SOSIOLOGI PARTISIPASI PEMILIH: PILKADA DKI...
Transcript of SOSIOLOGI PARTISIPASI PEMILIH: PILKADA DKI...
SOSIOLOGI PARTISIPASI PEMILIH:
PILKADA DKI JAKARTA 2017 PUTARAN KEDUA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Khoirul Ahsan Kamal
11151120000061
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020M/1441H
i
ABSTRAK
Khoirul Ahsan Kamal
“Sosiologi Partisipasi Pemilih: Studi Kasus Pilkada DKI Jakarta 2017
Putaran Kedua.”
Skripsi ini menganalisa hubungan antara kondisi sosiologis warga DKI
Jakarta dengan partisipasi memilih warga DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta
2017 putaran kedua. Penulis menemukan adanya peningkatan tingkat partisipasi
memilih warga DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta sejak tahun 2007-2017.
Selain itu peneliti juga melihat kecenderungan dari pemilih laki-laki, pemilih non-
muslim, pemilih berusia 40-59 tahun, pemilih berpendidikan tinggi, pemilih kerah
putih, pemilih berpendapatan menengah keatas dan pemilih yang sudah/pernah
menikah. Masing-masing kondisi sosiologis tersebut cenderung lebih
berpartisipasi aktif dalam memilih pada pemilihan umum atau pemungutan suara.
Tujuannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan perilaku memilih warga DKI
Jakarta dengan mencari tau keberadaan hubungan antara kondisi sosiologis warga
DKI Jakarta dengan partisipasi memilih warga DKI Jakarta pada pilkada DKI
Jakarta 2017 putaran kedua. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan
pengolahan data menggunakan SPSS.
Kerangka teoritis yang digunakan dalam skripsi ini adalah partisipasi politik
menurut Verba dan Nie, dan model sosiologis yang dijelaskan dalam Kuasa
Rakyat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin pemilih dan
agama pemilih masing-masing tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Sementara pemilih
dengan usia 40-59 tahun, pemilih dengan tingkat pendidikan yang tinggi, pemilih
dengan pendapatan menengah keatas, pemilih dengan pekerjaan kerah putih dan
pemilih yang sudah menikah masing-masing memiliki hubungan yang signifikan
dengan partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Dengan arah
hubungan yang berlawanan karena angka negatif yang didapatkan pada nilai
koefisien korelasi masing-masing kondisi sosiologis yang berhubungan signifikan
dengan partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
Kata kunci: Partisipasi pemilih, pilkada DKI Jakarta, model sosiologis, kondisi
sosiologis, dan warga DKI Jakarta.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena Dia yang
memberikan hambanya jalan, tenaga, tempat dan segalanya dengan kondisi yang
sebaik-baiknya untuk bisa berkontribusi yang meniscayakan sebuah perubahan.
Oleh karena itu, yang tertulis dalam penelitian ini adalah sebuah ikhtiar perubahan
dan juga merespon saintifikasi yang terus berkembang.
Sholawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW, seorang teladan bagi setiap manusia dan menjadi inspirasi bagi perjalanan
hidup penulis. Proses skripsi ini menjadi salah satu bagian dari perjalanan hidup
penulis yang banyak menghadirkan kontribusi beberapa pihak. Dengan begitu,
penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D. selaku dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Iding Rasyidin selaku ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Suryani M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Saiful Mujani, M.A. selaku dosen pembimbing dan panutan penulis.
Terima kasih karena sudah mempercayai penulis dalam melakukan penelitian
ini dan terima kasih karena telah membimbing penulis dengan sabar dalam
proses penulisan skripsi ini.
6. Ayah dan Ibu yaitu Fatchan Kamal dan Titin Rohani. Terima kasih yang tak
terhitung diucapkan sebagai anak yang sangat beruntung telah dilahirkan dan
dibesarkan. Terima kasih juga atas kesabaran kalian yang senantiasa
mendukung segala keputusan penulis dalam jalan hidupnya.
7. Ismi Kamalia Fitri dan Nadiya Fadhila Kamelia, kakak dan adik penulis yang
juga menjadi alasan penulis untuk tetap bersemangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
iii
8. KPU RI dan BPS DKI Jakarta yang telah menyajikan data begitu lengkap
untuk digunakan dan diolah dalam penelitian ini.
9. Teman-teman dan abang serta kakak yang sering penulis jumpai di Selasar,
tanpa mengurangi rasa sayang penulis dengan tidak menyebutkan nama
kalian. maka penulis berterima kasih kepada kalian secara langsung satu-
persatu. Saran, dukungan, kritik serta do’a kalian menjadikan skripsi ini ada
dan perjuangan kita semua terus berlanjut.
10. Teman-teman penulis di SMA yang sudah dikenal sebelum menjadi
mahasiswa, tanpa mengurangi rasa sayang penulis dengan tidak menyebutkan
nama kalian, maka penulis berterima kasih kepada kalian secara langsung
satu-persatu. Semangat kalian menjadi bahan bakar penulis untuk semangat
mengerjakan skripsi ini dan tawa kalian menjadi pelipur lara dalam proses
pengerjaan skripsi ini.
11. Kawan-kawan, kanda, yunda dan seluruh kader HMI Komisariat FISIP,
Cabang Ciputat, tanpa mengurangi rasa sayang penulis dengan tidak
menyebutkan nama kalian, maka penulis berterima kasih kepada kalian secara
langsung satu-persatu. Terima kasih karena mau menerima penulis menjadi
bagian dari keluarga HMI Komisariat FISIP Cabang Ciputat.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi membantu
penulis dalam proses skripsi ini yang tidak disebutkan penulis, karena penulis
adalah manusia biasa. Penulis berharap segala bentuk dukungan dan semangat
yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi penulis berharap dapat
memberikan sedikit manfaat bagi pembaca. Penulis juga terbuka terhadap kritik
serta saran yang bersifat membangun untuk melengkapi segala kekurangan dan
keterbatasan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Jakarta, 20 Januari 2020
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR PERSAMAAN .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
DATAR LAMBANG ........................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 11
E. Tinjauan Pusataka .................................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 16
BAB II: MODEL SOSIOLOGIS PARTISIPASI POLITIK: TEORI, KONSEP,
HIPOTESIS, DAN VARIABEL
A. Partisipasi Politik ................................................................................... 18
B. Variabel-variabel Sosiologis .................................................................. 21
C. Hipotesis ................................................................................................. 29
BAB III: PENGUKURAN DAN METODE PENELITIAN
A. Pengukuran ............................................................................................ 33
B. Ruang Lingkup dan Unit Analisis .......................................................... 47
v
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: KORELASI KONDISI
SOSIOLOGIS DENGAN PARTISIPASI PEMILIH
A. Statistik Deskriptif ................................................................................. 50
B. Uji Normalitas Variabel Dependen ........................................................ 53
C. Korelasi Pearson .................................................................................... 55
D. Diskusi ................................................................................................... 63
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 66
B. Saran ....................................................................................................... 69
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 70
Lampiran .............................................................................................................. 76
vi
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1
Tabel I.A.2
Tabel I.A.3
Tabel II.B.4
Tabel III.C.5
Tabel III.C.6
Tabel IV.A.7
Tabel IV.B.8
Persebaran Partisipasi Pemilih Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran
Kedua .............................................................................................. 7
Pembagian Wilayah DKI Jakarta ................................................... 8
Persentase Partisipasi Pemilih Provinsi di Pulau Jawa dan Bali .... 8
Hubungan Kondisi Sosiologis dan Tingkat Partisipasi Politik ..... 22
Variabel Penelitian ....................................................................... 34
Optimalisasi Variabel Penelitian .................................................. 34
Statistik Deskriptif ........................................................................ 50
Korelasi Pearson Variabel-Variabel Sosiologis dan Partisipasi
Memilih pada Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua 2017 ............. 56
vii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan III.1 Nilai Variabel Y .................................................................... 37
Persamaan III.2 Nilai Variabel Xa ................................................................... 37
Persamaan III.3 Nilai Variabel Xb ................................................................... 37
Persamaan III.4 Nilai Variabel Xc ................................................................... 38
Persamaan III.5 Nilai Variabel Xd ................................................................... 38
Persamaan III.6 Nilai Variabel Xe ................................................................... 38
Persamaan III.7 Nilai Variabel Xf .................................................................... 38
Persamaan III.8 Nilai Variabel Xg ................................................................... 39
Persamaan III.9 Mean Variabel Y ................................................................... 40
Persamaan III.10 Mean Variabel Xa .................................................................. 40
Persamaan III.11 Mean Variabel Xb .................................................................. 41
Persamaan III.12 Mean Variabel Xc .................................................................. 41
Persamaan III.13 Mean Variabel Xd .................................................................. 41
Persamaan III.14 Mean Variabel Xe .................................................................. 41
Persamaan III.15 Mean Variabel Xf .................................................................. 42
Persamaan III.16 Mean Variabel Xg .................................................................. 42
viii
Persamaan III.17 Standar Deviasi Variabel Y ................................................... 42
Persamaan III.18 Standar Deviasi Variabel Xa .................................................. 43
Persamaan III.19 Standar Deviasi Variabel Xb .................................................. 43
Persamaan III.20 Standar Deviasi Variabel Xc .................................................. 43
Persamaan III.21 Standar Deviasi Variabel Xd .................................................. 44
Persamaan III.22 Standar Deviasi Variabel Xe .................................................. 44
Persamaan III.23 Standar Deviasi Variabel Xf .................................................. 44
Persamaan III.24 Standar Deviasi Variabel Xg .................................................. 45
Persamaan III.25 Korelasi Pearson .................................................................... 46
Persamaan IV.26 Korelasi Pearson Variabel Jenis Kelamin dan Variabel
Partisipasi Pemilih ................................................................. 56
Persamaan IV.27 Korelasi Pearson Variabel Agama dan Variabel Partisipasi
Pemilih ................................................................................... 57
Persamaan IV.28 Korelasi Pearson Variabel Usia dan Variabel Partisipasi
Pemilih ................................................................................... 58
Persamaan IV.29 Korelasi Pearson Variabel Pendidikan dan Variabel Partisipasi
Pemilih ................................................................................... 59
Persamaan IV.30 Korelasi Pearson Variabel Pendapatan dan Variabel Partisipasi
Pemilih ................................................................................... 60
ix
Persamaan IV.31 Korelasi Pearson Variabel Pekerjaan dan Variabel Partisipasi
Pemilih ................................................................................... 61
Persamaan IV.26 Korelasi Pearson Variabel Status Perkawinan dan Variabel
Partisipasi Pemilih ................................................................. 62
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Persentase Partisipasi Pemilih pada Pilpres 2004 Putaran Pertama
dan Kedua, 2009, 2014, dan 2019 ................................................. 3
Gambar I.2 Persentase Partisipasi Pemilih pada Pileg 2004 – 2019 ................. 4
Gambar I.3 Partisipasi Pemilih Warga DKI Jakarta 2007-2017 ........................ 6
Gambar IV.4 Kurva Normal Variabel Dependen ............................................... 54
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Wilayah DKI Jakarta Per-Kelurahan ............................................... 76
Lampiran 2: Nilai Rasio Variabel Y dan X .......................................................... 82
Lampiran 3: Uraian Persamaan Koefisien Korelasi ............................................. 89
Lampiran 4: Normalitas Variabel Dependen ....................................................... 90
Lampiran 5: Statistik Deskriptif .......................................................................... 91
Lampiran 6: Korelasi Pearson............................................................................... 92
xii
DAFTAR LAMBANG
Koefisien korelasi Pearson variabel X dengan variabel Y
Rata-rata variabel X
Rata-rata variabel Y
∑ Jumlah keseluruhan
Jumlah populasi atau kelurahan
Standar deviasi
Kelurahan terkait
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini penulis memulai dengan menjelaskan latar belakang
penelitian, mengemukakan alasan bahwa topik penelitian ini menarik untuk
dijadikan skripsi. Setelah latar belakang dijelaskan, penulis selanjutnya
menyajikan pertanyaan masalah, tujuan serta manfaat dilakukannya penelitian ini.
Setelah itu, sebagai perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yang serupa, penulis mensajikan tinjauan pustaka untuk melegitimasi penelitian
ini belum pernah dilakukan pada waktu sebelumnya. Bagian terakhir pada bab
pertama ini dikemukakan sistematika penulisan sebagai acuan penulis dalam
menulis skripsi ini secara sistematik.
A. Pernyataan Masalah
Dalam demokrasi legitimasi sistem politik didapatkan dari tingkat
partisipasi politik. Salah satu bentuk partisipasi adalah ikut serta dalam pemilihan
umum. Jika tingkat partisipasi pemilih nihil dalam pemiihan umum, maka negara
tersebut tidak dapat dikatakan sebuah negara demokratis.1 Karena pada dasarnya,
partisipasi pemilih tersebut adalah pengejawantahan dari kekuasaan yang berasal
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang merupakan inti dari demokrasi.2
1 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat (Jakarta: Mizan;
2012) h. 76 2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2013) h.
368
2
Meskipun ada perbedaan pandangan, partisipasi pemilihlah yang menjadi
salah satu indikator adanya demokrasi. Partipasi pemilih membuat masyarakat
merasakan kebebasan berkumpul dan menyatakan pendapat yang juga merupakan
inti dari demokrasi.
Dalam penelitian ini, partisipasi politik dibatasi hanya satu dimensi saja,
yaitu penggunaan hak pilih masyarakat dalam pemilu atau pemilihan umum, yang
selanjutnya disebut partisipasi pemilih. Pemilu di Indonesia merupakan wujud
partisipasi politik para pemilih, yang mana pemilu dapat dibagi menjadi tiga
tingkat: tingkat nasional, tingkat daerah provinsi, dan tingkat daerah
kabupaten/kota. Pelaksanaan pemilu dalam skala nasional terbagi menjadi dua,
yaitu pilpres atau pemilihan presiden untuk menentukan Presiden beserta Wakil
Presiden dan Pileg atau pemilihan legislatif untuk menentukan anggota legislatif
nasional. Sementara pada tingkat daerah, dilaksanakan pilkada atau pemilihan
kepala daerah tingkat Provinsi atau memilih Gubernur beserta Wakil Gubernur,
dan memilih anggota DPRD Provinsi. Kemudian untuk tingkat daerah Kabupaten
dan Kota dilakukan pemilihan Bupati beserta Wakil Bupati atau Walikota beserta
Wakil Walikota, di samping pemilihan anggota DPRD Kabupaten dan Kota.
Dijelaskan dalam buku Kuasa Rakyat,3 bahwa negara yang baru atau jarang
melaksanakan pemilu yang demokratis cenderung memiliki persentase partisipasi
yang tinggi diawal dan cenderung menurun untuk kedepannya. Misalnya pilpres
di Indonesia meskipun pada 2019 kembali mengalami kenaikan secara signifikan.
(lihat gambar I.1)
3 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat, h. 90
3
Gambar I.1. Persentase Partisipasi Pemilih pada
Pilpres 2004 Putaran Pertama dan Kedua, 2009, 2014, dan 20194
Partisipasi pemilih pada pileg yang dilaksanakan dari tahun 1999-2019
cenderung tidak stabil, namun secara umum menunjukan kecenderungan
menurun. Pada pemilu 1999, partisipasi 93,30%, pada 2019 79,01%. (lihat gambar
I.2). Seperti dikatakan sebelumnya bahwa negara yang baru atau jarang
melaksanakan pemilu yang demokratis cenderung memiliki persentase partisipasi
yang tinggi diawal dan cenderung menurun untuk kedepannya.
4 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat dan Komisi
Pemilihan Umum. “Pilkada Provinsi DKI Jakarta (Putaran Kedua)”
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/2/t1/dki_jakarta, data diakses pada 9 November 2018
79.76%
77.44%
72.55%
69.58%
79.01%
64.00%
66.00%
68.00%
70.00%
72.00%
74.00%
76.00%
78.00%
80.00%
82.00%
2004 (1) 2004 (2) 2009 2014 2019
4
Gambar I.2. Persentase Partisipasi Pemilih pada Pileg 1999 - 20195
Mengikuti pelaksanaan pilpres yang bersifat langsung tahun 2004,
pelaksanaan pilkada yang bersifat langsung akhirnya dilaksanakan pertama kali
pada tahun 2005, berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Mengacu pada Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa
Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah
Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis. Karena daerah
adalah hal tak dapat dipisahkan dari Indonesia itu sendiri, dengan begitu dalam
melakukan pilkada seharusnya ada penyesuaian dengan pilpres, yaitu dengan
dilaksanakannya pemilihan langsung.6
Setelah satu dekade lebih berjalannya pemilihan langsung pada pelaksanaan
pilkada di Indonesia, selanjutnya terdapat beberapa perubahan dalam pelaksanaan
5 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat dan Komisi
Pemilihan Umum. “Pilkada Provinsi DKI Jakarta (Putaran Kedua)”
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/2/t1/dki_jakarta, data diakses pada 9 November 2018 6 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung (Jakarta: Rajawali Pers; 2005) h. 53.
93.30%
84.90%
70.99% 75.11%
79.01%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
1999 2004 2009 2014 2019
5
pilkada. Apabila pada pelaksanaan sebelumnya, setiap daerah memiliki tanggal
pelaksanaan masing-masing, namun selanjutnya dilaksanakan secara serentak tiap
tahunnya oleh daerah yang memang masa jabatan dari kepala daerahnya sudah
habis. pilkada serentak ini sesuai amanat UU No. 10 Tahun 2016 tentang
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur; Bupati dan Wakil Bupati; juga
Walikota dan Wakil Walikota dengan dilaksanakan secara serentak.
