Paradigma Sehat

17
Kesan Paradigma Sehat Masyarakat Terhadap Laporan Tahunan Gizi Balita di Posyandu serta Cara Penyelesaiannya Nurhafiz bin Omar Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna, No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia. [email protected] 102012502 Abstrak Kajian ini dijalankan dalam rangka untuk membahaskan laporan tahunan Posyandu Melati melalui gambaran SKDN-nya seterusnya membahaskan langkah yang perlu diambil dalam mengatasi masalah yang dikenalpasti melalui laporan tersebut. Signifikannya tinjauan pustaka ini dilakukan demi meningkatkan paradigma sehat masyarakat dalam menjalani kehidupan. Metode yang digunakan dalam penghasilan tinjauan pustaka ini adalah dengan melakukan penelitian terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal terkait dengan paradigma sehat dan gizi seimbang masyarakat. Hasil akhir yang dapat dicapai melalui penelitian ini adalah masalah yang timbul perlu diatasi dengan melakukan empat langkah utama yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Langkah ini harus dilakukan setelah masalah tersebut dikenal pasti puncanya. Kata kunci: SKDN, gizi seimbang, paradigma sehat Abstract This research was done in order to debate on the yearly report by Posyandu Melati referring on their SKDN scheme and next to debate on the steps needed to be taken for solving each problem arise that had been analyzed based on the report. The significance of this study is to enhance public awareness on the importance of healthy paradigm throughout their daily live. Methods that been used for this purposes was by revising

description

Paradigma sehat sangat

Transcript of Paradigma Sehat

Kesan Paradigma Sehat Masyarakat Terhadap Laporan Tahunan Gizi Balita di Posyandu serta Cara PenyelesaiannyaNurhafiz bin OmarFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna, No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, [email protected]

AbstrakKajian ini dijalankan dalam rangka untuk membahaskan laporan tahunan Posyandu Melati melalui gambaran SKDN-nya seterusnya membahaskan langkah yang perlu diambil dalam mengatasi masalah yang dikenalpasti melalui laporan tersebut. Signifikannya tinjauan pustaka ini dilakukan demi meningkatkan paradigma sehat masyarakat dalam menjalani kehidupan. Metode yang digunakan dalam penghasilan tinjauan pustaka ini adalah dengan melakukan penelitian terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal terkait dengan paradigma sehat dan gizi seimbang masyarakat. Hasil akhir yang dapat dicapai melalui penelitian ini adalah masalah yang timbul perlu diatasi dengan melakukan empat langkah utama yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Langkah ini harus dilakukan setelah masalah tersebut dikenal pasti puncanya.Kata kunci: SKDN, gizi seimbang, paradigma sehat

AbstractThis research was done in order to debate on the yearly report by Posyandu Melati referring on their SKDN scheme and next to debate on the steps needed to be taken for solving each problem arise that had been analyzed based on the report. The significance of this study is to enhance public awareness on the importance of healthy paradigm throughout their daily live. Methods that been used for this purposes was by revising several books and journals which discussing on this topic of healthy paradigm and balance diet. Final result of this study is each problem that arises is needed to be solved by four main steps which are promoted, preventive, curative, and rehabilitative. These four steps needed to be taken only after all problems been analyzed thoroughly. Keywords: SKDN, balance diet, healthy paradigm

1.0 PendahuluanIndonesia merupakan antara negara yang mempunyai masalah dengan taburan penduduk yang tidak sekata antara bandar dan luar bandar. Hal ini menyebabkan berlakunya pelbagai krisis kesehatan yang timbul disebabkan permasalahan sama ada sosial, ekonomi, maupun budaya masyarakat itu sendiri. Dengan timbulnya permasalahan ini, pemerintah Indonesia telah mengambil satu inisiatif bijak dalam memperkenalkan program Indonesia Sehat 2010. Wacana ini telah diuarkan sejak tahun 1999 lagi di Republik Indonesia. Visi ini meletakkan tahun 2010 sebagai tolok pengukur bagi merealisasikan visi tersebut. Dalam usaha mencapai matlamat tersebut, telah ditetapkan 50 standar yang harus dicapai.Visi Indonesia Sehat 2010 ini merupakan satu gambaran masa depan yang harus dicapai berasaskan pembangunan kesehatan yang holistik dan mampan. Secara umumnya, standard yang harus dicapai adalah penduduk yang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, serta pelayanan kesehatan yang terjangkau. Selain itu, pembangunan kesehatan yang dicapai haruslah adil dan derajat kesehatan yang optimal.[endnoteRef:1] Namun begitu, apa yang dapat dilihat dalam tahun 2012 ini adalah gambaran ini gagal dihasilkan terutamanya bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil disebabkan beberapa faktor yang harus diteliti dan di atasi bersama oleh pelbagai sektor. [1: Safrudin, Hamidah. Kebidanan komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2009. Hal. 16.]

