PATOFISIOLOGI LARING

16
7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 1/16  " PATOFISIOLOGI LARING Kelainan Kongenital  Laringomalasi Kelainan ini paling sering ditemukan. Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah, sehingga pada waktu inspirasi epiglotik tertarik ke bawah dan menutup rima glottis. Dengan demikian bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi (stridor). Stridor ini merupakan gejala awal, dapat menetap dan mungkin pula hilang timbul, ini disebabkan lemahnya rangka laring. Tanda sumbatan jalan nafas dapat terlihat dengan adanya cekungan (retraksi) di daerah suprasternal, epigastrium, intercostal, dan supraklavikular. Bila sumbatan laring makin hebat, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea. Jangan dilakukan trakeostomi, sebab seringkali laringomalasia disertai dengan trakeomalasia. Orang tua pasien diedukasi supaya lekas datang ke dokter apabila terdapat peradangan di saluran nafas bagian atas, seperti pilek dan lain-lain.  Stenosis Subglotik Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat penyempitan (stenosis). Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotis ialah: 1. Penebalan jaringan submukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis. 2. Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan luman yang leboh kecil, 3. Bentuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran lebih kecil, 4. Pergeseran cincin trakea pertama kea rah atas belakang ke dalam lumen krokoid. Gejala stenosis subglotis ialah stridor, dispneu, retraksi di suprasternal, epigastrium, intercostal serta subklavikula. Pada stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosis dan apneu, sebagai akibat sumbatan jalan nafas, shingga mungkin juga terjadi gagal nafas. Terapi stenosis subglotis tergantung pada kelainan yang menyebabkannya. Pada umumnya terapi stenosis subglotis yang disebabkan oleh kelainan submukosa ialah

description

hjokn

Transcript of PATOFISIOLOGI LARING

Page 1: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 1/16

  "

PATOFISIOLOGI LARING

Kelainan Kongenital

•  Laringomalasi

Kelainan ini paling sering ditemukan. Pada stadium awal ditemukan epiglottis

lemah, sehingga pada waktu inspirasi epiglotik tertarik ke bawah dan menutup rima

glottis. Dengan demikian bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi (stridor). Stridor ini

merupakan gejala awal, dapat menetap dan mungkin pula hilang timbul, ini disebabkan

lemahnya rangka laring.

Tanda sumbatan jalan nafas dapat terlihat dengan adanya cekungan (retraksi) di

daerah suprasternal, epigastrium, intercostal, dan supraklavikular.

Bila sumbatan laring makin hebat, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea.

Jangan dilakukan trakeostomi, sebab seringkali laringomalasia disertai dengan

trakeomalasia.

Orang tua pasien diedukasi supaya lekas datang ke dokter apabila terdapat peradangan di

saluran nafas bagian atas, seperti pilek dan lain-lain.

• 

Stenosis Subglotik

Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat penyempitan (stenosis).

Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotis ialah: 1. Penebalan jaringan

submukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis. 2. Kelainan bentuk tulang

rawan krikoid dengan luman yang leboh kecil, 3. Bentuk tulang rawan krikoid normal

dengan ukuran lebih kecil, 4. Pergeseran cincin trakea pertama kea rah atas belakang ke

dalam lumen krokoid.

Gejala stenosis subglotis ialah stridor, dispneu, retraksi di suprasternal, epigastrium,intercostal serta subklavikula. Pada stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosis dan

apneu, sebagai akibat sumbatan jalan nafas, shingga mungkin juga terjadi gagal nafas.

Terapi stenosis subglotis tergantung pada kelainan yang menyebabkannya. Pada

umumnya terapi stenosis subglotis yang disebabkan oleh kelainan submukosa ialah

Page 2: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 2/16

  #

dilatasi atau dengan laser CO2. Stenosis subglotik yang disebabkan oleh kelainan bentuk

tulang rawan krikoid dilakukan terapi pembedahan dengan melakukan rekonstruksi.

•  Selaput Laring

Suatu selaput yang transparan (web) dapat tumbuh di daerah glottis, supraglotik, atau

subglotik. Selaput ini terbanyak tumbuh di daerah glottis (75%), subglotik (13%) dan di

supraglotik sebanyak 12%.