Pilkada serentak, sudah dilaksanakan tiga kali, yaitu pada tahun 2015, 2017
dan 2018. DKI Jakarta yang merupakan ibukota Negara Republik Indonesia, juga
sebagai objek penelitian ini, mendapatkan giliran melaksanakan pilkada serentak,
pada tahun 2017. Hanya DKI Jakarta sebagai daerah yang melaksanakan pilkada
guna memilih Gubernur dan Wakil Gubernur saja, karena Provinsi DKI Jakarta
hanya memiliki pembagian berupa kota administratif dan kabupaten administratif.
Tidak ada pilkada di DKI Jakarta untuk memilih Walikota atau Bupati. Pilkada
DKI Jakarta hanya sebatas memilih Gubernur beserta Wakil Gubernur saja.
Pelaksanaan pilkada di DKI Jakarta yang sifatnya langsung sudah
dilaksanakan sejak tahun 2007 dengan rentang waktu pelaksanaan 5 tahun sekali.
Sudah tiga periode pelaksanaan pilkada DKI Jakarta secara langsung dengan lima
kali pemungutan suara, yaitu pada tahun 2007, 2012 putaran pertama, 2012
putaran kedua, 2017 putaran pertama dan 2017 putaran kedua. Pilkada DKI
Jakarta yang terakhir dilaksanakan pada 19 April 2017, merupakan putaran kedua
pilkada DKI Jakarta 2017. Tingkat partisipasi dalam pilkada DKI secara umum
naik (Gambar I.3).
6
Persentase partisipasi pemilih Jakarta 2007 sampai 2012 putaran pertama
sempat mengalami penurunan sebesar 1,74%, namun secara perlahan angka
persentase selanjutnya mengalami peningkatan setiap pemungutan suara
dilakukan. Pilkada DKI Jakarta 2012 putaran pertama ke pilkada DKI Jakarta
2012 putaran kedua mengalami peningkatan persentase partisipasi sebesar 3,09%,
lalu pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran pertama kembali mengalami
peningkatan persentase partisipasi cukup besar, yaitu 9,01%. Sampai pada
pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua, tetap mengalami peningkatan persentase
partisipasi sebesar 1,16%.
Gambar I.3. Partisipasi Pemilih Warga DKI Jakarta 2007-20177
Dinamika politik DKI Jakarta yang notabene sebagai barometer Indonesia
sudah pasti menjadi pusat perhatian. Salah satu yang menyita banyak perhatian
publik adalah pelaksanaan pilkada DKI Jakarta tahun 2012 dan 2017, yang mana
7 Komisi Pemilihan Umum. “Pilkada Provinsi DKI Jakarta (Putaran Kedua)”
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/2/t1/dki_jakarta, data diakses pada 9 November 2018
65.36% 63.62% 66.71%
75.72% 76.88%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
2007 2012 (1) 2012 (2) 2017 (1) 2017 (2)
7
persentase partisipasi pemilih Jakarta mengalami peningkatan. Karena didalam
negara yang menganut sistem demokrasi, partisipasi pemilih yang tinggi, jauh
lebih baik dibandingkan partisipasi pemilih rendah.8 Partisipasi pemilih menjadi
penting karena pada dasarnya warga daerah terkait yang paling tau apa yang
mereka hendaki. Dalam penelitian ini tidak membahas pilkada DKI Jakarta sejak
tahun 2007 sampai 2017, melainkan dibatasi pada pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua saja.
Persebaran partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
Dari setiap kota atau kabupaten di DKI Jakarta memiliki tingkat persentase
partisipasi pemilih pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua tidak terpaut
terlalu jauh. Angka persentase partisipasi pemilih pada pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua berada di antara 80,40% sampai dengan 76,40%. Angka tersebut
dapat dikatakan cukup besar, karena perbandingan warga yang memilih lebih
besar dibandingkan warga yang tidak memilih
Tabel I.A.1 Persebaran Partisipasi Pemilih
Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua9
No. Kabupaten/Kota Persentase Partisipasi
1 Jakarta Barat 76,38%
2 Jakarta Pusat 75,61%
3 Jakarta Selatan 75%
4 Jakarta Timur 77,65%
5 Jakarta Utara 78,80%
6 Kepulauan Seribu 79,41%
8 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. h. 369
9 Komisi Pemilihan Umum. “Pilkada Provinsi DKI Jakarta (Putaran Kedua)”
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/2/t1/dki_jakarta, data diakses pada 9 November 2018
8
Menariknya, tingkat partisipasi pemilih dalam pilpres yang cenderung
menurun dari waktu ke waktu, tidak terjadi pada pilkada DKI Jakarta yang
cenderung meningkat tingkat partisipasi pemilihnya. Dengan kata lain, persentase
partisipasi pemlih DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta cenderung meningkat
dari tahun 2012-2017, yang mana hal tersebut tidak selaras dengan tingkat
persentase partisipasi pemilih nasional pada pilpres dari tahun 2004-2014 yang
cenderung mengalami penurunan.
Tabel I.A.2 Pembagian Wilayah DKI Jakarta10
No. Kota/Kabupaten Kecamatan Kelurahan
1 Kepulauan Seribu 2 6
2 Jakarta Barat 8 56
3 Jakarta Pusat 8 44
4 Jakarta Selatan 10 65
5 Jakarta Timur 10 65
6 Jakarta Utara 6 31
DKI Jakarta memiliki 5 kota, 1 kabupaten, 44 kecamatan dan 267
kelurahan. Selain itu, DKI Jakarta memiliki tingkat partisipasi pemilih lebih tinggi
jika dibandingkan dengan persentase partisipasi pemilih pada pelaksanaan pilkada
di beberapa provinsi lainnya di Pulau Jawa dan Bali sejak diberlakukan pilkada
serentak (Tabel I.A.3).
10
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka 2019 (Jakarta:
BPS DKI Jakarta; 2019) h. 34
9
Tabel I.A.3 Persentase Partisipasi Pemilih Provinsi di Pulau Jawa dan Bali11
Daerah Tahun
Persentase Partisipasi
Pemilih
Banten 2017 63%
Jawa Barat 2018 73%
Jawa Tengah 2018 73%
Jawa Timur 2018 70%
Bali 2018 72%
Sumber: KPU
Menariknya kondisi partisipasi pemilih dalam pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua adalah tingginya tingkat partisipasi memilih dibandingkan yang
tidak memilih. Untuk menjawab banyaknya pemilih dibandingkan yang tidak
memilih, perilaku pemilih tersebut dapat dijelaskan dengan tiga model, yaitu
sosiologis, psikologis dan pilihan rasional.12
Namun dalam penelitian ini, penulis
menggunakan model perilaku sosiologis untuk menjelaskan partisipasi pemilih
pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis menyadari bahwa penting
untuk menguji konsep dari para ahli tentang hubungan antara kondisi sosiologis
warga DKI Jakarta dengan tingkat partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul: Sosiologi Partisipasi
Pemilih: Studi Kasus Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua.
11
Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Daftar Hasil Rekapitulasi Pilkada 2018”
https://infopemilu.kpu.go.id/pilkada2018/hasil2/rekap/list/nasional, data diakses pada 9 November
2018 dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Hasil Perhitungan Suara Pilkada 2017”
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil, data diakses pada 9 November 2018 12
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo; 2010) h. 136-7
10
B. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah jenis kelamin pemilih memiliki hubungan yang signifikan dengan
partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua?
2. Apakah agama pemilih memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi
pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua?
3. Apakah usia pemilih memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi
pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua?
4. Apakah pendidikan pemilih memiliki hubungan yang signifikan dengan
partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua?
5. Apakah pendapatan rumah tangga pemilih memiliki hubungan yang
signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua?
6. Apakah pekerjaan pemilih termasuk dalam kerah putih memiliki hubungan
yang signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua?
7. Apakah status perkawinan pemilih memiliki hubungan yang signifikan dengan
partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua?
C. Tujuan Penelitian
1. Menjawab pertanyaan apakah jenis kelamin pemilih memiliki hubungan yang
signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua atau
tidak.
2. Menjawab pertanyaan apakah agama pemilih memiliki hubungan yang
signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua atau
tidak.
11
3. Menjawab pertanyaan apakah usia pemilih memiliki hubungan yang
signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua atau
tidak.
4. Menjawab pertanyaan apakah pendidikan pemilih memiliki hubungan yang
signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua atau
tidak.
5. Menjawab pertanyaan apakah pendapatan rumah tangga pemilih memiliki
hubungan yang signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017
putaran kedua atau tidak.
6. Menjawab pertanyaan apakah pekerjaan pemilih termasuk dalam kerah putih
memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta
2017 putaran kedua atau tidak.
7. Menjawab pertanyaan apakah status perkawinan pemilih memiliki hubungan
yang signifikan dengan partisipasi pemilih DKI Jakarta 2017 putaran kedua
atau tidak.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang baru
mengenai kajian partisipasi politik dan pemilihan umum. Selain itu penelitian
ini juga bermanfaat untuk memahami kondisi sosiologis warga DKI Jakarta,
dan menambah wawasan dalam memahami kondisi sosiologis warga ketika
dikaitkan dengan partisipasi politik, khususnya saat pilkada.
12
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menyumbang ilmu pengetahuan untuk Jurusan Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta menjadi salah satu syarat memperoleh gelar S.Sos. untuk
penulis.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis menghimpun lima hasil penelitian sebagai tinjauan pustaka yang
terdapat kesamaan dengan yang diteliti oleh penulis, baik dari teori, topik, atau
lainnya.
Pertama, buku berjudul “Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih
dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru” ditulis oleh
Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, yang dicetak oleh
Mizan Publika pada tahun 2012 dan dikembangkan dalam edisi Inggris Voting
Behavior in Indonesia since Democratization oleh Cambridge University Press
tahun 2018.13
Buku ini merupakan hasil dari serangkaian penelitian lapangan
tentang perilaku memilih pemilih Indonesia yang dilakukan sejak tahun 1999
sampai 2014. Dengan mendemonstrasikan bagaimana sosiologis, psikologis dan
pilihan rasional mempengaruhi sesorang warga dalam interpretasi partisipasi
politik warga, yaitu memilih partai politik atau calon tertentu dalam pemilihan
umum. Studi pada buku ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang mana
unit analisisnya adalah individu pemilih dan digunakannya hasil survei opini
publik nasional pada pemilu legislatif 1999, 2004, 2009, Pemilihan Presiden Juli
13
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat (Jakarta: Mizan;
2012)
13
2004, September 2004 dan 2009 dalam studi ini. Untuk metode penarikan sampel
pada studi ini digunakan teknis multistage random sampling, sementara metode
analisisnya dilakukan secara bertahap, pada tahap pertama menggunakan teknik
analisis bivariat guna mengetahui sejauh mana faktor atau variabel berhubungan
dengan faktor atau variabel lainnya. Lalu tahap selanjutnya memastikan apakah
hubungan bivariat tersebut cukup independen atau tidak, dan untuk hal ini
dilakukan analisis multivariat. Keseluruhan pengujian tersebut merupakan upaya
menguji tiga model perilaku pemilih yaitu sosiologis, rasional dan psikologis.
Kedua, skripsi berjudul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap
Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2015 (Studi Perbandingan Kelurahan Way Urang dan
Kelurahan Bumi Agung Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan)” oleh
Guntur Ardyan Tamara, mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan di FISIP
Universitas Lampung, 2016.14
Penelitian ini bertujuan guna mengetahui pengaruh
status sosial ekonomi masyarakat terhadap partisipasi politik pada pilkada
Lampung Selatan tahun 2015 di Kelurahan Way Urang dan Kelurahan Bumi
Agung. Jenis penelitian ini menggunakan jenis eksplanatory. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 245 orang yang terbagi dari 117 orang warga Kelurahan
Way Urang dan 128 orang warga Kelurahan Bumi Agung. Hasil yang diperoleh
bahwa masyarakat Kelurahan Way Urang memiliki status sosial ekonomi
menengah ke atas, sedangkan masyarakat Kelurahan Bumi Agung memiliki status
14
Guntur Ardyan Tamara, “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik
Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015 (Studi
Perbandingan Kelurahan Way Urang dan Kelurahan Bumi Agung Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan)” (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung, 2016)
14
sosial ekonomi menengah ke bawah. Hipotesis yang diterima adalah hipotesis
alternatif (H1), yaitu adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi
politik yang signifikan. Koefisien korelasi Kelurahan Way Urang Sebesar 57,2%,
sementara pada Kelurahan Bumi Agung 52,8%, untuk nilai simultan dari dua
kelurahan tersebut sebesar 76,5% dan sisanya dipengaruhi faktor lain.
Ketiga, skripsi berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi
Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015
(Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Pakemitan Kidul Kecamatan Ciawi
Tasikmalaya)” oleh Mohamad Rizki Fauzi, mahasiswa program studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan di FKIP Universitas Pasundan Bandung, 2017.15
Penelitian ini dilakukan untuk menguji mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
antara tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih, yang mana diasumsikan
bahwa masyarakat berpendidikan tinggi, menjadi pemilih dengan pertimbangan-
pertimbangan yang rasional sebelum memilih. Penelitian ini dilakukan terhadap
masyarakat Desa Pakemitan Kidul Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya
yang terdaftar didalam DPT dan sudah menggunakan hak pilihnya pada pilkada
Tasikmalaya tahun 2015. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif, dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara untuk
pengumpulan data. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan disajikan
ke dalam tabel frekuensi, cross tabulation dan selanjutnya dirubah menjadi
diagram batang guna mengetahui sejauh mana perbandingan hasil data.
15
Mohamad Rizki Fauzi, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Pada
Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 (Studi Kasus Pada Masyarakat
Desa Pakemitan Kidul Kecamatan Ciawi Tasikmalaya)” (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Bandung, 2017)
15
Keempat, tulisan pada jurnal yang berjudul “Pengaruh Status Sosial
Ekonomi dan Sosialisasi Politik Melalui Media Massa Terhadap Partisipasi
Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Desa Sangatta Utara
Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur” oleh Nurrudin Abdullah,
mahasiswa program studi Ilmu Pemerintahan di FISIP Universitas Mulawarman
Samarinda, yang dimuat pada e-Journal Ilmu Pemerintahan Vol. 4, No. 4, 2016.16
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh status
sosial ekonomi dan sosialisasi politik melalui media massa terhadap partisipasi
politik masyarakat. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode analisis kuantitatif, dengan menyebarkan kuisioner kepada 100 orang
responden yang diambil secara acak dari populasi yang berjumlah 35.594 orang,
dengan menggunakan metode simple random sampling. Penelitian ini
menghasilkan sebuah pernyataan bahwa status sosial ekonomi memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap partisipasi politik masyarakat pada Pileg
tahun 2014 di Desa Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai
Timur. Sementara sosialisasi politik melalui media massa memiliki pengaruh
positif, tetapi tidak signifikan terhadap partisipasi politik masyarakat dalam Pileg
tahun 2014 di Desa Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai
Timur.
Kelima, tulisan pada jurnal yang berjudul “Variabel-variabel yang
Mempengaruhi Rendahnnya Partisipasi Politik Masyarakat dalam pilkada
16
Nurrudin Abdullah, “Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Sosialisasi Politik Melalui Media
Massa Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Desa
Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur”. e-Journal Ilmu Pemerintahan
Vol. 4, No. 4. (2016): h. 1627-1638.
16
Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2008” oleh Doni hendrik, dosen
Ilmu Politik di Universitas Andalas Sumatra Barat, yang dimuat pada Jurnal
Demokrasi Vol. IX, No. 2, 2010.17
Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
didasari rumus dari Frank Lynck, penelitian ini menghasilkan kesimpulan, bahwa
Itensitas KPUD kota Padang dalam melakukan kegiatan sosialiasasi politik
sangatlah rendah, hal tersebut didasari oleh variabel yang mana jumlah
pelaksanaanya terendah dibandingkan dengan kegiatan lainnya adalah
sosioalisasi politik. Oleh karena itu, partisipasi pilkada kota Padang 2008
mendapatkan partisipasi pemilih yang sangat rendah.
F. Sitematika Penulisan
Pada tulisan skripsi ini menggunakan sistematika penulisan yang berisi lima
bab sesuai dengan panduan penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
sebagai berikut:
BAB I, penulis menyajikan pendahuluan dari skripsi ini, yang terdiri dari
pernyataan masalah yang menjelaskan pilkada DKI Jakarta dan partisipasi politik,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan. Pada bab pertama ini penulis menguraikan masalah yang
diangkat untuk diteliti mengenai hubungan kondisi sosiologis pemilih dengan
tingkat partisipasi pemilih pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
17
Doni Hendrik, “Variabel-variabel yang Mempengaruhi Rendahnnya Partisipasi Politik
Masyarakat dalam Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2008” Jurnal Demokrasi
Vol. IX, No. 2, (2010): h. 137-147.
17
BAB II, penulis menjelaskan teori partisipasi politik yang digunakan pada
penelitian ini. Teori tersebut dinyatakan Verba dan Nie yang dikutip oleh dalam
buku Kuasa Rakyat, dan salah satu teori model partisipasi politik, yaitu model
sosiologis, yang setiap kondisi sosiologis dijelaskan berdasarkan pernyataan para
ahli-ahli politik.