Secara amnya, penelitian ini dibuat dalam upaya untuk meningkatkan kesedaran masyarakat mengenai paradigma sehat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan secara holistik. Masyarakat harus mempunyai tingkat derajat paradigma sehat yang tinggi dalam upaya untuk merealisasikan gambaran Indonesia Sehat 2010 meskipun ianya agak terlambat daripada sasaran awalnya. Paradigma sehat akan membawa kepada berlakunya perubahan dam diri manusia sehingga jumlah yang mendaftar ke Posyandu dan melakukan kontrol meningkat. Tabel 1 merupakan data yang diperolehi dari Posyandu Melati.Tabe1 1: Data SKDN Posyandu MelatiJumlah eseluruhan Balita di daerah(S)Jumlah Balita yang didaftar di Posyandu Melati(K)Jumlah Balita yang menimbang di Posyandu(D)Jumlah Balita yang naik berat badan(N)

850750450411

Paradigma sehat merupakan satu corak pikir atau cara pandang dalam aspek pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Holistik ini dapat diartikan sebagai satu sudut pandang yang mengambil pandang pelbagai aspek dan faktor dalam melakukan kebijakan mengenai masalah kesehatan. Seseorang yang mempunyai paradigma sehat yang baik akan melihat sesuatu secara multidimensional dan lebih mengutamakan peningkatan, pemeliharaan dan perlingdungan kesehatan. Hal ini menyebabkan mereka meletakkan upaya promotif dan preventif mengatasi upaya kuratif dan rehabilitatif. Secara umumnya, paradigma sehat dapat dipahami secara makro dan mikro. Secara makro, upaya promotif dan preventif diutamakan manakala upaya primer secara mikro adalah kuratif dan rehabilitatif. [endnoteRef:2] [2: Siswanto H. Kamus pouler: kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2003. Hal. 87.]

2.1 PosyanduPosyandu merupakan suatu wadah dalam pelayanan kesehatan terpadu (yandu). Ianya merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Posyandu ini diusahakan oleh kader-kader yang terdiri dari masyarakat dan dilatih oleh pihak Puskesmas. Pada umumnya, Posyandu ini biasanya didirikan di balai raya, balai kelurahan, RW dan sebagainya agar memudahkan msyarakat setempat mengunjungi pos tersebut. Sebagai dasarnya, Posyandu mensasarkan kelompok masyarakat seperti ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita. Kelompok ini merupakan kelompok yang mudah terkena penyakit dan kelompok yang paling membutuhkan perhatian. Segala kegiatan dan laporan daripada Posyandu ini akan dipantau oleh Departemen Kesehatan. Kejayaan program yang dijalankan di pos ini adalah tolok ukur kepada keberhasilan pelaksanaan program pembangunan kesehatan di satu wilayah. Ia merupakan strategi jangka panjang pemerintah Republik Indonesia dalam mengurangi kasus kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR), angka kelahiran (Birth Rate- BR) dan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate-MMR). Peningkatan peran serta masyarakat diukur dengan menggunakan analisis cakupan program yandu dibandingkan dengan target kegiatan masing-masing program tersebut.Posyandu Melati seperti juga posyandu yang lainnya yang sentiasa berusaha mencapai sasaran yang ditetapkan yaitu membina masyarakat yang sehat. Namun harus dikritisi terlebih dahulu apakah sistem yang dipakai oleh posyandu dalam upaya mengejar sasaran tersebut. Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang terkait secara aktif antara satu dengan yang lain dalam matlamat yang jelas. Komponen tersebut adalah input, output, proses, effect, outcome, dan mekanisme umpan baliknya.Input bermaksud suatu sumber yang dibutuhkan dalam sesuatu sistem untuk beroperasi. Sumber daya disini adalah tenaga manusia, keuangan, sumber materi, metode, masa, dan pasaran. Proses pula adalah semua kegiatan yang dijalankan oleh sistem tersebut. Proses adalah suatu operasi dalam menggunakan input dalam menghasilkan output. Output adalah hasil langsung. Output dalam konteks kasus ini adalah produk program yandu. Efek adalah hasil tidak langsung posyandu itu seperti anjakan paradigma masyarakat mengenai pola hidup sehat. Outcome pula adalah dampak dari program yandu itu. Outcome ini adalah hasil terhadap tujuan penubuhan posyandu seperti turunnya IMR, MMR dan keluarga berencana dalam masyarakat lingkungan. Gambar 1 menunjukkan perkaitan komponen yang digunakan dalam sistem posyandu.[endnoteRef:3] [3: Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2004. Hal. 169-71.]

