PBL Blok 9

23
Struktur dan Mekanisme Kerja Hepar Jovianto Reynold Andika Hidayat 10.2012.313 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 Email : [email protected] Pendahuluan Hati merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Hati berfungsi menyimpan mineral, vitamin dan gula yang akan digunakan sebagai bahan bakar, membersihkan dan menyaring racun-racun dari darah dan mengontrol produksi atau pengeluaran kolesterol. Karena itu, bisa dikatakan kalau kesehatan secara umum bergantung pada hati. Ribuan enzim yang mengatur setiap aktivitas tubuh dihasilkan di sini. Jika hati gagal memproduksi salah satu saja enzim ini, maka fungsi tubuh secara umum akan terganggu. Begitu juga dengan limpa. Limpa terdiri dari cairan jaringan, tempat semua sel-sel tubuh dibersihkan. Gaya hidup modern bisa memaksa hati untuk bekerja keras. Penggunaan alkohol, tembakau, zat pencemar dari lingkungan, zat aditif pada makanan, pestisida dari produk pertanian, kandungan kimia bahan kosmetik, produk-produk rumah tangga, stres, produk farmasi dan obat yang dijual 1

description

pbl blok 9 2013

Transcript of PBL Blok 9

Struktur dan Mekanisme Kerja HeparJovianto Reynold Andika Hidayat10.2012.313Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaArjuna Utara No. 6 Jakarta 11510Email : [email protected] Pendahuluan Hati merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Hati berfungsi menyimpan mineral, vitamin dan gula yang akan digunakan sebagai bahan bakar, membersihkan dan menyaring racun-racun dari darah dan mengontrol produksi atau pengeluaran kolesterol. Karena itu, bisa dikatakan kalau kesehatan secara umum bergantung pada hati.Ribuan enzim yang mengatur setiap aktivitas tubuh dihasilkan di sini. Jika hati gagal memproduksi salah satu saja enzim ini, maka fungsi tubuh secara umum akan terganggu. Begitu juga dengan limpa. Limpa terdiri dari cairan jaringan, tempat semua sel-sel tubuh dibersihkan. Gaya hidup modern bisa memaksa hati untuk bekerja keras. Penggunaan alkohol, tembakau, zat pencemar dari lingkungan, zat aditif pada makanan, pestisida dari produk pertanian, kandungan kimia bahan kosmetik, produk-produk rumah tangga, stres, produk farmasi dan obat yang dijual bebas di pasaran termasuk kontrasepsi oral dan kafein, serta berbagai material lainnya bisa membunuh sel-sel liver.1 I. Struktur Hepar1. Makroskopis Hepar adalah kelenjar yang paling besar dalam tubuh manusia dengan berat 1500 gram atau 1,5 kg. Konsistensinya kenyal seperti jeli. Hepar dilapisi peritoneum kecuali pada bagian belakang yang langsung melekat diaphragma. Hepar memiliki facies diaphragmatica yang menghadap ke diaphragma dan bagian yang menghadap ke cavum abdomen yang disebut sebagai facies visceralis/inferior. Pada fascies inferior terdapat alur bentuk H yang terdiri dari alur melintang sesuai pintu masuk pembuluh darah dan saluran empedu ke dalam hepar yang disebut dengan porta hepatis. Di sebelah kanan ada alur membujur yang disebut fossa sagitalis dextra yang ditempati oleh v. cava inferior di atas dan vesica fellea di bawah.Di sebelah kiri ada fossa sagitalis sinistra yang ditempati oleh ligamentum venosum Arantii di sebelah posterior dan ligamentum teres hepatis di sebelah anterior. (Bagian superior dari hepar cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma. Bagian inferior hepar cekung dan bawahnya terdapat ginjal kanan, gaster, pankreas, dan usus.2 Batas-batas hepar:1. Atas : diaphragma2. Kanan : perpotongan ICS 4 dengan linea midclavikula, menuju kebawah sampai iga 7 dextra.3. Kiri : ICS 5 dan rawan iga 6 sampai pertengahan garis para sternal sampai midclvicula sinistra.4. Bawah : sesuai tepi tajam hati : sebagai garis dari kanan kuranglebih 1 cm dibawah arcus costa sampai rawan iga 9 menuju bagian sinistra atas memotong linea mediana pada jarak pertengahan processus xiphoideus-umbilicus berakhir pada batas ujung sinistra atas.3 Hepar dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus sinister dan dexter. Ligamen falsiform membagi lobus dexter menjadi segmen anterior dan posterior serta membagi lobus sinister menjadi segmen medial dan lateral. Dari hepar, ligamen falsiform melintasi diafragma sampai ke dinding abdomen anterior. Permukaan hepar diliputi oleh peritoneum viseralis.2 Lobus sinister hepar berbatasan dengan oesophagus dan gaster sedangkan lobus dexternya berbatasan dengan duodenum dan pylorus gaster, colon, serta renal yang menimbulkan jejasnya masing-masing.3 Saluran-saluran hepar terdiri dari: Arteria hepatikum adalah salah satu cabang dari arteria seliaka dari aorta. Arteria ini menyuplai darah ke hepar. Vena porta hepatika membawa darah vena dari seluruh traktus gastrointestinal ke hepar. Darah ini mengandung zat-zat makanan yang telah diserap oleh vili usus halus. Vena hepatika membawa darah dari hepar ke vena inferior. Saluran-saluran bilier juga disebut kanalikuli empedu, dibentuk oleh kapiler-kapiler empedu yang menyatu dan menyalurkan empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hepar.

