Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

30

Click here to load reader

Transcript of Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

Page 1: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

TURUNNYA PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

DALAM PELAKSANAAN PILKADA PUTARAN PERTAMA DI

JAKARTA TAHUN 2012

Anisa Ganing Permata

1206205572

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2012

Page 2: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

ABSTRAKSI

Makalah ini memaparkan kajian tentang Partisipasi Politik Masyarakat dalam

Pelaksanaan Pilkada Putaran Pertama di Jakarta Tahun 2012. Pilkada merupakan momentum

penting untuk mengukur demokrasi. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai

Pilkada, pentingnya partisipasi politik, partisipasi masyarakat dalam pilkada, dan mengapa

partisipasi masyarakat dalam pilkada kemarin cenderung menurun dan apa yang menjadi

faktornya. Berdasarkan pemaparan di atas, akan di dapat bahwa pilkada, partisipasi politik

dan masyarakat nya sangat berkaitan satu dengan lainnya dan memberi efek satu dengan

lainnya pula.

1

Page 3: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

DAFTAR ISI

Abstraksi................................................................................................................................ 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 4

1.3 Ruang Lingkup................................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penulisan................................................................................................ 4

1.5 Metodologi........................................................................................................... 4

BAB II. Kerangka Teori atau Kerangka Konsep.............................................................. 5

BAB III. Pembahasan

3.1 Pilkada Jakarta................................................................................................... 9

3.1.1 Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pelaksanaan Pilkada

Jakarta Putaran Pertama 2012........................................................ 10

3.2 Penyebab Menurunnya Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat

dalam Pelaksanaan Pilkada Jakarta Putaran Pertama 2012 ....................... 12

BAB IV. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan....................................................................................................... 16

4.2 Saran.................................................................................................................. 16

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 18

2

Page 4: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pilkada atau pemilihan kepala daerah merupakan momen politik yang besar untuk

mengukur demokrasi. Pilkada merupakan tolak ukur masyarakat dalam menilai sudah

berjalankah demokrasi secara benar atau belum. Demokrasi adalah mengembalikan

kedaulatan ke tangan rakyat, di pilih langsung oleh rakyat. Adalah sebuah kegembiraan

sendiri jikalau melihat masyarakat berbondong-bondong dan antusias jika pergi ke TPS untuk

menyalurkan aspirasi dan hak politik nya. Merupakan suatu apresiasi juga jikalau suatu

masyarakat menggunakan hak politik nya secara benar dan menggunakan nya secara

sungguh-sungguh. Tetapi mungkin masih ada beberapa masyarakat yang masih tidak

menggunakan hak politik nya atau menggunakan nya tetapi tidak secara sungguh-sungguh.

Tidak menggunakan hak politiknya adalah misalnya golput (golongan putih) dalam pilkada,

yaitu sama sekali tidak memilih calon pemimpin nya.

Masyarakat yang sama sekali tidak menggunakan hak politik nya benar-benar masih

di rasakan keberadaan nya. Misalnya golput terbanyak pada pilkada kemarin adalah di

Jakarta Selatan dengan presentase mencapai sebesar 30%. Perhitungan ini berdasarkan hasil

quick count yang di lakukan oleh pihak Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan

Strategis) dengan sampel 440 TPS yang ada di Jakarta.

Dalam demokrasi, masyarakat sangat di tuntut dalam hal kesadaran partisipasi politik

nya. Karena kesadaran berdemokrasi adalah langkah awal pembentukan demokrasi yang baik

dan benar. Momen sederhana yang bisa di gunakan untuk berpartisipasi politik adalah

pilkada. Momen ini juga di anggap sebagai pembelajaran masyarakat untuk berdemokrasi

yaitu dengan memilih pemimpin sesuai hati nurani mereka. Masyarakat sangatlah perlu di

didik kesadaran berdemokrasi nya agar asas demokrasi dapat berjalan lancar dan momentum

politik seperti pilkada dapat maksimal partisipasi dari masyarakat nya.

3

Page 5: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana partisipasi politik masyarakat Jakarta pada pilkada putaran pertama

2012

2. Apakah penyebab menurunya partisipasi politik masyarakat Jakarta dalam pilkada

putaran pertama dan adakah faktor yang mempengaruhinya?