Terdapat gejala sumbatan laring, dan untuk terapinya dilakukan bedah mikro laring untuk

membuang selaput itu dengan memakai laringoskop suspensi.

•  Kista Kongenital

Kista sering tumbuh di pangkal lidah atau di plika vantrikularis. Untuk

 penanggulangannya ialah dengan mengangkat kista itu dengan bedah mikro laring.

•  Hemangioma 

Hemangioma biasanya timbul didaerah subglotik. Sering pula disertai dengan

hemangioma di tempat lain, seperti dileher. Gejalanya ialah terdapat hemoptysis, dan bila

tumor itu besar, terdapat juga gejala sumbatan laring. Terapinya ialah dengan bedah laser,

kortikosteroid atau dengan obat-obatan skleroting.

•  Fistel Laringotrakea-Esofageal 

Kelainan ini terjadi karena kegagalan penutupan dinding posterior kartilago krikoid.

Terdapat gejala pneumonia, oleh karena aspirasi cairan dari esophagus, dan kadang-

kadang terdspat juga gejala sumbatan laring.

Page 3: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 3/16

  $

Laringitis

•  Definisi : peradangan yang terjadi pada pita suara (laring) yang dapat menyebabkan suara

 parau.

• 

Klasifikasi, Gejala dan Tanda :

1.  Laringitis Akut! 

Radang akut laring, pada umumnya kelanjutan dari rinofaringitisi (common cold)

Bakteri yg menyebabkan radang lokal atau viru yg menyebabkan peradangan sistemik

Gejala : demam, malaise (umum), suara parau atau smpai afoni, sumbatan laring,

 batuk kering atau dahak

Pemeriksaaan : mukosa laring hiperemis, membengkakm terutam diatas dan bawah

 pita suara

2.  Laringitis Kronik

Disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum yangberat, polip hidung atau

 bronkitis kronis, vocal abuse

Gejala : suara parau menetap, rasa terasngkut di tenggorokan, pasien sering

mendehem tanpa mengeluarkan sekretkarena mukosa menenbal

Pemeriksaanya: mukosa menebal, hiperemis, permukaan tidak rata

3.  Laringitis Kronik Spesifik

Laringitis TB

"  Stadium Infiltrasi

Pembengkakan dan hiperemis mukosa laring bagian posterior, pita suara

Submukosa : terbentuk tuberkel, mukosa tdk rata, tampak bintik-bintik kebiruan,

tuberkel ini makin membesar ! tuberkel berdekatan bersatu! mukosa diatasnya

meregang ! karena meregang! pecah dan timbul ulkus

Stadium ulserasi

Akhir stadium infiltrasi ! ulkus, yang dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan,nyeri ! ulkus makin dalam! mengenai kartilago aritenoid dan epiglotis

"  Stadium perikondritis

Terbentuk fibrotuberkulois pada dinding posterior, pita suara dan subglotik,

dengan gejala :

Page 4: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 4/16

  %

#  rasa kering, panas, dan tertekan di daerah laring

#  Suara parau

#  Hemoptisis

#   Nyeri waktu menelan

#  Keadaan umum buruk

#  Pemeriksaan paru : terdapat proses aktif

Perbedaan Faringitis Tonsillitis

•  Faring terasa kering

•  Sakit telan sampai telinga

 

Berdahak

•  Sakit kepala dan suhu badan

naik

•  Lesu dan nafsu makan

 berkurang

• Sakit telan / odinofagi

• Lesu dan suhu naik

 

Sakit kepala dan sakit di otot-otot

• 

Kadang-kadang batuk, serak,

nafas bau 

• Otalgia

Mukosa faring :

•  Bengkak (udem)

•  Merah (hiperemi)

•  Lendir : serus

Kel. Limfe leher membesar

Tonsil :

•  merah

•   bengkak

•   permukaan / kripte

tertutup detritus.

Uvula : merah dan bengkak

Page 5: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 5/16

  &

Faring : Hipersekresi

Page 6: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 6/16

  '

TUMOR LARING

 A.  TUMOR JINAK LARING

Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5 % dari semua jenis tumor laring.

Tumor jinak laring dapat berupa :

1. 