Gambar 1.1. Hepar dalam saluran pencernaan

Setiap lobus dari hepar dibagi dalam struktur-struktur yang disebut lobulus. Lobulus ini adalah mikroskopik yang merupakan unit fungsional dari hepar yang bersegi enam atau heksagonal. Di dalam lobulus terdapat sel-sel hepar (hepatosit) yang tersusun seperti lapisan-lapisan plat dan berbentuk sinar dan mengelilingi hepatikum. Pada setiap segi dari lobulus terdapat cabang-cabang vena porta, arteria hepatika, dan kanalikuli empedu.Diantara deretan sel-sel hepar yang berbentuk seperti sinar, terdapat sinusoid yang membawa darah dari cabang-cabang vana porta dan arteria hepatika ke vena hepatika. Pada dinding sinusoid terdapat sel-sel fagosit yang disebut sel kupffer. Vesika felea adalah suatu kantong yang terletak di lobus kanan hepar. Bentuknya seperti buah pir. Lapisan dalamnya terdiri dari selaput lendir yang tersusun berlipat-lipat (rugae) seperti rugae dari gaster. Oleh karena itu, vesika felea dapat membesar jika penuh empedu. Lapisan vesika felea terdiri dari otot-otot polos. Konstraksi otot-otot ini dapat menyebabkan empedu keluar dan masuk ke duodenum melalui duktus sistikus komunis. Lapisan luar vesika felea adalah sebagian dari peritoneum (peritoneum viseralis).Hepar menerima dua macam darah yaitu darah yang kaya dengan oksigen melalui arteria hepatika dan darah yang mengandung lebih banyak karbon dioksida melalui vena porta. Darah dalam vena porta juga mengandung zat-zat makanan yang telah diabsorpsi vili dari usus halus. Gambar 1.2. Struktur dasar lobulus hati Cabang-cabang dari arteria hepatika dan vena porta membawa dua macam dua macam darah ini ke dalam sinusoid. Zat-zat makanan yang tidak diperlukan oleh hepar dan dikeluarkan jika diperlukan.2

