paradigma dan teori.pdf

108
 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Paradigma dalam disiplin intelektual adalah car a pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). [1]  Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual [2]  Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang  berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani  paradeigma (para+deiknunai) yang  berarti untuk "membandingkan" , "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik) [3] Sedangkan Teori  adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dal il yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran pemikiran teoritisyang mereka definisikan sebagai menentukanbagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling  berhubungan. Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang  berbeda pula tergantung pada  metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda deng an teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, be rbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika. Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial dan  paradigma. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan  pengetahuan tentang dunia sosial dan  paradigmasosialmerupakankerangkaberpikirdalammasyarakat yang menjelaskanbagaimanacarapandangterhadapfaktakehidupansosialdanperlakuanter hadapilmuatauteori yang ada.

description

wawasan ilmu sosial

Transcript of paradigma dan teori.pdf

  • 1

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang

    terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir

    (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).[1]

    Paradigma juga

    dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan

    dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam

    disiplin intelektual [2]

    Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang

    merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang

    berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang

    berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan

    (deik) [3]

    Sedangkan Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil

    yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis

    mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan

    menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena

    alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran

    pemikiran teoritis yang mereka definisikan sebagai menentukan bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling

    berhubungan.

    Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang

    berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori

    merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada

    sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori

    umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan

    akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan

    kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan

    kesimpulan pada pembuktian matematika.

    Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial dan

    paradigma. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari

    keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan

    pengetahuan tentang dunia sosial dan

    paradigmasosialmerupakankerangkaberpikirdalammasyarakat yang

    menjelaskanbagaimanacarapandangterhadapfaktakehidupansosialdanperlakuanter

    hadapilmuatauteori yang ada.

  • 2

    B. Rumusan Masalah

    1). Apa itu definisi fungsi?

    2). Apa saja fungsi teori?

    3). Apa yang dimaksud dengan asumsi?

    4). Apa pengertian paradigma?

    5). Apa yang dimaksud dengan paradigma dan teori sosial?

    6). Apa saja strategi pengembangan teori sosial?

    C. Tujuan

    1). Menjelaskan apa yang dimaksud dengan definisi fungsi.

    2). Menjelaskan fungsi teori.

    3). Menjelaskan apa yang dimaksud dengan asumsi.

    4). Menjelaskan apa pengertian dari paradigma.

    5). Menjelaskan apa yang dimaksud paradigma dan teori sosial.

    6). Menjelaskan apa saja strategi dalam pengembangan teori sosial.

  • 3

    PEMBAHASAN

    A. Difinisi Teori

    Ada banyak ahli yang memberikan difinisi teori.Kerlinger (1973)

    menyatakan teori adalah sekumpulan konsep, difinisi, dan proposisi yang

    saling kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistimatis atas

    fenomena yang ada dengan menunjukan secara spisifik hubungan-hubungan

    diantara variable-variable yang terkait dalam fenomena, dengan tujuan

    memberikan eksplanasi dan prediksi atas fenomena tersebut. Gibbs (1972)

    mendifinisikan teori sebagai suatu kumpulan statemen yang mempunyai

    kaitan logis, merupakan cermin dari kenyataan yang ada tentang sifat-sifat

    atau ciri-ciri suatu klas, peristiwa atau sesuatu benda. Ahli lain, Hage (1972)

    menyatakan bahwa teori harus mengandung tidak hanya konsep dan statemen

    tetapi juga difinisi, baik difinisi teoritis maupun difinisi operasional dan

    hubungan logis yang bersifat teoritis dan operasional antara konsep atau

    statemen tersebut. Konsep dan difinisi harus disusun ke dalam "primitive" dan

    "derived", statemen dan hubungan harus disusun kedalam premis dan

    persamaan. Dari beberapa difinisi yang dikemukakan diatas dapatlah ditarik

    suatu kesimpulan bahwa suatu teori harus : (a) mengandung konsep, difinisi,

    dan proposisi, (b) ada hubungan logis diantara konsep-konsep, difinisi-

    difinisi, dan proposisi-proposisi, (c) hubungan-hubungan tersebut

    menunjukkan atau merupakan cermin fenomena sosial, (d) dengan demikian

    teori dapat digunakan untuk eksplanasi dan prediksi.

    Proposisi merupakan suatu pernyataan yang mengandung dua konsep

    atau lebih. Sedangkan sesuatu bias digunakan untuk eksplanasi dan prediksi

    atas sesuatu yang lain, jikalau antara keduanya ada hubungan yang bersifat

    kausal. Dengan demikian berdasarkan difinisi-difinisi diatas dapatlah

    dikembangkan suatu difinisi teori, yakni sekumpulan proposisi yang

    menunjukan hubungan kausal diantara konsep atau variable-variable yang

    terkandung dalam proposisi tersebut*).

    *Dr.Zamroni. PENGANTAR PENGEMBANGAN TEORI SOSIAL.

    Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan : Jakarta.

  • 4

    Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria : (a) kriteria ideal dan

    (b) kriteria pragmatis (Black and Champion 1976). Kriteria ideal

    mengemukakan bahwa suatu tfiori akan dapat diakui apabila memenuhi

    pensyaratan berikut :

    1) Sekumpulan ide yang dikemukakan mempunyai hubungan login dan

    konsisten.

    2) Sekumpulan ide-ide yang dikemukakan harus mencakup seluruh

    variable yang diperlukan untuk menerangkan fenomena yang di

    hadapi.

    3) Kumpulan ide-ide tersebut mengandung proposisi-proposisi dimana

    ide yang satu dengan yang lain tidak tumpang tindih.

    4) Kumpulan ide-ide tersebut dapat dites secara empiris.

    Sedangkan kriteria pragmatis mengemukakan bahwa ide-ide dikatakan

    sebagai teori kalau ide-ide tersebut memiliki :

    1) asumsi dan paradigma.

    2) Frame reference, yakni kerangka fikir yang mengidentifikasi aspek-

    aspek kehidupan sosial yang akan diuji secara empiris.

    3) Konsep-konsep, yakni abstraksi atau simbol sebagai ujud sesuatuide.

    4) Variable, yakni penjabaran konsep yang mengandung dimensi.

    5) Proposisi, yakni hubungan antara konsep.

    6) Hubungan yang sistimatis dan bersifat kausal diantara konsep-konsep

    dan proposisi-proposisi tersebut.

    Teori sosial merupakan pencerminan dari kenyataan sosial.Tetapi tidak

    pernah atau jarang teori sosial tersebut cocok seratus persen dengan

    kenyataan.Kalau model dari realitas sosial itu cocok seratus persen dengan

    kenyataan maka kita membicarakan pengetahuan sosial, yakni suatu

    rangkuman hukum-hukum sosial yang mendiskripsikan realitas sosial. Teori

    sosial berusaha untuk bisa mendekati pengetahuan sosial, tetapi tidak akan

    bisa persis. Hage (1976) menjelaskan pernyataan jarak antara teori sosial

    dengan ilmu pengetahuan sosial dengan gambar di bawah ini.

  • 5

    Grafik 1 : Hubungan antara teori sosial dan ilmu pengetahuan social.

    Kembali pada pertanyaan, "Mengapa masih ada sementara penduduk

    yang tidak mau ber KB?"Kita bisa mengembangkan teori untuk menjawab

    pertanyaan tersebut.Misalnya, tingkat pendidikan dan pendapatan penduduk

    mempengaruhi perilaku keluarga.Dengan pendidikan orang semakin sadar

    kebutuhan pendidikan dan mahalnya beaya pendidikan. Maka ia bisa

    mengantisipasi betapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk

    menyekolahkan anaknya. Sebaliknya orang yang berpendidikan relatif rendah

    tidak akan berfikir sampai kesana. Oleh karenanya ia tidak

    mempertimbangkan jumlah anak yang seharusnya dimiliki. Maka ia merasa

    tidak perlu ikut KB. Betulkah jawaban ini bisa diterapkan di berbagai tempat

    dan waktu?Jawabannya, kemungkinan besar tidak.Jawaban itu berlaku untuk

    tempat dan mungkin waktu tertentu.Hal ini yang membedakan teori dari

    hukum.

    Hukum merupakan generalisasi yang bersifat universal, dimana

    keberlakuannya tidak terbatas oleh tempat dan waktu, mengandung informasi

    mendasar, serta memberikan diskripsi keberaturan suatu obyek yang bersifat

    pasti.Sedang teori merupakan generalisasi yang merupakan kesimpulan

    informasi dalam bentuk abstrak dan umum, yang dapat digunakan untuk

    menerangkan atau memprediksi kenyataan tertentu yang tercakup dalam

    skope teori (Freese, 1986). Tidak berbeda dengan Freese, Faia (1987)

    mengemukakan bahwa setiap teori sosial terdiri dari serangkaian proposisi

    STOPE

    &

    KETEPATAN

    ILMU

  • 6

    yang satu sama lain saling kait-mengkait, yang dapat dibuktikan dengan fakta

    yang ada dan dinyatakan dalam bentuk abstrak. Fungsi dari teori adaiah

    untuk:

    1) Sistimatisasi pengetahuan,

    2) Eksplanasi, prediksi, dan kontrol sosial.

    3) Mengembangkan hypothesis penelitian.

    Teori perlu dinyatakan dalam bentuk abstrak agar bisa digeneralisir

    dalam kasus yang lebih luas, yang meliputi waktu dan tempat yang berbeda.

    Namun, karena teori dinyatakan dalam bentuk abstrak maka perlu ada

    penafsiran yang sama tentang makna konsep yang abstrak tersebut dari para

    ilmiawan atau pembaca. Misalnya, proposisi yang menyatakan bahwa

    perkembangan industrialisasi erat hubungannya dengan kehidupan demokrasi

    suatu masyarakat. Para pembaca harus mempunyai kesamaan pendapat

    tentang apa yang dimaksud dengan industrialisasi dan demokrasi. Sebab dua

    istilah tersebut bisa ditafsirkan berbeda.Disamping itu, karena teori rnemiliki

    fungsi guna ekplanasi, prediksi dan mungkin sosial kontrol, maka setiap teori

    harus didukungoleh fakta. Ketiga hal tersebut, abstrak, penafsiran yang sama,

    dan ditopang oleh fakta yang ada merupakan ciri-ciri dari teori.

    B. Fungsi Teori

    Sebagaimana telah disinggung di muka, teori memiliki, paling tidak

    tiga fungsi :

    1) Untuk sistimatisasi pengetahuan,

    2) Untuk eksplanasi, prediksi, dan kontrol sosial, dan

    3) Untuk mengembangkan hipotesa.

    Masing-masing fungsi tersebut akandibahas lebih detail satu persatu.

    Sistimatisasi pengetahuan.

    Kegunaan pertama dari teori adalah untuk sistimastiasi pengetahuan

    atau disebut typologies.Setiap konsep dapat digunakan untuk kategorisasi dan

    klasifikasi.Misalnya, individu dapat diklasifikasikan menurut tinggi badan,

    berat badan, kekuatan badan (ciri-ciri fisik), sikap, lopyalitas, dan sebagainya.

