PARTISIPASI POLITIK BKMB Badan Kekeluargaan...
Transcript of PARTISIPASI POLITIK BKMB Badan Kekeluargaan...
PARTISIPASI POLITIK BKMB
(Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)-BHAGASASI
DALAM PILKADA KOTA BEKASI 2008
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
Nawwal Husni NIM: 103033227793
JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/1430 H
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah S.W.T. Tuhan pencipta alam semesta dan
Tuhan yang mempunyai rahmat dan kasih sayangnya bagi umat manusia,
sehingga penulis dapat menyelasikan skripsi ini. Salawat serta salam tercurahkan
kepada keharibaan mahluk yang paling mulia panutan kita Nabi Muhammad
SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya semoga kita selalu dalam
limpahan sayafaatnya, Amien.
Alhamdulillah skripsi ini telah rampung dan skripsi ini merupakan tugas
akhir untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada jurusan pemikiran politik Islam
fakultas ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatulloh Jakarta.
Pada secarik kertas ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan dukungan kepada :
1. Inspirasi dan penyemangat hidupku, Allah Yarham Alm Aminuddin
Muchtar (Abaku). Sebagai orang tua yang senantiasa memberikan do’a serta
pengorbanannya dengan hati yang tulus serta cerminan hidup yang sederhana.
Allahummagfirlahu Warhamhu Wa’aa Fihii Wak’fuanhu. Amien.
2. Umi tercinta Raden Hj. Maemanah Keneng seorang ibu yang tangguh yang
telah memberikan do’a dan pengorbanannya dengan harapan dan ketulusan
hati serta perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga.
3. Bapak H. Ahmad Zurfaih S.Sos. Ketua Umum BKMB-Bhagasasi dan Mantan
Wali Kota Bekasi periode 2003-2008.
4. Bapak Drs. H,Abdul Khoir, selaku Sekjen BKMB-Bhagasasi Kota Bekasi
5. Bapak H.Idrus Nairun, Dewan Penasehat BKMB-Bhagsasi Kota Bekasi
6. Bapak Drs. Agus Darmadji, M. Fils., Ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam
UIN Sayrif Hidayatulloh Jakarta.
7. Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA., Sekretaris Jurusan Pemikiran Islam UIN
Syarif Hidayatulloh Jakarta.
8. Ibu Drs. Haniah Hanafie, M.Si., selaku pembiimbing akademik yang telah
menyetujui proposal skripsi yang diajukan kepada fakultas.
9. Bapak Zaki Mubarok., selaku pembimbing skripsi yang memberikan arahan
serta masukan dalam penyusunan skripsi.
10. Dosen-dosen Pemikiran Politik Islam, atas pembelajaran ilmu yang telah
diberikan. Semoga ilmmu-ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.
11. Kakak-kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan doa (ka’ Eva, ka’
Danial, ka’ alah, Afaf dan Hannna) semoga kita tetap akur dan bisa
membangun keluarga Alm Aminuddin Muchtar menjadi keluarga yang
kompak, serta mencapai kesuksesan bersama, Amien.
12. Bunga-bunga kampusku yang telah hinggap dihatiku selama aku berada di
UIN.
13. Sari Rosita the special sweetest women I have ever (Love you Bbz), yang
selalu ngasih semangat dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.
14. Teman-temanku di rumah, Imel, warso, willy si oon, epoy si Mr.bokep, icom,
padang yang udah nemenin siding, bonar, persikana Fc, spesial buat congli
yang udah membantu cari informasi lewat internet, thanks sobat.
15. Sahabat-sahabatku di Pemikiran Politik Islam angkatan 2003, terima kasih
telah menambah dan membuat warna persahabatan dalam menjalani masa
perkuliahan. Khususnya Bowo, amar, niko, amir, Kiki Ismanto, linda, madam
sweet hilda, irna, baiti, fauzi, badri, nurmen, muti, ramdhani dan zayadi.
Penulis yakin dan sadar akan segala keterbatasan dan kekurangannya dalam
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang
membangun dari senua pihak agar skripsi ini lebih sempurna dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi mahluk-mahluk lainnya.
Jakarta, 2 Januari 2009
PARTISIPASI POLITIK BKMB
(Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi) BHAGASASI
DALAM PILKADA KOTA BEKASI 2008
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1
B. Batasan dan Perumusan Masalah……………………………..…..4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….4
D. Metode Penelitian…………………………………………………5
E. Sistematika Penulisan……………………………………………..7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kelompok Kepentingan………………………………………….. 8
B. Pengertian Partisipasi Politik…………………………………….17
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi politik……………20
D. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik…………………………. ……23
BAB III PROFILE BKMB BAGASASI
A. Latar Belakang Berdirinya BKMB BAGASASI………………...27
B. Struktur Organisasi BKBM-BHAGASASI………………………32
C. Keanggotaan BKMB BHAGASASI……………………………..33
D. Arti dan Makna Logo BKMB BHAGASASI……………....……35
BAB IV KETERLIBATAN BKMB BHAGASASI DALAM PILKADA
KOTA BEKASI 2008
A. Gambaran Umum Pilkada Kota Bekasi 2008………..…………..36
B. Partisipasi Politik BKMB BHAGASASI
dalam Pilkada Kota Bekasi 2008………………………………...37
C. Bentuk Partisipasi politik BKMB BAGASASI
Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008………………………………..39
D. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik BKMB
BAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008………………....44
1. Faktor Primordial……………………………………………...44
2. Faktor Birokrasi dan Patronase Keagamaan…………………..45
3. Faktor Partai Pengusung………………………………………47
E. Dampak Efektivitas Partisipasi Politik
BKMB BHAGASASI terhadap Pilkada 2008 Kota Bekasi………..48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………...54
B. Saran-saran…………………………………………………….55
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Transisi Indonesia ke arah demokrasi merupakan proses yang sangat
panjang dan kompleks. Setelah tumbangnya era Orde Baru partai politik tumbuh
bagaikan jamur di musim hujan, kebebasan pers, serta berbagai macam denyut
kegiatan politik yang sangat bebas mewarnai atmosfer politik di Indonesia.
Berada dalam era transisi seperti Indonesia, pendidikan demokrasi
sangatlah penting sebagai salah satu cara untuk mengaktualisasi demokrasi di
Indonesia. Dengan pendidikan tentang demokrasi ini akan menghasilkan dan
mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berpolitik dan mendorong
terbentuknya Good Governance di pemerintahan pusat maupun pemerintahan
daerah/lokal.
Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah sebagai hasil revisi Undang-undang nomor 22 tahun 1999,
memberikan efek desentralisasi kekuasaan dan memberi kesempatan bagi
masyarakat untuk membangun dan menentukan pemimpin daerahnya sesuai
dengan keinginannya. Indikasi ini menandakan diperlukannya partisipasi politik
dari masayarakat untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan publik sekaligus sebagai wadah untuk menentukan pemimpin
pemerintahan daerah.
Kedaulatan berada di tangan rakyat adalah yang mendasari konsep
partisipasi politik di negara-negara demokratis, dan partisipasi politik merupakan
8
pengejahwantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
rakyat1. Partisipasi politik juga tidak dibatasi melainkan suatu keharusan karena
tanpa partisipasi politik, kehidupan politik akan mengalami stagnasi seperti Orde-
orde atau rezim yang sudah pernah kita alami.
Dengan adanya Undang-undang No 32 tahun 2004, kebebasan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik tidak hanya ditingkat pusat.
Ditingkat daerah pun masyarakat memiliki hak yang sama dalam berpartisipasi.
Partisipasi politik masyarakat ditingkat daerah merupakan partisipasi yang
bertujuan mempengaruhi proses kebijakan publik pemerintah yang berlaku dalam
ruang lingkup daerah masing-masing baik daerah tingkat I yaitu propinsi atau
daerah tingkat II yaitu kota/kotamadya..
Pada bulan Januari 2008, kota Bekasi untuk pertama kalinya mengalami
demokratisasi politik masyarakatnya melalui pemilihan kepala daerah (pilkada)
kota Bekasi secara langsung. Pilkada juga mempunyai fungsi yang sangat penting
bagi pembelajaran demokrasi di Indonesia, dan dengan pilkada juga kita bisa
melihat sejauh mana tingkat partisipasi politik masyarakat dalam mengawali
proses demokratisasi di kota Bekasi.
Dalam Pilkada kota Bekasi, masyarakat turut berpartisipasi untuk
menentukan secara langsung siapa yang akan memimpin kota Bekasi di-5 tahun
yang akan datang. Masyarakat mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan
untuk berpartisipasi dari mengikuti kampanye-kampanye terbuka, mengukuti
debat terbuka tentang visi dan misi calon-calon kepala daerah, hingga
1 Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1998),h.3.
9
mamberikan hak suaranya untuk menentukan siapa yang akan terpilih untuk
menjadi kepala daerah kota Bekasi.
Sejarah pertumbuhan masyarakat telah memperlihatkan bahwa semakin
komplek masyarakat yang antara lain diperlihatkan oleh persaingan yang semakin
ketat dan kebutuhan yang semakin banyak jumlah ragamnya, telah meningkatkan
keperluan dan kesadaran berorganisasi di kalangan masyarakat Indonesia2.
Clifford Geertz dan para pendukungnya berpandangan bahwa agama,
suku, ras, kedaerahan dan “ikatan dasar” lainya merupakan faktor-faktor yang
mengikat anggota masyarakat dalam suatu kesatuan sosial yang pada gilirannya
mewadahi dan memotifikasikan kegiatan-kegiatan politik warga tersebut3.
Semakin modernnya suatu negara, maka kekuasaannya tidak terletak pada
pemerintah, melainkan kepada kelompok-kelompok yang berada diluar
pemerintah. Salah satu diantaranya adalah kelompok kepentingan.
Masyarakat Bekasi yang di dominasi oleh suku betawi merupakan daerah
yang sangat kultural. Dalam pilkada kota Bekasi, ormas (organisasi Masyarakat)
yang bersifat dan berdasarkan kesukuan mempunyai pengaruh dan mempunyai
kepentingan yang sangat besar. Ormas juga berusaha sedapat mungkin untuk
menyampaikan tujuan-tujuan organisasinya kepada masyarakat secara umum.
Dalam hal ini Ormas BKMB (Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)-
Bhagasasi mempunyai misi dan visi untuk kepentingan anggota atau
pendukungnya untuk membangun Bekasi dalam pilkada kota Bekasi.
2 Arbi, Sanit. Swadaya Poiltik Masyarakat, telaah tentang keterkaitan Organisasi
masyarakat, partisipasi politik, pertumbuhan hukum dan hak asasi (Jakarta:
CV.Rajawali,1985),h.40. 3 Arbi, Sanit. Swadaya Poiltik Masyarakat, h.90.
10
Menyambut pilkada kota Bekasi BKMB BHAGASASI mendukung
salah satu calon wali kota dan wakil wali kota Bekasi dan mengangkat isu
kedaerahan, pengusungan ini merupakan salah satu bentuk partisipasi politik
BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi.
Namun dalam pengusungan calon walikota dan wakil walikota Bekasi,
partisipasi politik BKMB BHAGASASI mengalami ketidakefektifan dalam
partisipasi politiknya. Hal tersebut terindikasi dengan kekalahan H.A Syaikhu dan
H.Kamaluddin Djaini kandidat calon wali kota dan calon wakil wali kota Bekasi
yang diusung oleh BKMB BHAGASASI.
Berdasarkan pemikiran dan keadaan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui partisipasi politik yang dilakukakan oleh Ormas BKMB
BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis hanya membatasi
masalah pada partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi.
Agar pembahasan ini lebih terfokus, maka penulis membuat rumusan sebagai
berikut:
1. Bagaimana bentuk partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada
kota Bekasi 2008.
2. Mengapa partisipasi politik BKMB BHAGASASI tidak efektif dalam
memenangkan kandidat yang diusungnya dalam pilkada kota Bekasi 2008.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
11
1. Untuk mengetahui bentuk Partisipasi politik BKMB Bagasasi dalam
pilkada kota Bekasi 2008
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi
politik BKMB Bagasasi dalam pilkada kota Bekasi 2008.
3. untuk mengetahui ketidak efektifan partisipasi politik BKMB
BHAGASASI
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian yang membahas tentang partisipasi politik BKMB
BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi, penulis menggunakan metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati4. Dalam hal
ini objek penilitiannya adalah BKMB BHAGASASI yang berpartisipasi politik
dalam pilkada kota Bekasi 2008. Sumber data dari penelitian ini terdiri dari dua
sumber, yaitu :
a. Sumber data primer, yaitu sumber yang harus ada berupa penjelasan dari
hasil wawancara dan menjadi sumber pokok dari data-data yang
dikumpulkan dan langsung ada kaitannya dengan masalah penelitian.