2. Mikroskopis Hepar Isi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar (jaringan ikat interlobular). Terdapat vena sentralis hepatis, biasanya di tengah lobulus. Di luar vena sentralis terdapat sel hati yang tersusun radier mengarah ke arah jaringan interlobular. Di antara sel hati terdapat sinusoid hati yang nantinya akan menuju ke vena sentralis. Muaranya tidak terlalu terlihat jelas, karena tidak selalu terpotong. Dinding sel sinusoid berupa sel endotel yang terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel sinus ini berbentuk gepeng dengan inti yang gepeng juga dengan kromatinya padat. Dalam sitoplasmanya mungkin terdapat benda- benda asing yang sudah difagosit, sel ini disebut sel kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit memastikan bahwa yang terlihat itu benar- benar sel kupffer. Sel-sel kupffer ini menelan eritrosit dan leukosit yang mati, mikroorganisme, dan benda asing yang masuk ke dalam hepar. Sel hati ( hepatosit) berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit lonjong dan kromatin agak padat. Dapat ditemukan sel hati yang berinti dua. Dengan pembesaran objektif 45 kali kadang-kadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua dinding sel hati yang bersebelahan. Saluran ini terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja , terjepit di antara kedua dinding sel itu.4,5 Vesika feleaTunika mukosa organ ini dilapisi epitel selapis torak biasanya tidak mempunyai sel goblet. Epitel bersama lamina propria membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina propria terdapat sejumlah bangunan bulat atau lonjong dilapisi epitel yang sama dengan epitel mukosa. Ini adalah potongan lipatan mukosa dan disebut sinus rokitansky-Aschoff. Dinding vesika velea tidak mempunya tunika muskularis mukosa. Tunika serosa/adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati kadang-kadang dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimenter, disebut duktus aberans Luschka.5

II. Mekanisme Fungsi HeparHepar adalah tempat penyimpanan utama dari tubuh. Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dengan bantuan enzim-enzim glikogen yang dapat diubah menjadi glukosa ketika tubuh memerlukannya. Oleh karena glukosa merupakan sumber energi utama, penyimpanannya sangat penting.Hepar juga menyimpan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, dan K, serta mineral-mineral seperti zat besi. Hepar juga dapat menyimpan lemak dan asam amino yang dapat diubah menjadi glukosa jika tubuh memerlukannya.Salah satu fungsi utama hepar sebagai alat pencernaan adalah menyekresi empedu. Empedu adalah cairan yang basa; mengandung natrium bikarbonat, garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, mucin, letisin, dan bilirubin.Hepar menyekresi sebanyak 1 liter empedu setiap hari. Pigmen empedu memberi warna pada empedu dan feses. Pigmen-pigmen ini berasal dari hemoglobin yang rusak atau yang mati, kemudian dibawa menuju hepar. Sel-sel hepar menghasilkan empedu yang kemudian dialirkan lewat kanalikuli. Kanalikuli (saluran-saluran yan halus) bergabung dan menjadi saluran yang besar, yaitu duktus hepatikus kiri dan kanan. Duktus kiri dan kanan bergabung dan menjadi duktus hepatis komunis. Duktus hepatis komunis bergabung dan menjadi duktus sistikus. Melalui duktus sistikus ini, empedu masuk ke dalam vesika felea. Empedu juga keluar dari vesika felea melalui duktus sistikus kemudian ke duktus koledukus (common bile duct). Duktus koleodukus ini bermuara ke dalam duodenum. Sebelum memasuki duodenum, duktus koleodukus bersatu dengan duktus pankreatikus dan membentuk ampula hepatopankreatik. Ampula hepatopankreatik mempunyai katup yang disebut sfingter odii. Kira-kira 30 menit setelah makan dan setiap kimus masuk ke dalam duodenum, katup oddi berelaksasi, sedangkan vesika felea berkontraksi dan empedu masuk ke dalam duodenum.

Empedu masuk ke duodenum serta membantu dalam pencernaan dan absorpsi lemak. Bagian terminal dari ileum, garam-garam empedu ini direabsorpsi ke dalam darah kemudian dialirkan ke dalam hepar melalui vena porta. Di dalam hepar, garam-garam empedu ini digunakan kembali untuk menyekresi empedu.