1.3 Ruang Lingkup

Lokasi penelitian ini adalah di Jakarta, terutama Jakarta Selatan karena Jakarta Selatan

merupakan kawasan dengan tingkat ke tidak di gunakan nya partisipasi politik nya (misal

golput) cukup banyak di banding kawasan lain di Jakarta yaitu 30%. Serta kebetulan Jakarta

Selatan merupakan kawasan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan dalam

pengumpulan data, wawancara dengan sumber, fasilitas dan kemudahan transportasi nya.

1.4 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui seberapa besar partisipasi politik masyarakat Jakarta dalam

pilkada putaran pertama 2012

2. Untuk mengetahui apakah penyebab dari turun nya partisipasi politik masyarakat

Jakarta dalam pilkada putaran pertama 2012 dan apa saja yang menjadi faktor

turun nya partisipasi politik masyarakat itu, hal apa sajakah yang mempengaruhi

nya

1.5 Metodologi

Metode yang di gunakan untuk mendapatkan data-data alam penelitian ini adalah

dengan wawancara terhadap sumber partisipan politik dalam pilkada di Jakarta, studi

literatur, observasi (pengamatan) dan dokumentasi.

4

Page 6: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

BAB II

KERANGKA TEORI ATAU KERANGKA KONSEP

Verba dan Nie (1972) mendefinisikan partisipasi politik sebagai “berbagai aktivitas

yang dilakukan individu-individu warga negara yang kurang lebih secara langsung bertujuan

untuk mempengaruhi pemilihan aparat pemerintahan dan/atau aksi yang mereka ambil”.

Brady (1999) , partisipasi politik mencakup empat konsep dasar : aktivitas atau aksi,

warga negara biasa, politik dan pengaruh. “Aksi” atau “Aktivitas” dalam partisipasi politik

merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Hal itu bukan hanya pemikiran, perilaku

atau kecenderungan. Partisipasi politik bukan sekedar aksi, melainkan aksi oleh warga negara

biasa, bukan elite pemerintah. Aksi oleh pemerintah bersifat politis, tetapi bukan merupakan

partisipasi politik.

(Verba, Schlozman, dan Brady; 1995: 38-9) Aktivitas dalam perkumpulan sosial

seperti kerja sosial di gereja, klub olahraga, dan klub budaya tidaklah bersifat politis, sebab ia

tidak di arahkan untuk mempengaruhi kebijakan atau aktivitas pemerintah, walaupun

mempengaruhi suatu aksi politik seseorang. Partisipasi politik adalah adalah tindakan

sukarela, yang berarti bahwa para pesertanya tidak di paksa untuk melakukan nya dan tidak

di bayar.

Rousseau, hanya melalui partisipasi seluruh warga negara dalam kehidupan politik

secara langsung dan bekelanjutan, maka negara dapat terikat ke dalam tujuan kebaikan

sebagai kehendak bersama.

(Saiful Mujani; 1995: 15-16).Setidaknya ada tiga alasan mengapa orang tidak

mengambil bagian dalam partisipasi politik. Ada tiga jawaban yaitu : karena mereka tidak

mampu, karena mereka tidak mau, dan karena tidak ada yang meminta. “Tidak bisa”

menunjukkan kurangnya sumber-sumber yang di perlukan-waktu untuk ambil bagian, uang

untuk di sumbangkan dalam kampanye dan kegiatan politik lain, dan keterampilan untuk

menggunakan uang dan waktu secara efektif. “Tidak mau” memusatkan perhatian pada

ketiadaan keterlibatan politik-kecilnya minat terhadap politik dan kecilnya kepedulian

terhadap masalah publik, kecilnya atau tidak adanya pengetahuan mengenai proses politik

atau prioritas lain. “Tidak ada yang meminta” mengimplikasikan seseorang dari jaringan

rekrutmen di mana warga negara di mobillisasi ke dalam arena politik.

5

Page 7: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

Theodorson dalam Mardikanto, 1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian

sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau

warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang

dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan.

Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagikeikutsertaan seseorang

didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan

masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Dalam konteks ini, salah satu bentuk partisipasi politik adalah pilkada. Masih

banyaknya masyarakat yang masih belum melek politik menjadikan salah satu turun atau

kurang nya partisipasi masyarakat dalam berpolitik. Mengacu pada pendapat Saiful Mujani

tentang alasan mengapa orang tidak mengambil bagian dalam partisipasi politik, “Tidak

mau”, yaitu memusatkan perhatian pada ketiadaan keterlibatan politik-kecilnya minat

terhadap politik dan kecilnya kepedulian terhadap masalah publik, kecilnya atau tidak adanya

pengetahuan mengenai proses politik atau prioritas lain, masih ada beberapa masyarakat yang

masih belum tahu kandidat kepala daerah nya, lalu apa keuntungan yang akan di dapat dari

kandidat, serta siapa saja tokoh-tokoh masyarakat yang berafiliasi dengan si calon kepala

daerah itu.

Budiardjo (1996:183) memaknai partisipasi politik adalah: “Kegiatan seseorang atau

kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan

memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan

Pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam

pemilihan umum menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok

kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat Pemerintah atau anggota

parlemen, dan sebagainya”.

Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang

dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa

bersifat individual atau kolektif, teroraganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara

damai atau melalui kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. (By political

participan we mean activity by private citizens designed to influence government decision

making. Participan may be individual or collective, organized or spontaneous, sustained or

6

Page 8: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

sporadic, peacefulk or violence, legal or illegal, effective or ineffective).1 Anggota

masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau

kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan

mereka akan tersalur atau sekurang-kurangnya di perhatikan, dan bahwa mereka sedikit

banyak dapat memengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan

tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun.

Ada beberapa kegiatan yang di maksud sebagai partisipasi politik. Partisipasi politik

berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara yang dapat di amati, bukan perilaku

dalam yang yang berupa sikap dan orientasi. Kegiatan di arahkan untuk mempengaruhi

pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Kegiatan yang berhasil maupun

yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. Kegiatan

mempengaruhi pemerintah dapat di lakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Kegiatan yang langsung berarti individu mempengaruhi pemerintah tanpa menggunakan

perantara, sedangkan secara tidak langsung berarti mempengaruhi pemerintah melalui pihak

lain yang di anggap dapat meyakinkan pemerintah. Keduanya termasuk dalam kategori

partisipasi politik. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur

yang wajar (konvensional) dan tak berupa kekerasan (non violence) seperti ikut memilih

dalam pemilihan umum atau pilkada, mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka dan

menulis surat, maupun dengan cara-cara di luar prosedur yang yang wajar (tak konvensional)

dan berupa kekerasan (violence), seperti demonstrasi (unjuk rasa), masyarakat ini

pembangkangan halus (seperti lebih memilih kotak kosong daripada memilih calon yang di

sodorkan pemerintah), huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata, dan

gerakan-gerakan politik seperti kudeta dan revolusi.2

Orang yang secara aktif berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik di sebut politisi.

Partisipasi politik berbeda dengan kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan warga

negara dalam kedudukan nya sebagai rakyat biasa di sebut partisipasi politik. Tapi, kegiatan

politik yang dijalankan oleh para penguasa politik-mereka juga warga negara dan anggota

masyarakat –dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan politik tidak dapat

dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik saja.

1 Samuel P Huntington dan Joan M. Nelson, No Easy Choice : Political Participation in Developing Countries (Cambridge, Mass: Harvard University Press, 1977), hlm 3.2 Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta, hal 141.

7

Page 9: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

Jadi partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang dituju, yaitu proses

pembuatan keputusan politik: partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik

yang akan di ambil agar keputusan itu menguntungkannya atau, paling tidak, tidak

merugikannya.

8

Page 10: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pilkada Jakarta

Indonesia adalah negara demokrasi. Demokrasi merupakan hak bagi setiap warga

negara, presentase warga yang berpartisipasi politik pastilah berbeda satu sama lainnya.

Setiap warga negara yang memenuhi persyaratan undang-undang berhak memilih baik dalam

pemilihan wakil rakyat ataupun pilpres/pilkada. Ini merupakan suatu hak warga negara, jadi

jika tidak menggunakan hak nya pun tidak akan ada tuntutan atau sanksi apapun. Tidak

semua warga negara ikut serta dalam proses politik. Dalam konteks Negara, partisipasi politik

rakyat adalah keterlibatan rakyat secara perseorangan (privat citizen) untuk mengerti,

menyadari, mengkaji, melobi dan memprotes suatu kebijakan yang ditelurkan oleh

pemerintah dengan tujuan mempengaruhi kebijakan agar aspiratif terhadap kepentingan

mereka.

