Patogenesis kusta imunologi 1.doc

2
Patogenesis Masuknya M.Leprae ke dalam tubuh akan ditangkap oleh APC (Antigen Presenting Cel melalui dua signal yaitu signal pertama dan signal kedua. Signal pertama adalah pada TCR- terkait antigen (TCR T !ell re!eptor) yang dipresentasikan oleh mol pada permukaan APC sedangkan signal kedua adalah produksi sitokin dan ekspresin permukaan dari molekul kostimulator APC yang berinteraksi dengan ligan C#$%. Adanya kedua signal ini akan mengakti&asi To sehingga To akan berdi''erens men adi Th dan Th$. Adanya T*+ , dan L $ akan membantu di''erensiasi To men ( ahyuni/ $001). Th akan menghasilkan L $ dan +* 2 yang akan meningkatkan 'agositosis makro'ag( 'enolat glikolipid yang merupakan lemak dari M.leprae akan berikata C3 melalui reseptor CR /CR3/CR4 pada permukaannya laluakan di'agositosis) dan proli'erasi sel 5. Selain itu/ L $ uga akan mengakti'kan CTL lalu C#%6.#i dal 'enolat glikolipid akan melindungi bakteri daripenghan!uran oksidati' oleh anion superoksida dan radikal hidroksil yang dapat menghan!urkan se!ara kimia7i. 8aren membunuh antigen maka sitokin dan gro7th 'a!tors akan terus dihasilkan dan akan aringan akibatnya makro'ag akan terus diakti'kan dan lama kelamaansitoplasma dan organella dari makro'ag akan membesar/ sekarang makro'ag seudah disebut epiteloid dan penyatuan sel epitelioid ini akan membentuk granuloma ( ahyuni/ $0 Th$ akan menghasilkan L 4/ L 0/ L 9/ L 3. L 9 akan mengakti'asi dari dan L 0 akan mengakti'asi dari makro'ag. L 4akan mengakti'asi sel 5 untuk m g:4 dan g;. L 4 / L 0/ dan L 3 akan mengakti'asi sel mast ( ahyuni/ $0 Signal tanpa adanya signal akan menginduksi adanya sel T anergi dan tidak APC se!ara lengkap akan menyebabkan respon ke arah Th$. Pada Tuberkoloid Leprosy akan melihat bah7a Th akan lebih tinggi dibandingkan denganTh$ seda Lepromatous leprosy/ Th$ akan lebih tinggi dibandingkan dengan Th ( ahyuni/ $00 APC pada kulit adalah sel dendritik dimana sel ini berasal dari sum < sum tulang darah didistribusikan ke aringan non lim'oid. Sel dendritik merupakan APC yang e'ekti' karena letaknya yang strategis yaitu di tempat < tempat mikroba dan anti masuk tubuh serta organ < organ yang mungkin dikolonisasi mikroba. Sel denritik untuk beker a harus terlebih dulu diakti'kan dari #C men adi #C. d! akan diak adanya peptida dariM"C pada permukaan sel/ selain itu dengan adanya molekul kostimulator C#%=>5?$/ C#%0>5?. / C#3% dan C#40. Setelah #C matang/ #C akan pin dari aringan yang in'lamasi ke sirkulasi lim'atik karena adanya ekspresi dari CCR? ( reseptor kemokin satu < satunya yang diekspresikan oleh #C matang). M. mengakti&asi #C melalui TLR $ < TLR heterodimer dan diasumsikan melalui tria! lipoprotein seperti 1 kda lipoprotein. TLR $ polimor'isme dikaitkan dengan men kerentanan terhadap leprosy ( ahyuni/ $001). %. Patogenesis 8erusakan Sara' pada Pasien 8usta

description

imonologiii

Transcript of Patogenesis kusta imunologi 1.doc

Patogenesis

Masuknya M.Leprae ke dalam tubuh akan ditangkap oleh APC (Antigen Presenting Cell) dan melalui dua signal yaitu signal pertama dan signal kedua. Signal pertama adalah tergantung pada TCR- terkait antigen (TCR = T cell receptor) yang dipresentasikan oleh molekul MHC pada permukaan APC sedangkan signal kedua adalah produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul kostimulator APC yang berinteraksi dengan ligan sel T melalui CD28. Adanya kedua signal ini akan mengaktivasi To sehingga To akan berdifferensiasi menjadi Th1 dan Th2. Adanya TNF dan IL 12 akan membantu differensiasi To menjadi Th1 (Wahyuni, 2009).

Th 1 akan menghasilkan IL 2 dan IFN yang akan meningkatkan fagositosis makrofag( fenolat glikolipid I yang merupakan lemak dari M.leprae akan berikatan dengan C3 melalui reseptor CR1,CR3,CR4 pada permukaannya lalu akan difagositosis) dan proliferasi sel B. Selain itu, IL 2 juga akan mengaktifkan CTL lalu CD8+.Di dalam fagosit, fenolat glikolipid I akan melindungi bakteri dari penghancuran oksidatif oleh anion superoksida dan radikal hidroksil yang dapat menghancurkan secara kimiawi. Karena gagal membunuh antigen maka sitokin dan growth factors akan terus dihasilkan dan akan merusak jaringan akibatnya makrofag akan terus diaktifkan dan lama kelamaan sitoplasma dan organella dari makrofag akan membesar, sekarang makrofag seudah disebut dengan sel epiteloid dan penyatuan sel epitelioid ini akan membentuk granuloma (Wahyuni, 2009).

