dan
enzim plasma non fungsional. Enzim plasma fungsional misalnya adalah lipoprotein lipase,
7
pseudokolinesterase, dan proenzim untuk pembekuan darah serta penghancuran bekuan
darah. Biasanya, enzim disintesis dalam hati, tetapi konsentrasi enzim di darah lebih tinggi
dibandingkan di jaringan. Sementara enzim plasma non fungsional dihasilkan oleh kelenjar
eksokrin dan enzim intraseluler yang sejati. Contoh enzim yang dihasilkan oleh kelenjar
eksokrin ialah amilase pankreas, lipase, alkali fosfatase empedu, dan asam fosfatase prostat
berdifusi ke dalam plasma. Dalam keadaan normal, enzim intraseluler yang sejati tidak ada di
dalam sirkulasi darah. Enzim ini memiliki konsentrasi di dalam darah yang lebih rendah
dibandingkan di jaringan. Jika terjadi kerusakan pada jaringan, maka keberadaan enzim di
dalam plasma dengan kadar yang meningkat di atas normal.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim ada empat, yakni
temperatur, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat.
1. Temperatur
Peningkatan suhu akan meningkat kecepatan reaksi pada awalnya karena peningkatan
energi kinetik pada molekul-molekul yang bereaksi. Namun, pada suhu tertentu yakni
suhu optimal, terjadilah denaturasi dengan disertai hilangnya aktivitas katalitik.
Faktor yang meningkatkan laju proses biologik untuk kenaikan suhu sebesar 100 C
adalah koefisien suhu atau Q10. Artinya, kenaikan suhu sebesar 100 C akan
meningkatkan kecepatan proses biologik kira-kira dua kali lipat.
2. pH
Aktivitas optimal yang secara khas terlihat di antara nilai pH 5 dan 9. Namun,
beberapa enzim, misalnya pepsin, dapat bekerja aktif pada nilai pH di luar kisaran itu.
Bentuk kurva aktivitas-pH disebabkan oleh denaturasi enzim pada pH yang tinggi
atau rendah, serta perubahan status bermuatan pada enzim dan/atau substrat.
3. Konsentrasi enzim
Kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisis-enzim selalu berbanding dengan
konsentrasi enzim, tetapi ini hanya berlaku bagi kecepatan awal. Setelah melewati
batas tertentu, kecepatan tidak lagi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim.
4. Konsentrasi substrat
8
Jika konsentrasi substrat meningkat, maka percepatan reaksi meningkat hingga nilai
maksimum (Vmaks) tercapai. Jika sudah mencapai Vmaks, enzim dikatakan sudah
“jenuh” oleh substrat.
Bioenergetika
Bahan bakar yang diperlukan untuk memberi energi untuk melakukan berbagai proses normal
dalam tubuh. Kecepatan pelepasan energi yang diukur lewat kecepatan metabolisme
(metabolic rate). Jika cadangan energi dipakai habis, maka akan terjadi kematian akibat
kelaparan (starvation). Sementara bentuk-bentuk malnutrisi akan disertai dengan gangguan
keseimbangan energi (marasmus). Apabila terjadi kelebihan surplus energi, akan
menyebabkan obesitas. Perubahan dalam energi bebas (delta G) merupakan bagian dari total
perubahan energi dalam sebuah sistem untuk melakukan pekerjaan. Bioenergetika melibatkan
kaidah pertama dan kedua termodinamika. Kaidah pertama adalah total energi sebuah sistem
termasuk energi di sekitarnya adalah konstan.Artinya, tidak ada energi yang hilang ataupun
yang diperoleh ketika terjadi perubahan.Energi hanya dialihkan dari satu bagian ke bagian
lain (ditransformasikan). Kaidah kedua ialah entropi total sebuah sistem harus meningkat bila
suatu proses berlangsung spontan. Entropi ialah taraf keteracakan sistem dan akan mencapai
taraf maksimal dalam sebuah sistem ketika keseimbangan tercapai. Perubahan dalam energi
bebas (G) dipengaruhi oleh perubahan entalpi (H), perubahan entropi/derajat keteracakan (S),
dan suhu absolut (T)seperti terlihat pada rumus berikut:
Jika tanda delta G negatif, maka reaksi berlangsung spontan dengan kehilangan energi bebas
(reaksi ini bersifat eksergonik). Tetapi jika delta G positif, maka reaksi berlangsung hanya
jika diperoleh energi bebas (reaksi ini bersifat endergonik). Jika delta G nol, maka sistem
tersebut setimbang. Reaksi eksergonik dinamakan katabolisme yaitu pemecahan atau oksidasi
molekul bahan bakar, sedangkan reaksi endergonik ialah anabolisme yakni reaksi sintesis
yang membangun berbagai substansi. Total keseluruhan proses katabolik dan anabolik ialah
metabolisme. Untuk merangkaikan proses eksergonik dengan endergonik, diperlukan
senyawa dengan potensial energi tinggi dalam reaksi eksergonik dan menyatukan senyawa
baru ini ke dalam reaksi endergonik sehingga energi bebas dari lintasan eksergonik dialihkan
kepada lintasan endergonik.Dalam sel hidup, senyawa pembawa atau senyawa antara energi-
9
tinggi yang utama adalah adenosin trifosfat (ATP) yang merupakan nukleotida trifosfat yang
mengandung adenin, ribosa, dan tiga gugus fosfat. ATP berfungsi sebagai kompleks Mg2+
ketika bereaksi di dalam sel. Bagian yang terpenting dari ATP ialah gugus fosfat energi tinggi
(~P). Ada tiga sumber utama ~P yang mengambil bagian dalam konservasi energi atau
penangkapan energi, yaitu:
1. Fosforilasi oksidatif: Sumber kuantitatif ~P yang terbesar dalam organisme aerobik. Energi
bebas untuk menggerakan proses ini datang dari oksidasi rantai respiratorik di dalam
mitokondria dengan menggunakan O2.
2. Glikolisis : Pembentukan netto dua ~P dari satu molekul glukosa yang dikatalisis masing-
masing oleh enzim fosfogliserat kinase dan piruvat kinase.
3. Siklus asam sitrat: Satu ~P dihasilkan langsung pada siklus ini pada tahap suksinil
tiokinase.
Oksidasi Biologi
Secara kimiawi, oksidasi iala pengeluaran elektron dan reduksi ialah perolehan elektron,
misalnya pada proses oksidasi ion ferro(Fe2+) menjadi ferri (Fe3+). Oleh sebab itu, oksidasi
selalu disertai dengan reduksi akseptor elektron. Dalam reaksi redoks (reduksi oksidasi),
pertukaran energi bebas sebanding dengan kecenderungan reaktan untuk memberikan atau
menerima elektron. Redoks melibatkan potensial redoks (E’o) di mana pada pH 7, potensial
redoksnya adalah -0,42 volt. Enzim yang terlibat dalam proses redoks (enzim
oksidoreduktase) terdiri dari 4 kelompok yakni enzim oksidase, dehidrogenase,
hidroperoksidase, dan oksigenase.
1. Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan memakai O2
sebagai akseptor hidrogen. Oksidase ada yang mengandung tembaga (misalnya sitokrom
oksidase), ada juga yang merupakan flavoprotein. Sitokrom oksidase ialah hemoprotein yang
tersebar luas dalam banyak jaringan dengan gugus prostetik heme yang tipikal serta terdapat
dalam mioglobin, hemoglobin, dan sitokrom. Enzim ini adalah komponen terakhir dalam
rantai pernafasan yang ditemukan di mitokondria serta bertanggung jawab dalam reaksi
pemindahan e- dari oksidase molekul substrat oleh dehidrogenase pada akseptor terkahir
(O2). Enzim ini dihambat oleh CO, CN, dan H2S. Enzim ini juga pernah dinamakan sitokrom
a3. Sitokrom ini mengandung 2 molekul heme yang masing-masing dengan satu atom Fe
yang berubah-ubah antara Fe3+ dan Fe2+ selama oksidasi dan reduksi. Sementara enzim
10
flavoprotein mengandung flavin mononukleotida (FMN) atau Flavin Adenin Dinukleotida
(FAD) sebagai gugus prostetik.Banyak enzim flavoprotein yang mengandung satu atau lebih
logam sebagai kofaktor dan dikenal dengan metaloflavoprotein. Enzim yang tergolong dalam
kelompok enzim oksidase ini ialah oksidase asam L-amino. Selain itu, juga terdapat aldehid
dehidrogenase yang merupakan enzim yang berikatan dengan FAD dan terdapat di hati
manusia.
