PB 1 Materi Kuliah Agama Katolik 2014 (2) (1)

6
PRINSIP KAIDAH AGAMA (Oleh Yulianus Akadius Gale, S.Ag.) TIK: Menjelaskan prinsip agama dan kepercayaan masyarakat Indonesia 1. Falsafah Agama a. Penting agama bagi hidup manusia Agama merupakan gejala yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Agama telah menjadi bagian hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan, iklim dan budaya, menganut salah satu agama atau sesuatu agama. Tetapi cara orang memahami agama bisa berbeda-beda. Misalnya, ada yang berpikir, agama berarti menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan sehingga Tuhan tetap senang. Bagi mereka, agama berarti menyenangkan hati Tuhan, karena itu, apa saja yang mereka lakukan, semata-mata asal “Boss yang di surga” senang. Ada juga yang menganggap agama itu semacam alat hiburan bagi manusia di kala bersusah. Agama bukan hal yang nyata, dia adalah janji muluk tentang apa yang ada di balik hidup manusia saat ini. Menurut kelompok ini, agama menghibur manusia agar sanggup memikul beban hidup dan penderitaannya di dunia sekarang ini. Karena itu jika ada orang yang mengalami kesusahan atau ditimpa kemalangan, orang-orang dari kelompok ini akan berkata:”Tidak apa-apa, sayang! Nanti, kita semua akan bahagia di surga. Tidak sedikit pula yang memandang agama sebagai pelaksanaan sejumlah peraturan yang ditetapkan dalam organisasi keagamaan. Misalnya, berbuat amal harus sekian kali, berdoa harus dengan posisi tubuh sekian, jam-jam sekian tidak boleh berjalam lebih dari sekian puluh meter dll. Beragama berarti menaati ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan dalam hubungan dengan Tuhan. Selain itu, ada juga yang menganggap agama itu tidak lebih dari sebuah kebohongan, suatu tipuan. Agama bagi kelompok ini tidak mempunyai arti apapun dan tidak menjanjikan apapun. Karena itu mereka berkata dengan masa bodoh:”Mengapa kita harus peduli dengan agama?” Mereka yakin bahwa mereka dapat menjalani hidupnya dengan sempurna tanpa agama. Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka berani berkata:”Aku adalah pencipta diriku sendiri; aku hanya mau menyembah penciptaku itu yaitu, diriku sendiri.” Orang-orang Katolik tidak memandang agama atas cara-cara demikian. Bagi orang Katolik, agama itu penting karena ia berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdalam mengenai hidup manusia (eksistensial). Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya: Siapakah aku ini? Mengapa aku berada di sini? Apakah hidup ini mempunyai makna? Apakah dunia ini sahabat atau lebih sebagai musuh? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak bisa dijawab oleh para ilmuwan, politikus, ataupun oleh pakar-pakar ekonomi. Akan tetapi, dibagian terdalam dari hidup manusia terletak sebuah misteri. Dan misteri adalah hal yang nyata yang maknanya begitu mendalam sehingga ia tak pernah bisa diukur sepenuhnya oleh manusia. Jadi agama itu menyangkut kenyataan. Alasannya, pertama agama mengakui adanya kenyataan yang lebih jauh daripada sekedar hal-hal yang bisa dilihat, didengar, ditimbang beratnya dan diukur panjang lebarnya. Kedua, agama mengakui adanya dunia yang tak kelihatan disamping yang kelihatan. Itulah dunia misteri yang dijumpai disetiap inti hakekat segala yang ada. Ketiga, agama mengakui bahwa misteri ini bukanlah sesuatu yang kabur dan tak jelas. Agama itu menyangkut pencarian sisi misterius dan tersembunyi dari hidup manusia. Hal ini benar dan berlaku untuk semua agama. Juga benar untuk iman Katolik. Itu sebabnya mengapa orang Katolik berpikir bahwa agama itu penting bagi hidupnya. b. Inti agama Secara harafiah agama dapat diartikan: a. Agama dari bahasa Jawa Kuno/Sansekerta: Berasal dari kata a (tidak) dan gama (pergi, pindah, bergerak). Dari arti kata ini agama berarti tidak bergerak atau tetap. Dari sini timbul kata Kekal Abadi. Sehingga agama berarti mencari yang kekal abadi. b. Arti agama yang dipengaruhi dari bahasan Barat Religio (bahasa Latin), Religion (bahasa Inggris). Dari kata Religare (bahasa latin) yang artinya mengikat. Jadi agama berarti ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan. Secara esensial: Dari pandangan sekilas, isi, pelaksanaan dan penampilannya, agama nampak berbeda bahkan berlawanan satu sama lain. Namun bila dilihat intinya, semua agama pada dasarnya mempercayai, menyakini dan berpegang pada “Hal” yang sama yaitu “Realita, Zat, Sesuatu” yang paling tinggi. Pada agama-agama keluarga atau suku, Realitas Tertinggi dipahami sebagai Yang Suci dan dijuluki dengan berbagai nama menurut bahasa dan budaya masing-masing. Pada agama-agama universal yang merupakan agama Wahyu, Yang Maha Tinggi itu di sebut Tuhan, Allah, God, Deus, Theos, Dewa.