Gambar 1: Bagan Sebuah Sistem

2.2 Paradigma SehatDalam kasus yang diberikan, dapatlah dirumuskan bahwa kurangnya kesadaran akan peri pentingnya penjagaan kesehatan secara menyeluruh merupakan permasalahan pokok yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Hal ini karena, berdasarkan tabel 1, kita dapat melihat bahwa masih terdapat 100 orang balita yang tidak didaftarkan oleh penjaga mereka untuk ke Posyandu. Hal ini merupakan sesuatu yang membimbangkan karena jumlah itu bukan sedikit bahkan melebihi 10% daripada jumlah balita yang terdapat di kawasan masyarakat tersebut. Justru itu, dapat lah disimpulkan bahwa perkara ini adalah hasil dari kurangnya paradigma sehat dalam masyarakat lingkungan tersebut.Selain itu, daripada 750 balita yang mendaftar di posyandu tersebut, hanya 450 orang balita sahaja yang ditimbang berdasarkan laporan tahunan posyandu tersebut. In bermakna bahwa masih terdapat 300 orang balita yang tidak dibawa ke posyandu untuk menimbang pada tahun tersebut. Jumlah ini mencakupi 40% balita yang tidak dibawa oleh penjaganya untuk ditimbang. Kesimpulan yang dapat dirumuskan di sini adalah perkara ini mungkin terjadi disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membawa bayi untuk kontrol ke posyandu. Ianya juga mungking disebabkan factor sosial yang menjadi hambatan untuk balita tersebut dibawa ke posyandu.Dalam pada itu, dari laporan terbitan Posyandu Melati pada tersebut juga menunjukkan bahwa hanya 411 balita daripada 450 balita yang ditimbang menampakkan peningkatan pada timbangan berat badan mereka. Ini bermakna masih terdapat 39 balita yang berkemungkinan mengalami penurunan berat badan atau pun berat badannya tidak berubah. Jumlah ini mencakupi kurang lebih 10% daripada jumlah balita yang menimbang. Perkara ini adalah suatu perkara yang memprihatinkan karena meskipun kesadaran tentang kesehatan telah ada, masih terdapat hambatan yang menyebabkan perkara ini berlaku. Faktor yang memungkinkan perkara ini berlaku adalah faktor sosial, genetika, asupan gizi dan juga infeksi penyakit.Perkara terakhir yang didapati daripada kasus adalah sejumlah 8 orang balita dilaporkan sebagai BGM yaitu bawah garis merah berdasarkan KMS yaitu kartu sehat masyarakat. Mereka juga telah mendapatkan PMT yaitu pemberian makanan tambahan oleh posyandu tersebut. Walaupun hanya delapan orang balita sahaja yang dilaporkan mengalami hal tersebut, harus diperkirakan bahwa masih terdapat 400 orang balita yang belum dibawa keposyandu untuk melakukan timbang berat badan. Hal ini sangat memprihatinkan. Terdapat pelbagai sumber terjadinya perkara ini dan perkara ini seharusnya menjadi penelitian oleh pihak yang berwenang dalam upaya membina masyarakat sehat.