  • 7

    Kategorisasi dan klasifikasi dapat dilaksanakan dengan lewat beberapa

    cara, antara lain : artikulasi, logika yang runtut dan tepat,pertimbangan situasi

    yang kondisi dan pertimbangan pola berfikirresponden (lihat, misalnya, Black

    & Champion, 1976). Dengan artikulasi berarti informasi yang ada

    diklasifikasi dan dikategorisasikan menurut skopenya, dari yang bersifat

    umum sampai kategori yangbersifat khusus.Dengan demikian, informasi yang

    ada bisa dengan cepatdikaji dan difahami.Logika yang tepat digunakan untuk

    menyusunklasifikasi informasi atau pengetahuan agar klasifikasi tersebut

    tidak tumpang tindih. Apabilaobyek sudah diklasifikasikan menurut

    beberapaaspek dalam waktu yang sama, maka setiap aspek harus memiliki

    kategori-kategori sendiri-sendiri. Dalam melaksanakan klasifikasi ini

    masalahsituasi dan kondisi harus dipertimbangkan. Disamping

    mempertimbangkan klasifikasi atas obyek atau informasi tertentu, harus

    puladipertimbangkan kerangka fikir responden sehingga klasifikasi akanjelas

    dan tepat.

    Eksplanasi, prediksi dan kontrol sosial.

    Kegunaan teori yang kedua adalah untuk eksplanasi, prediksi dan

    kontrol sosial.Eksplanasi berhubungan dengan peristiwa yang telah terjadi,

    prediksi berhubungan dengan peristiwa yang akan terjadi, dankontrol sosial

    berhubungan dengan usaha untuk menguasai atau mempengaruhi peristiwa

    yang akan terjadi tersebut. Kegunaan teori ketiga adalah sebagai dasar untuk

    mengembangkan hipothesis penelitian.Kegunaan terakhir ini pada dasarnya

    menguji keabsyahan suatu teori untuk digeneralisir pada skope yang lebih

    luas.

    Eksplanasi mempunyai arti umum yakni menjadikan sesuatu menjadi

    jelas atau lebih jelas.Untuk mengawali pembahasan tentang eksplanasi,

    kiranya perlu dibahas hubungan antara eksplanasi dan korelasi.

    Eksplanasi erat hubungannya dengan konsep korelasi dan konsep

    statistik yang lain. Suatu koefisien korelasi adalah angka yang menunjukkan

    seberapa besar dan bagaimaan arah hubungan satu variable dengan variable

    yang lain. Hubungan positif berarti kenaikan atau penurunan pada satu

    variable secara sistimatis ada hubungannya dengan perubahan pada variable

  • 8

    yang lain dengan arah yang sama. Misalnya perubahan posisi atau pangkat

    dengan pendapatan. Hubungan negatif berarti perubahan pada satu variable

    secara sistimatis ada hubungannya dengan perubahan pada variable yang lain

    dengan arah yang berlawanan. Kuat lemahnya hubungan antara dua variable

    ditunjukkan oleh besar kecil nilai koefisien.Nilai koefisien bergeser dari 0 dan

    1 baik plus maupun minus.Adanya korelasi tidaklah berarti memberikan

    eksplanasi.Namun, setiap eksplanasi pasti mengandung korelasi. Kita bisa

    mengatakan suatu variable mempengaruhi variable yang lain kalau diantara

    kedua variable tersebut mempunyai korelasi, baik positif maupun negatif,

    linier maupun non linier. Tanpa adanya korelasi tidak mungkin ada

    eksplanasi. Misalnya, suatu kelompok murid, sebut group A, memiliki nilai

    rata-rata lebih tinggi dari kelompok murid grup B, "karena murid pada

    kelompok A lebih banyak menggunakan waktu untuk belajar". Kalau dalam

    penelitian tidak diketemukan korelasi antara waktu yang digunakan untuk

    belajar dan prestasi belajar, maka eksplanasi yang kita berikan adalah

    salah.Namun bukan korelasi yang penting.Sebab korelasi hanya merupakan

    statemen bahwa Jam belajar ada hubungannya dengan prestasi.Tetapi korelasi

    tidak mengatakan apa-apa tentang MENGAPA.Singkatnya, tidak adanya

    korelasi bisa menggugurkan eksplanasi, namun korelasi bukan eksplanasi atau

    membuktikan adanya eksplanasi.

    Ada dua hal yang menyebabkan korelasi tidak mesti menunjukan

    adanya eksplanasi.Pertama, hubungan seringkali bersifat spurious

    (palsu).Yakni adanya korelasi antara dua variable dikarenakan ada variable

    lain yang mempengaruhinya. Misalnya, langganan surat kabar berkorelasi

    dengan prestasi anak. Karena dengan berlangganan surat kabar anak akan

    terangsang untuk membaca, sehingga berarti anak praktek membaca.

    Disamping itu pengetahuan anak didik bertambah luas. Namun demikian, ada

    variable lain yang menyebabkan hubungan antara berlangganan surat kabar

    dan prestasi anak menjadi hubungan yang bersifat spurious (palsu). Yakni

    latar belakang keluarga.Ada keluarga yang orang tuanya selalu mendorong

    dan membantu anak-anak mereka dalam menyelesaikan pekerjaan

    rumah.Sedangkan ada pula keluarga yang tidak mau tahu tentang pekerjaan

  • 9

    sekolah anak-anaknya. Jadi variable keterlibatan orang tua tersebut

    mempengaruhi hubungan antara langganan surat kabar dan prestasi sekolah

    diatas. Kedua, suatu korelasi hanya menyatakan bahwa antara kedua variable

    terdapat hubungan yang sistimatis. Korelasi tidak menyatakan satu variable

    berpengaruh atau menjadi sebab atas perubahan pada variable yang lain.

    Menurin Chiafetz (1978) dan Bailey (1978), ada beberapa macam

    bentuk eksplanasi: (a) eksplanasi bersifat keharusan, (b) eksplanasi

    terpenuhinya faktor cukup, (c) eksplanasi fungsional, (d) eksplanasi genetic,

    (e) eksplanasi niat, (f) eksplanasi disposisi, (g) eksplanasi analisis, (h)

    eksplanasi lewat penelitian empiris, (i) eksplanasi berdasarkan teori formal.

    Eksplanasi yang bersifat keharusan artinya adanya suatu variable

    merupakan keharusan untuk terjadinya variable yang lain. Tetapi adanya

    variable itu tidak mesti menjadikan adanya variable yang kedua.Misalnya,

    adanya hujan pasti ditunjukan terdapatnya mendung sebelum hujan turun.

    Tetapi kalau ada mendung tidak berarti pasti akan turun hujan.

    Eksplanasi yang bersifat terpenuhi faktor cukup.Eksplanasi yang

    mencakup unsur cukup adalah suatu eksplanasi dimana variable yang ada

    pasti merupakan penyebab dari variable tergantung, meski ada variable lain

    yang bisa menyebabkan terjadinya variable tergantung tersebut. Misalnya,

    gigitan ular cobra menyebabkan seseorang sakit, dan kalau tidak tertolong

    bisa mati, tetapi kematian seseorang bisa juga di sebabkan oleh hal yang lain.

    Eksplanasi yang bersifat genetic memberikan penjelasan atas suatu

    fenomena dengan mentelusuri riwayat perkembangan dan asalmula

    fenomena. Misalnya, di Amerika Serikat, mengapa orang-orang Negro

    berbakat dalam menyanyi?Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya tokoh-

    tokoh penyanyi atau musisi yang berkulit hitam. Ahli akan menjelaskan

    fenomena ini dengan mengkaji asal mula dan perkembangan kelompok negro

    ini. Teori akan menjelaskan bahwa pada masa lampau di benua Amerika,

    orang negro merupakan budak-budak yang didatangkan dari Afrika. Karena

    unsur rasialisme masih tinggi, maka budak ini merupakan masyarakat kelas

    rendah.Konskwensinya, masyarakat ini tidak boleh dan tidak di beri

    kesempatan untuk belajar. Oleh karena itu tidak saja sekolah untuk orang

  • 10

    negro tidak ada, bahwa memberikan pelajaran kepada orang negro pun tidak

    di perbolehkan dan bagi yang melanggar akan mendapat hukuman. Termasuk

    juga orang negro tidak diperbolehkan belajar agama. Namun demikian, bagi

    para rohaniawan, larangan ini tidak sepenuhnya ditaati. Mereka ingin

    mengajari orang negro belajar agama. Tetapi karena dilarang, maka para

    rohaniawan memberikan pelajaran kepada orang negro dengan perantaraan

    kegiatan bernyanyi, dimana nyanyian ini merupakan pujian-pujian kepada

    Tuhan. Oleh karena satu-satunya alat komunikasi belajar hanya nyanyi, orang-

    orang negro betul-betul menghayati nyanyian tersebut. Penghayatan dan rasa

    menyatu dengan nyanyian ini sampai sekarang masih menjadi ciri orang-

    orang negro.

    Eksplanasi intention (niat) merupakan penjelasan sesuatu masalah atau

    perilaku berdasarkan niat yang ada.Biasanya eksplanasi ini diterapkan pada

    obyek secara individual.Jadi eksplanasi bentuk ini menjelaskan perilaku

    seseorang berdasarkan niat yang dimiliki orang bersangkutan. Oleh karena itu

    kalau ada perilaku seseorang yang aneh misalnya, ada seseorang yang

    membuat mengeluarkan issue bahwa Bendaharawan suatu Universitas

    ,katakanlah Universitas X, menaikan harga pembelian tanah yang dibeli oleh

    Universitas tersebut dari harga semula Rp. 2000,- menjadi harga Rp. 10.000,-

    per m2. Kalau berita itu tidak benar ataupun benar, kita bisa mempertanyakan

    apakah motif ia mengeluarkan issue tersebut, dimana jelas-jelas adanya issue

    tersebut menyebabkan keresahan dikalangan mahasiswa dan pimpinan

    universitas beserta segenap pegawainya, Eksplanasi atas perilaku orang

    tersebut akan dapat diterangkan didasarkan niat yang bersangkutan

    mengeluarkan issue.

    Pada level aplikasi, eksplanasi sikap atau disposisi sama dengan

    eksplanasi intenton, yakni level individual. Eksplanas ini menjelaskan

    perilaku seseorang berdasarkan sikap atau kecenderungan yang bersangkutan

    akan sesuatu hal. Misalnya, mengapa A merokok Gudang Garam, mengapa

    tidak merokok Bentul. Perilaku tersebut bisa dijelaskan dari sikap A terhadap

    berbagai merek rokok yang ada.

  • 11

    Eksplanasi analisis ingin menjelaskan sesuatu masalah atau perilaku

    dengan mendasarkarn pada alasan-alasan tertentu.Alasan ini mirip dengan

    eksplanasi sikap dan eksplanasi intention.Malahan dua bentuk eksplanasi

    yang terakhir bisa dicakup pada eksplanasi alasan.Alasan yang dikemukakan

    bersumberkan pada pengalaman hidup dan kehidupan sehari-hari yang

    dijalani oleh diri seseorang sendiri.