Dalam hal ini yang menjadi adalah pengurus teras BKMB BHAGASASI.
b. Sumber data sekunder, yaitu sumber-sumber lainnya yang menunjang
sumber primer, diantaranya buku-buku yang berkaitan dengan kelompok
kepentingan, dan partisipasi politik.
4Leyy, J.Moleong, Metodologi Pnelitian Kualitatif , (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya,
1997), Hal. 5
12
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan
informasi melalui tanya jawab dengan para staff ataupun para pengurus
BKMB BHAGASASI diantaranya : H.Ahmad Zurfaih. S.Sos. sebagai
Ketua Umum BKMB BHAGASASI, Abdul Khoir Sek-Jen BKMB
BHAGASASI, M.Idris Nairun salah satu dewan penasihat BKMB
BHAGASASI, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak
berstruktur, maksudnya susunan pertanyaan dapat berubah pada saat
wawancara karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat
wawancara. Teknik wawancara ini dapat memberika informasi secara
langasung dari responden atau informan.
b. Dokumenter
Teknik ini dilakukan dengan cara memperoleh data-data primer yaitu
dari referensi-referensi buku dan wawancara yang berhubungan dengan
skripsi, sedangkan sekunder melalui literature-literatur baik dari media
cetak maupun visual yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam
skripsi ini.
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian ini, penulis menggunakan teknik
deskriptif-analisis. Deskriptif-Analisis adalah menganalisa data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus yang berada dalam
BKMB BHAGASASI.
13
E. Sistematika Penulisan
Agar tersusun rapih dan sistematis, maka dalam penulisan bahasan skripsi
ini dibagi kedalam beberapa bab, yang secara rinci adalah sebagai berikut :
Pada bab pertama, dimulai dengan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Selanjutnya pada bab kedua, landasan teori yang membahas secara
konseptual tentang pengertian kelompok kepentingan, pengertian partisipasi
politik, tujuan partisipasi politik, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik dan bentuk-bentuk partisipasi politik.
Selanjutnya pada bab ketiga, membahas tentang latar belakang berdirinya
BKMB BHAGASASI, pembahasan tentang struktur organisasi BKMB
BHAGASASI, pembahasan tentang keanggotaan BKMB BHAGASASI, serta arti,
makna dan logo BKMB BHAGASASI.
Kemudian pada bab keempat menjelaskan gambaran umum pilkada kota
Bekasi 2008, menjelaskan partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada
kota Bekasi. Dalam bab ini dibahas mengenai bentuk-bentuk partisipasi politik
BKMB Bagasasi, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik BKMB
Bagasasi dalam pilkada kota Bekasi 2008, serta menjelaskan dampak efektifitas
partisipasi politik BKMB BHAGASASI terhadap pilkada kota Bekasi 2008.
Terakhir bab kelima, bab ini adalah bab penutup yang merupakan
kesimpulan dari hasil penelitian yang dibahas dalam skripsi ini.
14
BAB II
A. Kelompok Kepentingan
Semakin modernya suatu negara, maka kekuasaan suatu negara tidak mutlak
terletak pada pemerintah, melainkan kepada kelompok-kelompok yang berada
diluar pemerintah. Salah satu diantaranya adalah kelompok kepentingan.
Kelompok kepentingan (interest group) ialah sejumlah orang yang memiliki
kesamaan sifat, sikap, kepercayaan, dan/atau tujuan yang sepakat
mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan1.BKMB
BHAGASASI yang merupakan sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),
dan LSM merupakan salah satu dari kelompok kepentingan, tentunya BKMB
BHAGASASI mempunyai sebuah kepentingan dalam pilkada kota Bekasi 2008.
Berbicara artikulasi kepentingan atau penyaluran aspirasi kedalam sistem,
tidak semua kepentingan yang diartikulasikan atau disalurkan akan dipenuhi
sesuai dengan kehendak dari kelompok-kelompok kepentingan, hal ini tergantung
sejauhmana kemampuan, sumber power, dan dukungan yang dimiliki oleh
kelompok-kelompok tersebut, mengingat suatu sistem politik tidak lepas dari
pengaruh lingkungan internal dan eksternal.
Oleh karena itu, Prof. Miriam Budiardjo mengutip dari buku Gabriel
Almond dan Bingham G. Powell yang berjudul Comparative Politics Today : A
World View (1992) Mengenai kelompok kepentingan, Gabriel A. Almond dan
Bingham G. Powell membedakan menjadi beberapa jenis2 :
1. Anomic Group (kelompok Anomic)
1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo 1999), h. 109.
2 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik Edisi Revisi (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 387
15
Kelompok ini terbentuk secara spontan dan hanya seketika saja, sehingga
kegiatan kelompok ini terbentuk secara spontanitas, tidak memiliki norma-norma
atau aturan-aturan atau nilai-nilai yang jelas. Sekalipun tidak terorganisir dengan
rapi, dapat saja kelompok-kelompok ini secara spontan mengadakan aksi massal
jika tiba-tiba timbul frustasi dan kekecewaan mengenai suatu masalah. Ketidak
puasan ini diungkap melalui demontrasi dan pemogokan yang tak terkontrol, yang
kadang-kadang berakhir dengan kekerasan.
Pertangahan tahun 1970-an di Amerika terjadi gejolak politik yang sangat
dahsyat, pergolakan itu disebabkan terjadinya ketimpangan antara kulit hitam dan
kulit putih, maka terjadilah gerakan-gerakan besar-besaran dari warga kulit hitam
Amerika untuk meminta kesetaraannya baik dalam akses politiknya, ekonomi,
ketenaga kerajaan hingga tempat yang layak bagi pekerja kerah putih yang
dirasakan sangat diskriminsai sekali. Gerakan ini terjadi secara spontan akibat
tidak meratanya suatu sistem yang diadopsi pada Amerika pada saaat itu.
Hal ini juga tercermin dalam kejadian seperti pemberontakan di Berlin
Timur dan Hungaria (tahun 1050-an) dan Polandia (tahun 1980-an), demonstrasi
di Tiananmen Square (tahun 1989), masa Reformasi yang terjadi di Indonesia pafa
tahun 1997, dan demonstrasi mengutuk kartun Nabi Muhammad SAW di
Denmark (2006) dan dibeberapa negara di dunia.
2. Non Associational Group (kelompok non assosional)
Kelompok ini kurang terorganisir secara rapi dan kegiatannya bersifat
kadang-kadang saja. Keanggotaanya berdasarkan persamaan-persamaan seperti :
keluarga, status, kelas, kedaerahan, keagamaan, keturunan, atau etnis. Dalam
mengartikulasikan kepentingan-kepentingannya melalui individu-individu, klik-
16
klik, pemuka-pemuka agama, dan semacam itu. Organisai ini sifatnya tidak
formal, sehingga keanggotaannya tidak berbelit-belit seperti organisasi formal.
Organisasi ini biasanya terdapat pada kumpulan-kumpulan keluarga/daerah yang
merantau dan berdomisili di kota-kota besar dengan kegiatannan utamanya arisan
keluarga. Contohnya keluarga Padang, Maluku, Tegal, Ciamis dan lain-lain.
3. Associational Group (kelompok assosional)
Kelompok ini setara dengan organisai yang formal. Keanggotaanya
melalui prosedur yang formal. Denilkian pula dalam menentukan pimpinannya.
Organisasi ini juga dibentuk berdasarkan suatu tujuan yang eksplisit, mempunyai
organisasi yang baik dengan staff yang bekerja penuh waktu. Hal ini telah
menjadikan mereka lebih efektif daripada kelompok-kelompok lain dalam
memperjuangkan tujuannya. Contoh di Indonesia : Federasi Persatuan Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia, Himpunan Kerukunan Petani Indonesia (HKTI),
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN).
4. Institusional Group (Kelompok Institusional)
Kelompok ini bersifat formal, terorganisir secara rapi dan teratur.
Anggota kelompok ini terdiri dari orang-orang professional di bidangnya dan
mereka memiliki rencana kerja yang tersusun rapi seperti militer dan birokrasi.
Contoh di Amerika : Military industrial complex di mana Pentagon bekerjasama
dengan industri pertahanan. Contoh di Indonesia : Darma Wanita, KORPRI,
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia
17
Secara historis LSM ada di Indonesia sejak awal abad ke-20, ketika itu
LSM lahir sebagai cerminan dari kebangkitan kesadaran golongan masyarakat
menengah terhadap kemiskinan dan ketidakadilan sosial3.
Sejak Indonesia merdeka, LSM pertama kali terbentuk pada tahun 1957
dengan berdirinya PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia), lembaga
yang akhirnya menjadi mitra pemerintah ini menjadikan pembinaan keluarga yang
sehat sebagai fokus kegiatannya.
Dengan mendasar pada analisa Hope dan Timel (1999) yang kemudian
dilengkapi dengan pemikiran Eldridge dan Kothari serta analisis idiologi-idiologi
utama dunia oleh Baradat, Roem Topatimasang-seorang Aktivis LSM senior di
Indonesia- mengemukakan bahwa dilihat dari sudut orientasi, LSM di Indonesia
dapat dibagi dalam 5 kelompok paradigma yaitu4 :
A. LSM penganut paradigma kesejahteraan. Melihat bahwa sebab-sebab
kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat adalah kekuatan yang berada di
luar kendali manusia, seperti nasib/takdir dan bencana alam. Dengan dasar
pemikiran ini, tujuan LSM tipe paradigma kesejahteraan adalah menolong
atau mengurangi penderitaan mereka melalui kegiatan berbentuk derma,
sedekah, atau santunan. LSM kelompok ini cenderung toleran, bahkan
mempertahankan status quo dan selalu berusaha membantu pemerintah,
menghindari konflik dan pandangan politik konservatif. Contoh LSM yang
menganut paradigma ini adalah Dian Desa dan Yayasan Ilmu Sosial.
B. LSM penganut paradigma modernisasi. LSM ini memandang bahwa
keterbelakangan, termasuk kemiskinan, disebabkan oleh rendahnya
3 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, h. 388
4Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,h. 390.
18
pendidikan, penghasilan, keterampilan, dan juga kesehatan, khususnya gizi.
Karena itu segala kegiatannya ditujukan untuk memperbanyak prasarana
(dengan membangun sekolah atau klinik-klinik kesehatan), atau meningkatkan
pendapatan (dengan menyediakan modal).
LSM ini biasanya punya tertib administratif, formal, dan cenderung
birokratis, namun mengarah kemodernisasi. Pandangan politiknya cenderung
konservatif, menghindari konflik, melakukan perubahan secara fungsional,
dan mendukung pemerintah. Contoh LSM ini adalah : PKBI, Lakpesdam
(NU), Bina Swadaya, dan LP3M.
C. Kelompok ketiga adalah yang berparadigma Reformasi. LSM kelompok ini
berkeyakinan bahwa sumber dari masalah sosial adalah lemahnya pendidikan,
korupsi, missmanajemen, dan disefisiensi. Karena itu mereka memilih
aktivitas-aktivitas berupa memperbanyak tenaga professional, perbaikan
peraturan dan perundang-undangan, pemberlakuan sanksi yang berat terhadap
pelanggar hukum. Semua itu dimaksudkan untuk memperkuat pengawasan ,
memperbaiki manajemen pelayanan umum, dan meningkatkan disiplin
hukum. Pandangan LSM kelompok ini terhadap perubahan sosial masih
menganut pendekatan fungsional dan cenderung menghindari konflik.
Pandangan politiknya yang liberal mengarah ke reformasi yang bertujuan
menata kembali dan merampingkan pemerintah. Contoh LSM yang masuk
dalam kelompok ini adalah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi),
Kalyanamitra, dan prakarsa.
D. Kelompok LSM yang keempat ini berparadigma liberasi atau pembebasan.
LSM kategori ini berpandangan bahwa penyebab segala keterbelakangan,
19
termasuk kemiskinan, adalah penindasan, pengisapan, atau eksploitasi, dan
pembodohan rakyat. Karena itu mereka menentang semua bentuk
“penindasan”. Bentuk kegiatan yang dilakukan biasanya berupa pendidikan
politik popouler, pencetakan kader gerakan, mobilisasi aksi, ataupun
kampanye pembentukan opini publik. Gaya kerjanya biasanya populis,
militant, kerja tim, dan berdisiplin ketat. LSM kategori ini lebih meninginkan
perubahan yang struktural dan menghargai serta mengelola konflik.
Pandangan politknya radikal, liberal, menuntut otonomi mutlak untuk rakyat,
ingin mengurangi atau menghapuskan struktur pemerintahan atau negra (a la
Gramci), atau paling tidak mengganti pemerintah. LSM kategori ini diilhami
oleh paham kemerdekaan, hak asasi manusia, dan teknologi pembebasan.
Contoh LSM dalam kategori ini adalah LP3ES dab P3M.