Menjadikan kepala daerah bertanggungjawab langsung kepada para pemilihnya

berpotensi besar untuk memperkuat tata pemerintahan, karena hal ini menimbulkan

perubahan mendasar dalam hubungan politisi dan pemilihnya. Melalui Pilkada, politisi

maupun calon pejabat akan belajar berkomunikasi dengan konstituennya, dan ketika berkuasa

akan memenuhi janjinya. Hal ini akan mengubah kultur politik daerah, mengingat para

pemilih akan menggunakan suaranya untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu

melayani masyarakat dengan lebih baik.3

Tetapi pada pilkada Jakarta putaran pertama 2012, tingkat partisipasi politik nya

cenderung rendah. Masih banyak presentase warga Jakarta yang tidak ikut serta dalam proses

politik ini. Seharusnya pilkada menjadi momentum untuk memperkuat partisipasi politik

rakyat, bukan hanya menjadi euphoria politik semata. Dengan adanya pemilihan kepala

daerah secara langsung ini berarti partisipasi politik rakyat akan lebih efektif. Tetapi pilkada

Jakarta putaran pertama kemarin malah menunjukkan bahwa partisipasi politik warga Jakarta

masih cukup rendah dalam Pilkada.4

3 Program Pilkada The Asia Foundation di Indonesia pada 2007 didanai oleh Australia Indonesia Partnership.4 Maswadi Rauf, “Ciri-Ciri Teori Pembangunan Politik: Kasus Partisipasi Politik” dalam Jurnal Ilmu Politik, 9, 1991, 9.

9

Page 11: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

Berlandaskan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, di harapkan rakyat mengetahui dan memahami isi dari undang-undang tersebut untuk

lebih meningkatkan pengetahuan, wawasan serta pendidikan politik. Dengan landasan itu

juga di harapkan masyarakat menjadi lebih sadar politik dan masyarakat lebih kreatif dan

kritis dalam memilih calon kepala daerahnya. Pilkada berpeluang untuk membangun

pematangan berdemokrasi, masyarakat yang mempunyai kesadaran berdemokrasi adalah

langkah awal menuju demokrasi yang benar.

Pilkada Jakarta kemarin di anggap penting hingga menyedot perhatian tidak hanya oleh

warga Jakarta saja tetapi warga Indonesia. Jakarta sangat penting sebagai pusat pemerintahan

Indonesia. Jakarta menjadi icon atau acuan bagi daerah-daerah lainnya. Oleh karena itu

tidaklah heran jika media massa selalu menayangkan hiruk pikik pesta demokrasi di Jakarta.

Jakarta bisa di ibaratkan sebagai miniatur proses demokrasi Indonesia. Rakyat dari berbagai

agama, suku, ras dan budaya bercampur di Jakarta. Pilkada Jakarta juga bisa di jadikan

gambaran untuk pilpres 2014. Kecerdasan rakyat dalam memilih calon kepala daerah dalam

pilkada juga secara tidak langsung telah mendidik rakyat juga untuk memilih calon presiden

mendatang.

3.1.1 Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pelaksanaan Pilkada

Jakarta Putaran Pertama 2012

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago menuturkan bahwa pada

putaran pertama partisipasi politik bisa mencapai kisaran 70-80 persen. Tetapi ia

mengkhawatirkan akan ada peningkatan jumlah golput dalam pilkada putaran kedua. KPUD

harus mengantisiapsi hal itu dari awal. Caranya adalah dengan melakukan penyadaran secara

terus menerus kepada masyarakat Ibu Kota.5

Golput terbanyak pada pilkada kemarin terjadi di Jakarta Selatan dengan presentase

mencapai sebesar 30%. Perhitungan ini berdasarkan hasil quick count yang di lakukan oleh

pihak Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis) dengan sampel 440

TPS yang ada di Jakarta. Ketua Kelompok Kerja Sosialisasi, Pemungutan dan Perhitungan