BAB III, penulis menguraikan metodologi penelitian yang digunakan untuk
penelitian ini, dengan menjelaskan jenis penelitiannya, lokasi penelitian, variabel
penelitian, pengukuran populasi serta sampel, dan teknik analisa yang digunakan
pada penelitian ini.
BAB IV, penulis menganalisis data yang sudah didapatkan dan
dikumpulkan. Pada bab ini berisi pembahasan yang sebelumnya dianalisis dan
data yang sudah melewati proses analisis diekstrasi menjadi sebuah hasil
penelitian.
BAB V, penulis menyajikan kesimpulan, yang mana kesimpulan tersebut
berisikan jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian, dan saran untuk penelitian
selanjutnya.
18
BAB II
MODEL SOSIOLOGIS PARTISIPASI POLITIK
TEORI, KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL
Dalam bab kedua ini penulis menjelaskan mengenai teori dan konsep yang
digunakan pada penelitian ini. Teori atau model yang digunakan adalah teori atau
model sosiologis. Partisipasi politik merupakan variabel terikat (dependent
variable) atau variabe Y, dan variable-variable sosiologis merupakan variable
bebas (independent variable) atau variable X. Selain teori, pada bab kedua ini
juga disajikan hipotesis sebagai asumsi sementara penelitian ini.
A. Partisipasi Politik
Definisi mengenai partisipasi politik banyak dikemukakan oleh para ahli
politik. Miriam Budiardjo menjelaskan partisipasi politik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok, yang mana mengikutsertakan dirinya
sendiri ke dalam kegiatan politik secara aktif. Contoh kegiatannya bisa seperti
andil dalam memilih pemimpin, dan hal tersebut dapat mempengaruhi kebijakan
publik. Contoh lain dari partisipasi politik ialah menjadi anggota salah satu partai
politik atau gerakan sosial maupun politik dengan aksi-aksi nyatanya.1
1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 367
19
Dalam konteks negara demokrasi, partisipasi politik bisa dipahami dengan
warga yang memiliki kedaulatan menetapkan bagaimana negara kedepannya.2
Sesuai dengan apa yang dikutip oleh Saiful Mujani R.William Liddle dan
Kuskrido Ambardi, dalam Kuasa Rakyat,3 bahwa Verba dan Nie menjelaskan
partisipasi politik merupakan aktivitas apapun yang dilakukan oleh warga negara
guna mempengaruhi pilihan warga yang lain terhadap posisi-posisi pemerintahan
dan/atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan para pejabat pemerintah.
Merujuk pada penjelasan tentang partisipasi politik di atas, ada empat
kriteria yang disebutkan dalam buku Kuasa Rakyat: 1) tindakan (bukan pendapat,
bicara, keinginan, atau niat); 2) oleh orang biasa (bukan pejabat); 3) dilakukan
dengan sukarela; 4) bertujuan memengaruhi kebijakan publik.4 Empat hal yang
disebutkan tersebut menjadi indikator suatu tindakan dapat dikatan sebagai
partisipasi politik atau tidak.
Saiful Mujani dalam bukunya yang berjudul Muslim Demokrat, mengutip
dari Kaase dan Marsh tentang penjelasan partisipasi politik konvensional dan non-
konkenvsional.5 Pertama, partisipasi politik konvensional merupakan aktivitas
warga negara dengan bentuk apapun yang sesuai dengan prosedur seharusnya atau
aturan baku dan memiliki tujuan untuk mempengaruhi hasil akhir. Kedua,
partisipasi politik non-konvensional merupakan aktivitas warga negara dengan
bentuk apapun yang tidak sesuai dengan prosedur seharusnya atau aturan baku
dan memiliki tujuan untuk mempengaruhi hasil akhir.
2 Saiful Mujani, Muslim Demokrat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2007) h. 254
3 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 80
4 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 5
5 Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 258
20
Teori tersebut secara langsung menyatakan bahwa partisipasi politik sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh warga negara dengan menjadi bagian dalam proses
pembentukan kebijakan umum dan pemilihan pemimpin. Meskipun penggunaan
hak suara dalam pilkada adalah salah satu bentuk partisipasi politik yang sangat
lumrah, tetapi hal yang dihasilkan sangatlah berpengaruh pada kehidupan warga
baik skala daerah ataupun skala nasional dalam satu periode kepemimpinan
kedepan. Karena ukuran yang paling umum dalam partisipasi politik konvensional
adalah pemungutan suara.6 Pada penelitian ini pilkada DKI Jakarta menjadi
bentuk penyelenggaraan dari pemungutan suara, yang mana memilih Gubernur
beserta Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Selaras dengan hal tersebut, disebutkan juga dalam buku Kuasa Rakyat,
bentuk dari partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non-
konvensional. Contoh dari partisipasi politik konvensional seperti mengikuti
pemilihan umum, yang mana pemilihan umum merupakan contoh yang paling
popular. Tetapi pada kegiatan pemilihan umum, partisipasi politik tidak hanya
memilih saja (voter turnout), namun juga banyak yang lainnya seperti
menyumbang untuk kandidat, membantu calon dalam mengumpulkan masa,
dalam mempengaruhi orang lain, menyebarkan atribut, dan lain-lainnya.7 Aksi
damai, seperti mengikuti kegiatan organisasi, menjadi anggota atau petinggi dari
suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah
juga merupakan wujud partisipasi. Bisa juga melakukan lobbying yaitu sebuah
usaha yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menghubungi petinggi
6 Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 261
7 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 83
21
politik untuk mempengaruhi keputusan yang mereka ambil tentang persoalan
orang banyak.8
Partisipasi politik non-konvensional, upaya dari warga untuk mempengaruhi
pemerintah dalam mengambil keputusan dengan cara yang tidak diatur secara
eksplisit yang kadang-kadang menimbulkan keugian tertentubagi kelompoklain
atau negara.9 Demonstrasi, mogok kerja, boikot, huru-hara, pemberontakan
menurunkan pimpinan politik seperti kudeta atau pembunuhan, dan bisa juga
mengganti sistem politik dengan melakukan revolusi.10
Pada penelitian ini contoh kegiatan partisipasi politik yang dimaksud
terbatas pada partisipasi memilih pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
Tingkat partisipasi pemilih warga DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua diyakini memiliki korelasi dengan kondisi warganya itu sendiri.
Maka dari itu partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua menjadi
variabel terikat (variabel Y) pada penelitian ini.
Dalam konteks pemilihan umum, perilaku dari perseorangan atau pemilih
yang berkelompok menjadi fokus perhatian penelitian. Disini dibahas variabel-
variabel sosiologis apa saja yang mempengaruhi pemilih perseorangan atau
kelompok tadi dalam memilih.
B. Variabel-Variabel Sosiologis
The Columbia School atau lebih dikenal dengan model sosiologis,
memperlihatkan adanya pengaruh variabel-variabel sosiologis terhadap perilaku
8 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat, h. 84
9 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat, h. 84
10 Anthony M. Orum, Introduction to Political Sociology (New Jersey: Prentice-Hall: 2001) h.
218
22
politik.11
Dalam buku Kuasa Rakyat,12
dijelaskan bahwa model sosiologis ialah
sebuah asumsi bahwa karakteristik sosiologis, yakni kelas sosial, agama, serta
juga kelompok etnik atau kedaerahan atau bahasa dari pemilih itu sendiri bisa
menentukan perilaku memilih.
Saymor Martin Lipset, Paul F. Lazarsfeld, Berelson Bernard R dan Harel
Gaudeet menyatakan kedudukan sosial, ekonomi, agama, warna, kulit, jenis
kelamin, pekerjaan berpengaruh terhadap seorang pemilih dalam berpartisipasi.
Tabel II.B.4 Hubungan Kondisi Sosiologis dan Tingkat Partisipasi Politik13
Kondisi Sosiologis Partisipasi Tinggi Partisipasi Rendah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Agama Non-Islam Islam
Usia Masa kerja mapan Muda
Pendidikan Pendidikan tinggi Pendidikan rendah
Pekerjaan Kerah putih Selain kerah putih
Pendapatan Menengah keatas Menengah kebawah
Status Perkawinan Sudah menikah Belum menikah
Dapat dilihat pada tabel II.B.4 di atas, yaitu tujuh variabel sosiologis yang
dijadikan inti penelitian ini untuk diteliti hubungannya terhadap partisipasi
pemilih pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Berikut adalah penjelasan
masing-masing variabel sosiologis mengapa mereka berhubungan dengan
partisipasi politik.
11
L. M. Bartels, “The Study of Electoral Behavior” dalam Jan E. Leighley, ed., The Oxford
Handbook of American Elections and Political Behavior (Oxford: Oxford University Press; 2012)
h. 240 12
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 6 13
Yalvema Miaz, Partisipasi Politik (Padang: UNP Press; 2012) h. 33-34
23
a) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam kaitannya dengan partisipasi politik: perempuan
kurang tertarik dengan politik dibandingkan laki-laki. Perempuan kurang
berpartisipasi bukan karena ia seorang perempuan tapi karena secara umum
perempuan status sosial-ekonominya lebih rendah dari laki-laki.
Diskriminasi pada perempuan masih gejala umum. Akibatnya perempuan
kurang punya kesempatan untuk akses dan mempengaruhi urusan publik.
Apabila berbicara pemungutan suara, bukan perbedaan jenis kelamin
pemilih yang membuat adanya perbedaan partisipasi pemilih.14
Dengan
begitu variabel kondisi sosiologis pertama atau variabel Xa adalah variabel
jenis kelamin dengan nilai rasio pemilih yang berjenis kelamin laki-laki.
b) Agama
Agama dianggap menjadi stimulus bagi warga di banyak negara
demokrasi untuk terlibat dalam kegiatan sosial keagamaan. Berangkat dari
kegiatan sosial tersebut, warga bisa menjangkau kegiatan politik. Karena
kegiatan politik tidak jarang memanfaatkan jaringan sosial yang luas,
sehingga timbul interaksi antara warga yang taat beragama dan aktif dalam
kegiatan sosial keagamaan dengan kegiatan sosial non-keagamaan. Pada
akhirnya warga yang taat beragama terbiasa untuk terlibat dalam aktivitas
politik dan terdorong ikut dalam pemilihan.15
Samuel P. Huntington, seorang ilmuwan ilmu politik asal Amerika
Serikat mengklaim bahwa partisipasi politik adalah hal yang asing bagi
14
Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 272 15
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 166
24
warga yang beragama Islam. Dirinya menambahkan bahwa warga muslim
hanya berpartisipasi apabila berkaitan dengan keagamaan bukan kegiatan
politik yang non-keagamaan.16
Tetapi hal tersebut dibantah oleh Saiful
Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi dalam bukunya yang
berjudul, Kuasa Rakyat dan diperjelas oleh Saiful Mujani pada bukunya
yang berjudul, Muslim Demokrat, bahwa muslim di Indonesia memiliki
kedekatan dengan partisipasi politik.17
Apakah ini berlaku untuk kasus DKI
Jakarta pada pilkada tahun 2017 putaran kedua. Agama di sini adalah
variabel sosiologis kedua (Xb).
c) Usia
Pada variabel umur, Lebster W. Milbrath memiliki pandangan bahwa
tingkat partisipasi warga lebih tinggi pada kelompok umur 40-59 tahun.
18Sebelum dan sesudah itu lebih rendah. Sebelum umur 40 tahun, ada
kecenderungan belum memiliki kedudukan atau tempat tinggal yang tetap
sehingga secara administratif bisa menghambat untuk berpartisipasi.19
Sementara disaat sudah melewati usia 59 tahun, penurunan tingkat
partisiapsi sebagian disebabkan karena penyesuaian aktivitas dari orang
yang berusia lanjut dan hal tersebut menimbulkan konsekuensi terhadap
partisipasi politik.20
Maka dari itu, usia 40 sampai 59 tahun menjadi usia
ideal bagi warga yang biasanya sudah stabil berdasarkan tempat tinggal dan
16
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 166 17
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 167; Saiful
Mujani, Muslim Demokrat. h. 270-1 18
Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 272 19
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 268 20
Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 272
25
pembagian waktu-waktu kegiatannya.21
Dengan begitu variabel kondisi
sosiologis ketiga atau variabel Xc adalah variabel usia dengan nilai rasio
warga yang berusia 40-59 tahun.
d) Pendidikan
Para ahli politik seperti Conway, Almond, Verba, Nie, Junn dan
Stehlik-Barry menyatakan bahwa seorang yang memiliki tingkat pendidikan
lebih tinggi cenderung lebih mengikuti berbagai peristiwa di media massa
dan media lainnya sehingga menjadikan dirinya lebih sadar dengan dampak
dari kebijakan publik yang kedepannya bisa mempengaruhi hidupnya.22
Sementara seseorang yang tergolong memiliki tingkat pendidikan yang
rendah kurang mengikuti berita tentang kebijakan-kebijakan publik yang
berdampak pada dirinya sehingga kurang peduli pada pemilihan umum,
tidak sadar bahwa hasil pemilihan umum mempengaruhi hidupnya. Karena
itu ikut memilih dalam pemilihan umum tidak menjadi masalah penting bagi
mereka.
Namun demikian, tidak sedikit juga studi yang berkesimpulan bahwa
tingkat pendidikan seseorang yang semakin tinggi menjadi dasar seseorang
untuk bersikap kritis, termasuk terhadap hal-hal politik. Hal tersebut
membuat ahli politik seperti Scarbrough, Topf dan Inglehart, menyatakan
bahwa seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih cenderung abstain
dalam pemilihan dan tidak mempercayai partai politik.23
Jadi, soal
21
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 268 22
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 234 23
Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 273
26
hubungan antara pendidikan dan partisipasi dalam pemilihan umum belum
konsklusif, dan terbuka untuk terus diuji. Dalam studi ini variabel
pendidikan (Xd) adalah presentase warga yang berpendidikan minimal
perguruan tinggi di sebuah kelurahan.
e) Pendapatan
Hubungan antara pendapatan dengan partisipasi politik sangatlah erat,
seperti yang dikatakan oleh M. Margaret Conway, yang dikutip dalam
Kuasa Rakyat,24
bahwa warga yang berpendapatan menengah keatas
cenderung mempunyai waktu yang lebih banyak untuk mengikuti isu-isu
politik karena tekanan mencari nafkah tidak terlalu besar. Sementara warga
yang berpendapatan rendah cenderung mendapatkan tekanan yang lebih
besar untuk mencari nafkah, dan waktu serta pikirannya lebih digunakan
untuk mencari nafkah dibandingkan untuk hal-hal politik.
Dalam studi ini variabel pendapatan adalah rasio warga yang masuk
ke dalam kelas menengah ke atas, yakni presentase warga yang
berpendapatan Rp 1,500,000 per kapita per bulan di sebuah kelurahan
menurut BPS.25
Maka dari itu, variabel kondisi sosiologis kelima atau
variabel Xe adalah variabel pendapatan dengan nilai rasio warga yang
memiliki pendapatan menengah keatas.
24
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 235 25
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Laporan Hasil Survei Hidup Cukup Provinsi DKI
Jakarta 2014 (Jakarta: BPS; 2014) h. 5
27
f) Pekerjaan
Variabel pekerjaan adalah warga yang masuk ke dalam kelompok
kerah putih dan kerah biru. Pekerja kerah putih adalah pekerja yang
bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepemilikan modal,
sedangkan pekerja kerah biru adalah pekerja yang lebih bertumpu pada
tenaga, tanpa ilmu pengetahuan yang meadai, dan tanpa penguasaan
terhadap modal.
Contoh-contoh pekerja kerah putih adalah dokter, dosen, guru,
karyawan BUMD, karyawan BUMN, karyawan swasta, konstruksi,
konsultan, notaris, pegawai negeri sipil, pengacara, pilot, insinyur, akuntan,
anggota DPR-RI, anggota DPRD, dll. Sementara itu, warga yang bekerja
dalam kelompok kerah biru adalah mereka yang bekerja seperti buruh
bangunan, buruh nelayan/perikanan, buruh tani/perkebunan, pedagang kaki
lima, supir, dll.
Verba, Nie, Rosenstone dan Wolfinger beranggapan bahwa warga
yang bekerja sebagai kelompok kerah putih memiliki kecenderungan
berpartisipasi politik dibanding yang bekerja sebagai pekerja kerah biru.26
Warga negara kerah biru lebih memperhatikan kebutuhan pokoknya
dibandingkan aktivitas politik. Sementara warga yang tergolong ke dalam
kerah putih memiliki pekerjaan yang nyaman dan memiliki waktu yang
26
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 246
28
teratur dan cukup untuk kegiatan di luar mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan pokok seperti kegiatan sosial dan politik.27
Dalam studi ini, variabel pekerjaan (Xf) adalah presentase kerah putih
di masing-masing kelurahan menurut perhitungan BPS.
g) Status Perkawinan
Seymour Martin Lipset yang dikutip oleh Yalvema Miaz dalam
bukunya yang berjudul Partisipasi Politik: Pola Perilaku Pemilih Pemilu
Masa Orde Baru dan Reformasi, menyebutkan bahwa warga yang sudah
menikah lebih berpartisipasi dalam memilih dibandingkan dengan warga
yang tidak/belum menikah.28
Perkawinan memberikan kondisi sosial yang
stabil, mencegah mobilitas dan mengikat orang-orang dalam suatu keluarga.