E. LSM pemeluk pradigma Transformasi. LSM kelompok ini menganggap
bahwa sumber keterbelakangan dan kemiskinan adalah ketidak adilan tatanan
sosial, ekonomi, dan politik. Karena itu mereka sangat inginkan menciptakan
tatanan baru yang lebih adil. Kegiaan-kegiatannya biasanya dilakukan melalui
penyadaran politik, pengorganisasian rakyat, mobilisasi aksi, dan membangun
jaringan advokasi. Struktur dan organisasi gaya kerjanya biasanya mirip
dengan LSM penganut paradigma liberasi, yaitu populis, militant, kerja tim,
dan berdisiplin tinggi. LSM jenis ini dalam pandangannya mengenai
perubahan sosial juga meninginkan perubahan structural, dan tidak segan-
segan berkonflik. Pandangan politiknya radikal dan sama dengan kelompok
liberasi. LSM kelompok ini sangat yakin bahwa rakyat punya kemampuan
untuk melakukan perubahan. Contoh LSM kelompok ini adalah YLBHI, dan
20
Infight. LSM-LSM tersebut masuk dalam kelompok ini tetapi juga masih
mempunyai sifat LSM pembebasan.
Politikus dan pemikir politik Prancis Alexis de Tocqueville, berpandangan
bahwa LSM mempunyai tiga Fungsi bagi pemerintah5. pertama yaitu sebagai
organisasi-organisasi yang disebutnya sebagai organisasi sukarela (volunteer
organization) yang berdiri atau dibentuk di atas asas suka sama suka di antara
anggota-anggota masyarakat itu penting artinya, karena hal itu merupakan sumber
demokrasi. Lewat asosiasi itulah rakyat melakukan partisipasi politik. Organisasi
seperti ini menjalankan fungsi kontrol terhadap pemerintah, melakukan mobilitas
sumber daya dan menjalankan berbagai kegiatan dari dan untuk masyarakat yang
dalam masyarakat-masyarakat lain mungkin dijalankan oleh pemerintah atas
negara. Dengan perkataan lain, mereka melakukan pelayanan terhadap masyarakat
secara swadaya.
Fungsi yang kedua, Tocqueville juga berpandangan NGO/LSM sebagai
"lembaga antara" yang menghubungkan warga negara dengan pemerintah.
Sekalipun hal itu penting artinya, namun yang menyebabkan lembaga ini berdiri
atas dasar haknya sendiri adalah bahwa lembaga-lembaga ini mengekspresikan
nilai-nilai bangsa (nation's values). Dalam mengekspresikan nilai-nilai itu,
lembaga-lembaga ini memeliharanya baik-baik dengan memberikan kesempatan
kepada masyarakat sendiri untuk mengujinya kembali, membentuknya lagi dan
menerapkannya. Ia mengakui bahwa NGO/LSM memiliki sumbangan penting
terhadap kesehatan budaya suatu bangsa.
5 M. Dawam Rahardjo, “Teori Tentang LSM”, artikel diakses tanggal 2 Februari 2008
dari www.Republika.com
21
Fungsi yang ketiga, LSM bagi Tocqueville juga mempunyai fungsi
sebagai penengah, LSM kerap kali memang menyuarakan kepentingan
masyarakat kepada pemerintah. Di sinilah LSM harus bersikap kritis. Misalnya
karena membela rakyat desa yang digusur oleh proyek Kedung Ombo, membela
rakyat miskin kota yang tergusur. Tetapi, LSM ada kalanya harus memberi
penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan pemerintah agar tidak terjadi
konflik. Karena itu maka LSM tidak selalu bisa dipandang sebagai kekuatan
oposisi berhadapan dengan pemerintah, yaitu sebagai agen pembangunan. Dalam
kerangka pembangunan dan perubahan sosial ini LSM sebenarnya juga
merupakan mitra pemerintah.
Sikap kritis ini hendaknya dipahami, karena LSM itu memang tumbuh
sebagai kekuatan pengimbang, baik terhadap pemerintah maupun swasta.
Kekuatan pengimbang ini diperlukan agar mekanisme demokrasi dapat bekerja.
Selain itu harus diingat pula bahwa LSM tidak mesti dapat dinilai sebagai
kekuatan oposan, karena LSM adalah dua mitra pemerintah dalam pembangunan6.
• Saluran-saluran yang dapat digunakan
Sebagai suatu kelompok kepentingan yang akan menyalurkan
kepentingan-kepentingannya atau aspirasi-aspirasinya, maka terdapat berbagai
cara yang dapat dilakukan oleh mereka, menurut Gabriel Almond ada empat cara
yaitu7:
a. Personal Conection (Hubungan pribadi)
6M. Dawam Rahardjo, “Teori Tentang LSM,” 7 Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik (Jakarta:PT. Bina Aksara, 1984).
cet,1
22
Hubungan ini bisa melalui hubungan keluarga, asal sekolah (almamater)
atau hubungan yang bersifat kedaerahan. Jadi sifatnya tidak formal.
Negatifnya, di Indonesia personal conection ini menjadi suatu penghambat
bagi kerjanya suatu sistem birokrasi di Indonesia. Karena adanya Personal
Conection ini seringa kita merasakan pahitnya menghadapi meja birokrasi jika
kita tidak mempunyi personal conection. Entah sampai kapan meja birokrasi
Indonesia lepas dari hubungan personal conection ini.
b. Elite Representation (perwakilan langsung atau elit)
Perwakilan dalam badan legislative atau birokrasi. Perwakilan ini dapat
berlangsung atau berjalan apabila kelompok kepentingan yang bersangkutan
mempunyai anggota yang duduk di dalam legislatif maupun badan eksekutif. Jadi
sifatnya agak formal.
c. Formal & Intitutional (saluran resmi dan kelembagaan)
Saluran ini biasanya melalui: Media massa (TV, radio, dan surat kabar),
Partai politik, badan legislatif, kabinet dan birokrasi.
Contohnya adalah Think-Tank, suatu lembaga formal yang bergerak di
bidang kajian, sekarang adalah lembaga formal yang menjadi partner dengan
pemerintah. Contoh kasus dalam mengambil kebijakan mengenai Bantuan
Langsung Tunai (BLT) dan Konversi Energi Gas pemerintah bekerjasama
dengan suatu lembaga kajian (Freedom Institut) untuk mengambil suatu strategi
mengenai BLT dan konversi Energi Gas, tetapi apakah lembaga kajian tersebut
benar-benar mewakili dari pemerintah, atau hanya sekedar mendapatkan proyek
saja?, Who knows?
d. Protedemontrstions (demonstrasi dan kekerasan)
23
Saluran ini bentuknya seperti: huruhara, kerusuhan, konfrontasi dan lain-
lain.
B. Pengertian Partisipasi Politik
Yang dimaksud partisipasi politik adalah keikutsertaan anggota
masyarakat dalam memilih pemimpin-pemimpinnya dan dalam mempengaruhi
perbuatan dan pelaksanaan keputusan (kebijaksanaan umum). Partisipasi ini dapat
berlangsung ditingkat nasional, daerah, maupun tingkat desa8. Partisipasi politik
harus pula dibedakan dengan mobilisasi politik, karena partisipasi politik
terkandung didalamnya unsur paksaan, baik secara halus maupun secara terbuka.
Samuel P. Huntington mendefenisikan, partisipasi politik sebagai aktivitas
yang dilakukakan oleh individu atau warga negara secara pribadi untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah. Selanjutnya, oleh Huntington
dibedakan beberapa macam bentuk partisipasi politik. Salah satu diantaranya atau
voting, dan tindakan-tindakan lainnya yang bisa mempengaruhi hasil pemilu9.
Ramlan Surbakti secara umum berpendapat bahwa partisipasi politik dapat
diartikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam menentukan segala keputusan
yang menyangkut dan memengaruhi hidupnya. Partisipasi politik masyarakat
yang dilakukan lewat kontrol terhadap proses perumusan, pelaksanaan dan
penilaian suatu kebijakan pemerintah akan berpengaruh positif dalam
pembangunan.
Sedangkan Miriam Budiardjo mendefenisiskan Partisipasi politik adalah
kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politk, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara
8 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 84.
9 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Di Negara Berkembang,(Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 1994), h. 6-7.
24
langsung atau tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup
tindakan memberikan suara dalam pemilu, menghadiri rapat umum, menjadi
anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan
(contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen10.
Kegiatan-kegiatan partisipasi politik ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi
anngota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya, dan di dalam
kelompok tersebut memiliki perspektif yang berbeda-beda terhadap kehidupan
sosial-politik, dan mengajukan bermacam-macam tuntutan kepada pemerintah11
.
Di negara-negara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi
politik ialah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui
kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat
itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk
kepemimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan penjelmaan dari
penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat.
Sedangkan Michael Rush dan Philip Althoff dalam bukunya (Pengantar
Sosiologi Politik) membagi menjadi beberapa jenis partisipasi politik yaitu12
:
1. Berdasarkan bentuk partisipasi dalam politik. Menurutnya (Michael Rush dan
Philip Althoff) ada sedikit kesulitan dalam penyajian berbagai bentuk patisipasi
politik, terlepas dari tipe sistem politik yang bersangkutan, yaitu : mereka adalah
para politisi professional, para pemberi suara, aktivis-aktivis partai dan
10
Mirriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik, h.1 11
William Liedle, Partisipasi dan Partai Politik, h. 173. 12
Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : Rajawali Pers
2003), hlm 121.
25
demonstran. Dan mereka itu dibedakan dari partisipasi-partisipasi politik lainnya,
dalam hal, bahwa pada berbagai taraf mereka berkepentingan dengan pelaksanaan
kekuasaan politik yang formal. Hal ini tidak menghapus pelaksanaan kekuasaan
yang sesungguhnya, maupun pelaksanaan pengaruh oleh individu-individu atau
kelompok-kelompok lain dalam sistem politik.
2. Bersarkan siapa yang berpartisipasi dan Mengapa?. Dalam menyelidiki sebab-
sebab sesorang berpartisipasi kita harus bertanya mengapa beberapa orang
mengahindari (apati) pada bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi
pada tingkatan yang paling rendah saja. Semua ini menjadi penting, sehubungan
dengan fakta, bahwa mereka yang benar-benar berpartisipasi dalam bentuk yang
paling banyak dalam aktifitas politik, merupakan minoritas (seringkali berupa
minoritas yang sangat kecil) dari anggota suatu masyarakat. Macam-macam
istilah diterapkan pada mereka yang tidak turut berpartisipasi, dan mereka
dilukiskan secara berbeda-beda sebagai apatis, sinis alienasi (terasing), dan anomi
(terpisah)13.
Sedangkan di negara-negara komunis pada masa lampau, partisipasi massa
pada umumnya diakui kewajarannya, karena secara formal kekuasaan ada di
tangan rakyat. Akan tetapi, tujuan utama dari negara komunis adalah unutk
merombak, dalam masa yang pendek, masyarakat terbelakang menjadi
masyarakat modern, produktif, kuat dan berideologi komunis, dan hal ini
memerlukan disiplin dan pengerahan ketat dari suatu partai politik yang
berkedudukan monopoli.14
13
Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik . hlm 143 14 Miriram Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik , hlm 12.
26
Akan tetapi disadari bahwa mengikutsertakan rakyat dalam kegiatan
pembangunan adalah sangant penting dalam rangka memperoleh dukungan bagi
rezim dan unutk mengembangkan rasa bangga dan loyalitas pada negara.
Terutama partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum dianggap dapat
mempertebal keterlibatannya dalam usaha pembangunan masyarakat ke arah
masyarakat komunis , jadi mempunyai aspek psikologis yang sangat kuat,
sekaligus persentase partisipasi yang tinggi dapat memeprkuat keabsahan
rezimnya di mata dunia.
• Tujuan Partisipasi Politik
Melalui definisi yang dikemukakan oleh para sarjana dan beberapa para
ahli politik, dapat diketahui bahwa pada dasarnya pertisipasi politik bertujuan
untuk mempengaruhi pembentukan kebijakan publik, menentukan serta memilih
pemimpin yang sesuai dengan kepentingan bagi kelompoknya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik
Partisipasi politik sangat bervariasi antara golongan masyarakat yang satu
dengan golongan masyarakat yang lainnya. Masyarakat juga mempunyai variasi
sikap politik tersendiri, ada yang bersikap apatisme yaitu orang yang tidak
berminat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, atau gejala umum
maupun khusus yang ada dalam masyarakatnya. Adapula yang mempunyai sikap
sinisme yaitu sikap politik yang menghayati tindakan dan motif orang lain dengan
persaan curiga, orang seperti ini beranggapan bahwa politik itu kotor, tidak dapat
dipercaya dan kekuasaannya dijalankan oleh orang-orang yang tidak mempunyai
27
moral. Lalu ada juga masyarakat yang mempunyai sikap aliensi, yaitu seseorang
merasa asing dari kehidupan politik dan terasing pula dari pemerintahan
masyarakat, dan yang terakhir ada juga masyarakat yang bersikap anomi, yaitu
masyarakat atau seseorang merasa kehilangan nilai dan arah hidup sehingga tidak
bermotivasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti dalam hidupnya.15
Menurut Arifin Rahman yang mengutip dari Myron Weiner dalam Sistem
Politik Indonesia, setidaknya terdapat lima hal yang menyebabkan timbulnya
gerakan ke arah partisipasi yang lebih luas dalam proses politik, antara lain :16
1. Modernisasi; Komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang
meningkat, perbaikan pendidikan dan pengembangan media komunikasi masa.