Papiloma laring (terbanyak frekuensi)

2. 

Adenoma

3. 

Kondroma

4. 

Mioblastoma sel granuler

5. 

Hemangioma

6.  Lipoma

7.   Neurofibroma

•  PAPILOMA LARING

Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis :

1. 

Papiloma laring juvenil, ditemukan pada anak, biasanya berbentuk multipel dan mengalami

regresi pada waktu dewasa.

2. 

Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi dan

merupakan prekanker.

Bentuk Juvenil

Tumor ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di

 plika ventrikularis atau aritenoid.

Secara makroskopik bentuknya seperti buah murbei berwarna putih kelabu dan kadang-kadang

kemerahan. Jaringan tumor ini sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan perdarahan.

Sifat yang menonjol dari tumor ini adalah sering tumbuh lagi setelah diangkat, sehingga operasi

 pengangkatan harus dilakukan berulang-ulang.

Page 7: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 7/16

  (

Gejala

Gejala papiloma laring yang utama ialah suara parau. Kadang-kadang terdapat pula batuk. Apabila

 papiloma telah menutup rima glotis maka timbul sesak nafas dengan stridor.

Pemeriksaan Penunjang1.  Pemeriksaan laring langsung

2.  Biopsi

3. 

Pemeriksaan patologi anatomi.

Terapi

Ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau dengan sinar laser. Oleh karena sering tumbuh

lagi, maka tindakan ini diulangi berkali-kali. Kadang-kadang dalam seminggu sudah tampak

 papiloma yang tumbuh lagi.

Terapi terhadap penyebabnya belum memuaskan, karena sampai sekarang etiologinya belum

diketahui dengan pasti.

- Untuk terapinya diberikan juga vaksin daari massa tumor, obat anti virus, hormon, kalsium,

atau ID methionin (essential aminoacid).

Tidak dianjurkan memberikan radioterapi oleh karena papiloma dapat berubah menjadi ganas.

Sekarang tersangka penyebabnya ialah virus, tetapi pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron

inclusion body tidak ditemukan.

B. 

TUMOR GANAS LARING

Keganasan di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena

 penanggulangannya mencakup berbagai segi.

Penatalaksanaan keganasan di laring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi belumlah lengkap.

Etiologi

Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan| pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa

 perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap

karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga

menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpapar oleh sinar

radioaktif.

Page 8: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 8/16

  )

Pengumpulan data yang dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring

 jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan

karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap.

Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan /tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih terisolasi dan dapat diangkat

secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan

memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.

Klasifikasi letak tumor

Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai daari tepi atas epislotis sampai batas

 bawah glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

Tumor glotik mengenaai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi

 bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita suara. Batas superior

adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 aatau ke dua pitaaa suara,

dapat meluas ke sub glotik sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior

ataau prossesus vokalis kartilago aritenoid.

Tumor sub glotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai

 batas inferior krikoid.

Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyebrangi ventrikel mengenai pita suara

asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.

Gejala

1. Serak

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara.

Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangaat dipengaruhi

oleh besar celah glotik, besar pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suaara. Padatumor ganas laring, pita suara gagal befungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan

 pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan

ligamen rikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang syaraf. Adanya tumor di pita suara

akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan

Page 9: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 9/16

  *

kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.

Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila tumor tumbuh

 pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan mnetap. Apabila tumor tumbuh di

daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di batas inferior pita suara

serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan

gjala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan

subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor

hipofarig jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi dan nyeri

menimbulkan suara bergumun (hot potato voice).

2. 

Dispneu dan stridor.

Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul

 pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massaa tumor,

 penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik

atau transglotik terdapat dua gejala tersebut. Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan

dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan

 prognosis kurang baik.

3.   Nyeri tenggorok.

Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

4. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis.

Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas postkrikoid. Rasa

nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai

struktur ekstra laring.

4. 

Batuk dan hemoptisis.

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya

hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada

tumor glotik dan supraglotik.

6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan penurunan

 berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau metastase lebih jauh.

Page 10: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 10/16

  "+

7. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas

yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

8. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang

menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium.