Th2 akan menghasilkan IL 4, IL 10, IL 5, IL 13. IL 5 akan mengaktifasi dari eosinofil. IL 4 dan IL 10 akan mengaktifasi dari makrofag. IL 4akan mengaktifasi sel B untuk menghasilkan IgG4 dan IgE. IL 4 , IL10, dan IL 13 akan mengaktifasi sel mast (Wahyuni, 2009).

Signal I tanpa adanya signal II akan menginduksi adanya sel T anergi dan tidak teraktivasinya APC secara lengkap akan menyebabkan respon ke arah Th2. Pada Tuberkoloid Leprosy, kita akan melihat bahwa Th 1 akan lebih tinggi dibandingkan denganTh2 sedangkan pada Lepromatous leprosy, Th2 akan lebih tinggi dibandingkan dengan Th1(Wahyuni, 2009).

APC pada kulit adalah sel dendritik dimana sel ini berasal dari sum sum tulang dan melalui darah didistribusikan ke jaringan non limfoid. Sel dendritik merupakan APC yang paling efektif karena letaknya yang strategis yaitu di tempat tempat mikroba dan antigen asing masuk tubuh serta organ organ yang mungkin dikolonisasi mikroba. Sel denritik dalam hal untuk bekerja harus terlebih dulu diaktifkan dari IDC menjadi DC. Idc akan diaktifkan oleh adanya peptida dari MHC pada permukaan sel, selain itu dengan adanya molekul kostimulator CD86/B72, CD80/B7.1, CD38 dan CD40. Setelah DC matang, DC akan pindah dari jaringan yang inflamasi ke sirkulasi limfatik karena adanya ekspresi dari CCR7 ( reseptor kemokin satu satunya yang diekspresikan oleh DC matang). M. Leprae mengaktivasi DC melalui TLR 2 TLR 1 heterodimer dan diasumsikan melalui triacylated lipoprotein seperti 19 kda lipoprotein. TLR 2 polimorfisme dikaitkan dengan meningkatnya kerentanan terhadap leprosy (Wahyuni, 2009).

8. Patogenesis Kerusakan Saraf pada Pasien Kusta

M.Leprae memiliki bagian G domain of extracellular matriks protein laminin 2 yang akan berikatan dengansel schwaan melalui reseptor dystroglikan lalu akan mengaktifkan MHC kelas II setelah itu mengaktifkan CD4+. CD4+ akan mengaktifkan Th1 dan Th2 dimana Th1 dan Th2 akan mengaktifkan makrofag. Makrofag gagal memakan M. Leprae akibat adanya fenolat glikolipid I yang melindunginya di dalam makrofag. Ketidakmampuan makrofag akan merangsang dia bekerja terus menerus untuk menghasilkan sitokin dan GF yang lebih banyak lagi. Sitokin dan GF tidak mengenelai bagian self atau nonself sehingga akan merusak saraf dan saraf yang rusak akan diganti dengan jaringan fibrous sehingga terjadilah penebalan saraf tepi. Sel schwann merupakan APC non professional (Wahyuni, 8:2009).

Patogenesis reaksi Kusta

Reaksi kusta adalah suatu episode akut dalam perjalan kronis penyakit kusta yang dianggap sebagai suatu kelaziman atau bagian dari komplikasi penyakit kusta. Ada dua tipe reaksi dari kusta yaitu reaksi kusta tipe I dan reaksi kusta tipe II. Reaksi kusta tipe I sering disebut reaksi lepra non nodular merupakan reaksi hipersensitifitas tipe IV ( Delayed Type Hipersensitivity Reaction ). Reaksi tipe I sering kita jumpai pada BT dan BL. M. Leprae akan berinteraksi dengan limfosit T dan akan mengakibatkan perubahan sistem imunitas selluler yang cepat. Hasil dari reaksi ini ada dua yaitu upgrading reaction / reversal reaction , dimana terjadi pergeseran ke arah tuberkoloid ( peningkatan sistem imunitas selluler) dan biasanya terjadi pada respon terhadap terapi, dan downgrading, dimana terjadi pergeseran ke arah lepromatous ( penurunan sistem imunitas selluler) dan biasanya terjadi pada awal terapi (Wahyuni, 8:2009).

Reaksi kusta tipe II adalah hipersensitivitas humoraltepatnya hipersensitivitas tipe III. Reaksi tipe dua sering juga disebut eritema nodosum lepromatous. Reaksi ini sering terjadi pada pasien LL. M. Lepraeakan berinteraksi dengan antibodi membentuk kompleks imun dan mengendap pada pembuluh darah. Komplemen akan berikatan pada komples imun dan merangsang netrofil untuk menghasilkan enzim lisosom. Enzim lisosom akan melisis s