PBL Blok 10 urogenital

8
Mekanisme Berkemih dan Faktor yang Mempengaruhi Serta Fungsi Sfingter Uretra dan Komposisi Urin Randy 102013481 / A8 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 [email protected] Abstrak: Pada tubuh manusia terdapat sistem urinaria yang berfungsi untuk menyaring cairan dalam tubuh yang akan dibuang, dan sebagai sistem homeostasis tubuh. Pada tubuh manusia terdapat organ yang berfungsi untuk menampung urin, dan sebagai kontrol pengeluaran urin. Urin dihasilkan melalui berbagai proses di ginjal dan akhirnya sampai menjadi urin yang kita keluarkan. Terdapat pula suatu saluran yang membantu kita untuk menahan keinginan untuk berkemih yang kita dapat dengan cara dilatih. Selain itu berkemih memiliki berbagai mekanisme sebelum kita keluarkan sesuai kemauan kita. Urin pada dasarnya memiliki berbagai komposisi, akan tetapi tidak semuanya merupakan komposisi urin secara normal. Kata Kunci: Urin, Berkemih, komposisi urin Abstract: In the human body there are urinary system which serves to filter the fluid in the body that will be discarded, and a system of body homeostasis. In human body there is an organ which serves to hold the urine, and the urine output control. Urine is produced through various processes in the kidneys and into the urine we let out. There is also a duct that helps us to resist the urge to urinate in a way that we can be trained. In addition it has a variety of mechanisms to urinate before we spend our will fit. Urine basically has various compositions, but not everything is normal urine composition. 1

description

makalah

Transcript of PBL Blok 10 urogenital

Page 1: PBL Blok 10 urogenital

Mekanisme Berkemih dan Faktor yang Mempengaruhi

Serta Fungsi Sfingter Uretra dan Komposisi Urin

Randy

102013481 / A8

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

[email protected]

Abstrak:

Pada tubuh manusia terdapat sistem urinaria yang berfungsi untuk menyaring cairan dalam tubuh yang akan dibuang, dan sebagai sistem homeostasis tubuh. Pada tubuh manusia terdapat organ yang berfungsi untuk menampung urin, dan sebagai kontrol pengeluaran urin. Urin dihasilkan melalui berbagai proses di ginjal dan akhirnya sampai menjadi urin yang kita keluarkan. Terdapat pula suatu saluran yang membantu kita untuk menahan keinginan untuk berkemih yang kita dapat dengan cara dilatih. Selain itu berkemih memiliki berbagai mekanisme sebelum kita keluarkan sesuai kemauan kita. Urin pada dasarnya memiliki berbagai komposisi, akan tetapi tidak semuanya merupakan komposisi urin secara normal.

Kata Kunci: Urin, Berkemih, komposisi urin

Abstract:

In the human body there are urinary system which serves to filter the fluid in the body that will be discarded, and a system of body homeostasis. In human body there is an organ which serves to hold the urine, and the urine output control. Urine is produced through various processes in the kidneys and into the urine we let out. There is also a duct that helps us to resist the urge to urinate in a way that we can be trained. In addition it has a variety of mechanisms to urinate before we spend our will fit. Urine basically has various compositions, but not everything is normal urine composition.

Key Words: Urine, Urinate, Urine Compotition

1

Page 2: PBL Blok 10 urogenital

Pendahuluan

Sistem urinaria merupakan sistem yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Setiap sel organisme haruslah hidup dilingkungan cair, dan keadaan cairan tubuh haruslah dipertahankan agar kehidupan dapat terus berlangsung (homeostasis). Secara garis besar, organisme yang mampu hidup karena adanya peran dari ginjal yaitu berperan dalam mempertahankan stabilitas volume dan komposisi elektrolit cairan ekstraseluler. Dengan menyesuaikan jumlah air dan berbagai konstituen plasma yang akan disimpan di dalam tubuh atau dikeluarkan melalui urin, ginjal mampu mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit dalam rentang yang sangat sempit, walaupun pemasukan dan pengeluaran sangat bervariasi.