    Eksplanasi yang berskope individual, yakni eksplanasi intention,

    eksplanasi disposition, dan eksplanasi analisis atau alasan, tidak banyak

    manfaatnya untuk memberikan jawaban atas problema sosial yang

    mempunyai level makro.Sedang eksplanasi genetik, meski juga bersifat

    individual, masih mempunyai arti yang penting dalam memecahkan masalah-

    masalah sosial.Misalnya, mengapa ada seseorang menjadi begitu ekstreem,

    sehingga begitu berani membajak pesawat udara dan menembak penumpang

    dengan sadis. Seseorang yang melakukan penelitian dibidang gerakan ekstrim

    ini mungkin akan muncul dengan eksplanasi genetic. Peneliti akan

    memberikan penjelasan bahwa orang-orang ekstrim pada masa kecil sudah

    dididik dengan kekerasan. Orang tuanya sering bertengkar, dan malahan

    berkelahi di hadapan anak.Anak sejak kecil sudah biasa menerima pukulan

    tangan baik dari ayah ataupun ibu.Sehingga anak di rumah tidak memiliki rasa

    aman dan perlindungan.Menginjak remaja anak tersebut sudah kenal dengan

    kelompok-kelompok sebaya yang beraliran keras.Sehingga anak tidak kenal

    rasa takut dan rasa betas kasihan. Sebab dia sendiri tidak pernah mendapatkan

    rasa kasihan, apalagi sayang dari orang lain. Anak semacam ini pada dasarnya

    ingin mendapatkan pengakuan. Maka ketika ada fihak-fihak yang membakar

    dan mempengaruhinya, ia dengan mudah mengambil keputusan untuk

    melakukan sesuatu tindak ekstrim. Alasan ini masih bisa untuk di generalisir

    dan untuk menganalisi masalah sosial secara makro. Eksplanasi intention,

    akanmemberikan penjelasan bahwa tindak ekstrim seorang pemuda pada

    dasarnya erat kaitannya dengan niat seseorang untuk di kenal secara luas dan

    mendapatkan predikat "pemberani". Eksplanasi disposisi (kecenderungan)

    akan menjelaskan bahwa seseorang yang ekstrim memang memiliki

    kecenderungan untuk bertindak keras dan sadis kepada setiap orang yang

  • 12

    dianggap mendukung tindak korupsi. Oleh karenanya ia tidak segan-segan

    berbuat yang menurut dirinya merupakan usaha untuk memberantas korupsi.

    Sedang, eksplanasi alasan akan menjelaskan bahwa seseorang melakukan

    tindak ekstrim, karena pada dasarnya tindak ekstrim ini pasti hadir pada setiap

    masa.

    Pada dasarnya, dalam penelitian sosial peneliti bermaksud untuk

    mengetahui kasus secara umum atau dengar kata lain alasan

    yangdikemukakan bisa diberlakukan secara umum. Namun, eksplanasi yang

    bersifat genetik, intention, disposition, dan eksplanasi alasan sangat bersifat

    individual.Oleh karenanya eksplanasi tersebut sulit untuk bisa

    digeneralisir.Sehubungan dengan kelemahan eksplanasi tersebut di atas, para

    peneliti cenderung menggunakan eksplanasi yang dapat digunakan pada

    masyarakat atau paling tidak sekelompok orang sebagai unit analisis.Untuk

    keperluan ini eksplanasi fungsional, "formal deductive theory" dan induksi

    empirik dapat digunakan.Kadangkala penggunaan berbagai eksplanasi

    tersebut bisa di kombinasikan.

    Eksplanasi teori formal bermaksud memberikan penjelasan dengan

    berdasarkan axioma yang ada.Jadi eksplanasi ini diberikan dengan

    mendasarkan pada axioma yang kebenarannya tidak perlu diragukan

    lagi.Dengan kata lain eksplanasi teori formal ini mempunyai asumsi bahwa

    axioma yang di gunakan sebagai dasar pengembangan eksplanasi adateh

    sudah merupakan suatu kebenaran yang tidak perlu diuji lagi. Misalnya,

    Jika ada A akan ada B,

    Jikaada B akan ada C,

    Jadi jika ada A kemudian ada C,

    Kebenaran statemen pertama dan kedua sudah tidak perlu

    diperdebatkan lagi, karena merupakan asumsi yang harus diikuti. Contoh lain,

    misalnya

    A = fungsi (B)

    B = fungsi (C)

  • 13

    Jadi A = fungsi (C)

    Eksplanasi fungsional merupakan salah satu fungsi eksplanasi yang

    sering digunakan.Untuk memahami eksplanasi ini perlu kita fahami dahulu

    konsep sistem, umpan balik (feedback) dan keseimbangan (equilibrium).

    Suatu sistem adalah suatu interaksi dari serangkaian faktor atau variable,

    dimana adanya perubahan pada suatu variable atau faktor akan mengakibatkan

    adanya perubahan pada faktor atau variable yang lain. Dalam khazanah ilmu

    sosial, sistem ini bisa bersifat terbuka dan tertutup.Sistem disebut tertutup

    apabila seluruh faktor yang mempengaruhi variable tergantung dapat

    diujudkan dalam sistem tersebut.Sedang sistem disebut terbuka apabila tidak

    seluruh variableyang mempengaruhi variable tergantung dapat dirangkum

    dalam sistim.Para ilmuawan sosial sadar bahwa masih ada variable yang

    berpengaruh terhadap fenomena yang dihadapi, tetapi mereka tidak sanggup

    mengidentifikasikan.Dan memang ini merupakan suatu kenyataan yang tidak

    bisa dipecahkan pada penelitian-penelitian sosial.Suatu contoh penelitian

    tentang mengapa ada murid yang berhasil dalam studi dengan nilai yang baik

    dan cemerlang sementara ada murid yang sedang-sedang saja dan bahkan ada

    murid yang gagal dalam studinya.Penelitian telah banyak mengungkap

    variable-variable yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan anak dalam

    belajar.Tetapi, variable yang ada tersebut belum dapat menjelaskan secara

    tuntas.Karena masih saja ada variable yang berpengaruh yang belum dapat

    diidentifikasikan. Dengan kata lain varian dari keberhasilan belajar tersebut

    belum seratus persen dapat dijelaskan oleh variable yang ada. Dengan istilah

    statistik masih saja ada residual atau Koefisien determinasi belum bisa 1.Lain

    kalau di bidang penelitian natural sciences di laboraturium,dimana faktor

    penyebab dapat di identifikasi dan di kendalikan sepenuhnya.Dan inilah salah

    satu kelemahan penelitian sosial.

    Umpan balik (feedback) adalah perubahan yang terjadi pada suatu

    variable dikarenakan variable penyebab, akan memberikan dampak balik

    yangberpengaruh pada variable penyebab tersebut. Sehingga proses yang

    terjadi bisa berupa sebab akibat yang berganda. Misal, suatu proses

    penerimaan masyarakat terhadap program keluarga berencana. Proses ini

  • 14

    dimulai dengan adanya informasi atau pesan yang diterima individu-individu

    sebagai anggota masyarakat.

    PEMBERI INFORMASI

    ATAU PESAN INDIVIDU

    Informasi ini oleh individu akan diolah dengan berdasarkan informasi dan

    pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam pikirannya akan muncul

    suatu kesimpulan apa akibat yang timbul apabila ia ikut keluarga berencana

    sebagaimana pesan yang ia peroleh. Disamping itu ia akan mempunyai

    evaluasi atau pernilaian tentang akibat dari keikutsertaan keluarga berencana

    tersebut. Dengan kata lain, informasi atau pesan yang diterima akan

    menimbulkan "keyakinan" atau belief.

    INFORMASI KEYAKINAN (BELIEF)

    Keyakinan yang dimiliki oleh individu akan menimbulkan sikap

    tertentu terhadap keikutsertaannya dalam program keluarga berencana.la akan

    memberikan kesetujuannya atau ketidak setujuannya mengikuti program

    keluarga berencana.

    KEYAKINAN (BELIEF) SIKAP

    Tahap berikutnya, disposisi setuju atau tidak setuju ataupun netral

    terhadap partisipasi dalam program berencana akan menimbulkan niat tertentu

    (intention). Kalau ia setuju untuk ikut keluarga berencana akan muncul dalam

    dirinya niat untuk ikut keluarga berencana. Sebaliknya, seseorang yang

    bersikap ragu-ragu atau tidak setuju terhadap keikutsertaan dalam program

    keluarga berencana dalam dirinya tidak akan timbul niat untuk ikut keluarga

    berencana.

    SIKAP NIAT

  • 15

    Adanya niat pada diri seseorang akan menimbulkan pada diri yang

    bersangkutan untuk bertindak atau berperilaku tertentu sesuai dengan niatnya.

    Niat untuk ikut keluarga berencana yang ada pada seseorang akan

    menimbulkan partisipasi aktif dari yang bersangkutan dalam keluarga

    berencana. Hubungan tersebut akan timbul dengan asumsi bahwa individu

    yang bersangkutan bertindak secara rasional, artinya segala perilaku

    dilaksanakan tidak dengan keterpaksaan tetapi betul-betul berdasarkan

    keyakinan dari dalam diri sendiri. Serentetan hubungan tersebut dapat

    diujudkan sebagai berikut.

    INFORMASI KEYAK!NAN SIKAP NIAT

    TINDAKAN

    (PESAN) (BELIEF)

    Perlu dicatat, bahwa pengalaman dalam ikut program keluarga

    berencana, senang atau susah, manis atau pahit, akan memberikan pengaruh

    balik terhadap keyakinan dan sikap terhadap keikutsertaannya dalam program

    keluarga berencana tersebut. Pengaruh balik itu di sebut "feedback", yang

    dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

    INFORMASI KEYAKINAN SIKAP NIAT

    TINDAKAN

    Feedback yang timbul mendatangkan dua kemungkinan.Pertama memperkuat

    keyakinan dan sikap untuk terus ikut keluarga berencanaatau, kedua

    sebaliknya, memperlemah keyakinan dan sikap untuk ikut keluarga

    berencana. Dengan kata lain, feedback bisa bersifat positif atau negatif. Satu

    contoh lagi konsep feedback dapat dikaji pada gambar berikut tentang proses

    ekonomi.

  • 16

    Investasi yang ditanamkan akan menentukan output industri. Secara

    matematis semakin besar modal yang ditanam dalam suatu industri semakin

    besar output yang akan dihasilkan. Output tersebut tidak semua akan

    digunakan untuk keperluan konsumsi, tetapi sebagian akan di-kembalikan

    untuk ditanamkan kembali sebagai investasi baru, dengan kata lain sebagian

    output merupakan feedback positif terhadap investasi. Sebaliknya, modal

    yang ditanamkan mengalami penyusutan, baik karena pabriknya semakin tua

    ataupun adanya inflasi, sehingga penyusutan ini berarti menimbulkan adanya

    feedback negatif.

    Keseimbangan (equilibrium) adalah suatu keadaan dimana dalam

    suatu sistem ada kecenderungan timbul kontra aksi dari timbulnya aksi yang

    akan menstabilisir keadaan yang ada. Contoh yang banyak dikemukakan

    adalah air condition yang bersifat otomatis. Apabila mesin pendingin

    dihidupkan dan udara sudah mencapai suhu tertentu, maka secara otomatis

    mesin pendingin akan berhenti. Nanti kalau suhu sudah kembali panas sampai

    pada titik tertentu mesin pendingin akan hidup kembali. Banyak ahli ilmu

    sosial menyetujui dan banyak juga yang menolak konsep keseimbangan pada

    sistem sosial.

    Eksplanasi fungsional menjelaskan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

    Misalnya, mengapa harga saham di pasar saham di New York merosot jatuh?

    Ahli ekonomi moneter bisa menjelaskan bahwa kejatuhan harga saham di

    OUTPUT

    INVESTASI

    DEPRESIASI RE-INVEINVESTASI

    ( + ) ( - )

  • 17

    pasar modal karena bank di Amerika menaikan suku bunga. Sehingga bagi

    masyarakat dengan tingkat suku bunga yangtinggi itu orang akan lebih untung

    untuk menanamkan uang di bank daripada menanamkan uang di pasar modal.