2.3 Punca Kurangnya Kesadaran Paradigma SehatKesadaran mengenai paradigma sehat adalah sesuatu yang menjadi perkara vital dalam kehidupan seharian. Paradigma sehat ini menjadi panduan serta pedoman kepada masyarakat untuk memelihara kesehatan mereka. Seseorang yang mempunyai paradigma sehat yang baik akan menjadi seorang yang amat mementingkan penjagaan kesehatan sehari-hari. Dalam kasus diberikan, dapat dilihat bahwa kurangnya kesadaran terhadap paradigma sehat yang berlaku di dalam komunitas lingkungan Posyandu Melati. Terdapat beberapa punca berlakunya permasalahan tersebut yaitu punca dari lingkungan, perilaku yang tidak sehat dan pelayanan kesehatan yang kurang.Faktor lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan fisik, sosial, budaya, pekerjaan dan pendidikan. Lingkungan fisik yang tidak mendukung menjadikan masyarakat kurang kesadaran mengenai paradigma sehat yang sepatutnya menjadi patokan mereka. Lingkungan fisik yang penuh dengan aktifitas yang tidak sehat seperti bermain permainan video, lingkungan fisik yang terlalu selesa menyebabkan masyarakat lalai untuk menjaga kesehatan. Dari sudut sosial pula, masyarakat seharusnya menjadi masyarakat yang saling mengingati akan kepentingan pola hidup sehat. Selain itu, media massa seharusnya memainkan peran dalam membangun paradigma sehat masyarakat, tidak hanya mementingkan keuntungan semata. Dari sudut kebudayan pula, budaya masyarakat yang suka akan sesuatu berdasarkan nafsu harus diubah. Dalam masa yang sama, faktor tingkat pendidikan menjadi unsur penting dalan membina paradigma sehat karena seseorang yang memilik tingkat pendidikan yang rendah cenderung berpikir secara negatif dalam membuat sesuatu keputusan berkaitan kesehatan disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan.Perilaku yang tidak sehat juga menyebabkan kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat. Perilaku tidak sehat dapat ditafsirkan sebagai suatu tindakan yang membawa kepada dampak negatif terhadap pola hidup sehat yang seharusnya diamalkan. Sebagai contoh, masyarakat di desa itu lebih mempercayai akan keunggulan dukun berbanding seorang dokter. Perilaku ini sebenarnya bias membawa dampak buruk kepada masyarakat itu sendiri karena seorang dukun itu kurang kelayakan dari aspek pengetahuan maupun kemahiran dalam menangani masalah kesehatan. Persepsi ini harus diubah kepada suatu anjakan paradigma kesehatan yang lebih baik. Sebagai hasilnya nanti, paradigma tersebut akan membawa kebaikan kepada masyarakat.Selain itu, pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan juga membawa kepada kurangnya kesadaran kesehatan. Pelayanan kesehatan termasuk upaya preventif serta promotif. Upaya ini seharusnya digiatkan bagi membuka minda masyarakat akan perilaku sehat yang seharusnya mereka lakukan. Upaya promotif seperti penyuluhan dan edukasi amat diperlukan terutamanya bagi masyrakat yang tinggal di desa karena mereka kurang mendapatkan informasi mengenai sesuatu permasalahan kesehatan jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di kota.

2.4 Permasalahan Gizi BalitaPermasalahan gizi merupakan sindroma kemiskinan yang sangat bersangkutan dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumahtangga. Bagi masyarakat Indonesia pula, masalah gizi ini merupakan suatu permasalahan yang sangat memprihatinkan karena kadar berlakunya masalah kurang gizi amatlah tinggi. Berdasarkan laporan Posyandu Melati, meskipun kesadaran tentang kesehatan itu telah wujud, masih terdapat beberapa balita yang tidak menaik berat badannya. Bahkan masih terdapat delapan orang balita yang mengalami BGM berdasarkan kartu menuju sehat. Gambar 2 merupakan contoh kartu menuju sehat yang telah diperkenalkan di Indonesia.