Ketika penduduk kota baru – yaitu buruh, pedagang dan kaum professional –
merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi nasib mereka sendiri, mereka makin
banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.
2. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial; Begitu terbentuk suatu kelas
pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses
industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan plitik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-
perubahan dalam pola partisipasi politik.
3. Pengaruh kaum Intelektual dan Komunikasi Massa Modern; Kaum intelektual
– sarjana, filosof, pengarang, dan wartawan – sering mengemukakan ide-ide
seperti egaliarianisme dan nasionalisme kepada masyarakat umum untuk
membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan
keputusan politik.
15
Rafel Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik 16
Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia,( Surabaya : SIC,2002.) h.130.
28
4. Konflik dianara kelompok-kelompok Pemimpin Politik; Kalau timbul kompetisi
memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan oleh kelompok-
kelompok yang saling berhadapan adalah mencari dukungan rakyat. Dalam hal ini
mereka tentu menganggap sah dan memperjuangkan ide-ide partisipasi massa dan
akibatnya menimbulkan gerakan-gerakan yang menuntut agar hak-hak ini
dipenuhi. Jadi, kelas-kelas menengah dalam perjuangannya melawan kaum
aristocrat telah menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak-hak pilih
rakat.
5. Keterlibatan Pemerintah yang Meluas dalam Urusan Sosial, Ekonomi, dan
Kebudayaan; Perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang –bidang kebijaksanaan
baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi
semakin menyusup ke segala segi kehidupan sehari-hari. Tanpa hak-hak sah atas
partisipasi politik, individu-individu betul-betul tidak berdaya menghadapi dan
dengan mudah dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan pemerintah yang
mungkin ruang lingkup aktivitas pemerintah dapat sering merangsang timbulnya
tuntutan-tuntutan yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam
pembuatan keputusan politik.
Sejalan dengan faktor-faktor yang menyebabkan partisipasi politik tersebut
di atas, Rafael Raga Maran mengutip pernyataan Morris Rosenberg yang
mengemukakan bahwa terdapat tiga alasan mengapa orang tidak mau
berpartisipasi dalam kehiduan berpolitik.17
17 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, h.156.
29
Pertama, karena ketakutan akan konsekuensi negatif dari aktivitas politik.
Dalam hal ini orang beranggapan bahwa aktivitas politik merupakan ancaman
terhadap kehidupannya.
Kedua, Menganggap sia-sia karena partisipasinya tidak akan
mempengaruhi proses dan hasil politik pemerintah.
Ketiga, karena tidak adanya perangsang untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik, atau tidak ada hasil yang didapat dari partisipasi politik, maka
orang pun akan enggan untuk melakukan partisipasi dalam aktivitas politik.
D. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
David F Roth dan Frank L. Wilson dalam bukunya The Comparative
Study of Politics, yang dikutip oleh Miriam Budiarjo menunjukan bahwa aneka
ragam partisipasi politik itu membentuk suatu piramida partisipasi politik.
Bentuk partisipasi politik itu beraneka ragam bentuknya tergantung pada
frekuensi dan intensitasnya. Orang-orang yang memberikan suara dalam pemilu
besar sekali, karena tidak hanya menyita waktu, sedangkan orang-orang yang aktif
dan sepenuhnya waktu melibatkan diri dalam politik sangat kecil sekali, misalnya
menjadi pimpinan partai atau berkecimpung dalam kelompok kepentingan.
Kedua kelompok orang tersebut bisa dimisalkan sebagai suatu pramida
yang alasnya lebar, tetapi semakin ke atas semakin menyempit sebanding dengan
intensitas kegiatan politik dan bobot komitmen dari orang yang bersangkutan18
18 Miriam Budiarjo, 1981. Hal, 6.
30
GAMBAR PIRAMIDA PARTISPASI POLITIK
Sumber : David.F, Roth dan Frank.L. Wilson, the comparative study of politics, Houghton Milffin
Company, Boston, 1976, hal. 159. Dalam Miriam Budiardjo (penyunting), Partisipasi
dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, PT. Gramedia, Jakarta, 1981, hal.6
Adapun Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik itu kedalam
dua bagiaan yaitu:
1. Partisipasi politik konvensional yaitu, bentuk partisipasi politik yang normal
dalam demokrasi modern. Bentuk partisipasi ini meliputi :
a. Pemberian suara
b. Mengikuti diskusi politik
c. Mengikuti rangkaian kegiatan kampanye
d. Menbentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan
e. Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administrative
2. Partisipasi politik non-konvensional, meliput:
a. Pengajuan petisi
b. Berdemonstrasi
Pejabat partai
sepenuh waktu,
pemimpin
partai/kelompo
k kepentingan
Petugas kampanya anggota aktif dari partai/kelompok,
kepentingan aktif dalam proyek-proyek social .
Menghadiri rapat umum anggota partai/kelompok
kepentingan membicarakan masalah politik, mengikuti
perkembangan masalah politik dari media masa dan
memberikan suara dalam pemilihan umum.
Orang yang apolitis
31
c. Konfrontasi
d. Tindakan politik terhadap harta benda (perusakan, pemboman, dan
pembakaran)
e. Tindakan kekerasan politik terhadap manusia (Penculikan, dan
pembunuhan)
f. Perang gerilya dan Revolusi
Sedangkan menurut Samuel Huntington, peran serta atau paertisipasi
masyarakat dapat dikategorikan ke dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:19
1. Electoral activity, adalah segala kegiatan yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan pemilu termasuk dalam kegiatan ini adalah ikut serta
memberilan dana untuk kampanye sebuah partai politik, memberikan suara,
mengawasi perhitungan dan pemilihan suara, dan mengajak serta mempengaruhi
seseorang untuk mendukung partai tertentu.
2. Lobbying, yaitu tindakan seseorang maupun kelompok untuk menghubungi
pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhi
pejabat atau tokoh politik tersebut ikut serta dalam masalah yang menyangkut dan
mempengaruhi kehidupan mereka.
3. Organizational Activity, adalah keterlibatan warga masyarakat ke dalam
berbagai organisasi politik dan sosial baik sebagai pemimpin, aktivis, maupun
anggota.
19 Samuel P.Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,h. 8.
32
4. Contacting, yaitu partisipasi politik yang dilakukan oleh warga negara dengan
langsung mendatangi maupun menghubungai lewat telepon pejabat pemerintah
ataupun tokoh politik.
5. Violence, adalah cara-cara yang ditempuh melalui jalan kekerasan untuk
mempengaruhi pemerintah.
Dari semua penjelasan tentang bentuk partisipasi politik, secara umum
bentuk partisipasi politik rakyat ada yang bersifat mendiri (otonom) dan kelompok
(dimobilisasi). Partisipasi otonom adalah dimana seseorang individu dapat
melakukan kegiatan partisipasi politiknya atas inisiatf dan keingin sendiri, hal
tersebut dilakukan semata-mata karena rasa tangging jawabnya dalam kehidupan
berpolitik. Sedangkan partisipasi politik yang tidak berdasarkan atas keinginan
sendiri tetapi berdasarkan pada permintaan kelompoknya atau digerakkan oleh
orang lain, bentuk partisipasi politik inilah yang disebut dengan partisipasi yang
dimobilisasi20.
Namun, sebagai negara demokrasi yang sedang berkembang, analisa
modern yang berkaitan dengan partisipasi politik merupakan suatu kelayakan
studi yang sangat penting. Namun seiring berkembangnya demokrasi di negara
kita, maka banyak muncul kelompok masyarakat atau golongan masyarakat yang
tergabung di dalam LSM atau tergabung di dalam kelompok kepentingan yang
berpartisipasi di dalam dunia politik untuk mempengaruhi proses pengambilan
keputusan dari pemerintah mengenai kebijakan umum.
20 Samuel P Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, h. 9
33
BAB III
PROFIL BKMB BHAGASASI
A. Latar Belakang Berdirinya BKMB BHAGASASI
• Sejarah Dan Terbentuknya BKMB BHAGASASI
Berawal dari sebuah pertemuan informal di kediaman Baba H. Saady
Muchsin (Sesepuh Masyarakat Bekasi) di Pondok Ungu pada tahun 1987 yang
dihadiri oleh beberpa tokoh Bekasi antara lain : H. Muhtadi Muchtar, Drs.
Damanhuri Husein, Hanafi Ali, Lukmanul Hakim dan lain-lainnya, menghasilkan
kesepakatan untuk membentuk wadah berkumpulnya masyarakat Bekasi.
Dilanjutkan dengan perbincangan kecil diantara beberapa tokoh muda
masyarakat Bekasi seperti Muchtadi Muchtar, Drs. H. Amir Syarifuddin, Dede
Abdurrachmat, Adi Firdaus MSc, Abdurrahman Mufti SmHK, dan Chairul Saleh
pada saat ta’ziyah wafatnya H.Ramdani Ridwan, (Tanggal 13 April 1997).
Diantara para tokoh terlintas kerinduan yang mendalam untuk mempererat tali
silaturrahmi dan memperkokoh tali komunikasi yang kondusif diantara sesama
masyarakat pribumi Bekasi. Akhirnya perbincangan itupun menghasilkan arti dan
makna yang positif.
Dari hasil perbincangan diatas, kemudian ditindaklanjuti dan
dikembangkan secara mendasar melalui kontribusi Ade Abdurrachmat bersama H.
Ady Firdaus, MSc. Kemudian tercetuslah sebuah langkah pemikiran segera
memperluas solusi kearah terbentuknya suatu wadah silaturrahmi masyarakat
Bekasi yang formal atau melembaga.
34
Untuk mewujudkannya pada 17 Oktober 1997, akhirnya diundanglah
beberapa potensi pemuda yang diharapkan dapat memperluas visi dan orientasi
untuk lebih mempertajam pemikiran kearah yang lebih efektif dalam mengawali
langkah proses pembentukan wadah silaturahmu masyarakat Bekasi, melalui
sebuah pertemuan yang diadakan di rumah kediaman H. Ady Firdaus, MSc.
Dalam pertemuan pada 17 Oktober 1997 tersebut perlu mengambil
langkah konkrit dalam mengawali proses pembentukan wadah silaturahmi
masyarakat Bekasi, melalui Tim Kerja (Team Work) sebanyak sembilan orang,
yang pada akhirnya dinmakan TIM SEMBILAN, yang terdiri dari :
1. H.Ady Firdaus, MS. (Sebagai Ketua Tim merangkap Anggota)
2. Dede Abdurarachmat (Sekretaris Tim merangkap Anggota)
3. Hasbiallah, SE. S.Ag. (Sebagai Anggota Tim)
4. Drs. Dede Rachmat (Sebagai Anggota Tim) 5. Elfi Muhiddin, MSc. (Sebagai Anggota Tim)
6. Ansori H. Asmawi, SE. (Sebagai Anggota Tim) 7. H. Hans Muntahar (Sebagai Anggota Tim)
8. Drs. Lukmanul Hakim (Sebagai Anggota Tim) 9. T. Teguh Iman S (Sebagai Anggota Tim)
Sebagai langkah awal dari kerja tim sembilan adalah berupaya
mengakomodasikan kontribusi pemikiran, saran, pendapat, dan nasehat serta
dukungan moril dari berbagai tokoh masyarakat Bekasi yang meliputi unsur
pesantern, unsur alim-ulama, unsur sesepuh masyarakat, unsur pemuda, dan unsur
birokrasi yang bisa mewakili kontribusi pemikiran masyarakat Bekasi pada
umumnya, diantaranya adalah :
1. Bapak Saady Muchsin (Unsur sesepuh masyarakat Bekasi) 2. KH. Amin Nur (Unsur Pesantren)
3. KH. Aminulloh Muchtar (Unsur Alim-Ulama) 4. Drs. H. Muchtadi Muchtar (Unsur Eksponen ’66)
5. Drs. Paray Said, MBA (Unsur Pemuda)
35
Dari hasil pertemuan melalui kunjungan ketempat kediaman (home visit)
dengan tokoh masyarakat tersebut diatas, secara prinsip tim sembilan memperoleh
dukungan yang sangat positif.