Suara Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Sumarno, juga menyebutkan bahwa golput

pada pilkada Jakarta putaran pertama kemarin mencapai 36,3 persen.6 

5 http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/06/02/m4zurf-pengamat-golput-berpeluang-meningkat-di-putaran-kedua di akses pada 8 Oktober 20126 http://www.antaranews.com/berita/322509/golput-pilkada-dki-putaran-pertama-363-persen di akses pada 5 Oktober 2012

10

Page 12: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

Menurut Sumarno, pasangan calon sangat perlu meyakinkan pemilih agar tidak terjadi

golput. Dengan diketahui angka pasti pemilih yang golput, maka KPU DKI perlu melakukan

sosialisasi yang lebih baik lagi mengenai pilkada.

Lembaga Survey Indonesia juga melakukan survey kemarin saat pilkada putaran

pertama. Hasilnya adalah LSI masih belum bisa memprediksi siapa pemenang pilkada Jakarta

kemarin. Hal ini di sebabkan karena ada nya suara mengambang dan tingkat golput. Dalam

survey nya kemarin, Foke mempunyai tingkat popularitas oleh publik Jakarta sebesar 95

persen. Adapun Jokowi memiliki tingkat popularitas di publik Jakarta sebesar 88,7 persen.

Tingkatan golput saat itu di prediksi tidak akan berubah. Jika pada pilkada Jakarta 2007

tercatat 35 persen, sementara pilkada Jakarta 2012 tercatat 37 persen. Pada putaran kedua pun

di prediksi angka golput masih berada pada kisaran 30 sampai 40 persen.

Nomor 1-5 Sumber: PPs UNIS Tangerang 2008, Kompas diolah.

Nomor 6 Sumber: data Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Kamis (27/9)7

Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitatif tingkat golput cukup signifikan

yakni 30% dari jumlah pemilih terdaftar, tentu ini memberikan suatu pukulan bagi demokrasi

di Indonesia.

7 http://www.metrotvnews.com/jakartamemilih/news/2012/09/27/107687/Angka-Golput-Pemilu-Kada-DKI-Turun/6 di akses pada 9 Oktober 2012

11

Tabel Perkembangan Tingkat Golput dalam Pilkada di Pulau Jawa

6 DKI 11-07-2012 36,3

Page 13: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

3.2 Penyebab Menurunnya Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam

Pelaksanaan Pilkada Jakarta Putaran Pertama 2012

Banyak hal-hal yang menjadi penyebab mengapa warga negara tidak ikut serta dalam

partisipasi politik. Jika partisipasi politik adalah adalah tindakan sukarela, yang berarti bahwa

para pesertanya tidak di paksa untuk melakukan nya dan tidak di bayar, saat ini masih saja di

temukan kegiatan politik seperti kampanya yang oleh kandidat masih menggunakan cara

money politic. Kegiatan perpolitikan di Indonesia masih tidak bisa di jauhkan oleh kegiatan

money politic. Masyarakat belum bisa memilih secara rasional dan cerdas sehingga mudah

tergiur oleh uang. Faktor yang menjadi pengaruh terhadap tinggi-rendah nya tingkat

partisipasi politik di antara nya adalah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah

(sistem politik).

Golput karena masalah teknis, di karenakan Daftar Pemilih Tetap (DPT) karena

kesalahan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang amburadul dalam pendataan

calon-calon pemilih menyebabkan masyarakat tidak terdaftar dalam DPT ini. Permasalah

DPT ini sudah merupakan permasalahan yang lazim terjadi di tiap-tiap momentum politik

seperti ini. Permasalahan ini seakan-akan tidak mempunyai solusi, tentu ini sangat berakibat

pada rendahnya partisipasi pemilih.

Partisipasi juga di pengaruhi oleh kepentingan individual itu sendiri. Banyak pemilih

yang sudah terdaftar tetapi tidak hadir di hari pilkada tersebut karena kepentingan individu

yang di anggap lebih penting. Misalnya dalam hal ekonomi, biasanya yang mendahulukan

kepentingan individu terlebih dahulu ini adalah golongan rakyat kecil yang bekerja oada

sektor informal, dimana penghasilan nya sangat bergantung pada tingkat intensitas ia bekerja.

