Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

33
Nama : Novi Septiani Skenario 3 Blok Kedkel Sasaran Belajar 1. Memahami dan menjelaskan prosedur standar pemeriksaan dokter keluarga 2. Memahami Dan Menjelaskan manajemen klinik dokter keluarga 3. Memahami Dan Menjelaskan Tentang Pembiayaan Kesehatan - Jenis Pembiayaan Kesehatan - Sistem Pembiayaan Kesehatan - Tujuan/Manfaat Pembiayaan Kesehatan - Prinsip Pembiayaan Kesehatan - Sumber Pembiayaan Kesehatan 4. Memahami Dan Menjelaskan Tentang Konsultasi Dan Rujukan - Definisi Konsultasi Dan Rujukan - Karakteristik Konsultasi Dan Rujukan - Manfaat Konsultasi Dan Rujukan - Tatacara Konsultasi Dan Rujukan 5. Memahami Dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga Dengan Mitra Kerjanya 6. Memahami Dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Menurut Agama Islam 1

description

mm

Transcript of Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Page 1: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Nama : Novi SeptianiSkenario 3

Blok KedkelSasaran Belajar

1. Memahami dan menjelaskan prosedur standar pemeriksaan dokter keluarga2. Memahami Dan Menjelaskan manajemen klinik dokter keluarga3. Memahami Dan Menjelaskan Tentang Pembiayaan Kesehatan

- Jenis Pembiayaan Kesehatan- Sistem Pembiayaan Kesehatan- Tujuan/Manfaat Pembiayaan Kesehatan- Prinsip Pembiayaan Kesehatan- Sumber Pembiayaan Kesehatan

4. Memahami Dan Menjelaskan Tentang Konsultasi Dan Rujukan- Definisi Konsultasi Dan Rujukan- Karakteristik Konsultasi Dan Rujukan- Manfaat Konsultasi Dan Rujukan- Tatacara Konsultasi Dan Rujukan

5. Memahami Dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga Dengan Mitra Kerjanya

6. Memahami Dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Menurut Agama Islam

1

Page 2: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

1. Memahami dan menjelaskan tentang prosedur standar pemeriksaan dokter keluarga

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

3. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding

4. Prognosis

5. Konseling : membantu pasien (dan keluarga) untuk menentukan pilihanterbaik penatalaksanaan untuk pasien sendiri.

6. Konsultasi : jika diperlukan, dokter keluarga dapat melakukan konsultasike dokter lain (dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokterspesialis, atau dinas kesehatan) yang dianggap lebih berpengalaman.

7. Rujukan

8. Tindak lanjut

9. Pengobatan rasional

10.Pembinaan keluarga : dilakukan bila dinilai bahwa penatalaksanaan pasienakan lebih baik jika adanya partisipasi keluarga.

2. Memahami dan menjelaskan tentang manajemen klinik dokter keluarga

Jenis Klinik DKKlinik DK• Kelas A (Ideal)– 24 jam– Kedaruratan dan kejadian luar biasa– Pelayanan rawat jalan– Pelayanan rawat inap sehari– Bedah minor– Konseling– Preventif dan promotif– Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien– Pemeriksaan penunjang– Penyediaan obat– Pendidikan, riset, dan pengembanganKelas B (Optimum)– 24 jam– Kedaruratan dan kejadian luar biasa– Pelayanan rawat jalan– Pelayanan rawat inap sehari– Bedah minor

2

Page 3: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

– Konseling– Preventif dan promotif– Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien– Pemeriksaan penunjang– Penyediaan obat– Pendidikan, riset, dan pengembanganKelas C (minimum)– 24 jam– Kedaruratan dan kejadian luar biasa– Pelayanan rawat jalan– Pelayanan rawat inap sehari– Bedah minor– Konseling– Preventif dan promotif– Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien– Pemeriksaan penunjang– Penyediaan obat– Pendidikan, riset, dan pengembangan

Standard pelayanan

Syarat SDM dalam klinik dokter keluarga:

• Dokter: 2

• Bidan: 1

• Asisten analis: 1 (honor)