Transcript of PB 1 Materi Kuliah Agama Katolik 2014 (2) (1)

  • PRINSIP KAIDAH AGAMA

    (Oleh Yulianus Akadius Gale, S.Ag.)

    TIK: Menjelaskan prinsip agama dan kepercayaan masyarakat Indonesia

    1. Falsafah Agama a. Penting agama bagi hidup manusia

    Agama merupakan gejala yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Agama telah menjadi bagian hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan, iklim dan budaya, menganut salah satu agama atau sesuatu agama. Tetapi cara orang memahami agama bisa berbeda-beda. Misalnya, ada yang berpikir, agama berarti menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan sehingga Tuhan tetap senang. Bagi mereka, agama berarti menyenangkan hati Tuhan, karena itu, apa saja yang mereka lakukan, semata-mata asal Boss yang di surga senang. Ada juga yang menganggap agama itu semacam alat hiburan bagi manusia di kala bersusah. Agama bukan hal yang nyata, dia adalah janji muluk tentang apa yang ada di balik hidup manusia saat ini. Menurut kelompok ini, agama menghibur manusia agar sanggup memikul beban hidup dan penderitaannya di dunia sekarang ini. Karena itu jika ada orang yang mengalami kesusahan atau ditimpa kemalangan, orang-orang dari kelompok ini akan berkata:Tidak apa-apa, sayang! Nanti, kita semua akan bahagia di surga. Tidak sedikit pula yang memandang agama sebagai pelaksanaan sejumlah peraturan yang ditetapkan dalam organisasi keagamaan. Misalnya, berbuat amal harus sekian kali, berdoa harus dengan posisi tubuh sekian, jam-jam sekian tidak boleh berjalam lebih dari sekian puluh meter dll. Beragama berarti menaati ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan dalam hubungan dengan Tuhan. Selain itu, ada juga yang menganggap agama itu tidak lebih dari sebuah kebohongan, suatu tipuan. Agama bagi kelompok ini tidak mempunyai arti apapun dan tidak menjanjikan apapun. Karena itu mereka berkata dengan masa bodoh:Mengapa kita harus peduli dengan agama? Mereka yakin bahwa mereka dapat menjalani hidupnya dengan sempurna tanpa agama. Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka berani berkata:Aku adalah pencipta diriku sendiri; aku hanya mau menyembah penciptaku itu yaitu, diriku sendiri.

    Orang-orang Katolik tidak memandang agama atas cara-cara demikian. Bagi orang Katolik, agama itu penting karena ia berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdalam mengenai hidup manusia (eksistensial). Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya: Siapakah aku ini? Mengapa aku berada di sini? Apakah hidup ini mempunyai makna? Apakah dunia ini sahabat atau lebih sebagai musuh? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak bisa dijawab oleh para ilmuwan, politikus, ataupun oleh pakar-pakar ekonomi. Akan tetapi, dibagian terdalam dari hidup manusia terletak sebuah misteri. Dan misteri adalah hal yang nyata yang maknanya begitu mendalam sehingga ia tak pernah bisa diukur sepenuhnya oleh manusia. Jadi agama itu menyangkut kenyataan. Alasannya, pertama agama mengakui adanya kenyataan yang lebih jauh daripada sekedar hal-hal yang bisa dilihat, didengar, ditimbang beratnya dan diukur panjang lebarnya. Kedua, agama mengakui adanya dunia yang tak kelihatan disamping yang kelihatan. Itulah dunia misteri yang dijumpai disetiap inti hakekat segala yang ada. Ketiga, agama mengakui bahwa misteri ini bukanlah sesuatu yang kabur dan tak jelas. Agama itu menyangkut pencarian sisi misterius dan tersembunyi dari hidup manusia. Hal ini benar dan berlaku untuk semua agama. Juga benar untuk iman Katolik. Itu sebabnya mengapa orang Katolik berpikir bahwa agama itu penting bagi hidupnya.

    b. Inti agama

    Secara harafiah agama dapat diartikan: a. Agama dari bahasa Jawa Kuno/Sansekerta:

    Berasal dari kata a (tidak) dan gama (pergi, pindah, bergerak). Dari arti kata ini agama berarti tidak bergerak atau tetap. Dari sini timbul kata Kekal Abadi. Sehingga agama berarti mencari yang kekal abadi.

    b. Arti agama yang dipengaruhi dari bahasan Barat Religio (bahasa Latin), Religion (bahasa Inggris). Dari kata Religare (bahasa latin) yang artinya mengikat. Jadi agama berarti ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan.

