Patofis skizo

10
Patofisiologi Secara terminologi, schizophrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalah kepribadian. Scizophrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal. Meskipun demikian kesadaran yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu, mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial dan waktu senggang). Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, walaupun begitu banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa teorinya. Menurut Fortinash, penyebab skizofrenia sebagai berikut: 1. Faktor biologi (teori – teori somatogenesis) a. Faktor – faktor genetic (keturunan) Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang mengalami skizofrenia. b. Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak) Beberapa bukti memunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron – neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari neurotransmitter dopamine yang

description

patofisiologi

Transcript of Patofis skizo

Page 1: Patofis skizo

Patofisiologi

Secara terminologi, schizophrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalah

kepribadian. Scizophrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada

kepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal.

Meskipun demikian kesadaran yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu,

mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial dan waktu senggang).

Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, walaupun begitu

banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa teorinya. Menurut Fortinash, penyebab

skizofrenia sebagai berikut:

1. Faktor biologi (teori – teori somatogenesis)

a. Faktor – faktor genetic (keturunan)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang sangat kuat

mempengaruhi resiko seseorang mengalami skizofrenia.

b. Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)

Beberapa bukti memunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berasal dari

ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang

memungkinkan neuron – neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan

bahwa skizofrenia berasal dari neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian – bagian

tertentu otak atau dikarenakan sensivitas yang abnormal terhadap dopamine.

c. Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)

Berbagai teknik imaging, seperti MRI telah membantu para ilmuwan untuk menemukan

abnormalitas structural spesifik pada otak pasien.

2. Teori model keluarga

Beberapa pola asuh kelurga memyebabkan gangguan perkembangan anak.

3. Teori budaya dan lingkungan

Page 2: Patofis skizo

Skizofrenia dapat terjadi pada semua status soasial ekonomi tetap seringkali lebih banyak

ditemukan pada kelompok dengan social ekonomi rendah.

4. Teori belajar

Perilaku, perasaan dan cara berpikir seseorang diperoleh dari belajar.

Patofisiologi schizophrenia dihubungkan dengan genetic dan lingkungan. Faktor genetic

dan lingkungan saling berhubungan dalam patofisiologi terjadinya schizophrenia.

Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT, Glutamat, peptide,

norepinefrin (Price, 2006). Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas system dopaminergik

(hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik → berkaitan dengan gejala positif, dan

hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal → bertanggungjawab terhadap gejala

negatif dan gejala ekstrapiramidal) Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2

(D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien

skizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik yang

bertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan peningkatan aktivitas serotonergik akan

menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang bertanggung-jawab terhadap

gejala negatif (Ikawati, 2009).

(Silbernagl, 2009).

Page 3: Patofis skizo

Adapun jalur dopaminergik saraf yang terdiri dari beberapa jalur, yaitu :

1. Jalur nigrostriatal: dari substantia nigra ke basal ganglia → fungsi gerakan, EPS

2. jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik → memori, sikap, kesadaran,

proses stimulus

3. jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex → kognisi, fungsi sosial,

komunikasi, respons terhadap stress

4. jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke kelenjar pituitary → pelepasan prolaktin

(Ikawati, 2009).

Dalam anatomi manusia, sistem ekstrapiramidal adalah jaringan saraf yang terletak di

otak yang merupakan bagian dari sistem motor yang terlibat dalam koordinasi gerakan. Sistem

ini disebut "ekstrapiramidal" untuk membedakannya dari saluran dari korteks motor yang

mencapai target mereka dengan melakukan perjalanan melalui "piramida" dari medula. Para

piramidal jalur (kortikospinalis dan beberapa saluran corticobulbar) langsung dapat innervate

motor neuron dari sumsum tulang belakang atau batang otak (sel tanduk anterior atau inti saraf

kranial tertentu), sedangkan ekstrapiramidal sistem pusat sekitar modulasi dan peraturan (tidak

langsung kontrol) sel tanduk anterior (Ikawati, 2009).

Saluran ekstrapiramidal yang terutama ditemukan dalam formasi reticular pons dan

medula, dan neuron sasaran di sumsum tulang belakang yang terlibat dalam refleks, penggerak,

Page 4: Patofis skizo

gerakan kompleks, dan kontrol postural. Ini adalah saluran pada gilirannya dimodulasi oleh

berbagai bagian dari sistem saraf pusat, termasuk nigrostriatal jalur, ganglia basal, otak kecil, inti

vestibular, dan daerah sensorik yang berbeda dari korteks serebral. Semua peraturan komponen

dapat dianggap sebagai bagian dari sistem ekstrapiramidal, karena mereka memodulasi aktivitas

motorik tanpa langsung innervating motor neuron (Ikawati, 2009).

Pemeriksaan CT scan dan MRI pada penderita schizophrenia menunjukkan atropi lobus

frontalis yang menimbulkan gejala negatif dan kelainan pada hippocampus yang menyebabkan

gangguan memori (Price, 2006).

Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi proses

penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan pesan sekitar otak.

Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter-dopamin- berlebihan, sedangkan kadar

dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda.

Bila kadar dopamin tidak seimbang–berlebihan atau kurang– penderita dapat

mengalami gejala positif dan negatif seperti yang disebutkan di atas. Penyebab

ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada

kenyataannya, awal terjadinya skizofrenia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-

faktor tersebut. Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya skizofrenia, antara

lain: sejarah keluarga, tumbuh kembang ditengah-tengah kota, penyalahgunaan obat seperti

amphetamine, stres yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.

Seringkali pasien yang jelas skizophrenia tidak dapat dimasukkan dengan mudah ke

dalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut ke dalam tipe tak terinci.

Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

- Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau

katatonik.

- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia

(Maslim, 2003).

Kriteria diagnostic menurut DSM-IV yaitu:

Page 5: Patofis skizo

Suatu tipe skizofrenia di mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A tetapi tidak

memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi atau katatonik.

Kriteria Diagnostik A:

Gejala karakteristik: dua atau lebih berikut, masing – masing ditemukan untuk bagian

waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):

1) Waham

2) Halusinasi

3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)

4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5) Gejala negative yaitu, pendataran afektif, alogia atau tidak ada

kemauan(avolition)

Catatan: hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi

terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau

lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.

GUIDELINE

Page 6: Patofis skizo
Page 7: Patofis skizo

(Medscape, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Ikawati, Zullies, 2009, Zullies Ikawati’s Lecture Notes : Skizophrenia. Yogyakarta : UGM

Maslim, Rusdi, 2003, Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III, Jakarta: Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Medscape, 2013, Scizophrenia, www.medscape.com, Diakses tanggal 1 Juni 2013.

Price, Wilson, 2006, Patofisiologi, Jakarta: EGC

Saddock B.J., Saddock V.A, 2007, Schizophrenia. In: Kaplan & Saddock’s Synopsis of

Psychiatry Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed, Lippincott Williams &

Wilkins Publishers.

Page 8: Patofis skizo

Silbernagl, Stefan, Florian Lang, 2009, Color Atlas of Pathophysiology, Georg Thieme Verlag

KG, Germany.

Wardana P.A.K., 2009, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga tentang Skizofrenia

dengan Kekambuhan pasien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan RS.Jiwa Pusat

Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2009. Available from:

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312031/bab2.pdf [Accessed on:

22 August 2012]