papper 1 biomekanik

31
BIOMEKANIK SENDI BAHU Oleh : dr Satrio Bangun Negoro

Transcript of papper 1 biomekanik

Page 1: papper 1 biomekanik

BIOMEKANIK SENDI BAHU

Oleh :

dr Satrio Bangun Negoro

BAB I

Page 2: papper 1 biomekanik

PENDAHULUAN

Sendi bahu merupakan hal yang sangat penting karena manfaatnya

yang besar dalam kehidupan, dalam beraktifitas sehari-hari kita

menggunakan bahu untuk berbagai macam hal, contoh saat kita keramas,

saat mengambil benda di tempat yang tinggi, maupun saat kita melempar

sesuatu.

Sendi bahu dalam dunia kedokteran memiliki berbagai macam

penyakit, baik trauma maupun non trauma, dan dalam penata

laksanaanya kita sangat mempertimbangkan pekerjaan maupun gerakan

apa yang sering digunakan oleh pasien.

Untuk melakukan tata laksana yang tepat dokter orthopedi harus

mengenal betul anatomi, biomekanik maupun fungsi dari sendi bahu.

Dalam papper ini penulis akan membahas mengenai anatomi, funsi serta

biomekanik dari sendi bahu dengan harapan dapat membantu tenaga

medis dalam memberikan keputusan yang tepat mengenai tatalaksana

pasien.

BAB II

Page 3: papper 1 biomekanik

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik Sendi Bahu

II.1.1 Struktur Tulang Pembentuk Sendi

a. Os Clavicula

b. Gambar 1.1 Os Clavicula

Tulang ini berbentuk mirip seperti huruf S. Ujung bagian

medial disebut ekstremitas sternalis, sedangkan ujung bagian

lateral disebut ekstremitas acromialis. Ekstremitas sternalis

dengan facies articularis bersendi dengan manybrium sterni

dan ekstremitas acromialis dengan facies articularis bersendi

dengan acromion. Antara facies superior dan inverior

terdapat margo anterior dan posterior. Pada facies inverior

terdapat sulkus subclavius yang merupakan tempat

perlengketan m.subclavius. Adapun tonjolan atau disebut

tuberkulum conoideum berada didekat ekstremitas acromialis

dan berdekatan dengan linea trapezoid.

Page 4: papper 1 biomekanik

c. Os Scapula

Gambar 1.2 os scapula

Os Scapula merupakan tulang pipih yang terletak di

bagian lateral dorsal thoracic, setinggi costa II sampai costa

VII. Berbentuk seperti segitiga dengan basis menghadap

columna vertebralis yang mempunyai 3 sisi yaitu (1) margo

superior, (2) margo medial dan (3) margo axilaris yang juga

Page 5: papper 1 biomekanik

membentuk tiga buah sudut yaitu (1) angulus superior (2)

angulus inverior dan (3) angulus lateral.

Scapula juga memiliki 2 permukaan yaitu (1) facies

dorsalis dan terbagi menjadi dua buah dataran yaitu fossa

infraspinata dan fossa supraspinata oleh peninggian spina

scapula dan (2) facies costalis yang berbentuk lebih konkaf

bernama fossa costalis.

d. Os Humerus

Page 6: papper 1 biomekanik

Gambar1.3 os humerus

Merupakan tulang panjang (os longum) yang terbagi

menjadi ujung atas (epiphysis proksimal), corpus (diaphysis)

dan ujung bawah (epiphysis distal).

Epiphysis Proksimal

Terdapat caput humeri yang berbentuk bulat dan bertemu

dengan kavitas glenoidalis scapula. Sebelah distal caput

terdapat kolum anatomikum. Pada bagian lateral humeri

terdapat benjolan yang disebut tuberkulum majus dan bagian

anterior terdapat tuberkulum minus.