• Asisten apoteker: 1

• Staf administrasi dan keuangan: 1

• OB: 1

1. Ruang tunggu : Bersih Terang Ventilasi baik Lantai tidak licin Tidak berbau Tidak bising Suhu nyaman Terpisah dari pasien infeksius

1. Kerahasiaan dan privasi Ruang konsultai terpisah dari ruang tunggu Sistem yang menjamin kerahasiaan medik Menjamin kerahasiaan pasien setelah pelayanan

3

Page 4: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

2. Bangunan dan interior Merupakan bangunan permanen atau semi permanen yang dirancang sesuai pelayanan

medis strata pertama yang aman dan terjangkau Memiliki ruang :

o Ruang administrasio Ruang tungguo Ruang pemeriksaano Kamar kecilo Dapat melindungi dari panas dan hujano Relatif mudah diberishkano Mempunyai ventilasi cukup atau ber aco Mempunyai sinar yang cukup

3. Alat komunikasiMemiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitar

4. Papan nama Poisis papan nama mudah dibaca Tidak ada hiasan maupun lampu warna Ukuran minimal 40x60cm maksimal 60x90cm Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam Memuat nama dokter,sip,alamat praktek ,dan jadwal praktek.

5. Peralatan klinik Memiliki alat alat pemeriksaan fisik sebagai berikut :

o Alat tes sensasi kulito Auriskopo Lampu senter dan kepalao Palu reflekso Peak flow metero Ophtalmoscopo Penekan lidaho Pengukur tinggi badano Snellen charto Spekulum vaginao Stetoskopo Tensimetero Termometero Timbangan badano Memiliki alat laboratorium

4

Page 5: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

o Alat monitoring gula daraho Alat pengukur kadar hemoglobino Alat pemulas sediaan gramo Alat pemulas sediaan basaho Gelas obyek dan penutupo Mikroskop

Memiliki alat tidanakan sebagai berikuto Bak instrumen mentalo Benang otot dan sutrao Forsep hemostatiko Gunting perbano Jarum kulito Jarum suntiko Kapas,perban,plestero Minor seto Peralatan resusitasi

Tas dokter untuk perawatan rumaho Alat penekan lidah forsep hemostato Jarum suntiko Kapas dan alkoholo Lampu sentero Obat2ano Pali reflekso Spuito Stetoskopo Tensimetero Termometero Peralatan lukao Kasao Antiseptiko Larutan irigasio Perangkat intravenao Kateter

Persediaan obato Adrenalino Kortokosteroid

5

Page 6: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

o Antihistamino Analgetiko Anti asmao Anti konvulsano Cairan infuso Parasetamolo Nsaido Obat lukao Anti konvulsano Spasmolitiko Anestesi lokalo Metode kontrasepsi

Manajemen klinik Peningkatan Kemampuan & Pengembangan Staf

o Bentuk: Kursus, pelatihan, pendidikan formal,dllo Bentuk Lain: Selia Bestari (peer review) di antara sesama staf (medis dan non-

medis) Pengaturan: Bisa dibuat perjanjian tersendirio Proses: berdasarkan permintaan karyawan atau kebutuhan KDK

Untuk tenaga mediso PKB (pendidikan kedokteran berkelanjutan) Seminar, Simposium, Lokakarya.o Peer Review: Pembahasan kasus secara EBMo Kursus singkat untuk satu ketrampilan tertentu (ATLS, ACLS, EKG,

Kepemimpinan, dll)o Pendidikan formal (S2 Aktuaria, S2 Kesehatan Kerja, dll)

Untuk paramediso Kursus keperawatano Peer Review: Diskusi kelompoko membahas satu masalah (rutin)o Kursus Manajemen pengelolaano keperawatan di klinik (asuhan keperawatan,dll)o Pendidikan formal seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dll

Untuk tenaga non-mediso Kursus penggunaan alat tertentuo Kursus Manajemen laboratorium,o Pemeriksaan Kesehatan Berkalao Pendidikan Formal seperti Akademi Penata Rontgen, AKK, Kursus

perpajakan

3. Memahami dan menjelaskan tentang pembiayaan kesehatanTerdapat 3 jenis pembiayaan kesehatan berdasarkan ideologi negara di dunia, yaitu :

6

Page 7: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

1. Sosialis (welfare state). Pada negara-negara tersebut, negara mempunyai kewajiban penuh untuk memenuhi biaya kesehatan. Bisa juga disebut tanggungan negara 100%.