Hal tersebut membantu orang-orang yang sudah menikah untuk
berpartisipasi lebih banyak dalam politik. Di antara yang sudah menikah,
orang yang tidak memiliki anak berpartisipasi lebih banyak dibandingkan
yang belum memiliki anak.29
Dalam studi ini, variabel status perkawinan
adalah presentase warga yang telah menikah di masing-masing kelurahan.
Tujuh variabel sosiologis warga yang disebutkan dan dijelaskan di atas
diperlakuakan sebagai variabel bebas (X) untuk dilihat kaitannya dengan
patisipasi dalam pemilihan gubernur DKI putaran kedua pada tahun 2017
(Variabel Y) di seluruh kelurahan DKI Jakarta. Pertanyaan utamanya adalah
27
Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 274 28
Yalvema Miaz, Partisipasi Politik. h. 51 29
Basanta Kumar Bal, “Political Participation of Selected Tribal Leaders In Orissa: A Case
Study of Mayurbhanj District,” (Disertasi S3 Fakultas Administrasi Publik, Universitas Utkal,
1997) h. 76
29
apakah ada hubungan yang signifikan secara statistik antara masing-masing X
dengan Y. Karena penelitian ini membahas tentang hubungan dari masing-masing
variabel sosiologis tersebut dengan partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua atau variabel Y.
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan asumsi sementara dan menjadi elemen penting pada
penelitian kuantitatif. Variabel sosiologis atau X pada penelitian ini adalah
kondisi sosiologis warga DKI Jakarta. Sementara variabel partisipasi pemilih atau
Y, pada penelitian ini adalah partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
Hipotesis memiliki dua bentuk, yaitu: Pertama, hipotesis nol (H0), yaitu
hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
kondisi sosiologis atau X dengan variabel partisipasi pemilih atau Y. Kedua,
hipotesis alternatif (H1) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara variabel kondisi sosiologis X dengan variabel partisipasi
pemilih atau Y. Berikut adalah hipotesis yang dibuat oleh penulis untuk dalam
penelitian ini:
H0a: Tidak ada hubungan yang antara perbedaan jenis kelamin dengan
partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
30
H1a: Ada hubungan yang signifikan dari antara perbedaan jenis kelamin
dengan partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua.
H0b : Tidak ada hubungan yang signifikan antara perbedaan agama yang
dipeluk dengan partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta
2017 putaran kedua.
H1b : Ada hubungan yang signifikan antara perbedaan agama yang dipeluk
dengan partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua.
H0c : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kelompok umur dengan
partisipasi pemilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
H1c : Ada hubungan yang signifikan antara kelompok umur dengan
partisipasi pemilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua
H0d: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
H1d: Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan partisipasi
memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua
31
H0e: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan
partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
H1e: Ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan partisipasi
memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
H0f: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan
partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
H1f: Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan partisipasi
memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
H0g: Tidak ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan
partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
H1g: Ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan
partisipasi memilih warga pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
kedua.
Penjelasan lebih lanjut dari hipotesis yang sudah disebutkan di atas, yaitu:
pertama, hipotesis H0a dan H1a diperuntukan untuk pengujian antara variabel Xa
dengan variabel Y. Kedua, hipotesis H0b dan H1b diperuntukan untuk pengujian
antara variabel Xb dengan variabel Y. Ketiga, hipotesis H0c dan H1c diperuntukan
untuk pengujian antara variabel Xc dengan variabel Y. Keempat, hipotesis H0d dan
H1d diperuntukan untuk pengujian antara variabel Xd dengan variabel Y. Kelima,
32
hipotesis H0e dan H1e diperuntukan untuk pengujian antara variabel Xe dengan
variabel Y. Keenam, hipotesis H0f dan H1f diperuntukan untuk pengujian antara
variabel Xf dengan variabel Y. Ketujuh, hipotesis H0g dan H1g diperuntukan untuk
pengujian antara variabel Xg dengan variabel Y.
33
BAB III
PENGUKURAN DAN METODE PENELITIAN
Setelah mengemukakan teori, konsep, hipotesis, dan variabel dalam
penelitain ini pada Bab sebelumnya, dalam bab ini dikemukakan bagaimana
variabel-variabel itu diukur, bagiamana metode penelitian dilakukan, dan
bagaimana teknik analisa yang ditempuh. Pertama-tama dikemukakan tentang
pengukuran dari variabel-variabel yang digunakan dalam peneitian ini.
A. Pengukuran
Sugiyono dalam bukunya yang bejudul Metode Penelitian Kuantitatif,
menjelaskan bahwa variabel penelitian merupakan suatu sifat atau atribut atau
nilai dari orang atau objek atau kegiatan yang memiliki perbedaan dan sudah
penulis tetapkan guna diteliti serta diambil kesimpulannya.1 Pada penelitian ini
ada dua jenis variabel, yaitu variabel partisipasi pemilih atau Y dan variabel
sosiologis atau X. Pada penelitian ini, terdapat tujuh variabel sosiologis atau X
dan satu partisipasi pemilih atau Y seperti diringkaskan pada Tabel III.C.5.
Variabel X dalam penelitian ini adalah nilai sosilogis warga atau pemilih
pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua, didasari oleh teori model sosiologis
partisipasi politik, yang mana seseorang menentukan pilihannya dikarenakan
karakteristik sosiologi, seperti yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya.2
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta; 2012) h. 61 2 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 6
34
Sementara variabel Y di penelitian ini adalah partisipasi pemilih pilkada DKI
Jakarta 2017 Putaran Kedua, yang mana partisipasi warga dalam pemilu menjadi
salah sau indikator untuk tingkat demokrasi disuatu pemerintahan.
Tabel III.C.5 Variabel Penelitian
Variabel Partisipasi Pemilih Variabel Kondisi Sosiologis (X)
Partisipasi Pemilih (Y)
Jenis Kelamin (Xa)
Agama (Xb)
Usia (Xc)
Pendidikan (Xd)
Pendapatan (Xe)
Pekerjaan (Xf)
Status Perkawinan (Xg)
Setiap variabel pada penelitian ini diukur, dan penulis dapat menggunakan
skala rasio dalam pengukuran ini sesuai dengan data yang tersedia. Pengukuran
ini didasarkan pada Tabel III.C.6, sebagai berikut.
Tabel III.C.6 Optimalisasi Variabel
Konsep dan Faktor Variabel Skala Keterangan Nilai
Partisipasi politik
Partisipasi pemilih
dalam pilkada DKI
Jakarta 2017 putaran
kedua(Y)
Rasio
Rasio: persentase warga
yang menggunakan hak
pilihnya secara sah dari total
warga yang punya hak pilih
di kelurahan terkait.
Faktor sosiologis Jenis Kelamin (Xa) Rasio
Rasio: persentase warga
yang punya hak pilih dan
berjenis kelamin laki-laki
dari total warga yang punya
hak pilih di kelurahan
terkait.
35
Agama (Xb) Rasio
Rasio: persentase warga
yang beragama Islam dari
total warga yang punya di
kelurahan terkait.
Usia (Xc) Rasio
Rasio: persentase warga
yang berusia 40-59 tahun
dari total warga di
kelurahan terkait.
Pendidikan (Xd) Rasio
Rasio: persentase warga
yang berpendidikan
perguruan tinggi dari total
warga di kelurahan terkait.
Pendapatan (Xe) Rasio
Rasio: persentase warga
yang berpendapatan
menengah keatas dari total
warga di kelurahan terkait.
Pekerjaan (Xf) Rasio
Rasio: persentase warga
yang pekerjaannya
tergolong ke dalam kerah
putih dari total warga di
kelurahan terkait.
Status Perkawinan
(Xg) Rasio
Rasio: persentase warga
yang sudah menikah dari
total warga di kelurahan
terkait.
Variabel partisipasi pemilih atau Y adalah variabel yang dinilai dari rasio
suara sah yang sudah digunakan oleh warga DKI Jakarta, yang mana angka
partisipasi pemilih tersebut dilihat berdasarkan data dari KPU yang
36
menyelenggarakan pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Dalam buku Kuasa
Rakyat, salah satu hal yang mempengaruhi partisipasi pemilih adalah kondisi
sosiologis dari warga.3 Hal ini dilihat dengan mencari hubungan indikator kondisi
sosiologis pemilih satu persatu, agar lebih jelas kondisi sosiologis seperti apa yang
berhubungan dengan partisipasi pemilih.
Variabel kondisi sosiologis atau X pada penelitian ini berjumlah tujuh
variabel, yang mana selanjutnya diuji apakah variabel-variabel tersebut memiliki
hubungan yang signifikan dengan variabel partisipasi pemilih atau tidak. Ketujuh
variabel tersebut, didasari oleh kajian-kajian yang sebelumnya telah dilakukan
oleh penulis ilmu politik, yang mana menghasilkan beberapa kecenderungan.
Pertama, variabel jenis kelamin (Xa) dinilai dari rasio pemilih pilkada DKI
Jakarta 2017 putaran kedua yang berjenis kelamin laki-laki. Kedua, variabel
agama (Xb) dinilai dari rasio warga yang beragama Islam. Ketiga, variabel usia
(Xc) dinilai dari rasio warga yang berusia 40-59 tahun. Keempat, variabel
pendidikan (Xd) dinilai dari rasio warga yang memiliki latar belakang pendidikan
pada tingkat perguruan tinggi. Kelima, variabel pendapatan (Xe) dinilai dari rasio
warga yang memiliki rumah tangga dengan pendapatan menengah keatas.
Keenam, variabel pekerjaan (Xf) dinilai dari rasio warga yang pekerjaannya
tergolong ke dalam kerah putih. Ketujuh, variabel jenis kelamin (Xa) dinilai dari
rasio warga yang sudah pernah menikah.
Sebelum melakukan pengujian hubungan variabel sosiologis atau X dengan
variabel partisipasi pemilih atau Y pada penelitian ini, perlu dijelaskan bagaimana
3 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 165
37
nilai variabel Y dan semua variabel X setiap kelurahan harus diketahui. Berikut
adalah persamaan untuk mencari nilai variabel Y dan semua variabel X:
Persamaan III.1 Nilai Variabel Y
Keterangan :
- = Jumlah suara sah.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
Persamaan III.2 Nilai Variabel Xa
Keterangan :
- = Pemilih berjenis kelamin laki-laki.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
Persamaan III.3 Nilai Variabel Xb
Keterangan :
- = Jumlah warga muslim.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
38
Persamaan III.4 Nilai Variabel Xc
Keterangan :
- = Jumlah warga berusia 40-59 tahun.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
Persamaan III.5 Nilai Variabel Xd
Keterangan :
- = Jumlah warga berpendidikan perguruan tinggi.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
Persamaan III.6 Nilai Variabel Xe
Keterangan :
- = Jumlah warga berpendapatan menengah keatas.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
Persamaan III.7 Nilai Variabel Xf
Keterangan :
- = Jumlah warga tergolong ke dalam kerah putih.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
-
39
Persamaan III.8 Nilai Variabel Xg
Keterangan :
- = Jumlah warga yang sudah menikah.
- = Jumlah pemilik hak pilih.
- = Kelurahan terkait.
Setelah data penelitian ini terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan perangkat lunak SPSS. Pada penelitian ini digunakan analisis
statistik deskriptif (hanya satu variabel) dan analisis Bivariate (hubungan antara
dua variabel) yang disebut terakhir biasa digunakan ketika kita hendak
membandingkan variabel-variabel guna mengetahui hubungannya.4 Pada
penelitian ini variabel kondisi sosiologis satu persatu diuji hubungannya dengan
variabel partisipasi pemilih.
Di samping itu, untuk analisis bivariate yang linear dibutuhkan agar
variabel terikat menunjukan distribusi normal. Untuk itu dilakukan analisis
normalitas variabel terikat tersebut, meskipun dalam analisis ini tujuannya hanya
menunjukan korelasi, bukan hubungan kausal.
1. Statisitik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik untuk menghimpun, menyusun atau
mengatur, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data angka. Tujuannya untuk
memberikan gambaran yang teratur, ringkas, dan jelas tentang apa yang sedang
diteliti, baik itu gejala, peristiwa, atau keadaan. Husaini Usman menjelaskan,
4 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Kencana; 2016) h. 37
40
bahwa statistik deskriptif berfungsi untuk memberikan atau menggambarkan data
yang ada, dan gambaran umum yang diberikan sejelas mungkin.5
Pada statistik deskriptif disajikan data minimun, data maksimum, rata-rata
dan standar deviasi untuk masing-masing variabel. Berikut adalah persamaan
dalam mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi pada setiap variabel,
menurut Sugiyono:6
Persamaan III.9 Mean Variabel Y
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Y.
- ∑ = Jumlah nilai partisipasi pemilih.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.10 Mean Variabel Xa
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Xa.
- ∑ = Jumlah nilai pemilih berjenis kelamin laki-laki.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
5 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara; 2008) h. 129 6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. h. 257
41
Persamaan III.11 Mean Variabel Xb
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Xb.
- ∑ = Jumlah nilai warga muslim.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.12 Mean Variabel Xc
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Xc.
- ∑ = Jumlah nilai warga berusia 40-59 tahun.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.13 Mean Variabel Xd
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Xd.
- ∑ = Jumlah nilai warga dengan pendidikan kuliah.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.14 Mean Variabel Xe
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Xe.
- ∑ = Jumlah nilai warga berpendapatan menengah keatas.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
42
Persamaan III.15 Mean Variabel Xf
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Xf.
- ∑ = Jumlah nilai warga kerah putih.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.16 Mean Variabel Xg
∑
Keterangan :
- = Nilai rata-rata variabel Xg.
- ∑ = Jumlah nilai warga yang sudah menikah.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.17 Standar Deviasi Variabel Y
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah partisipasi pemilih.
- = Rata-rata variabel Y.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
43
Persamaan III.18 Standar Deviasi Variabel Xa
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah pemilih laki-laki.
- = Rata-rata variabel Xa.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.19 Standar Deviasi Variabel Xb
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah warga muslim.
- = Rata-rata variabel Xb.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.20 Standar Deviasi Variabel Xc
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah warga berusia 40-59 tahun.
- = Rata-rata variabel Xc.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
44
Persamaan III.21 Standar Deviasi Variabel Xd
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah warga berpendidikan tinggi.
- = Rata-rata variabel Xd.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.22 Standar Deviasi Variabel Xe
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah warga berpendapatan menengah keatas.
- = Rata-rata variabel Xe.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
Persamaan III.23 Standar Deviasi Variabel Xf
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah warga dengan pekerjaan kerah putih.
- = Rata-rata variabel Xf.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
45
Persamaan III.24 Standar Deviasi Variabel Xg
√∑( )
( )
Keterangan :
- = Standar deviasi.
- = Jumlah warga yang sudah menikah.
- = Rata-rata variabel Xg.
- = Jumlah populasi atau kelurahan.
2. Uji Normalitas Variabel Partisipasi Pemilih
Dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
penelitian ini, variabel partisipasi pemilih memiliki data dengan distribusi normal
atau tidak. Karena data yang berdistribusi normal merupakan syarat pokok dalam
analisis parametrik yang harus dipenuhi.7 Terdapat dua cara untuk mengetahui
distribusi data adalah normal atau tidak, antara lain dengan melihat bentuk grafik
atau uji statistik. Cara yang digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi
normal atau tidak pada penelitian kali ini, yaitu dengan analisis grafik yang
nantinya data diolah menggunakan aplikasi SPSS. Syarat data dapat dikatakan
berdistribusi normal apabila bentuk histogram yang dihasilkan pada gambar
adalah bentuk seperti gunung atau lonceng.
3. Korelasi Pearson (Pearson Correlation)
Teknik korelasi Pearson digunakan apabila penulis ingin mengetahui
keberadaan hubungan di antara dua variabel. Dalam teknik korelasi ada hubungan
7 Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS (Ponorogo:
Wade Group; 2016) h. 83
46
yang disebut hubungan yang positif (+), disaat nilai variabel kondisi sosiologis
naik maka nilai variabel partisipasi pemilih beriringan naik juga dan disaat
variabel kondisi sosiologis turun maka nilai variabel partisipasi pemilih beriringan
turun. Selain itu juga ada hubungan yang disebut hubungan negatif (-), disaat nilai
variabel kondisi sosiologis naik maka nilai variabel partisipasi pemilih turun, dan
disaat nilai variabel kondisi sosiologis turun maka nilai variabel partisipasi
pemilih naik.
Cara untuk menentukan hasil pada uji korelasi pearson, yaitu: apabila nilai
Sig. < 0,05 maka adanya korelasi antar variabel yang signifikan, H0 ditolak dan H1
diterima. Apabila sebaliknya maka tidak ada korelasi antar variabel yang
signifikan, H0 diterima dan H1 ditolak. Sementara besar atau kecilnya nilai
koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai besarnya hubungan antara variabel
terkait, dan tanda pada nilai menjadi tanda arah hubungan kedua variabel terkait.