    Disamping itu, nilai dollar terus menerus turun. Hal ini berarti nilai uang yang

    ia miliki merosot terus. Oleh karenanya masyarakat menjual saham yang ia

    miliki untuk kemudian uangnya di tanamkan di Bank dalam ujud mata uang

    asing yang kuat. Kalau yang menjual saham itu tidak banyak tidak menjadi

    masalah.Baru menjadi masalah karena semua orang bermaksud menjual

    saham tersebut.Olah karenanya orang berlomba-lomba menjual

    sahamnya.Akibatnya antara penawaran dan permintaan tidak

    imbang.Penawaran saham jauh lebih tinggi dari pada permintaan

    saham.Akibatnya, jelas harga saham merosot drastis. Ambilah contoh lain,

    mengapa solidaritas masyarakat Iran tinggi? Orang bisa menjawab karena

    masyarakat Iran terus menerus menghadapi konflik.Adanya konflik

    menyebabkan masyarakat membutuhkan rasa aman.Rasa aman ini diperoleh

    dengan mengembangkan solidaritas.

    Eksplanasi induksi empiris adalah penjelasan sesuatu problema yang

    dihadapi lewat suatu penelitian empiris.Jadi jawaban dikembangkan

    berdasarkan fakta yang ada dilapangan.

    Menurut Chafetz (1973) dalam eksplanasi ditemui dua kejanggalan:

    tautology dan teleology. Tautology adalah suatu eksplanasi yang

    menerangkan keadaan, tetapi pada hakekatnya eksplanasi tersebut hanya

    mengulang apa yang sudah ada. Memang pernyataan tersebut secara difinisi

    betul; hal tersebut tidak bisa dibantah lagi. Sehingga eksplanasi yang

    diberikan nampak berputar-putar tidak menjawab permasalahan. Misalnya,

    mengapa si Guntur naik kelas?Jawabnya : sebab nilai rapornya baik. Jawaban

    tersebut tidak salah. Eksplanasi yang bersifat teleology adalah eksplanasi yang

    sebenarnya menggunakan keadaan yang diinginkan terjadi dimasa

    mendatang. Misalnya, mengapa si Mega rajin belajar.Jawabnya : "biar naik

    kelas". Sesungguhnya naik kelas ini merupakan keadaan yang akan terjadi

    dimasa mendatang yang merupakan antisipasi dari rajin belajar.

  • 18

    Kegunaan lain dari teori adalah untuk/prediksi. Prediksi adalah suatu

    statement tentang apa yang terjadi diwaktu mendatang berdasarkan suatu

    teori. Konsep yang mirip dengan prediksi adalah ekstrapolasi. Yakni

    pernyataan keadaan yang akan terjadi di waktu yang akan datang sebagai

    kelanjutan trend yang sudah berlangsung. Misalnya, dengan adanya data

    pertumbuhan penduduk selama waktu yang telah lalu, katakanlah

    pertumbuhan penduduk dari tahun 1950 sampai th. 1970, kita bisa

    memperkirakan jumlah penduduk pada tahun 1990 dengan ekstrapolasi.

    GRAFIK2 :EKSTRAPOLASI PERKEMBANGAN PENDUDUK

    Berbeda dengan ekstrapolasi, prediksi didasarkan atas pengetahuan

    yang kita miliki dibalik trend yang ada. Jadi kita memperkirakan pertumbuhan

    penduduk dimasa depan berdasarkan trend dan alasan-alasan terdapatnya

    trend tersebut. Misalnya, pada tahun-tahun 1950 sampai dengan 1970

    pertumbuhan penduduk tinggi karena pendidikan penduduk masih rendah,

    fasilitas kesehatan masih terbatas, pekerjaan untuk wanita diluar rumah tangga

    masih sempit, Oleh karenanya, adanya pengetahuan tentang perubahan pada

    kesempatan kerja bagi wanita, pendidikan, fasilitas kesehatan, bisa digunakan

    untuk memprediksi pertumbuhan penduduk di masa depan. Adanya

    perubahan-perubahan pada variable tersebut akan menyebabkan perubahan

    pula pada fertilitas dan mortalitas. Yang seterusnya akan mempengaruhi

    pertumbuhan penduduk. Oleh karenanya, ketepatan predisksi tersebut.

    240

    180

    240 90

    45

    1950

    45

    1970 1990 2010

  • 19

    Biasanya, prediksi tidak hanya terdiri dari satu model, tetapi terdiri

    dari:

    GRAFIK 3 : Prediksi kebutuhan guru SD sampai tahun 2001.

    Grafik di atas terdiri dari tiga model.Pertama prediksi dengan asumsi

    perkembangan yang tinggi (prediksi tinggi).Kedua dengan asumsi

    perkembangan kebutuhan guru dan kemampuan sedang (prediksi

    sedang).Ketiga, prediksi dengan perkembangan kebutuhan guru dan

    kemampuan menyediakan fasilitas rendah (prediksi rendah).

    Apakah prediksi mesti selamanya tepat.Jelas tidak.Namanya saja

    prediksi.llmuwan sosial selamanya tidak bisa mengontrol semua variable yang

    ada dan yang mempengaruhi variable yang diteliti. Oleh karenanya, prediksi

    dalam ilmu sosial sering disebut "Stochastic", yang artinya mirip dengan

    probabilitas.Prediksi dalam ilmu sosial memang banyak dipengaruhi oleh

    faktor-faktor yang terjadi diluar dugaan.Kadangkala faktor tersebut berupa

    interaksi antara fenomena yang ada pada suatu waktu dan tempat tertentu.Hal

    itu memang sulit untuk diduga.

    Teori bias digunakan untuk mengadakan control social. Suatu teori

    dalam banyak hal mempunyai hubungan yang erat dengan fenomena sosial.

    Berdasarkan hubungan itu manusia bisa bertindak sebagai "men of action",

    mempengaruhi atau memanipulasi variable untuk mempengaruhi variable

    yang lain kearah yang diinginkan. Dalam kaitan ini, para ilmuwan di bidang

    sosial lebih untung bila dibandingkan dengan ilmuawan di bidang geologi

    atau astronomi yang menghadapi fenomena alam, misalnya, Gempa bumi.

    Para ahli geologi saat ini bisa meramalkan gempa yang akan terjadi, berapa

    500 III

    I II 700

    400

    300 200

    Guru

    dalam

    ribuan

    1966 1971 1976 1981 1986 1991 1996

  • 20

    kekuatannya, luasdaerah dan pusat gempa. Tetapi ahli geologi tidak bisa

    mempengaruhi, mencegah atau menunda terjadinya gempa.Paling-paling para

    ahli geologi hanya bisa memberikan peringatan agar masyarakat bersiap-siap

    untuk meninggalkan daerah gempa.

    Pengembangan hipothesis

    Suatu penelitian yang merupakan serangkaian kegiatan, mulai dari

    menemukanproblema sampai menarik kesimpulan, pada dasarnya bertujuan

    untuk mentest suatu hipothesis. Dalam suatu penelitian hipothesis dibangun

    berdasarkan teori-teori yang telah ada.Sehingga tanpa adanya teori sulit untuk

    bisa mengembangkan hipothesis penelitian yang baik.Dengan hipothesis, si

    peneliti mempertanyakan keabsyahan suatu teori dengan kenyataan yang ada.

    Kalau hipothesis cocok dengan kenyataan, maka hipothesis tersebut akan

    menjadi teori baru yang lebih mantap atau lebih luas dari pada teori yang

    digunakan untuk mengembangka hipothesis. Dan memang inilah hakekat

    suatu penelitian.

    Sebagai contoh fungsi teori, misalnya, teori transisi demografi, yang

    menerangkan sebab-sebab perbedaan dan penurunan fertilitas. Perkembangan

    suatu masyarakat dapat dibagi kedalam tiga tahap : tahap masyarakat

    tradisional, masyarakat transisi dan masyarakat modern. Pada masyarakat

    tradisional angka pertumbuhan penduduk rendah.Sebab angka kelahiran tinggi

    tetapi angka kematian juga tinggi.Sedang pada masyarakat modern, angka

    pertumbuhan penduduk juga rendah, tetapi dengan penyebab yang berbeda,

    yakni angka kelahiran rendah dan juga angka kamatian rendah.Sebaliknya

    pada bentuk masyarakat tahap transisi, angka pertumbuhan penduduk tinggi,

    sebab angka kelahiran tinggi, sedangkan angka kematian rendah.Perubahan-

    perubahan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik menyebabkan mortalitas

    turun.Dalam keadaan fertilitas tetap, mortalitasturun, maka angka

    pertambahan penduduk meningkat. Perubahan kondisi sosial ekonomi akan

    meningkatkan urbanisasi. Perubahan kondisi sosial ekonomi akan

    meningkatkan aspirasi harapan pendidikan untuk generasi baru. Perubahan

  • 21

    kondisi sosial ekonomi akan meningkatkan pendidikan penduduk. Perubahan

    kondisi sosial ekonomi akan memberikan kesempatan pada wanita untuk

    berpartisipasi dalam pekerjaan di luar rumah tangga. Pola kehidupan yang

    semakin maju menyebabkan biaya untuk memelihara anak dan pendidikan

    anak semakin tinggi. Pendidikan penduduk yang semakin tinggi akan

    menurunkan angka fertilitas. Keterlibatan wanita pada pekerjaan di luar

    rumah tangga akan menurunkan fertilitas. Semakin tinggi biaya untuk

    memelihara dan menyekolahkan anak, orang tua cenderung mempunyai anak

    sedikit.Perubahan kondisi sosial ekonomi menurunkan laju pertumbuhan

    penduduk.Kegunaan pertama teori ini adalah untuk klasifikasi sesuatu

    konsep.Misalnya, angka fertilitas rendah, tinggi dan sedang.Laju pertumbuhan

    penduduk cepat sedang dan rendah.Negara maju dan sedang

    berkembang.Kegunaan kedua adalah untuk eksplanasi, yakni menerangkan

    suatu keadaan yang sudah terjadi.Mengapa di negara Bangladesh, laju

    pertumbuhan penduduk cepat? Teori ini akan dapat memberikan uraian. Teori

    ini juga bisa untuk memprediksi kalau kondisi sosial ekonomi suatu negara

    semakin baik, maka angka laju pertumbuhan penduduk akan menurun.

    Demikian pula, berdasarkan teori transisi demografi ini bisa dikontrol

    perkembangan penduduk di masa mendatang.Artinya, kalau suatu negara

    bermaksud untuk menurunkan laju pertambahan penduduk, maka negara yang

    bersangkutan harus melaksanakan langkah-langkah berdasarkan teori,

    misalnya pendidikan penduduk harus ditingkatkan, partisipasi wanita dalam

    pekerjaan di luar rumah tangga harus diperluas, fasilitas kesehatan

    diperbaiki.Berdasarkan teori transisi ini, para peneliti bisa mengembangkan

    banyak hipothesis yang menyangkut perkembangan sosial ekonomi dan

    kependudukan.

    Suatu penelitian akan berhadapan dengan banyak problema dan data.

    Memecahkan problema dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya

    tidak akan pernah selesai dan hasilnya tidak akan banyak berguna. Teori

    akanmemberikan petunjuk pemecahan problema dan data apa yang diperlukan

    dan bagaimana data tersebut diorganisasikan. Lebih penting lagi, teori akan

    memberikan pertunjuk bagaimana data yang telah dikumpulkan tersebut

  • 22

    diintepretasikan. Chafetz (1978) menyatakan "... facts never "speak for

    themselves"; they are always recognized as worthy of notice and understood

    within some interpretive framework (p.11).