2. Liberalis-kapitalis. Di sini biaya kesehatan diserahkan pada mekanisme pasar atau pemerintah tidak menanggung biaya kesehatan) sehingga pelayanan kesehatan menjadi berorientasi pada keuntungan semata.

3. Kombinasi antara sosialis dan kapitalis. Biaya kesehatan pada negara yang mengacu sistem pembiayaan kombinasi ditanggung oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.Berdasarkan dari jenis pembiayaan kesehatan tersebut, dapat ditentukan Indonesia

mengikuti sistem kombinasi dimana pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat sama-sama menanggung beban pembiayaan kesehatan.

Macam-macam biaya kesehatan:Tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

dan atau dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kedokteran, maka biaya kesehatan tersebut. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:

1. Biaya pelayanan kedokteranBiaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan intuk menyelenggarakan dan

atau memanfaatkan pelayanan kedokteran. Yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.

2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakatBiaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan

atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:1. Penyedia pelayanan kesehatan (health provider)

Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan dan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost) dan biaya operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari pihak pemerintah atau swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Pemakai jasa kesehatan (health consumer)Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa

pelayanan.ini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.

Unsur-unsur Pembiayaan Kesehatan Dana

Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Sumber dayaSumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar, regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya

7

Page 8: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.

Pengelolaan Dana KesehatanProsedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta, maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan.

Tujuan Pembiayaan Kesehatan Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:a) Mengupayakan kecukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat

pusat dan daerahb) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan

pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan

c) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut:

a. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatanb. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan

kesehatan masyarakat miskinc. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan

sosial (shi)d. Penggalian dukungan nasional dan internasionale. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsionalf. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta

ilmiahg. Pemantauan dan evaluasi.

Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna,

adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.

8

Page 9: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap.

4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.

5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.

Sumber Biaya Kesehatan: Pemerintah, swasta, masyarakat, sumber lain(hibah, pinjaman dari luarnegri).

1. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintahTergantung dari bentuk pemerintahan yang dianut, ada ditemukan suatu negara yang menanggung biaya kesehatan sepenuhnya (cuma-cuma), pada negara seperti ini tidak ditemukan pelayanan kesehatan swasta.

2. Sebagian ditanggung oleh masyarakatMasyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Dapat ditemukan pelayanan kesehatan swasta,dalam hal ini masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.

Asuransi KesehatanSuatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko

kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.

Unsur-unsur asuransi kesehatan: ada perjanjian ada pembelian perlindungan ada pembayaran premi oleh masyarakat

Jenis-jenis asuransi kesehatan di Indonesia:a) Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) asuransi ini memegang teguh

prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial masyarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanankesehatan. contoh: PT.askes, PT.jamsostek

Prinsip kerja:9

Page 10: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

• Keikutsertaannya bersifat wajib• Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya• Iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Idealnya harus dihitung 5%

dari GDP• Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga

kerja.• Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada

resikokelompok (collective risk sharing)• Tidak diperlukan pemeriksaan awal• Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh

(universal coverage)• Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi

kesehatansosial di Indonesia. Semua pegawai negeri diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan 

b) Asuransi kesehatan komersial perorangan (private voluntary health insurance) jenis asuransi ini dapat dibeli preminya baik individu maupun segmen masyarakat kelas menengah keatas.

Prinsip kerja:• Kepersertaan bersifat perorangan dan sukarela• Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis

tanggunganyang dipilih.• Premi berdasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan faktor usia, jenis

kelamin, jenis pekerjaan.• Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal• Santunan diberikan sesuai kontrak • Peranan pemerintah relatif kecil

c) Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance) ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial

Prinsip-prinsip dasar:• Keikutsertaan bersifat sukarela berkelompok • Iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut• Perhitugan premi bersifat community rating yang berlaku untuk

kelompok masyarakat• Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan kontrak • Tidak diperlukan pemeriksaan awal

4. Memahami dan menjelaskan tentang konsultasi dan rujukan Definisi

Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional terkait penangan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter, kepada dokter lain yang lebih ahli di bidangnya. Namun kewenangan penanganan masih berada pada dokter keluarga yang bersangkutan.

