PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PILKADA KABUPATEN …repository.radenintan.ac.id/3414/1/EDI...
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PILKADA KABUPATEN …repository.radenintan.ac.id/3414/1/EDI...
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PILKADA KABUPATEN MESUJI 2017
(Studi di Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji)
SEKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam Ilmu Ushuluddin Dan Studi Agama
Oleh
EDI SUPRIONO NPM : 1331040027
Jurusan : Pemikiran Poitik Islam
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2018 M
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PILKADA KABUPATEN MESUJI 2017
(Studi di Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji)
SEKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam Ilmu Ushuluddin Dan Studi Agama
Oleh
EDI SUPRIONO NPM : 1331040027
Jurusan : Pemikiran Poitik Islam
Pembimbing I : Dr. Ali Abdul Wakhid, M.Si
Pembimbing II : Abdul Qohar, M.Si
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2018 M
ABSTRAK
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PILKADA
KABUPATEN MESUJI 2017
(Studi di Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji)
Oleh
Edi Supriono
Pemilu merupakan pintu gerbang untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang mendapat legitimasi luas dari masyarakat. Pemilu merupakan kepentingan masyarakat dalam menentukan pemimpin/wakil di masing-masing tingkatan (level). Hal ini membutuhkan partisipasi masyarakat yang ada di level tersebut dalam proses dan praktik politik. Partisipasi ini disebut partisipasi politik masyarakat. Berdasarkan fakta di lapangan permasalahan dari pemilu kepada daerah kecamatan panca jaya kabupaten Mesuji lampung dari tahun 2012 golput dan suara tidak sah mencapai 389 jiwa atau 13.8 % dan pemilu kepala daerah tahun 2017 meningkat golput dan suara tidak sah mencapai 599 jiwa atau 20.4% meningkat 7,4% angka golput atau suara tidak sah .Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah faktor apakah yang menyebabkan turun nya partisipasi masyarakat dalam pilkada kecamatan Panca Jaya kabupaten Mesuji dan bagaimana solusi nya untuk mengatasi masalah penurunan partisipasi masyarakat dalam pilkada Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemilu dan memebrikan solusi untuk mengatasi masalah penurunan partisipasi masyakarakat dalam pemilu, khusus nya di wilayah kabupaten Mesuji. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (fiel research). Penelitian ini analisi dan empiris, dimana peneliti berusaha menggambarkan, menjelaskan dan memaparkan fakta-fakta apa adanya (fac finding) serta menentukan korelasi antara satu dengan lainnya, yang kemudian di analisis dengan menggunakan kaidah yang berlaku.Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara mendalam yang di lakukan peneliti terhadap responden, di peroleh data bahwa sebagian masyarakat kurang berminat mengikuti kampanye karna merasa kurang penting. Sebagian besar menganggap bahwa memilih merupakan hak masing-masing perorangan sehingga setiap orang bebas memilih sesuai keinginan meraka tanpa di pengaruhi orang lain, sebagian besar responden tidak menjadi panitia dalam pilkada Mesuji 2017 hal itu di sebabkan karena kesempatan menjadi panitia dalam pilkada sendiri memang terbatas, sebagian besar masyarakat tidak berpartisipasi politik dalam bentuk menjadi tim sukses salah satu pasangan calon Kepala Daerah.
Motto
یف إن لم تقطعحا قطعك الوقت كالس
“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya
menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)” (H.R. Muslim)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang-orang yang selalu memberikan
motivasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu :
1. Bapak Sumari dan Ibu Supriatun selaku kedua orang tua yang telah
memberikan seluruh cinta dan kasih nya serta membesar kan dan mendidik
penulis sampai akhir nya bisa menyelesaikan S1
2. Kepada kelurga besar ku yang tercinta dan adik-adik keponakan Arsyla
imanda rahel,Puput Pujilestari,Sifa Safitri,yang telah memberikan senyum
semangat dan motivasi lebih untuk penulis.Untuk Arisetianingsih yang selalu
memberikan semangat selama penulis berkuliah dan menyelesaikan skripsi
ini.
3. Untuk sahabat-sahabat PPI kelas A dan B serta angkatan 2013 yang selalu
menyemangati satu sama lainnya selama penulis menempuh pendidikan dan
belajar bersama sahabat-sahabat semua nya dan khusus nya teman-teman
Mesuji seangkatan dan satu perjuangan trimakasih bayak selalu memberikan
dukungan kepada penulis.serta untuk adik-adik tingkat yang memberikan
motivasi dan senyum semangat.nya
4. Untuk sahabat-sahabat senior dan junior OPLOZ FC USHULUDDIN FC
yang selalu memberikan hiburan canda dan tawa, kemenangan dan kekalahan
bersama, juara bersama semoga tetap LOYALITY MY TEAM
5. Untuk Almamater tercinta UIN raden intan lampung dan sahabat-sahabat
KKN 157 Pekon gemah ripah yang telah memberikan pengalaman yang
berharga selama KKN.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 07 juli 1994 anak kesatu dari pasangan bapak
Sumari dan ibu Supriatun. Pada 2000 penulis bersekolah di SDN 01 Tanjung serayan
lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP N 01 Mesuji timur
pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan ke SMA
N 01 simpang pematang pada tahun 2009 dan lulus pada tahun2012. Kemudian
penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih yaitu di UIN Raden Intan lampung
Fakultas Ushuluddin jurusan Pemikiran Politik Islam pada tahun 2013 Kemudian
penulis menyelasaikan S1 pada tahun 2018.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah Azza Wajalla yang
memiliki sifat Rahman dan Rahim, Solawat seiring salam semoga tetap kita
limpahkan kepada sosok tauladan dan Peimpin sejati yaitu Nabi Muhammad SAW,
yang dinantikan syafaatnya di yaumil kiamah nanti.
Dibalik terselesaikannya skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Mukri, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilma pengetahuan dikampus tercinta.
2. Bapak Dr. H. Arsyad Sobby Kesuma, Lc,M.Ag selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, beserta staf pimpinan yang telah berkenan memberikan kesempatan
dan bimbingan kepada penulis selama studi.
3. Bapak Dr. Nadirsah Hawari, MA selaku Ketua Jurusan Pemikiran Politik
Islam, dan Ibu Tin Amalia Fitri, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pemikiran
Politik Islam.
4. Bapak Dr.Ali Abdul Wakhid, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Abdul
Qohar, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Bapak Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah ikhlas
memberikan ilmu dan wawasan selama megikuti perkuliahan.
6. Kepala perpustakaan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dan
beserta Staf, yang turut memberikan data berupa literature sebagai sumber
dalam penulisan Skripsi ini.
7. Karyawan dan karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah memberikan kelancaran
penulis sehingga selesainya penulisan Skripsi ini.
8. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
9. Kepada kawan-kAwan sequad kocak Akbar dwianto, riki firmansah, Bagus
setiadi, Heriandanurfa, Afen sandika, Kirwanto, Beni iswanto, Rahmad
hidayat, M.alfat, Yogi alhafiz saya ucapkan terima kasih sudah memberikan
dukungan kepada penulis selama penlis mengerjakan sekripsi ini.
Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahannya, hal ini
diharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga skripsi ini dapat tersusun lebih
baik dan lebih sempurna.
Semoga amal dan jasa serta dorongan yang telah diberikan mendapatkan imbalan
dari Allah SWT, mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat serta turut mengembangkan
khazanah ilmu pengetahuan di bidang politik khususnya pada Jurusan Pemikiran
Politik Islam.
Bandar Lampung, Januari 2018 Penulis,
Edi supriono
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................................... ii
HALAM PENGESAHAN ................................................................................................... iii
MOTO...................................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul .............................................................. 1 B. Alasan Memilih Judul .................................................... 3 C. Latar Belakang Masalah ................................................. 3 D. Rumusan Masalah ............................................................ 8 E. Tujuan Penelitian ............................................................. 9 F. Manfaat Penelitian .......................................................... 9 G. Metode Penelitian ........................................................... 10 H. Tinjauan Pustaka ............................................................. 12
BAB II PERAN PARTISIPASI MASYRAKAT DALAM PILKADA
KABUPATEN MESUJI
A. Partisipasi Masyarakat .................................................... 15 1. Pengertian Partisipasi ............................................... 15 2. Partisispasi Masyarakat ............................................ 18 3. Prinsip-prinsip Partisipasi ........................................ 20 4. Bentuk dan Tipe Partisipasi ..................................... 21 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ...... 24 6. Macam-macam Partisipasi dalam Masyarakat ........ 26
7. Tingkatan Partisipasi ................................................ 28 B. PILKADA ........................................................................ 29
1. Pengertian Tentang Pemilu ...................................... 29 2. Pengertian Pemilukada ............................................. 32 3. Pelaksanaan Pemilukada .......................................... 36
BAB III UMUM MASYARAKAT DI KECAMATAN PANCA
JAYA KABUPATEN MESUJI GAMBARAN
A. Kondisi Umum Kecamatan Panca Jaya ......................... 38 1. Sejarah Singkat Kecamatan Panca Jaya .................. 38 2. Struktur Organisasi Dan Daftar Pegawai
Kecamatan Panca Jaya .............................................. 39 3. Gambaran Wilayah ................................................... 40 4. Potensi Wilayah ........................................................ 42 5. Visi Misi Kecamatan Panca Jaya Kecamatan Mesuji 43 6. Sosial Kemasyarakatan ............................................. 43
B. Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pilkada ........... 45 C. Metode Penelitian ........................................................... 48
BAB IV FAKTOR PENYEBAB TURUNNYA PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PILKADA
A. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Turunnya Partisipasi Masyarakat Dalam Pilkada Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji ........................................ 55
B. Solusi Untuk Mengatasi Masalah Penurunan Partisipasi Masyarakat Dalam Pilkada Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji ......................................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 80 B. Penutup ............................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul ini merupakan salah satu bagian penting dan mutlak kegunaannya
dalam semua bentuk tulisan atau karangan, karena judul adalah sebagai pemberi
arah serta dapat memberikan gambaran dari semua isi yang terkandung di
dalamnya. Demikian juga halnya dengan skripsi ini berjudul : PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PILKADA KABUPATEN MESUJI 2017 (Studi di
Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji).
Untuk lebih memahami pengertian dan maksud dari judul tersebut di atas,
maka perlu kiranya dijelaskan beberapa pengertian untuk menghindari terjadinya
kekeliruan dan penyimpangan pemahaman judul skripsi ini, antara lain adalah :
Partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan
demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya
perencanaan dari bawah (button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam
proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. Partisipasi dapat juga
berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut
terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan,
bahan dan jasa. Partisipasi juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah
mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan
masalahnya.
Secara umum, Pengertian masyarakat adalah sekumpulan individu-individu
yang hidup bersama. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab dengan kata
"syaraka". Syaraka, yang artinya ikut serta (berpartisipasi). Sedangkan dalam
bahasa Inggris, masyarakat disebut dengan "society" yang pengertiannya adalah
interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Untuk mengamati lebih
luas mengenai pengertian masyarakat, mari kita mengkaji beberapa pendapat para
ahli mengenai pengertian masyarakat.1
Pemilihan kepala daerah atau yang biasa disebut PILKADA atau
Pemilukada dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif
setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket
bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah
yang antara lain Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, Bupati dan wakil
bupati untuk kabupaten, serta Wali kota dan wakil wali kota untuk kota.
Pengertian Lain tentang Pilkada adalah Pemilihan Gubernur dan pemilihan
Bupati/Walikota yang merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di
provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur dan Bupati/Walikota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Dengan demikian maksud dari judul skripsi ini secara keseluruhan adalah
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan demokrasi melalui proses
1 Muin Idianto, Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta : Erlangga, 2013) h. 25
desentralisasi Pilkada yang dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah
administratif Kabupaten Mesuji tahun 2017secara adil dan jujur.
B. Alasan Memilih Judul
Beberapa alasan yang mendasari penulis memilih judul dalam penelitian ini
adalah karena:
1. Pemilu merupakan kepentingan masyarakat dalam menentukan
pemimpin/wakil di masing-masing tingkatan dan ini membutuhkan partisipasi
masyarakat dalam proses serta praktik politik.
2. Pentingnya partisipasi masyarakat di kecamatan Panca Jaya Kabupaten
Mesuji dalam mensukseskan Pemilu untuk menekan suara golput dan suara
tidak sah.
C. Latar Belakang Masalah
Pemilu merupakan pintu gerbang untuk mewujudkan suatu pemerintahan
yang mendapat legitimasi luas dari masyarakat. Jika pemilu dilaksanakan secara
demokratis, adil, jujur langsung dan rahasia, maka terwujudnya pemilu yang
berkualitas sangat tergantung bagaimana tahapan-tahapan penyelenggaraan
pemilu dilaksanakan secara baik. Tahapan tersebut meliputi; perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan.2
Seiring dengan semangat penyelenggaraan pemilu yang demokratis, maka
pemilu adalah suatu kemestian dari suatu lembaga yang sangat vital untuk
2 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia,
1992) h.28
demokrasi. Suatu pemilihan yang bebas berarti bahwa dalam suatu jangka waktu
tertentu rakyat akan mendapat kesempatan untuk menyatakan hasratnya terhadap
garis-garis politik yang harus diikuti oleh negara dan masyarakat dan terhadap
orang-orang yang harus melaksanakan kebijaksanaan tersebut.
Dalam rangka terwujudnya tata susunan masyarakat yang dijiwai oleh cita-cita
Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945
sebagaimana tersebut dalam Pancasila dan UUD 1945, maka penyusunan tata
kehidupan itu harus dilakukan dengan jalan pemilihan umum. Penyelenggaraan
pemilihan umum itu tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk
dalam lembaga permusyawaratan/perwakilan saja dan juga tidak memilih wakil-
wakil rakyat untuk menyusun negara baru dengan falfasafah negara baru, tetapi
suatu pemilihan wakil-wakil rakyat oleh rakyat yang membawa isi hati nurani
rakyat (aspirasi) dalam melaksanakan perjuangan mempertahankan dan
mengembangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bersumber pada proklamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi amanat penderitaan
rakyat.3
Ada baiknya peran masyarakat untuk mengubah maindset / pola pikir
masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam PEMILU di 2017, akan tetapi bila
masyarakat hanya terfokus oleh satu titik itu maka pemikiran seperti itu hanya
akan memperkecil ruang lingkup masyarakat di dalam kehidupan bernegara.