Page 7: papper 1 biomekanik

Diaphysis

Merupakan corpus humeri yang berbentuk silindris. Di

bagian lateral terdapat tuberositas deltoid. Corpus dapat

terbagi dalam permukaan antero medial dengan pinggir

medial dan permukaan antero lateral dengan pinggir lateral

yang dibawahnya menjadi lebih tajam.

Epiphysis Distal

Pada bagian anterior terdapat dua dataran sendi yang

berbentuk bulatan kecil bagian lateral disebut capitulum

humeri dan bulatan yang lebar disebut throclea humeri.

Bagian proksimal permukaan sendi sebelah lateral disebut

fossa radialis dan sebelah medial disebut fossa coronoidea.

Dilihat dari posterior terlihat cekungan dan fossa olecrani

serta terdapat epicondylus medial dan epicondylus lateral.

II.1.2Jaringan Lunak

II.1.2.1Myologi

Myologi adalah ilmu yang mempelajari tentang otot.

Otot-otot bahu dengan fungsi utama sebagai penggerak sendi

adalah m. Deltoideus, m. Pectoralis major, m. Coracobrachialis,

m. Teres mayor, m. Latisimus dorsi, m. Supraspinatus, m.

Infraspinatus, m. Teres minor, m. Subscapularis, m. Bicep

brachii dan m. Tricep brachii.

a. M.Deltoid

Otot deltoid mempunyai tiga serabut, yaitu pars anterior, pars

medialis dan pars posterior. Origo pada 1/3 acromial clavicula (pars

Page 8: papper 1 biomekanik

anterior), acromion (pars medialis), dan tepi bawah spina scapula (pars

posterior). Insertio pada tuberositas deltoidea. Dipersyarafi oleh Nn.

Axilaris. Fungsi m. Deltoid anterior adalah untuk gerak fleksi dan

adduksi horizontal, m. Deltoid medialis untuk gerak abduksi 90 dan .m⁰

deltoid posterior untuk gerak ekstensi, eksternal rotasi dan abduksi

horizontal sendi bahu.

b. M.Pectoralis Major

Otot Pectoralis Major dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pars

clavicularis, pars sternocostalis, dan pars abdominalis. Origo pada

clavicula (pars clavicularis), sarung rektus (pars abdominalis),

manubrium dan korpus sterni (pars sternocostalis). Insertio dari

pectoralis major terdapat di tubercoli majoris humeri. Dipersyarafi oleh

Nn. Pectoralis medialis dan lateralis. Fungsi dari pectoralis major

adalah untuk adduksi dan internal rotasi sendi bahu.

c. M.Coracobrachialis

Otot Coracobrachialis berorigo pada ujung procesus

coracoideus dan berinsertio pada facies anterior humeri. Otot ini

dipersyarafi oleh n.Musculocutaneus dan berfungsi untuk internal

rotasi, abduksi dan fleksi sendi bahu.

d. M.Teres Major

Origo otot Teres major adalah di margo lateralis dan angulus

inferior scapula. Insertio pada krista tuberculi minoris. Dipersyarafi

oleh n. Thoracodorsalis. Fungsinya untuk internal rotasi dan adduksi

sendi bahu.

e. M.Latisimus Dorsi

Berorigo pada labium eksternal krista illiaca dan prosesus

spinosus Th.7. Insertio pada krista tuberculi minor. Dipersyarafi oleh

Page 9: papper 1 biomekanik

n.Thoracodorsalis. Dan berfungsi untuk internal rotasi, adduksi dan

ekstensi sendi bahu.

f. M.Supraspinatus

Berorigo pada fossa supraspinata dan berinsertio pada proksimal

tuberkulum majus humeri. Dipersyarafi oleh n. Suprascapularis.