10

Page 11: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.

Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung melakukan rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama.

Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem tersebut.

Karakteristik 6. Ruang lingkup kegiatan : konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ke

tiga. Rujukan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.

7. Kemampuan dokter : konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli atau yang lebih berpengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.

8. Wewenang dan tanggung jawab : konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

Macam-macam Rujukan : Rujukan medis: Rujukan pasien (transfer of patient) Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) Rujukan bahan (transfer of specimens)

Rujukan kesehatan: Rujukan tenaga Rujukan sarana Rujukan operasional

Manfaat Konsultasi dan Rujukan :1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan yang seharusnya)2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work)

Masalah Konsultasi dan Rujukan1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter)2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien)3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi)6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.

Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan11

Page 12: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.Konsultasi (McWhinney, 1981):

a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasib. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus,

catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telefon)c. Keterangan lengkap tentang pasiend. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata Cara Rujukan• Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan

rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli tertentu.

• Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga.

• Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya.

• Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.

• Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja• Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan• Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya

kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.

2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.

3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.

4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

12

Page 13: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

5. Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga Dengan Mitra KerjanyaBentuk komunikasi/kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di lakukan dalam

berbagai hal seperti : Merujuk pasien.

Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.

Bekerjasama dengan sejawat.Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,

ras,usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikanhubungan profesional antar sejawat.

Bekerja dalam tim.Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.

Mengatur dokter pengganti.Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter

pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter  pengganti.

Mematuhi tugas.Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran

harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.

Pendelegasian wewenang.Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis,

mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan baru.

Komunikasi dokter – Profesi lain :13

Page 14: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Kolaborasi dokter –perawat Komunikasi dokter-Apoteker

Kolaborasi Prinsip : PerencanaanPengambilan keputusan bersamaBerbagi saran / ideKebersamaanTanggung gugat

Pendekatan Praktik HirarkisDokter Registerd nurse Pemberi pelayanan lain Pasien

Menekankan komunikasi satu arah Kontak Dokter dengan pasien terbatas Dokter merupakan tokoh yang dominan Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD

Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia

Model kolaboratif tipe II :

Lebih berpusat pada pasien Semua pemberi pelayanan harus

bekerjasama Ada kerja sama dengan pasien Tidak ada pemberi pelayanan yang

mendominasi secara terus-menerus.

6. Memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan menurut agama islamPenyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus

su’un (pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.

Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw Bersabda : “Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya” ( HR al-Bukhari). Tidak terpenuhinya atau terjaminnya kesehatan dan pengobatan akan mendatangkan dharar bagi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan layanan kesehatan menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara (Khilafah). Khilafah wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotik , pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran , apoteker, perawat, bidan dan sekolah lainnya yang

14

Registerd nurse

Pemberi pelayanan

lain

DOKTER

PASIEN

Page 15: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

menghasilkan tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan pengobatan lainnya.

Semua pelayanan kesehatan dan pengobatan harus dikelola sesuai dengan aturan syariah. Juga harus memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan yaitu wajib memenuhi 3 (tiga) prinsip baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan masyarakat dalam sistem Islam: pertama, sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga, profesional dalam pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang kompeten dan amanah

Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan).

Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu." Hadist Nabi Muhammad SAW, "Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti suatu bangunan memperkuat satu sama lain," Dan "Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.

Sistem Pembiayaan Kesehatan Dalam IslamAsuransi Syariah (Takaful)1) Arti Kata Takaful

Secara bahasa, takaful ( ) berasal dari akar kata ( تكافل ل ف yang artinya ( كmenolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Dalam Al-Qur'an tidak dijumpai kata takaful, namun ada sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti dalam :QS. Thoha/ 20 : 40

يكفله من على كم أدل هل فتقول أختك تمشي إذ"(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun): 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?"QS. Annisa/ 04 : 85 :

منها كفل له يكن ئة سي شفاعة يشفع ومن"Dan barangsiapa yang memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) daripadanya.."