Gambar 2: Kartu Menuju Sehat[endnoteRef:4] [4: Kartini A. Kartu menuju sehat ibu hamil. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2001.]

Antara faktor penyumbang berlakunya masalah gizi balita adalah pola asupan gizi. Asupan gizi bermaksud status gizi seseorang.[endnoteRef:5] Status gizi ini sangat terkait dengan faktor lingkungan terutamanya faktor sosial keluarga tersebut. Seringkali didapati bahwa pembesaran anak di Indonesia mengalami masalah. Permasalahan utama yang dapat dikenalpasti adalah kurangnya protein. Protein adalah sumber utama dalam membina tumbesaran anak kecil. Protein boleh didapati melalui konsumsi daging, ikan, dan telur.[endnoteRef:6] Kita sedia maklum bahwa masyarakat yang mengalami kondisi hidup yang kurang baik dari segi ekonominya sukar untuk mendapatkan sumber protein tersebut yang mahal harganya. Sebagai hasilnya, walaupun kesadaran masyarakat sudah tinggi namun kondisi sosial mereka menjadi hambatan untuk mereka hidup secara sehat. Masyarakat yang berpendidikan rendah pula kurang pengetahuan untuk mencari sumber alternatif untuk mendapatkan protein. Kekurangan protein boleh menyebabkan berlakunya penyakit kwashiorkor. Balita juga memerlukan zat lain seperti arang hidrat, lemak dan mineral lainnya sama ada mikro maupun makro. [5: Gibney MJ, Margetts BM, Keaarney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: Blacwell Publishing; 2009. Hal. 92-3.] [6: Baldwin C. Jirim bahan: Campuran sebatian dan larutan. Kuala Lumpur: Harcourt Education; 2005. Hal. 29.]

Selain itu, terdapat juga faktor lain yang menyebabkan hamper 10% balita yang menimbang di Posyandu Melati tidak meningkat timbang beratnya. Faktor tersebut adalah infeksi penyakit terhadapt balita tersebut. Balita merupakan satu kelompok yang diklasifikasikan sebagai kelompok yang rentan. Kelompok yang rentan ini bermaksud kelompon yang mudah terinfeksi oleh virus penyakit yang lain. Dalam hal seperti ini, mungkin sahaja balita tersebut mendapat asupan gizi yang mencukupi namun makanan tersebut tidak dapat digunakan oleh tubuh secara optimal disebabkan penyakit yang didapati.[endnoteRef:7] Penyakit yang bias terinfeksi kepada balita adalah diare, campak, Meningitis, Malaria, Typhus, Tuberculosis dan sebagainya. Penyakit-penyakit ini bias terinfeksi melalui udara, air maupun makanan yang dikonsumsi oleh balita tersebut. Sebagai hasilnya, daya tahan tubuh balita akan menjadi lemah dan kemungkinan berlakunya penurunan nafsu makan si balita akan berlaku. Bahkan, penyakit-penyakit ini membawa kepada masalah gizi kurang kepada balita seperti yang terjadi kepada delapan orang balita yang dalam kondisi BGM. [7: Aritonang R, Priharsiwi E. Busung lapar. Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2006. Hal. 19.]

Selain itu, faktor genetika juga membawa dampak terhadap tumbesaran seorang balita. Faktor genetika adalah sesuatu yang diwarisi daripada orang tua si balita dan bukan karena faktor lingkungan. Terdapat kasus dimana balita itu mempunyai kadar pertumbuhan yang lambat di awal usia. Hal ini dikarenakan oleh faktor genetika yang mempengaruhi kadar tumbesaran manusia. Faktor genetika juga bisa menyebabkan berlakunya penyakit keturunan yang menjangkiti balita tersebut. Penyakit genetika adalah hasil daripada heriditasi kromosom daripada kedua orang tua saat crossing over berlaku. Penyakit seperti galaktosemia menyebabkan anak tersebut tidak dapt mengkonsumsi laktosa seperti dari ASI ibunya. Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut memerlukan protein dri sumber yang lain sehingga menjejaskan tumbesarannya.[endnoteRef:8] Penyakit genetika lain adalah seperti Fibrosis sistik, anemia, Albino, Thalassemia dan sebagainya. [8: Aryulina D, Muslim C, Manaf F, Winarni EW. Biologi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004. Hal. 165-6.]