Fungsinya untuk abduksi sendi bahu.

g. M.Infraspinatus

Berorigo pada fossa infraspinata dan berinsertio pada bagian

tengah tuberkulum majus humeri. Dipersyarafi oleh n.Axilaris dan

berfungsi untuk eksternal rotasi serta ekstensi sendi bahu.

h. M.Teres Minor

Berorigo pada sepertiga tengah margo lateralis dan kaudal fossa

infraspinata. Insertio pada distal tuberkulum majus. Dipersyarafi oleh

n.Axilaris dan berfungsi untuk eksternal rotasi serta adduksi sendi bahu.

i. M.Subscapularis

Berorigo pada facies costalis dan fossa subscapularis. Insertio

pada tuberkulum minoris humeri. Dipersyarafi oleh Nn.Subscapularis

dan berfungsi untuk internal rotasi sendi bahu.

j. M.Tricep Brachii

Berorigo pada tuberkulum supraglenoidale, labrum glenoidale dan

ujung processus coracoideus. Insertio pada tuberositas radii dan di atas

apponeurosis musculi bicipitis brachii pada fascia antebrachii.

Dipersyarafi oleh n.Musculocutaneus. fungsinya untuk adduksi sendi

bahu.

Page 10: papper 1 biomekanik

Gambar 1.4 arah gaya yang disebabkan otot-otot daerah bahu

II.1.2.2 Ligament

Ligament adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang

atau tulang rawan yang berfungsi untuk menyokong dan memperkuat

sendi (Danil Santana, 2007). Pada sendi bahu terdapat tiga ligament

yang berperan dalam menjaga stabilitas, yaitu

II.1.2.2.1 Ligament Coracohumerale yang membentang dari processus

coracoideus kedalam kapsul, dan meluas sampai ke tuberculum majus

dan minus humeri,

Page 11: papper 1 biomekanik

II.1.2.2.2Ligament Coracoacromiale yang membentang dari processus

coracoideus ke acromion,

II.1.2.2.3 Ligament Glenohumerale yang membentang dari tepi cavitas

glenoidalis ke colum anatomicum dan ligament ini terdiri dari ligament

glenohumeral superius yang melewati persendian sebelah kranial,

ligament glenohumeral medius yang melewati persendian sebelah

ventral, dan ligament glenohumeral inverius yang melewati persendian

sebelah kaudal.

Page 12: papper 1 biomekanik

Gambar 1.4 ligament

Page 13: papper 1 biomekanik

II.1.2.3 Kapsul Sendi

Kapsul sendi ini tipis dan lemas, sehingga memungkinkan terjadinya

pergerakan yang luas. Bagian medial kapsul melekat pada pinggir

cavitas glenoidalis diluar labrum, dibagian lateral capsul melekat pada

colum anatomikum humeri dan meluas ke bawah menuju ke sisi medial

corpus humeri. Disebelah inverior capsul ini meluas sampai ke colum

cirurgicum kapsul sendi sendiri dari lembaran fibrosa yang berasal dari

tendon otot rotator cuff.

II.1.2.4 Membran synovial

Fungsi dari membran synovial adalah untuk membatasi kapsul.

Membran synovial ini melekat pada pinggir tulang rawan yang melapisi

permukaan sendi. Membran ini mengelilingi tendon biceps

intracapsularis dan meluas sedikit keatas ligament transversum humeral

sebagai selubung yang meliputi tendon caput longum m.Biceps brachii.

Membran ini menonjol ke depan melewati dinding interior capsul sendi

untuk membentuk suatu bursa yang berada dibawah m.Subscapularis.

II.1.2.5 Arthrologi

Struktur-struktur bahu daritulang yang terpenting adalah scapula,

clavicula dan humerus (A.N de Wolf, 1994). Hubungan antar tulang-

tulang tersebut pada daerah bahu membentuk persendian, antara lain:

II.1.2.5.1 Sendi Glenohumeral

Merupakan sendi synovial tipe “ball and socked”, stabilitas sendi

dipelihara oleh otot dan sebagian kapsuloligamenter. Stabilitas sendi

Page 14: papper 1 biomekanik

glenohumeral dipelihara oleh “rotator cuff”. Oleh karena itu sendi ini

mudah kaku dan mudah terjadi patologi otot serta dislokasi.