3 Moh. Mahfud MD, Demokrasi Konstitusi di Indonesia Studi tentang Interaksi Politik dan
Kehidupan Ketatanegaraan (Yogyakarta: Liberty, 1993), h.158
Peran masyarakat adalah sebagai Agent of Change, Mereka harus mampu
membawa perubahan, baik itu dalam tingkat bawah maupun tingkat pusat.
Mereka tidak hanya membawa masyarakat dan menyadarkannya untuk memilih
sosok pemimpin yang baik, jujur dan bertanggung jawab, tetapi mereka juga
harus mampu membawa perubahan dalam struktur politik yang ada. Ketika sosok
pemimpin yang muncul dalam panggung politik memang dinilai tidak layat dan
kemudian minat masyarakat menjadi berkurang terhadap partisipasi politik, maka
alangkah baiknya bila kita berfikir bagaimana merubah struktur politik dalam
merekrut calon-calon pemimpin yang sesuai untuk memimpin bangsa ini.4
Pemilu diselenggarakan untuk menghindari terjadinya kekuasaan yang
terpusat pada sekelompok orang tanpa mekanisme konstitusi yang jelas, sehingga
ada kompetisi rasional, obyektif dan siap menang dan demikian juga siap kalah
menjadi rakyat biasa. Oleh karena itu pemilihan umum merupakan salah satu
sarana yang harus diadakan dalam negara demokrasi, untuk itu pemilu tidak boleh
mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi atau menimbulkan penderitaan
rakyat melainkan harus menjamin suksesnya pemilihan umum. Suatu pemilihan
umum yang demokratis pada prinsipnya harus mencerminkan aspirasi serta
kepentingan masyarakat, oleh sebab itu maka asas-asas pemilu; langsung, umum,
bebas, dan rahasia, jujur dan adil harus dilaksanakan dengan baik.
4 http://www.kompasiana.com/awaludin.jamilah/peran-mahasiswa-dalam-pemilihan-umum-
2014_54f73f6ba33311b8128b464cPemilu
Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi, yang menjadikan kepentingan
rakyat berasal dari rakyatnya itu sendiri dengan semboyan, “Dari Rakyat untuk
Rakyat”. Salah satu kepentingan rakyat adalah adanya seorang pemimpin, baik di
lingkungan terkecil hingga lingkungan yang lebih besar. Lingkungan terkecil
barangkali Rukun Tetangga (RT) atau perkumpulan minor lainnya, sementara
lingkungan terbesar adalah Negara, Presiden. Dalam dunia demokrasi, seorang
pemimpin haruslah dipilih oleh orang-orang yang dipimpinnya. Pada lingkup
yang besar, di Indonesia dikenal istilah Pemilihan Umum (Pemilu), yang di negeri
ini terdapat 4 (empat) macam, yaitu Pemilihan Legislatif, Pemilihan Kepala
Daerah Tingkat II (Bupati/Walikota), Pemilihan Kepala Daerah Tingkat I
(Gubernur), dan Pemilihan Presiden (Pilpres).5
Pemilu merupakan kepentingan masyarakat dalam menentukan
pemimpin/wakil di masing-masing tingkatan (level). Hal ini membutuhkan
partisipasi masyarakat yang ada di level tersebut dalam proses dan praktik politik.
Partisipasi ini disebut partisipasi politik masyarakat. Partisipasi politik adalah
kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif maupun
pasif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pemimpin dan, secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public
policy).6
5 AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Fifth Edition, Editor: Jonathan
Crowther (Toronto, Tokyo, Taipei, Singapore: Oxford University Press, 1995), h.309. 6 Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1998), h. 183
Secara umum, pemilu disambut gembira oleh masyarakat di Indonesia,
karena dalam pemilu tersebut, masyarakat dapat mengekspresikan kebutuhannya
akan seorang pemimpin atau wakil yang mereka inginkan. Oleh karena itu,
mereka bahu-membahu dalam mendukung dan mensukseskan calon pemimpin
atau wakilnya agar terpilih. Akan tetapi di antara sebagian masyarakat ada juga
yang acuh tak acuh terhadap proses pemilihan itu, bahkan tidak turut serta dalam
pemilu yang diselenggarakan mereka ini dikenal dengan istilah golongan putih
(golput).7
Berikut ini data jumlah suara hasil pemilu kepala daerah Kecamatan
Pancajaya Kabupaten Mesuji Lampung tahun 2012
No Keterangan Jumlah Persentase 1 Suara yang sah 2431 Jiwa 86.2 % 2 Suara tidak sah 23 Jiwa 0.8 % 3 Golput 366 Jiwa 13 % Jumlah 2820 Jiwa 100 % Sumber KPU Kabupaten Mesuji
Jumlah suara hasil pemilu kepala daerah Kecamatan Pancajaya Kabupaten
Mesuji Lampung tahun 2017
No Keterangan Jumlah Persentase 1 Suara yang sah 2336 Jiwa 78.4 % 2 Suara tidak sah 41 Jiwa 1.4 % 3 Golput 558 Jiwa 19 % Jumlah 2935 Jiwa 100 % Sumber KPU Kabupaten Mesuji
7 KPUD Kabupaten Mesuji, Laporan Tahapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2017 (Kabupaten Musuji: KPUD Kabupaten Musuji, 2016).
Terlihat permasalahan dari pemilu kepala daerah Kecamatan Pancajaya
Kabupaten Mesuji Lampung dari tahun 2012 golput dan suara tidak sah mencapai
389 jiwa atau 13.8 %, dan pemilu kepala daerah tahun 2017 meningkat golput dan
suara tidak sah mencapai 599 jiwa atau 20.4% meningkat 7,4% angka golput dan
suara tidak sah.
Secara demografis, kecamatan Panca Jaya merupakan representasi dari
masyarakat Kabupaten Mesuji keseluruhan. Kecamatan Panca Jaya masuk
peringkat ke-3 DPT terbanyak di Kabupaten Mesuji pada tahun 2017 lalu, akan
tetapi angka partisipasi publik dalam pemilu termasuk peringkat ke-4 dari yang
paling rendah.8
Oleh karena itu kami melakukan penelitian mengenai partisipasi public
dalam pemilu di wilayah kabupaten Mesuji. Penelitian ini mengambil judul:
Partisipasi Masyarakat Dalam Pilkada Kabupaten Mesuji 2017 (Studi di Desa
Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini ingin
mencari titik persoalan, tentang penyebab terjadinya penurunan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemilu. Dengan demikian, masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
8 Ibid h.7
1. Faktor apakah yang menyebabkan turunnya partisipasi masyarakat dalam
Pilkada Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji?
2. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah penurunan partisipasi masyarakat
dalam Pilkada Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat
dalam pemilu;
2. Memberikan solusi untuk mengatasi masalah penurunan partisipasi
masyarakat dalam pemilu, khususnya di wilayah kabupaten Mesuji.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan bermanfaat untuk:
1. Memberikan gambaran mengenai bagaimana partisipasi politik masyarakat di
Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji dalam Pemilu;
2. Sebagai bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan partisipasi politik
masyarakat di Kecamatan Panca Jaya khususnya, dan Kabupaten Mesuji pada
umumnya, guna perbaikan strategi dan komunikasi kepada masyarakat bagi
penyelenggaraan pemilu yang akan datang.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).9 Penelitian
lapangan yang dimaksud adalah penelitian yang langsung terjun ke lapangan
(lokasi penelitian). Lokasinya terletak di wilayah Kecamatan Panca Jaya
Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung. Data dikumpulkan dengan pendekatan
kuantitatif, melalui metode angket (kuesioner) kepada responden. Selain angket,
untuk memperkuat temuan data, maka penelitian ini ditambah dengan wawancara
langsung dengan responden.
Penelitian ini bersifat analisis empiris, di mana peneliti berusaha
menggambarkan, menjelaskan dan memaparkan fakta-fakta apa adanya (fact
finding) serta menentukan korelasi antara satu dengan lainnya, yang kemudian
dianalisis dengan menggunakan kaidah yang berlaku.10 Adapun objek penelitian
dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah Kecamatan Panca Karya,
Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Data diambil 2% dari Daftar Pemilih
Tetap (DPT) tahun 2017, yang kemudian diambil sampel.
Sumber data yang dianggap primer adalah data yang diperoleh dari sumber
pertama, yaitu data dari hasil angket yang diajukan dalam bentuk kuesioner.
Sementara data sekundernya berupa dokumen-dokumen penting yang menunjang,
seperti: Rekapitulasi Jumlah Pemilih, Jumlah TPS, Jumlah responden, dan
9 Kartini Kartono, PengantarMetode Risert Sosial, (Cet Ke-7,Bandung: MandarMaju, 1986),
h.81 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Edisi Revisi III Cet.
Ke-4, Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 114.
aktifitas sosial politik masyarakat yang terkait dengan partisipasi politik. Selain
itu, data sekunder juga merupakan data yang diambil dari hasil publikasi
(pustaka).
Selanjutnya, untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik
sebagai berikut:
1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk
tujuan khusus yang memungkinkan seorang analis untuk mengumpulkan data
dan pendapat dari para responden yang telah dipilih. Daftar pertanyaan ini
kemudian dibagikan kepada para responden yang akan mengisinya sesuai
dengan pendapat mereka. Metode Purposive Random Sampling, digunakan
untuk menghemat tenaga, biaya dan waktu, yakni teknik pengambilan sampel
diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Sampel diambil dengan
pertimbangan bahwa seseorang atau sesuatu itu memiliki informasi yang
diperlukan dan dapat mewakili sebagai besar populasi di sekitarnya.
2. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan seorang peneliti untuk
memperoleh pemahaman secara menyeluruh mengenai pandangan atau
perspektif seseorang terhadap isu, tema atau topik tertentu. Wawancara
dilakukan dengan cara bertanya-jawab secara lisan langsung kepada orang
yang bersangkutan. Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data
tambahan dan memperkuat hasil kuesioner dalam penelitian ini.
Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis Penelitian ini bersifat
deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi yang terjadi
dengan menggunakan analisa kualitatif. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode deskriptif adalah suatu bentuk menerangkan hasil penelitian
yang bersifat memaparkan sejelas-jelasnya tentang apa yang diperoleh di
lapangan, dengan cara peneliti melukiskan, memaparkan dan menyusun suatu
keadaan secara sistematis sesuai dengan teori yang ada untuk menarik
kesimpulan dalam upaya pemecahan masalah.11
3.Dokumentasi
Sebagai objek yang di perhatikan dalam memperoleh informasi, kita
mempersatukan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper) tempat (place) dan
kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber
pada tulisan ini lah kita telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi dari asal katanya dokumentasi yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumntasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulilas seperti buku-buku, majalah, dan peraturan-peraturan.
H. Tinjauan Pustaka
Sejauh penelusuran peneliti, ada beberapa hasil penelitian yang dapat
dimunculkan di sini, antara lain:
11 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h.274
Pertama, “Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilukada 2012
Kabupaten Pati (Studi kasus di Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten
Pati)”. Penelitian ini adalah penelitian yang berupa Skripsi yang ditulis oleh
Syaiful Huda, Mahasiswa S-1 Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Jinayah
Siyasah pada tahun 2014. Dalam hal ini, Syaiful Huda menyimpulkan bahwa
respon masyarakat dalam pemilukada, cenderung menerima money politic. Meski
demikian, sebagian mereka juga tetap ingin berparisipasi meskipun tidak ada
praktek money politik. Jika dilihat lebih jauh, partisipasi masyarakat dalam
pemilukada dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) faktor hubungan
masyarakat dengan calon (4%), faktor money politic (76%), faktor kondisi sosial
ekonomi (16%) dan faktor sosial politik (4%).
Penelitian ini cukup representative untuk dijadikan sebagai gambaran
mengenai partisipasi masyarakat dalam pemilu, baik pemilukada, pemilu presiden
maupun pemilu legislatif. Akan tetapi, tentu saja berbeda dengan situasi dan
kondisi masyarakat serta kecenderungan masyarakat Kecamatan Mempawah Hilir
Kabupaten Mempawah.
Kedua, “Partisipasi Politik Siswa MAN II Yogyakarta Dalam Pemilukada
Tahun 2011 Di Kota Yogyakarta”. Pustaka ini merupakan skripsi yang ditulis
oleh Laelah Kodariah pada tahun 2012. Dalam hal ini, Laelah melaporkan bahwa
siswa MAN II Yogyakarta ikut berpartisipasi dalam Pemilukada. Bentuk
partisipasi politik yang diikuti siswa diantaranya melakukan pemilihan,
kampanye, bergabung dengan kelompok kepentingan. Sebagai bentuk partisipasi
publik, data penelitian ini cukup memberikan gambaran mengenai bagaimana
seharusnya masyarakat turut serta dalam pemilu. Mensosialisasikan program
KPU, calon, mengawasi kecurangan pemilu secara mandiri, dan ikut dalam
pemilihan, merupakan cara-cara yang baik dalam berpartisipasi. Akan tetapi,
paling tidak, hadir dalam pemilihan dan ikut memilih, sudah cukup sebagai
bentuk partisipasi.
Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan indikator
partisipasi masyarakat dalam pemilu. Melalui kedua hasil penelitian (bahan
pustaka) di atas, dapat dilihat bahwa keduanya memang berbicara tentang peran
masyarakat dalam pemilu.