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau

langsung dengan mengguinakkn laringoskop. Pemeriksssaan penunjang yang diperlukan selain

 pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto thorak diperlukan untuk

menilai keadaan paru, ada tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring dapat

memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid adan daerah pre-epiglotis serta

metastasis kelenjar getah beningleher.

Diagnosis paasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologik anatomik dari bahan biopsi laring,

dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Hasil atologi anatomik

yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING (AJCC DAN UICC 1988)

TUMOR PRIMER

SUPRAGLOTIS

Tis Karsinoma insitu

T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik).

T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis masih bisa

 bergerak (tidak terfiksir).T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian

 belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan arah ke rongga pre epiglotis.

T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher

atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

Page 11: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 11/16

  ""

GLOTIS

Tis Karsinoma insitu.

T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,

atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.

T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak

atau sudah terfiksir (impaired mobility).

T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari

laring.

SUBGLOTIS

Tis karsinoma insitu

T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.

T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.

T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring atau

kedua-duanya.

Penjalaran ke kelenjar limfa (N)

 Nx Kelenjaar limfa tidak teraba

 N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba

 N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.

 N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 - 6 cm.

 N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak lebih daari 6

cm.

Page 12: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 12/16

  "#

 N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.

 N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih daaari 6 cm.

 N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

METASTASIS JAUH (M)

Mx Tidak terdapat/terdeteksi.

M0 Tidak ada metastasis jauh.

M1 Terdapat metastasis jauh.

STAGING (STADIUM)

ST1 T1 N0 M0

STII T2 N0 M0

STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0

STIV T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3

T1/T2?T3/T4 N1/N2/N3 M3

Penanggulangan

Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan , maka ditentukan tindakan yang akan diambil

sebagai penenggulangannya.

Ada 3 cara penanggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatiska

ataupun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.

Page 13: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 13/16

  "$

Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, staium 2 dan 3

dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekontruksi, bila masih

memungkinkan atau dikirim untuk radiasi.

Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial, tergantung lokasi dan penjalarantumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfaa leher.

Di bagian THT RSCM tersering dilakukan laringektomi totalis, karena beberapa pertimbangan,

sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena tehnik sulit umtuk menentukan batas

tumor.

Pemakaian sitostatiska belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian sitostatiska tidak sampai

selesai karena keadaan umum memburuk, disamping harga obat yang relatif mahal sehingga

tidak terjangkau oleh pasien.

Para ahli berpendapat, bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang paling baik diantara

tumor-tumor daerah traktus aerodigestivus, bila dikelola dengan tepat, cepat dan radikal.

Page 14: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 14/16

  "%

Benda Asing di Jalan Napas

Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam

tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dengan demikian benda asing di jalan napas adalah

 benda yang terdapat pada alat-alat pernapasan yang normalnya tidak ada. Benda asing tersebut

dapat terhisap mulai dari hidung hingga traktus trakeo-bronkial.

Benda asing terbagi menjadi benda asing eksogen dan endogen. Benda asing eksogen

adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan sebaliknya dengan benda asing endogen.

Benda asing eksogen biasanya masuk dari melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen

terdiri dari bentuk padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari organik, seperti

kacang-kacangan, tulang, dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain.

Benda asing eksogen cair dibagi menjadi benda yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan non-

iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 

Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,

membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang masuk

ke dalam saluran pernapasan. 

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya benda asing ke dalam saluran

 pernapasan, yaitu sebagai berikut:

a.  Faktor personal, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.

 b.  Faktor kegagalan mekanisme proteksi yang normal, misal keadaan tidur, kesadaran

menurun, alkoholisme, dan epilepsi.

c.  Faktor fisik, yaiutu kelainan dan penyakit neurologik.

d.  Proses menelan yang bel surgikal, misal pada tindakan bedah, ekstraksi gigi, dan gigi

molar yang belum tumbuh pada anak umur < 4 tahun.

e. 

Faktor kejiwaan, misal emosi dan gangguan psikis.

f.  Faktor ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.

g.  Faktor kecerobohan, seperti meletakkan benda asing di mulut, persiapan makan yang

kurang baik, makan dan minum yang tergesa-gesa, makan sambil bermain pada anak-

Page 15: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 15/16

  "&

anak, dan memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum

lengkap.