2.5 Aspek Pelayanan Kesehatan Dalam mengatasi masalah diatas, beberapa aspek perlu diperhatikan oleh Kepala Puskesmas yang berwenang tersebut. Kebijakan amat diperlukan dalam mengatasi maslaah ini karena ianya merupakan beban pembangunan kesehatan nasional akan semakin berat jika tidak ditangani dengan baik. Antaranya ialah aspek pelayanan kesehatan. Terdapat empat aspek utama pelayanan kesehaatan yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.[endnoteRef:9] Kesemua upaya ini haruslah dilakukan secara holistik dan dengan kerjasama daripada semua sektor yang terkait. Pelayanan kesehatan haru ditingkatkan sama ada dari sudut perorangan maupun bermasyarakat. [9: Hadi H. Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan nasional. Yogyakarta: FK Universitas Gadjah Mada; 2005.]

2.5.1 PromotifPromotif merupakan upaya yang paling awal dalm pembentukan pola kesehatan masyarakat di dunia. Upaya promotif ini adalah dengan mempromosikan pengertian sebenar pola hidup sehat. Umumnya, langkah promotif ini dijalankan kepada masyarakat yang dalam kondisi sehat agar teredukasi mengenai permasalahan kesehatan. Hasil daripada upaya promotif ini adalah wujudnya paradigma sehat yang menjadi praktek kebiasaan masyarakat lingkungan. Menurut Deklarasi Alma Ata 1978, strategi primer dalam upaya meningkatkan kesehatan adalah perawatan primer. Perkara lain yang turut dicapai adalah kesehatan untuk semua.[endnoteRef:10] Ini berarti pendidikan kesehatan harus dijalankan tanpa mengira tingkat ekonomi ataupun sosial. Sebagai hasilnya, perubahan perilaku dalam masyarakat akan dapat dicapai karena masyarakat menyadari akan kepentingan upaya peningkata kesehataan dalam kehidupan mereka. [10: Wahab AS. Ilmu kesehatan anak. Ed. 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2000. Hal. 29.]

Harus disadari bahwa upaya promotif ini perlu dijalankan oleh semua pihak yang terkait. Dari sudut pemrintah, upaya promosi ini amat perlu direncanakan sebaik mungkin oleh Depkes, Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Posyandu. Penyuluhan kesehatan perlu dilakukan secara bersistematik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dari sudut media massa pula, media perlu memainkan peran dengan melakukan promosi berbaur informasi kesehatan dan lebih prihatin mengenai isu kesehatan ini. Media massa memainkan peran penting karena masyarakat amat mudah dipengaruhi oleh media massa yang terbilang sangat mudah untuk diakses. Selain itu, Kepala Dinas tersebut juga harus mengedukasi masyarakat agar masyarakat juga bisa menyampaikannya kepada keluarga terdekat mereka mengenai informasi-informasi kesehatan yang umum. Antara upaya yang bisa dijalankan dibawah langkah promotif ini adalah dengan mengajarkan mengenai perilaku sehat, edukasi untuk mengkonsumsi makanan sehat, melakukan olahraga yang teratur dan mempromosi kebersihan lingkungan. Dalam hal ini, pihak Puskesmas boleh menjalin kerjasama dengan pihak kelurahan mau pun RW untuk melakukan promosi kesehatan. Seperti yang terdapat di dalam kasus, terdapat balita yang dalam kondisi BGM, mungkin sekali balita ini mengalami diare atau penyakita lainnya yang terkait dengan lingkungan yang bersih. Penyakit-penyakit ini harus dibenahi dengan edokasi mengenai hygiene, sanitasi air dan makanan, membanteras perindukan nyamuk dan sebagainya. Sebagai hasil akhir daripada langkah promotif yang menyeluruh di atas, masyarakat akan lebih prihatin mengenai kondisi sehat-sakit mereka dan sentiasa menjaga kondisi kesehatan mereka. Masyarakat yang mengetahui akan bahaya penyakit akan lebih berjaga-jaga dalam setiap langkah kehidupan mereka dengan harapan mereka terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. Inilah yang dinamakan anjakan paradigma sehat dalam diri masyarakat yang harus ditanamkan.