    Apakah teori transisi demografi tersebut dapat digeneralisir pada

    seluruh negara ?Jawabannya adalah belum tentu.Generalisasi teori sosial

    bersifat hipothetical.Teori sosial seringkali disebut "hypothetical deductive

    system, because it states deductive connections among hypotheses.The

    premises of a theory are empirical hypotheses that explain the generalizations

    they employ" (Brodbeck, 1968, p. 457).Dalam kaitan inilah, maka teori sosial

    harus selalu diuji dan diperbaharui dan dikembangkan.Dari contoh teori

    transisi demografi ini dapat dilihat perbedaan antara teori dan hukum. Hukum

    permintaan dan penawaran, misalnya, selama ada kebebasan jual-beli dan

    masyarakat memperoleh informasi yang benar, maka hukum permintaan

    tersebut akan tetap berlaku. Demikian pula hukum alam, misalnya yang

    menyatakan :

    Jika volume gas tetap, meningkatnya temperatur akan menaikan

    tekanan.

    Hukum ini dapat dinegeralisir di manapun juga. Dengan hukum ini dapat

    diterangkan mengapa ban sepeda pecah apabila sepeda tersebut diletakkan

    dibawah terik matahari. Atau mengapa di Amerika, tekanan ban mobil untuk

    summer sekitar 28, tetapi untuk winter bisa sekitar 31.

    Namun demikian, karena kemajuan ilmu pengetahuan

    memungkinkan suatu hukum berubah menjadi teori.Misalnya, hukum

    gravitasi bumi. Dimana setiap benda mendapatkan daya tarik dari bumi,

    sehingga setiap benda apabila dilempar akan jatuh kebumi. Tetapi dengan

    kemajuan ilmu ruang angkasa, hukum gravitasi bumi ini tidak berlaku diruang

    angkasa. Artinya apabila di ruang angkasa sesuatu benda di lempar benda

    tersebut tidak akan jatuh di bumi, melainkan tepat melayang-layang. Dengan

    dasar kemajuan ilmu ruang angkasa tersebut, kini sebagian ahli menyebut

    "teori gravitasi", tidak "hukum gravitasi".

    C. Asumsi

  • 23

    Suatu teori memerlukan asumsi-asumsi.Yang dimaksudkan dengan

    asumsi adalah sesuatu statemen yang harus diterima keberadaannya dan bukan

    merupakan obyek untuk dites kebenarannya secara langsung (Chafetz,

    1978).Biasanya asumsi suatu teori tidak bisa dites secara empiris tentang

    kebenarannya atau ketidakbenarannya, ataupun mungkin karena keterbatasan

    pengetahuan yang ada tidak memungkinkan menguji asumsi tersebut.Memang

    ada asumsi, dalam hal ini banyak dilakukan dalam uji teori dengan tehnik

    analisis statistik tertentu, misal assumsi regressi yang perlu untuk di

    tes.Apakah betul asumsi tersebut ada.Sudah barangtentu uji asumsi ini erat

    sekali kaitannya dengan adanya peralatan, fasilitas ataupun tehnik yang ada.

    Suatu contoh untuk menggunakan tehnik regressi atau analisis jalur, data yang

    akan diuji harus memenuhi beberapa asumsi. Antara lain, (a) normalitas, (b)

    liniaritas, (c) multicollenearity, dan (d) variansi residual untuk setiap pasang

    data adalah sama. Uji asumsi keempat baru bisa dites belum lama ini, sebab

    tehnik komputer belum lama diketemukan. Dengan kata lain, uji asumsi

    keempat bisa dilaksanakan karena kemajuan tehno logi di bidang komputer.

    Bagaimana kalau tidak ada kemajuan di bidang komputer yang bisa mengetes

    asumsi tersebut. Barangkali asumsi akan tetap tinggal asumsi yang sudah

    "given", harus diterima tanpa ragu-ragu.

    Pengembangan teori sosial adalah merupakan usaha-usaha yang

    rasional yang dlmulai dengan menghadirkan asumsi-asumsi yang tidak perlu

    dipertanyakan lebih lanjut.Penerimaan terhadap asumsi ini mempunyai

    konsekwensi logis bahwa seseorang yang menerima asumsi harus menerima

    implikasi logis dari pada asumsi tersebut.

    Proses ilmiah memerlukan asumsi-asumsi umum tentang realitasdan

    bagaimana bisa memahami realitas tersebut. Asumsi-asumsi umum tersebut

    antara lain :

    1. Ada sesuatu di luar kita, dan kita mempunyai kemampuan untuk

    mengetahui sesuatu itu.

    2. Setiap kehidupan memiliki keteraturan yang dapat difahami. Setiap

    proses dalam kehidupan mempunyai kaitan yang teratur dengan

    proses yang lain.

  • 24

    3. Ada hubungan yang bersifat sebab-akibat antara berbagai proses

    dalam kehidupan.

    D. Pengertian Paradigma

    Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir

    seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra

    subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan

    bagaimana seseorang menanggapi realita itu.Istilah paradigama ilmu pertama kali

    diperkenalkan oleh Thomas Kuhn melalui bukunya yang berjudul The Structur

    of Science Revolution. Kuhn menjelaskan paradigma dalam dua pengertian. Di

    satu pihak paradigma berarti keselurahan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik

    yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain

    paradigma menunjukkan sejenis unsur pemecahan teka-teki yang konkrit yang

    jika digunakan sebagai model, pola atau contoh dapat menggantikan kaidah-

    kaidah yang secara eksplisit sebagai atau menjadi dasar bagi pemecahan

    permasalahan dan teka-teki normal sains yang belum tuntas.Paradigma merupakan

    elemen primer dalam progress sains. Seorang ilmuwan selalu bekerja dengan

    paradigma tertentu, dan teori-teori ilmiah dibangun berdasarkan paradigma

    dasar*). Melalui sebuah paradigma seorang ilmuwan dapat memecahkan

    kesulitan-kesulitan yang lahir dalam kerangka ilmunya, sampai muncul begitu

    banyak anomali yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kerangka ilmunya

    sehingga menuntut adanya revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut. Menurut

    Kuhn, ilmu dapat berkembang secara open-ended(sifatnya selalu terbuka untuk

    direduksi dan dikembangkan). Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih

    cocok dengan situasi sejarah dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih

    mendekati kenyataan ilmu dan aktifitas ilmiah sesungguhnya. Menurut Kuhn ilmu

    harus berkembang secara revolusioner bukan secara kumulatif sebagaimana

    anggapan kaum rasionalis dan empiris klasik sehingga dalam teori Kuhn faktor

    sosiologis historis serta psikologis ikut berperan.

    *)Yanuar.Definisi Paradigma (Online),(http://mughits-sumberilmu.blogspot.com

    /2012/10/pengertiandefinisi-paradigma.html), diakses tanggal 11 November 2014

  • 25

    Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang

    harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus

    diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.

    Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model,

    teladan, arketif dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti disamping

    memperlihatkan dirinya.

    Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa diantaranya :

    a. Menurut bahasa Inggris paradigma berarti keadaan lingkungan

    b. Menurut bahasa Yunani paradigma yakni para yang berarti disamping, di

    sebelah dan dikenal sedangkan deigma berarti suatu model, teladan, arketif

    dan ideal.

    c. Menurut kamus psycologi paradigma diartikan sebagai :

    a) Satu model atau pola untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang

    memungkinkan adar dari apa yang tersajikan

    b) Rencana riset berdasarkan konsep-konsep khusus, dan

    c) Satu bentuk eksperimental

    Kesimpulannya secara etimologi arti paradigma adalah satu model dalam

    teori ilmu pengetahuan atau kerangka pikir.

    Secara terminologis arti paradigma sebagai berikut :

    a. Paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan pandangan yang

    menyeluruh dan konseptual terhadap suatu permasalahan dengan

    menggunakan teori formal, eksperimentasi dan metode keilmuan yang

    terpecaya.

    b. Dasar-dasar untuk menyeleksi problem dan pola untuk mencari

    permasalahan riset.

    c. Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia alam sekitarnya, yang

    merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-

    masalah dunia nyata yang kompleks.

    Kesimpulannya secara terminologi paradigma adalah pandangan

    mendasar para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang

    semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan.

  • 26

    Jika mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan ini terikat oleh

    ruang dan waktu, maka sudah jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan

    sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentu saja. Sehingga apabila

    dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada kondisi yang berlainan, maka

    perpindahan dari satu paradigma ke paradigma yang baru lebih sesuai adalah

    suatu keharusan. Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial yang berparadigma ganda,

    usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu menjawab

    permasalahan yang ada sesuai perkembangan jaman terus dilakukan.

    Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :

    a. Cara memandang sesuatu

    b. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini

    fenomena dipandang dan dijelaskan.

    c. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan

    atau mendefinisikan suatu studi ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam

    praktek ilmiah pada tahap tertentu.

    d. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan

    problem-problem riset.

    Pengertian paradigma menurut Patton(1975) : A world view, a general

    perspective, a way of breaking down of the complexity of the real world(suatu

    pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan

    kompleksitas dunia nyata).

    Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs(1970) : Suatu

    pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi

    pokok persoalan yang semestinya dipelajari.

    Pengertian paradigma menurut George Ritzer(1980) ialah Pandangan

    yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang

    semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. Lebih

    lanjut Ritzer mengungkapkan bahwa paradigma membantu merumuskan tentang

    apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan yang harus dijawab, bagaimana

    harus menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam

    menginterpretasikan informasi yang harus dikumpulkan informasi yang

    dikumpulkan dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut. Dari pengertian ini

  • 27

    dapat disimpulkan, dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dimungkinkan terdapat

    beberapa paradigma. Artinya dimungkinkan terdapatnya beberapa komunitas

    ilmuwan yang masing-masing berbeda titik pandangnya tentang apa yang

    menurutnya menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dan diteliti oleh

    cabang ilmu pengetahuan tersebut.

    Pengertian paradigma menurut Masterman diklasifikasikan dalam 3

    pengertian paradigma :

    a. Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat

    kajian ilmuwan

    b. Paradigma Sosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial

    masyarakat atau penemuan teori yang diterima secara umum.

    c. Paradigma Konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep

    dalam lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma

    pergerakan. Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai

    pandangan mendasar dari suatu ilmu yang menjadi pokok persoalan yang

    dipelajari (a fundamental image a dicipline has of its subject matter)

    sedangkan George Ritzer mengartikan paradigma sebagai apa yang harus

    dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dipelajari, bagaimana

    seharusnya menjawabnya, serta seperangkat aturan tafsir sosial dalam

    menjawab persoalan-persoalan tersebut. Maka, jika dirumuskan secara

    sederhana sesungguhnya paradigma adalah How to see the Word

    semacam kaca mata untuk melihat, memaknai, menafsirkan masyarakat

    atau realitas sosial. Tafsir sosial ini kemudian menurunkan respon sosial

    yang memandu arahan pergerakan.

    E. Paradigma dan Teori Sosial

    Sebagai suatu konsep, istilah paradigma sudah lama dikenal, tetapi pada zaman

    modern ini untuk pertama kali istilah paradigma diperkenal-kan oleh Thomas Kuhn

    dalam"The Structure of Scientific Revolution" (1962) dan kemudian menduduki

    posisi sentral di tengah-tengah perkembangan teori-teori sosial. Konsep paradigma

    yang dikenalkan ini kemudian dipopulerkan dalam teori sosial oleh Robert

    Friedrichs (1970). Tujuan utama Kuhn adalah untuk menentang asumsi yang

  • 28

    berlaku umum di kalangan ilmuwan yang berpendirian bahwa perkembangan atas

    ke-majuan ilmu pengetahuan itu terjadi secara kumulatif. Kuhn menilai pandangan

    demikian sebagai suatu mitos yang harus dihilangkan. Inti tesis Kuhn adalah bahwa

    perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi secara kumulatif tetapi secara

    revolusi. Ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi oleh paradigma

    tertentu, yakni pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok

    persoalan, namun para ilmuwan tidak dapat menggelakkan terjadinya penyimpangan

    (anomalies). Selama memuncaknya penyimpangan, suatu krisis akan timbul dan

    paradigma itu mulai disangsikan validitas-nya. Kemudian akan muncul revolusi

    dan akan muncul paradigma baru yang dapat menyelesaikan persoalan yang

    dihadapi.

