skizo hebefrenik (1)

35
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan kharacteristik dari pikiran dan persepsi ,serta oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih tetap terpelihara,walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 1 Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. 2 Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang 1

description

gfgrdfgh

Transcript of skizo hebefrenik (1)

Page 1: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan

variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu

bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung

pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya

ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan kharacteristik dari pikiran dan

persepsi ,serta oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih tetap

terpelihara,walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau

“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau

ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom

skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom

negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.2

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak

tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926)

menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang

menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah

skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk

menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada

pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari

skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan

Ambivalensi.2

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%

penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Skizofrenia biasanya

bermula diusia 25 tahun ,berlangsung seumur hidup ,dan mengenai orang dari semua

kelas sosial. Baik pasien maupun keluarga pasien sering mendapatkan pelayanan

1

Page 2: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

yang buruk dan pengasingan sosial karena ketidaktahuan yang meluas akan gangguan

ini.3

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronis,berat dan sangat mengganggu

aktivitas hidup. Gangguan ini dialami oleh berbagai jenis kalangan masyarakat dan

hampir tidak ada perbedaan secara umum terhadap perempuan dan laki-laki. Sekitar

50 % penderita gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit menderita skizofrenia.2

Pasien yang mengalami skizofrenia memiliki gejala seperti

delusi,halusinasi,gangguan bentuk pikiran dan perilaku,bahasa yang terganggu,dan

yang berupa perilaku katatonia. Kebanyakan penderita memiliki ketidakmampuan

untuk menjalankan fungsi hidup seperti biasa,namun ada juga yang hanya memiliki

gangguan aktifitas tetap seperti bekerja, ataupun ketidakmampuan dalam

berkomunikasi.3

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau”

yang ditandai dengan inkoherensi, afek datar,perilaku dan tertawa kekanak-

kanakan ,yang terpecah pecah ,dan perilaku aneh seperti menyeringai

sendiri,menunjukkan gerakan – gerakan aneh, mengucap berulang-ulang, dan

kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.2

1.2 Tujuan

Makalah ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti aktivitas ko-

asisten di Departemen Psikiatri. Makalah ini diharapkan dapat menambaha

pengetahuan pembaca mengenai skizofrenia hebeferenik ,sehingga pembaca dapat

lebih mengenal tentang gangguan ini dan lebih akurat dalam mendiagnosisnya.

Pemahaman tengtang diagnosis Skizofrenia Hebefrenik yang baik diharapkan

dapat memberikan potensi untuk prognosis yang lebih baik dengan diagnosis

dini,mencegah terjadinya kesalahan pengobatan ,dan memungkinkan untuk mencegah

penyakit berlarut-larut.

2

Page 3: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan

pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh

penyimpangan yang fundamental dan kharacteristik dari pikiran dan persepsi ,serta

oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih tetap terpelihara,walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani; “schizein”

yang berarti “terpisah” atau “pecah” dan “phrenia” yang berarti “jiwa”. Arti dari kata-

kata tersebut menjelaskan tentang karakteristik utama dari gangguan skizofrenia,

yaitu adanya pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang

mengalaminya.2

2.1.2 Etiologi 2

1.Model Diatesis-stres

Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan.

Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik

(diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan

stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.

Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis

(missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis

selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat,

stress psikososial , dan trauma.

3

Page 4: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat

menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar

kerentanan seseorang maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren.

Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya

menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang tanpa diathese tidak

akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya.2

2. Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya

kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana

hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom

skizofrenia.

Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat

seseorang njadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia

basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area

mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang

menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul

pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan

sosial.2

Hipotesa Dopamin

Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas

neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari

meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya

nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-

faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :

4

Page 5: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

a.Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan

kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.

b.Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat

menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

3. Faktor Genetika

Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan

merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren.

Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota

keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga

dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik

melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skizofrenia.

4. Faktor Psikososial

4.1 Teori Tentang Individu Pasien

a. Teori Psikoanalitik

Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi

perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika

neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis merupakan

konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan ego (ego

defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia.

Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan

waktu dimana ego belum atau masih baru terbentuk.

Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta

kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-

5

Page 6: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

turut memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang

skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap

frustasi dan konflik dengan orang lain.

Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia

disebabkan oleh kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya,

terutama yang berhubungan dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu

yang salah, yaitu cemas berlebihan.

Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia,

kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol

terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut

terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan anak.

Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi

masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin

mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur.

Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien

untuk menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga

merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.

b. Teori Psikodinamik

Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan

psikodinamik setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap

berbagai stimulus. Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan

kesulitan dalam setiap fase perkembangan selama masa kanak-kanak dan

mengakibatkan stress dalam hubungan interpersonal.

Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan

dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat

kaitannya dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan

6

Page 7: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi

tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin

timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan

kerusakan ego yang mendasar.

Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik

dibangun berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik

memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien

mungkin timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu, menurut pendekatan

ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan

bagi pengidap skizofrenia.

c.Teori Belajar

Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-

kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir

yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga

memiliki masalah emosional.

4.2 Teori Tentang Keluarga

Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami

nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang

patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi

oleh pasien skizofrenia.

4.3 Teori Sosial

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak

berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun

penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya

onset dan keparahan penyakit

7

Page 8: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

2.1.3 Kriteria Diagnostik Skizofrenia 1,2,4

Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. -Thought echoIsi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

-Thought insertion or withdrawal Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

-Thought broadcasting Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.

b. -Delusion of controlWaham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

- Delusion of influence Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

- Delusion of passivityWaham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

- Delusion perception Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

-Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien ,atau

-Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau

8

Page 9: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

2.1.4 Klasifikasi 1,2,4

Dalam PPDGJ III Skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang

mempunyai spesifikasi masing-masing yang kriterianya didominasi dengan hal-hal

sebagai berikut :

9

Page 10: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

1. Skizofrenia Paranoid

2. Skizofrenia Hebefrenik

3. Skizofrenia Katatonik

4. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

5. Depresi Pasca Skizofrenia

6. Skizofrenia Residual

7. Skizofrenia Simpleks

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTT

2.2 Skizofrenia Hebefrenik

2.2.1 Definisi

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan

perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan ,ada

kecenderungan untuk selalu menyendiri .dan ungkapan kata yang diulang-

ulang,proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta

adanya penurunan perawatan diri pada individu.1

2.2.2 Etiologi

Faktor predisposisi dan presipitasi 2:

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon

neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :

a. Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genets skizofrenia diturunkan melaluui

kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa

menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam

tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6

dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar

identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%

10

Page 11: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote

peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya

mengalami skizofrenia, ssementara bila kedua orang tuany skizofreia

maka peluangnya menjadi 35%.

b. Faktor Neurologis

Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien

skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada

klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otakyang

banormal. Neurotransmitter yang ditemukan tidak normal khususnya

dopamine, serotonine, dan glutamat.

c. Studi Neurotransmiter

Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan

neurotransmtter dopamine yang berlebihan.

d. Teori Virus

Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi

faktor predispossisi skizofrenia.

e. Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi

skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas,

terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang

mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor PresipitasiFaktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frotal otak.

b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkunga, sikap dan perilaku.

Gejala-gejala pencetus respon biologis :- Kesehatan : nutrisi kurang, kelelahan, kurang tidur,

11

Page 12: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

ketidakseimbangan irama sirkadian, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan layanan kesehatan yang sulit terjangkau.- Lingkungan : lingkungan yang tidak kondusif, masalah rumah tangga, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kehilangan kebebasan hidup, perubahan pola hidup, kurang mendapat dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mencari pekerjaan.- Tingkah laku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan lebih,perilakunya agresif, perilaku kekerasan,  merasa malang, bertindak tidak sama seperti orang lain, kurang mampu bersosialisasi, kurang memadainya pengobatan dan kurang memadainya penanganan gejala.

2.2.3 Tanda dan Gejala.

Skizofrenia Hebefrenik ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai

berikut 3:

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa

maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas

diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu

kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai

satu kesatuan.

6. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan

aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung

untuk menarik diri secara akstrim dari hubungan social.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan skizofenia hebrefrenik adalah

gangguan jiwa dengan perilaku yang khas regresi dan primitif, afek tidak sesuai,

dengan karakteristik umum wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis, percakan dan

perilaku yang kacau, permulaanya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada

12

Page 13: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

masa remaja atau antara 15-25 tahun yang disertai adanya gangguan kemauan,

gangguan psikomotor seperti manerisme, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan,

waham, dan halusinasi.