Berikut adalah rumus analisis korelasi pearson8:
Persamaan III.25 Korelasi Pearson
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi Pearson variabel Xi dengan variabel Y
- = –
- = –
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. h. 257
47
B. Ruang Lingkup dan Unit Analisis
Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah DKI Jakarta, dengan tujuan
alasan untuk mendapatkan gambaran yang representatif. Di samping itu, data-data
terkait tersedia baik di KPU maupun BPS. Dalam penelitian ini kelurahan
dijadikan sebagai unit analisa penelitian ini, yang mana kondisi sosiologis
kelurahan adalah bentuk akumulatif dari kondisi sosiologis warga yang tinggal di
kelurahan terkait. Variasi kondisi sosiologis setiap kelurahan menjadi penting
dalam penelitian ini, apakah variasi itu berhubungan dengan variasi partisiasi
dalam pilkada tersebut.
1. Populasi dan Sampel
Dengan memilih kelurahan sebagai unit analisa, maka dari itu penulis
melakukan analisis terhadap seluruh populasi kelurahan di DKI Jakarta, yang
berjumlah 267 kelurahan.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis. Pertama,
data primer yang menjadi data utama karena menjadi bahan untuk dianalisa dan
diuji. Kedua, data sekunder yang menjadi bahan pendukung dalam penelitian ini.
a. Data Primer
Proses mendapatkan data primer yaitu dengan menyalin data yang
disediakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dan KPU (Komisi Pemilihan
Umum). Data terkait diakses dengan datang langsung ke instansi terkait dan lewat
online. Untuk mengumpulkan data secara online, penulis mengakses ke dalam
situs KPU. Sementara untuk BPS, penulis mendatangi instansi yang terkait.
48
b. Data Sekunder
Buku, laporan, jurnal, dokumentasi dan lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini menjadi sumber untuk data sekunder. Dengan tujuan untuk
mendukung dan memperkuat data primer yang ada.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KORELASI KONDISI SOSIOLOGIS DENGAN PARTISIPASI PEMILIH
Setelah mengemukakan metodologi dan rencana teknik analisis pada bab
sebelumnya, pada bab ini penulis menyajikan hasil analisis penelitian tentang
hubungan partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua dengan
kondisi sosiologis pemilih. Setelah dilakukan pengumpulan data dari BPS dan
KPU, maka diperoleh berbagai data mengenai kondisi sosiologis pemilih. Penulis
melakukan perhitungan statistik diawali dengan statistik deskriptif tentang
partisipasi pemilih dalam pilkada Gubernur DKI Jakarta putaran kedua 2017, dan
tentang variabel-variabel sosiologis yang dipercaya memiliki hubungan dengan
partisipasi tersebut: jenis kelamin, agama yang dianut, kelompok umur,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status perkawinan.
Setelah menyajikan statistik deskriptif, kemudian dilakukan uji normalitas
pada variabel partisipasi pemilih. Pengujian ini, dilakukan untuk mengetahui
distribusi data pada variabel partisipasi pemilih normal atau tidak. Setelah data
variabel partisipasi pemilih dikatakan normal, selanjutnya dilakukan pengujian
korelasi Pearson antara partisipasi dengan masing-masing variabel sosiologis
tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan hubungan antara
partisipasi dengan variabel-variabel sosiologis tersebut, dan apakah hubungannya
positif atau negatif. Penulis menggunakan program SPSS atau Statistical Package
for the Social Sciences, guna membantu melakukan perhitungan statistik.
50
A. Statistik Deskriptif
Setelah data yang dibutuhkan sudah didapatkan, dikumpulkan, dan disusun
dengan baik, maka selanjutnya dilakukan analisa statistik deskriptif. Dengan
menggunakan formula-formula statistik yang disajikan pada Bab III, yakni
formula mean (rata-rata) dan formula standar deviasi (simpangan baku), diperoleh
statistik deskriptif seperti disajikan pada Tabel IV.A.7 dari seluruh kelurahan
kelurahan DKI Jakarta, yang berjumlah 267 kelurahan. Seperti dijelaskan pada
bab sebelumnya, pada penelitian ini kelurahan adalah unit analisisnya.
Tabel IV.A.7 Statistik Deskriptif1
N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi
Jenis Kelamin 267 45% 59% 50,46% 1,227%
Agama 267 20% 100% 81,45% 14,993%
Usia 267 19% 37% 27,67% 3,041%
Pendidikan 267 2% 56% 17,28% 8,552%
Pendapatan 267 35% 100% 81,27% 10,465%
Pekerjaan 267 5% 39% 29,67% 5,149%
Status Perkawinan 267 50% 58% 52,37% 1,170%
Persentase Partisipasi 267 58% 89% 76,39% 4,387%
Melihat dari seluruh kelurahan DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua, tingkat partisipasi memilih (Y) secara sah rata-rata sebesar
76,39%. Kelurahan dengan tingkat partisipasi terendah adalah kelurahan Melawai,
1 Tabel yang ditampilkan merupakan hasil dari pengolahan data menggunakan SPSS
51
sebesar 58%, dan tertinggi adalah kelurahan Gedong, sebesar 89%. Ini
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi menurut kelurahan cukup bervariasi.
Variabel jenis kelamin (Xa) adalah persentase rata-rata pemilih laki-laki dari
total warga di seluruh kelurahan. Dilihat dari sisi jenis kelamin, di seluruh
kelurahan DKI Jakarta tersebut yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 50,46%.
Artinya, laki-laki lebih banyak dari perempuan. Kelurahan dengan persentase
terendah laki-laki terhadap total penduduk di kelurahan terkait adalah kelurahan
Pulo, sebesar 45% dan presentase tertinggi adalah kelurahan Wijaya Kusuma,
sebesar 59%.
Variabel agama (Xb) adalah persentase rata-rata warga yang beragama Islam
dibanding total populasi di masing-masing kelurahan. Warga yang beragama
Islam di seluruh DKI Jakarta sebesar 81,45%. Artinya warga yang beragama
Islam jauh lebih banyak dari warga yang tidak beragama Islam, dengan variasi
menurut kelurahan sebagai berikut: Kelurahan dengan warga beragama Islam
paling rendah terhadap total penduduk di kelurahan terkait adalah kelurahan
Glodok dengan nilai 20%, dan yang paling tinggi adalah kelurahan Pulau Jawa
dan Pulau Kelapa di Kepulauan Seribu. Masing-masing warganya 100%
beragama Islam.
Variabel usia (Xc) adalah persentase rata-rata warga yang berusia 40-59
tahun dibanding total populasi di seluruh kelurahan. Warga yang berusia 40-59
tahun di seluruh DKI Jakarta sebesar 27,67%. Artinya lebih banyak jumlah warga
DKI Jakarta yang usinya belum dan sudah melewati usia 40-59 tahun, dengan
variasi menurut kelurahan sebagai berikut: Kelurahan dengan warga berusia 40-59
52
tahun paling rendah terhadap total penduduk di kelurahan terkait adalah kelurahan
Pulau Pari dengan nilai 19%, dan yang paling tinggi adalah kelurahan Sukapura
dengan nilai 37%.
Variabel pendidikan (Xd) adalah persentase rata-rata warga yang
berpendidikan perguruan tinggi dibanding total populasi di semua kelurahan.
Warga yang berpendidikan perguruan tinggi di seluruh DKI Jakarta rata-rata
sebesar 17,28%. Artinya warga yang berpindidikan dibawah perguruan tinggi jauh
lebih banyak dari warga yang berpendidikan perguruan tinggi, dengan variasi
menurut kelurahan sebagai berikut: kelurahan dengan warga yang berpendidikan
perguruan tinggi paling rendah terhadap total penduduk di kelurahan terkait
adalah kelurahan Kalibaru dengan nilai 2%, dan yang paling tinggi adalah
kelurahan Melawai dengan nilai 56%.
Variabel pendapatan (Xe) adalah persentase warga yang berpendapatan di
atas garis kemiskinan, yakni Rp 1,500,000 per kapita dibandingkan jumlah
populasi di masing-masing kelurahan. Warga yang berpendapatan tersebut di DKI
Jakarta sebesar 81,27%. Artinya warga yang berpendapatan di atas garis
kemiskinan lebih banyak dari warga yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Variasinya adalah kelurahan dengan warga yang rata-rata terendah adalah
kelurahan Marunda dengan nilai 35%, dan kelurahan dengan warga yang
berpendapatan rata-rata di atas garis kemiskinan paling tinggi adalah kelurahan
Melawai dengan nilai 100%.
Variabel pekerjaan (Xf) adalah persentase rata-rata warga yang
pekerjaannya tergolong ke dalam kerah putih dibandingkan jumlah populasi di
53
seluruh kelurahan. Warga yang pekerjaannya tergolong ke dalam kerah putih di
DKI Jakarta rata-rata sebesar 29,67% di seluruh kelurahan, dengan variasi
menurut kelurahan sebagai berikut: kelurahan dengan warga yang pekerjaannya
rata-rata tergolong ke dalam kerah putih paling rendah terhadap total penduduk di
kelurahan terkait adalah kelurahan Pulau Pari dengan nilai 5%, dan kelurahan
yang paling tinggi adalah kelurahan Rawa Barat dengan nilai 39%.
Variabel status perkawinan (Xg) adalah persentase rata-rata warga yang
sudah pernah menikah dibandingkan total jumlah populasi di masing-masing
kelurahan. Warga yang sudah pernah menikah di DKI Jakarta rata-rata sebesar
52,37% di seluruh kelurahan, dengan variasi menurut kelurahan sebagai berikut:
kelurahan dengan warga yang sudah pernah menikah paling rendah terhadap total
penduduk di kelurahan terkait adalah kelurahan Kebon Kosong, Cikini, Kenari,
Kramat, Senen, Kebon Melati, Petamburan, Cipayung, Kalibaru, Marunda, dan
Rorotan dengan sama-sama memiliki nilai 50%, dan kelurahan yang paling tinggi
adalah kelurahan Selong dengan nilai 58%.
B. Uji Normalitas Variabel Partisipasi Pemilih
Setelah analisa statistik deskriptif, dilakukan pengujian normalitas dari
variabel partisipasi pemilih, guna mengetahui apakah data dari variabel partisipasi
pemilih berdistribusi normal atau tidak. Data variabel partisipasi pemilih yang
normal menjadi keharusan, karena untuk analisa selanjutnya menggunakan
statisik yang mensyaratkan normalitas data pada variabel partisipasi pemilih, yaitu
korelasi Pearson.
54
Satu cara untuk mengukur apakah data partisipasi dalam pilkada itu
berdistribusi normal atau tidak bisa dengan melihat bentuk kurvanya. Bila
kurvanya menyerupai lonceng terbalik atau menyerupai gunung maka data
variabel partisipasi tersebut bersifat normal, dan bila tidak maka distribusinya
tidak normal. Jika melihat pada gambar IV.5 di bawah, distribusi data variabel
partisipasi pemilih bersifat normal, karena grafik membentuk seperti gunung atau
juga lonceng terbalik. Dengan begitu data yang sudah terkumpul layak untuk diuji
pada pengujian-pengujian linier selanjutnya dalam penelitian ini, yakni korelasi
Pearson.
Gambar IV.4 Kurva Normal Variabel Partisipasi Pemilih2
2 Gambar yang ditampilkan merupakan hasil dari pengolahan data menggunakan SPSS
55
C. Korelasi Pearson
Teknik statistik yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif untuk
menguji hubungan beserta arahnya dari dua variabel adalah korelasi Pearson.
Signifikan atau tidak signifikan secara statistik hubungan tersebut dapat dilihat
dari nilai probabilitas-nya (P-value): Bila nilai probabilitasnya sama atau lebih
kecil dari 0,05 maka hubungan tersebut secara statistik signifikan. Artinya
kemungkinan salahnya dari hubungan itu lima kali dari 100 kasus. Dan bila nilai
probabilitasnya lebih kecil lagi, maka kemungkinan salahnya lebih kecil lagi.
Misalnya kalau nilai probabilitasnya 0,01 maka kemungkinan salahnya hanya 1
dari 100 kasus.
Sementara itu apakah hubungan antara dua variabel itu positif atau negatif
dapat dilihat dari hasilnya yang menunjukan nilai koefisiennya positif atau
negatif. Kalau positif maka hubungan antara keduanya saling memperkuat, dan
bila negatif maka vaiabel yang satu kuat membuat variabel yang berhubungan
dengannya menjadi lemah, dan sebaliknya bila variabel yang satu lemah maka
variabel yang berhubungan dengannya menjadi kuat.
Nilai probabilitas yang disajikan di bawah dan arah hubungannya didapat
lewat SPSS. (Tabel IV.B.8) Di sana menunjukan ada hubungan yang signifikan
secara statistik dan ada yang tidak. Ada yang hubungannya positif dan ada yang
tidak.
56
Tabel IV.B.8 Korelasi Pearson Variabel-Variabel Sosiologis dan Partisipasi
Memilih pada Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua 20173
Koefisien Korelasi
Jenis kelamin (Persentase laki-laki) 0,008
Agama (Persentase yang beragama Islam) 0,065
Usia (Persentase kelompok umur 40-59 tahun) -0,200***
Pendidikan (Persentase yang berpendidikan di
perguruan tinggi) -0,260***
Pendapatan (Persentase yang berpendaatan di atas
garis kemiskinan) -0,158**
Pekerjaan (Persentase pekerja kerah putih) -0,238***
Status perkawinan (persentase yang sudah atau
pernah menikah) -0,193***
N = 267
***, **, * menunjukan korelasi secara statistik signifikan pada nilai probabilitas
(P-value) masing-masing 0,001 atau lebih kecil, 0,01 atau lebih kecil, dan 0,05
atau lebih kecil.
1. Variabel Jenis Kelamin (Xa)
Persamaan IV.26 Korelasi Pearson Variabel Jenis Kelamin
dan Variabel Partisipasi Memilih
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi variabel jenis kelamin.
- = Nilai variabel jenis kelaim.
- = Nilai variabel partisipasi memilih.
3 Tabel yang ditampilkan merupakan hasil dari pengolahan data menggunakan SPSS
57
Hasil dari olah data menggunakan SPSS menunjukan bahwa variabel jenis
kelamin (Xa), memiliki nilai Sig. 0,892 > 0,05 dan nilai koefisien korelasi 0,8%.
Dapat dikatakan bahwa pemilih berjenis kelamin laki-laki pada pilkada DKI
Jakarta 2017 putaran kedua memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan
partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Verba, Burns, dan
Schlozman menyatakan bahwa laki-laki lebih berpartisipasi, tetapi penafsirannya
bukan karena jenis kelamin laki-laki yang membuat lebih berpartisipasi tapi faktor
lain.4 Fakta di atas menunjukan pandangan bahwa laki-laki cenderung lebih aktif
dalam kegiatan politik dibanding perempuan terbantahkan dalam kasus partisipasi
dalam pilkada DKI Jakarta putaran kedua 2017.
2. Variabel Agama (Xb)
Persamaan IV.27 Korelasi Pearson Variabel Agama
dan Variabel Partisipasi Memilih
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi variabel agama
- = Nilai variabel agama
- = Nilai variabel partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta putaran kedua
4 Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 272
58
Variabel agama (Xb), memiliki nilai Sig. 0,291 > 0,05 dan nilai koefisien
korelasi 6,5%. perbedaan agama tidak punya hubungan dengan partisipasi
memilih. Warga yang beragama Islam atau agama lainnya tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua. Fakta tersebut berbeda dengan yang diklaim oleh Huntington,
bahwa partispasi politik asing bagi orang Islam.5 Sementara dalam penelitian ini
warga muslim atau non muslim tidak memiliki hubungan dengan partisipasi
pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
3.Variabel Usia (Xc)
Persamaan IV.28 Korelasi Pearson Variabel Usia
dan Variabel Partisipasi Memilih
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi variabel usia
- = Nilai variabel usia
- = Nilai variabel partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta putaran kedua
Variabel usia (Xc), data yang sudah diolah menghasilkan nilai Sig. 0,001 <
0,05 dan nilai koefisien korelasi 20% dengan tanda negatif. Dapat dikatakan
5 Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 167
59
bahwa warga yang berusia 40-59 tahun memiliki hubungan yang signifikan
dengan partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Fakta dalam
pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua tidak seperti yang diklaim oleh Lebster
W. Milbrath, bahwa tingkat partisipasi warga berada pada puncaknya ketika
berusia 40 sampai 50 tahunan.6 Karena adanya hubungan negatif antara warga
yang berusia 40-59 tahun dan partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017
putaran kedua. Dengan kata lain naiknya angka warga yang berusia 40-59 tahun
menurunkan nilai partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
4. Variabel Pendidikan (Xd)
Persamaan IV.29 Korelasi Pearson Variabel Pendidikan
dan Variabel Partisipasi Memilih
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi variabel pendidikan
- = Nilai variabel pendidikan
- = Nilai variabel partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta putaran kedua
Variabel pendidikan (Xd), memiliki nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan nilai
koefisien korelasi 26% dengan tanda negatif. Artinya pendidikan memiliki
hubungan yang signifikan dengan partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta 2017
6 Saiful Mujani, Muslim Demokrat. h. 272
60
putaran kedua. Tapi hubungan tersebut negatif. Artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin cenderung tidak ikut serta dalam memilih di pilkada
DKI putaran kedua 2017. Klaim dari Inglehart, Scarbrough dan Topf tentang
hubungan negatif antara pendidikan dan partipasi pemilih sesuai dengan fakta
yang terjadi pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua, bahwa seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak
berpartisipasi dalam kegiatan politik.7
5. Variabel Pendapatan (Xe)
Persamaan IV.30 Korelasi Pearson Variabel Pendapatan
dan Variabel Partisipasi Memilih
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi variabel pendapatan
- = Nilai variabel pendapatan
- = Nilai variabel partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta putaran kedua
Korelasi variabel pendapatan (Xe) dan partisipasi memilih, memiliki nilai
signifikansi statistik sebesar 0,010. Ini lebih kecil dari 0,05, yang berarti
hubungan keduanya signifikan secara statistik. Koefisien korelasinya sebesar
15,8% dengan tanda negatif. Artinya pendapatan memiliki hubungan yang
7 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 235
61
signifikan dengan partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
Karena hubungannya negatif maka semakin tinggi pendapatan maka semakin
tidak ikut memilih. Orang yang berpendapatan di atas garis kemiskinan lebih
sedikit dari yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan yang datang ke TPS
untuk memilih. Dengan kata lain, orang kaya lebih sedikit yang datang ke TPS
untuk memilih secara sah dari pada orang miskin.