    Dengan demikian paradigma merupakan terminologi kunci yang

    diperkenalkan Kuhn sebagai model pengembangan ilmu pengetahuan. Sayangnya

    Kuhn tidak merumuskan dengan jelas apa yang dimaksud-kannya dengan

    paradigma tersebut, malah istilah tersebut digunakan tidak kurang atas 21 satu cara

    yang berbeda. Masterman kemudian mencoba mengintrodusirnya menjadi 3 tipe

    paradigma, yaitu : paradigma metafisik (metaphisical paradigma), paradigma

    sosiologis (so- Q siological paradigm), dan paradigma konstrak (construct

    paradigm).

    Sampai sedemikian jauh masih belum diperoleh satu pengertian yang jelas

    tentang paradigma. Robert Friedrichs (1970) kemudian mencoba merumuskan

    paradigma sebagai suatu pandangan yang mendasar.

  • 29

    dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya

    dipelajari. Berdasarkan ketiga pengertian yang telah dikemukakan ini kemudian

    George Ritzer (1975) membuat pengertian paradigma yang lebih jelas,yaitu :

    "Merupakan pandangan yang men-dasar dari para ilmuwan tentang apa yang

    menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin

    ilmu penge-tahuan". Dengan demikian paradigma' merupakan alat bantu bagi

    ilmuwan dalam merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoal-an-

    persoalan apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya menjawab-nya, serta

    aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasi-kan informasi yang

    diperoleh.

    Bertitik tolak dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam satu

    cabang ilmu pengetahuan tertentu nampaknya dimungkin-kan terdapatnya

    beberapa paradigma, artinya dimungkinkan terdapat-nya beberapa komunitas

    ilmuwan yang masing-masing berbeda titik tolak pandangannya tentang apa yang

    (menurutnya) menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dan diselidiki

    oleh cabang ilmu pengetahuan tersebut.

    Paradigma adalah suatu jendela dimana peneliti akan menyaksikan dunia.

    Dengan jendela itu para peneliti akan memahami dan menafsir-kan secara obyektif

    berdasarkan kerangka acuan yang terkandung dalam paradigma tersebut, baik itu

    konsep-konsep, asumsi-asumsi, dan kategori-kategori tertentu. Oleh karenanya

    peneliti yang berbeda yang masing-masing menggunakan paradigma yang berbeda

    pula, meski mengkaji satu fenomena yang sama, mereka akan keluar dengan ke-

    simpulan yang berbeda. Contoh konkrit yang terdapat pada teori-teori sosial

    adalah teori Malthus dan Marx didalam mengkaji masalah penduduk. Perbedaan

    tersebut menyangkut problema penduduk, penyebab perkembangan penduduk,

    konsep-konsep yang digunakan dalam teori. Malthus melihat bahwa permasalahan

    yang penting adalah adanya ledakan penduduk. Masalah ini timbul tidak ada

    kaitannya dengan politik, konflik sosial, ataupun masalah yang lain. Menurut

    Malthus ledakan penduduk timbul sebagai proses alamiah. Dimana dalam

    keadaan makmur penduduk akan berkembang dengan cepat, se-baliknya dalam

    keadaan kekurangan pangan kematian akan melanda di masyarakat. Problema

    kelebihan penduduk akan dapat dihindari kalau masing-masing individu dapat

  • 30

    mencegah dirinya sendiri untuk tidak punya anak banyak, dengan cara menjauhi

    dari melakukan hubungan sex baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar ikatan

    per-kawinan, menunda pernikahan. Dalam teorinya Malthus menggunakan

  • 31

    konsep-konsep antara lain arithmathic rate adalah pertambahan angka yang terjadi

    secara kontan. Misalnya, 4,6,8,10,12,14, dan seterusnya pertambahan dengan selisih

    dua angka. Geometric rate adalah pertambahan angka yang terjadi secara

    berkelipatan, Misalnya 4,8,16,32,64,128, dan seterusnya. Positive check adalah

    terjadinya pengurangan jumlah penduduk karena kematian sebagai akibat dari

    adanya gangguan atau bencana alam. Misalnya berjangkitnya wabah penyakit di

    suatu daerah atau adanya kelaparan massal. Preventive check adalah untuk me-

    ngurangi pertambahan jumlah penduduk yang dilakukan secara sadar dan terencana.

    Dipihak lain, Marx melihat ledakan penduduk bukanlah masalah pokok

    melainkan hanya merupakaj) produk dari adanya masalah yang lain dan yang lebih

    pent'mg yakni adanya struktur masyarakat yang timpang. Ledakan penduduk

    merupakan keadaan yang dipacu oleh kelas Kapitalis. Mengapa? Sebab dengan

    besarnya jumlah penduduk upah buruh akan turun dan rendah. Akibatnya,

    keuntungan kaum kapitalis akan semakin besar. Kelebihan penduduk tersebut akan

    hilang dengan sendirinya bersamaan dengan munculnya proses transisi dari

    masyarakat kapitatis menuju masyarakat sosialis. Marx dalam teori-nya ini

    menggunakan konsep klas, konflik klas, alat-alat produksi, kesadaran klas, surplus

    tenaga kerja, eksploitasi, dan dialektika. Klas adalah suatu kelompok individu yang

    berdasarkan kesamaan-kesamaan ciri-ciri tertentu. Menurut Marx, kesarnaan ini

    dalam hubungan individu dengan penguasaan alat produksi. Klas konflik adalah

    kondisi dimana kelompok-kelompok yang ada saling berusaha agar kelompok lain

    tidak bisa mencapai apa yang direncanakan. Alat-alat produksi adalah segala sesuatu

    yang bisa digunakan manusia untuk mendapatkan surplus atau kelebihan hasil dari

    pengorbanan yang dikeluarkan. Kesadaran klas adalah kesadaran individu yang

    mempunyai ciri-ciri yang sama dalam kaitannya dengan pemilikan faktor-faktor

    produksi akan posisi klasnya. Surplus tenaga kerja adaiah kelebihan tenaga kerja

    yang ditawarkan dari kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses

    produksi. Eksploitasi adalah penghisapan atau pemerasan manusia atas manusia yang

    lain. Jadi dalam menghadapi masalah penduduk, karena masing-masing

    menggunakan paradigma yang berbeda, mereka keluar dengan hasil yang berbeda

    pula. Jadi setiap subyek ilmu pengetahuan dapat didekati secara umum berdasarkan

    asumsi-asumsi yang berkaitan dengan hakekat realitas yang dikaji, pertanyaan-

  • 32

    pertanyaan yang diperlukan untuk mempertanyakan realitas dan cara terbaik untuk

    menjawab pertanyaan tersebut. Dengan kata lain paradigma adalah suatu gambar-an

    umum dari suatu subyek ilmu pengetahuan yang memberikan arah

  • 33

    apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus digunakan, aturan-aturan

    yang bagaimana yang harus diikuti untuk mengintepretasikan jawaban-

    jawaban yang teiah diperoleh. Selagi paradigma tetap diterima, maka dalam

    masyarakat akan berlangsung proses penelitian untuk membuktikan suatu

    hipotesis guna rnengembangkan teori-teori baru. Namun apabila suatu

    paradigma ditolak dan diganti dengan paradigma yang baru, terjadilah apa

    yang disebut "Scientific Revolution" (Kuhn, 1969).

    Beberapa disiplin ilmu pengetahuan, termasuk sosiologi, bisa di-dekati

    dengan beberapa paradigma (multi paradigma). Setidak-tidaknya ada tiga

    paradigma sosisologi : Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Difinisi social,dan

    paradigma perilaku sosial. Mengapa? Ritzer (1980)mengemukakan, pandangan

    filsafat yang menjadi dasar ilmuwan tentang apa yang hakekatnya harus

    dipelajari oleh disiplin ilmu pengetahuan masing-masing sudah berbeda. Kedua,

    sebagai konskwensi logis, pandangan filsafat yang berbeda akan menghasilkan

    obyek bahasan yang berbeda. Ketiga, konsekuensi logis pula metoda penyajian

    akan berbeda. Penjelasan Ritzer tentang paradigma tersebut dapat dikaji dalam

    uraian singkat pada pembahasan berikut ini.

    1. Paradigma fakta sosial

    Penjelasan paradigma fakta sosial berasal dari pendapat Durkheim. Fakta sosial

    dianggapnya sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide yang menjadi

    obyek penyelidikan seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat dipahami melalui

    kegiatan mental murni (spekula-tif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan

    penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Fakta sosial ini terdiri atas dua

    jenis, yaitu ;

    1. Dalam bentuk material, berupa barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap

    dan diobservasi, contohnya arsitektur atau norma hukum.

    Dalam bentuk non material, merupakan fenomena yang terkan-dung dalam

    din" manusia sendiri hanya muncul dalam kesadaran manusia.

    Fakta sosial yang berbentuk material mudah dipahai, tetapi tidak demikian halnya

    dengan fakta sosial yang berbentuk non material. Secara garis besarnya fakta sosial

    yang menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi terdiri atas dua tipe. Yaitu struktur

    2.

  • 34

    sosial (sosial structure) dan pranata sosial (sosial institution). Setiap masyarakat

    terdiri atas kelompok kelompok yang memiliki norma-norma. Norma

  • 35

    dan pola nilai ini disebut pranata sedangan jaringan hubungan sosial dimana interaksi

    sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi sosial dari

    individu dan sub kelompok dapat dibeda-kan dinamakan struktur sosial. Dengan

    demikian struktur dan pranata sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan

    sosiologi menurut paradigma fakta sosial.

    Ada 4 varian teori yang tergabung dalam paradigma fakta sosial ini. Masing masing

    adalah :

    1. Teori Fungsionalisme Struktural.

    2. Teori Konflik.

    3. Teori Sistem.

    4. Teori Sosiologi Makro.

    Diantara kedua teori ini teori yang paling dominan adalah teori fungsi-onalisme

    struktural dan teori konflik. Oleh karena secara singkat kedua teori tersebut akan

    dikemukakan berikut ini.

    Teori Fungsional.

    Beberapa tokoh utama pengembang dan pendukung teori struktural fungsional pada

    zaman modern ini bisa disebut antara lain Talcott Parsons, Robnert K. Merton dan Neil

    Smelser. Teori Struktural Fungsional dalam menjelaskan jaerubahan-perubahan yang

    terjadi di masyara-,kat mendasarkan padaTtufuh asurhsTfLauer, 1977).

    1. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari

    berbagai bagian yang saling berinteraksi.

    2. Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat timbal balik.

    3. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, dimana penyesuaian yang ada tidak perlu

    banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.

    4. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, oleh karenanya di

    masyarakat senantiasa timbul ketegangan-ketegang-an dan penyimpangan-

    penyimpangan. Tetapi ketegangan-ketegang-an dan penyimpangan-

    penyimpangan ini akan dinetralisir lewat proses pelembagaan.

    5. Perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan perlahan-lahan sebagai suatu

    proses adaptasi dan penyesuaian.

  • 36

    6. Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh

    adanya diferensiasi dan innovasi.

    7. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama.