Segala sumbangan pemikiran, saran, pendapat, dan nasihat dijadikan
sebagai bahan rujukan (referensi) bagi tim sembilan didalam mengiringi gerak dan
langkah berikutnya menuju kearah pembentukan wadah silaturrahmi masyarakat
asli Bekasi.
Berangkat dari dukungan moril yang sangat positif serta kontribusi
pemikiran tokoh masyarakat yang telah menjadi bahan referensi bagi tim
sembilan, maka tim sembilan pun merasa perlu untuk menggulirkan solusi
gagasan kepada forum yang lebih luas, dalam bentuk stimulasi respon, guna
memperoleh umpan balik (feed back) untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur
dalam mencapai sepakat dalam mempertajam proses pembentukan wadah
silaturahmi masyarakat Bekasi secara lebih terarah dan tepat sasaran. Melalui
pertemuan yang dinamakan “FORUM SILATURAHMI MASYARAKAT ASLI
BEKASI”. Yang diadakan pada 19 November 1997 di aula KH. Nur Ali Gedung
Islamic Center Bekasi.
Sumbangan pemikiran dan respon positif serta dukungan moril yang
terakumulasi dari semua pihak yang hadir pada 19 November 1997, merupakan
hembusan angin segar bagi tim sembilan terutama atas keterbukaan dan kesediaan
Bapak Drs. Dede Satibi dan H. Abdul Manan yang keduanya adalah sosok figur
masyarakat Bekasi, untuk secara bersama bergandengan tangan dalam upaya
mewujudkan gagasan masyarakat Bekasi yang berorientasi ke depan dalam
menghantarkan bagi kemaslahatan masyarakat Bekasi itu sendiri.
36
Akhirnya forum yang digelar pada 19 November 1997 tercatat sebagai
akses pembuka jalan kearah terbukanya wadah silaturrahmi masyarakat Bekasi
secara melembaga/formal, yang senantiasa telah lama dirindukan oleh masyarakat
Bekasi.
Menindak lanjuti hasil pertemuan tanggal 19 November 1997, maka tim
sembilan dengan di jembatani oleh Drs. Damanhuri Husein seorang senior
birokrat putra bekasi, mengambil langkah pada satu tahap kearah terbentuknya
wadah silaturahmi masyarakat Bekasi, melalui forum akbar yang melibatkan
sekitar kurang lebih 200 orang yang diundang dari seluruh lapisan masyarakat
Bekasi untuk secara bersama mempertajam konsep kelembagaan secara utuh, dan
pada pertemuan ini akhirnya ditetapkan sebagai wadah kelahirannya BKMB
BHAGASASI.
Sebenarnya visi dan misi dari BKMB BHAGASASI awlanya sangat
sederhana, kalau sudah berkumpul dan terasa kompak maka para anggota BKMB
BHAGASASI harus punya kontribusi yang signifikan bagi proses pembangunan
pemerintahan Kota Bekasi, Dan awal berdirinya BKMB BHAGASASI adalah
sebagai murni sebuah paguyuban bagi masyarakat asli Bekasi untuk menyatukan
semua potensi masyarakat Bekasi dan tidak mempunyai aspek politik1.
Namun dengan berjalannya waktu, terlebih setelah razim Soeharto
tumbang dan masuknya atmosfer Reformasi maka sebagai sebuah organisasi
tempat berkumpulnya masyarakat asli Bekasi, BKMB BHAGASASI mempunyai
kepentingan-kepentingan terhadap pembangunan di bidang politik bagi
pemerintahan Bekasi, dengan memberikan masukan-masukan kepada lembaga
1 Wawancara dengan Ketua Umum BKMB BHAGASASI Bpk. H.Ahmad Zurfaih S.Sos.
Bekasi tanggal 13 Juli 2008.
37
politik serta terjun dan aktif langsung terhadap perkembangan politik2. Dengan
inilah BKMB BHAGASASI masuk kepada ranah politik.
Untuk mengenang terbentuknya sejarah kota Bekasi, saat itu pula BKMB
menjadi BKMB BHAGASASI, karena Bhagasasi di ambil dari asal-muasal kata
Bekasi, dan berdasarkan penelusuran Purbatjaraka, kata Bekasi secara filologis
berasal dari kata Candrabhaga ; Candra berarti “bulan” dan bhaga berarti
“bagian”. Jadi, secara etimologis kata Candrabhaga berubah menjadi Sasibhaga
atau Bhagasasi3.
BKMB BHAGASASI yang didirikan berasaskan Pancasila dan
berlandaskan UUD 1945 mempunyai tujuan yaitu4 :
1. Menjalin komunikasi yang kondusif diantara masyarakat Bekasi dengan
pemerintah dan antara masyarakat bekasi dengan masyarakat lainnya.
2. Meningkatkan peran aktif keluarga masyarakat Bekasi dalam pelaksanaan
pembangunan daerah dan nasional.
3. Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan sikap untuk menumbuh
kembangkan semangat persatuan dan kesatuan masyarakat Bekasi melalui
silaturahmi dan musyawarah.
4. Menggali dan memanfaatkan segenap potensi Bekasi untuk memberikan
kontribusi nyata bagi pelaksanaan pembangunan.
5. Berperan aktif dalam seluruh proses pembangunan nasional khususnya dalam
meningkatkan keimanan dan ketakwaan, membangkitkan kualitas sumber daya
2 Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi
tanggal 8 Juli 2008. 3 Abdul Khoir, dkk.,Sejarah Bekasi (Bekasi : ARPUSLAHTA Kab. Bekasi, 2002), h. 1.
4 AD/ART BKMB BHAGASASI, h.18.
38
manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan
derajat, dan martabat masayarat Bekasi.
B. STRUKTUR ORGANISASI BKMB BHAGASASI
1. Kepengurusan BKMB BHAGASASI
a. Dewan Penasehat, terdiri dari para sesepuh atau tokoh masyarakat
Bekasi yang berjasa dalam perjuangan dan pembangunan Bekasi.
Dewan Penasehat juga mempunyai hak dan kewajiban memberikan
saran dan nasehat kepada dewan pengurus BKMB BHAGASASI.
b. Dewan Pengurus, terdiri dari :
1. Seorang ketua umum (disebut Baba)
2. Seorang ketua harian (disebut Abang Wakil)
3. Ketua-ketua (disebut Abang Bek)
4. Seorang Sekretaris Umum (disebut Abang/Empo Juru Tulis)
5. Sekretaris-Sekretris (disebut Abang/Empo Juru Tulis)
6. Seorang Bendahra (disebut Abang/Empo Bendahara)
7. Bendahara-bendahara (disebut Abang/Wakil Bendahara)
8. Bidang-bidang yang masing-masing dipimpin oleh seorang ketua
bidang (disebut Abang/Empo Mandor)
9. Kademangan, yaitu pengurus di tingkat Kecamatan atau daerah luar
Bekasi (disebut Demang)
10. Kemandoran pengurus di tingkat Desa / Kelurahan (disebut Mandor)
Para pengurus ini mampunyai hak dan kewajibannya yaitu menjalankan
amanat dan ketetapan musyawarah besar BKMB BHAGASASI, memutuskan dan
39
menetapkan kebijakan organisasi baik berupa pedoman organisasi maupun
keputusan-keputusan lainnya, serta memberikan laporan pertanggungjawaban atas
segala amanat yang dilaksanakan pada musyawarah besar BKMB BHAGASASI
berikutnya.
C. KEANGGOTAAN BKMB BHAGASASI
1. Penerimaan Anggota
a. Anggota Biasa
Yang diterima sebagai anggota biasa BKMB BHAGASASI adalah
keluarga masyarakat Bekasi, keturunan asal Bekasi, ataupun perpaduan
keturunan dan perpaduan perkawinan asal Bekasi, atau kelahiran serta
menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BKMB
BHAGASASI.
b. Anggota Luar Biasa
Yang bisa diterima sebagai anggota luar biasa adalah masyarakat
Bekasi yang telah berdomisisli di Bekasi serta menerima Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BKMB BHAGASASI.
c. Anggota Kehormatan BKMB BHAGASASI.
Yang dapat di terima sebagai anggota kehormatan BKMB
BHAGASASI adalah anggota masyarakat yang karena keahliann dan
jasanya bagi masyarakat Bekasi, menerima Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta ditetapkan dalam mubes BKMB
BHAGASASI.
2. Hak dan Kewajiban Anggota
40
1) Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan
mempunyai hak untuk menyampaikan usul, saran, dan pemikiran
serta mempunyai hak untuk dipilih dan memilih.
2) Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan
harus menghadiri pertemuan-pertemuan organisasi dan
Musyawarah Besar BKMB BHAGASASI.
3) Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan
berkewajiban mentaati dan mematuhi Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta aturan-aturan organisasi.
4) Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan
berkewajiban menjaga nama baik, keutuhan dan menjunjung tinggi
kehormatan organisasi.
41
D. ARTI DAN MAKNA LOGO BKMB BHAGASASI5
a. Bambu runcing sebanyak lima lajur berdiri tegak melambagkan semangat
patriotisme dan kbangkitan masyarakat bekasi secara kompak dan bergenerasi
serta semangat religius
b. Golok berdiri tegak melambangkan semangat juang dan mempertahankan harga
diri serta mnunjukkan kejernihan dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
c. Pita berwarna merah putih melambangkan persatuan masyarakat Bekasi dalam
ke-Indonesiaan yang dilandasi kesucian dan keberanian
d. Batu bata tersusun lima tingkat melambangkan kesadaran akan tahapan cita-
cita.
5 AD/ ART BKMB BHAGASASI
42
BAB IV
PARTISIPASI POLITIK BKMB BHAGASASI
DALAM PILKADA KOTA BEKASI 2008
A. Gambaran Umum Pilkada Kota Bekasi 2008
Sebagai kota jasa, perdagangan, dan sekaligus kota permukiman di sisi
kota metropolitan Jakarta, kota Bekasi berkembang dengan sangat pesat, hal itu
terlihat dari pertumbuhan penduduk dan tumbuhnya bermacam bangunan properti
sebagai penunjang kehidupan bagi masyarakat yang tinggal di Bekasi.
Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008, KPUD Kota Bekasi memutuskan 3
pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota1. Yang pertama adalah H. Awing
Asmawi dan Roni, berdasarkan keputusan komisi pemilihan umum (KPU) kota
Bekasi, 9 Desember 2007, pasangan H.Awing Asmawi dan Rony Hermawan
ditetapkan sebagai peserta pilkada nomor urut 1 (satu) dalam pilkada kota Bekasi
2008. Pasangan ini diusung oleh Partai Demokrat serta mempunyai misi
pemerintahan kota Bekasi yang sehat, kompeten, dan bersih dari segala macam
bentuk KKN(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Mengisi nomor urut 2 (dua), terdapat pasangan Mochtar Muhammad dan
Rahmat Effendi. Pasangan ini diusung koalisi 9 (sembilan) partai politik, yakni
PDI-P, Golkar, PPP, PAN, PBB, PKB, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai
Serikat Indonesia, serta Partai Nasoinalisme Indonesia Marhaenisme. Muchtar
Muhammad yang merupakan Incumbent dan H.Rahmat Effendi Ketua DPD
Golkar Kota Bekasi yang menawarkan visi dan misi Bekasi Cerdas, Sehat, dan
1Cokorda Yudistira , “Pilkada Kota Bekasi.” KOMPAS, 23 Januari 2008, h. 27.
43
Ihsan serta menjual isu yang sangat menguntungkan bagi masyarakat Bekasi yaitu
“Kesehatan dan Pendidikan Gratis”.
Sedangkan calon dari nomor urut 3 (tiga) adalah pasangan H. Ahmad
Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini seorang birokrat kota Bekasi. Pasangan ini
diusung oleh PKS kota Bekasi untuk menjadi Walikota dan Wakil Walikota
Bekasi, serta mempunyai misi dan visi membangun kota Bekasi EMAS, yakni
kota Bekasi yang Elok, Maju, Aman, dan Adil serta Sejahtera.
Sebagai suatu implikasi atas di terapkannya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang otonomi pemerintahan daerah, maka dari itu masyarakat kota
Bekasi harus berpartisipasi aktif dalam pilkada Kota Bekasi 2008 dengan
menggunakan hak pilihnya dan mensukseskan pilkada untuk memilih dan
menentukan pemimpin yang benar-benar dapat mewukudkan aspirasi dari
masyarakat Bekasi.