2.2.4 Kriteria Diagnostik Skizofrenia Hebefrenik

Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ III 1,2

Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja

atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan.

- Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases)

- Proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoheren

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol.Halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations.Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap

13

Page 14: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

2.2.5 Penatalaksanaan

1.Terapi Somatik (Medikamentosa) 5

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola

fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis

antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-

benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan

merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia.

Pada dasarnya semua obat antipsikotik mempunyai afek primer (efek klinis)

yang sama. Perbedaan utama pada efek sekunder(efek samping). Pemilihan jenis

antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping

obat. Bila gejala negative lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat

antipsikosis atipikal(golongan generasi kedua),sebaliknya bilagejala positif lebih

menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah antipsikosis tipikal(golongan

generasi pertama).

Terdapat 2 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik

tipikaldan antipsikotik atipikal

a.   Antipsikotik Tipikal

Walaupun sangat efektif, antipsikotik tipikal sering menimbulkan efek samping

yang serius.

Penggolongan obat antipsikotik tipikal antara lain :

a. Phenothiazine

14

Page 15: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Rantai Aliphatic :

- Chlorpromazine

-Levomepromazine

Rantai Piperazine

-Perphenazine

-Trifluoperazine

-Fluphenazine

Rantai Piperidine

-Thioridazine

b. Butyrophenone

-Haloperidol

c. Diphenyl-butylpiperidine

- Pimozide

Mekanisme kerja antipsikotik tipikal adalah memblokade Dopamine pada

reseptor pasca sinaptik neuron di otak,khususnya di sistem limbik dan sistem

ekstrapiramidal(Dopamine D2 receptor antagonists) sehingga efektif untuk gejala

positif.

2. Antipsikotik Atipikal

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip

kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan

antipsikotik tipikal. Beberapa contoh, antara lain :

a. Benzamide

-Sulpride (dogmatil)

b. Dibenzodiazepine

-Clozapine(clozaril)

-Olanzapine (zyprexa)

-Quetiapine (Seroquel)

c. Benzisoxazole

-Risperidone (risperdal)

15

Page 16: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Mekanisme kerja antipsikotik atipikal berafinitas terhadap Dopamine D2

receptor juga berafinitas terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors (Serotonin –dopamine

antagonists) sehingga efektif untuk gejala negati.

Efek samping obat anti psikotik dapat berupa :

- Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk,kewaspadaan

berkurang,kinerja psikomotor menurun,kemampuan kognitif menurun)

- Gangguan otonomik (hipotensi,antikolinergik /parasimpatolitik,mulut

kering,sering miksi dan defekasi,hidung tersumbat,mata kabur,tekanan

intraokuler meninggi,gangguan irama jantung)

- Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akathisia,sindrom parkinson berupa

tremor,bradikinesia,dan rigiditas)

- Gangguan endokrin(amenorrheaa,gynaecomastia),metabolik(jaundice)

hematologik (agranulocytosis),biasanya untuk pemakaian jangka panjang

- Efek samping yang irreversible yaitu tardive dyskinesia (gerakan berulang

involunter pada lidah,wajah,mulut/rahang dan anggota gerak,dimana pada

waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian

jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek

samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat antipsikotik.

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia

episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk

terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat antipsikotik membutuhkan

waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu

obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba

memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

16

Page 17: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting

untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang

penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat

tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat

untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih

rendah. Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat

mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4

minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang

pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini

merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain,

misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic

atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya.

Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan

diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun

setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum

obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan

pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama

12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia

Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama

membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian

pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya

penyakit.

Tabel 1. Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

 Nama Generik                           Sediaan                                               Dosis

Klorpromazin                   Tablet, 25 dan 100 mg,             150 - 600 mg/hari

17

Page 18: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

 Injeksi 25 mg/ml

Haloperidol                      Tablet, 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg,     5 - 15 mg/hari

 Injeksi 5 mg/ml 

Perfenazin                       Tablet 2, 4, 8 mg                         12 - 24 mg/hari

Flufenazin                      Tablet 2,5 mg, 5 mg                10 - 15 mg/hari

Flufenazin dekanoat          Inj 25 mg/ml                            25 mg/2-4 minggu

Levomeprazin                  Tablet 25 mg, Injeksi 25 mg/ml  25 - 50 mg/hari

Trifluperazin                    Tablet 1 mg dan 5 mg               10 - 15 mg/hari

 Tioridazin                        Tablet 50 dan 100 mg               150 - 600 mg/hari

Sulpirid                            Tablet 200 mg                   300 – 600 mg/hari

Injeksi 50 mg/ml              1 - 4 mg/hari

 Pimozide                           Tablet 1 dan 4 mg                   1 - 4 mg/hari

Risperidon                      Tablet 1, 2, 3 mg                           2 - 6 mg/hari

2.Terapi Psikososial 2

a.    Terapi perilaku

18

Page 19: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan

sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,

latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong

dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti

hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku

maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di

masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b.    Terapi berorientasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan

dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali

mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).

Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi

keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,

anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena

skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu

optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari

penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga

dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah

penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan

relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik.

Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan

terapi keluarga.

c.    Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,

masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi

secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi

kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan

19

Page 20: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi

pasien skizofrenia.

d.    Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam

pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan

menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi

pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami

pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli

terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti

yang diinterpretasikan oleh pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah

berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan

hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan

menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas,

bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari

jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan

terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan

penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai

usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

3.Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization) 2

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,

prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif

antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang

dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.

Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien

tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan

membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah

20

Page 21: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan

rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke

arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan

sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan

fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan

keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

2.2.6 Prognosis

Menurut Kraepelin dan Bleuler,skizofrenia hebefrenik dan jenis jenis

skizofrenia tipe sederhana lainnya memiliki prognosis yang paling

buruk,dibandingkan dengan tipe paranoid atau katatonik akut yang memiliki reaksi

cepat,namun ada juga yang berkembang menjadi kronik dan semakin lama semakin

memburuk.2

Berikut daftar faktor yang mempengaruhi prognosis penderita skizofrenia :

Perihal Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset Lama muda

Faktor pencetus Jelas Tidak ada

Onset Akut Tidak jelas

Riwayat sosial ,seksual

dan pekerjaan premorbid

Baik Buruk

Gejala Gangguan mood Perilaku menarik

diri,autistik

Status Perkawinan Menikah Tidak

menikah,bercerai,atau

janda/duda

Riwayat keluarga Gangguan mood Skizofrenia

Dukungan Baik Buruk

21

Page 22: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Gejala Gejala Positif Gejala negatif

Ada tanda dan gejala

neurologis,

Riwayat trauma

perinatal,tidak ada remisi

dalam 3 tahun,banyak

relaps

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan

perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan ,ada

kecenderungan untuk selalu menyendiri .dan ungkapan kata yang diulang-

ulang,proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta

adanya penurunan perawatan diri pada individu.

Etiologinya tidak diketahui. Diduga adanya keterlibatan

genetic,biologis,lingkungan dan psikologis dalam terjadinya skizorenia. Salah satu

teori yang banyak mendapat perhatian adalah keterlibatan neurotransmitter.

Skizofrenia Hebefrenik ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai

berikut inkoherensi ,alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau

ketolol-tololan,perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan

rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri,waham yang tidak jelas dan

tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan,halusinasi yang terpecah-

pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan dan perilaku aneh,

misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar,

pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara

akstrim dari hubungan social.

22

Page 23: skizo hebefrenik (1)

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Terapi skizofrenia meliputi psikofarmaka dan psikoterapi. Pemilihan jenis

antipsikotik mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping

obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah

antipsikotik atipikal ,sebaliknya jika gejala positif yang lebih menonjol maka diberi

antipsikotik tipikal. Dalam psikoterapi ,bisa digunakan metode individual,keluarga

ataupun kelompok. Peran serta lingkungan sekitar sangat membantu dalam

menangani skizofrenia secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim,Rusdi dr.2001.Buku Saku Diagnosisi Gangguan Jiwa Rujukan

Ringkas dari PPDGJ-III . Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika

Atmajaya,Jakarta: 46 -50

2. Kaplan,HI,Sadock BJ,Grebb JA.1997.Sinopsis Psikiatri Edisi 7 Jilid 1.

Binarupa aksara,Jakarta 685-729

3. Elvira,SD,Hadisukanto G. 2010.Buku Ajar Psikiatri.Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta: 170-195

4. Kaplan,HI,Sadock BJ.1998.Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.Widya

Medika,Jakarta : 407-413

5. Maslim,Rusdi dr.2002.Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.Jakarta15-17.

23