    Menurut teori struktural fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem

    memiliki struktur yang terdiri dari banyak lembaga, dimana masing-masing

    lembaga memiliki fungsi sendiri-sendiri*). Struktur dan fungsi, dengan kompleksitas

    yang berbeda-beda, ada pada setiap masyarakat, baik masyarakat modern maupun

    masyarakat primitive.Misalnya, lembaga sekolah mempunyai fungsi mewariskan nilai-

    nilai yang ada kepada generasi baru. Lembaga keagamaan berfungsi membimbing

    pemeluknya menjadi anggota masyarakat yang baik dan penuh peng-abdian untuk

    mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Lembaga ekono-mi memiliki fungsi untuk

    mengatur proses produksi dan distribusi barang - barang dan jasa - jasa di

    masyarakat.,Lembaga politik berfungsi menjaga tatanan sosial agar berjalan dan ditaati

    sebagaimana mestinya. Lernbaga keluarga berfungsi menjaga keberlangsungan per-

    kembangan jumlah penduduk.Kesemua lembaga yang ada di masyarakat akan senantiasa

    saling berinteraksi dan satu sama lain akan melak.-sanakan penyesuaian sehingga di

    masyarakat akan senantiasa berada pada keseimbangan. Memang, ketidakseimbangan

    akan muncul, tetapi ini hanya bersifat sementara. Karena adanya ketidakseimbangan

    di satu lembaga sehingga fungsi lembaga tersebut terganggu, akan meng-undang lembaga

    lain untuk menyeimbangkan kembali. Sebagai contoh, system transportasi di suatu

    kota. Pada tahun-tahun 1960an di kota Yogyakarta, belum ada angkutan kota.

    Oleh karenanya, untuk keperlu-an-keperluan bepergian baik ke kantor, ke sekolah

    ataupun ke tempat lain, masyarakat kafau ingin menggunakan kendaraan umum

    bisa menggunakan becak atau andong. Lembaga ekonomi mengetahui bahwa

    masyarakat akan lebih tercukupi kebutuhannya kalau ada angkutan kota berupa

    kolt. Usaha menyediakan kolt sebagai angkutan kota tersebut akan sangat

    menguntungkan baik bagi masyarakat mau- ' pun bagi pengusaha. Apalagi kalau

    bentuk angkutan kota adalah kolt pick up. Oleh karenanya, lembaga ekonomi

    menyediakan angkutan kota dalam ujud kolt pick up.

    *)Yaser .Teori Sosiologi, (Online), (http://www.slideshare.net/yazerd/tsm-pokok2-

    pikiran-tsm), diakses pada 11 Oktober 2014

  • 37

    Apa hasilnya, masyarakat senang, karena tujuan yang dapat ditempuh

    dalam waktu yang relatif singkat dan ongkos relatif murah. Pengusaha (sebagai

    ujud lembaga ekonomi) senang karena mendapatkan keuntungan. Tapi, beberapa

    waktu kemudi-an dampak negatif muncul, yakni ketegangan-ketegangan di

    masyarakat, karena pengendara becak dan andong unjuk rasa. Rezeki mereka di ambil

    oleh angkutan kota. Melihat ketegangan di masyarakat, lembaga

  • 38

    politik, mengambil langkah penyesuaian. Pemerintah ataupun DPRD membuat aturan

    jalan mana saja yang boleh di lalui kendaraan angkutan kota. Kendaraan angkutan kota

    tidak boleh seenaknya sendiri dalam mengambil penumpang. Dengan aturan ini

    pengusaha angkutan kota untung, masyarakat untung, demikian pula sopir becak dan

    andong tetap mendapatkan rezeki. Oan masyarakat berada dalam kesimbangan kembali,

    dengan kondisi uang lebih maju dan baik dari pada kondisi sebelumnya. Dimana

    masyarakat bisa pergi dengan lebih bebas dan murah.

    Salah satu pakar teori structural fungsional, Talcott Parsons, me-ngembangkan

    teori yang disebut "The Structure of Social Action". Dalam teori ini (lihat, Turner,

    1986, 57124), Parson mengemukakan ten tang konsep perilaku sukarela yang

    mencakup beberapa Piemen pokok.

    (1) Aktorsebagai individu.

    (2) Aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai.

    (3) Aktor memiliki berbagai cara-cara yang mungkin dapat di laksana-kan untuk

    mencapai tujuan yang diinginkan tersebut.

    (4) Aktor dihadapkan pada berbagai kondisi dan situasi yang dapat mempengaruhi

    pemilihan cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

    (5) Aktor dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam menentukan

    tujuan yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

    (6) Perilaku, termasuk bagaimana aktor mengambil keputusan tentang cara-cara yang

    akan digunakan untuk mencapai tujuan, dipengaruhi oleh ide-ide dan situasi-situasi

    yang ada.

    Apa yang telah dikemukakan diatas merupakan perilaku individu yang dapat

    dikembangkan kedalam sistem sosial. Dalam hal ini Parson melihat aktor dikaitkan

    dengan situs dalam hal motive dan nilai. Menurut Parson ada tiga motive.

    (a) cognitive : motive mendapatkan in-formasi

    (b) cathective : motive mendapatkan sentuhan emosi

    (c) assesment : motive untuk melakukan evaluasi.

    Disamping itu ada juga tiga bentuk nilai

    (a) cognitive : nilai standard tujuan yang akan dicapai

    (b) appreciative : nilai tentang standard keindahan

    (c) moral : nilai tentang benar atau salah.

  • 39

    Motive dan nilai ini menimbulkan bentuk-bentuk tindakan, yang dikenal dengan

    istilah

    (a) instrumental: tindak-an untuk merealisir tujuan secara efisien

    (b) expressive : tindakan untuk mendapatkan kepuasan emosional

    (c) moral : tindakan yang menyangkut benar atau salah.

    Tindakan mana yang akan diambil akan ditentukan oleh jenis motive dan nilai

    yang mendominir dalam diri seseorang.

    NORMA NILAI, IDE

    I J i

    - C A R A 1 - - - - ^

    - - C A R A 2 - - - - -

    - - - C A RA 3 - - - -

    -

    - - - C A RA 4 - - - - -

    - - - C A R A 5 - - - - -

    I I \

    SITUASI DAN KONDISI

    Gambar 1 : Struktur Perilaku Parsons

    Antara aktor dengan berbagai motive dan nilai yang berbeda-beda _

    menimbulkan tindakan yang berbeda-beda. Giliran berikutnya adanya perbedaan-

    perbedaan ini akan menimbulkan adanya interaksi dan konflik. Tetapi ini

    hanya sementara, karena diantara mereka akan terdapat "agreement". Disamping itu

    mereka juga akan melangsungkan terus bentuk-bentuk interaksi yang telah

    dikembangkan, sehingga bentuk-bentuk tersebut melembaga. Pola-pola

    pelembagaan tersebut akan jadi sistem sosial. Apa yang diuraikan ini dapat

    digambarkan sebagai ' berikut.

    TUJUAN

  • 40

    Untuk menjaga kelangsungan hidup suatu masyarakat, maka tatanan

    sosial yang ada harus tetap berlaku dari generasi demi generasi. Oleh karenanya,

    sistem tatanan sosial yang ada perlu ditanamkan pada se-tiap individu anggota

    masyarakat. Dengan kata lain, setiap masyarakat perlu melaksanakan sosialisasi

    sistem sosial yang dimiliki. Proses sosiali-sasi ini pada dasarnya bertujuan untuk

    mengintegrasikan sistim personal dan sistem kultural kedalam sistem sosial. Dengan

    demikian akan ter-dapat komitment dari para individu kepada tatanan, nilai-nilai dan

    norma-norma yang di masyarakat. Persoalannya bagaimana caranya agar sistem personal

    dapat diintegrasikan kedalam sistem sosial?. Me-nurut Parsons ada dua mekanisme yang

    akan mengintegrasikan sistem personal kedalam sistem sosial : mekanisme sosialisasi dan

    mekanisme kontrol sosial.Menurut Parsons, mekanisme sosialisasi merupakan alat dengan

    alat mana pola kultural, seperti nilai-nilai, "beliefs", bahasa dan lain-lain simbol di

    tanamkan pada sistem personal. Dengan proses ini maka anggota masyarakat akan

    menerima dan memiliki komitmen terhadap norma-norma yang ada.

    Mekanisme kontrol mencakup suatu proses dimana status dan peran yang ada di

    masyarakat diorganisir kedalam sistem sosial, sehingga perbedaan-perbedaan dan

    ketegangan-ketegangan yang ada di masyarakat di tekan. Mekanisme kontrol ini meliputi,

    antara lain :

    a) pelembagaan

    (b) sanksi-sanksi

    (c) aktivitas ritual

    (d) Penyelamat-an pada keadaan yang kritis dan tidak normal

    (e) pengintegrasian

    kembali agar keseimbangan dapat dicapai kembaii, dan, (f) pelembaga-an

    kekuasaan untuk melaksanakan tatanan sosial. Pola integrasi menu-rut Parson

    ini dapat di lihat pada gambar di bawah.

    Adanya mekanisme integrasi ketiga sistem tersebut akan menjaga ke-

    seimbangan sistem sosial yang ada.

  • 41

    Teori Konflik

    Teori Konflik memandang bahwa adanya kemiskinan di dunia ketiga sebagai

    akibat proses perkembangan kapitalis di dunia barat. Kemiskinan di.sebagian besar

    umat manusia adalah merupakan "turn bal" kejayaan masyarakat kapitalis. Negara-

    negara sedang berkembang sekarang ini dijadikan sapi perah bag! negara-negara

    barat. Oleh karena-nya teori-teori ini, seperti yang disuarakan oleh Randall

    Collins, Dah-rendorf, John Galtung, bahwa kalau negara-negara sedang

    berkembang ingin maju maka harus mampu melepaskan dan memutuskan

    hubungan dengan negara-negara kapitalis.

    Teori Konflik ini meskipun sangat ringkih, namun mendapat du-1

    kungan yang

    luas, terutama dari kalangan intelektual muda di kalangan negara sedang

    berkembang, juga negara barat sendiri karena dirasakan, analisis dari teori ini sangat

    tepat untuk membedah kemiskinan di negara-negara dunia ketiga.MisaInya,

    perkembangan pendidikan hanya merupakan suatu proses stratafikasi sosial yang

    cenderung memperkuat posisi kaum yang selama ini memiliki keistimewaan.

    Teori Konflik memiliki beberapa asumsi. Antara lain,

    (1) Manusia sebagai mahluk hidup memiliki sejumjah kepenlipgan yang paling djsar

    yang mereka inginkan dan mereka berusaha untuk mendapatkan kepentingan

    tersebut.

    (2) Kekuasaan mendapatkan penekanan sebagai pusat hubungan sosial. Kekuasaan bukan

    hanya merupakan sesuatu yang langka, dan tidak terbagi secara merata, sehingga

    merupakan sumber konflik, tetapi juga pada hakekatnya kekuasaan itu bersifat

    pemaksaan.

    (3) Ideologi dan nilai-nilai dipandang sebagai suatu senjata yang diguna-kan oleh

    kelompok-kelompok yang berbeda, dan mungkin berten-tangan untuk mengejar

    kepentingan mereka sendiri. Ideologi dan nilai sama sekali bukan merupakan sarana

    untuk mencapai integrasi dan mengembangkan identitas suatu bangsa.

    Teori konflik sangat bertenjangan dengan teori Struktural - Fungsio-nal.