B. Partisipasi Politik BKMB BHAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008
Partisipasi berkaitan erat dengan upaya untuk melakukan modernisasi
kehidupan sosial ekonomi. Pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik di
Negara modern adalah kedaulatan di tangan rakat, yang dilaksanakan melalui
kegiatan bersama untuk menetapkan tujan serta masa depan suatu masyarakat dan
untuk menentukan (memilih) oroang-orang yang akan memegang atau memimpin
kehidupan bersama. Dengan demikian, partisipasi politik adalah merupakan
penjelmaan penelenggaraan kekuasaan yang abash dengan dukungnan warga
Negara.2
2 Miriam Budiarjo. Partisipais dan Partai Poliitik. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia,
1999, h. 3
44
Partsipasi poltik juga merupakan proses politik yang berupaya
mewujudkan keputusan politik agar sesuia dengna aspirasi warga Negara. Dalam
Negara yang demokratis, keterlibaatan warga negar dalam proses pembuatan
keputusan politik adalah sangat penting. Partisipasi politik yang rendah
mewuudkan kurang pedulinya warga terhadap masalah Negara. Keadaan akan
menjadi negative terutama bila kekuasaan Negara tidak mendapat masukan dari
warga negaranya. Pemimpin Negara yang yang kurang masukan akan akan kurang
tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi warganegaranya dan berkecnderungan
menyimpang.3.
Salah satu bentuk partisipasi politik yang dikenal oleh masyarakat adalah
pemilihan umum (pemilu). Pemilu diselenggrakan adalah dalam rangka
memberikan ruang partisipasi politik bagi publik secara luas, selain itu harus ada
hak berkampanye dan berpolitik, menciptakan proses berpolitik yang berarti dan
ada jaminan kebebsan berpendapat secara bersserikat.4 Hasil pemlihan umum
mencerminkan kehendak rakyat, siapapun pemenangnya berhak mengklaim atas
nama rakyat untuk menjalankan kekuasaan negara. Dari situ, legitimasi dan hak
utnuk memerintah dipatuhi oleh rakayatnya. Pemerintahan yang memiliki
legitimasi dan terbentuk melalui pemilu tersebut akan menghasilkan pemerintahan
negara yang didukung oleh rakyatnya.5
Dalam rangka Pemilu pilkada 2008, segenap masyarakat kota Bekasi
dalam Pilkada kota Bekasi 2008 , mempunyai peran serta partisipasi politik yang
sangat penting untuk terciptanya dan terpilihnya seorang kepala daerah yang
3 Miriam Budiarjo, 1999. Hal, 4.
4 Mashad D. Korupsi Poltik, Pemilu dan Legitimasi orde Baru, Jakarta : Pustaka Desindo,
1998. H. 73 5 Imran Hsibuan. Bersikap Independen : meliputi pemilu di masa transisi. Jakarta: AJI,
1999. H. 146-147
45
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat kota Bekasi. Untuk pertama
kalinya juga dalam Pilkada Kota Bekasi 2008 masyarakat kota Bekasi memilih
langsung kepala daerahnya untuk menahkodai daerah kota Bekasi untuk kurun
waktu 5 tahun ke depan.
Tak terkecuali bagi BKMB BHAGASASI, sebagai sebuah organisasi
kemasyarakatan warga Bekasi dan juga sebagai sebuah kelompok kepentingan
juga mempunyai peran dan partisipasi politik serta mempunyai hak untuk
menyalurkan aspirasinya melalui pilkada di kota Bekasi.
Guna menyalurkan dan mewukudkan aspirasinya, BKMB BHAGASASI
yang awal berdirinya hanya murni sebagai wadah untuk berkumpul atau
paguyuban bagi orang-orang Bekasi asli untuk mem-Bekasikan Bekasi6,
menghimpun dan menggali sumber daya manusia dari anggota BKMB
BHAGASASI sehingga mempunyai posisi atau daya tawar yang kuat terhadap
siapapun untuk membawa dan mewujudkan aspirasi dari BKMB BHAGASASI,
serta menjadi satu mitra yang bisa diandalkan baik oleh pemerintah pusat ataupun
pemerintahan daerah serta menciptakan keadaan yang kondusif bagi berputarnya
roda pemerintahan kota Bekasi.
C. Bentuk Partisipasi politik BKMB BAGASASI Dalam Pilkada Kota
Bekasi 2008
Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis di dalam bab sebelumnya,
bentuk-bentuk partisipasi politik dibagi ke dalam dua bentuk yaitu konvensional
dan non-konvensional, serta partisipasi politik yang bersifat otonom (mandiri)dan
6 Wawancara dengan Ketua Umum BKMB BHAGASASI Baba H. Ahmad Zurfaih S.sos.
Bekasi 15 Juli 2008.
46
di mobilisasikan (kelompok). Bentuk konvensional adalah bentuk partisipasi
politik yang “normal” dalam demokrasi modern. Ada berupa kegiatan
berkampanye, diskusi politik, pemberian suara (voting), lobbying, membentuk
dan bergabung dalam kelompok kepentingan dan sebagainya.
Sedangkan bentuk partisipasi politik non-konvensional adalah beberapa
kegiatan partisipasi politik yang dilakukan secara legal maupun illegal dan
revolusioner. Diantara bentuk partisipasi politik non-konvensional adalah
demonstrasi, aksi mogok, tindakan kekerasan politik, serta melakukan revolusi.
Sedangkan partisipasi politik yang bersifat otonom adalah di mana seseorang
individu dapat melakukan kegiatan partisipasi politiknya atas inisiatif dan
keinginan sendiri tanpa paksaan orang lain. Kebalikan dari sifat partisipasi politik
otonom, partisipasi yang di mobilisasi adalah bentuk partisipasi seseorang yang
tidak berdasar keinginannya tetapi digerakkan atau diminta oleh kelompoknya7.
Disamping itu juga terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang atau kelompok berpartisipasi dalam politik, diantaranya: modernisasi,
tingkat pendidikan yang tinggi, kemudahan akses informasi, sistem pemerintahan
yang demokratis, dan sebagainya.
Mengacu kepada hal-hal diatas bentuk partisipasi yang dilakukan oleh
BKMB BHAGASASI dalam pilkada Kota Bekasi 2008 merupakan bentuk
partisipasi politik yang konvensional. Bentuk partisipasi politik yang dilakukan
oleh BKMB BHAGASASI adalah melakukan sosialisasi pilkada kota Bekasi
dengan mengusung salah satu calon Wali kota dan wakil Wali kota sampai
ketingkat grass root atau akar paling bawah (tingkat RT/RW) se-Kota Bekasi, ikut
7 Samuel P Huntington & Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,
(Jakarta: rineka Cipta, 1994), h. 9.
47
melakukan kempanye-kampanye politik secara terbuka8, orasi-orasi politik,
melaksanakan deklarasi dukungan baik di tingkat Kademangan (ruang lingkup
kerja pengurus BKMB-Bhgasasi yang mencakup wilayah kecamatan di kota
Bekasi), maupun di tingkat Kemandoran (ruang lingkup kerja pengurus BKMB
BHAGASASI yang mencakup wilayah kelurahan di kota Bekasi), serta
memberikan suara dalam Pilkada9. Sehingga dengan cara-cara tersebut
masyarakat secara luas dan umum akan mengetahui siapa pasangan yang akan
diusung oleh BKMB BHAGASASI, dan dapat mengetahui visi dan misinya.
Selain itu juga BKMB BHAGASASI mempunyai underbow atau organ
yang bernaung dibawah BKMB BHAGASASI yaitu Laskar BKMB
BHAGASASI. Laskar BKMB BHAGASASI yang di komandoi oleh bang Aan
Suhandi mempunyai tugas yang sangat berat dalam mensosialisasikan
pengusungan calon walikota dan wakil walikota yang di usung oleh BKMB
BHAGASASI. Laskar BKMB BHAGASASI harus berada paling depan dalam
kampanye-kampanye politik secara terbuka dan harus bisa memobilisasi massa
baik dari tingkat Kademangan maupun dari tingkat Kemandoran.
Pastinya hal-hal tersebut juga dilakukan oleh BKMB BHAGASASI untuk
mendukung pasangan calon Wali Kota dan calon wakil wali kota Bekasi yaitu H.
Ahmad Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini untuk mengisi orang nomor satu
dan dua dalam lingkup pemerintahan Kota Bekasi.
Dukungan yang diberikan oleh BKMB BHAGASASI terhadap H. Ahmad
Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini juga dilatar belakangi oleh keingin masyarakat
8 Dilakukan di Lapangan Utama Harapan Indah, Bekasi. 12 Januari 2008 yang dihadiri
oleh para orator dari partai-partai pengusung H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini. 9 Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi
tanggal 8 Juli 2008.
48
asli Bekasi untuk bisa menyatukan potensi masyarakat Bekasi, dari tokoh-tokoh
tua hingga tokoh-tokoh muda dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik lokal
Bekasi10. Selain itu juga dukungan BKMB BHAGASASI terhadap H. Ahmad
Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini karena dinilai tokoh kedua tokoh ini dapat
membawa serta mewujudkan aspirasi BKMB BHAGASASI yaitu mem-
Bekasikan Kota Bekasi11
.
Partisipasi politik BKMB BHAGASASI juga bisa disebut sebagai
partisipasi yang bersifat otonom atau mandiri dan dimobilisasikan atau kelompok.
Bersifat otonom karena setiap anggota BKMB BHAGASASI dan sebagian
masyarakat Kota Bekasi menginginkan adanya orang-orang Bekasi asli untuk
masuk ke dalam jajaran pemerintahan kota Bekasi. Hal itu dilakukan karena
masyarakat Bekasi khususnya daerah Kota Bekasi agar ada yang mampu
mewujudkan mem-Bekasikan Kota Bekasi. Sedangkan partisipasi politik BKMB
BHAGASASI yang bersifat dimobilisasikan karena setiap anggota BKMB
BHAGASASI dan masyarakat Kota Bekasi yang menjadi anggota BKMB
BHAGASASI baik daerah kademangan atau kemandoran wajib mengikuti
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut dan dengan adanya
mobilisasi massa merupakan sarana yang sangat efektif kepada masyarakat secara
umum untuk mengetahui visi dan misi pasangan yang diusung oleh BKMB
BHAGASASI. Dalam hal ini BKMB BHAGASASI mendeklarasikan untuk
mendukung pasangan H.Ahmad Syaikhu dan H. Kamaludin Djaini. Maka
10
Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi
tanggal 8 Juli 2008. 11
Wawancara Penulis dengan Ketua Umum BKMB-Bhagsasi Bpk. H. Ahmad Zurfaih.
S.Sos, Bekasi tanggal 13 Juli 2008.
49
keputusan ini harus diikuti oleh anggota BKMB BHAGASASI serta masyarakat
Kota Bekasi yang masuk dalam anggota BKMB BHAGASASI.
Adapun bentuk partisipasi politik aktif yang dilakukan oleh BKMB
BHAGASASI adalah menjadi pengurus Partai politik, organisasi non-politik
serta menjadi birokrat pemerintahan Kota Bekasi. Seperti H.Ahmad Zurfaih S.Sos
sebagai ketua umum BKMB BHAGASASI dan juga sebagai pengurus partai dan
dewan Pembina Golkar, H.Paray Said MBA sebagai pengurus BKMB
BHAGASASI Ia juga aktif dan menjadi pengurus teras PKB, H. Aan Suhandi
Ketua Laskar BKMB BHAGASASI Ia juga salah satu birokrat teras kota Bekasi,
serta masih banyak lagi pengurus BKMB BHAGASASI yang menjadi pengurus
partai politik dan birokrat pemerintahan kota Bekasi.
Selain itu juga BKMB-Bhasasi juga menggunakan lobby-lobby politik,
serta menggunakan koneksi-koneksi dalam meyalurkan aspirasi politik BKMB
BHAGASASI. BKMB BHAGASASI juga membebaskan angotanya untuk aktif
di Partai politik mana saja. Dengan demikian jika ada anggota BKMB
BHAGASASI menduduki jabatan-jabatan strategis yang ada di Partai politik itu
adalah suatu peluang bagi masyarakat Bekasi untuk menyalurkan aspirasi
politiknya12
.
Dengan adanya organisasi BKMB BHAGASASI menunjukkan perannya
untuk menyalurkan aspirasi terhadap kebutuhan dan perkembangan masyarakat
Bekasi. Karena BKMB BHAGASASI berbasiskan kedaerahan (primordial) serta
mempunyai dukungan dari masyarakat asli Bekasi, posisi ini menjadi daya tarik
sendiri bagi Partai peserta pemilu serta calon-calon kepala daerah untuk mendapat
12
Wawancara Penulis dengan Ketua Umum BKMB-Bhagsasi Bpk. H. Ahmad Zurfaih.
S.Sos, Bekasi tanggal 13 Juli 2008.
50
dukungan serta dapat menambah dan mendulang perolehan suara dari anggota
dan pendukung BKMB BHAGASASI.