Oleh karena itu masyarakat golongan seperti ini akan merasa rugi jika meninggalkan

pekerjaan mereka. Misalnya adalah pergi kerja ke pabrik bagi para buruh

Masyarakat yang bersifat apatis. Mereka sadar mempunyai hak pilih, tetapi tidak

menggunakan hak pilih nya. Biasanya sikap apatis ini timbul karena pandangan mereka yang

meyakini bahwa para calon tidak mempunyai kesanggupan untuk mewujudkan harapan

mereka. Mereka tidak percaya dengan pemerintah dan calon yang ada. Mereka juga bingung

12

Page 14: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

terhadap calon pemimpinnya, mereka belum mengetahui atau mengenali calon nya. Para

calon juga di nilai kurang memaparkan program-program nya dengan jelas.

Alasan lainnya adalah ada nya rasa bosan masyarakat terhadap politik, mereka merasa

bosan terhdap janji-janji yang muluk dari para calon serta bosan karena sudah seringnya

momentum pilkada tetapi tidak memberikan perubahan sama sekali terhadap daerahnya.

Alasan ini biasanya di anut oleh golongan masyarakat yang sudah tidak percaya lagi dengan

sistem atau pemerintah nya.

Bagi mahasiswa dan masyarakat lainnya juga bisa terpaksa golput karena sedang berada

di luar daerah karena terikat suatu pekerjaan. Walaupun masih ada beberapa masyarakat

yang sadar untuk pulang ke daerahnya untuk memberikan suara pada pilkada.

Ada pula golongan masyarakat yang menggunakan hak pilih nya dalam pilkada, tetapi

tidak menggunakan nya secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini banyak berbagai contoh

kasus, di antaranya :

Memilih calon tetapi tidak di sertai kesungguhan (Asal-asalan daripada tidak

memilih sama sekali)

Mencoblos beberapa gambar calon agar suara tidak sah

Membiarkan surat suara kosong sama sekali tidak di coblos

Tidak ikut dalam pilkada

Sikap abstain atau tidak ikut berpartisipasi dalam proses politik pasti selalu terjadi dalam

proses demokrasi. Tetapi jika sikap abstain ini di biarkan terus menerus tentulah akan

berakibat besar pada kemajuan demokrasi kita. Besarnya tingkatan golput pada pilkada harus

di sikapi secara arif. Kita juga tidak boleh serta merta menyalahkan rakyat karena golput,

karena siapa tahu saja letak kesalahannya ada pada pemerintah itu sendiri.

Pendidikan politik saat ini sangatlah di butuhkan. Karena dengan pendidikan politik itu

akan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan politik dengan baik. Partai politik pun saat

ini juga di tuntut untuk membantu masyarakat dalam menumbuhkan tingkat kesadaran

masyarakat akan politik, partai politik saat ini di harapkan tidak hanya sibuk mengurusi

urusan nya sendiri.

13

Page 15: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

Seiring perkembangan zaman saat ini sudah banyak muncul organisasi-organisasi yang

bergerak dalam bidang politik, misalnya Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR).

JPPR adalah suatu jaringan nasional yang berkembang dari suatu lokakarya pendidikan

pemilih nasional yang disponsori oleh The Asia Foundation di tahun 1998. JPPR menjadi

suatu media yang sangat efektif untuk menyampaikan pendidikan maupun pesan-pesan bagi

para pemilih mengenai asas dan nilai demokrasi. JPPR sering menyelenggarakan pertemuan-

pertemuan pendidikan pemilih, memproduksi poster dan menyebarkan leaflet, yang

memberikan informasi kepada para pemilih (miskin maupun mereka yang berada di daerah

terpencil) mengenai informasi yang diperlukan untuk berperan serta secara penuh dalam

proses demokrasi tersebut. Untuk pilkada, JPPR telah menerjunkan 60.000 pemantau.