Fakta dalam pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua tentang pendapatan
warga tidak sesuai dengan apa yang dinyatakan Conway M. Margaret, bahwa
warga yang berendapatan lebih tinggi cenderung lebih berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan politik.8 Dalam kasus pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua,
meningkatnya angka warga yang berpendapatan di atas garis kemiskinan
menurunkan angka partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
6. Variabel Pekerjaan (Xf)
Persamaan IV.31 Korelasi Pearson Variabel Pekerjaan
dan Variabel Partisipasi Memilih
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi variabel pekerjaan
- = Nilai variabel pekerjaan
- = Nilai variabel partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta putaran kedua
8 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 235
62
Hubungan antara variabel pekerjaaan (Xf) dan partisipasi dalam pilkada
DKI putaran kedua 2017 secara statistik signifikan (lebih kecil nilai
probabilitasnya dari 0,001) Koefisien korelasinya sebesar 23,8% dengan tanda
negatif. Artinya warga yang pekerjaannya tergolong ke dalam kerah putih lebih
sedikit yang ikut dalam pilkada tersebut dibanding warga yang pekerjaannya
masuk dalam kelompok kerah biru. Fakta tersebut tidak sesuai dengan apa yang
dinyatakan Verba, Nie, Rosenstone dan Hansen, bahwa warga yang pekerjaannya
tergolong kerah putih memiliki kecenderungan aktif dalam kegiatan politik.9
7. Variabel Status Perkawinan (Xg)
Persamaan IV.32 Korelasi Pearson Variabel Status Perkawinan
dan Variabel Partisipasi Memilih
∑
√(∑ )
Keterangan :
- = Koefisien korelasi variabel status perkawinan
- = Nilai variabel status perkawinan
- = Nilai variabel partisipasi memilih pilkada DKI Jakarta putaran kedua
9 Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 246
63
Hubungan antara status perkawinan (Xg) dengan partisipasi dalam pilkada
DKI tersebut secata statistik signifikan. Nilai probabilitasnya 0,001, yakni jauh
lebih kecil dari 0,05, sebuah nilai paling besar yang disepakati untuk menilai
hubungan dua variabel itu signifikan secara statistik. Koefisien korelasinya
sebesar 19,3% dengan tanda negatif. Artinya warga yang sudah pernah menikah
memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan partisipasi pemilih pilkada DKI
Jakarta 2017 putaran kedua. Orang yang sudah pernah menikah lebih sedikit dari
pada yang belum menikah kecenderungannya untuk ikut memilih. Klaim dari
Seymour Martin Lipset tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di pilkada DKI
Jakarta 2017 putaran kedua, bahwa status perkawinan warga berhubungan dengan
partisipasi pemilih dan warga yang sudah menikah cenderung lebih aktif
berpartisipasi.10
D. Diskusi
Setelah melakukan pengujian pada seluruh variabel, penulis menemukan
adanya variasi hasil dari uji korelasi Pearson. Dari tujuh variabel sosiologis,
terdapat dua variabel kondisi sosiologis yang memiliki hubungan tidak signifikan
dengan variabel partisipasi memilih (Y), yaitu variabel jenis kelamin (Xa) dan
variabel agama (Xb).
Hasil analisa hubungan variabel jenis kelamin terhadap partisipasi pemilih
adalah H0a diterima dan H1a ditolak. Dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dan memilih dalam pilkada tersebut. Laki-
laki maupun perempuan tingkat partisipasinya sama. Pola tersebut sesuai dengan
10
Yalvema Miaz, Partisipasi Politik. h. 51
64
temuan pada pemilu nasional yang menunjukan tidak ada hubungan yang
signifikan antara gender dengan partisipasi memilih.11
Variabel agama, hasil analisa menunjukan bahwa H0b diterima dan H1b
ditolak, dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
perbedaan agama dan partisipasi memilih dalam pilkada tersebut. Pola tersebut
tidak sesuai dengan temuan pada pemilu nasional di mana ada hubungan positif
antara pemilih beragama Islam dengan partisipasi dalam pemilu.12
Sementara
dalam penelitian ini warga yang beragama Islam atau yang beragama lain sama
tingkat partisipasinya.
Perbedaan pola hubungan antara agama dan partisipasi dalam pilkada DKI
dan pemilu nasional tersebut kemungkinan karena mobilisasi pemilih atas dasar
SARA dalam pilkada DKI 2017 itu lebih tinggi dibanding daam pemilu nasional
1999-2009 yang dianalisis dalam buku Kuasa Rakyat. Non-muslim yang biasanya
kurang tertarik datang ke TPS pada pilkada 2017 itu pemilih non-muslim lebih
terdorong untuk datang ke TPS karena ada calon yang beragama non-Islam, dan
sentimen perbedaan agama sangat kencang digunakan dalam kampanye itu. Itulah
sebabnya mengapa partisipasi muslim dan non-muslim sama.
Hubungan variabel-variabel sosiologis lain yang diteliti di sini dengan
partisipasi di pilkada DKI, yaitu variabel usia, variabel pendidikan, variabel
pendapatan, variabel pekerjaan, dan variabel status perkawinan, semuanya
signifikan dan arah hubungannya negatif. Seperti telah ditunjukan di atas, semua
variabel kelas sosial, yakni pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan berhubungan
11
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 262 12
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat. h. 167
65
signifikan dengan partisipasi, tapi hubungannya negatif. Artinya, secara umum,
kelas menengah atas cenderung tidak berpartisipasi dalam pilkada DKI itu
dibanding kelas menengah bawah.
Hubungan negatif tersebut mengkonfirmasi temuan studi atas pemilu
nasional sejak 1999-2014.13
Mengapa itu terjadi? Menurut Saiful Mujani pemilih
dari kelas menengah atas cenderung kritis dalam menilai kinerja demokrasi, dan
cenderung menilai aktivitas politik formal seperti ikut dalam pemilu tidak
meyakinakan dapat memperbaiki keadaan. Kesimpulan ini sejalan dengan
kecenderungan di negara-negara lain yang disebut sebagai gejala warga negara
kritis (critical citizens).14
13
Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi, Kaum Demokrat Kristis (Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia; 2019) 14
Pippa Norris, Critical Citizens (Oxford: Oxford University Press; 1999)
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Seperti telah dikemukakan di Bab I, pokok persoalan dalam studi ini adalah
ada hubungan antara karakteristik sosiologis dengan partisipasi memilih gubernur
DKI Jakarta putaran kedua. Tujuan utama penelitian ini adalah menjawab
pertanyaan tersebut.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah jawaban dari pertanyaan masalah
yang sudah disebutkan di bagian pendahuluan. Penulis juga menuliskan saran
untuk pembaca dan para civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi Ilmu Politik. Harapannya saran tersebut diterima dan
dilakukan apabila memang baik untuk banyak pihak.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif dengan menghimpun data dari BPS
dan KPU sebagai teknik pengumpulan data populasi kelurahan yang berjumlah
267 kelurahan tentang hubungan kondisi sosiologis warga terhadap partisipasi
politik pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua, maka bisa diambil beberapa
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Jenis kelamin pemilih tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
partisipasi pemilih pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Fakta tersebut
sesuai dengan apa yang ditemukan oleh Saiful Mujani R.William Liddle dan
67
Kuskrido Ambardi, dalam pemilu nasional, bahwa pemilih laki-laki atau
perempuan tidak ada hubungannya dengan partisipasi pemilih.
2. Agama tidak ada hubungannya dengan partisipasi pemilih pilkada DKI
Jakarta 2017 putaran kedua. Fakta tersebut tidak sesuai dengan klaim
Huntington yang menyatakan bahwa pemeluk agama Islam dibanding
dengan pemeluk agama lain terutama Kristen asing dengan partisipasi
politik. Selain itu temuan penelitian ini juga tidak sesuai dengan apa yang
ditemukan oleh Saiful Mujani, R.William Liddle, dan Kuskrido Ambardi,
pada Pemilu nasional bahwa di Indonesia warga muslimnya lebih aktif
berpartisipasi dalam pemilihan umum dibandingkan dengan warga non-
muslimnya.
3. Usia 40-59 tahun tidak menjadi usia ideal seseorang untuk aktif
berpartisipasi dalam pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Temuan ini
tidak sesuai dengan klaim Milbrath dan apa yang ditemukan oleh Saiful
Mujani, R.William Liddle, dan Kuskrido Ambardi, pada Pemilu nasional,
bahwa warga yang berada pada rentang 40-59 tahun menjadi puncak
seseorang untuk aktif berpartisipasi politik.
4. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka semakin membuat warga
abstain dalam pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Fakta tersebut
sesuai dengan yang dinyatakan oleh Inglehart, Scarbrough dan Topf. Selain
itu juga sesuai dengan apa yang ditemukan oleh Saiful Mujani, R.William
Liddle, dan Kuskrido Ambardi, dalam pemilu nasional. Hubungan negatif
68
ini menurut Saiful Mujani, R.William Liddle, dan Kuskrido Ambardi,
bahwa dalam prakteknya bukan partisipasi yang terjadi tapi mobilisasi
massa pemilih. Mobilisasi ini bisa dilakukan untuk pemilih yang kurang
terpelajar. Sedangkan yang lebih terpelajar lebih sulit dimobilisai.
5. Semakin banyak warga yang berpendapatan tinggi, partisipasi memilih pada
pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua semakin berkurang. Fakta tersebut
tidak sesuai dengan klaim dari M. Margaret Conway, yang menyatakan
bahwa seseorang menjadi lebih aktif berpartisipasi politik disaat
pendapatannya cukup. Sementara itu fakta pada penelitian ini sesuai dengan
apa yang ditemukan oleh Saiful Mujani, R.William Liddle, dan Kuskrido
Ambardi, dalam pemilu nasional, bahwa lebih banyak pemilih yang
berpendapatan rendah yang berpartisipasi dalam pemilu. Pola hubungan ini
seperti dalam hubungan antara pendidikan dan partisipasi di atas.
6. Warga dengan pekerjaan yang tergolong ke dalam kerah putih tidak
membuat partisipasi pemilih pada pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua
meningkat, bahkan sebaliknya. Fakta tersebut tidak sesuai dengan apa yang
diklaim oleh Verba, Nie, Rosenstone dan Hansen, yang menyatakan bahwa
seseorang dengan pekerjaan kerah putih cenderung lebih aktif berpartisipasi
politik. Selain itu temuan dalam penelitian ini berbeda dengan apa yang
ditemukan oleh Saiful Mujani, R.William Liddle, dan Kuskrido Ambardi,
bahwa jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan partisipasi memilih dalam
pemilihan umum nasional.
69
7. Warga yang sudah menikah cenderung tidak berpartisipasi pada pilkada
DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Fakta tersebut tidak sesuai dengan klaim
Lipset dan apa yang ditemukan Yalvema Miaz dalam pemilu nasional di
Bukittinggi, bahwa warga yang sudah menikah cenderung berpartisipasi
lebih aktif dibandingkan dengan warga yang belum menikah.
B. Saran
1. Saran Akademis
Melihat hasil penelitian ini, penulis menyarankan untuk dilakukannya
penelitian partisipasi politik berikutnya baik itu kualitatif atau kuantitatif, bisa
lebih variatif lagi, misalnya menggunakan pendekatan psikologis ataupun
pendekatan pilihaan rasional. Dengan begitu informasi yang didapatkan lebih
banyak dan bisa menjelaskan suatu fenomena lebih dari penelitian sebelumnya.
2. Saran Praktis
Perlu memperbanyak diskursus partisipasi politik dengan metode kuantitatif
dikarenakan adanya tuntutan saintifikasi dunia internasional terhadap dunia ilmu
politik. Tidak hanya itu, penulis juga menyarankan untuk penelitian lanjutan pada
kasus ini dengan melakukan pengujian regresi linier berganda.
70
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Rozali. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung Jakarta: Rajawali Pers. 2005
Bartels, L. M. “The Study of Electoral Behavior” dalam Jan. E. Leighley, ed., The
Oxford Handbook of American Elections and Political Behavior. Oxford:
Oxford University. 2010.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2013.
Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana. 2016.
Miaz, Yalvema. Partisipasi Politik: Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa Orde
Baru dan Reformasi. Padang: UNP Press. 2012.
Mujani, Saiful, R.William Liddle dan Kuskrido Ambardi. Kaum Demokrat Kritis:
Analisis Perilaku Pemilih Indonesia sejak Demokratisasi. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia. 2019.
_____. Kuasa Rakyat: Analisis Tentang Perilaku Memilih dalam Penelitian
Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: Mizan. 2012.
Mujani, Saiful. Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi
Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2007.
Norris, Pippa. Critical Citizens: Global Support for Democratic Governance.
Oxford: Oxford University Press. 1999.
Orum, Anthony M. Introduction to Political Sociology, 4th Edition. New Jersey:
Prentice-Hall. 2001.
Purnomo, Rochmat Aldy. Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS.
Ponorogo: Wade Group, 2016.
71
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2012.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. 2010.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Disertasi
Bal, Basanta Kumar. “Political Participation of Selected Tribal Leaders In Orissa:
A Case Study of Mayurbhanj District.” Disertasi S3 Fakultas Administrasi
Publik, Universitas Utkal, 1997.
Dokumen
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta. Laporan Hasil Survei Hidup Cukup
Provinsi DKI Jakarta, 2014.
_____. Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka 2019. Jakarta: BPS DKI Jakarta,
2019.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Barat. Cengkareng Dalam Angka 2018.
Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
_____. Grogol Petamburan Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
_____. Kalideres Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
_____. Kebon Jeruk Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
_____. Kembangan Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
_____. Palmerah Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
_____. Tamansari Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
_____. Tambora Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Barat, 2018.
72
Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Pusat. Cempaka Putih Dalam Angka 2018.
Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
_____. Gambir Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
_____. Johar Baru Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
_____. Kemayoran Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
_____. Menteng Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
_____. Sawah Besar Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
_____. Senen Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
_____. Tanah Abang Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Pusat, 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Selatan. Cilandak Dalam Angka 2017.
Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Jagakarsa Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Kebayoran Baru Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Kebayoran Lama Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Mampang Prapatan Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan,
2017.
_____. Pancoran Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Pasar Minggu Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Pesanggrahan Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Setiabudi Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
_____. Tebet Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Selatan, 2017.
73
Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Timur. Cakung Dalam Angka 2018. Jakarta:
BPS Jakarta Timur, 2018.
_____. Cipayung Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2018.
_____. Ciracas Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2018.
_____. Duren Sawit Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2017.
_____. Jatinegara Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2018.
_____. Kramatjati Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2017.
_____. Makasar Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2018.
_____. Matraman Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2018.
_____. Pasar Rebo Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2017.
_____. Pulo Gadung Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Timur, 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Utara. Cilincing Dalam Angka 2018 Jakarta:
BPS Jakarta Utara, 2018.
_____. Kelapa Gading Dalam Angka 2017. Jakarta: BPS Jakarta Utara, 2017.
_____. Koja Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Utara, 2018.
_____. Pademangan Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Utara, 2018.
_____. Penjaringan Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Utara, 2018.
_____. Tanjung Priok Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Jakarta Utara, 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu
Selatan Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Kab. Kepulauan Seribu, 2018.
_____. Kepulauan Seribu Utara Dalam Angka 2018. Jakarta: BPS Kab.
Kepulauan Seribu, 2018.
74
Internet
Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Daftar Hasil Rekapitulasi Pilkada 2018”. Data
diakses pada 9 November 2018 Pukul 20.15 WIB.
https://infopemilu.kpu.go.id/pilkada2018/hasil2/rekap/list/nasional.
Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Hasil Perhitungan Suara Pilkada 2017”. Data
diakses pada 9 November 2018 Pukul 20.15 WIB.
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil.
Komisi Pemilihan Umum. “Pilkada Provinsi DKI Jakarta (Putaran Kedua)”. Data
diakses pada 9 November 2018 Pukul 20.15 WIB.
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/2/t1/dki_jakarta.
Jurnal
Abdullah, Nurrudin. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Sosialisasi Politik
Melalui Media Massa Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Dalam
Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Desa Sangatta Utara Kecamatan Sangatta
Utara Kabupaten Kutai Timur”. e-Journal Ilmu Pemerintahan Vol. 4, No. 4.
(2016): h. 1627-1638.
Hendrik, Doni. “Variabel-variabel yang Mempengaruhi Rendahnnya Partisipasi
Politik Masyarakat dalam Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Padang
Tahun 2008” Jurnal Demokrasi Vol. IX, No. 2, (2010): h. 137-147.