Selain itu juga partisipasi BKMB BHAGASASI dalam berpolitik untuk
memperkuat posisi orang Bekasi asli dalam jabatan politis di daerah Bekasi,
karena sebagai daerah penyangga DKI-Jakarta banyak sekali potensi yang dimiliki
oleh masyarakat Bekasi asli untuk menduduki suatu jabatan yang strategis di Kota
Bekasi13
.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik BKMB-
BHAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008
Dari hasil wawancara dengan Ketua Umum BKMB BHAGASASI untuk
proses partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada Kota Bekasi 2008
yang mengusung pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Syaikhu-Kamal
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor Primordial (Kedaerahan)
Anggota BKMB BHAGASASI mengarahkan partisipasi politiknya dengan
mendukung H.A. Syaikhu dan H.Kamaludin Djaini untuk dapat duduk sebagai
pasangan Wali kota dan Wakil Wali kota. Dalam hal ini BKMB BHAGASASI
sangat mendukung H.Kamaluddin Djaini. Dukungan tersebut diberikan karena
dia adalah seorang putra Bekasi asli dan seorang birokrat di pemerintahan Kota
Bekasi yang menduduki jabatan sebagai Kepala Tata Kota Bekasi.
Dukungan tersebut merupakan hasil dari pemikiran dan musyawarah oleh
para pengurus BKMB BHAGASASI karena ikatan (primordial) kekerabatan, serta
13
Wawancara Penulis dengan Wakil Ketua Dewan Kesepuhan BKMB BHAGASASI
Bpk. H. M,. Idris Nairun, Bekasi tanggal 10 Juli 2008.
51
kesamaan daerah sehingga H.Kamaluddin Djaini dianggap bisa menampung serta
mempunyai aspirasi yang sama dengan para pengurus BKMB BHAGASASI yang
mayoritas penduduk asli Bekasi, sedangkan calon yang lainnya seperti Muhtar
Muhammad asli Goronntalo, Awing asmawi yang masih keturunan Tiong Hoa
Bekasi dianggap tidak bisa mewakili masyarakat Bekasi serta tidak tahu betul
tentang seluk beluk Kota Bekasi14
.
Kemudian pengurus BKMB BHAGASASI mensosialisasikan dukungan
tersebut kepada kepengurusan BKMB BHAGASASI tingkat Kademangan serta
mensosialisasikan kepada kepengurusan BKMB BHAGASASI tingkat
Kemandoran . Dengan tujuan agar ada putra terbaik di Bekasi yang menduduki
jabatan politis di pemerintahan kota Bekasi, serta untuk dapat memberikan ruang-
gerak dan melestarikan kebudayaan Bekasi agar dapat bertahan dan berkembang
serta tidak tersaingi dengan budaya luar. Hal ini merupakan sebuah keinginan dan
cita-cita para sesepuh asli Bekasi, serta berkeinginan agar masyarakat Bekasi asli
dapat menjadi tuan di rumahnya sendiri.
2. Faktor Birokrasi dan Patronase Keagamaan
Salah satu faktor yang mempengaruhi BKMB BHAGASASI untuk
berpartisipasi politik dalam pilkada Kota Bekasi 2008 adalah dengan melihat
sosok H.Kamaluddin Djaini sebagai calon wakil walikota yang mendampingi
H.A. Syaikhu sebagai calon wali kota itu sendiri. Sebagai salah satu putra terbaik
di Bekasi yang duduk di jajaran birokrasi pemerintahan kota Bekasi dan pernah
menjabat sebagai Lurah dan Camat di beberapa wilayah kota Bekasi, diantaranya
14
Wawancara Penulis dengan Ketua Umum BKMB-Bhagsasi Bpk. H. Ahmad Zurfaih.
S.Sos, Bekasi tanggal 13 Juli 2008.
52
pernah menjabat Lurah di Kelurahan Perwira Bekasi Utara, sehingga dengan
modal kekerabatan sesama birokrat serta mempunyai jaringan ke berbagai macam
instansi pemerintahan kota Bekasi diharapkan mendapat dukungnan dari kalangan
birokrat pemerintahan Kota Bekasi. H. Mutar Muhammad sebenarnya juga
mempunyai basis dukungan dari para birokrat, karena Ia juga saat pencalonan
dalam pilkada masih menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bekasi. Namun
dikarenakan banyaknya “suara-suara miring” tentang kehidupan pribadinya, maka
para birokrat lebih memilih H. Kamaluddin Djaini yang berpasangan dengan H.A
Syaikhu sebagai calon wakil wali kota dan calon wali kota ketimbang Muhtar
Muhammad dan Rahmat Effendi sebagai calon wali kota dan wakil wali kota15
.
Sedangkan kandidat lainnya yaitu Asmawai dan Rony tidak mempunyai basis di
dalam birokrasi karena keduanya lebih dikenal sebagai pengusaha.
H.Kamaluddin Djaini juga sangat dekat dengan para ulama kharismatik
seperti KH.Amien Noor Pimpinan Pesantren Attaqwa Bekasi, Ia juga salah satu
anggota dewan penasehat BKMB BHAGASASI. Sedangkan kandidat yang lain
seperti Muhtar Muhammad sebenarnya juga dekat dengan para ulam kharismatik
Bekasi, tetapi seperti yang sudah dijelaskan di atas Muhtar Muhammad
mempunyai berita-berita yang negatif tentang kehidupan pribadinya. Sedangkan
kandidat lainnya yaitu Awing Asmawi dari sisi religiusnya dinilai kurang
terdengar karena Ia masih keturunan Tiong Hoa dan menurut sebagian masyarakat
Bekasi Ia tidak jelas apa agamanya, Islam atau Budha16
.
15
Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi
tanggal 8 Juli 2008. 16
Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi
tanggal 8 Juli 2008.
53
H.Kamaluddin Djaini juga sering berpartisipasi dalam acara keagamaan
yang diadakan oleh wali kota Bekasi saat itu H.Ahmad Zurfaih S.Sos, sepeti acara
Subuh Keliling (Suling). Sehingga dari sisi kultural yang agamis H.Kamaluddin
Djaini dapat diterima sebagian masyarakat Bekasi untuk maju sebagai calon wakil
wali kota mendampingi H.A.Syaikhu sebagai calon wali kota Bekasi.
3. Faktor Partai Pengusung
Selain dari faktor dari H.Kamaluddin Djaini yang merupakan putra Bekasi
asli, tentunya faktor dari Partai pendukungnya H.A. Syaikhu yaitu PKS (Partai
Keadilan Sejahtera) juga sangat berpengaruh dalam pemilihan calon wali kota dan
wakil wali kota Bekasi.
PKS merupakan Partai mayoritas di kota Bekasi dan mempunyai 11
(sebelas) kursi dari 45 kursi yang disiapkan di DPRD Kota Bekasi disusul Partai
Golkar dengan mendapat 9 kursi, Partai Demokrat mendapat 7 kursi, PDI-P dan
PAN sama-sama mendapatkan 6 kursi, PPP mendapatkan 4 kursi, serta 2 kursi
lainnya yang dibagi rata oleh Parai Damai Sejahtera dan Partai Bulan Bintang.
Dengan mendapatkan kursi terbanyak di DPRD Kota Bekasi serta
mempunyai dukungan dari 7 (tujuh) Partai politik peserta pemilu 2004 yang
tergabung dalam koalisi pelangi diantaranya Partai Bintang Reformasi, Partai
Pelopor, dan Partai Nasionalis Banteng Kemerdekaan17
.
Dukungan kepada H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini secara politis
mempunyai dukungan kekuatan politk yang sangat besar di tingkat elit politik
Kota Bekasi. Sehingga dengan dukungan tersebut nantinya akan dapat
17 Cokorda yudistira, “Pemilu 2004, PKS Unjuk Gigi.” KOMPAS, 23 Januari 2008, h. 27.
54
memenangkan Pemilihan wali kota dan wakil wali kota Bekasi, dan membangun
serta menjadikan Bekasi kota yang tertata dengan baik, rapi, nyaman dan aman
dan adil serta sejahtera bagi masyarakat Kota Bekasi.
E. Dampak Efektifitas Partisipasi Politik BKMB BHAGASASI terhadap
Pilkada Kota Bekasi 2008.
Di Bekasi, pilkada yang dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2008 yang
lalu adalah sebuah ajang pemilihan wali kota dan wakil wali kota yang untuk
pertama kalinya diadakan dan terselenggara secara langsung. Tidak hanya warga
asli Bekasi (Betawi pinggiran / Betawi udik) tetapi semua warga Bekasi yang
berbagai macam suku, etnis dan budaya atau yang telah menetap menjadi warga
Kota Bekasi berhak menyalurkan aspirasi politiknya dalam pilkada Kota Bekasi
2008 ini untuk menentukan siapa wali kota dan wakil wali kota yang menahkodai
Kota Bekasi untuk mengarungi bahtera Bekasi yang lebih maju dan berkembang.
Begitu juga dengan BKMB BHAGASASI sebagai warga Bekasi dan salah
satu organisasi massa (ormas) warga asli Bekasi juga ikut berpartisipasi dalam
ajang pilkada kota Bekasi 2008 ini dengan mendukung penuh calon wali kota
H.A.Syaikhu dan calon wakil wali kota H.Kamaluddin Djaini. Dukungan BKMB
BHAGASASI terhadap calon wali kota dan wakil wali kota ini tidak hanya
dukungan suara semata, tetapi BKMB BHAGASASI juga mengikuti kampanye-
kampanye yang dilakukan oleh pasangan H.A.Syakhu dan H.Kamaluddin Djaini.
Namun, berdasarkan hasil pleno KPUD Kota Bekasi pada hari Minggu 3
Februari 2008 melalui surat keputusan KPUD Kota Bekasi Nomor 14 Tahun 2008
menyatkan dan menetapkan pasangan Muhtar Muhammad-Rahmat Effendi yang
55
diusung oleh koalisi 9 parpol sebagai pemenang pilkada kota Bekasi dengan
perolehan suara sebesar 368.940 suara dari 729.388 atau 50,6% mengalahkan
pasangan H.A Syaikhu-H.Kamaluddin Djaini yang diusung oleh PKS dan
beberapa partai politik serta didukkung oleh ormas BKMB BHAGASASI hanya
memperoleh suara 303,209 suara atau 41,60%. Sisa perolehan suara sebesar 7.8 %
atau sekitar 57.239 suara diraih oleh pasangan Awing Asmawi-Ronny Hermawan
yang diusung oleh Partai Demokrat18
.
Perolehan suara Pilkada Kota Bekasi 2008
Hasil Penghitungan KPUD Bekasi
Syaikhu-
Kamal;
303.209
41.60%
Awing-Rony;
57.239
7.8% Muhtar-
Rahmat;
368.940
50.6%
Muhtar-Rahmat Syaikhu-Kamal Awing-Rony
Tabel :I
Dengan hasil kekalahan dalam pilkada kota Bekasi pasangan calon wali
kota H.A.Syaikhu dan calon Wakil Walikota H.Kamaluddin Djaini yang
didukung dan diusung oleh PKS dan beberapa partai politik yang tergabung dalam
koalisi pelangi (Partai Bintang Reformasi, Partai Pelopor, dan Partai Nasionalis
Banteng Kemerdekaan) serta dengan dukungan penuh dari ormas BKMB
BHAGASASI gagal memenangkan pemilu. Ini merupakan suatu kesedihan dan
18Artikel diakses 22 Agustus 2008 dari WWW.KPUD KOTA BEKASI
56
pukulan yang berat bagi BKMB BHAGASASI sebagai organisasi kemasyarakatan
warga Bekasi asli.
Hasil kekalahan tersebut memang sudah dapat diprediksi oleh LSI
(Lingkaran Survei Indonesia) jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pemilu. LSI
yang dipimpin oleh Deny JA memprediksi bahwa pasangan nomor dua, Mochtar
Muhammad (Incumbent)-Rahmat Effendy atau disebut Murah akan memenangkan
pilkada kota Bekasi. Pasangan ini berpotensi menang karena isu yang diusungnya
sangat realistis yaitu pendidikan dan kesehatan gratis sedangkan Syaikhu-Kamal
mengisukan hal-hal yang masih bersifat tradisional seperti membangun Kota
Bekasi yang elok, maju, aman dan adil serta sejahtera.