BAB II
PERAN PARTISIPASI MASYRAKAT DALAM PILKADA
KABUPATEN MESUJI
A. Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu
kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik
dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam
segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan
tanggungjawab atas segala keterlibatan.12
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada
pencapaian tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggungjawab terhadap
kelompoknya. Pendapat lain menjelaskan bahwa partisipasi merupakan
penyertaan pikiran dan emosi dari pekerjapekerja kedalam situasi kelompok
yang bersangkutan dan ikut bertanggungjawab atas kelompok itu. Partisipasi
juga memiliki pegertian “a valuentary process by which people including
disadvantaged (income, gender, ethnicity, education) influence or control the
affect them” (Deepa Naryan, 1995), artinya suatu proses yang wajar di mana
masyarakat termasuk yang kurang beruntung (penghasilan, gender, suku,
12 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2002)
h. 39
pendidikan) mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan keputusan yang
langsung menyangkut hidup mereka.
Pengertian sederhana tentang partisipasi dikemukakan oleh Huntington,
di mana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan
kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan
pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti
bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,
membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.13
Huntington membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:
a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;
b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan;
c. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri;
d. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung artibahwa
orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.
13 Huntington. P, Samuel. Nelson, Joan,. Partisipasi Politik Di Negara Berkembang. (Jakarta:
Rineka Cipta,1990),h.201
e. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan
para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar
supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-
dampak sosial;
f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka. 14
Dari beberapa pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas,
dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari
seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk
berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.
Pentingnya partisipasi sebagai berikut:
a. partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal;
b. bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek
tersebut;
14 Ibid, h.202
c. bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri. Apa yang ingin dicapai dengan
adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan)
setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam
sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk
jangka yang lebih panjang.15
2. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menekankan pada “partisipasi” langsung warga
dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan.
Partisipasi masyarakat telah mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu
kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan
kebijaksanaan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang
mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Pengembangan konsep dan
asumsi dasar untuk meluangkan gagasan dan praktik tentang partisipasi
masyarakat meliputi :
a. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada warga sebagaimana
hak politik lainnya. Hak itu tidak hilang ketika ia memberikan mandat pada
orang lain untuk duduk dalam lembaga pemerintahan. Sedangkan hak
politik, sebagai hak asasi, tetap melekat pada setiap individu yang
bersangkutan.
15 Ibid, h.209
b. Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan
publik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi kegagalan
demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan masih menyisakan beberapa
kelemahan yang ditandai dengan keraguan sejauh mana orang yang dipilih
dapat merepresentasikan kehendak masyarakat.
c. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan
publik dapat mendorong partisipasi lebih bermakna.d. Partisipasi dilakukan
secara sistematik, bukan hal yang insidental
e. Berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen yang
mendorong tata pemerintahan yang baik (good governance).
f. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap
penyelenggaraan dan lembaga pemerintahan.16
Demokratisasi dan desentralisasi di negara berkembang termasuk
Indonesia terjadi dalam situasi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan dan lembaga pemerintah. Dengan melibatkan warga dalam
proses pengambilan keputusan maka diharapkan kepercayaan publik terhadap
pemerintah dapat terus ditingkatkan, dan meningkatnya kepercayaan warga
dipercaya sebagai indikator penting bagi menguatnya dukungan dan
keabsahan pemerintah yang berkuasa.
16 Miriam Budiarjo,. Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 2002),
h. 34-35
Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota masyarakat
dalam pembangunan dan pelaksanaan (implementasi) program atau proyek
pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal. Partisipasi masyarakat
memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bahkan reaktif (artinya masyarakat ikut
menalar baru bertindak), ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang
terlibat, ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut, ada pembagian
kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara.
3. Prinsip-prinsip Partisipasi
Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang
dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh
Department for International Development (DFID) adalah:
a. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
b. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang
mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak
untuk menggunakan prakarsa tersebut dalam setiap proses guna
membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-
masing pihak.
c. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi
dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan
dialog.
d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak
yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan
kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
e. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (Sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
f. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari
segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga
melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses
saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat
untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang
ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya
manusia.17
4. Bentuk dan Tipe Partisipasi
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat
dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta
benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran,
partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan
partisipasi representatif.
17 Ambo Upe,. Sosiologi Politik Kontemporer (Jakarta: Prestasi Pustakarya 2008), h.124
Dari berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas,
partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang
diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi
yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang
nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk
partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,
pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. Partisipasi uang adalah
bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian
kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda
adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa
alat-alat kerja atau perkakas.
Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk
tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan
suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan
dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat
lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,
pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program
maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk
mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna
mengembangkan kegiatan yang diikutinya.Partisipasi sosial diberikan oleh
partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian,
dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam
rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat
terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan
yang terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif
dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya
yang duduk dalam organisasi atau panitia.
Partisipasi terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal.
Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam kondisi tertentu, masyarakat
terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam
hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau
klien. Sedangkan partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa di
mana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu
dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda permulaan
tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
Partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu “partisipasi non fisik dan partisipasi fisik”. Partisipasi fisik adalah
partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan
usahausaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha-
usaha beasiswa, membantu pemerintah membangun gedung-gedung untuk
masyarakat, dan menyelenggarakan usaha-usaha perpustakaan berupa buku
atau bentuk bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah partisipasi
keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional
dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui
pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat
untuk bersekolah.
Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi yang telah dianalisis, dapat
ditarik sebuah kesimpulan mengenai tipe partisipasi yang diberikan
masyarakat.Tipe partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat kita sebut juga
sebagai tingkatan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu
keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat
keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda,
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam
berpartisipasi, yaitu:
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari
kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai
dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang
berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
b. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti
bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah
mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan
tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan
perempuan yang semakin baik.
c. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.Pendidikan
dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan
kesejahteraan seluruh masyarakat.
d. Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan
dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat
mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat.Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, harus didukung oleh perekonomian yang mapan.
e. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa
memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya
yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.18
6. Macam-macam Partisipasi dalam Masyarakat
Partisipasi menjadi empat jenis, yaitu
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini terutama
berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menuju
kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan
bersama. Partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini sangat penting,
karena masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi
pembangunan. Wujud dari partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan ini bermacam-macam, seperti kehadiran rapat, diskusi,
18 Ambo Upe, Sosiologi Politik Kontemporer (Jakarta: Prestasi Pustakarya 2008), h.126-127
sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang
ditawarkan.
Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan ini merupakan suatu proses pemilihan alternatif berdasarkan
pertimbangan yang menyeluruh dan rasional.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan.
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan
lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya, baik yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan. Di dalam
pelaksanaan program, sangat dibutuhkan keterlibatan berbagai unsur,
khususnya pemerintah dalam kedudukannya sebagai fokus atau sumber
utama pembangunan.19
Ruang lingkup partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi:
a. Menggerakkan sumber daya dan dana.
b. Kegiatan administrasi dan koordinasi dan ketiga penjabaran program. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam
partisipasi pelaksanaan program merupakan satu unsur penentu
keberhasilan program itu sendiri.
c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak terlepas dari
kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa
19 Huntington. P, Samuel. Nelson, Joan, Partisipasi Politik Di Negara Berkembang (Jakarta:
Rineka Cipta 1990), h.209
dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan suatu program akan ditandai
dengan adanya peningkatan output, sedangkan dari segi kualitas dapat
dilihat seberapa besar persentase keberhasilan program yang dilaksanakan,
apakah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
d. Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini
berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh.
Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program
telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau ada penyimpangan.20
7. Tingkatan Partisipasi
Partisipasi berdasarkan tingkatannya dapat dibedakan menjadi 7
tingkatan, yaitu :
a. Manipulation, merupakan tingkat paling rendah mendekati situasi tidak
ada partisipasi, cenderung berbentuk indoktrinasi.
b. Consultation, yaitu dimana stakeholder mempunyai peluang untuk
memberikan saran akan digunakan seperti yang mereka harapkan.
c. Consensus-building, yaitu dimana pada tingkat ini stakeholder berinteraksi
untuk saling memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi, toleransi
dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadi adalah
individu-individu dan kelompok masih cenderung diam atau setuju
bersifat pasif.
20 Ibid, h. 210
d. Decision-making, yaitu dimana konsensus terjadi didasarkan pada
keputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggungjawab untuk
menghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajat
perbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok.
e. Risk-taking, yaitu dimana proses yang berlangsung dan berkembang tidak
hanya sekedar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari
hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Pada tahap
ini semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasil keputusan.
Karenanya, akuntabilitas merupakan basis penting.
f. Partnership, yaitu memerlukan kerja secara equal menuju hasil yang
mutual. Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsi tetapi
dalam tanggung jawab.
g. Self-management, yaitu puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholder
berinteraksi dalam proses saling belajar (learning process) untuk
mengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.21
B. PILKADA
1. Pengertian Tentang Pemilu
Pemilihan Umum adalah memilih seorang penguasa, pejabat atau
lainnya dengan jalan menuliskan nama yang dipilih dalam secarik kertas atau
21 Ibid, h. 213
dengan memberikan suaranya dalam pemilihan.22 Sedangkan, menurut
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pemilih dalam pemilu disebut juga sebagai konstituen, di mana para
peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa
kampanye. Kampanye dilakukan selama diwaktu yang telah ditentukan
menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan,
proses penghitungan dimulai. Pemenangan Pemilu ditentukan oleh aturan
main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan
disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih. Proses
pemilihan umum merupakan bagian dari demokrasi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemilihan umum
adalah proses pemilihan atau penentuan sikap yang dilakukan oleh suatu
masyarakat untuk memilih penguasa ataupun pejabat politik untuk memimpin
suatu Negara yang juga diselenggarakan oleh Negara.
22 Abu Nashr Muhammad Al-Iman, Membongkar Dosa-dosa Pemilu, (Prisma Media, Jakarta,
2004), h: 29.
Pada azasnya setiap warganegara berhak ikut serta dalam Pemilihan
Umum. Hak warganegara untuk ikut serta dalam pemilihan umum disebut
Hak Pilih, yang terdiri dari hak pilih aktif (hak memilih) dan hak pilih pasif
(hak dipilih).
Setiap warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah
berumur tujuh belas tahun atau lebih atau sudah/ pernah kawin, mempunyai
hak memilih. Seorang warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak
memilih, baru bisa menggunakan haknya, apabila telah terdaftar sebagai
pemilih.23
Seseorang yang telah mempunyai hak memilih, untuk dapat terdaftar
sebagai pemilih, harus memenuhi persyaratan:
a. tidak terganggu jiwa/ ingatannya;
b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan Pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, sebaliknya seorang warga negara
Indonesia yang telah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT),
kemudian ternyata tidak lagi memenuhi persyaratan tersebut di atas, tidak
dapat menggunakan hak memilihnya.24
Masalah dan gejolak seringkali terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Hal ini disebabkan karena tidak akuratnya data pemilih. Ada warga
masyarakat yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih, ternyata tidak
23 Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif), (PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009), h. 168. 24 Ibid, h. 168.
terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), malah sebaliknya orang-orang
yang sudah meninggal dunia namanya masih tercantum dalam DPT.
Sebenarnya masalah ini lebih bersifat teknis dan administratif, tetapi oleh
pihak-pihak yang merasa dirugikan, masalah ini dipolitisasi sehingga tidak
jarang menimbulkan gejolak dan konflik.
Berdasarkan pengamatan, ketidak akuratan pemilih/ DPT ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Belum tertatanya dengan baik data kependudukan, yang mana hal ini
merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, dalam hal ini
Depatemen Dalam Negeri beserta jajarannya.
b. Pemutakhiran data/ verifikasi data pemilih tidak dilakukan oleh KPU
beserta jajarannya dengan baik.
c. Masyarakat, dalam hal ini calon pemilih, tidak berusaha secara aktif, agar
mereka tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).25
2. Pengertian Pemilukada
Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
(Pemilukada) merupakan instrumen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan prinsip demokrasi di
daerah, karena disinilah wujud bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan
menentukan kebijakan kenegaraan. Mengandung arti bahwa kekuasaan
tertinggi untuk mengatur pemerintahan Negara ada pada rakyat. Melalui
25 Ibid, h. 169.
Pemilukada, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi pemimpin dan
wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan
arah masa depan sebuah negara.26
Pemilukada menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
tentang “Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat di wilayah Propinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 56 ayat (1) dinyatakan
bahwa Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan
calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah selanjutnya disebut pasangan calon adalah peserta pemilihan yang
diusulkan oleh partai Politik atau gabungan partai politik yang telah
memenuhi persyaratan.
