PBL SKENARIO 3

23
STATUS GIZI DAN PHBS 1. Memahami dan menjelaskan Status Gizi pada Anak a. Definisi Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat- zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO- NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB b. Penilaian Status Gizi Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : Umur. Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti

description

PBL

Transcript of PBL SKENARIO 3

Page 1: PBL SKENARIO 3

STATUS GIZI DAN PHBS

1. Memahami dan menjelaskan Status Gizi pada Anak

a. Definisi

Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh

derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan

makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan

dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan

BB/TB

b. Penilaian Status Gizi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok

masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal

dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri

disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut

adalah sebagai berikut :

Umur.

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan

penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan

berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai

dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya

kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.

Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya

adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah

dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes,

2004).

Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa

jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang

Page 2: PBL SKENARIO 3

mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.

Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur)

atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat

pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan

kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu

pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu

(Djumadias Abunain, 1990).

Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari

keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat

keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir

rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk

Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan

menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang

lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada

umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan

dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk

menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status

gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi

untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh

(M.Khumaidi, 1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka

dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan

BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi

kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai

masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku

Antropometeri WHO-NCHS

Page 3: PBL SKENARIO 3

No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

  - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

  - 2 s/d +2 SD Gizi baik

  > +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua

versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z).

Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative

baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk

anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik

menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan

( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB

Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Page 4: PBL SKENARIO 3

NoIndeks yang digunakan

InterpretasiBB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi

Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++

Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal

Tinggi Rendah Tinggi Obese

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan

mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan

(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku

Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 5: PBL SKENARIO 3

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000

oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di

interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat

pada tabel 2.

Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut

Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm

Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-

NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15

tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS

Age Standard Deviations

Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd

15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS

Stature Standard Deviations

cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd

145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS

Stature Standard Deviations

Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd

15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2

Page 6: PBL SKENARIO 3

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Jadi untuk indeks BB/U adalah

= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD

= status gizi baik

Untuk IndeksTB/U adalah

= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD

= status gizi pendek

Untuk Indeks BB/TB adalah

= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD

= status gizi gemuk

2. Memahami dan menjelaskan Gizi buruk

a. Definisi

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan

tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi

peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi

virus/bakteri.

b. Klasifikasi (Ringan,Sedang dan Berat)

Pelayanan Gizi pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk di rumah sakit

meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan rujukan.

Pada dasarnya setiap anak yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan

pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menentukan status gizinya,

selain melihat tanda-tanda klinis dan bila perlu pemeriksaan laboratorium. Penentuan

status gizi ini diperkuat dengan menanyakan riwayat makan.

Dari hasil penentuan status gizi maka direncanakan tindakan sebagai berikut:

1. KEP ringan

Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah dan

pemberian vitamin. Dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif (Bayi <4 bulan)

Page 7: PBL SKENARIO 3

dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun. Pada pasien KEP ringan yang dirawat

inap untuk penyakit lain, diberikan makanan sesuai dengan penyakitnya dengan

tambahan energi sebanyak 20% agar tidak jatuh pada KEP sedang atau berat, serta

untuk meningkatkan status gizinya. Selain itu obati penyakit penyerta.

2. KEP sedang

a. Penderita rawat jalan (di RS/Puskesmas): diberikan nasehat pemberian

makanan dengan tambahan energi 20–50% dan vitamin serta teruskan ASI bila

anak <2 tahun. Pantau kenaikan berat badannya setiap 2 minggu dan obati

penyakit penyerta.

b. Penderita rawat inap: diberikan makanan tinggi energi dan protein, secara

bertahap sampai dengan energi 20-50% di atas kebutuhan yang dianjurkan

(Angka Kecukupan Gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya, berat

badan dipantau setiap hari, selain itu diberi vitamin dan penyuluhan gizi.

Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi masih menderita KEP ringan

atau sedang, rujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizinya.

3. KEP berat/Gizi buruk

Bilamana ditemukan anak dengan KEP berat/Gizi buruk harus dirawat inap,

dilaksanakan sesuai dengan pedoman ini, selanjutnya lihat BAB III dan BAB IV.

