PBL 3 Cardio_Arvi

4
Etiologi dan Faktor Resiko Etiologi dan faktor resiko dari gagal jantung antara lain (Gray et al, 2005) : 1. Hipertensi 2. Kardiomiopati (dilatasi, hipertrofik, restriktif) 3. Penyakit katup jantung 4. Aritmia 5. Kongenital (VSD, ASD, dll) 6. Alkohol, karena bersifat kardiotoksik, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar. 7. Obat-obatan seperti beta blocker, antagonis kalsium yang dapat menekan kontraktilitas miokard. Dapat juga obat kemoterapeutik seperti doksorubisin yang dapat menyebabkan kerusakan miokard. 8. Konstriksi atau efusi perikardium 9. Gagal jantung kanan (hipertensi baru). Patofisiologi Edema Tungkai Aktivasi sistem saraf simpatik Aktivasi sistem RAA Peningkatan hormon aldosteron

description

PBL

Transcript of PBL 3 Cardio_Arvi

Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi dan faktor resiko dari gagal jantung antara lain (Gray et al, 2005) :

Hipertensi

Kardiomiopati (dilatasi, hipertrofik, restriktif)

Penyakit katup jantung

Aritmia

Kongenital (VSD, ASD, dll)

Alkohol, karena bersifat kardiotoksik, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

Obat-obatan seperti beta blocker, antagonis kalsium yang dapat menekan kontraktilitas miokard. Dapat juga obat kemoterapeutik seperti doksorubisin yang dapat menyebabkan kerusakan miokard.

Konstriksi atau efusi perikardium

Gagal jantung kanan (hipertensi baru).

Patofisiologi Edema Tungkai

Aktivasi sistem saraf simpatik

Aktivasi sistem RAA

Peningkatan hormon aldosteron

Peningkatan volume darah

Peningkatan aliran balik darah ke jantung

Karena adanya bendungan karena kegagalan

ventrikel jantung memopa darah

Darah akan terkumpul di daerah vena/kapiler

Pada daerah tungkai(perifer),

jaringan akan melepaskan cairan ke interstitial

Pengaruh gaya gravitasi Edema tungkai

Aktivasi sistem saraf simpatik melalui baroreseptor akan mengaktivasi dari sistem RAA. Hal ini akan menyebabkan peningkatan hormon aldosteron. Dan otomatis hal ini akan berpengaruh pada volume darah dalam kapiler, yaitu adanya peningkatan volume darah. Sehingga aliran balik vena ke jantung juga akan meningkat. Namun karena pada gagal jantung terdapat kondisi dimana adanya bendungan yang sifatnya menyeluruh akibat kegagalan ventrikel jantung untuk memompa darah, maka akan terjadi akumulasi darah di kapiler. Karena banyaknya darah yang terkumpul, maka jaringan akan melepaskan cairan ke interstitial, jadi timbullah edema pada tungkai. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya pengaruh gaya gravitasi (Gray et al, 2005).

Klasifikasi gagal jantung menurut AHA (American Heart Association) pada tahun 2005 :

Pasien memiliki reseko menderita gagal jantung namun belum ada tanda gagal jantung, misalnya penderita PJK, DM, kardiomiopati, dan hipertensi. Penanganan yang baik dari penyakit ini dapat mencegah terjadinya gagal jantung.

Pasien menderita structural heart disease tetapi belum ada tanda gejala gagal jantung, misalnya pada infark miokard, LVH, atau penyakit katup jantung. Penanganan yang tepat untuk penyakit ini yaitu dengan beta blocker, ACEI, atau operasi katup efektif untuk mencegah timbulnya gagal jantung.

Pasien menderita structural heart disease dan gejala gagal jantung. Penanganan yang lebih agresif dengan ACEI, beta blocker, diuretik, ARB, dan perubahan pola hidup akan meringankan gejala.

Gagal jantung yang refrakter walaupun telah mendapatkan terapi maksimal. Penanganannya dibutuhkan intervensi khusus seperti transplantasi jantung, pemberian obat inotropik kronis, dan permanent mechanical support.

Daftar Pustaka

Gray et al, 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta:Erlangga.

American Heart Assosiation. 2005. Classes of Heart Failure. Available at : http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/AboutHeartFailure/Classes-of-Heart-Failure_UCM_306328_Article.jsp (Diakses tanggal 1 Mei 2014).