    Secara esensial: Dari pandangan sekilas, isi, pelaksanaan dan penampilannya, agama nampak berbeda bahkan berlawanan satu sama lain. Namun bila dilihat intinya, semua agama pada dasarnya mempercayai, menyakini dan berpegang pada Hal yang sama yaitu Realita, Zat, Sesuatu yang paling tinggi. Pada agama-agama keluarga atau suku, Realitas Tertinggi dipahami sebagai Yang Suci dan dijuluki dengan berbagai nama menurut bahasa dan budaya masing-masing. Pada agama-agama universal yang merupakan agama Wahyu, Yang Maha Tinggi itu di sebut Tuhan, Allah, God, Deus, Theos, Dewa.

  • Jadi Agama adalah hubungan manusia dengan kekuasaan suci yang lebih tinggi dari manusia itu sendiri, atau kepada manusia merasa tergantung, takut atau takwa karena sifatnya yang dasyat (tremendum); tetapi sekaligus manusia juga tertarik kepadaNya karena sifat-sifatNya yang mempesonakan (fascinosum), lalu manusia mencari jalan dan mengadakan usaha untuk mendekatiNya. Kekuasaan suci itu menurut agama masing-masing disebut Allah, Tuhan, Dewa dll.

    Agama dalam Kitab Suci Kitab Suci Parjanjian Lama:

    Dasar agama terdapat dalam 10 perintah Allah (Dekalog) yang terdapat pada kitab Keluaran 20.1-6 yaitu Mengasihi Tuhan dan menuruti perintah-perintahNya, beribadah kepada Tuhan dengan hati dan jiwa, mengabdi kepada Tuhan (Ul.10.12)

    Kitab Suci Perjanjian Baru : Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan

    segenap akal budi dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Mat.22:37-40)

    Tuhan itu dipercayai dan diyakini sebagai asal, penyelenggara dan tujuan hidup. KepadaNyalah manusia percaya dan mengakui adaNya serta menyerahkan diri serta hidupnya. Tuhan itu ada tanpa diadakan dan keberadaanNya mandiri tanpa bergantung pada pengada yang lain. Tuhan itu diakui sebagai Asal dan Pencipta segala yang ada didunia manusia, makluk hidup, tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa. Tuhan tak terbatas kesempurnaanNya. Dia mengatasi dan ada diatas, transenden (transcendens) segala yang ada. Tetapi Dia juga dekat bahkan berada, imanen (immanens) pada segala makluk. Karena segala sesuatu mendapat ada mereka dari padaNya.

    c. Struktur agama Dari segi system atau struktur, setiap agama memiliki 4 segi pokok yaitu segi yang menyangkut keseluruhan hidup (segi eksistensial), segi yang menyangkut pemahaman (segi intlektual), segi yang menyangkut kelembagaan (segi institusional) dan segi perwujudan dalam perilaku (segi etikal). 1). Segi eksistensial terjelma dalam iman dan kepercayaan. Oleh iman Tuhan diterima dan diakui sebagai satu-satunya Realitas yang disembah. Oleh kepercayaan Tuhan diyakini sebagai sumber dan Penyangga hidup. Iman kepercayaan itu menyangkut dan membawa dampak pada keseluruhan diri manusia: cipta, rasa, karsa, karya dan hidupnya. 2) Segi intelektual menyentuh pengertian mengenai Tuhan. Dengan iman kepercayaan diterima, diakui dan diyakini keberadaaan dan peranan Tuhan bagi hidup manusia. Dengan pemahaman, hakekat dan sifat sifat Tuhan dimengerti dan dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan, ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang dapat dipahami. 3) Segi institusional berurusan dengan kelembagaan dan pengorganisasian agama. Dengan adanya kelembagaan iman kepercayaan dan pemahaman tentang Tuhan dijaga, dikembangkan dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan lain. Pengorganisasian agama membantu pelaksanaan hidup keagamaan, entah dalam kelompok alamiah: keluarga, suku, kelompok, kampong, desa, paguyuban dan organisasi keagamaan. 4) segi etikal mengungkapkan iman kepercayaan kepada Tuhan dalam perilaku. Karena manusia itu makluk rohani yang jasmani, iman kepercayaan kepada Tuhan tak hanya mempengaruhi unsur batin tetapi juga unsur perilaku lahirnya. Pengaturan perilaku berdasarkan iman kepercayaan yang terumuskan dalam kaidah-kaidah keagamaan dalam bentuk perintah-perintah moral dan etikal. Berpedoman kaidah-kaidah keagamaan itu, penganut agama hidup dan bertindak. Perilaku yang diatur oleh agama meliputi perilaku pribadi, perilaku dalam keluarga dan perilaku dalam masyarakat.