Asuransi Syariah (Ta'min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

15

Page 16: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

2) Cikal Bakal Asuransi Syariaha. Al-Aqila ( العاقلة )

Yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota suku yang lain, pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi saudara terdekat dari terbunuh. Saudara terdekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak sengaja.

b. Al-Muwalah ( الموالة )Yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseroang yang tidak memiliki waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal, maka penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya.

Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus su’un(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.

Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw Bersabda: “Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya” ( HR al-Bukhari).

Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah sebagai berikut: Akad (Perjanjian)

◦ Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).

◦ Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi

16

Page 17: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-saving).

Gharar (Ketidakjelasan) ◦ Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya

tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.◦ Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak

adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum.

◦ Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik muamalah yang gharar.

◦ Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi milik perusahaan. 

Tabarru dan Tabungan◦ Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya

sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang

17

Page 18: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong.

◦ Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di hadapan Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).

◦ Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur dana tabungan yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara investasi pada asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara penuh.

◦ Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir. Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang dibayarkannya.

Riba◦ Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan

bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.

◦ Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan

18

Page 19: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim)

Dana Hangus ◦ Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta

karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing period. Sementara ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.

◦ Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan, sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).

◦ Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya.

19

Page 20: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

7. Adap dan tata cara Pemeriksaan dan Penanganan sebagai dokter MuslimMemahami dan Menjelaskan Adab Dokter Merawat Pasien Sakit Menurut Islam

Adab-adab yang bersifat khusus diantaranya:a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan preventif bagi yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup (aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).

b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).

c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter.Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR. Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).

d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang diharamkan.

e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia.Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam. Allah Ta'ala berfirman : (Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.

f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)."  (HR. Abu Dawud 4586, ash-shahiihah 635).

g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya.

20

Page 21: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).

h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu.Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa yang melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).

Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki seorang dokter adalah :

1. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita dalam satu ruangan tanpa ditemani mahram sang perempuan. Minimal pintu ruangan harus terbuka sehingga terlihat oleh keluarganya.

2. Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan mahramnya atau memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk kepentingan pengobatan.

3. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam kondisi genting maka tidak mengapa ia menjama' dua shalat.

4. Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap dengan dokter atau perawat wanita.

Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para petugas kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat praktiknya, yaitu :

1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki maupun perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.

2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit terhindar dari ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram).

3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau dinding.

4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena itu adalah bentuk ta'awun dalam kejelekan.

5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular dengan yang tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak langsung dengan si pasien tersebut sehingga penyakitnya tidak menular- dengan izin Allah- kepada yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur yang sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau tentang wabah penyakit  menular : "Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan Muslim 5775).

6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam :  "Jangan menghadap kiblat tatkala buang air besar dan kencing dan jangan pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144, Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).

7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap kiblat, berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya majelis adalah arah kiblat." (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan Syaikh al-

21

Page 22: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan Syaikh al-albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085) ).

Adab pemeriksaan terhadap pasien

Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau menyentuh badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya, dengan maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh dan memandang tidak ada masalah.

Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang saja dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat) dan lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh pasien laki-laki yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama mengatakan.            Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter, para terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah ada pihak ketiga yang menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.

Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Ja’far  yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah  (sepertinya dia perlu dengan Rasulullah SAW) Fatimah  mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung tersebut (mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita. Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat Zaenab)

Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW. Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:

إليه اضطررتم ما إال عليكم م حر ما لكم فصل وقد

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".

Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi mahramnya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.

22

Page 23: Pbl 3 Kedkel Noviseptiani

Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.

Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain:

1.    Menundukkan pandangan terhadap lawan jenisAllah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)

2.    Tidak berdua-duaanRasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.    Tidak menyentuh lawan jenisDi dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari)Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang.

Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996

Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010

Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan Residen. FK UGM.

23