Tulang rawan hialin menyelimuti cavitas glenoidalis lenbih tebal

pada daerah pinggir cavitas glenoidalis dibanding pada daerah

tengahnya. Lekuk sendi diperlebar oleh labrum glenoidale yang

merupakan cincin fibrocartilago berfungsi untuk menyelubungi dan

memperdalam cavitas glenoidea scapula.

Sendi ini mempunyai tiga derajad kebebasan erak, diantaranya yaitu

fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, internal-eksternal rotasi, dan abduksi-

adduksi horizontal. Posisi dimana kedua permukaan sendi dalam

keadaan longgar maksimal sendi glenohumeral adalah abduksi 50 ⁰dengan adduksi horizontal 30 dan sedikit endorotasi. Kekakuan sendi ⁰capsular pattern terjadi apabila adanya kekakuan pada gerak eksorotasi

yang lebih terbatas dari adduksi dan abduksi lebih terbatas dari

endorotasi.

II.1.2.5.2 Sendi Acromioclavicular

Merupakan tipe sendi synovial dimana pergerakannya dapat

menambah lingkup sendi bahu. Permukaan sendinya rata dan diliputi

oleh tulang rawan seperti jaringan fibrosa. Kapsul sendi mengelilingi

dan melekat pada pinggir facies articularis dan diperkuat oleh ligament

acromioclavicula pada permukaan anteriornya. Sendi ini disusun oleh

acromion dari scapula dan ujung lateral dari clavicula. Gerakan yang

terjadi pada sendi ini adalah gerakan rotasi dari scapula yaitu upward

dan downward.

II.1.2.5.3 Sendi Suprahumeral

Merupakan sendi yang dibentuk antara tulang humerus dengan

ligament coracoacromial sehingga sendi ini disebut sebagai sendi

bayangan atau palsu walaupun secara fisiologis berfungsi sebagai sendi.

Page 15: papper 1 biomekanik

II.1.2.5.4 Sendi Scapulocostal

Adalah sendi yang dibentuk antara tulang scapula dan tulang costae.

Sendi ini disebut sendi bayangan atau palsu karena kedua tulang tersebut

tidak bertemu langsung melainkan dilapisi fascia otot yang berorigo

padakedua tulang.

II.1.2.5.5 Sendi Sterno Clavicular

Merupakan satu-satunya hubungan sendi antara gelang bahu dengan

batang badan yaitu clavicular dengan sternum. Didalam rongga sendinya

terdapat suatu cakram dan gerakannya seperti type ball and socket.

Disamping diperkuat oleh kapsul sendi serta ligament interclavicularis

juga diperkuat oleh ligament costoclavicularis yang amat kuat.

II.1.2.5.6 Sendi Costo Sternal

Adalah sendi yang dibentuk antara tulang costal dengan sternum.

Sendi ini membantu dalampernafasan (respirasi).

II.1.2.5.7 Sendi costo Vertebral

Page 16: papper 1 biomekanik

Adalah sendi yang dibentuk oleh tulang costae dan tulang vertebra

thoracalis.

II.1.2.6 Innervasi

Persyarafan yang terdapat pada daerah persendian bahu berasal dari

pleksus brachialis. Pleksus ini terbentuk dari lima radiks, yaitu radiks C₅

- T₁. Radiks pleksud brachialis terdiri dari tiga bagian besar yaitu trunkus

atas yang dibentuk oleh C₅ ₆ , trunkus tengah dibentuk oleh C₇ , ₋trunkus bawah dibentuk oleh C₈ - T₁ . Masing-masing trunkus dibagi

menjadi bagian anterior dan posterior. Pada bagian anterior atas dan

tengah membentuk fasikulus medialis. Seluruh bagian posterior

bergabung menjadi fasikulus posterior.