    d. Mengapa manusia beragama Meski berbeda dalam agama dan bentuk serta cara menganutnya, secara umum dapat dikatakan bahwa ada enam faktor utama yang mendorong manusia untuk beragama: 1) Mendapatkan keamanan

    Hidup didunia ini sungguh sangat menarik tetapi tidak selalu aman. Alam tidak selalu ramah, baik dan simpatik kepada manusia. Berbagai penyakit dapat menyerang manusia. Wabah dapat berkecamuk. Peredaran musim dapat berubah di luar kebiasaaan. Kekeringan dapat berkepanjangan melebihi batas. Curah hujan dapat berlebihan, berlangsung lama dan mendatangkan bahaya banjir. Di darat dapat lewat taufan yang memporakporandakan penghuni dan bangunan beserta segala isinya. Daerah pantai dapat diterjang oleh gelombang pasang yang dasyat dan menghapus segala yang ada. Di darat dan dilaut dapat tertimpa gempa bumi. Belum lagi segala penderitaan dan kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia sendiri misalnya pencurian, perampokan, pembajakan, pembunuhan, perkosaan. Berhadapan dengan segala kesusahan, penderitaan, malapetaka, musibah alam dan dunia itu, manusia ada dipihak yang lemah. Beberapa malapetaka alam, seperti yang disebabkan oleh perubahan musim dan angin, sudah dapat diperkirakan, disiasati dan dikendalikan. Berbagai penyakit dan wabah sudah diketahui penyebab, cara menyerang dan menjalarnya serta mengatasi akibatnya bila sudah diserang. Berbagai alat pengaman, seperti polisi dan regu hansip sudah dibentuk dan dilatih untuk mengatasi kejahatan manusia. Tetapi masih banyak penderitaan, kesusahan, malapetaka alami dan manusiawi yang belum mampu dikuasai dan dijinakan. Berhadapan dengan segala malapetaka dan mara bahaya itu manusia merasa tak berdaya.

  • Dalam situasi semacam inilah manusia berpaling pada agama. Manusia pergi menghadap kepada Tuhan, sang Pemberi dan Pemelihara kehidupan. Ditengah-tengah hidup yang tak selalu aman dan tak bebas dari ancaman itu manusia mohon kepada Tuhan, perlindungan dan dijauhkan dari segala marabahaya serta malapetaka akibat bencana alam, penderitaan karena berbagai penyakit dan perbuatan jahat manusia.

    2) Mencari perlindungan dalam hidup Selain adanya bencana alam, penderitaan karena berbagai penyakit dan malapetaka karena kejahatan manusia, hidup manusia juga penuh ketidak pastian dan ketidaktentuan. Manusia tidak menemukan sesuatu yang sungguh-sungguh dapat diandalkan. Mereka bersandar pada lingkungan ternyata tak membantu manakala membutuhkan. Mereka yang berlindung pada orang-orang kuat dan kuasa, dalam jangka waktu tertentu ketika orang-orang itu masih kuat dan kuasa, memang aman. Celakanya pada saat-saat yang sungguh kritis, orang kuat dan kuasa itu tidak mampu atau bila mampu tak mau turun tangan menolong mereka. Orang kuat dan kuasa ternyata juga tak dapat diandalkan sepenuhnya. Mereka yang mengandalkan diri sendiri juga menjadi terlalu lemah menghadapi masalah hidupnya. Beban hidup terlalu berat untuk dipikul dan diselesaikan sendiri. Dalam keadaan seperti inilah manusia lari ke agama. Karena di sana diyakini Tuhan, Sang Penyelenggara yang dapat diandalkan. Di tengah kehidupan yang tak pasti itu manusia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, sebagai sumber kepastian dan pegangan.