Secara normatif, berdasarkan ukuran-ukuran demokrasi, pemilukada
langsung menawarkan sejumlah manfaat dan sekaligus harapan bagi
pertumbuhan, pendalaman dan perluasan demokrasi lokal.
a. Sistem demokrasi langsung melalui pemilukada langsung akan membuka
ruang partisipasi yang lebih luas bagi warga dalam proses demokrasi dan
26 Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) dan
Mekanisme PenyelesaiiannyaI. Jurnal Konstitusi Vol II nomor 2, November 2010, h 44.
menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal dibandingkan sistem
demokrasi perwakilan yang lebih banyak meletakkan kuasa untuk
menentukan rekruitmen politik di tangan segelintir orang di DPRD
(oligarkis).
b. Dari sisi kompetensi politik. Pemilukada langsung memungkinkan
munculnya secara lebih lebar preferensi kandidat-kandidat berkompetensi
dalam ruang yang lebih terbuka dibandingkan ketertutupan yang sering
terjadi dalam demokrasi perwakilan. Pemilukada langsung bisa
memberikan sejumlah harapan pada upaya pembalikan “syndrome” dalam
demokrasi perwakilan yang ditandai dengan model kompetensi yang tidak
fair, seperti; praktik politik uang (money politics).
c. Sistem pemilihan langsung akan memberi peluang bagi warga untuk
mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus direduksi
oleh kepentingan-kepentingan elite politik seperti yang kasat mata muncul
dalam sistem demokrasi perwakilan. Setidaknya, melalui konsep
demokrasi langsung, warga di aras lokal akan mendapatkan kesempatan
untuk memperoleh semacam pendidikan politik, training kepemimpinan
politik dan sekaligus mempunyai posisi yang setara untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan politik.
d. Pemilukada langsung memperbesar harapan untuk mendapatkan figur
pemimpin yang aspiratif, kompeten dan legitimate. Karena, melalui
pemilukada langsung, kepala daerah yang terpilih akan lebih berorientasi
pada warga dibandingkan pada segelintir elite di DPRD. Dengan
demikian, Pemilukada mempunyai sejumlah manfaat, berkaitan dengan
peningkatan kualitas tanggung jawab pemerintah daerah pada warganya
yang pada akhirnya akan mendekatkan kepala daerah dengan masyarakat.
e. Kepala daerah yang terpilih melalui pemilukada langsung akan memiliki
legitimasi politik yang kuat sehingga akan terbangun perimbangan
kekuatan (check and balance) di daerah antara kepala daerah dengan
DPRD. Perimbangan kekuatan ini akan meminimalisasi penyalahgunaan
kekuasaan seperti yang muncul dalam format politik yang monolitik.27
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam pasal 56 sampai dengan
pasal 119 berisi prosedur dan mekanisme pemilihan kepala daerah secara
langsung oleh rakyat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka
mempersiapkan pemilihan Kepala Daerah secara langsung antara lain:
a. Mekanisme dan prosedur pemilihan. Mekanisme ini meliputi seluruh
tahapan pemilihan mulai dari penjaringan bakal calon, pencalonan dan
pemilihannya. Keterlibatan lembaga legislatif dan masyarakat dalam
setiap tahapan tersebut diatur jelas dan tegas.
b. Peranan DPRD dalam pemilihan Kepala Daerah. Dominasi peranan
DPRD dalam Pemilukada seperti saat ini, tentu saja akan mengalami
27 Ibid, h.46
degradasi. Peranan DPRD tidak mengurangi fungsinya sebagai lembaga
legislatif di daerah.
c. Mekanisme pertanggungjawaban Kepala Daerah. Perubahan sistem
pemilihan Kepala Daerah akan mempengaruhi mekanisme
pertanggungjawaban kepala daerah.
d. Hubungan Kepala Daerah dengan DPRD. Pemilihan Kepala Daerah secara
langsung akan berpotensi menimbulkan resistensi terhadap hubungan
antara Kepala Daerah dan DPRD.
e. Hubungan pelaksana pemilihan Kepala Daerah dengan pemilihan
Presiden, anggota DPR, DPRD dan DPD. Dalam satu tahun, di suatu
Kabupaten/ Kota, mungkin terjadi tiga kali pemilihan, yaitu Pemilu
(presiden, DPR, DPRD), pemilihan Gubernur dan Pemilihan Bupati/
Walikota.
3. Pelaksanaan Pemilukada
Proses pelaksanaan Pemilukada diatur dalam Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah khususnya pada pasal 65 dan
66, dimana dalam pasal 65 ayat (4) dikemukakan bahwa “masa persiapan
Pemilukada diatur oleh KPUD dengan berpedoman pada Peraturan Daerah”.
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilaksanakan melalui masa
persiapan, dan tahap pelaksanaan.
Pelaksanaan dalam tahap tersebut meliputi beberapa tahapan, yakni;
a. Penetapan daftar pemilih;
b. Pendaftaran dan Penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah;
c. Kampanye;
d. Pemungutan suara;
e. Penghitungan suara; dan
f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih,
pengesahan, dan pelantikan.
BAB III
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DI KECAMATAN PANCAJAYA KABUPATEN MESUJI
D. Kondisi Umum Kecamatan Panca Jaya
1. Sejarah Singkat Kecamatan Panca Jaya
Berdasarkan surat usulan Camat Simpang Pematang No.
136/138/SP/2006 tanggal 7 juni 2006 tentang pemekaran wilayah yaitu
memekarkan kecamatan Simpang Pematang menjadi dua kecamatan yang
terdiri dari kecamatan Simpang Pematang dan Kecamatan Panca Jaya.
Kemudian pada tanggal 13 April 2007, DPRD Kecamatan Tulang Bawang
mensahkan usulan pemekaran Kecamatan Panca Jaya tersebut.
Camat yang pernah memimpin kantor Camat panca jaya yaitu :
1. Zainal hidayat, SE Camat periode tahun 2007-2009
2. Gunarso, SH Camat periode tahun 2009-2011
3. Anca marta utama, S.STP, MM Camat periode tahun 2011-2012
4. Selamet Rianto, S.IP Camat periode tahun 2012 -2017
5. Drs. Ma’ruf,MM Camat Periode tahun 2017 s/d 17 Juli 2017
6. Tusman, A.Md Camat Periode Tahun 2017 s/d Sekarang
2. Struktur Organisasi Dan Daftar Pegawai Kecamatan Panca Jaya
No Nama Pegawai Jabatan Gol/ Pangkat Keterangan
1 TUSMAN, A.Md CAMAT III.d PNS
2 ANWAR PAMUJI, SE Sekretaris
Camat III.c PNS
3 JON EFENDI, SAN Kasi Tata
Pemerintahan III.c PNS
4 NANIK WARSINI, SE
Kasi PM&Ekbang Desa
III.c PNS
5 WASRIN
Kasi Pendapatan dan kessos
III.c PNS
6 Drs. NURDIN Kasubag III.a PNS
CAMAT TUSMAN, A.Md
SEKRETARIS CAMAT ANWAR PAMUJI, SE
Kasubbag Umum dan Kepegawaian
Drs. Nurdin
Kasubbag Perencanaan dan Keuangan
Depika Novita sari
Kepala Seksi Pemerintahan, ketentraman dan ketertiban umum
Jon Efendi,SAN
Kepala Seksi PM & PD Nanik W, SE
Kepala Seksi Pendapatan & Kessos
Wasrin
Jabatan Fungsional
Umum dan Kepegawaian
7 YASIRUN Staf II.c PNS
8 IMAM SUPINGI
Sekretaris Desa
II.a PNS
9 KAWAN TKS
10 WIDYAWATI TKS
11 SITI HERTI NINGSIH TKS
12 HERU JULIANTO Pol PP
13 AGUS ISMANTO Pol PP
14 RIKO SANJAYA Pol PP
3. Gambaran Wilayah
a. Monografi Kecamatan
Nama Kecamatan : Panca Jaya
Ibu Kota Kecamatan : Panca Jaya
Jumlah desa : 7 desa
Jumlah Penduduk : 16.493 Jiwa
Luas Wilayah : 9.164,5 Ha
b. Batas-batas Wilayah
1) Sebelah Barat : Kecamatan Simpang Pematang
2) Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Raya
3) Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang Pematang
4) Sebelah utara : Provinsi Sumatra selatan
c. Orbitasi
1) Jarak ke Ibukota Kecamatan : 12 Km
2) Jarak ke Ibukota Propinsi : 200 Km
3) Jarak ke Desa terdekat : 0 Km
4) Jarak ke Desa terjauh : 6 Km
Data Desa yang ada di wilayah Kecamatan Panca Jaya adalah sebagai berikut :
a. Nama desa : Adi Luhur
Nama Kepala desa : Suharman
Jumlah Penduduk : 3.727Jiwa
Luas Wilayah : 1.557,5 Ha
b. Nama desa : Adi Mulyo
Nama Kepala desa : Sulistiani
Jumlah Penduduk : 1.894 Jiwa
Luas Wilayah : 1.198,5Ha
c. Nama desa : Fajar Baru
Nama Kepala desa : Apriyanto
Jumlah Penduduk : 3.520 Jiwa
Luas Wilayah : 1.664.5 Ha
d. Nama desa : Mukti Karya
Nama Kepala desa : Suyati
Jumlah Penduduk : 3.373 Jiwa
Luas Wilayah : 1.639 Ha
e. Nama desa : Adi Karya Mulya
Nama Kepala desa : Yasirun
Jumlah Penduduk : 1.111 Jiwa
Luas Wilayah : 754,5 Ha
f. Nama desa : Fajar Indah
Nama PJ Kepala desa : Tusman, A.Md
Jumlah Penduduk : 1.821 Jiwa
Luas Wilayah : 1.405,5 Ha
g. Nama desa : Fajar Asri
Nama Kepala desa : Anwar Pamuji, SE
Jumlah Penduduk : 1.047 Jiwa
Luas Wilayah : 945 Ha
4. Potensi Wilayah
Tanaman kelapa sawit dan karet merupakan komoditas pertanian utama
yang dihasilkan di Kecamatan Panca Jaya selain singkong dan padi. Adapun
berbagai mata pencarian penduduk adalah :
a. Usaha Pertanian
b. Usaha Perkebunan Karet dan sawit
c. Karyawan perusahaan
d. Pedagang
e. Usaha Industri kecil
f. Buruh tani dan perkebunan
5. Visi Misi Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji
Visi : “Terwujudnya Masyarakat Yang Madani, Aman, Sejahtera, Mandiri
dan Berkeadilan”
Misi : Misi pembangunan Kecamatan Panca Jaya :
a. Menumbuhkembangkan nilai-nilai sosial budaya, hukum, dan kehidupan
politik demokrasi.
b. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi.
c. Mendayagunakan segenap potensi ekonomi daerah berdasarkan hukum.
d. Melaksanakan manajemen pemerintahan yang berkualitas, transparan dan
accountable.
e. Melaksankan pemerataan pembangunan berbasis masyarakat yang
berkeadilan.
6. Sosial Kemasyarakatan
a. Menggiatkan penggalian dan pengembangan serta promosi potensi kelompok
home industry melalui KUBE dan mengusulkan bantuan pada BKSPM Mesuji.
b. Mensosialisasikan legalisasi pondok pesantren serta membantu pembuatan
proposal izin oprasionalnya.
c. Menggiatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kelembagaan sosial.
Penataan dan penguatan lembaga Sosial kemasyarakatan.
d. Meningkatkan kualitas menejemen pelayanan Sosial yang profisional dan
berbasis masyarakat. Dilakukan melalui peningkatkan kualitas menejerial
pelayanan Sosial kemasyarakatan sehingga menurunnya jumlah masyarakat
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
e. Meningkatkan kerukunan internal dan antar umat beragama sebagai
keragaman potensi yang dapat dikembangkan dalam pembangunan masyarakat
Panca Jaya.
f. Meningkatkan pembangunan sarana rumah ibadah, sehingga peningkatan
ketaqwaan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa akan meningkatkan
penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat.
g. Meningkatkan kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Strategi ini di
lakukan dengan pembinaan lembaga sosial dan politik sehingga akan
meningkatnya peran serta lembaga Sosial dan politik dalam membangun
kehidupan masyarakat yang demokratis.
h. Menggiatkan pemberdayaan masyarakat melalui LPM dan PKK
i. Menggiatkan Pokjanal Posyandu dalam melayani kesehatan masyarakat
j. Pelayan Posyantekdes pada kelompok-kelompok usaha
k. Memotivasi pembangunan dan persiapan lomba kampung
l. Menggiatkan Gotong royong
m. Memperkuat menejemen pelayanan pendidikan. Strategi ini di lakukan dengan
meningkatkan kualitas menejerial kependidikan sehingga akan meningkatnya
kualitas dan cakupan pelayanan pendidikan disemua jenjang pendidikan formal
dan informal.
n. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik. Pengembang SDM
tenaga pendidik akan meningkatkan profesionalisme guru ( sertifikasi )
meningkatkan jumlah guru layak mengajar dan di capai rasio siswa / guru
persekolah mendekati ideal yaitu 40 siswa / guru.
o. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan.
p. Meningkatkan perluasan dan pemerataan pendidikan formal dan non formal.
Tidak semua anak anak usia sekolah dapat mengenyam pendidikan formal
sehingga perlu adanya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi orang tidak mampu dalam menurunkan jumlah Angka Buta
Aksara ( Meningkatnya Angka Melek Huruf > 95 % )
E. Partisipasi Politik Masyarakat Masyarakat Terhadap Pilkada
Dilihat dari penduduknya, Kecamatan Pancajaya merupakan kecamatan
yang heterogen. Mereka terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan, budaya,
status sosial dan agama. Masyarakat di sini hidup rukun dan penuh kedamaian.
Masing-masing memiliki kesibukan tersendiri, ada yang bekerja sebagai petani,
peternak, nelayan, pedagang, pegawan negeri, pegawai swasta, pendidik, pelajar,
dan lain sebagainya. Masing-masing profesi ini telah menenggelamkan mereka
dalam kesibukan sehari-hari. Kondisi sosial mereka sangat baik, tidak ada catatan
kekerasan dan penyimpangan-penyimpangan perilaku yang mengkhawatirkan.
Masyarakatnya masih hidup dalam gaya pedesaan, kendatipun berada di
wilayah perkotaan. Gotong-royong, silaturahmi, dan saling membantu dalam
setiap kegiatan kemasyarakatan masih sangat kental di daerah ini. Cinta damai
dalam perbedaan merupakan prinsip kehidupan mereka. Kalaupun ada gesekan-
gesekan, biasanya justru karena perbedaan pandangan dalam hal politik. Beda
calon, cara sosialisasi, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemilihan
umum, memang cukup terasa, akan tetapi tidak sampai pada titik
mengkhawatirkan. Umumnya saat kampanye saja hal itu terjadi, setelahnya,
kondisi sosial masyarakat akan kembali seperti semula.