Ketika fasikulus tersebut membentuk cabang-cabang utama

pleksus brachialis. Cabang-cabang dari berbagai bagian pleksus

Page 17: papper 1 biomekanik

brachialis adalah sebagai berikut (1) Fasikulus medial membentuk

nervus pektoralis medialis, nervus ulnaris, nervus cutaneus brachii

medialis dan nervus cutaneus antebrachii medialis, (2) Fasikulus lateralis

membentuk nervus pektoralis lateralis, nervus musculocutaneus, (3)

Fasikulus posterior membentuk nervus thoracodorsal, nervus axilaris,

nervus subscapularis superior dan nervus subscapularis inverior.

II.1.2.7Vascularisasi

Vascularisasi yang terdapat pada daerah persendian bahu dipasok

oleh arteri axilaris dan vena axilaris beserta cabang-cabangnya. Arteri

axilaris dimulai dari pinggir lateral costa i sebagai lanjutan dari arteri

subclavia dan berakhir pada pinggir bawah m. Teres Major. M.

Pectoralis Minor menyilang didepan arteri axilaris dan membagi arteri

axilaris menjadi tiga bagian (Richard S.Snell, 2006).

Bagian pertama atreri axilaris mempunyai satu cabang yaitu arteri

thoracica superior, bagian kedua mempunyai dua cabang yaitu arteri

thoacromialis dan arteri thoracic lateralis dan bagian ketiga mempunyai

tiga cabang yaitu arteri subscapularis, arteri circumfleksa humeri

anterior dan arteri circumfleksa humeri posterior.

Vena axilaris dibentuk pada pinggir bawah muskulus teres major

sebagai gabungan dari vena brachialis dan vena basilica. Vena axilaris

berjalan ke atas pada sisi medial arteri axilaris dan berakhir pada pinggir

lateral costa i kemudian melanjutkan diri sebagai vena subclavia. Vena

ini akan bergabung dengan vena cephalica.

Page 18: papper 1 biomekanik

II.1.3 Pengertian Biomekanika

Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika dari gerakan–gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran ( biologi dan fisiologi ). Menurut Frankel dan Nordin, biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gayayang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan Anderson (1984), occupacional biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya, lingkungan kerja dan lain-lain untuk meningkatkan performansi dan meminimisasi kemungkinan cidera.

Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih baik, dimana kekuatan/ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum.

Ilmu Biomekanika membahas mengenai manusia dari segi kemampuan-kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian. Pada ilmu kedokteran, biomekanika dibagi menjadi 2 (dua) pandangan, yaitu:

1. Ilmu Kinetika, merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor gaya yang menyebabkan benda bergerak atau diam.

2. Ilmu Kinematika, adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat gerak tanpa memperhatikan bidang mana atau bagaimana sifat gerakannya atau sudutnya apakah penuh atau tidak.

Melalui sistem automatic dan biomechanic, faktor-faktor manusia teknik terfokus pada sistem musculoskeletal. Ini merupakan sendi yang memiliki dua segmen yaitu segmen distal dan segmenproximal.

Dalam melakukan tugas-tugas yang manipulatif, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Menyeimbangkan antara gerakan yang statik dan gerak yang dinamis.

2. Menjaga kekuatan otot, dimana pemakaian otot maksimum di bawah 15%.

3. Mencegah Range of Motion (ROM) sendi yang berlebihan.

4. Menggunakan grup otot yang lebih kecil untuk kecepatan dan ketelitian.

Dalam biomekanika, pada dasarnya ada 2 jenis model gerakan, yaitu:

Page 19: papper 1 biomekanik

1. Single- segment Static Model

Menggambarkan beban diterima oleh siku (elbow), yaitu gayareaksi siku (RE) dan momen reaksi siku (ME).

1. Two-segment Static Model

  Menggambarkan beban diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gayareaksi bahu (RE) dan momen reaksi bahu (MS)

ecara terminologi, Biomekanik terdiri atas 2 kata yaitu kata “Bio” = makhluk hidup dan kata “Mekanikal” = gerakan. JadiBiomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada makhluk hidup, dimana dalam Biomekanik hanya mempelajari gerakan pada manusia. Dengan demikian, pengertian Biomekanik secara umum/luas adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia, yang dipengaruhi oleh sistem anatomi, fisiologi, psikologis, mekanis dan sosiokultural. Sedangkan pengertian Biomekanik secara sempit adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia. Adapun pengertian Biomekanik secara ilmiah adalah ilmu yang mempelajari cara menentukan gaya, perubahan dan beban mekanik pada otot, tulang dan sendi dari tubuh manusia.