Karenanya, JPPR memberi kesempatan penting bagi masyarakat untuk terlibat dalam

partisipasi demokratis selain memberikan suara, dan memiliki dampak besar terhadap

demokratisasi Indonesia dengan menghasilkan aktivis-aktivis demokrasi yang terdidik dan

berkomitmen sebagai kader yang berdedikasi di setiap desa di seluruh negeri.8

Untuk mengantisipasi tingginya angka golongan putih dalam pilkada kedua, Ketua Pokja

Sosialisasi Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU Provinsi DKI Jakarta, Sumarno,

mengingatkan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam Pilkada DKI Jakarta. Partisipasi

aktif ini diwujudkan dengan mendatangi TPS pada 20 September dan menggunakan hak

suara dengan memilih pasangan cagub dan cawagub yang diyakini mampu memimpin DKI

Jakarta. Liburan jangan di jadikan alasan untuk tidak datang ke TPS, justru liburan

seharusnya di jadikan kesempatan untuk masyarakat pergi ke TPS. Sumarno juga

menjelaskan negara Indonesia menganut sistem demokrasi yang sehingga peran masyarakat

sangat penting dalam mengawal berbagai kebijakan dan menentukan para pemimpinnya.

Pandangan berlibur lebih penting daripada memiliha dalah pemikiran yang salah. Dalam

pendidikan kewarganegaraan sudah di ketahui bahwa pemerintahan Indonesia dalah dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Itu berarti, jika kita ikut memilih, kita mewakilkan

kedaulatan kita kepada orang yang kita percayai. Partisipasi pemilih pemula, seperti anak-

anak SMA, dalam menentukan pemimpin DKI Jakarta pun dinilai sangat penting. Sumarno

menilai pemilih pemula ini bersikap kritis dan jumlahnya cukup signifikan.  Kontribusi

mereka akan memberikan hal positif untuk pilkada kali ini. Untuk itu, Sumarno berharap para

calon pemilih tersebut tidak menjadi golput atau mengabaikan hak pilihnya.9

8 Program Pilkada The Asia Foundation di Indonesia pada 2007 didanai oleh Australia Indonesia Partnership.9http://pilkada.kompas.com/berita/read/2012/09/11/01262018/Pilkada.Jangan.Terima.Uangnya.Jangan.Pilih.Orangnya di akses pada 18 Oktober 2012

14

Page 16: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Partisipasi politik masyarakat di Jakarta meliputi kegiatan kampanye dan pemberian

suara. Bentuk partisipasi yang paling dominan adalah voting, melalui pilkada. Tingginya

15

Page 17: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

tingkat penurunan partisipasi politik masyarakat Jakarta dalam pilkada putaran pertama ini

antara lain di sebabkan oleh faktor masalah teknis, kepentingan individu (misal dalam hal

ekonomi), sifat apatisme masyarakat, rasa bosan terhadap politik dan alasan tidak berada di

tempat.

Alasan masalah teknis terjadi karena pemilih tidak terdaftar dalam DPT, alasan

kepentingan individu karena masyarakat tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, sifat

apatisme masyarakat karena tidak percaya pada siapa yang akan dipilihnya, rasa bosan

terhadap politik dikarenakan masyarakat sudah bosan terhadap janji-janji muluk para calon

pemimpin nya, dan alasan tidak berada di tempat di karenakan sedang terikat suatu pekerjaan

yang mengharuskan mereka meninggalkan Jakarta.

Bisa di simpulkan juga bahwa pemberian suara (voting) dimana tingginya penurunan

tingkat partisipasi politik masyarakat Jakarta di pengaruhi oleh tingkat pekerjaan. Masyarakat

dengan status pekerjaan lebih tinggi cenderung lebih tinggi tingkat partisipasinya

dibandingkan masyarakat dengan status pekerjaan yang lebih rendah. Sebagai contoh seorang

buruh yang bekerja di pabrik lebih mementingkan kegiatan ekonomi nya daripada ikut

memilih karena kalau ia meninggalkan pekerjaan nya, ia tidak mendapatkan upah.

4.2 Saran

Partisipasi masyarakat Jakarta dalam pilkada putaran pertama kemarin masih tergolong

rendah karena lebih dari 30% warga nya golput, tidak memberikan suara dalam pilkada.

Berbagai macam alasan dan faktor timbul karena kurang nya minat partisipasi masyarakat.

Baik pemerintah maupun masyarakat sebaiknya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas

demokrasi kita. Kalau komitmen untuk berdemokrasi tidak ada, maka sulitlah membangun

kesadaran warga negara untuk aktif berpartisipasi politik.