Penggolongan Kasus Gizi Buruk

Marasmus :

Anak sangat kurus, Wajah seperti orangtua, Cengeng dan rewel

Rambut tipis, jarang, kusam, Kulit keriput

Tulang iga tampak jelas, Pantat kendur dan keriput, Perut cekung

Kwashiorkor

Wajah bulat dan sembab, Cengeng dan rewel, Apatis

Rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit

Page 8: PBL SKENARIO 3

Kedua punggung kaki bengkak, Bercak merah kehitaman di tungkai atau di

pantat

Marasmik-Kwashiorkor

Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor : sangat kurus, rambut jagung

dan mudah rontok, perut buncit, punggung kaki bengkak, cengeng.

c. Etiologi

Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:

1. Penyapihan yang terlalu dini

2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC

3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau

metabolism lainnya.

Penyebab tidak langsung:

1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah

2. Lingkungan rumah yang kurang baik

3. Pengetahuan gizi kurang

4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang

d. Pencegahan (Promotif dan pereventif) dan Penanggulangan

1. Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu

Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR)

Orientasi kader

Menyediakan biaya operasional

Menyediakan materi KIE

Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A

2. Tatalaksana kasus gizi buruk

Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas/RS

(biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)

Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS

Page 9: PBL SKENARIO 3

Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan

Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk

3. Pencegahan gizi buruk

Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang

berat badannya tidak naik atau gizi kurang

Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu

Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan

4. Surveilen gizi buruk

Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)

Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk

Pemantauan status gizi (PSG)

5. Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk

Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha

dan masyarakat)

Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

3. Memahami dan menjelaskan tentang Posyandu

a. Definisi

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan

untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas

kesehatan dan keluarga berencana

b. Tujuan

Tujuan pokok posyandu adalah :

a) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.

b) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

c) Mempercepat penerimaan NKKBS.

d) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan

hidup sehat..

e) Pendekatan dengan pemerataan pelayanan kepada masyarakat dalam usaha

meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak

geografi.

Page 10: PBL SKENARIO 3

f) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi

untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat..

c. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu dalam pelayanan kesehatan adalah :

Bayi berusia kurang dari 1 tahun.

Anak balita usia 1 sampai 5 tahun.

Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas serta wanita usia subur

d. Macam-macam kegiatan

I. Lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu).

1. Kesehatan ibu dan anak.

2. Keluarga Berencana.

3. Imunisasi.

4. Peningkatan gizi.

5. Penanggulangan diare.

II. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu)

1. Kesehatan ibu dan anak.

2. Keluarga berencana.

3. Imunisasi.

4. Peningkatan gizi.

5. Penanggulangan diare.

6. Sanitasi dasar .

7. Penyedian obat esensial

4. Memahami dan menjelaskan tentang Lingkungan Perumahan dan Rumah yang

Memenuhi Syarat Kesehatan (Kriteria Rumah Sehat)

1. Lantai

Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen atau ubin,

kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak

Page 11: PBL SKENARIO 3

berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan

berdebu merupakan sarang penyakit.

2. Atap

Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.

Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis juga dapat terjangkau oleh

masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian banyak

masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbai atau daun

kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng maupun asbes tidak cocok untuk rumah

pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.

3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga

agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2

yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun

bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan

menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan

cairan dari kulit dan penyerapan.

Kelembaban akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen

(bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua daripada ventilasi adalah

membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu

selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan

selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di

dalam kelembaban (humidity) yang optimum.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara

alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan

sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan karena juga

merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu

Page 12: PBL SKENARIO 3

harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk

tersebut.

Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan

udara terebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini

tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa

sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi,

harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya

udara.

4. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu

banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya

matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk

hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di

dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.

Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:

Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh

bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu,

rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya

jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai

yang terdapat dalam ruangan rumah.

Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari

dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi

jendela di sini disamping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar

matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Jalan masuknya cahaya

alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.

Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti

lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

5. Luas Bangunan Rumah

Page 13: PBL SKENARIO 3

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,

artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.

Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan

perjubelan (overcrowded). Hal ini berdampak kurang baik terhadap kesehaan

penghuninya, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah

satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota

keluarga yang lain.