B. Pendekatan BiomekanikKita sudah mengetahui tentang anatomi terapan FT, yang terdiri atas : sistem otot, sistem tulang dan sendi serta sistem saraf yang menyebabkan manusia dapat bergerak dan dapat melakukan AKS (aktivitas kegiatan sehari-hari), tetapi tidak terlepas dari pengaruh lingkungan manusia tersebut. Ada 5 pendekatan didalam mempelajari gerakan pada manusia, yaitu :1. Pendekatan Anatomi ;Dimana menggambarkan (menjelaskan) tentang struktur tubuh dan bagian-bagiannya serta bagian-bagian tubuh yang potensial untuk menghasilkan gerakan.2. Pendekatan Fisiologis ;Dimana mempelajari tentang proses terjadinya gerakan, kontinuitas gerakan dan kontrol gerakan.3. Pendekatan psikologis ;Dimana mempelajari berbagai sensasi, persepsi dan motivasi yang menstimulasi terjadinya gerakan serta mekanisme neurologis yang mengontrolnya4. Pendekatan Mekanik ;Dimana menjelaskan adanya gaya, waktu dan jarak yang berhubungan dengan gerakan tubuh manusia.5. Pendekatan sosio-kultural ;Dimana menjelaskan tentang pengertian dari gerakan yang bervariasi didalam lingkungan yang berbeda-beda.

II.1.3 Biomekanik Shoulder

Page 20: papper 1 biomekanik

Biomekanik adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia.

Biomekanik pada sendi bahu terdiri dari osteokinematik,

arthrokinematik, dan scapulohumeral rhytem.

II.1.3.1 Osteokinematik

Osteokinematik adalah pergerakan yang terjadi pada tulang.

Osteokinematik pada sendi glenohumeral memiliki tiga derajat

kebebasan gerak, antara lain: fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, dan

eksternal-internal rotasi. Gerak fleksi dan ekstensi terjadi pada

bidang sagital dan aksis frontal dengan lingkup gerak sendi rata-

rata fleksi 170 dan ekstensi 50 . Abduksi dan adduksi terjadi pada ⁰ ⁰bidang frontal aksis sagital dengan lingkup gerak sendi rata-rata

abduksi 180 dan adduksi 75 . Gerak eksternal rotasi , internal ⁰ ⁰rotasi , abduksi horizontal dan adduksi horizontal terjadi pada

bidang transversal aksis vertikal dengan lingkup gerak sendi

eksternal rotasi 80 , internal rotasi 90 , abduksi horizontal 30 dan ⁰ ⁰ ⁰adduksi horizontal 135 .⁰

II.1.3.2 Arthrokinematik

Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan

sendi. Karena permukaan cavum glenoidale konkaf menghadap ke

lateral sedikit sorong ke antero cranial, maka gerak arthrokinematik

dari fleksi dan ekstensi berupa spin, abduksi berupa translasi ke

kaudal, eksternal rotasi dan abduksi horizontal berupa translasi ke

anterior, internal rotasi dan adduksi horizontal berupa translasi ke

posterior.