Semoga hasil penelitian ini dapat di pergunakan dalam proses menyadarkan masyarakat

Jakarta akan pentingnya pilkada dan betapa di butuhkan nya suara masyarakat tersebut dalam

pilkada. Semoga penelitian ini dapat di teliti lebih jauh demi peningkatan ilmu pengetahuan,

waasan, dan kesadaran masyarakat Jakarta dalam berpolitik.

16

Page 18: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

DAFTAR PUSTAKA

A.Rahman.H.I. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Budiardjo, M. (1996). Demokrasi di Indonesia: Demokrasi parlementer dan demokrasi

Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Budiardjo, Miriam. 2004. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

17

Page 19: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

Gaffar, Affan. 1998. Merangsang Partisipasi Politik Rakyat. Dalam Demetologasi Politik Indonesia. Syarofin Arba MF (edt). Jakarta: Pustaka Cidesindo.

Mansur Semma, 2008, Negara dan korupsi: pemikiran Mochtar Lubis atas negara,manusia Indonesia, dan perilaku politik. Yayasan Obor Indonesia.

Maswadi Rauf (1991)  “Ciri-ciri Teori Pembangunan Politik, Kasus Partisipasi Politik”, dalam Jurnal Ilmu Politik

Mujani, Saiful.2007 Muslim Demokrat: Islam, Budaya, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muluk, MR Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan Daerah (Sebuah Kajian Dengan Pendekatan Berfikir Sistem). Bayu Media Malang.

Nelson, Joan M., and Samuel P. Huntington. 1976. No Easy Choice :Political Participation in Developing Countries. Harvard University Press.

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku politik. IKIP Semarang Press. Semarang.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Susanto, Budi (ed.).  Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. 2003.

http://books.google.co.id/books?

id=Gg_hyf7VG2sC&pg=PA142&lpg=PA142&dq=partisipasi+politik&source=bl&ots=KO2

WXAkv1g&sig=UBrjOcQEL_65uq-

q3jCW85XefJg&hl=id&sa=X&ei=4OtwUMm3GYOGrAezgIHYDA&ved=0CDEQ6AEwA

Q#v=onepage&q=partisipasi%20politik%20adalah&f=false

http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/PARTISIPASI-POLITIK-

MASYARAKAT-DALAM-PELAKSANAAN-PEMILU-KADA.pdf

http://isnuansa.blogspot.com/2009/08/pilkada-dan-partisipasi-politik.html

18

Page 20: Penulisan Dan Presentasi Ilmiah - Partisipasi Politik Dalam Pilkada Putaran Pertama Jakarta 2012

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/

2/8141c4beae79dde4e73aa111d63fbfd369e0bc4d.pdf

http://books.google.co.id/books?

id=Gg_hyf7VG2sC&pg=PA142&lpg=PA142&dq=partisipasi+politik&source=bl&ots=KO2

WXAkv1g&sig=UBrjOcQEL_65uq-

q3jCW85XefJg&hl=id&sa=X&ei=4OtwUMm3GYOGrAezgIHYDA&ved=0CDEQ6AEwA

Q#v=onepage&q=partisipasi%20politik%20indonesia&f=false

http://www.unj.ac.id/fe/sites/default/files/PEDOMAN%20PENULISAN%20SKRIPSI

%20TAHUN%202012.pdf

http://www.metrotvnews.com/jakartamemilih/news/2012/09/27/107687/Angka-Golput-

Pemilu-Kada-DKI-Turun/6

http://books.google.co.id/books?id=hl-

5ZE620VIC&pg=PA198&lpg=PA198&dq=partisipasi+politik+di+indonesia&source=bl&ots

=nSc4nk9h7E&sig=8NrOP0DEtLKF7mzc5LalLw1fbf8&hl=en&sa=X&ei=G_B_UP7IIo3xr

QfGo4B4&redir_esc=y#v=onepage&q=partisipasi%20politik%20di%20indonesia&f=false

http://books.google.co.id/books?

id=mMKxsD7xAHgC&pg=PA73&lpg=PA73&dq=partisipasi+politik+di+jakarta&source=bl

&ots=mTLgZtY4ov&sig=UUFBk26cF8PfIopKPTbtIDBNZws&hl=en&sa=X&ei=T9p_UJro

EYqyrAfMnICgAg&redir_esc=y#v=onepage&q=partisipasi%20politik%20di

%20jakarta&f=false

19