Berdasarkan data demografi di lingkup Kecamatan Pancajaya, maka
masyarakat partisipan dapat dikelompok sebagai berikut: Petani, Peternak,
Pedagang, Pegawai Negeri/Swasta, Pelajar/Mahasiswa, Pendidik (Guru/Dosen),
Nelayan, Wiraswasta dan Buruh. Mereka ini ada yang ikut terafiliasi ke dalam
organisasi/perkumpulan tersendiri ada pula yang tidak. Akan tetapi, pada
umumnya masyarakat cukup berpartisipasi dalam pemilu di wilayah kecamatan
Kecamatan Pancajaya tahun 2017, meskipun hanya sebatas datang dan memilih
pada pemilu.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa responden, ada beberapa jenis
kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam kaitannya pemilu, sebagai berikut:
a. Ikut Memilih
Untuk golongan ini, terdapat dua tipe partisipasi yaitu:
1) Ada masyarakat yang berpartisipasi dengan cara ikut memilih saja, menggugur
hak dan kewajiban;
2) Ada pula yang memilih karena memang memiliki tujuan dan harapan. Meskipun
tidak banyak, ada juga yang memilih karena ada semacam intimidasi.
b. Ikut menghadiri acara sosialisasi KPU
Pada kelompok ini, juga terdiri dari 2 tipe partisipasi yaitu:
1) Ada yang ikut sosialisasi KPU saja, dan
2) Ada juga yang memiliki tujuan dan harapan.
c. Ikut menghadiri acara sosialisasi calon, baik anggota legislative maupun
presiden/wakil presiden. Mereka ini ikut menghadiri acara sosialisasi calon, ada
yang karena simpati ada yang karena memang ada tujuan tertentu.
d. Ikut mensosialisasikan calon tertentu. Partisipasi aktif masyarakat dalam bentuk
mensosialisasikan calon tertentu, terjadi karena beberapa sebab:
1) karena menjadi tim sukses;
2) karena simpati; dan,
3) karena memiliki harapan dan tujuan.
4) Ikut mempersiapkan sosialisasi calon tertentu. Ikut persiapan dan partisipasi
aktif semacam ini, disebabkan oleh simpati dan punya harapan/target tertentu.
5) Ikut membantu pendanaan calon tertentu.
Ada juga yang ikut membantu pendanaan. Umumnya karena memiliki
tujuan dan harapan tertentu. Hal ini dapat dilihat dari siapa yang melakukan
partisipasi semacam ini. Jika ia pengusaha, maka ada harapan untuk memperoleh
proyek tertentu jika berhasil nantinya. Jika ia orang biasa, terkadang karena simpati
pada calon tersebut, dan seterusnya.
F. Metode Penelitian
Pada bab pendahuluan telah diungkapkan bahwa responden dalam
penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Pancajaya, yaitu yang memiliki hak
pilih dalam Pilkada Kabupaten Mesuji 2017. Penelitian telah dilakukan dengan
menyebar kuesioner kepada 121 responden, untuk melengkapi perolehan data dari
kuesioner dan untuk mendukung jawaban responden dalam kuesioner, dilakukan
wawancara mendalam terhadap 11 responden yang terdiri dari kalangan
pendidikan (guru sebanyak 2 orang, 2 PNS, 1 orang wiraswasta, I orang ibu
rumah tangga, 1 orang perangkat desa, 1 orang anggota DPRD, 1 orang bidan, 1
orang mahasiswa, serta 1 orang petani. Di samping 11 responden tersebut, peneliti
juga melakukan wawancara langsung terhadap 4 orang yang golput dalam Pilkada
Kabupaten Mesuji 2017.
Data yang diperoleh mengenai responden yang mengisi kuesioner adalah
sebagai berikut:
1. Umur Responden
Responden dibedakan atas golongan muda (17 – 40 tahun) dan
golongan tua (41 ≥ 60 tahun). Data mengenai umur responden dapat dilihat
pada tabel berikut:
TABEL Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persen 17 – 40 tahun
41 ≥ 60 tahun
71
50
58.7 %
41.3%
Total 121 100% Sumber : Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah
golongan muda. Dari 121 responden, jumlah golongan muda 21 orang lebih
banyak (58,7%) daripada responden golongan tua (41,3%).
2. Jenis Kelamin Responden
Responden terdiri atas laki-laki dan perempuan. Data mengenai jumlah
responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:
TABEL
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen Laki-laki
Perempuan
72
49
59.5 %
40.5%
Total 121 100% Sumber : Kuesioner
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 121 responden, 72
diantaranya (59,5%) berjenis kelamin laki-laki, dan 49 orang (40,5%) adalah
perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari responden dengan jenis kelamin perempuan.
3. Pekerjaan Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri atas bermacam-macam
pekerjaan/profesi. Data mengenai pekerjaan responden dapat dilihat dalam
tabel berikut:
TABEL III Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaannya
Pekerjaan Frekuensi Persen
Ibu rumah tangga
Petani
Pedagang/pengusaha/wiraswasta
PNS/guru/perangkat desa/bidan
Karyawan/swasta/buruh
Pelajar/mahasiswa
15
18
26
19
31
12
12,4 %
14,9 %
21,5 %
15,7 %
25,6 %
9,9 %
Total 121 100% Sumber : Kuesioner
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 121 responden, paling
banyak berasal dari kalangan swasta, karyawan, dan buruh yaitu sebanyak 31
orang (25,6%). Kedua adalah pedagang, pengusaha, dan wiraswasta sebanyak 26
orang (21,5%). Sedangkan jumlah dari kalangan ibu rumah tangga, petani dan
PNS hampir sama, masing-masing 15 orang (12,4%), 18 orang (14,9%), dan 19
orang (15,7%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu kalangan pelajar dan
mahasiswa sebanyak 12 orang (9,9%).
4. Pendidikan Responden
Responden dalam penelitian ini berasal dari beberapa kalangan menurut
tingkat pendidikannya. Pendidikan rendah yaitu tidak tamat SD, tamat SD, hingga
SMP/sederajat. Pendidikan menengah yaitu tamat SMA/SMK/sederajat.
Sedangkan golongan berpendidikan tinggi yaitu minimal Diploma I dan Sarjana.
Hal itu dapat dilihat dari tabel berikut:
TABEL Responden Berdasarkan Pendidikannya
Pendidikan Frekuensi Persen Tidak tamat SD/SD/SMP
SMA/SMK/Sederajat
Diploma/Sarjana
42
53
26
34,7 %
43,8 %
21,5 %
Total 121 100% Sumber : Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan menengah ke bawah. Dari 121 responden, sebanyak 53 orang
(43%) berpendidikan menengah. Responden yang berpendidikan rendah
tergolong masih banyak, yaitu 42 orang (34,7%). Sedangkan yang berpendidikan
tinggi hanya 26 orang (21,5%).
5. Penghasilan Keluarga
Penghasilan keluarga responden dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
kalangan ekonomi bawah (≤ Rp 750.000,00), ekonomi menengah (Rp 800.000,00)
– Rp 1.500.000,00), dan ekonomi atas (> Rp 1.500.000,00). Hal tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
TABEL III.5 Responden Berdasarkan Besarnya Penghasilan Keluarga
Penghasilan Frekuensi Persen 0
≤ 750.000
800.000 – 1.500.000
> 1.500.000
5
48
35
33
4,1 %
39,7%
28,9 %
27,3 %
Total 121 100% Sumber : Kuesioner
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden tergolong
masyarakat ekonomi rendah dengan penghasilan rata-rata kurang dari atau sama
dengan Rp 750.000,00 per bulan, yaitu sebanyak 48 orang (39,7%) dari 121
responden. Sedangkan jumlah kalangan ekonomi menengah dan atas tidak jauh
berbeda, masing-masing yaitu 33 orang (27,3%) dan 35 orang (28,9%). Selain itu
terdapat 5 orang (4,1%) responden yang tidak mempunyai penghasilan.
6. Keikutsertaan dalam organisasi/partai
Berkaitan dengan organisasi atau partai yang diikuti, beberapa
responden ada yang tergabung didalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam
tabel berikut:
TABEL III. Responden Berdasarkan Keikutsertaannya dalam Organisasi/Partai
Keikutsertaan Frekuensi Persen
mengikuti organisasi/partai
tidak mengikuti oranisasi/partai
9
11
7.4 %
92.6%
Total 121 100% Sumber : Kuesioner
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
tergabung dalam suatu organisasi atau partai. Dari 121 responden, sejumlah 112
orang (92,6%) tidak bergabung dalam suatu organisasi atau partai. Sedangkan yang
ikut bergabung dalam organisasi atau partai hanya 9 orang (7,4%). Dari rangkaian
deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah sebagai
berikut: mayoritas laki-laki, mayoritas termasuk golongan muda, mayoritas
berpendidikan menengah, memiliki pekerjaan yang bervariasi, mayoritas
berpenghasilan rendah, dan mayoritas tidak tergabung dalam organisasi/partai
manapun.
BAB IV
FAKTOR PENYEBAB TURUNNYA PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PILKADA
C. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Turunnya Partisipasi Masyarakat Dalam Pilkada Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji
Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Mesuji merupakan sarana bagi
masyarakat Kabupaten Mesuji untuk berpartisipasi di bidang politik. Akan tetapi
masyarakat Kabupaten Mesuji tampaknya kurang antusias untuk berpartisipasi
dalam bidang politik terutama dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Mesuji
tahun 2017. Pancajaya, salah satu kabupaten di Mesuji menunjukkan bahwa
partisipasi politik masyarakatnya dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten
Mesuji tahun 2017 tergolong masih rendah. Pengukuran tingkat partisipasi
Masyarakat Kabupaten Mesuji kecamtan Pancajaya dalam Pilkada Mesuji tahun
2017 didasarkan pada indikator bentuk-bentuk partisipasi Masyarakat berikut
kemudian masing-masing jawaban diberi nilai nilai 1-3. Nilai dari masing-masing
indikator kemudian dijumlahkan untuk mengetahui tinggi rendahnya partisipasi
masyarakat Kabupaten Mesuji kecamatan Pancajaya dalam Pilkada Mesuji 2017.
Partisipasi masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
partisipasi secara konvensional yaitu yang normal atau lazim terjadi dalam
masyarakat. Adapun bentuk-bentuknya yaitu: memper bincangkan atau
mendiskusikan dengan orang lain perihal seputar Pilkada Mesuji 2017, mengikuti
kampanye dalam Pilkada Mesuji 2017, menyumbang dana untuk kegiatan
kampanye, mempengaruhi orang lain untuk memilih menjadi tim sukses, menjadi
panitia dalam Pilkada Mesuji 2017, serta memberikan suara dalam Pilkada Mesuji
2017. Adapun data mengenai bentuk-bentuk partisipasi Politik masyarakat untuk
mengukur tinggi rendahnya partisipasi Politik masyarakat Kabupaten Pancajaya
dalam Pilkada Mesuji 2017 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
1. Memperbincangkan atau mendiskusikan dengan orang lain perihal Pilkada
Bentuk partisipasi politik yang pertama adalah memperbincangkan
atau mendiskusikan dengan orang lain perihal seputar Pilkada Mesuji 2017.
Adapun data mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Memperbincangkan Atau Mendiskusikan
Kategori Laki-Laki % Perempuan % Jumlah a. Memperbincangkan atau
mendiskusikan secara terprogram
b. Memperbincangkan atau mendiskusikan secara tidak terprogram
c. Tidak memperbicangkan atau mendiskusikan
3
24
45
4.2
33.3
62.5
2
18
29
4.1
36.7
59.2
5
42
74
Total 72 100 49 100 121 Sumber: Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
memperbincangkan atau mendiskusikan dengan orang lain tentang hal-hal
seputar Pilkada Mesuji 2017. Dari 121 responden, ada 74 orang (61,2 %) yang
tidak memperbincangkan atau mendiskusikan dengan orang lain perihal
seputar Pilkada Mesuji 2017. Sementara itu 42 responden (34,7%)
memperbincangkan atau mendiskusikan perihal seputar Pilkada Mesuji 2017
secara tidak terprogram. Yang dimaksud tidak terprogram dalam hal ini
adalah berdiskusi secara informal dan pada waktu yang tidak ditentukan
seperti mengobrol seputar Pilkada dengan keluarga atau teman. Sedangkan 5
responden lainnya (4,2%) memperbincangkan atau mendiskusikan perihal
seputar Pilkada Mesuji 2017 secara terprogram. Yang dimaksud terprogram
dalam hal ini adalah berdiskusi secara formal seperti diskusi kelompok yang
membahas seputar Pilkada dan dilaksanakan pada waktu tertentu. Mengenai
hal tersebut di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar responden yang
memperbincangkan atau mendiskusikan perihal seputar Pilkada Mesuji 2017
adalah laki-laki. Survey menunjukkan dari 47 responden yang
memperbincangkan atau mendiskusikan perihal seputar Pilkada Mesuji 2017,
sebanyak 27 orang (37,5%) adalah responden laku-laki (n=72) dan 20 orang
(40,8%) adalah perempuan (n=49). Sedangkan hasil indepth interview yaitu
dari 11 orang yang memperbincangkan atau mendiskusikan perihal seputar
Pilkada Mesuji 2017, 6 diantaranya adalah laki-laki dan 5 perempuan.
Sehingga nampak bahwa responden laki-laki lebih aktif dalam
memperbincangkan atau mendiskusikan perihal Pilkada daripada responden
perempuan. Rata-rata mereka memperbincangkannya dengan keluarga
maupun rekan kerja.
Seperti dijumpai pada seorang wiraswasta, Mujiono (45 tahun) sebagai
berikut:
“Ya, ya sekali dua kali. Biasanya ya dengan rekan-rekan seprofesi ataupun yang pandangannya itu kira-kira hampir sama. Ya masalah sosok calon, dan juga pandangan secara umum ya. Ya secara umum itu masalah pengembangan pribadi calon- calon yang akan di..apa..yang arep dipilih..ngono lah cara-carane.” (wawancara: Senin, 15 September 2017).
Mujiono mengungkapkan diantaranya memperbincangkan tentang
Pilkada dengan rekan-rekannya yang memiliki pandangan sama dengannya.
Sedangkan Vika Istri Yohana (22 tahun) mengatakan bahwa ia tidak pernah
meluangkan waktu khusus untuk mengobrolkan masalah Pilkada, seperti yang
diungkapkannya berikut ini:
“Sebenernya sih nggak sering ya..cuma ya kadang-kadang kalau pas di kos dengan teman-teman, tapi itu sifatnya sliweran, gitu. Jadi nggak sengaja meluangkan waktu untuk ngobrolin soal Pilkada itu.”(wawancara: Kamis, 11 September 2017).