Dari penghitungan cepat (quick account) yang dilakukan LSI pasangan
Muchtar Muhammad-Rahmat Effendi yang diusung PDI-P dan 9 Partai politik
lainnya memperoleh 53% suara, sedangkan pasangan H.A Syaikhu-H.Kamaluddin
Djaini yang diusung PKS dan beberapa partai politik memperoleh 40,71%,
sedangkan pasangan Asmawi-Ronny Hermawan yang disusung Partai Demokrat
hanya mendapatkan suara 7,13%. Sedangkan tingkat partisipasi politik di kota
Bekasi cukup lumayan dengan angka 67,34% dari 2 juta lebih penduduk kota
Bekasi19
. Keberhasilan pasangan Muhtar Muhammad-Rahmat Effendi atas
pesaingnya, masih menurut LSI tak lepas dari isu program yang dilontarkan dalam
kampanye lalu . Pasangan ini mengusung isu pendidikan dan kesehatan gratis.Dari
paparan diatas masyarakat Bekasi yang merupakan konstituen atau pemilih dalam
pilkada kota Bekasi sudah bersifat konstituen yang rasional. Pilkada di Bekasi
19
Direktur Reseach LSI, Eka Kusmayadi. “Hasil Pilkada Kota Bekasi,” artikel diakses
tanggal 22 Agustus 2008 dari. WWW.Google Search Hasil Pilkada Kota Bekasi
57
sudah modern seperti memberi manfaat secara ekonomi, materi, sosial dan tidak
lagi ditentukan oleh faktor-faktor tradisional.
Gagalnya BKMB BHAGASASI dalam mendukung pasangan
H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini untuk menjadi wali kota dan wakil wali
kota juga sangat di pengaruhi faktor internal BKMB BHAGASASI itu sendiri
dengan adanya pengurus teras BKMB BHAGASASI yang menjadi pengurus teras
di dalam Partai politik yang saat pilkada ini tidak mendukung pasangan
H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini karena lebih mementingkan kepentingan
dan mengusung keputusan partainya.
Para pengurus teras BKMB BHAGASASI yang menjadi pengurus Partai
yang tidak mengusung pasangan H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini antara
lain: Drs.Paray Said MBA. sebagai sekretaris umum BKMB BHAGASASI beliau
juga sebagai pengurus PKB Kota Bekasi, begitu juga dengan H.M.Idris Nairun
sebagai pengurus Dewan Penasehat BKMB BHAGASASI beliau juga tercata
sebagai pengurus Golkar.
Para pengurus BKMB BHAGASASI yang menjadi pengurus Partai lebih
memilih menjalankan amanah Partainya ketimbang apa yang sudah diarahkan
oleh ketua umum BKMB BHAGASASI untuk mengusung dan mendukung
pasangan H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini.
Di samping itu juga, ada beberapa hal-hal yang dianggap keluar dari rel-rel
(AD/ART) BKMB BHAGASASI yang dipimpin oleh H.Ahmad zurfaih. Karena
dalam pilkada Kota Bekasi 2008 seharusnya BKMB BHAGASASI harus bersifat
independent (netral), karena ada 2 (dua) calon yang merupakan anak Bekasi asli
untuk mendampingi menjadi Wakil Walikota Bekasi yaitu H. Kamaluddin Djaini
58
yang berpasangan dengan H.A.Syaikhu dan H.Rachmat Effendi yang di usung
oleh Partai Golkar untuk mendampingi H. Muchtar Muhammad sebagai Walikota
Bekasi yang merupakan Incumbent. Namun dalam pilkada 2008 ini BKMB
BHAGASASI mengarahkan semua dukungannya kepada H.Kamaluddin Djaini
sebagai calon wakil wali kota mendampingi H.A Syaikhu sebagi calon wali kota
itu semua dinilai karena Muhtar Muhammad calon wali kota yang berpasangan
dengan Rahmat Effendi sebagai calon wakil wali kota sering terdengar hal-hal
yang negatif dalam kehidupan pribadinya20
.
Dengan adanya 2 calon anak asli Bekasi (H.Kamaluddin Djaini dan
H.Rahmat Effendi) maka BKMB BHAGASASI seharusnya tidak boleh memihak
dan harus independent, kecuali jika hanya satu anak Bekasi yang di calonkan
untuk maju sebagai wali kota atau wakil wali kota maka akan di dukung secara
maksimal oleh para seluruh pengurus BKMB BHAGASASI21.
Ketidak efektifan partisipasi politik BKMB BHAGASASI di indikasikan
dengan Kekalahan pengusungan calon wali kota dan wakil wali kota ini, harus
dijadikan sebagai suatu pembelajaran politik bagi BKMB BHAGASASI,
bagaimana BKMB BHAGASASI sebagai wadah berkumpulnya orang asli Bekasi
harus bisa memanfaatkan peluang demi peluang untuk bisa mengedepankan
kepentingan BKMB BHAGASASI. BKMB BHAGASASI dengan lapang dada
dan besar hati harus bisa menerima kekalahan dalam pertarungan politis untuk
memenangkan pasangan yang diusungnya, H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddi Djaini.
Bagi BKMB BHAGASASI dengan kekalahan ini juga harus bisa membuktikan di
20
Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi
tanggal 8 Juli 2008 21
Wawancara Penulis dengan Wakil Ketua Dewan Kesepuhan BKMB BHAGASASI
Bpk. H. M,. Idris Nairun, Bekasi tanggal 10 Juli 2008.
59
waktu yang akan datang bahwa sebagai organisasi yang dasar berdirinya sebagai
sebuah paguyuban harus bisa menjadi organisasi yang bisa menghimpun potensi
masyarakat Bekasi asli yang mempunyai pengaruh cukup signifikan dalam
pengambilan keputusan di level pemerintahan Kota Bekasi.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui pembahasan tentang partisipasi politik BKMB-Bhagasai dalam
pilkada 2008 Kota Bekasi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada 2008 Kota Bekasi
dilakukan dengan cara sosialisai dari tingkat Kademangan sampai ketingkat
Kemandoran tentang pengarahan pilkada. Misalkan melakukan sosialisi calon
pasangan yang diusung oleh BKMB BHAGASASI, serta melakukan
kampanye-kampanye terbuka untuk mendukung pasangan calon wali kota dan
wakil wali kota. Pilkada kali ini juga memberikan suatu kesempatan bagi
masyarakat asli Bekasi yang mempunyai potensi untuk aktif berpartisipasi dan
politik.
2. faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik BKMB BHAGASASI
dalam pilkada Kota Bekasi 2008 meliputi faktor primordial, birokrat dan
patronase keagamaan, serta faktor partai pengusung.
3. BKMB BHAGASASI membebaskan bagi anggotanya untuk berpartisipasi
langsung dalam partai politik dan tidak terfokus pada salah satu partai politik.
Meskipun dalam partai politik berbeda tetapi semua anggota tetap di bawah
naungan BKMB BHAGASASI.
4. Apabila terdapat beberapa calon wali kota dan atau calon wakil wali kota asli
orang Bekasi, maka BKMB BHAGASASI yang awal berdirinya murni sebagai
61
paguyuban bagi warga Bekasi harus bisa berdiri di tengah serta ridak memihak
kepada salah satu calon wali kota atau calon wakil wali kota.
5. Ketidak efektifan BKMB BHAGASASI untuk mengusung dan memenangkan
H.A Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini sebagao pasangan calon wali kota dan
calon wakil wali kota disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Perpecahan internal di dalam tubuh BKMB BHAGASASI, sebagian
anggotanya lebih mendukung hanya setengah hati karena lebih
mementingkan keputusan partai politiknya.
b. Pasangan Syaikhu-Kamal mengkampanyakan isu yang “tidak menjual”
yaitu Kota Bekasi elok, maju, aman, dan adil serta sejahtera. Sedangkan
pasangan yang menang “menjual” isu yang sangat menguntungkan
masyarakat Bekasi di tengah kesulitan ekonomi seperti ini menjual isu
kedrhatan dan pendidikan gratis.
c. Pihak pemenang menggunakan komunikasi yang efektif melalui siaran
radio yang mempunyai basis dan komunitas dikalangan remaja Bekasi yaitu
Radio M2 yang dimiliki oleh H.Muhtar Muhammad , serta dengan dana
yang lebih besar pasangan pemenang(Muhtar-Rahmat) menggunakan media
famplet sebanyak-banyaknya sehingga mudah dikenali oleh masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis, dalam masa demokrasi yang
kompetitif dan masyarakat yang lebih rasional di butuhkan komunikasi yang
aktual dan modern. Penulis menyarankan kepada mahasiswa atau pihak akademisi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar berperan aktif mensosialisasikan kepada
62
masyarakat secara umum bahwa di dalam menghadapi pemilu, baik pemilihan
Presiden, dan pemilihan kepala daerah hendaknya kita harus bisa melihat dan
mengedepankan visi dan misinya. Dengan hal-hal tersebut kita bisa menentukan
siapa yang akan kita usung dan menjadi pemimpin dalam negara atau pemimpin
dalam teritorial daerah kota sendiri.
63
Daftar Pustaka
Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD/ART) BKMB BHAGASASI
Almond,Gabriel dan Verba, Sidney. Budaya Politik: Tidak Laku dan
Demokrasi di Lima Negara. Jakarta :Bumi Aksara,1984.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:PT.Gramedia
Pustaka Utama,2003.
Budiarjo, Miriam. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia,1998.
------------, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT.Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Calvert, Peter. Proses Suksesi Politik, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogyakarta, 1995).
Gaffar, Affan. “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”. Dalam
Demitologisasi Politik Indonesia : Mengungsung Elitisme Dalam Orde Baru.
Jakarta : Pustaka CIDESINDO, 1998.
Huntington, Samuel P. Partisipasi Politik di Negara Berkembang, (Jakarta: rineka Cipta, 1990).
J.Meleong,Lexy.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung :PT Remaja
Rosda Karya. 1997.
Maran, Rafael Raga.Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik.Jakarta : Rineka Cipta,2001.
Rahman, Arifin. Sistem Politik Indonesia Dalam Persfektif Struktural
Fungsional. Surabaya : SIC,2002.
Rush, Michael dan Phillip Althof. Pengantar Sosiologi Politik.Jakarta :
CV. Rajawali, 1993.
Sanit, Arbi. Swadaya Poiltik Masyarakat, telaah tentang keterkaitan
Organisasi masyarakat, partisipasi politik, pertumbuhan hukum dan hak asasi
(Jakarta: CV.Rajawali,1985).
Surbakti,Ramlan. Memahami Ilmu Politik.Jakarta: Grasindo,1999.
The British Council. Mewujudkan Partisipasi. Jakarta, 2001.
64
Hasil Pilakada Kota Bekasi 2008. Artikel diakses tanggal 22 Agustus 2008 dari Http://WWW.KPUD Kota Bekasi.
“Hasil Pilkada Kota Bekasi,” artikel diakses tanggal 22 Agustus 2008 dari.
WWW.Google Search Hasil Pilkada Kota Bekasi
Wawancara pribadi dengan Ketua Umum BKMB BHAGASASI
Bpk.H.Ahmad Zurfaih S.Sos. Bekasi 15 Juli 2008.
Wawancara pribadi dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H.Abdul
Khoir. Bekasi 8 Juli 2008.
Wawancara pribadi dengan Ketua Dewan Penasehat BKMB
BHAGASASI Bpk H.Idris Nairun. Bekasi. 10 Juli 2008.
Wawancara pribadi dengan Pengurus Harian BKMB BHAGASASI Bpk.
H. Paray Said MBA. Bekasi 20 Juli 2008.
65
Pertanyaan Wawancara
Partisipasi Politik BKMB BHAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008
1. Jelaskan Gambaran umum tentang organisasi, dan latar belakang
berdirinya organisasi tersebut.
2. Apakah aspek politik mempunyai pengaruh dengan berdirinya BKMB
Bhagasasi.
3. Bagaimana cara penyaluran aspirasi BKMB bhagasasi dalam pilkada, baik
secara langsung atau tidak langsung.
4. Kegiatan apa saja yang dilakukan BKMB bhagasasi dalam menyukseskan
pilkada
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi BKMB bhagasasi untuk
mendukung calon pasangan Syaikhu dan Kamal.
6. Apakah BKMB bhagasasi membebaskan anggotanya untuk aktif di parpol
?
7. Tujuan Partispasi politk BKMB Bagasasi dalam pilkada kota Bekasi 2008
8. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik BKMB BAGASASI
dalam Pilkada Kota Bekasi 2008
9. Dalam mendukung calon Walikota dan Wakil walikota tentunya ada
proses negoisasi, apakah dalam negoisasi tersebut BKMB bhagasasi
mendapatkan fasilitas seperti materi, jabatan dan fasilitas ?
10. Alasan apa PKS mendukung kamal sebagai calon wakil walikota ?
11. Apa bentuk dukungan PKS bagi calon wakil walikota ?
12. Ada tidak-kah anggota BKMB bhagasasi yang duduk diparlemen ?, dari
partai politik mana ?, dan berapa jumlahnya ?.
13. dengan adanya anggota BKMB bhagasasi di parlemen apa saja yang
didapat ?, apakah bisa menyalurkan aspirasinya sebagai anggota BKMB
bhagasasi?
14. Damapak apa saja yang dialami ormas tersebut setelah tidak berhasil
menudkung calonnya ?
15. Apa yang diharapkan organisasi tersebut jika calonnya menang ?
66