Skripsi
Fauzi, Mohamad Rizki. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi
Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015
(Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Pakemitan Kidul Kecamatan Ciawi
Tasikmalaya)”. Skripsi. Universitas Pasundan Bandung. 2017.
Tamara, Guntur Ardyan. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi
Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2015 (Studi Perbandingan Kelurahan Way Urang dan
75
Kelurahan Bumi Agung Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan)” Skripsi. Universitas Lampung. 2016.
76
Lampiran 1: Wilayah DKI Jakarta Per-Kelurahan
No. Wilayah
Kota Kecamatan Kelurahan
1 Jakarta Barat Cengkareng Cengkareng Barat
2 Jakarta Barat Cengkareng Cengkareng Timur
3 Jakarta Barat Cengkareng Duri Kosambi
4 Jakarta Barat Cengkareng Kapuk
5 Jakarta Barat Cengkareng Kedaung Kali Angke
6 Jakarta Barat Cengkareng Rawa buaya
7 Jakarta Barat Grogol Petamburan Grogol
8 Jakarta Barat Grogol Petamburan Jelambar
9 Jakarta Barat Grogol Petamburan Jelambar baru
10 Jakarta Barat Grogol Petamburan Tanjung Duren Selatan
11 Jakarta Barat Grogol Petamburan Tanjung Duren Utara
12 Jakarta Barat Grogol Petamburan Tomang
13 Jakarta Barat Grogol Petamburan Wijaya Kusuma
14 Jakarta Barat Kalideres Kalideres
15 Jakarta Barat Kalideres Kamal
16 Jakarta Barat Kalideres Pegadungan
17 Jakarta Barat Kalideres Semanan
18 Jakarta Barat Kalideres Tegal Alur
19 Jakarta Barat Kebon Jeruk Duri Kepa
20 Jakarta Barat Kebon Jeruk Kebon Jeruk
21 Jakarta Barat Kebon Jeruk Kedoya Selatan
22 Jakarta Barat Kebon Jeruk Kedoya Utara
23 Jakarta Barat Kebon Jeruk Kelapa Dua
24 Jakarta Barat Kebon Jeruk Sukabumi Selatan
25 Jakarta Barat Kebon Jeruk Sukabumi Utara
26 Jakarta Barat Kembangan Joglo
27 Jakarta Barat Kembangan Kembangan Selatan
28 Jakarta Barat Kembangan Kembangan Utara
29 Jakarta Barat Kembangan Meruya Selatan
30 Jakarta Barat Kembangan Meruya Utara
31 Jakarta Barat Kembangan Srengseng
32 Jakarta Barat Palmerah Jatipulo
33 Jakarta Barat Palmerah Kemanggisan
34 Jakarta Barat Palmerah Kota Bambu Selatan
35 Jakarta Barat Palmerah Kota Bambu Utara
36 Jakarta Barat Palmerah Palmerah
37 Jakarta Barat Palmerah Slipi
38 Jakarta Barat Tamansari Glodok
39 Jakarta Barat Tamansari Keagungan
40 Jakarta Barat Tamansari Krukut
41 Jakarta Barat Tamansari Mangga Besar
42 Jakarta Barat Tamansari Maphar
77
43 Jakarta Barat Tamansari Pinangsia
44 Jakarta Barat Tamansari Taman Sari
45 Jakarta Barat Tamansari Tangki
46 Jakarta Barat Tambora Angke
47 Jakarta Barat Tambora Duri Selatan
48 Jakarta Barat Tambora Duri Utara
49 Jakarta Barat Tambora Jembatan Besi
50 Jakarta Barat Tambora Jembatan Lima
51 Jakarta Barat Tambora Kali Anyar
52 Jakarta Barat Tambora Krendang
53 Jakarta Barat Tambora Pekojan
54 Jakarta Barat Tambora Roa Malaka
55 Jakarta Barat Tambora Tambora
56 Jakarta Barat Tambora Tanah Sereal
57 Jakarta Pusat Cempaka Putih Cempaka Putih Barat
58 Jakarta Pusat Cempaka Putih Cempaka Putih Timur
59 Jakarta Pusat Cempaka Putih Rawasari
60 Jakarta Pusat Gambir Cideng
61 Jakarta Pusat Gambir Duri Pulo
62 Jakarta Pusat Gambir Gambir
63 Jakarta Pusat Gambir Kebon Kelapa
64 Jakarta Pusat Gambir Petojo Selatan
65 Jakarta Pusat Gambir Petojo Utara
66 Jakarta Pusat Johar Baru Galur
67 Jakarta Pusat Johar Baru Johar Baru
68 Jakarta Pusat Johar Baru Kampung Rawa
69 Jakarta Pusat Johar Baru Tanah Tinggi
70 Jakarta Pusat Kemayoran Cempaka Baru
71 Jakarta Pusat Kemayoran Gunung Sahari Selatan
72 Jakarta Pusat Kemayoran Harapan Mulia
73 Jakarta Pusat Kemayoran Kebon Kosong
74 Jakarta Pusat Kemayoran Serdang
75 Jakarta Pusat Kemayoran Kemayoran
76 Jakarta Pusat Kemayoran Sumur Batu
77 Jakarta Pusat Kemayoran Utan Panjang
78 Jakarta Pusat Menteng Cikini
79 Jakarta Pusat Menteng Gondangdia
80 Jakarta Pusat Menteng Kebon Sirih
81 Jakarta Pusat Menteng Menteng
82 Jakarta Pusat Menteng Pegangsaan
83 Jakarta Pusat Sawah Besar Gunung Sahari Utara
84 Jakarta Pusat Sawah Besar Karang Anyar
85 Jakarta Pusat Sawah Besar Kartini
86 Jakarta Pusat Sawah Besar Mangga Dua Selatan
87 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru
88 Jakarta Pusat Senen Bungur
78
89 Jakarta Pusat Senen Kenari
90 Jakarta Pusat Senen Kramat
91 Jakarta Pusat Senen Kwitang
92 Jakarta Pusat Senen Paseban
93 Jakarta Pusat Senen Senen
94 Jakarta Pusat Tanah Abang Bendungan Hilir
95 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora
96 Jakarta Pusat Tanah Abang Kampung Bali
97 Jakarta Pusat Tanah Abang Karet Tengsin
98 Jakarta Pusat Tanah Abang Kebon Kacang
99 Jakarta Pusat Tanah Abang Kebon Melati
100 Jakarta Pusat Tanah Abang Petamburan
101 Jakarta Selatan Cilandak Cilandak Barat
102 Jakarta Selatan Cilandak Cipete Selatan
103 Jakarta Selatan Cilandak Gandaria Selatan
104 Jakarta Selatan Cilandak Lebak Bulus
105 Jakarta Selatan Cilandak Pondok Labu
106 Jakarta Selatan Jagakarsa Ciganjur
107 Jakarta Selatan Jagakarsa Cipedak
108 Jakarta Selatan Jagakarsa Jagakarsa
109 Jakarta Selatan Jagakarsa Lenteng Agung
110 Jakarta Selatan Jagakarsa Srengseng Sawah
111 Jakarta Selatan Jagakarsa Tanjung Barat
112 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Cipete Utara
113 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Gandaria Utara
114 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Gunung
115 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Kramat Pela
116 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Melawai
117 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Petogogan
118 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Pulo
119 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Rawa Barat
120 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Selong
121 Jakarta Selatan Kebayoran Baru Senayan
122 Jakarta Selatan Kebayoran Lama Cipulir
123 Jakarta Selatan Kebayoran Lama Grogol Selatan
124 Jakarta Selatan Kebayoran Lama Grogol Utara
125 Jakarta Selatan Kebayoran Lama Kebayoran Lama Selatan
126 Jakarta Selatan Kebayoran Lama Kebayoran Lama Utara
127 Jakarta Selatan Kebayoran Lama Pondok Pinang
128 Jakarta Selatan Mampang Prapatan Bangka
129 Jakarta Selatan Mampang Prapatan Kuningan Barat
130 Jakarta Selatan Mampang Prapatan Mampang Prapatan
131 Jakarta Selatan Mampang Prapatan Pela Mampang
132 Jakarta Selatan Mampang Prapatan Tegal Parang
133 Jakarta Selatan Pancoran Cikoko
134 Jakarta Selatan Pancoran Duren Tiga
79
135 Jakarta Selatan Pancoran Kalibata
136 Jakarta Selatan Pancoran Pancoran
137 Jakarta Selatan Pancoran Pengadean
138 Jakarta Selatan Pancoran Rawajati
139 Jakarta Selatan Pasar Minggu Cilandak Timur
140 Jakarta Selatan Pasar Minggu Jati Padang
141 Jakarta Selatan Pasar Minggu Kebagusan
142 Jakarta Selatan Pasar Minggu Pasar Minggu
143 Jakarta Selatan Pasar Minggu Pejaten Barat
144 Jakarta Selatan Pasar Minggu Pejaten Timur
145 Jakarta Selatan Pasar Minggu Ragunan
146 Jakarta Selatan Pesanggrahan Bintaro
147 Jakarta Selatan Pesanggrahan Pesanggrahan
148 Jakarta Selatan Pesanggrahan Petukangan Utara
149 Jakarta Selatan Pesanggrahan Petukangan Selatan
150 Jakarta Selatan Pesanggrahan Ulujami
151 Jakarta Selatan Setiabudi Guntur
152 Jakarta Selatan Setiabudi Karet
153 Jakarta Selatan Setiabudi Karet Kuningan
154 Jakarta Selatan Setiabudi Karet Semanggi
155 Jakarta Selatan Setiabudi Kuningan Timur
156 Jakarta Selatan Setiabudi Menteng Atas
157 Jakarta Selatan Setiabudi Pasar Manggis
158 Jakarta Selatan Setiabudi Setiabudi
159 Jakarta Selatan Tebet Bukit Duri
160 Jakarta Selatan Tebet Kebon Baru
161 Jakarta Selatan Tebet Manggarai
162 Jakarta Selatan Tebet Manggarai Selatan
163 Jakarta Selatan Tebet Menteng Dalem
164 Jakarta Selatan Tebet Tebet Barat
165 Jakarta Selatan Tebet Tebet Timur
166 Jakarta Timur Cakung Cakung Barat
167 Jakarta Timur Cakung Cakung Timur
168 Jakarta Timur Cakung Jatinegara
169 Jakarta Timur Cakung Penggilingan
170 Jakarta Timur Cakung Pulo Gebang
171 Jakarta Timur Cakung Rawa Terate
172 Jakarta Timur Cakung Ujung Menteng
173 Jakarta Timur Cipayung Bambu Apus
174 Jakarta Timur Cipayung Ceger
175 Jakarta Timur Cipayung Cilangkap
176 Jakarta Timur Cipayung Cipayung
177 Jakarta Timur Cipayung Lubang Buaya
178 Jakarta Timur Cipayung Munjul
179 Jakarta Timur Cipayung Pondok Ranggon
180 Jakarta Timur Cipayung Setu
80
181 Jakarta Timur Ciracas Cibubur
182 Jakarta Timur Ciracas Ciracas
183 Jakarta Timur Ciracas Kelapa Dua Wetan
184 Jakarta Timur Ciracas Rambutan
185 Jakarta Timur Ciracas Susukan
186 Jakarta Timur Duren Sawit Duren Sawit
187 Jakarta Timur Duren Sawit Klender
188 Jakarta Timur Duren Sawit Malaka Jaya
189 Jakarta Timur Duren Sawit Malaka Sari
190 Jakarta Timur Duren Sawit Pondok Bambu
191 Jakarta Timur Duren Sawit Pondok Kelapa
192 Jakarta Timur Duren Sawit Pondok Kopi
193 Jakarta Timur Jatinegara Balimester
194 Jakarta Timur Jatinegara Bidara Cina
195 Jakarta Timur Jatinegara Cipinang Besar Selatan
196 Jakarta Timur Jatinegara Cipinang Besar Utara
197 Jakarta Timur Jatinegara Cipinang Cempedak
198 Jakarta Timur Jatinegara Cipinang Muara
199 Jakarta Timur Jatinegara Kampung Melayu
200 Jakarta Timur Jatinegara Rawa Bunga
201 Jakarta Timur Kramatjati Balekambang
202 Jakarta Timur Kramatjati Batu Ampar
203 Jakarta Timur Kramatjati Cawang
204 Jakarta Timur Kramatjati Cililitan
205 Jakarta Timur Kramatjati Dukuh
206 Jakarta Timur Kramatjati Kramatjati
207 Jakarta Timur Kramatjati Tengah
208 Jakarta Timur Makasar Cipinang Melayu
209 Jakarta Timur Makasar Halim Perdana Kusuma
210 Jakarta Timur Makasar Makasar
211 Jakarta Timur Makasar Kebon Pala
212 Jakarta Timur Makasar Pinangranti
213 Jakarta Timur Matraman Kayu Manis
214 Jakarta Timur Matraman Kebon Manggis
215 Jakarta Timur Matraman Palmeriam
216 Jakarta Timur Matraman Pisangan Baru
217 Jakarta Timur Matraman Utan Kayu Selatan
218 Jakarta Timur Matraman Utan Kayu Utara
219 Jakarta Timur Pasar Rebo Baru
220 Jakarta Timur Pasar Rebo Cijantung
221 Jakarta Timur Pasar Rebo Gedong
222 Jakarta Timur Pasar Rebo Kalisari
223 Jakarta Timur Pasar Rebo Pekayon
224 Jakarta Timur Pulo Gadung Cipinang
225 Jakarta Timur Pulo Gadung Jati
226 Jakarta Timur Pulo Gadung Jatinegara Kaum
81
227 Jakarta Timur Pulo Gadung Kayu Putih
228 Jakarta Timur Pulo Gadung Pisangan Timur
229 Jakarta Timur Pulo Gadung Pulo Gadung
230 Jakarta Timur Pulo Gadung Rawamangun
231 Jakarta Utara Cilincing Cilincing
232 Jakarta Utara Cilincing Kalibaru
233 Jakarta Utara Cilincing Marunda
234 Jakarta Utara Cilincing Rorotan
235 Jakarta Utara Cilincing Semper Barat
236 Jakarta Utara Cilincing Semper Timur
237 Jakarta Utara Cilincing Sukapura
238 Jakarta Utara Kelapa Gading Kelapa Gading Barat
239 Jakarta Utara Kelapa Gading Kelapa Gading Timur
240 Jakarta Utara Kelapa Gading Pegangsangan Dua
241 Jakarta Utara Koja Koja
242 Jakarta Utara Koja Lagoa
243 Jakarta Utara Koja Rawa Badak Selatan
244 Jakarta Utara Koja Rawa Badak Utara
245 Jakarta Utara Koja Tugu Selatan
246 Jakarta Utara Koja Tugu Utara
247 Jakarta Utara Pademangan Ancol
248 Jakarta Utara Pademangan Pademangan Barat