Epidemiologi

Dari semua kasus benda asing yang masuk ke saluran pernapasan dan saluran cerna,

sepertiga dari benda asing yang teraspirasi tersangkut di saluran napas. Kejadian aspirasi benda

asing di saluran pernapasan paling sering dialami oleh anak-anak. Lima puluh lima persen (55%)

dari kasus benda asing di saluran napas terjadi pada anak berumur kurang dari 4 tahun dengan

insiden kematian mendadak akibat aspirasi tinggi pada usia tersebut. Kacang atau biji tumbuhan

sering teraspirasi pada anak berumur 2-4 tahun, karena belum memiliki gigi molar yang lengkap

dan belum dapat mengunyah dengan baik. Enam sampai delapan persen benda asing yang

teraspirasi berupa plastik yang sukar didiagnosis secara radiologik, karena bersifat non-iritatif

dan radiolusen, sehingga dapat menetap ditraktus trakeobronkial untuk periode yang lama.

Benda asing di laring dan trakea lebih sering terjadi pada anak kurang dari 1 tahun. Benda asing

hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak usia 2-4 tahun cenderung memasukkan

 benda-benda yang ditemukan dan dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut, atau

dimasukkan oleh anak lain.

Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena bronkus utama kanan

lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan dengan bronkus kiri.

Patogenesis

Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus sering ditemukan pada anak di

 bawah usia 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat benda atau makanan ada di dalam

mulut, anak sedang tertawa atau menjerit, sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan makanan

atau benda asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing terjepit di sfingter laring,

 paenderita batuk berulang-ulang (paroksismal). Bila benda asing masuk ke dalam trakea atau

 bronkus, kadang terjadi fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase

 pulmonum dengan gejala tergantung pada derajat sumbatan bronkus. 

Kerusakan yang terjadi akibat aspirasi benda asing di saluran napas ditentukan oleh jenis

 benda yang terhisap. Benda asing mati (inanimate foreign bodies)  di hidup cenderung

menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, ulserasi, epistaksis, dan jaringan granulasi.

Page 16: PATOFISIOLOGI LARING

7/21/2019 PATOFISIOLOGI LARING

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-laring 16/16

  "'

Sedangkan benda asing hidup (animate foreign bodies) dapat menyebabkan reaksi inflamasi

dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang

hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau, seperti pada kasus aspirasi

cacing askaris atau serangga.

Benda asing organik, seperti kacang-kacangan mempunyai sifat higroskopis, mudah

menjadi lunak dan mengembang dengan air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa, dan timbul

 jaringan granulasi di sekitar benda asing sehingga memperberat gejala sumbatan saluran

 pernapasan. Benda asing anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang lebihringan dan lebih

mudah didiagnosis karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak. 

Diagnosis

Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis,

 pemeriksaan fisik, dan penunjang. Anamnesis yang cermat pelu ditegakkan tentang adanya

riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul rasa tercekik (chocking), waktu terjadinya, dan jenis

 benda yang teraspirasi. Tanda dan gejala lainnya akan dijelaskan pada bab berikutnya.

Pemeriksaan fisik dengan auskultasi dan palpasi perlu dilakukan. Serta pemeriksaan penunjang

radiologik dan endoskopi dapat dilakukan atas indikasi diagnostik dan terapi. 

Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat aspirasi benda asing di jalan napas dapat bersifat akut dan

kronik. Komplikasi akut yang dapat terjadi antara lain: sesak napas dan hipoksia sampai henti

 jalan napas. Sedangkan komplikasi kronik yang dapat terjadi antara lain: pneumonia yang

 berlanjut dengan pembentukan abses paru dan kavitas, bronkiektasis, fistel bronkopleura,

 pembentukan jaringan granulasi atau polip akibat inflamasi pada mukosa,

 pneumomediastinum dan pneumotoraks. Sedangkan bila terjadi keterlambatan diagnosis

lebih dari tiga hari dapat mengakibatkan timbulnya emfisema obstruktif, pergeseran

mediastinum, pneumonia, dan atelektasis.