Makroskopis dan Mikroskopis

Vesika Urinaria

Kandung kemih atau Vesica Urinaria adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai kontainer penyimpanan urine. Pada laki-laki, kandung kemih terletak tepat di belakang simfisis pubis dan di depan rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak di bawah uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis saat kosong; organ berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai umbilikus dalam rongga abdominopelvis jika penuh berisi urine.1

Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan-lipatan peritoneum dan kondensasi fasia. Dinding kandung kemih terdiri dari empat lapisan yaitu serosa, otot detrusor, submukosa dan mukosa. Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis. Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk memastikan bahwa selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke segala arah. Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah mukosa dan menghubungkannya dengan muskularis. Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang tersusun dari epitelium transisional. Pada kandung kemih yang relaks, mukosa membentuk ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan mengembang saat urine berakumulasi dalam kandung kemih. Trigonum adalah area halus, triangular, dan relatif tidak dapat berkembang yang terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk dari tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih. Uretra keluar dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.1,2

Vesika urinaria memiliki beberapa lapisan yaitu tunika mukosa, memiliki epithel peralihan(transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang(penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel. Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler(luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike

2

Page 3: PBL Blok 10 urogenital

membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf.1,3

Gambar 1. Vesika urinaria.4

Fungsi dan Mekanisme Sfingter Uretra

Sfingter adalah cincin otot yang, ketika berkontraksi menutup saluran melalui suatu lubang. Sfingter uretra ada dua macam yaitu, Sfingter uretra internus yang terdiri dari otot polos, dan karenanya, tidak berada di bawah kontrol volunter. Meskipun bukan sfinter sejati namun otot ini melakukan fungsi yang sama seperti sfingter lainnya. Ketika kandung kemih melemas, susunan anatomik regio sfingter uretra internus menutup pintu keluar kandung kemih.5

Sfingter uretra ekternus berada di bagian lebih bawah saluran keluar, dan dilapisi oleh satu lapisan otot rangka, sfingter ini juga diperkuat oleh diafragma pelvis, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar panggul dan membantu menunjang organ-organ panggul. Neuron-neuron motorik yang menyarafi sfingter eksternus dan diafragma pelvis terus menerus mengeluarkan sinyal dengan tingkat sedang kecuali jika mereka dihambat sehingga otot-otot ini berkontraksi secata tonik untuk mencegah keluarnya urin dari uretra. Dalam keadaan normal ketika kandung kemih melemas dan terisi, baik sfingter uretra internus maupun eksternus menutup untuk menjaga urin tidak menetes. Selain itu, karena sfingter eksternus dan diafragma pelvis adalah otot rangka dan karenanya berada di bawah kontrol sadar maka orang dapat secara sengaja mengontraksikan keduanya untuk mencegah pengeluaran urin meskipun kandung kemih berkontraksi dan sfingter internus terbuka.5

Mekanisme Pengendalian Berkemih

Berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, berkemih diatur oleh dua mekanisme yaitu, refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih merupakan refleks untuk berkemih seperti pada bayi yang berkemih pada kapan saja impuls terjadi, hal ini disebabkan karena sfingter uretra eksternus belum dikontrol melalui neuro motorik dari korteks serebri, melainkan hanya dengan reseptor regang pada kandung kemih yang secara spontan akan merangsang saraf parasimpatis pada kandung kemih yang menyebabkan kontraksi otot detrusor, sfingter uretra internus dan eksternus yang melemas untuk

3

Page 4: PBL Blok 10 urogenital

pengeluaran urine. Kontrol volunter adalah kontrol untuk berkemih yang bisa didapatkan dengan berlatih, sehingga korteks serebri akan mengontrol neuron motorik untuk sfingter uretra eksterna, dengan kontrol volunter sfingter uretra eksterna tidak langsung melemas, dan dapat mempertahankan kontraksinya setelah mendapat rangsang dari reseptor regang. Apabila daya tampung vesika urinaria sudah mau mencapai keadaan penuh, maka seseorang dapat berkemih secara tidak sadar, dikarenakan kehilangan kontrol somatik dan menjadi refleks spinal murni sehingga kemih sudah tidak dapat ditahan lagi.1,5-6

Gambar 2. Reflek dan kontrol volunter berkemih.5

Volume Urine

Volume urine yang dihasilkan setiap hari bervariasi dati 600 ml dampai 2.500 ml lebih. Jika volume urine tinggi, zat buangan diekskresi dalam larutan encer, hipotonik (hipoosmotik) terhadap plasma. Berat jenis urine mendekari berat jenis air (sekitar 1,003). Jika tubuh perlu menahan air, maka urine yang dihasilkan kental sehingga volume urine yang sedikit tetap mengandung jumlah zat buangan yang sama yang harus dikeluarkan. Konsentrasi zat terlarut lebih besar, urine hipertonik (hiperosmotik) terhadap plasma, dan berat jenis urine lebih tinggi (diatas 1,030). Produksi urine kental yang sedikit atau urine encer yang lebih banyak diatur melalui mekanisme hormon dan mekanisme pengkonsentrasi urine ginjal.1