    Disamping itu, dalam diri penganut faham teori konflik terdapat perbedaan yang

    tajam, yang tidak kalah serunya dengan perbedaan antara penganut teori konflik dengan

  • 42

    penganut teori yang Struktural fungsional tersebut. Perbedaan itu kalau dilacak bisa

    dikatakan ber-sumber para tokoh pengembang teori Konflik itu sendiri.

    Menurut Turner (1986, 129151) teori Konflik berakar pada pe-mikiran Marx

    dan pemikiran Weber. Marx mengajukan beberapa pro-posisi.

    (1) Semakin distribusi pendapatan tidak merata, semakin besar konflik kepentingan

    antara kelompok atasdan kelompok bawah.

    (2) Semakin sadar kelompok bawah akan kepentingan mereka bersama semakin keras

    mereka mempertanyakan keabsyahan sistem pembagi-an pembagian pendapatan

    yang ada.

    (3) Semakin besar kesadaran akan interes kelompok mereka dan semakin keras

    pertanyaan mereka terhadap keabsyahan sistem pembagian pendapatan, semakin

    besar kecenderungan mereka untuk kerjasama memunculkan konflik menghadapi

    kelompok yang menguasai si stem yang ada.

    (4) Semakin kuat kesatuan ideologi anggota kelompok bawah dan semakin kuat struktur

    kepemimpinan politik mereka, semakin besar kecenderungan terjadinya polarisasi

    sistem yang ada.

    (5) Semakin meluas polarisasi semakin keras konflik yang terjadi.

    (6) Semakin keras konflik yang ada, semakin besar perubahan struktu-ral yang terjadi

    pada sistem dan semakin luas proses perataan sum-ber-sumber ekonomis.

    Tokoh lain, Max Weber, mengajukan beberapa proposisi.

    (1) Semakin besar derajat merosotnya legitimasi politik penguasa, semakin besar

    kecenderungan timbul konflik antara klas atas dan bawah.

    (2) Semakin karismatik pimpinan kelompok bawah, semakin besar kemampuan

    kelompok ini memobilisasi kekuatan dalam suatu sistem, semakin besar tekanan

    penguasa lewat penciptaan suatu sistem undang-undang dan sistem administasi

    pemerintahan.

    (3) Semakin besar sistem perundang-undangan dan administrasi pemerintahan

    mendorongdan menciptakan kondisi terjadinya hubung-an antara kelompok-

    kelompok sosial, kesenjangan hirarki sosial, rendahnya mobilitas vertikal, semakin

    cepat proses kemerosotan legitimasi politik penguasa dan semakin besar

    kecenderungan terjadinya konflik antara kelas atas dan kelas bawah.

  • 43

    Adanya perbedaan diantara proposisi Marx dan Weber akan muncul dalam

    perkembangan teori konflik pada masa-masa berikutnya. Wallace dan Wolf (1986,

    61 147), menjelaskan dengan menarik teori konflik sebagaimana dikemukakan

    dalam pembahasan berikut.

    Teori konfljk merupakan suatu alternatif pendekatan dari teori fungsional

    dalam menganalisis struktur suatu masyarakat; teori konflik ini semakin populer

    dan penting dalam kehidupan teori-teori sosial modern. Dilihat dari perspective

    kebulatan, teori tersebut kurang utuh. Perbedaan pendapat diantara penganut teori

    konflik dalam banyak hal lebih tajam dibandingkan dengan perbedaan antara

    penganut teori konflik dengan penganut teori lain. Namun diantara teori-teori yang

    dapat diklasifikasikan kedalam teori konflik, memiliki kesamaan dalam beberapa

    asumsi dan konsep dasar. Kesemuanya itu menciptakan cara-cara yang berbeda dalam

    melihat dan menganalisis masyarakat.

    Sebagaimana telah kita lihat, teori-teori fungsional melihat masyarakat dan

    lembaga lembaga sosial yang ada sebagai suatu sistem dimana bagian satu dan yang lain

    saling tergantung dan bekerjasama menciptakan keseirrjbangan. Mereka tidak menolak

    adanya konflik yang terjadi dalam masyarakat; tetapi mereka percaya bahwa

    masyarakat itu sendiri akan menciptakan cara-cara yang bisa mengontrol konflik

    tersebut,dan hal itulah yang menjadi pusat perhatian analisis teori fungsionat.

    Persepsi golongan konflik terhadap masyarakat berbeda dengan persepsi yang

    dimiliki golongan fungsional. Kalau golongan yang disebut terakhir melihat saling

    ketergantungan di antara bagian-bagian yang ada di ma-syarakat dari kesatuan

    masyarakat, maka golongan konflik melihat masyarakat sebagai suatu arena dimana

    kelompok satu dengan yang lain saling bertarung memperebutkan "power", dan

    "kontrol" bagi teori konflik berarti satu grup mampu mejinakkan kelompok yang

    lain. Golongan fungsional melihat undang-undang, misalnya, sebagai suatu jalan

    untuk meningkatkan integrasi sosial; tetapi teori konflik melihat undang-undang

    sebagai suatu cara untuk mendiskripsikan dan meman-tapkan suatu bentuk aturan

    yang menguntungkan beberapa grup di-atas pengorbanan grup yang lain.

    Kita dapat melihat betapa besar perbedaan yang muncul antara teori fungsional

    dan teori konflik dapat dicontohkan pada,sistem kerja di pelabuhan udara.

    Golongan fungsional mengatakan bahwa bagian-bagian yang bepfesda dalam airport

  • 44

    bekficjasama menyebabkan sistem airport bisa_beroperasi. Sebaliknya, golongan

    konflik melihat adanya saling bertejrtangan interes antara pekerja-pekerja dan

    manager yang berbeda-beda, dan masing-masing grup bekerja sebaik mungkin untuk

    dirinya sendiri. Teori konflik mungkin akan menyatakan bahwa pengatur lalu

    lintas udara menginginkan tambahan staf dan peralatan yang lebih canggih. Para

    penerbang terus menerus berusaha mem-batasi masuknya anggota-anggota baru

    dalam pekerjaan itu, untuk menjaga agar upah tidak melorot. Kuli, staf pembersih

    dan penjaga gudang semua aktif dalam organisasi buruh. Semua kelompok tersebut

    cenderung pasang kuda-kuda dengan managemen penerbangan, sebab mereka yang

    disebut terakhir inilah yang menentukan biaya operas! semakin rendah dan

    keuntungan perusahaan semakin tinggi. Teori konflik memusatkan pada pergeseran

    keseimbangan kekuatan di antara grup-grup yang ada, tidak memusatkan pada

    keseimbangan dan saling ketergantungan dari bentuk kerjasama.

    Perbedaan internal yang terdapat diantara penganut faham Konflik dapat di

    dilihat pada peranan ilmuwan sosial. Penganut kelompok pertama percaya

    bahwa ilmuwan sosial haruslah memiliki kewajiban moral untuk terlibat dalam

    kritik masyarakat. la menolak memisahkan - - atau untuk mengakui bahwa

    seseorang dapat memisahkan analisis dari keputusan atau fakta dari nilai.

    Para penganut kelompok ini juga pada umumnya percaya pada prinsipnya

    suatu masyarakat dapat bertahan jika tidak ada lag! sebab-sebab terjadinya

    konflik social. Oleh karena itu, para penganut teori konflik ini seringkali

    dianggap penulis-penulis Utopia.Sebaliknyakelompok kedua menganggap

    konflik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan merupakan aspek perma-nen

    dalam kehidupan sosial; serta menolak ide bahwa kesimpulan-ke-seimpulan ilmu

    sosial haruslah penuh nilai. Sebaliknya, sebagai gantinya para pendukungnya

    tertarik dalam pembentukan suatu ilmu sosial

    dengan obyektifitas yang sama dengan yang dimiliki ilmu alam. ,

    Jika kita melihat para pengaruh utama terhadap teori Konflik Modern, maka

    akan kita dapatkan bahwa mereka yang berada pada kelompok pertama, akan

    membicarakan Teori Konflik seperti, para Teoritikus Mahzab Frankfurt dan C.

    Wright Mills, paling banyak di-pengaruhi oleh Karl Marx. Dalam kelompok dua

    dimana kita akan membahas Ralf Dahrendorf dan Randall Collins, pengaruh Marx

  • 45

    ma sih tampak; tap! kontinuitas yang paling penting adalah dengan tu-lisan-tulisan

    Marx Weber. Nampaknya, dari beberapa pakar teori Konflik, Randall Collins

    merupakan salah seorang pakar yang karya-nya sangat merangsang pem'ikiran dewasa

    ini. Randal Collins mengguna-kan teori Konflik untuk menganalisis

    perkembangah masyarakat dewasa ini. la banyak melakukan kajian teori Konflik

    dalam kaitannya dengan kepentingan rakyat banyak. Dengan asumsi bahwa rakyat

    ba-nyak sebagai individu senantiasa ingin memiliki hal-hal tertentu, yaitu kekayaan,

    kekuasaan, dan prestise. Dalam usaha memiliki hal-hal di-atas, tidak ada individu

    yang mau kalah secara sukarela. Berdasarkan hal ini dalam masyarakat akan senantiasa

    ada konflik sosial. Ditambah lagi, karena kekuasaan dan prestasi merupakan barang

    langka, sedang-kan kekuasaan dan prestasi erat kaitannya dengan kekayaan, maka se-

    tiap individu senantiasa ingin mendapatkan bagian kekayaan yang lebih banyak

    daripada yang dimiliki orang lain. Konflik-konflik yang timbul sebagai akibat

    perebutan kekayaan, kekuasaan, dan prestise dapat terjadi dalam berbagai bentuk.

    Yang paling mengerikan adalah konflik dalam bentuk kekerasan fisik.

    Teori Konflik RALF DAHRENDORF

    Ralf Dahrendorf adalah salah satu dari beberapa sosiolog Eropa yang masih hidup

    yang dikenal secara meluas dan dihormati baik di Eropa maupun di Amerika Serikat.

    Sebagai seorang remaj'a dalam masa Nazi Jerman, ia dikirim ke kamp konsentrasi, dan

    ia memper-dalam lagi bidang politik. la adalah anggota Demokrasi Bebas dari

    "Baden Wiitemburg Landtag" (Parlemen Regional); dan sebagai seorang anggota

    Komisi Masyarakat Eropa, ia bertanggung jawab akan hubungan luar negeri dan

    pendidikan, llmu Pengetahuan dan Research. Bagian terbesar dari karier akademiknya

    telah dilalui di Universitas Jerman, dan tahun 1984 ia menjadi Profesor Sosiologi pada

    Universitas Contance. Walaupun begitu, ia juga bekerja di Inggris maupun di Amerika

    dan menjadi Direktur Sekolah Ekonomi di London, suatu lembaga pendidikan tinggi

    yang paling prestise di Inggris.

    Karya Dahrendorf dalam hal konflik teori menampilkan dua hal yang pokok.

    Pertama adalah apa yang dia sendiri lukiskan sebagai "teori-teori tentang masyarakat

    ("theories of society"), dengan meletak-an prinsip-prinsip umum pada penjelasan

    sosial. Di sini, Dahrendorf menekankan pentingnya kekuasaan dan akibat konflik

    yang tak dapat dihindari. Seperti halnya Marx, perhatiannya yang kedua terhadap

  • 46

    determinan "konflik aktif" cara-cara lembaga sosial secara sistematis melahirkan

    kelompok-kelompok dengan konflik kepentingan-kepen-tingannya yang di dalam

    kelompok-kelompok semacam itu akan ter-organisir dan aktif.

    Power, Konflik, dan Penjelasan Sosial

    Di sini Dahrendorf membahas suatu tendensi yang melekat pada konfli