2.5.2 PreventifSetelah melakukan upaya promotif yang meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan, upaya preventif secara kolektif dapatlah dilakukan dengan mudah. Hal ini karena upaya promotif sangat penting dalam memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai perilaku sehat. Langkah preventif terdiri daripada upaya-upaya yang penting dalam mengelakkan berlakunya sesuatu dampak buruk daripada aspek kesehatan. Menurut skenario yang diberikan, langkah preventif dilihat amat penting bagi mengelakkan perkara ini berulang lagi pada bulan-bulan ke depan. Langkah preventif ini dilakukan ke atas masyarakat yang sehat. Menurut Leavel dan Clark, terdapat tiga tingkat preventif yaitu primary prevention, secondary prevention dan tertiary prevention. Namun sebelum tingkat-tingkat ini berlaku, terdapat apa yang dinamakan primodial prevention yang merangkumi usaha promotif menuju sehat.[endnoteRef:11] [11: Anderson A, Bradshaw W, Eschiti V, Persell D, Schnetter VA, Smith BLY, et. al. NCLEX-RN. Hoboken: Wiley Publishing; 2005. Pg. 177-8.]

Dalam tingkat primary prevention, ianya terbahagi kepada dua tahap yaitu health promotion dan specific protection. Primary prevention dijalankan demi menghindari faktor pemapar yang dapat menimbulkan sakit. Health promotion bermaksud promosi kesehatan yang dilakukanbagi meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan dan cara pencegahan penyakit. Antara contohnya adalah dengan melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Langkah ini boleh disertai oleh pelbagai sektor seperti pemerintah, sekolah, masyarakat dan individu yang bertanggungjawab. Specific protection pula bermaksud tindakan yang dilakukan dagi mengelakkan sesuatu yang tidak diinginkan. Misalnya, bagi mengelakkan berlakunya gizi kurang terhadap balita, orang tua balita harus memberikannya gizi yang seimbang disamping langkah-langkah pencegahan bagi mengelakkkan infeksi penyakit terhadap balita mereka yang boleh melemahkan daya tahan tubuh balita tersebut. Selain itu, secondary prevention terbagi kepada dua yaitu early diagnosis and promt treatment serta disability limitation. Usaha ini dilakukan dalam upaya mengelakkan penyakit itu berkembang menjadi lebih lanjut. Early diagnosis and prompt treatment bermaksud diagnosis penyakit di tingkat awal dan rawatan cepat yang bersesuaian. Dalam kasus yang diberikan, balita yang mengalami BGM harus dilakukan perawatan segera yang mampu memulihkan keadaan balita tersebut. Diagnosis harus dilakukan bagi mengenal pasti punca berlakunya gizi buruk yang dialaminya. PMT yang dilakukan adalah rawatan cepat yang sesuai untuk memulihkan keadaan balita yang BGM. Setelah didiagnosis, barulah boleh dilakukan pencegahan dari berlakunya perkara yang lebih buruk berlaku terhadap balita tersebut. Jika balita tersebut mengalami gizi buruk disebabkan penyakit, penyakit tersebut perlu segera ditangani bagi mengelakkan berlaku kecacatan terhadap status sehat si balita. Tingkat yang seterusnya adalah tertiary prevention yang mencakupi upaya rehabilitasi. Pada tingkat ini, pencegahan yang dilakukan adalah bertujuan mengurangi dampak negatif seperti komplikasi penyakit yang sudah terjadi dengan mengembalikan fungsi organ tubuh kembali semula. Sebagai contoh, gizi kurang boleh menyebabkan berlakunya penyakit kwashiorkor yang dapat memberhentikan tumbesaran balita. Perkara ini perlu dielakkan segera karena ianya akan berakibat fatal jika komplikasi terjadi.Termasuk juga dalam upaya preventif ini adalah pemberian immunisasi dan vaksinasi. Langkah ini boleh diletakkan dibawah specific protection menurut Leavel dan Clark. Vaksinasi ini dilakukan dengan memasukkan bahan antigenetika ke dalam tubuh untuk menghasilkan immunitas terhadap penyakit yang tertentu. Ianya bertujuan memberikan kekebalan yang optimal kepada bayi agar dapat mencegah penyakit-penyakit yang sering menyerang seperti TBC, polio, campak, hepatitis, tetanus dan lain-lain. Terdapat beberapa manfaat imunisasi yaitu mencegah penderitaan penyakit dan kemungkinan kematian terhadap anak, menghilangkan psikologi pengobatan kepada keluarga bayi, dan memperbaiki tingkat kesehatan bangsa seterusnya mampu menjadi aset negara untuk pembangunan. Imunisasi ini boleh didapatkan di Posyandu, Puskesmas, Praktek Dokter dan Klinik Imunisasi. Terdapat dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif dijalankan dengan pemberian kuman atau racun kuma yang sudah dilemahkan atau dimatikan dalam ranka merangsang produksi antibodi. Imunisasi pasif pula adalah penyuntikan sejumlah antibodi dalam tubuh untuk meningkatkan kadar antibodi dalam tubuh. Terdapat beberapa kelompok sasaran untuk diimunisasi yaitu ibu hamil, bayi, anak sekolah, remaja, orang tua, ahli professional, dan mereka yang akan bepergian ke luar negara.2.5.3 KuratifDi dalam skenario yang diberikan, terdapat sejumlah delapan orang balita mengalami gizi buruk sehingga dalam kondisi BGM. Dalam menangani kasus ini, langkah kuratif amat diperlukan. Kuratif adalah langkah yang diambil dalam upaya memulihkan status kesehatan seseorang agar sistem tubuh dapat berfungsi secara optimal. Langkah kuratif ini dilakukan ke atas orang yang telah pun sakit. Contoh langkah kuratif adalah pemberian obat, operasi dan sebagainya. Dalam menangani balita yang mempunyai gizi buruk, program pemberian makanan tambahan (PMT) adalah langkah yang baik. Makanan tambahan yang diberika dapat meningkatkan berat badan balita tersebut disamping memberikan tenaga kepadanya. Selain itu, edukasi ke ibu balita tersebut juga perlu dengan memberikan informasi-informasi yang tepat dan berguna untuk ibu tersebut menangani balitanya. Kuratif merupakan langkah yang kurang proaktif karena pencegahan itu adalah lebih baik daripada mengubati.2.5.4 RehabilitatifRehabilitatif adalah upaya pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang dialami oleh pasien. Dalam kasus yang diberikan tidak diperlukan upaya rehabilitatif karena tiada berlakunya cacat badan dan jiwa yang berlaku terhadap balita-balita yang ke Posyandu Melati. Namun, jika berlakunya kasus luar biasa (KLB) terhadap balita tersebut, perlulah dilakukan rujukan kepada spesialis anak yang lebih berkemampuan dan layak untuk menangani anak itu.