Gambar 2.3. Sekresi hati dan pengosongan kandung empedu

Segera setelah makan, hepar mengambil glukosa, fruktosa, dan galaktosa dari makanan. Ketiga gula ini diubah menjadi glikogen (melalui proses glikogenesis) dan disimpan di dalam hepar. Jika makanan yang dimakan mengandung rendah karbohidrat, hepar mengubah protein menjadi glukosa untuk mengganti simpanan glikogen yang telah digunakan. Jika makanan yang dimakan mengandung karbohidrat yang tinggi dan berlebih, kelebihan ini akan diubah menjadi lemak (lipogenesis). Ketika tidak makan, hepar juga membantu mempertahankan konsentrasi glukosa darah (kadar gula dalam darah), yaitu dengan memecah glikogen (glikogenolisis) atau dengan dengan membentuk glukosa baru (glukoneogenesis) dari asam amino, gliserol, dan asam laktat. Melalui proses glikogenesis, lipogenesis, glikogenolisis, dan glukogenesis, hepar membantu mempertahankan kadar gula dalam darah yang normal; mencegah hiperglikemia setelah makan dan hipoglikemia ketika tidak makan.

Metabolisme ProteinHepar sangat penting untuk metabolisme protein. Melalui proses transaminase, hepar dapat menghasilkan asam amino. Hepar merupakan satu-satunya sumber plasma protein utama. Albumin merupakan salah satu protein plasma utama yang hanya dapat dihasilkan oleh hepar. Albumin ini yang mempertahankan tekanan osmotik koloid, sehingga distribusi yang normal dari cairan antara komparteman interstisial dan intrasel dapat dipertahankan.Hepar merupakan sumber faktor-faktor pembekuan darah. Hepar menghasilkan fibrinogen (faktor I), protombin (faktor II), proaselarin (faktor V), akselerator konversi protrombin serum (faktor VII), faktor christmas (faktor IX), faktor Stuart (faktor X). Produksi faktor-faktor II, VII, IX, dan X memerlukan vitamin K. Karena vitamin K ini dapat larut hanya dalam lemak, vitamin ini memerlukan empedu agar dapat diabsorpsi.

Metabolisme LemakBilirubin adalah produk dari eritrosit yang rusak. Kerusakan eritrosit akan menyebabkan keluarnya bilirubin. Bilirubin ini adalah bilirubin tak terkonjugasi yang tidak dapat larut dalam air. Bilirubin tak terkonjugasi ini diikat oleh albumin dan protein yang lain, kemudian beredar melalui peredaran darah. Setibanya di dalam hepar, bilirubintak terkonjugasi dilepas oleh hepar dari albumin, kemudian digabung dengan glukoronid sehingga dapat melarut dalam air dan disebut bilirubin terkonjugasi. Melalui kanalikuli, bilirubin terkonjugasi ikut dengan empedu dan masuk ke vesika felea dan duodenum. Dalam duodenum, bilirubin terkonjugasi diubah menjadi urobilinogen. Sebagian urobilinogen ini dikeluarkan melalui feses dalam bentuk sterkobilin, yang memberi warna pada feses (kecoklatan), dan sebagian di reabsorpsi. Setelah itu, direabsorpsi, setibanya di dalam hepar, hepar melepaskannya ke dalam darah untuk digunakan kembali, yang lain dikeluarkan melalui urine.

Detoksifikasi Hepar memiliki peranan yang sangat penting dalam detoksifikasi zat-zat endogen dan eksogen. Salah satu zat yang sangat toksik yang ditangani hepar adalah amonia. Amonia ini dihasilkan dalam usus besar, kerja bakteri pada protein menghasilkan amonia. Melalui sirkulasi enterohepatik, hepar melepas amonia dari darah dan mengubahnya menjadi urea sehingga tidak beracun. Di dalam hepar, proses deaminasi terjadi ketika sekelompok amino diambil dari asam amino yang mengakibatkan pembentukan amonia. Selanjutnya, hepar mengubah amonia menjadi urea. Melalui urine, urea dapat dikeluarkan oleh ginjal.Hepar dapat pula membuat hormon-hormon steroid (esterogen, progesteron, testosteron, kortikosteron, aldosteron) menjadi tidakaktif. Oleh karena itu, penyakit hepar dapat mengakibatkan kadar hormon dalam darah menjadi patologis.Hepar dapat mendetoksifikasi zat-zat eksogen, seperti obat-obat barbiturat dan beberapa sedatif. Hepar yang sakit tidak dapat mengatasi efek toksik dari obat-obat tersebut.