Mengenai hal apa saja yang diperbincangkan, sebagian responden
mengaku membicarakan tentang karakter calon Kepala Daerah, program
kerja mereka, serta kelayakannya untuk memimpin Mesuji, seperti yang
diungkapkan oleh Siti Nur Hidayah, seorang guru. Berikut petikan
wawancaranya:
”Pernah, tapi nggak sering. Kalau bicara intensitas berapa kali itu nggak mesti. Kalo ngobrol seperti itu ya paling pas di sekolah, di kantor, dengan teman kerja, rekan kerja, palingan itu. Apa ya, ngomongin apa, paling calonnya siapa, terus kira-kira itu program kerjanya itu seperti apa, terus nanti kira-kira mau milih siapa, seperti itu. (wawancara: Minggu, 14 September 2017).
Ada pula yang membicarakan tentang hal-hal teknis seputar
pelaksanaan Pilkada Mesuji 2017. Seperti yang diungkapkan Himawan
Subagyo (45 tahun), seorang pegawai kecamatan, sebagai berikut:
“O,ya,ya, jelas saya memperbincangkan. Karena kebetulan saya terlibat dalam kepanitiaan. Ya bisa dikatakan tiap hari ya, minimal hampir tiap hari, ya paling ndak seminggu dua sampai tiga hari memperbincangkan itulah. Pertama dengan panitia di tingkat desa, kan kadang ada hal-hal penting seputar pelaksanaan atau apa, tapi biasanya kalau diskusi ngobrolin gitu ya sekedar dengan teman lah, dengan teman. Ya..teman kerja.” (wawancara: Rabu, 3 September 2017)
Himawan mengungkapkan bahwa dia hampir tiap hari
memperbincangkan tentang Pilkada, tetapi yang diperbincangkan lebih
banyak mengenai teknis pelaksanaan karena dia termasuk panitia Pilkada
tingkat kecamatan. Sama halnya dengan Himawan, Turno juga lebih banyak
memperbincangkan seputar teknis pelaksanaan Pilkada selan juga melakukan
sosialisasi kepada masyarakat tentang Pilkada. Turno mengungkapkn hal
sebagai berikut:
“Ya. Kadang dua tiga kali. Karena saya terjun langsung dalam hal ini sebagai ketua PPS jadi ya kadang dengan anggota PPS, dengan masyarakat, dalam rangka memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang Pilkada ini. Kalau saya, dalam kapasitasnya sebagai panitia, ini yang diperbincangkan adalah dalam hal tentang suksesnya pelaksanaan pemungutan suara dan pentingnya memilih calon pemimpin yang akan memimpin.”(wawancara: Selasa, 16 September 2017)
Demikian nampak bahwa partisipasi politik dalam Pilkada yang
berbentuk memperbincangkan atau mendiskusikan perihal seputar Pilkada
Mesuji 2017 menurut hasil survey masih kurang bagi sebagian besar
masyarakat di Kabupaten Mesuji. Bagi responden yang memperbincangkan
atau mendiskusikan perihal seputar Pilkada Mesuji 2017 sebagian besar
adalah kaum laki-laki. Dalam hal ini laki-laki cenderung nampak lebih aktif
daripada perempuan. Bagi sebagian yang mendiskusikannya, diantaranya
memperbincangkan dengan keluarga maupun rekan kerja. Sedangkan
intensitasnya tidak rutin, tetapi pada saat-saat menjelang pemilihan biasanya
lebih sering memperbincangkannya.
2. Mengikuti kampanye PilkadaMesuji 2017 seputar Pilkada Mesuji 2017
Bentuk partisipasi politik konvensional selanjutnya adalah mengikuti
kampanye. Data mengenai jumlah responden yang mengikuti kampanye dari
pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017 dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel III
Kategori Laki-Laki % Perempuan % Jumlah a. Ikut kampanye sebagai juru
kampanye b. Ikut kampanye sebagai
simpatisan c. Tidak ikut kampanye
- -
72
0
0
100
0 1
48
0
2.1
97.9
0 1
120
Total 72 100 49 100 121 Sumber: Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir semua responden (99,2%)
tidak mengikuti kampanye calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017.
Hanya terdapat 1 orang (0,8%) mengikuti kampanye sebagai simpatisan salah
satu pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017 yaitu
perempuan. Jadi, dalam hal ini nampak bahwa perempuan terlihat cenderung
lebih aktif dalam mengikuti kampanye daripada laki-laki. Dari survey nampak
bahwa tidak ada responden yang berperan sebagai juru kampanye dalam
Pilkada Mesuji 2017.
Dari wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap
responden, diperoleh data bahwa sebagian masyarakat kurang berminat
mengikuti kampanye karena merasa kurang penting. Seperti diungkapkan
seorang petani, Miso (49 tahun), baginya mengikuti kampanye hanya buang-
buang waktu saja. Bahkan ia menggunakan istilah bahwa ikut-ikutan
kampanye seperti itu sama saja dengan bunuh diri, karena menurutnya hal itu
tidak penting dan hanya membuang sebagian waktunya yang harusnya bisa ia
gunakan untuk bekerja dan menghasilkan uang. Berikut diugkapkan Miso:
“Lah ya ora..sing jenenge wong koyo nyong kiye, wegah lah melo-melo koyo ngono kuwe. Ibarate nek siwo melo koyo ngono ya podo wae bunuh diri..ya kan? Lha bayangke wae, sendino-ndino gaweane koyo ngene, lha nek tak tinggal nggo koyo ngana ya mengko ra kasil, eman-eman malah bunuh diri nek ming buang-buang wektu nggo kegiatan ra kanggo gawe. Anak bojo arep dipakani apa..mending nang sawah, macul. Ye ko ngene ye, mbeduli suket ngurus bibit, kan malah migunani..”(wawancara: Minggu, 5 Oktober 2017).
Lain halnya dengan Siti Nur Hidayah (25 tahun), ia tidak mengikuti
kampanye karena dia adalah seorang guru di mana seorang guru memang
diharuskan bersikap netral. Hal senada juga diungkapkan Turno, Himawan,
dan Samsu Giharto yang berprofesi sebagai PNS. Ketika ditanya perihal
keikutsertaannya dalam kegiatan kampanye, Himawan mengungkapkan
sebagai berikut:
“Tidak tidak. Karena, pertama saya sebagai seorang PNS harus netral,
kedua karena saya di dalam kepanitiaan, jadi ya jelas ndak boleh.”(wawancara: Rabu, 3 September 2017).
Sedangkan salah seorang anggota Dewan di Kabupaten Mesuji
mengaku ikut serta dalam kegiatan kampanye, Sri Susilowati (45 tahun)
mengungkapkan hal sebagai beikut:
“Kampanye. Iya. Saya kebetulan jurkam, juru kampanye..wujud kampanyenya, saya kemarin hanya menggunakan kampanye secara dialogis..jadi saya ketemu di ruangan. Karena saat ini kampanye di tempattempat umum, terbuka, itu sudah tidak efektif. Seperti kalau misal nanggap dangdut itu kan cuma hura-hura, sekedar ingin menikmati dangdut saja terus pergi itu kan kampanyenya jadi tidak efektif. Jadi kami memang tidak menggunakan cara itu alasannya yang pertama ingin memberikan pembelajaran kepada masyarakat gitu lho, sebenarnya apa toh.apa arti pemilihan, pemilihan Kepala Daerah itu, kita juga bisa menyampaikan visi misi, visi misi itu akan bisa masuk. Tapi kalo kita menggunakan kampanye secara umum, seperti dangdut tadi kita nggak akan bicara visi misi karena itu sifatnya umum, dan kita menggunakan kampanye secara dialogis jadi bisa menyampaikan tepat sasaran.karena kebetulan saya jurkam salah satu calon ya saya akan menyampaikan kebaikan dari calon saya itu, mungkin dia nantinya peserta kampanye akan mempertimbangkan juga untuk memilih calon saya itu.diharapkan seperti itu.” (wawancara: Sabtu, 13 September 2017).
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa sebagian masyarakat
tampaknya menganggap bahwa mengikuti kampanye itu tidak penting dan
sebagian yang lainnya tidak mengikuti kampaye karena dibatasi oleh
peraturan bahwa pegawai negeri sipil harus netral. Sementara itu pihak juru
kampanye sendiri mengakui bahwa memang antusiasme masyarakat dalam
mengikuti kampanye sangat rendah. Hal itu dikarenakan cara berkampanye
yang kurang efektif sehingga bagi sebagian masyarakat dianggap kurang
bermanfaat. Oleh karena itu, juru kampanye berusaha melakukan kampanye
secara dialogis supaya lebih efektif dan dapat diterima masyarakat.
Berkaitan dengan peraturan bahwa PNS harus bersifat netral, menurut
Afan Gaffar peraturan seperti itu memang perlu diadakan karena PNS harus
dikembalikan kepada fungsi dan kedudukannya yang sebenarnya, yaitu
sebagai institusi yang memberikan pelayanan dan pengayoman kepada
masyarakat. Untuk itu, diperlukan sebuah institusi pegawai negeri yang netral
yang tidak merupaka alat politik dari kekuatan politik apapun.
3. Menyumbang dana untuk kegiatan kampanye bagi pasangan calon Kepala
Daerah
Sama seperti responden yang mengikuti kegiatan kampanye pasangan
calon Kepala Daerah, responden yang menyumbang dana untuk kegiatan
kampanye pun hampir tidak ada. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Menyumbang Dana Untuk Kampanye calon Kepala Daerah
Kategori Laki-Laki % Perempuan % Jumlah a. Menyumbang dana secara
pribadi b. Menyumbang dana secara
kolektif c. Tidak menyumbang dana
- 1
71
0
1.4
98.6
0 0
49
0
0
100
0 1
120
Total 72 100 49 100 121 Sumber: Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan angka yang sama dengan tabel
sebelumnya, yaitu menunjukkan bahwa dari 121 responden, terdapat 120
responden (99,2%) yang tidak menyumbang dana untuk kampanye pasangan
calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017. Hanya 1 orang responden
(0,8%) yang menyumbang dana secara kolektif untuk kegiatan kampanye
pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017. Dalam hal ini,
responden yang menyumbang dana untuk kampanye pasangan calon Kepala
Daerah adalah lakilaki sehingga di sini nampak bahwa laki-laki cenderung
lebih aktif daripada perempuan.
4. Mempengaruhi orang lain untuk memilih salah satu pasangan calon Kepala
Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017
Bentuk partisipasi politik dalam Pilkada Mesuji yang keempat yaitu
mempengaruhi orang lain untuk memilih salah satu pasangan calon Kepala
Daerah. Adapun datanya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL
Kategori Laki-Laki % Perempuan % Jumlah a. Mempengaruhi kelompok b. Mempengaruhi individu
(teman, tetangga, keluarga) c. Tidak mempengaruhi orang
lain
3 6
63
4.2 8.3
87.5
1 3
45
2.1 6.1
91.8
4 9
108
Total 72 100 49 100 121 Sumber: Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu
108 orang (89,3 %) tidak mempengaruhi orang lain untuk memilih salah satu
pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017. Sedangkan 9
orang (7,4%) mempengaruhi orang lain untuk memilih salah satu pasangan
calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017 seperti teman, tetangga,
maupun keluarga. Sementara itu terdapat 4 orang responden yang
mempengaruhi kelompok tertentu untuk memilih salah satu pasangan calon
Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017.
Sedangkan survey menunjukkan, dari 13 orang yang mempengaruhi
orang lain untuk memilih salah satu pasangan calon Kepala Daerah dalam
Pilkada Mesuji 2017, 9 orang diantaranya (12,5%) adalah laki-laki (n=72) dan
4 orang lainnya (8,2%) adalah perempuan (n=49). Jadi dalam hal ini laki-laki
cenderung lebih aktif daripada perempuan. Akan tetapi, secara keseluruhan
sebagian besar masyarakat tidak mempengaruhi orang lain untuk memilih
salah satu pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017.
Berkenaan dengan hal di atas, Himawan Subagyo (45 tahun), seorang
pegawai kecamatan mengatakan:
“Saya tidak mempengaruhi siapapun untuk memilih calon yang mana, saya hanya menyarankan mereka untuk menggunakan hak pilih mereka dalam Pilkada tersebut. Jadi, saya hanya menggiring mereka untuk menggunakan hak pilih, tetapi tidak mengarah pada salah satu pasangan.maksudnya saya hanya memberi motivasi agar mereka menggunakan hak pilihnya. Gitu aja.” (wawancara: Rabu, 3 September 2017).
Himawan mengungkapkan bahwa kapasitasnya sebagai panitia
sehingga ia tidak mempengaruhi orang lain untuk memilih calon tertentu,
tetapi cenderung mempengaruhi dalam memotivasi masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya. Hal itu senada dengan yang dikatakan Turno,
guru 45 tahun sebagai berikut:
“Mempengaruhi, tidak, karena saya sebagai panitia. Jadi saya bersifat netral tidak menyuruh untuk harus memilih yang mana. Hanya saja menuruh mereka memilih gitu aja. Kalau keluarga sama sekali tidak karena kAmi demokratis jadi bebas menentukan pilihan sendiri. Bahkan saya, istri saya, dan anak saya beda semua pilihannya. Karena kami memang membebaskan sesuai pilihan masing-masing.” (wawancara: Selasa, 16 September 2017)
Di lain pihak, Vika Istri Yohana (22 tahun) juga mengaku tidak pernah
mempengaruhi orang lain untuk memilih salah satu pasanan calon Kepala
Daerah. Berikut petikan wawancaranya:
“Tidak,aku sih bebas ya, toh apa juga untungnya aku ngaruh-ngaruhin orang lain wong aku aja nggak ada kaitane sama sekali dengan para calon Kepala Daerah itu. Jadi ya milih milih terserah maunya yang mana. Malah kadang aku sama temenku saling mengejek..eh bukan mengejek ya, dalam artian kita tuh bercanda dukung pilihan kita masing-masing, gitu..tapi nggak saling mempengaruhi atau yang sampai ngejelek-jelekin gitu enggak..cuma guyonan aja gitu..”(wawancara: Kamis, 11 September 2017).