3.0 Hasil yang Dapat DicapaiTerdapat beberapa hasil yang berjaya dicapai melalui penelitian skenario ini. Hasil yang pertama adalah peningkatan kesadaran masyarakat akan kepentingan hidup sehat dan penghasilan paradigma sehat yang tertanam dalam diri mereka. Hal ini disebabkan oleh upaya promosi kesehatan secara menyeluruh yang dilakukan berjaya membentuk peribadi masyarakat yang lebih positif menuju hidup sehat. Hasil yang kedua adalah peningkatan gizi balita. Menelusuri penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa paradigma yang sehat akan membawa kepada berlakunya perubahan pola hidup masyarakat dan pemrintah dalam usaha menanggulangi masalah kesehatan terutamanya gizi buruk dalam kalangan balita seperti yang dibincangkan dalam skenario Posyandu Melati.4.0 SarananDiharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan panduan yang berguna dalam pengkajian untuk pembelajaran paradigma sehat. Kajian ini juga diharap dapat memberikan ide yang jelas mengenai apa yang dinamakan paradigma sehat dan fungsi sebenar Posyandu dalam berkhidmat untuk masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga boleh digunakan sebagai rujukan mengenai cara menangani gizi buruk yang sering berlaku dalam masyarakat di Indonesia.Daftar Pustaka