Penyimpanan Mineral dan VitaminHepar sebagai penyimpanan cadangan macam-macam mineral dan vitamin. Vitamin A, D, E, K, dan B12 disimpan dan dapat digunakan jika diperlukan. Selain itu, mineral seperti zat besi disimpan dan digunakan untuk membentuk hemoglobin.Hepar kaya dengan pembuluh darah dan sistem sinusoid. Hal ini dapat membuatnya dijadikan sebagai tempat penyimpanan darah. Jika volume darah vena meningkat melebihi kemampuan jantung kanan, kelebihan darah vena ini dapat disimpan di dalam hepar.2 Gambar 2.1. Pembentukan dan eksresi bilirubin

III. Metabolisme XenobiotikXenobiotik adalah senyawa kimia yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (asing). Cotohnya, obat-obatan, pewarna, pemutih, pengawet, hormon dan lain-lain. Tubuh manusia memiliki dua sistem detoksifikasi utama untuk menghancurkan racun-racun, yaitu detoksifikasi xenobiotik dan detoksifikasi antioksidan.Sistem detoksifikasi xenobiotik akan menghancurkan zat-zat kimia dan logam berbahaya dari makanan, air, dan udara. Sistem ini juga menetralkan bahan-bahan barbahaya yang diproduksi dari dalam tubuh. Selama proses detoksifikasi, yang mana terdiri dari berbagai tipe reaksi enzimatik yang rumit, tubuh akan melakukan metabolisme atau mengubah bahan-bahn ini menjadi zat yang larut dalam air (fase I) dan bila perlu, mengubahnya manjadi zat yang larut dalam air (fase II). Bentuk ini merupakan syarat sebelum tubuh dapat menghancurkannya.Senyawa xenobiotik akan dikeluarkan melalui jalur metabolisme detoksifikasi sistem enzim fase I (monooksigenase) dan fase II (konjugasi). Sistem enzim detoksifikasi tidak spesifik, satu substrat dikatalisis oleh beberapa enzim atau satu enzim mengkatalisis beberapa substrat xenobiotik. Namun sistem ini tidak lengkap untuk masing-masing xenobiotik yang banyak jumlahnya sehingga enzim dalam hati bisa bingung.Makin sederhana struktur kimia xenobiotik, makin mudah dimetanolisme atau dieksresikan. Namun ada pula senyawa xenobiotik yang setelah dimetabolisme justru menjadi produk yang reaktif atau bersifat radikal sehingga bisa berkaitan dengan DNA atau protein (bioaktivasi). Akhirnya bisa menimbulkan efek toksik dalam tubuh dan menimbulkan kanker atau penyakit degeneratif lainnya.Suatu proses detoksifikasi lebih efektif, fase II di hati harus ditingkatkan. Setelah pada akhir fase I, hati akan mengakumulasi toksin pada kondisi yang paling toksik (terutama toksin yang tidak bisa dipecah), dan hati akan benar-benar terpapar toksin ini. Kemudian toksin memasuki tahap selanjutnya di dalam hati, yaitu fase II. Jika proses fase II tidak berfungsi dengan baik, toksin tidak akan bisa dibuang, dan toksin yang belum didetoks ini akan kembali beredar di dalam tubuh.Sitokorm P-450 merupakan enzim fase I yang penting, cara mendetoksifikasi dengan menambah oksigen ke berbagai zat kimia seperti hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium, testis, dan kelenjar adrenal, serta hidrokarbon aromatik polosiklik (suatu hasil pembakaran) yang membuat zat-zat ini menjadi tidak terlalu beracun. Racun-racun ini sangat larut lemak, karena itu enzim fase II akan meningkatnya dengan molekul lain (konjugasi), supaya racun-racun tersebut larut dalam air dan bisa dibuang melalui urin atau tinja.Glukoronida, glutation, dan sulfat berguna untuk mengkonjugasi hormon steroid. Glutation juga berguna untuk memodifikasi toksin-toksin reaktif tertentu. Oksidasi, reduksi, dan asetilasi adalah reaksi enzimatik fase I yang berfungsi menurunkan efek toksik bahan kimia, membuatnya lebih larut air, pada beberapa kasus memudahkan reaksi konjugasi dan eksresi.7 Proses Detoksifikasi Xenobiotik dalam hati