    3) Menemukan penjelasan atas dunia dan hidupnya Manusia lahir dan hadir di dunia tanpa ditanya dan dikonsultasi terlebih dahulu. Sementara menjalani hidup ini, manusia dipenuhi berbagai pertanyaan yang menuntut jawaban dan penjelasan. Dia mempertanyakan hidupnya. Dari mana asalnya? Untuk apa hidup? Mengapa mati dan sesudah kematian ada apa? Dia ingin tahu tentang alam semesta. Apakah alam semesta itu? Berapa lama akan berlangsung? Sesudah alam semesta berakhir, apa yang akan muncul? Dia ingin mendapat tahu tentang Tuhan sendiri. Siapa yang memberi, menguasai dan mengatur hidup? Bila ada yang menguasai dan mengatur, mengapa ada kesusahan, penderitaan, bencana dan kematian di dunia? Pertanyaan-pertanyaan yang fundamental menuntut jawaban. Tetapi baik ilmu, ahli, pakar atau orangtua tak mampu memberi penjelasan yang memuaskan. Bahkan dari jawaban-jawaban yang diberikan muncul pertanyaan-pertanyaan baru yang malah makin mengaburkan pertanyaan. Agama berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental. Agama bergerak dibidang misteri kehidupan. Karena dalam agama Tuhan diakui dan diyakini sebagai asal dan tujuan kehidupan. Maka manusia mengacu kepada agama untuk mencari kejelasan atas makna hidup dan alam raya yang dihuninya.

    4) Memperoleh pembenaran Praktik Kehidupan Dalam masyarakat terdapat berbagai praktek hidup yang baik dan berguna. Misalnya rajin bekerja, sopan santun, tolong menolong. Semua praktek ini berarti dan diperlukan. Orang yang rajin bekerja dapat menyelesaikan tugas-tugas hidupnya dengan baik dan pada waktunya. Orang yang menjaga sopan santun dalam pergaulan dengan orang lain menyenangkan. Orang yang suka tolong menolong ikut berjasa dalam mensejahterakan hidup bersama. Segala praktek hidup baik dan berguna itu pada dirinya sendiri sudah memiliki daya tarik dan dorong agar orang melaksanakannya. Agar orang lebih terdorong lagi untuk melaksanakan pada praktek-praktek hidup itu ditambahkan motivasi agama. Bekerja rajin merupakan ibadah. Sopan santun menghormati dan memperlakukan manusia ciptaan Tuhan secara baik adalah menghormati dan memperlakukan baik sang Pencipta. Tolong menolong bukan saja berguna untuk kesejahteraan masyarakat tetapi juga ikut berkarya bersama Tuhan untuk menyempurnakan ciptaanNya. Ikut serta dalam pembangunan merupakan bagian integral dari hidup beriman. Semua motivasi keagamaan yang ditambahkan itu dapat amat bermanfaat dalam melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan praktek-praktek kehidupan yang baik.

    5) Meneguhkan tata nilai yang sudah mengakar dalam masyarakat Dalam masyarakat terdapat berbagai nilai kehidupan etikal dan moral. Nilai-nilai itu berhubungan dengan kehidupan pribadi, hubungan dengan sesama dan kehidupan bersama dalam masyarakat. Nilai-nilai itu dilestarikan dan dikembangkan dengan dilaksanakan, diwujudkan dan dihayati. Sebetulnya segala nilai dari dirinya sendiri sudah memiliki kekuasaan untuk menarik dan mendorong orang untuk mempertahankan, memiliki, menghayati dan memperkembangkan. Namun agar lebih terdorong memeluk nilai itu, manusia membutuhkan motavasi lain termasuk motivasi keagamaan. Contohnya mencuri harta benda orang lain itu pada diri sendiri jahat. Oleh karena itu manusia sudah merasa terdorong untuk tidak melakukannya. Agar rasa terdorong untuk tidak mencuri itu bertambah kuat, mencuri itu dijadikan larangan agama. Contoh lain kejujuran. Pada dirinya jujur itu sudah baik dan memberi dorongan untuk memiliki dan mempraktekannya. Dorongan untuk memeluk kejujuran menjadi bertambah kuat pada waktu dijadikan perintah agama. Dengan demikian berkat agama nilai jahat dan nilai baik dihindari dan dipeluk bukan hanya karena jahat atau baik tetapi juga karena dilarang dan diperintahkan agama. Berkat agama, manusia mendapat kekuatan, dorongan dan pemantapan dalam pelaksanaan nilai kehidupan. Dengan motivasi keagamaan, nilai jahat terasa lebih kuat dayanya untuk ditolak dan dihindari dan nilai baik terasa lebih kuat untuk dipeluk dan dilaksanakan.