2. Dehidrogenase memudahkan oksidasi terjadi tanpa oksigen (glikolisis fase anaerob).
Semua sitokrom dapat digolongkan sebagai enzim dehidrogenase, kecuali sitokrom oksidase.
3. Hidroperoksidase menggunakan H2O2 (hidrogen peroksida) atau peroksida organik sebagai
substrat. Ada dua tipe enzim yang tergolong sebagai hidroperoksidase yakni peroksidase dan
katalase. Enzim hidroperoksidase dapat melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa
peroksida yang berbahaya. Penumpukan senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal
bebas yang akan merusak membran sel dan kemungkinan menimbulkan penyakit kanker dan
aterosklerosis. Peroksidase terdapat di air susu, leukosit, dan trombosit. Peroksidase dapat
mengubah H2O2 menjadi H2O yang aman bagi tubuh. Sedangkan katalase merupakan suatu
hemoprotein yang mengandung 4 gugus heme yang menggunakan satu molekul H2O2 sebagai
substrat atau donor elektron dan molekul H2O2 yang lain sebagai oksidan atau akseptor
elektron.
4. Oksigenase berhubungan dengan sintesis atau penguraian berbagai macam tipe metabolit.
Enzim ini mengkatalisis penyatuan oksigen ke dalam molekul substrat dan prosesnya
berlangsung dengan dua tahap, yaitu pengikatan oksigen dengan enzim pada tempat aktif,
serta reaksi di mana oksigen yang terikat direduksi atau dialihkan kepada substrat. Enzim ini
terdiri dari dua macam yakni dioksigenase dan monooksigenase. Contoh dari dioksigenase
ialah homogentisat dioksigenase, 3-hidroksiantranilat dioksigenase, serta L-triptofan
dioksigenase. Sementara enzim monooksigenase terdapat pada mikrosom sel-sel hati bersama
dengan enzim sitokrom P450 dan sitokrom b5, yang penting untuk hidroksilasi banyak obat.
Enzim ini terjadi pada siklus hidroksilase. Selain terdapat di mikrosom, enzim
monooksigenase terdapat pula di mitokondria yang bertugas mengkatalisis reaksi hidroksilasi
steroid. Sistem monooksigenase sitokrom P450 mitokondria terdapat pada korteks adrenal,
testis, ovarium, plasenta, serta biosintesis hormon-hormon steroid dari kolesterol. Di dalam
korteks adrenal , terdapat sitokrom P450 mitokondria yang jumlahnya enam kali lebih banyak
dari pada jumlah sitokrom pada rantai respirasi.
11
Karbohidrat dan Lemak
Zat gula glukosa ialah karbohidrat terpenting. Glukosa adalah bentuk karbohidrat yang
diserap dalam jumlah besar ke dalam darah serta dikonversikan di hati dan semua jenis
karbohidrat lainnya dapat dibentuk di dalam tubuh dari glukosa. Glukosa adalah bahan bakar
utama bagi jaringan mamalia dan bahan bakar universal bagi janin.Unsur ini diubah menjadi
jenis karbohidrat lain, seperti glikogen untuk simpanan energy, ribosa dalam asam nukleat,
dan galaktosa dalam laktosa susu, dalam senyawa lipid kompleks tertentu, serta dalam bentuk
gabungan dengan protein yakni di dalam glikoprotein dan proteoglikan.
Karbohidrat terdiri dari 4 klasifikasi, yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan
polisakarida.
1. Monosakarida adalah bentuk karbohidrat yang paling sederhana, misalnya : triosa, tetrosa,
pentose, heksosa, heptosa, atau oktosa berdasarkan jumlah atom karbon yang dimiliki; dan
sebagai aldosa/ ketosa berdasarkan apakah gugus aldehid ataukah keton yang ada.
2. Disakarida adalh dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda kalau dihidrolisis.
Contohnya: maltosa yang menghasilkan dua molekul glukosa; sukrosa menghasilkan satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
3. Oligosakarida menghasilkan dua hingga sepuluh unit monosakarida pada hidrolisis, missal:
maltotriosa.