249 Jakarta Utara Pademangan Pademangan Timur
250 Jakarta Utara Penjaringan Kamal Muara
251 Jakarta Utara Penjaringan Kapuk Muara
252 Jakarta Utara Penjaringan Pejagalan
253 Jakarta Utara Penjaringan Penjaringan
254 Jakarta Utara Penjaringan Pluit
255 Jakarta Utara Tanjung Priok Kebon Bawang
256 Jakarta Utara Tanjung Priok Papanggo
257 Jakarta Utara Tanjung Priok Sungai Bambu
258 Jakarta Utara Tanjung Priok Sunter Agung
259 Jakarta Utara Tanjung Priok Sunter Jaya
260 Jakarta Utara Tanjung Priok Tanjung Priok
261 Jakarta Utara Tanjung Priok Warakas
262 Kep. Seribu Kep. Seribu Selatan Pulau Pari
263 Kep. Seribu Kep. Seribu Selatan Pulau Tidung
264 Kep. Seribu Kep. Seribu Selatan Pulau Untung Jawa
265 Kep. Seribu Kep. Seribu Utara Pulau Harapan
266 Kep. Seribu Kep. Seribu Utara Pulau Kelapa
267 Kep. Seribu Kep. Seribu Utara Pulau Panggang
82
Lampiran 2: Nilai Rasio Variabel Y dan X
No. Nilai Rasio Variabel
Y Xc Xd Xe Xf Xg
1 0,80 0,31 0,13 0,87 0,30 0,52
2 0,78 0,31 0,09 0,86 0,31 0,52
3 0,78 0,30 0,12 0,88 0,29 0,52
4 0,79 0,31 0,04 0,83 0,35 0,53
5 0,74 0,31 0,08 0,85 0,36 0,54
6 0,77 0,32 0,10 0,87 0,33 0,54
7 0,76 0,30 0,23 0,92 0,34 0,54
8 0,77 0,34 0,13 0,93 0,33 0,54
9 0,77 0,32 0,23 0,90 0,35 0,55
10 0,74 0,34 0,33 0,96 0,38 0,54
11 0,80 0,34 0,33 0,94 0,36 0,55
12 0,75 0,30 0,24 0,84 0,33 0,54
13 0,74 0,33 0,15 0,87 0,32 0,54
14 0,77 0,30 0,12 0,84 0,32 0,53
15 0,73 0,29 0,04 0,77 0,27 0,53
16 0,75 0,29 0,14 0,81 0,27 0,53
17 0,73 0,30 0,06 0,84 0,28 0,53
18 0,74 0,32 0,07 0,80 0,32 0,54
19 0,76 0,33 0,23 0,93 0,32 0,55
20 0,78 0,31 0,20 0,91 0,30 0,53
21 0,79 0,32 0,20 0,92 0,34 0,55
22 0,76 0,32 0,20 0,94 0,32 0,55
23 0,81 0,30 0,22 0,88 0,31 0,54
24 0,75 0,31 0,14 0,73 0,26 0,53
25 0,77 0,31 0,17 0,83 0,28 0,53
26 0,77 0,31 0,21 0,92 0,31 0,53
27 0,78 0,31 0,25 0,91 0,33 0,54
28 0,78 0,30 0,14 0,85 0,29 0,53
29 0,79 0,31 0,20 0,89 0,30 0,54
30 0,76 0,33 0,25 0,94 0,33 0,54
31 0,74 0,30 0,20 0,92 0,29 0,52
32 0,73 0,29 0,14 0,79 0,31 0,54
33 0,72 0,29 0,25 0,92 0,32 0,53
34 0,73 0,30 0,10 0,89 0,28 0,53
35 0,71 0,30 0,10 0,79 0,28 0,53
36 0,75 0,31 0,15 0,92 0,31 0,54
37 0,72 0,30 0,18 0,83 0,32 0,53
38 0,77 0,30 0,19 0,93 0,36 0,54
39 0,76 0,31 0,09 0,80 0,34 0,54
83
40 0,76 0,29 0,10 0,81 0,29 0,53
41 0,76 0,31 0,16 0,71 0,34 0,54
42 0,69 0,30 0,13 0,86 0,34 0,53
43 0,72 0,32 0,12 0,84 0,35 0,54
44 0,78 0,30 0,15 0,83 0,34 0,54
45 0,75 0,32 0,10 0,89 0,37 0,54
46 0,77 0,30 0,08 0,78 0,31 0,53
47 0,77 0,30 0,10 0,80 0,30 0,53
48 0,76 0,30 0,07 0,78 0,29 0,52
49 0,76 0,32 0,04 0,89 0,27 0,52
50 0,77 0,31 0,09 0,76 0,29 0,53
51 0,69 0,32 0,04 0,86 0,30 0,53
52 0,71 0,31 0,06 0,81 0,28 0,52
53 0,79 0,30 0,11 0,75 0,32 0,53
54 0,68 0,31 0,19 0,88 0,35 0,56
55 0,74 0,30 0,10 0,85 0,29 0,53
56 0,78 0,30 0,11 0,88 0,30 0,52
57 0,78 0,29 0,20 0,82 0,32 0,52
58 0,77 0,30 0,30 0,84 0,35 0,53
59 0,75 0,29 0,26 0,85 0,35 0,52
60 0,75 0,30 0,24 0,84 0,34 0,53
61 0,78 0,27 0,10 0,64 0,31 0,51
62 0,62 0,30 0,21 0,86 0,33 0,53
63 0,71 0,28 0,15 0,84 0,31 0,52
64 0,73 0,29 0,19 0,80 0,32 0,51
65 0,74 0,28 0,16 0,77 0,34 0,51
66 0,77 0,26 0,08 0,45 0,22 0,52
67 0,78 0,28 0,18 0,70 0,29 0,51
68 0,77 0,26 0,09 0,63 0,25 0,51
69 0,76 0,26 0,08 0,68 0,21 0,51
70 0,78 0,28 0,17 0,84 0,30 0,52
71 0,77 0,28 0,15 0,81 0,31 0,51
72 0,77 0,27 0,14 0,73 0,30 0,52
73 0,77 0,26 0,12 0,87 0,32 0,50
74 0,77 0,27 0,10 0,45 0,30 0,51
75 0,78 0,29 0,14 0,79 0,33 0,52
76 0,78 0,27 0,24 0,86 0,32 0,52
77 0,75 0,26 0,08 0,63 0,27 0,52
78 0,72 0,29 0,22 0,77 0,31 0,50
79 0,70 0,31 0,51 0,96 0,31 0,55
80 0,72 0,28 0,15 0,68 0,25 0,52
81 0,75 0,28 0,18 0,72 0,32 0,52
82 0,75 0,28 0,16 0,62 0,27 0,52
83 0,77 0,30 0,13 0,82 0,33 0,53
84
84 0,78 0,27 0,22 0,76 0,29 0,52
85 0,76 0,28 0,11 0,64 0,30 0,52
86 0,71 0,27 0,14 0,64 0,33 0,52
87 0,73 0,29 0,20 0,66 0,29 0,51
88 0,72 0,27 0,16 0,75 0,27 0,52
89 0,76 0,29 0,19 0,66 0,33 0,50
90 0,69 0,26 0,08 0,64 0,24 0,50
91 0,79 0,27 0,11 0,66 0,28 0,52
92 0,71 0,28 0,09 0,75 0,31 0,51
93 0,67 0,26 0,21 0,68 0,25 0,50
94 0,73 0,31 0,28 0,83 0,33 0,52
95 0,76 0,30 0,22 0,96 0,32 0,52
96 0,76 0,28 0,11 0,64 0,27 0,51
97 0,77 0,27 0,15 0,89 0,28 0,52
98 0,72 0,28 0,18 0,81 0,26 0,51
99 0,69 0,26 0,11 0,77 0,23 0,50
100 0,77 0,26 0,10 0,75 0,25 0,50
101 0,71 0,27 0,26 0,89 0,35 0,53
102 0,72 0,27 0,26 0,86 0,34 0,52
103 0,75 0,27 0,22 0,85 0,35 0,53
104 0,70 0,26 0,28 0,91 0,32 0,53
105 0,77 0,26 0,24 0,88 0,33 0,53
106 0,78 0,24 0,18 0,89 0,31 0,53
107 0,80 0,24 0,17 0,91 0,29 0,52
108 0,77 0,25 0,19 0,89 0,29 0,52
109 0,78 0,24 0,14 0,85 0,28 0,52
110 0,77 0,25 0,18 0,88 0,29 0,52
111 0,78 0,24 0,22 0,77 0,30 0,52
112 0,73 0,25 0,16 0,88 0,34 0,52
113 0,73 0,28 0,21 0,83 0,37 0,53
114 0,71 0,29 0,33 0,86 0,34 0,54
115 0,73 0,27 0,26 0,73 0,34 0,53
116 0,58 0,31 0,56 1,00 0,36 0,56
117 0,72 0,28 0,24 0,80 0,37 0,53
118 0,70 0,32 0,41 0,93 0,38 0,53
119 0,72 0,30 0,41 0,92 0,39 0,55
120 0,63 0,31 0,49 0,97 0,35 0,58
121 0,63 0,29 0,37 0,97 0,33 0,55
122 0,72 0,25 0,15 0,87 0,29 0,52
123 0,72 0,26 0,17 0,82 0,31 0,53
124 0,75 0,26 0,17 0,93 0,30 0,52
125 0,72 0,26 0,19 0,86 0,33 0,53
126 0,66 0,25 0,18 0,87 0,28 0,53
127 0,74 0,26 0,28 0,88 0,35 0,53
85
128 0,75 0,27 0,18 0,90 0,29 0,53
129 0,78 0,26 0,10 0,81 0,34 0,52
130 0,78 0,25 0,17 0,84 0,32 0,51
131 0,78 0,26 0,19 0,81 0,34 0,53
132 0,78 0,24 0,15 0,84 0,31 0,51
133 0,74 0,26 0,21 0,88 0,37 0,52
134 0,75 0,26 0,21 0,84 0,32 0,53
135 0,79 0,25 0,18 0,86 0,29 0,52
136 0,81 0,25 0,19 0,83 0,31 0,52
137 0,76 0,27 0,22 0,84 0,34 0,53
138 0,71 0,26 0,28 0,85 0,36 0,53
139 0,70 0,23 0,19 0,86 0,28 0,52
140 0,77 0,25 0,23 0,87 0,34 0,53
141 0,76 0,24 0,16 0,88 0,31 0,52
142 0,75 0,26 0,32 0,80 0,33 0,53
143 0,73 0,26 0,25 0,81 0,34 0,52
144 0,72 0,24 0,18 0,86 0,28 0,52
145 0,72 0,25 0,21 0,86 0,34 0,53
146 0,74 0,26 0,23 0,81 0,34 0,52
147 0,76 0,24 0,21 0,87 0,31 0,52
148 0,75 0,25 0,19 0,80 0,35 0,52
149 0,72 0,24 0,17 0,85 0,30 0,52
150 0,76 0,24 0,16 0,79 0,29 0,52
151 0,73 0,30 0,34 0,89 0,38 0,52
152 0,68 0,26 0,16 0,95 0,31 0,51
153 0,71 0,28 0,28 0,95 0,29 0,52
154 0,63 0,29 0,25 0,93 0,33 0,51
155 0,73 0,26 0,23 0,94 0,33 0,52
156 0,74 0,27 0,20 0,90 0,31 0,52
157 0,69 0,26 0,14 0,83 0,30 0,51
158 0,62 0,28 0,35 0,96 0,34 0,52
159 0,77 0,27 0,15 0,78 0,30 0,52
160 0,77 0,26 0,20 0,72 0,31 0,52
161 0,77 0,27 0,17 0,65 0,32 0,52
162 0,76 0,27 0,11 0,79 0,28 0,53
163 0,76 0,26 0,22 0,86 0,33 0,52
164 0,73 0,30 0,38 0,92 0,36 0,53
165 0,79 0,31 0,42 0,88 0,36 0,53
166 0,72 0,21 0,05 0,78 0,30 0,53
167 0,83 0,23 0,09 0,86 0,32 0,53
168 0,77 0,22 0,07 0,79 0,31 0,53
169 0,85 0,23 0,12 0,78 0,27 0,52
170 0,81 0,24 0,14 0,79 0,28 0,52
171 0,74 0,23 0,05 0,77 0,27 0,53
86
172 0,80 0,25 0,17 0,75 0,28 0,52
173 0,80 0,25 0,18 0,89 0,31 0,53
174 0,79 0,24 0,18 0,86 0,29 0,51
175 0,78 0,24 0,15 0,85 0,27 0,51
176 0,80 0,24 0,18 0,87 0,28 0,50
177 0,78 0,24 0,14 0,78 0,30 0,51
178 0,80 0,24 0,15 0,81 0,26 0,52
179 0,78 0,24 0,12 0,89 0,26 0,51
180 0,81 0,24 0,17 0,86 0,27 0,53
181 0,78 0,25 0,17 0,89 0,28 0,52
182 0,81 0,25 0,12 0,86 0,30 0,52
183 0,79 0,25 0,19 0,90 0,30 0,52
184 0,77 0,24 0,15 0,92 0,27 0,52
185 0,74 0,24 0,11 0,89 0,31 0,53
186 0,79 0,25 0,27 0,88 0,30 0,53
187 0,80 0,24 0,15 0,80 0,27 0,52
188 0,84 0,25 0,28 0,91 0,37 0,53
189 0,80 0,26 0,34 0,91 0,38 0,53
190 0,80 0,25 0,25 0,88 0,31 0,53
191 0,82 0,25 0,29 0,87 0,31 0,53
192 0,80 0,24 0,20 0,92 0,29 0,52
193 0,78 0,29 0,18 0,58 0,29 0,51
194 0,82 0,26 0,18 0,73 0,31 0,51
195 0,78 0,24 0,14 0,70 0,27 0,52
196 0,79 0,24 0,09 0,65 0,25 0,52
197 0,79 0,28 0,22 0,78 0,30 0,53
198 0,79 0,25 0,24 0,80 0,31 0,54
199 0,89 0,24 0,07 0,65 0,19 0,51
200 0,79 0,26 0,12 0,61 0,25 0,52
201 0,80 0,25 0,16 0,93 0,28 0,52
202 0,80 0,24 0,18 0,93 0,27 0,52
203 0,80 0,25 0,17 0,87 0,30 0,52
204 0,77 0,25 0,17 0,87 0,30 0,52
205 0,83 0,24 0,17 0,89 0,29 0,52
206 0,77 0,24 0,15 0,90 0,24 0,51
207 0,78 0,26 0,14 0,83 0,28 0,52
208 0,84 0,26 0,23 0,84 0,33 0,52
209 0,83 0,27 0,23 0,87 0,22 0,51
210 0,79 0,25 0,17 0,75 0,31 0,53
211 0,85 0,25 0,17 0,76 0,30 0,54
212 0,85 0,24 0,15 0,86 0,28 0,52
213 0,77 0,27 0,18 0,75 0,27 0,52
214 0,79 0,29 0,21 0,68 0,30 0,52
215 0,77 0,27 0,17 0,73 0,28 0,52
87
216 0,77 0,27 0,13 0,67 0,27 0,52
217 0,83 0,27 0,21 0,81 0,32 0,53
218 0,75 0,26 0,21 0,74 0,34 0,52
219 0,83 0,23 0,18 0,90 0,22 0,52
220 0,82 0,25 0,16 0,81 0,28 0,52
221 0,86 0,25 0,20 0,89 0,30 0,52
222 0,81 0,25 0,20 0,88 0,28 0,51
223 0,85 0,24 0,14 0,80 0,28 0,52
224 0,77 0,27 0,19 0,75 0,30 0,53
225 0,79 0,27 0,31 0,88 0,34 0,54
226 0,79 0,25 0,11 0,78 0,29 0,53
227 0,80 0,26 0,28 0,84 0,33 0,52
228 0,79 0,26 0,17 0,85 0,32 0,52
229 0,86 0,25 0,18 0,85 0,29 0,52
230 0,79 0,27 0,26 0,84 0,34 0,52
231 0,72 0,31 0,06 0,55 0,21 0,51
232 0,75 0,29 0,02 0,54 0,13 0,50
233 0,80 0,28 0,05 0,35 0,19 0,50
234 0,81 0,30 0,08 0,66 0,25 0,50
235 0,77 0,31 0,09 0,81 0,26 0,51
236 0,79 0,29 0,10 0,61 0,25 0,51
237 0,80 0,37 0,10 0,87 0,36 0,53
238 0,79 0,30 0,33 0,93 0,30 0,53
239 0,81 0,34 0,41 0,97 0,36 0,54
240 0,84 0,31 0,29 0,84 0,33 0,53
241 0,72 0,30 0,07 0,57 0,21 0,51
242 0,78 0,29 0,07 0,65 0,21 0,51
243 0,84 0,31 0,08 0,63 0,24 0,51
244 0,73 0,31 0,11 0,75 0,21 0,51
245 0,83 0,31 0,09 0,74 0,28 0,51
246 0,79 0,31 0,10 0,66 0,25 0,51
247 0,70 0,31 0,10 0,81 0,31 0,53
248 0,79 0,31 0,05 0,77 0,29 0,52
249 0,80 0,32 0,11 0,89 0,32 0,52
250 0,79 0,30 0,16 0,70 0,21 0,52
251 0,78 0,31 0,17 0,93 0,26 0,51
252 0,81 0,33 0,07 0,81 0,30 0,52
253 0,83 0,31 0,04 0,67 0,26 0,52
254 0,77 0,33 0,29 0,94 0,24 0,53
255 0,79 0,31 0,13 0,80 0,26 0,51
256 0,78 0,31 0,10 0,86 0,27 0,52
257 0,76 0,30 0,11 0,85 0,26 0,51
258 0,80 0,32 0,18 0,84 0,30 0,53
259 0,82 0,32 0,16 0,92 0,28 0,53
88
260 0,77 0,31 0,06 0,76 0,27 0,52
261 0,80 0,31 0,08 0,81 0,26 0,51
262 0,81 0,19 0,03 0,45 0,05 0,53
263 0,82 0,21 0,09 0,61 0,09 0,52
264 0,80 0,22 0,04 0,63 0,08 0,52
265 0,77 0,22 0,04 0,60 0,06 0,51
266 0,79 0,21 0,04 0,59 0,06 0,52
267 0,78 0,20 0,06 0,65 0,09 0,51
Keterangan : Y adalah variabel Y atau variabel partisipasi pemilih.
Xa adalah variabel Xa atau variabel jenis kelamin.
Xb adalah variabel Xb atau variabel agama.
Xc adalah variabel Xc atau variabel usia.
Xd adalah variabel Xd atau pendidikan
Xe adalah variabel Xe atau pendapatan
Xf adalah variabel Xf atau pekerjaan
Xg adalah variabel Xg atau status perkawinan
89
Lampiran 3: Uraian Persamaan Koefisien Korelasi
∑ Mean
atau √
∑
√(∑ )
Y 203,95 0,7639 0,5119 ----- ----- ----- -----
Xa 134,72 0,5046 0,04 0,0205 0,1432 0,0012 0,008
Xb 217,48 0,8145 5,9794 3,061 1,7496 0,1135 0,065
Xc 73,87 0,2767 0,2459 0,1259 0,3548 -0,0709 -0,200
Xd 46,14 0,1728 1,9454 0,9959 0,9979 -0,2598 -0,260
Xe 217 0,8127 2,9129 1,4912 1,2211 -0,1933 -0,158
Xf 79,22 0,2967 0,7053 0,3611 0,6009 -0,1431 -0,238
Xg 139,83 0,5237 0,0364 0,0186 0,1364 -0,0264 -0,194
Keterangan :
- = ( – )
- = ( )
90
Lampiran 4: Normalitas Variabel Dependen
91
Lampiran 5: Statistik Deskriptif
92
Lampiran 6: Korelasi Pearson