Berdasarkan keterangan di atas dapat nampak bahwa sebagian besar
respoden memang tidak mempengaruhi orang lain untuk memilih salah satu
pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017. Sebagian besar
menganggap bahwa memilih merupakan hak masing-masing perorangan
sehingga setiap orang bebas memilih sesuai keinginan mereka tanpa
dipengaruhi orang lain.
5. Bergabung dalam tim sukses salah satu pasangan calon Kepala Daerah dalam
Pilkada Mesuji 2017
Bentuk partisipasi politik dalam Pilkada Mesuji yang lain yaitu
bergabung atau menjadi tim sukses salah satu pasangan calon Kepala Daerah.
Data mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
TABEL
Kategori Laki-Laki % Perempuan % Jumlah a. Menjadi tim sukses inti b. Menjadi tim sukses relawan c. Tidak ikut menjadi tim
sukses
1 -
69
1.4
95.8
1 -
48
2.1 0
97.9
2 0
119
Total 72 100 49 100 121 Sumber: Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden yaitu
sebanyak 117 orang (96,7%) dari 121 responden memiliki tidak bergabung
dalam tim sukses salah satu pasangan calon Kepala Daerah, tatapi terdapat 2
orang (1,65%) laki-laki dan perempuan yang turut menjadi tim sukses inti
bagi pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017 dan 2
perempuan menjadi tim sukses relawan bagi pasangan calon Kepala Daerah
dalam Pilkada Mesuji 2017.
Sehingga hal tersebut nampak bahwa perempuan lebih aktif daripada
laki-laki dalam hal menjadi tim sukses salah satu pasangan calon dalam
Pilkada Mesuji 2017. Hasil indepth-interview menunjukkan bahwa dalam hal
ini perempuan lebih aktif menjadi tim sukses salah satu pasangan calon
dalam Pilkada Mesuji 2017.
Berdasarkan keterangan di atas, secara keseluruhan nampak bahwa
sebagian besar masyarakat tidak berpartisipasi politik dalam bentuk menjadi
tim sukses salah satu pasangan calon Kepala Daerah. Akan tetapi dilihat dari
keaktifan laki-laki dan perempuan, maka dalam hal ini perempuan cenderung
lebih aktif. Sebagai tim sukses, seperti Sri Susilowati berusaha untuk
mempengaruhi orang lain untuk memilih pasangan calon Kepala Daerah yang
ia wakili. Akan tetapi, untuk Sutriyani yang pernah menjadi tim sukses
relawan sementara, hanya sempat membagikan stiker dan tanggalan karena
sebagai istri PNS ia mengaku tidak diijinkan untuk menjadi tim sukses dan
diharuskan bersifat netral
6. Menjadi panitia dalam Pilkada Mesuji 2017
Salah satu bentuk partisipasi politik yang lain yaitu menjadi panitia
dalam Pilkada Mesuji 2017. Responden yang ikut menjadi panitia dalam
Pilkada Mesuji 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL
Kategori Laki-Laki % Perempuan % Jumlah a. Mejadi panitia
penyelenggara b. Menjadi panitia pelaksana c. Tidak menjadi panitia
1
10 61
1.4
13.9 84.7
- -
49
0
0 100
1
10 110
Total 72 100 49 100 121 Sumber: Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (90,9%)
tidak ikut menjadi panitia dalam Pilkada Mesuji 2017. Responden yang
menjadi panitia pelaksana Pilkada Mesuji 2017 baik tingkat kecamatan
maupun tingkat desa berjumlah 10 orang (8,3%) dari total responden
sebanyak 121 orang dan kesemuaya adalah laki-laki. Sementara itu terdapat 1
orang responden sebagai panitia penyelenggara Pilkada Mesuji 2017 yaitu
anggota KPUD Kabupaten Mesuji. Melihat bahwa keseluruhan responden
yang menjadi panitia Pilkada adalah laki-laki, dengan demikian nampak
bahwa responden laki-laki lebih aktif dalam hal menjadi panitia dalam Pilkada
daripada responden perempuan. Responden indepth interview yang menjadi
panitia dalam Pilkada Mesuji 2017 ada 4 orang, yaitu Himawan Subagyo (Staf
Skretariat PPK), Maskur (Ketua KPPS), Turno (Ketua PPS), dan Mujiono
(anggota PPS). Diantara responden yang menjadi panitia seperti Himawan
Subagyo (45 tahun), seorang PNS, memberikan keterangan sebagai berikut:
“Ya, panitia ikut jadi sekretariat PPK, yaitu tingkat kecamatan. Saya sebagai anggota sekretariat di wilayah kecamatan. Yang dilakukan antara lain ikut membantu menyusun, mendaftar pemilih, surat suara, dan sebagainya itu kan dari desa, kemudian dikirim ke kecamatan. Kemudian membantu menangani pengiriman logistic dari KPU ke daerah. Bidang saya sebenarnya logistik, jadi ada kotak suara, surat suara, buku-buku, ada macam-macam yang kaitannya dengan perlengkapan, itu saya, saya bagian logistik. Termasuk juga membantu bidang administrasi lah, administrasi, ada rapat, mengundang rapat dari desa kan yang mempersiapkan kita.” (wawancara: Rabu, 3 September 2017). Himawan merupakan panitia Pilkada di tingkat kecamatan, sementara itu di lain pihak Turno (45 Tahun) merupakan panitia Pilkada di tingkat desa mengungkapkan sebagai berikut: “Panitia saya sebagai ketua KPPS eh ketua PPS. Sebagai panitia itu berusaha untuk mensukseskan terlaksananya pemilihan Kepala Daerah, dan juga memberikan pengarahan kepada masyarakat maupun panitia di bawahnya demi kelancaran pelaksanaan pemilihan nantinya.”(wawancara: Selasa, 16 September 2017)
Berdasarkan keterangan di atas, sebagian besar responden tidak
menjadi panitia dalam Pilkada Mesuji 2017, hal itu disebabkan karena
kesempatan menjadi panitia dalam Pilkada sendiri memang terbatas.
7. Memberikan suara untuk pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada
Mesuji 2017
Bentuk partisipasi politik yang paling lazim adalah memberikan suara.
Adapun data mengenai responden yang memberikan suara untuk salah satu
pasangan calon Kepala Daerah dalam Pilkada Mesuji 2017 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
TABEL
Kategori Laki-Laki % Perempuan % Jumlah a. Memberikan suara dengan
penilaian/pertimbangan tertentu terhadap pasangan yang dipilih
b. Memberikan suara tanpa penilaian/pertimbangan tertentu terhadap pasangan yang dipilih
c. Tidak memberikan suara/golput
37
18
17
51.4
25
23.6
25 9
15
51.1
18.4
30.5
62
27
32
Total 72 100 49 100 121 Sumber: Kuesioner
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpartisipasi
dalam Pilkada Mesuji 2017 dengan memberikan suara untuk salah satu pasangan
calon Kepala Daerah. Dari 121 responden, diantaranya terdapat 62 responden
(51,2%) yang memberikan suara terhadap pasangan calon Kepala Daerah dengan
didasarkan pada penilaian/pertimbangan terhadap pasangan yang dipilih.
Sementara itu 27 orang (22,3%) memberikan suara terhadap pasangan calon
Kepala Daerah tidak didasarkan pada penilaian/pertimbangan tertentu terhadap
pasangan yang dipilih. Sedangkan sebanyak 32 orang lainnya (26,4%) tidak
memberikan suara alias golput.
Hasil survey menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak
memberikan suara daripada responden perempuan. Dilihat dari keaktifannya, dari
72 orang jumlah responden laki-laki, sebanyak 55 orang (76,4%) memberikan
suara dan 17 orang (23,6%) golput. Sedangkan dari jumlah responden perempuan
sebanyak 49 orang, terdapat 34 orang (69,4%) memberikan suara dan 15 orang
lainnya (30,6%) golput. Dengan demikian nampak bahwa laki-laki cenderung
lebih aktif dalam memberikan suara daripada perempuan.
Dari kesepuluh responden yang memberikan suara, 6 orang diantaraya
adalah laki-laki dan 4 orang lainnya perempuan. Sementara itu dari kelima
responden yang golput, 3 orang diantaranya adalah perempuan dan 2 orang
lainnya laki-laki. Dari beberapa indikator tingkat partisipasi politik berupa bentuk
partisipasi politik dalam Pilkada Mesuji 2017 seperti tersebut di atas, jumlah nilai
dari masing-masing indikator dijumlahkan untuk mengetahui tinggi rendahnya
tingkat partisipasi politik secara keseluruhan di kalangan masyarakat kecamatan
Pancajaya. Dari masing-masing indikator, nilai kategori a=3, b=2, dan c=1.
Jumlah nilai tertinggi yang diperoleh responden dari semua indikator adalah 17,
sedangkan jumlah nilai terendah yang diperoleh responden adalah 7.
Kategori yang ditentukan adalah 3 yaitu tinggi, sedang, rendah (jumlah
interval kelas). Sehingga untuk menentukan lebar interval kelas menggunakan
rumus:
C= R/k
Dimana
c= Lebar interval kelas
R = Kisaran data (selisih data terbesar denga tgerkecil)
k = Jumlah interval
Di sini diketahui kisaran data/R= 17-7= 10
k= 3
jadi c= 10/3= 3,33
untuk mempermudah maka interval kelas dibulatkan menjadi 4, dengan
hasil sebagai berikut, data mengenai tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
Pilkada Mesuji 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL
Nilai Frekwensi Persentase %
1. 15-17 2. 11-14 3. 7-10
4 43 74
3.3 35.5 61.2
Total 121 100 Sumber: Kuesioner
Maka kategori tingkat partisipasi berdasarkan nilai 15-17 tergolong tinggi,
jumlah nilai 11-14 tergolong sedang, dan jumlah nilai 7-10 tergolong rendah. Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwa partisipasi politik masyarakat Kabupaten
Pancajaya dalam Pilkada Mesuji tahun 2017 tergolong rendah. Dilihat dari 121
responden, 74 orang (61,2%) diantaranya kurang berpartisipasi aktif dalam
Pilkada Mesuji 2017. Responden yang tergolong tingkat partisipasinya sedang
sebanyak 43 orang (35,5%) sementara responden yang berpartisipasi aktif atau
tingkat partisipasi politik tinggi sebanyak 4 orang (3,3%). Angka-angka tersebut
cenderung menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Pancajaya
untuk berpartisipasi politik dalam Pilkada Mesuji 2017. Dari keempat responden
yang memiliki tingkat partisipasi tinggi, 3 diantaranya adalah responden laki-laki
dan 1 orang perempuan. Sehingga nampak bahwa laki-laki lebih aktif
berpartisipasi daripada perempuan.
D. Solusi Untuk Mengatasi Masalah Penurunan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pilkada Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji
Rendah nya partisipasi politik masyarakat juga tak lepas dari rendah nya
kesadaran politik,sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah.kesadaran politik yakni
pengetahuan masyrakat akan sosial politik serta perhatian nya terhadap lingkungan
sosial dan politik.sikap kepercayaan seseorang terhadap system poltik yakni bagai
mana seseorang memberikan penilaian terhadap suatu pemerintahan,dipercayai atau
tidak dan di sukai atau tidak.
Hal ini sesui dengan komponen dari budaya politik dimanaada orientasi
kognitif yaitu pengetahuan ,orientasi afektif yakni perasaan atau kepercayaan dan
orientasi evaluative.sehingga jika di rangkaikan maka seseorang dalam memilih
maupun bertindak dalam politik haru mengetahui dan meliki pengetahuan tentang
politik searta orang yang mencalonkan diri dalam pemilihan, setelah mengetahui
maka akan menimbulkan suatu kepercayaan, setelah memliki kepercayaan seseorang
baru dapat memutuskan siapa yang akan dia pilih. Kesadaran politik masih sangat
rendah dalam masyarakat Indonesia, masih banyak penduduk Indonesia yang tidak
ingin tahuan sehingga berdampak pada aspek lainnya pada politik, ekonomi dan
yang lainnya. Sehingga jika pengetahuan saja tidak punya maka bagaimana
kepercayaan akan muncul,
Salah satu faktor penting penyebab rendahnya partisipasi politik yakni
ketidaknetralan media dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Media yang
harusnya netral tidak lagi bersikap pemberi informasi yang valid karena media juga
dikuasai oleh elit-elit politik sehingga informasi yang diberitakan hanya berpihak
pada parta politik tertentu. Tak jarang kita melihat media yang saling bersaing untuk
menjatuhkan lawan politiknya. Hal ini yang masyarakat menjadi bingung karena
informasi yang diberitakan tidak lagi murni namun sudah dicampuri oleh kepntingan
kepentingan politik sehingga masyarakat lebih memutuskan untuk bersikap pasif
dibanding salah mengambil langkah karena hanya terpaku pada satu media yang tidak
lagi netral.
Secara sederhana, kita dapat melandaskan cara cara tersebut pada ketentuan
pasal 246 UU Nomor 08/2012. Tentang pemilu. Terdapat beberapa hal yang dapat
dijadikan instrument untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu.
Dalam ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dapat
dilakukan menjadi empat bentuk, yaitu sosialisasi, pendidikan bagi pemilih, survei
atau jajak pendapat dan penghitungan cepat.
Adanya beberapa konsep dan sarana bagi partisipasi masyarakat tentu saja
perlu untuk dimaksimalkan
1. Hal yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan proses sosisalisasi tentang
pentingnya pemilu dalam sebuah Negara yang demokratis, bukan hanya
sosisalisasi teknis penyelenggaraan pemilu. Meskipun dalam ketentuan
undang-undang menyatkan bahwa sosialisasi dilakukan terkait dengan teknis
penyelenggaraan pemilu, namun sosialisasi segala hal yang melatar belakangi
pemilu untuk dilakukan. Hal ini menjadi penting karena penanaman
pemahaman terkait dengan asensi dan kaidah-kaidah demokrasi merupakan
inti penggerak semangat masyarakat untuk terus menjaga demokrasi dan
penyelenggaraan pemilu di Negara ini.