4. Polisakarida menghasilkan lebih dari sepuluh molekul monosakarida pada hidrolisis,
missal: pati dan dekstrin.
Polisakarida memiliki peranan fisiologis berikut. Pati (starch) dibentuk oleh rantai alfa
glikosidat. Senyawa itu menghasilkan glukosa pada waktu hidrolisis. Pati terdapat pada
sereal, kentang, serta jenis-jenis sayuran lain. Dua unsure utama pada pati ialah amilosa dan
amilopektin. Selain itu, terdapat pula glikogen yang merupakan polisakarida simpanan pada
tubuh hewan. Glikogen memiliki lebih banyak cabang dibandingkan amilopektin.
Lemak berfungsi sebagai sumber energy yang efisien ketika disimpan dalam jaringan
adipose. Unsur makanan ini berfungsi sebagai penyekat panas dalam jaringan subkutan dan
di sekeliling organ tertentu. Kandungan lemak dalam jaringan saraf tinggi. Lemak berfungsi
membentuk membrane sel maupun mitokondria, serta sebagai saranan pengangkutan lipid di
dalam darah. Lipid terdiri dari 3 klasifikasi:
12
1. Lipid sederhana yang terdiri dari lemak dan lilin
2. Lipid kompleks yang terdiri dari fosfolipid, glikolipid, dan bentuk lipid kompleks lain
(sulfolipid dan aminolipid)
3. Prekursor dan derivate lipid (asam lemak, gliserol, steroid, dll).
Pengaruh Makanan Tinggi Karbohidrat dan Rendah Lemak
Pada saat sebelum makan, simpanan glikogen ini dapat dipakai untuk menggantikan kadar
glukosa yang menurun kadarnya di dalam darah (glikogenolisis) atau melalui kerja sama
dengan ginjal, metabolit nonkarbohidrat seperti laktat, gliserol, dan asam amino yang diubah
menjadi glukosa. Glukosa ialah bahan bakar yang harus tersedia misalnya pada otak dan
eritrosit. Otot rangka menggunakan glukosa sebagai bahan bakar dan proses ini menghasilkan
laktat serta CO2. Otot dapt menyimpan glikogen sebagai bahan bakar yang dipakainya pada
saat kontraksi dan sintesis protein otot dari asam-asam amino plasma. Lipid dalam makanan
setelah dicerna akan membentuk senyawa monoasilgliserol dan asam lemak. Senyawa ini
akan digabungkan ke dalam sel usus dan dengan protein dan mula-mula disekresikan ke
dalam system limfatik dan akan masuk ke sirkulasi darah sebagai lipoprotein yang disebut
kilomikron. Senyawa ini akan dimetabolisasi oleh jaringan ekstrahepatik yang mempunyai
enzim lipoprotein lipase yang akan menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak yang
akan disatukan ke lipid jaringan atau dioksidasi sebagai bahan bakar. Sumber utama lain
untuk asam lemak rantai-panjang adalah sintesis (lipogenesis) dari karbohidrat terutama di
dalam jaringan adipose dan hepar. Triasilgliserol / trigliserida adalah cadangan bahan bakar
tubuh yang penting. Setelah unsure lipid ini dihidrolisis, asam-asam lemak akan terlepas
masuk ke dalam darah sebagai asam lemak bebas yang akan diambil oleh jaringan tubuh
keculai otak dan eritrosit yang selanjutnya mengalami esterifikasi menjadi asilgliserol sebagai
bahan bakar utama menjadi CO2.
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan tubuh akan glukosa pada saat karbohidrat tidak
tersedia dengan jumlah yang cukup di makanan. Pasokan glukosa yang kontinu diperlukan
sebagai sumber energy. Kadar glukosa darah di bawah nilai kritis dapat menimbulkan
disfungsi otak yang mengakibatkan koma dan kematian. Glukosa merupakan satu-satunya
bahan bakar yang memasok energy bagi otot rangka dalam keadaan anaerob. Selain itu,
glukoneogenesis dapat membersihkan berbagai produk metabolism jaringan lain dari dalam
13
darah seperti laktat yang dihasilkan otot dan eritrosit, serta gliserol yang dihasilkan oleh
jaringan adipose.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.281.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006.h.792
3. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 24. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.h. 67-87, 114-26, 141-51, 199.
14