  • 6) Memuaskan kerinduan hidup Manusia tidak pernah puas. Manusia selalu mau dipenuhi. Manusia selalu ingin lebih. Dambaan untuk dipenuhi dan menjadi lebih tidak terbatas pancaindera, seks dan daya mentalnya, tetapi juga pada jiwanya yang paling dalam. Sebagai makluk rohani, manusia ingin mencapai nilai rohani yang paling luhur dan mulia. Manusia tidak puas dan tidak merasa cukup dengan nilai manusiawa seperti kebaikan, kejujuran, keadilan dan cinta kasih. Dia ingin juga nilai rohani dan adikodtrati yang mampu memuaskan hasratnya yang paling dalam. Manusia tidak akan merasa tenang dan puas sebelum menemukan harta rohani dan adikodrati yaitu Tuhan sendiri. Tuhan diusahakan untuk disembah, dimuliakan dan diagungkan dalam agama. Dengan beragama manusia hendak menggapai Tuhan sendiri. Maka orang masuk agama dan menjadi penganut agama karena hendak memperoleh pemuasan hasratnya yang paling dalam yaitu menemukan Tuhan sendiri. Oleh karena itu mski segala kebutuhan jasmani, indrawi, duniawai dan mental terpenuhi, kebutuhan maanusia akan agama, akan Tuhan tak pernah lenyap. Agama dan Tuhan tak pernah terkikis dari hati dan jiwa manusia. Meski banyak hambatan, manusia akan terus mencari Tuhan dan agama dilihat sebagai jalan yang pentig. Orang beragama hendak memuaskan kerinduannya akan Tuhan yang mampu memenuhi dambaan akan nilai rohani paling tinggi dan adikodrati. Kesimpulannya agama menjadi sumber penjelasan terakhir tentang masalah fundamental kehidupan. Agama menjadi sumber ketenangan dan kedamaian dalam hidup karena memberi kepastian. Agama menjadi pembenaran atas praktik-praktik dalam masyarakat. Agama meneguhkan tata nilai dan memuaskan kerinduan manusia yang paling dalam.

    2. Peranan Agama bagi kehidupan a. Agama sebagai Landasan Moral

    Agama sebagai landasan moral berarti ajaran-ajaran, nilai-nilai dan sebagainya yang berkaitan dengan agama menjadi dasar atau tumpuan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban. Semua agama mengajarkan agar manusia senantiasa memupuk dan meningkatkan kebaikan, perbuatan pahala, pelayanan kasih yang tulus sebagai sarana untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah. Nilai-nilai yang ditekankan oleh semua agama adalah materi substansi moralitas. Misalnya suatu materi yang sangat dibutuhkan dalam memberi pelayanan kesehatan kepada Pasien. Penyembuhan sangat tergantung pada perbuatan, sikap dan pelaksanaan kewajiban oleh dokter atau bidan.

    b. Agama sebagai Landasan Etika Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Agama sebagai landasan etika berarti ajaran-ajaran, nilai-nilai agama, pengalaman-pengalaman rohani menjadi tumpuan berpijak refleksi ilmu pengetahuan tentang apa yang baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban moral. Agama mendasari dan memberi inspirasi pada segala aktivitas akal budi tentang baik buruknya sikap atau perbuatan seseorang dalam masyarakat. Agama menjadi landasan hidup dan perilaku mereka yang berhubungan dengan profesi misalnya dokter, perawat dll.

    c. Agama sebagai Landasan Spiritual Agama sebagai landasan spiritual berarti ajaran-ajaran, nilai-nilai dan sebagainya yang berkaitan dengan agama dijadikan dasar atau tumpuan bagi kehidupan rohani. Misalnya dalam memberi pelayanan kesehatan, ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama menjadi tumpuan dan roh yang membangkitkan semangat dan tekad yang menghidupkan ketulusan dan keiklasan untuk memberikan pelayanan kesehatan.