Mekanisme hormonal terdiri dari Antidiuretic hormon (ADH) dan hormon Aldosteron. Hormon ADH meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus distal dan ductus koligens terhadap air sehingga mengakibatkan terjadinya reabsorpsi dan volume urine yang sedikit. ADH disintesis oleh badan sel saraf dalam nukleus supraoptik hipotalamus dan disimpan dalan serabut saraf hipofisis posteriror. ADH kemudian dilepas sesuai impuls yang sampai pada serabut saraf.1

Stimulus pada sekresi ADH adalah osmotik, volume dan tekanan darah dan faktor lain. Neuron hipotalamus adalah osmoreseptor dan sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium, serta zat terlarut lain dalam cairan intraselular yang menyelubunginya. Peningkatan osmolaritas plasma, seperti yang terjadi saat dehidrasi, menstimulasi osmoreseptor untuk mengirim impuls ke kelenjar hipofisis posterior agar melepas ADH. Air diabsorpsi kembali dari tubulus ginjal sehingga dihasilkan urine kental dengan volume sedikit. Penurunan osmolaritas plasma mengakibatkan berkurangnya ekskresi ADH, berkurangnya reabsorpsi air dari ginjal, dan produksi urine encer yang banyak.1

Baroreseptor dalam pembuluh darah (di vena, atrium kanan dan kiri, pembuluh pulmonar, sinus karotid, dan lengkung aorta) memantau volume darah dan tekanan darah.

4

Page 5: PBL Blok 10 urogenital

Penurunan volume dan tekanan darah meningkatkan sekresi ADH; peningkatan volume dan tekanan darah menurunkan sekresi ADH. Beberapa faktor lain yang juga menjadi stimulus sekresi ADH adalah nyeri, kecemasan, olah raga, analgesik narkotik, dan barbiturat meningkatkan sekresi ADH. Alkohol menurunkan sekresi ADH.1

Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh sel-sel korteks kelenjar adrenal. Hormon ini bekerja pada tubulus distal dan duktus koligens untuk meningkatkan absorpsi aktif ion natrium dan sekresi aktif ion kalium. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron yang meningkatkan retensi air dan garam.1

Sistem arus bolak-balik dalam ansa Henle dan vassa recta memungkinkan terjadinya reabsorpsi osmotik air dari tubulus dan duktus koligens ke dalam cairan interstisial medularis yang lebih kental di bawah pengaruh ADH. Reabsorpsi air memungkinkan tubuh untuk menahan air sehingga urine yang diekskresi lebih kental dibandingkan cairan tubuh normal.1

Komposisi Urin

Komposisi Urin secara normal adalah:

Urea : merupakan hasil akhir dari metabolisme protein dalam tubuh, ekskresi urea sebanding dengan intake protein.

Kreatinin: ekskresi kreatinin sebanding dengan massa otot Amoniak: pada urin segar sedikit, meningkat pada asidosis, dan menurun pada renal

asidosis. Asam urat: hasil khir dari metabolisme purin, purin bisa berasal dari makanan atau

pemecahan sel. Asam amino: ekskresinya meningkat pada penyakit hati stadium akhir, dan keracunan

khloroform. Fosfat: ekskresi fosfat dipengaruhi oleh protein dalam makanan. Oksalat Mineral Klorida Allantoin Sulfat Vitamin, hormon, enzim

Asam urat dan oksalat dapat mengkristal dan menimbulkan batu pada saluran kencing. Asam urat membentuk batu yang sifatnya rapuh, dan oksalat membentuk batu yang sifatnya keras.

Kesimpulan

Gangguan menahan kecing yang dialami perempuan berusia 50 tahun tersebut dikarenakan gangguan mekanisme berkemih khususnya pada bagian sfingter uretra eksterna dan interna.

5

Page 6: PBL Blok 10 urogenital

Daftar Pustaka

1. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.318-292. K. Y. Inggriani. Buku Ajar Traktus Urogenitalis.Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas

Kedokteran Ukrida;2010. 2thed.

3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Ed. 6. Jakrta: EGC; 2007. h. 369-874. Vesica urinaria. Di unduh dari http://ajarhistovet.blogspot.com/. 25 September 20115. L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 201.h. 581-97.6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. h. 324-43

6