Xenobiotik/Toksin(larut lemak)Berasal dari produk akhir metabolisme, mikroorganisme, kontaminan/polutan, insektisida, peptisida, aditif makanan, obat, alkohol, dsb

Detoksifikasi Fase IMembutuhkan nutrisi, vitamin B, asam folat, glutation, karotenoid, vitamin E, vitamin C, antioksi dan fitokimia

Detoksifikase Fase IIMembutuhkan nutrisi asam amino (glutation, glisin, taurin, sistein), fitokimia bersulfur, berasal dari sayuran Cruciferae dan bawang putih

Produk Buangan(larut air)Dibuang oleh tubuh melalui:

GinjalKantong Empedu

EmpeduUrin

Tinja

IV. Fungsi Empedu

Fungsi empedu antara lain adalah sebagai berikut: Emulsifikasi : dengan cara menurunkan tegangan permukaan air, garam empedu dapat mengemulsi lemak dalam usus sehingga lipase dapat bekerja dengan lebih baik. Garam empedu juga membantu agar vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E, dan K) dapat membentuk senyawa kompleks yang lebih mudah larut dalam air. Netralisasi : empedu dapat menetralkan kimus yang berasal dari asam lambung. Ekskresi : Kolesterol yang berasal dari makanan / disentesis dalam tubuh dapat disekresikan melalui empedu. Metabolisme pigmen empedu : pemecahan hemoglobin menghasilkan pigmen empedu yaitu bilirubin yang akan disekresikan melalui empedu. Bahan ini akan diabsorbsi di gasto-intestinal track yaitu pada sel epitel mukosa usus halus. Sedangkan pada lambung tidak terjadi absorbsi kecuali alkohol.