    3. Pandangan umum tentang Agama Katolik a. Mengapa disebut orang kristiani

    Pusat hidup Katolik adalah Yesus Kristus. Orang-orang Katolik adalah pengikut Kristus. Sebab itu orang Katolik disebut orang kristiani. Kristus yang wafat dan bangkit itu diakui oleh orang-orang Katolik sebagi Putera Allah yang mendirikan Gereja Katolik. Sebab itu salib Kristus adalah tanda kemenangan dan tanda keselamatan yang menghiasi tempat kediaman orang katolik.

    b. Mengapa disebut orang katolik 1. Katolik artinya umum atau universal maka agama katolik bersifat terbuka bagi siapa saja tanpa

    terkecuali. Agama katolik berlaku untuk sepanjang jaman dan universal artinya meliputi seluruh dunia tidak hanya terbatas pada daerah atau bangsa tertentu saja. Sebagai orang katolik dengan secara murni dan seutuhnya bersedia menerima Kristus sebagai jalan keselamatan yang abadi. Dengan demikian iman kepada Kristus yang menyelamatkan sungguh-sungguh dihayati dan dilaksanakan dalam hidup harian.

    2. Karena menerima ajaran Kristus seperti yang disampaikan melalui Kitab Suci dan tradisi secara utuh tanpa adanya bagian yang ditolak atau diprotes. Agama Katolik adalah agama yang mempertahankan seluruh ajaran Kristus yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak manapun dan siapapun. Gereja Katolik mempertahankan semuanya dalam Kitab Suci dan Tradisi termasuk dogma.

    c. Mengapa disebut orang Katolik Roma Orang Katolik disebut orang Katolik Roma. Karena Kota Roma mempunyai keistimewaan khusus bagi orang katolik. Di kota inilah kepala Gereja Katolik yaitu Paus melanjutkan karya-karya Kristus

  • yakni menggembalakan, mengajarkan dan menguduskan umatnya. Dengan dan melalui sakramen babtis kita dipersatukan erat dengan kristus. Karena itu pula kita juga mempunyai hubungan erat dengan wakil Kristus yakni Paus sebagai kepala gereja yang kelihatan. Hubungan yang erat dan mesra antara orang-orang Katolik dan Paus adalah sifat yang khas dari agama katolik. Oleh karena itu kami disebut orang-orang Katolik Roma karena kami mengakui Paus di Roma sebagai wakil Kristus di dunia. Secara administrative Gereja Katolik diorganisasikan dengan jelas dan sederhana. Dari segi universal, Gereja merupakan satu umat yang tersebar diseluruh bumi dan kepalanya adalah Kristus sendiri yang di dunia in diwakili oleh Paus sebagai pengganti Santo Petrus dan Uskup di Roma.

    d. Kekhasan Agama Katolik 1. Kesamaan Agama Katolik dan Agama Kristen Protestan

    a. Mengakui dan mengimani Yesus Kristus sebagai Putra Allah dan Penyelamat dunia melalui wafat dan kebangkitanNya

    b. Mengakui dan mengimani Allah Tritunggal c. Moral berdasarkan ajaran cintakasih menurut teladan Kristus d. Wahyu Allah dalam Kitab Suci

    2. Kekhasan Agama Katolik a. Alkitab atau Kitab Suci Kitab suci merupakan salah satu sumber iman Agama Katolik. Umat Katolik percaya bahwa

    Kitab Suci adalah Sabda/Perkataan Tuhan. Kitab Suci ini ditulis oleh Manusia atas ilham Roh Kudus. Maka Gereja Katolik diterangi oleh Roh Kudus dari sabda Allah yangpenulisannya diilhami Roh Kudus.

    b. Tradisi Tradisi Gereja merupakan rangkaian pengalaman iman jemaat kristiani atas hidup Kristus dan kesatuannya di dalam Roh Kududs yang diwariskan hingga kini.Pengalaman-pengalaman yang menyejarah itu terkristalisasi dalam ajaran dan moral kristiani serta ibadat-ibadatnya. 1. Ajaran Iman, ensiklik dan Dogma Gereja

    Ajaran tentanDosa Asal. Dosa asal adalah keadaan dosa atau keadaan bermusuhan dengan Tuhan yang diwariskan Adam kepada semua orang kecuali Santa Perawan Maria. Karena dosa asal tersebut membawa semua manusia kehilangan rahmat pengudusan dan anugerah luar biasa dari Allah. Jadi seluruh umat manusia lahir dalam keadaan berdosa,

    Ajaran Sosial Gereja Ensiklik tentang Keluarga (Familiaris Consortio) Dogma tentang Sakramen. upacara suci dan resmi yang utama dari Gereja Katolik

    dan sebagai tanda atau perbuatan untuk menyalurkan rahmat Tuhan atau untuk berjumpa dengan Tuhan. Kristus sendiri adalah Sakramen Utama karena dalam Kristus kita dipertemukan dan dipersatukan dengan Tuhan. Selain itu Gereja Katolik juga menetapkan 7 sakramen dengan fungsinya masing-masing yaitu Sakramen Permandian, Sakramen Ekaristi, Sakramen krisma, Sakramen Tobat, Sakramen Perkawinan, Sakramen Imamat, sakramen Minyak Suci. Allah hadir dalam sakramen yang dirayakan dalam agama katolik dan melalui sakramen itu kita memperoleh rahmat yang menyelamatkan