Page 21: papper 1 biomekanik

Gamba 1.5

II.1.5 Scapulohumeral Rhytem

Sendi bahu yang melibatkan persendisn di atas merupakan satu-

satuan fungsi gerak. Pada saat abduksi elevasi bahu 180 terjadi ⁰gerakan antara humerus dan scapula dengan perbandingan @:1

(terjadi abduksi 2 pada articulatio humeri dan 1 oleh karena rotasi⁰ ⁰

scapula) dan eksorotasi humerus 90 dengan mekanisme : (1) Fase ⁰I abduksi 30 , clavicula elevasi 12 -15 sementara scapula dalam ⁰ ⁰ ⁰keadaan “setting”, yaitu dapat eksorotasi atau endorotasi atau diam

sama sekali. (2) Fase II abduksi hingga 90 , clavicula elevasi 30 -⁰ ⁰36 dan terjadi gerak humerus abduksi dan scapula eksorotasi ⁰dengan perbandingan gerak humerus dan clavicula 2:1, disini

belum terjadi rotasi clavicula. (3) Fase III abduksi 90 -180 , ⁰ ⁰perbandingan gerak humerus dan scapula 2;1 masih berlanjut dan

Page 22: papper 1 biomekanik

sudut antara spina scapula dan clavicula bertambah ± 10 . Pada ⁰fase ini clavicula elevasi 30 -60 bersama dengan rotasi clavicula ⁰ ⁰ke posterior 50 , juga terjadi eksorotasi humerus 90 yang dimulai ⁰ ⁰sejak abduksi 60 agar tidak terjadi benturan antara tuberculum ⁰majus humeri dengan sacromion .

Gambar 1.6 scapulohumeral rhytm

II.1.6 Stabilization Mechanisms

Ada dua hal yang sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan

dari sendi bahu, yaitu secara dinamik yang kita kenal dengan istilah

Dynamic Stabilization Mechanisms dan secara statik yang kita kebal

dengan istilah Static stabilization mechanism.

Dynamic Stabilization Mechanisms :

Tekanan pasive dari otot

Gaya kompresi dari otot yang sedang bekerja

Pergerakan sendi yang memberikan ketahanan oleh

struktur passive

Gaya yang ditimbulkan oleh glenohumeral

Page 23: papper 1 biomekanik

Gaya berpasangan yang memiliki arah sama namun

geakannya berbeda

Static stabilization mechanism :

Bony geometri dimana pada glenoid articular bagian

inferior lebih besar 20 % hal ini mencegah lengan jatuh ke

bawah.

Kapsul sendi dan ligamen

Tekanan intraarticuler dan kohesi pada sendi

Page 24: papper 1 biomekanik

DAFTAR PUSTAKA

1. Howell, S.M. and Galinat, B.J. The glenoid labral socket. A constrained articular surface. Clin Orthop. 1989; 243:122–125

2. Morrey, B.F. Shoulder biomechanics. in: C.A. Rockwood, F.A. Matsen III (Eds.) The shoulder. WB Saunders,Philadelphia; 1990: 208–245

3. Saha, A.K. Theory of shoulder mechanism: descriptive and applied. Charles C. Thomas Publisher, Springfield, IL;1961

4. Halder, A.M., Itoi, E., and An, K. Anatomy and biomechanics of the shoulder. Orthop Clin NA. 2000; 31

5. Warner, J.J.P., Bowen, M.K., Deng, X., Hannafin, J.A., Arnoczky, S.P., and Warren, R.F. Articular contact patterns of the normal glenohumeral joint. J Shoulder Elbow Surg. 1998; 7: 381–388 

6. DE Wilde LF, Berghs BM, AUdenaert E, Sys G, Van Maele GO, Barbaix E. About the variability of the shape of the glenoid cavity. Surg Radiol Anat 2004; 26:54–59.

7. Bahk, M., Keyurapan, E., Tasaki, A., Sauers, E.L., and McFarland, E.G. Laxity testing of the shoulder: a review. Am J Sports Med. 2007; 35: 131–144

8. Itoi, E., Lee, S.B., Berglund, L.J., Berge, L.L., and An, K.N. The effect of a glenoid defect on anteroinferior instability of the shoulder after Bankart repair: a cadaver study. J Bone Joint Surg Am. 2000; 82A: 35–46

9. Burkhart, S.S., DeBeer, J.F., Tehrany, A.M., and Parten, P.M. Quantifying glenoid bone loss arthroscopically in shoulder instability. Arthroscopy. 2002; 18: 488–491