2. Pendidikan bagi pemilu perlu mendapatkan fokus yang jelas. Ini terkait
dengan proses segmentasi pendidikan pemilih. Pemilih pemula merupakan
segmentasi penting dalam upaya melakukan pendidikan bagi pemilih dan
tentunya pendidikan bagi memilih pemulaini tidak hanyadi lakukan ketika
masuk usia pilih. Namun lebih dari itu, pendidikan bagi pemula seyogyanya
di lakukan sedini mungkin,sehingga pemahaman tersebut terbangun dan
ketika sudah mencapai usia pemilih,para pemilih pemula sudah
siapmenggunakan hak pilih nya secara cerdas.
3. Survey atau jajak pendapat dan penghitungan cepat yang kini bayak
mendapatkan sorotan public terkait dengan integritas pelaksanaan nya. Bayak
anggapan bahwa survei atau jajak pendapat dan peghitungan cepat di lakukan
hanya untuk kepentingan profit saja.namun, di satu sisi perlu di perhatikan
bahwa keberadaan kegiatan survey atau jajak pendapat dan penghitungan
cepat sangatlah penting. Kegiatan tersebut juga bisa di jadikan sebuah sarana
menyebar luaskan informasi terkait dengan menyelenggaraan pemilu. Untuk
itu kagiatan survey atau jajak pendapat dan penghitungan cepat perllu
mendapat kan dukungan, karna kegiatan tersebut merupakan sarana yang
tentu saja bukan hanya di tunjukan untuk menghitung atau profit saja, namun
lebih dari itu, ada proses pendidikan bagi para pemilih serta informasi terkait
dengan penyelengaraan pemilu.
4. Peningkatan kinerja penyelenggara pemilu, bukan hanya terkait dengan
kinerja teknis penyelenggara an, namun juga dalam hal penumbuhan
kesadaran tentang penting nya parisipasi masyarakat dalam menyelenggaraan
pemilu, sehingga masyarakat bisa memahami partisipasi apa saja yang dapat
di lakukan dan output dari partisipasi tersebut.
Belajar dari kelemahan dan kritik dari demokrasi electoral maka ukuran
tentang kualitas pilkada langsung seharusnya tidak diletakkan semata-mata
pada ukuran formal procedural, melainkan jauh lebih dalam pada ukuran-
ukruan kualitatif dan subtantif berikut inimerupakan indicator keberhasilan
pilkada langsung :
Ukuran Keberhasilan
Formal-Prosedural
Ukuran Keberhasilan Demokrasi yang substantif-
berkualitas Partisipasi Kuantitas pemilih Pemilih yang kritis
Tidak ada diskriminasi bagi pemilih; Tidak ada partisipasi semu; karena mobilisasi dan buying votters.
Kompetisi Jumlah kompetitor dan syarat formal kandidat terpenuhi
Kualitas kompetisi (Jurdil); peluang yang sama bagi semua warga
Civil Liberties Secara formal diakui Tidak ada pembajakan hak-hak politik warga oleh elite
Hasil akhir Pilkada Terpilihnya kepala daerah-wakil kepala daerah
Peningkatan kualitas responsive ness dan pertanggung jawaban kepala daerah pada warga; mendekatkan pemerintah daerah dengan masyarkat serta akhirnya peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan bersama.
Dengan demikian, indikator pertama keberhasilan Pilkada adalah Pilkada
seharusnya memberi ruang kebebasan bagi warga negara dalam mengekspresikan
hak-hak dasar. Kedua, pilkada berlangsung melalui kompetisi yang fair. Ketiga,
pilkada seharusnya menciptakan kepemimpinan politik yang berkualitas dan
memiliki akuntabilitas yang tinggi. Dalam mewujudkan pilkada yang berkualitas,
ketiga indikator tersebut di atas, seharusnya teraktualisasi dalam setiap tahap
penyelenggaraan pilkada, mulai dari tahap pendaftaran pemilih, sampai pada
pelantikan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Akhirnya, untuk mencapai demokrasi yang lebih substantif berdasarkan
indikator di atas, maka cara melihat keberhasilan Pilkada langsung harus
diletakkan pada sejauhmana pencapaian dari sisi proses dan hasil. Dalam dimensi
proses, Pilkada langsung seharusnya dibaca sebagai sarana untuk memperdalam
dan memperluas proses konsolidasi demokrasi di Indonesia secara kualitatif.
Sedangkan dalam demensi hasil; pilkada langsung seharusnya ditempatkan
sebagai instrumen untuk mendapatkan kepemimpinan politik yang lebih
akuntabel dan responsif dalam mengantarkan pelayanan publik dan kesejahteraan
bersama yang lebih baik bagi warga-masyarakat di daerah.
Untuk memecahkan masalah penurunan partisipasi masyarakat dalam
pemilu, berdasarkan data simpulan di atas, maka diperlukan berbagai upaya keras
dari penyelenggara pemilu dalam menjalankan tugasnya. Upaya itu adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan pendidikan politik kepada masyarakat secara lebih intensif
dalam masalah pemilu. Pendidikan politik ini maksudkan untuk meyakinkan
masyarakat bahwa dengan adanya pemilu, akan terjadi perbaikan-perbaikan
yang signifikan pada kondisi masyarakat secara global;
2. Memberikan penjelasan (informasi yang cukup) kepada masyarakat mengenai
rekam jejak masingmasing calon; dan,
3. Menyelenggarakan pemilu secara baik, jujur, adil dan transparan.
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
1. Masyarakat Kabupaten Mesuji untuk berpartisipasi di bidang politik. Akan
tetapi masyarakat Kabupaten Mesuji tampaknya kurang antusias untuk
berpartisipasi dalam bidang politik terutama dalam Pemilihan Kepala Daerah
Kabupaten Mesuji tahun 2017. Faktor yang menyebabkan turunnya partisipasi
masyarakat dalam pilkada kecamatan Pancajaya Kabupaten Mesuji
dikarenakan ketidak percayaan masyarakat bahwa pemilu dapat
merubah/memperbaiki keadaan, kebingungan memilih calon, tidak ada calon
favorit, rendahnya kesadaran politik sebagai protes atas pemilu yang tidak
adil, team sukses mempengaruhi untuk memilih salah satu pasangan.
2. Untuk memecahkan masalah penurunan partisipasi masyarakat dalam pemilu,
berdasarkan data simpulan di atas, maka diperlukan berbagai upaya keras dari
penyelenggara pemilu dalam menjalankan tugasnya. Untuk memecahkan
masalah penurunan partisipasi masyarakat dalam pemilu, berdasarkan data
simpulan di atas, maka diperlukan berbagai upaya keras dari penyelenggara
pemilu dalam menjalankan tugasnya. Upaya itu adalah sebagai berikut: a)
Memberikan pendidikan politik kepada masyarakat secara lebih intensif
dalam masalah pemilu. Pendidikan politik ini maksudkan untuk meyakinkan
masyarakat bahwa dengan adanya pemilu, akan terjadi perbaikan-perbaikan
yang signifikan pada kondisi masyarakat secara global; b) Memberikan
penjelasan (informasi yang cukup) kepada masyarakat mengenai rekam jejak
masingmasing calon; dan, c) Menyelenggarakan pemilu secara baik, jujur,
adil dan transparan.
D. Saran
Berdasarkan kondisi ril di masyarakat, yang menyebabkan turunnya
partisipasi politik masyarakat dalam pemilu, dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Untuk Pemerintah
Masyarakat sepertinya sudah mulai bosan dengan keberadaan pemilu
yang terus menerus. Terobosan pemilu serentak yang dilakukan oleh
pemerintah melalui undang-undang pemilu sudah cukup tepat untuk
diterapkan. Akan tetapi untuk masalah penyelenggaraan pemilu, diharapkan
dapat benar-benar berjalan secara bebas, jujur, dan adil. Tidak hanya sekedar
slogan, tapi betul-betul dilaksanakan dan dikontrol secara baik.
2. Untuk Para Calon dan Partai Politik
Menjadi anggota legislative, bukanlah sebatas mencari pekerjaan atau
ingin mencari keuntungan. Akan tetapi lebih dari pada itu, semangat
pengabdian dan membangun adalah yang terpenting. Oleh karena itu,
hendaknya para calon dapat berintrospeksi diri terlebih dahulu sebelum
mencalonkan diri. Selain itu, partai juga harus selektif dalam memilih dan
menetapkan calon-calonnya untuk maju.
3. Untuk Masyarakat
Masyarakat yang cerdas adalah masyarakat yang tidak begitu saja
percaya atas informasi-informasi yang tersebar di mana-mana. Tabayyun
(cross-check) informasi menjadi penting untuk dilakukan, sehingga tidak
mudah terpedaya oleh pihak-pihak tertentu, terutama terkait dengan pemilu.
Pemilu memang tidak akan mampu merubah keadaan, akan tetapi keputusan
untuk memilih wakil adalah bagian dari kesempatan untuk merubah dan
memperbaiki keadaan, sebab mereka yang dipilih adalah orang-orang yang
akan menentukan kebijakan secara umum di masyarakat. Kesalahan dalam
memilih calon akan berakibat fatal dalam jangka waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Nashr Muhammad Al-Iman, Membongkar Dosa-dosa Pemilu, Prisma Media, Jakarta, 2004
Ambo Upe, Sosiologi Politik Kontemporer Jakarta: Prestasi Pustakarya 2008 AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Fifth Edition, Editor: Jonathan
Crowther ,Toronto, Tokyo, Taipei, Singapore: Oxford University Press, 1995. Huntington. P, Samuel. Nelson, Joan, Partisipasi Politik Di Negara Berkembang
Jakarta: Rineka Cipta 1990 Kartini Kartono, PengantarMetode Risert Sosial, Cet Ke-7,Bandung:MandarMaju,
1986. Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1998. Moh. Mahfud MD, Demokrasi Konstitusi di Indonesia Studi tentang Interaksi Politik
dan Kehidupan Ketatanegaraan, Yogyakarta: Liberty, 1993 Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama,2002) Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia,
1992 Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif),
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009 KPUD Kabupaten Mesuji, Laporan Tahapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2017, Kabupaten Musuji: KPUD Kabupaten Musuji, 2016.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi III
Cet. Ke-4, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Undang-Undang Nomor (UU) 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu). UU
ini terdiri atas 573 pasal.
Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada)
dan Mekanisme PenyelesaiiannyaI. Jurnal Konstitusi Vol II nomor 2, November 2010
http://www.kompasiana.com/awaludin.jamilah/peran-mahasiswa-dalam-pemilihan-
umum-2014_54f73f6ba33311b8128b464cPemilu
LAMPIRAN
DATA KUESIONER
Petunjuk Pengisian:
1. Kuesioner ini semata-mata untuk mencari kebenaran, mohon dijawab dengan jujur. 2. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan. 3. Berilah tanda (X) pada jawaban yang menurut anda tepat.
Data Responden:
1. Usia :………………………………………………………tahun
2. Jenis Kelamin : a. laki-laki b. perempuan
3. Etnis/Suku : ……………………………………………………………
4. Agama : a. Islam b. Kristen Katolik c. Kristen Protestan d. Hindu
e. Budha
5. Pendidikan : ...............................................................................................
6. Pekerjaan : ……………………………….……………………….…...
7. 1. Apakah anda ikut memilih pada pemilihan umum Calon Legislatif tahun 2017 yang lalu?
a. Ikut memilih
b. Tidak ikut memilih
7. 2. (Jika Anda tidak Memilih), mengapa Anda tidak menggunakan hak pilih Anda dalam Pemilu Calon Legislatif 2017yang lalu?
a. Tidak Punya Kartu Pemilih
b. Tidak tahu kalau nama saya terdaftar sebagai pemilih
c. Sebagai protes karena pelaksanaan Pemilu Calon 2017 disinyalir tidak adil
d. Bingung memilih calon Legislatif dan Partai Politik
e. Tidak ada calon favorit
f. Tidak Percaya Pemilu bisa memperbaiki keadaan
g. Harus Bekerja/Ada keperluaan yang tidak bisa ditinggalkan
h. Ada Intimidasi
i.Tidak ada Imbalan.
j. Tidak Tahu.
7. 3. (Jika Anda Memilih), Apa yang menyebabkan Anda memilih Calon Legislatif 2017 yang lalu?
a. Ada Kartu Pemilih dan Undangan untuk memilih.
b. Namanya Saya terdaftar sebagai pemilih.
c. Demi keadilan, kejujuran dan kebebasan bersuara/berpolitik.
d. Ada pilihan calon Legislatif, meskipun tidak suka partainya.
e. Ada pilihan partai, meskipun calonnya tidak disukai.
f. Percaya bahwa Pemilu dapat memperbaiki keadaan.
g. Pas ketetapan ada di rumah.
h. Ada partai dan calon legislative yang cocok.
i. Ada Intimidasi, bahwa Saya harus memilih.
j. Ada imbalan yang lumaian.
k. Tidak tahu, yang penting memilih.
8. 1. (Jika Anda ikut memilih), Apa yang Anda lakukan dalam pemilu calon legislative tahun 2017yang lalu, sebagai wujud partisipasi Anda dalam pemilu?
a. Tidak ada/Hanya memilih saja.
b. Ikut mensosialisasikan dan melaksanakan program KPU.
c. Ikut mendengarkan sosialisasi para calon dan pendukungnya.
d. Ikut maju sebagai calon legislative.
e. Ikut sebagai tim sukses (kampanye/sosialisasi).
f. Ikut menyumbang dana kampanye calon legislative.
8. 2. (Jika Anda TIDAK ikut memilih), Apa yang Anda lakukan dalam pemilu calon legislative tahun 2017 yang lalu?
a. Tidak ada.
b. Ikut mensosialisasikan program KPU, tapi tidak memilih.
c. Ikut mendengarkan sosialisasi para calon dan pendukungnya, tapi tidak memilih.
d. Ikut sebagai tim sukses (kampanye/sosialisasi), tapi tidak memilih.
f. Ikut menyumbang dana kampanye calon legislative, tapi tidak memilih.
g. Ikut mensosialisasikan dan mengajak untuk menjadi golongan putih (tidak memilih).
9. Menurut Anda, apakah sosialisasi KPU sudah cukup memberikan informasi ke masyarakat?
a. Sudah
b. Belum.