    Dogma tentang Bunda Maria. Agama Katolik menempatkan secara khusus kedudukan Bunda Maria karena Gereja mengimani Bunda Maria sebagai Bunda Allah. Melalui Maria, Allah Putra masuk dalam sejarah manusia yang penuh dosa untuk merubahnya menjadi sejarah keselamatan. Menurut keputusan Gereja yang harus diimani antara lain Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan

    Paus adalah uskup seluruh gereja, sebagai gembala dan guru semua orang kristiani dan ia menetapkan wewenang yang terdiri dari ajaran tentang iman atau susila yang harus diimani oleh gereja karena ia memperoleh bantuan dari Roh Kudus. Karena itu Paus memiliki sifat tidak dapat tersesat. Kekuasaan Paus terdapat dalam (Mateus 16.8) Dan Aku berkata kepadaMU: Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya.

    Kewajiban orang Katolik untuk ikuserta dalam Ekaristi Kudus. Ekaristi kudus merupakan perayaan perjamuan syukur. Gereja merayakan Ekaristi Kudus karena Gereja mau melaksanakan perintah Kristus . Adapun makna perayaan ekaristi Kudus adalah:

    Persatuan dengan Kristus atau Kristus hadir dalam hidup kita Persatuan seluruh umat beriman dan persatuan itu disebut Komuni

    c. Susunan hierarki Gereja Katolik adalah:

    - Paus : Pemimpin Gereja Katolik seluruh dunia - Uskup : Pemimpin gereja Lokal atau keuskupan - Imam : Pemimpin gereja Paroki - Diakon : seseorang yang menerima tahbisan Diakonat yakni suatu jenjang

    tahbisan sebelum imamat

  • e. Perkawinan monogam dan indisolubilitas Gereja Katolik mengenal perkawinan monogam dan tak terceraikan (indisolubilitas), hal ini dapat dibuktikan:

    - Berdasarkan ajaran Gereja (Kanon 1056): Sifat-sifat hakiki perkawinan ialah monogam dan tak terceraikan, yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekuatan khusus atas dasar sakramen.

    - Berdasarkan ajaran Kitab Suci (Markus 10,9): Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia dan (1 Kor 7.10-11) Tuhan perintahkan supaya isteri tidak boleh cerai suaminya dan suaminya tidak boleh menceraikan isterinya.

    f. Penghormatan khusus kepada hidup keperawanan dan selibat

    Selibat berasal dari Caelibatus dari bahasa latin yang berarti hidup membujang. Hal ini mempunyai dasar biblis berdasarkan nasehat Kristus sendiri. (Mateus 19.10) Tidak menikah demi Kerajaan Allah dan (1 Kor.7.32-34) Aku ingin supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Santo Paulus mau menekankan bahwa sebanyak mungkin orang bebas dari ikatan perkawinan supaya dapat mengerjakan kepentingan-kepentingan Tuhan sepenuhnya.

    4 Prinsip Kehidupan Gereja Katolik mendukung setiap upaya Hormat terhadap Pemeliharaan Kehidupan:

    a. Kitab Suci Perjanjian Lama : Jangan Membunuh Perintah ke-5 dari 10 Perintah Allah. (bdk. Ulangan 5:17, Keluaran 20:13) Sangat dilarang untuk merampas kehidupan dengan sengaja.

    b. Kitab Suci Perjanjian Baru Matius 5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Kisah Para Rasul 3:14 Pembunuhan merupakan puncak dari kejahatan, karena merupakan puncak ketidakadilan. Alasan : Hidup adalah anugerah dan Milik Allah. Hanya Allah-lah yang berhak mengambil hidup.

    c. Pro-life/Hormat terhadap hidup * Manusia hidup karena diciptakan dan dikasihi Allah sehingga hidup jangan diremehkan. * Hidup manusia mempunyai nilai istimewa karena sifatnya yang pribadi (ada roh). Dengan

    usaha dan rasa, dengan kerja dan kasih, orang mengisi hidup dan bersyukur kepada Tuhan karena kita boleh memaknai hidup.

    * Hidup di dunia merupakan persiapan hidup kekal * Menolak berbagai hal yang meniadakan kehidupan