V. Fungsi Pankreas Pankreas merupakan struktur berlobulus yang memiliki fungsi eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin mengeluarkan cairan pankreas menuju duktus pankreatikus, dan akhirnya ke duodenum. Eksokrin pankreas bertanggung jawab untuk sekresi enzimatik oleh sel asinus dan sekresi natrium bikarbonat (NaHCO3) oleh sel duktus. Sekresi ini penting untuk pencernaan dan absorpsi protein, lemak, dan karbohidrat. Endokrin pankreas bertanggung jawab untuk produksi serta sekresi glukagon dan insulin, yang terjadi dalam sel-sel khusus di pulau langerhans.8 Enzim-enzim yang dihasilkan oleh pankreas adalah:Enzim-enzim proteolitik, berperan dalam pencernaan protein. Tripsinogen diaktifkan menjadi bentuk aktifnya tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang terbenam di batas luminal sel-sel yang melapisi mukosa duodenum. Tripsin secara otokatalisis mengaktifkan lebih banyak tripsinogen. Seperti pepsinogen, tripsinogen harus tetap inaktif di dalam pankreas untuk mencegah enzim proteolitik ini mencerna sel-sel tempat ia terbentuk. Dengan demikian, tripsinogen tetap inaktif sampai enzim tersebut mencapai lumen duodenum, tempat enterokinase memicu proses pengaktifan, yang kemudian berlangsung secara otokatalisis. Sebagai perlindungan tambahan, jaringan pankreas juga menghasilkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai inhibitor tripsin, yang menghambat kerja tripsin jika enzim ini secara tidak sengaja diaktifkan di dalam pancreas.9 Enzim ini memecah ikatan pepsida pada AA Lys dan Arg.10 Kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase, enzim proteolitik pankreas lainnya, diubah oleh tripsin masing-masing menjadi bentuk-bentuk aktif mereka, kimotripsin dan karboksipeptidase, di dalam lumen duodenum. Dengan demikian, setelah enterokinase mengaktifkan sebagian tripsin. Tripsin kemudian bertanggung jawab untuk menyelesaikan proses pengaktifan selanjutnya.9 Enzim kimotripsinogen memecah peptidase khas pada asam amino aromatic. Sedangkan prokarboksipeptidase menjadikan karboksipentidase A dan B eksopeptidase sama dengan memecah asam amino yang berada di luar atau di ujung. Karboksipentidase A: memecah C ujung pada gugus umino dan karboksil khusus untuk asam amino aromatik dan asam amino netral. Karboksipentidase B: pada AA leu, Arg dan Lys yang berada di paling ujung.10 Amilase pankreas, yang berperan dalam pencernaan karbohidrat. Seperti amilase air liur, amilase pankreas berperan penting dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah polisakarida menjadi disakarida. Amilase disekresiakn melalui getah pankreas dalam bentuk aktif karena amylase tidak membahayakan sel-sel sekretorik. Lipase pankreas, berperan dalam pencernaan lemak. Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim yang disekresikan di seluruh system pencernaan yang dapat menuntaskan pencernaan lemak. Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida makanan menjadi monogliiseridda dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap. Seperti amylase, lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada resiko pencernaan sendiri pankreas oleh lipase. Apabila terjadi defisiensi enzim-enzim pankreas, pencernaan makanan manjadi tidak sempurna. Karena pankreas merupakan satu-satunya sumber lipase yang bermakna, defisiensi enzim-enzim pankreas menyebabkan maldigesti lemak yang serius. Gambaran klinis utama insufisiensi pankreas eksokrin adalah steatorea, atau kelebihan lemak yang tidak dicerna feses. Sekitar 60% sampai 70% lemak yang masuk akan diekskresikan melalui feses. Sekresi Alkali encer pankreas. Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal dalam lingkungan yang netral atau sedikit basa, namun isi lambung yang masuk ke duodenum di sekitar tempat enzim-enzim pankreas masuk ke duodenum bersifat sangat asam. Penting sekali bahwa kimus yang sangat asam ini harus segera dinetralkan di lumen duodenum, bukan saja agar enzim-enzim pankreas berfungsi optimal tetapi juga untuk mencegah kerusakan mukosa duodenum oleh asam. Oleh karena itu, cairan alkalis (yang kaya NaHCO3) yang disekresikan oleh pankreas ke dalam lumen duodenum melakukan fungsi penting, yaitu menetralkan kimus asam yang akan dikosongkan ke duodenum dari lambung. Sekresi NaHCO3 encer tersebut sampai saat ini merupakan komponen sekresi pankreas terbesar. Volume sekresi pankreas berkisar antara 1 dan 2 liter per hari, bergantung pada jenis dan derajat stimulasi.9

Kesimpulan Hepar menjalankan fungsi yang vatal, sehingga manusia tidak dapat hidup tanpa hepar. Hepar mempunyai peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, yang dibawa ke hepar melalui vena porta setelah diabsorpsi oleh vili usus halus. Perubahan mekanisme kerja hati, pankreas, dan empedu dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.

Daftar Pustaka

1. Ikarowina Taringan. Mengenal fungsi hati.16 Juli 2009. Diunduh dari Media Indonesia.com,15 Juli 2011.2. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Klien gangguan hati seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC; 2005.3. Winami W, Kindangen K, Inggriani YK. Buku ajar traktus digestivus. Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2010.4. Eroschenko VP. Atlas histologi di Fiore dengan kolerasi fungsional. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.5. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2009.6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.

7. Pangkalan Ide. Seri diet korektif diet cabbage soup. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo; 2007.8. Faiz O, Moffat D. At a glance series anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004.9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.10. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2009.

6