6. Fasilitas-fasilitas di dalam Rumah Sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

Penyediaan air bersih yang cukup,

Pembuangan tinja,

Pembuangan air limbah (air bekas),

Pembuangan sampah,

Fasilitas dapur,

Ruang berkumpul keluarga,

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).

Di samping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan

tersendiri untuk rumah pedesaan adalah kandang ternak. Oleh karena ternak adalah

merupakan bagian hidup para petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di

dalam rumah. Hal ini tidak sehat karena ternak kadang-kadang merupakan sumber

penyakit pula. Maka sebaiknya, demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal

atau dibuatkan kandang tersendiri.

5. Memahami dan menjelaskan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Definisi

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang

Page 14: PBL SKENARIO 3

kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan berperan

aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat

b. Tujuan

1. Tujuan Umum

Acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan

program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku

hidup bersih dan sehat secara bertahap dan berkesinambungan menuju

Kabupaten/Kota Sehat.

2. Tujuan Khusus

a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota percontohan

untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.

b. Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohan program PHBS.

c. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat

d. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat

c. Indikator

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI ekslusif

3. Menimbang bayi dan balita

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

Page 15: PBL SKENARIO 3

6. Memahami dan menjelaskan tentang jihad dalam Islam

Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan

kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan

pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan

mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.

Arti kata Jihad sering disalahpahami oleh yang tidak mengenal prinsip-prinsip Din

Islam sebagai ‘perang suci’ (holy war); sedangkan istilah untuk perang adalah Qital,

bukan Jihad. Perbuatan terorisme dengan bom bunuh diri jelas BUKANLAH JIHAD,

karena tidak sesuai dengan pengertian dan tuntunan jihad menurut Islam.

Pada arti kata dasar jihad adalah “berjuang” atau “ber-usaha dengan keras”.

Semangat jihad merupakan semangat yang harus ada pada diri setiap umat muslim dan

setiap warga negara . Peringatan 17 Agustus 1945 yang baru saja kita rayakan, tiada lain

adalah dalam rangka memperingati semangat jihad para pejuangan bangsa yang telah

berjuang mempertaruhkan nyawanya dalam memperjuangkan dan membela kemerdekaan

Negara dan Bangsa Indonesia.

Pada jaman dimana Negara dalam keadaan merdeka dan aman, bangsa Indonesia

sangat membutuhkan semangat jihad modern sebagai berikut:

1.    Jihad dalam Bidang Akhlak, yaitu: berjihad dalam melawan hawa nafsu dan godaan

syetan sehingga perbuatan kita berada dalam jalan yang benar dan terhindar dari

perbuatan dosa dan tercela serta bersabar dalam menghadapi berbagai rintangan.

2.    Jihad dalam Bidang Ilmu, yaitu: berjihad menuntut ilmu (ilmu agama dan ilmu yang

bermanfaat lainnya) serta mengamalkankan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

memberikan manfaat bagi dirinya dan ummat pada umumnya.

3.    Jihad dalam Bidang Ekonomi (al-Jihad al-Iqtishody), yaitu: berjihad mencari nafkah

untuk diri sendiri dan keluarganya serta berjuang menyantuni fakir miskin dan

membantu mereka melepaskan diri dari kemiskinan.

Page 16: PBL SKENARIO 3

Indonesia sangat membutuhkan semangat jihad tersebut diatas khususnya Jihad

dalam Bidang Ekonomi. Negara Indonesia sudah 64 tahun merdeka, tetapi banyak

saudara-saudara kita belum merdeka dari kemiskinan. Sebagai contoh di Jawa Barat

masih terdapat 5,4 juta penduduk miskin (atau 13,01% dari jumlah penduduk). Oleh

karena itu untuk menciptakan Indonesia Merdeka dari Kemiskinan dibutuhkan banyak

sekali para Mujahid Iqtishody, Mujahid Bisnis, Mujahid Entrepreneur,  atau seorang yang

menjalankan jihad dalam bidang ekonomi dan benar-benar berhasil dalam kehidupan

bisnis secara kaffah dan berhasil dalam mempersiapkan kehidupan akhirat sebagaimana

yang telah dicontohkan dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya.