Papper Review Jurnal-1 Gue

24
ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE DARI AKAR RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) Disusun Sebagai Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Farmakognosi Dosen Pembimbing : Weka Sidabagawan, S.Farm., Apt Disusun Oleh : Baiq Apin Rizki Anjarsari (201310410311222) Fella S. Fahleni (201310410311) Norfadillah (201310410311) Isna Maulidyah C. (2013104103111) Alisha Azizah (201310410311) Winona Darayani (201310410311) Sarah Diba Nahdi (201310410311) Eka Mahandika (201310410311)

description

kesehatan

Transcript of Papper Review Jurnal-1 Gue

Page 1: Papper Review Jurnal-1 Gue

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE DARI AKAR

RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)

Disusun Sebagai Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Farmakognosi

Dosen Pembimbing : Weka Sidabagawan, S.Farm., Apt

Disusun Oleh :

Baiq Apin Rizki Anjarsari (201310410311222)

Fella S. Fahleni (201310410311)

Norfadillah (201310410311)

Isna Maulidyah C. (2013104103111)

Alisha Azizah (201310410311)

Winona Darayani (201310410311)

Sarah Diba Nahdi (201310410311)

Eka Mahandika (201310410311)

PROGRAM STUDY FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 2: Papper Review Jurnal-1 Gue

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE DARI AKAR

RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)

Oleh : Mufti Mutia, Seniwati Dali, Rugaiyah Arfah, dan Firdaus Zenta

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar

-------------------------------------------------------------------------------------------------

ABSTRAK

Enzim amilase bias didapatkan dari sumber seperti tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Alang-alang adalah salah satu tanaman yang tumbuh liar dan menyebar di Indonesia. Karbohidrat merupakan komponen kimia terbesar kedua dari rimpang Alang-alang ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, karakterisasi dan amobilisasi enzim amilase dari rimpang Alang-alang, oleh karena itu akan didapatkan alternatif baru dari enzim amilase. Pemeriksaan aktivitas enzim amilase ini dilakukan dengan metode Nelson-somogyi, dan protein diukur dengan metode Lowry. Perbandingan antara unit aktivitas enzim dan konsentrasi protein total adalah aktivitas spesifiknya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa enzim amilase dapat diisolasi dari rimpang Alang-alang dengan kandungan enzim 1,36% (b / b) dan aktivitas spesifik yang lebih tinggi dalam kondisi yang F4 (20 - 40%), dengan aktivitas enzim 0,0156 Unit/mL dan aktivitas spesifik adalah 0,0006 U/mg. Karakterisasi mengakibatkan kondisi optimum enzim amilase dari rimpang Alang-alang dengan konsentrasi substrat pati 3,0 mg / mL pada suhu 35 ºC, dengan waktu inkubasi 60 menit, dan pH = 6,2 dan kondisi optimum aktivitas enzim didapatkan 0.119 U / mL.

Kata kunci : amilase,Alang-alang, Nelson-somogyi, Lowry

I. PENDAHULUAN

Enzim merupakan suatu kelas protein yang berfungsi sebagai katalis,

agen kimiawi yang mempercepat laju suatu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi

(Campbell, 2002). Enzim terdapat pada sel-sel tumbuhan, fungi, bakteri, dan

hewan (Herdyastuti dan Nuniek, 2009). Enzim banyak digunakan pada

berbagai bidang industri, produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim

memiliki sifat-sifat spesifik yang menguntungkan yaitu efisien, selektif, dapat

diprediksi, reaksi tanpa produk samping, dan ramah lingkungan. Sifat-sifat

tersebut menyebabkan penggunaan enzim semakin meningkat dari tahun ke

tahun, peningkatan diperkirakan mencapai 10–15% per tahun (Rahayu, 2004).

1

Page 3: Papper Review Jurnal-1 Gue

Enzim dihasilkan oleh semua makhluk hidup untuk mengkatalisis reaksi

biokimia dalam tubuh makhluk hidup tersebut sehingga reaksi-reaksi itu dapat

berlangsung lebih cepat (Sianturi, 2008). Menurut Sutiamiharja (2008)

kemampuan enzim yang unik dalam melaksanakan transformasi kimia yang khas

dapat meningkatkan penggunaan enzim dalam berbagai proses industri. Salah

satu enzim yang sangat dibutuhkan dalam industri adalah amilase (α-amilase, β-

amilase, dan γ-amilase atau glukoamilase). .

Enzim amilase memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai dari

industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup, produksi Cyclodextrins untuk

industri farmasi (Aiyer, 2005). Kebutuhan amilase di dunia industri sangat tinggi,

pada tahun 2004 saja sudah mencapai penjualan sekitar US $2 milyar, sedangkan

amilase yang digunakan untuk industri makanan dan minuman pada tahun 2004

bernilai sekitar US $11 juta (Sivaramakrishnan dkk., 2006). Seiring dengan

meningkatnya penggunaan enzim amilase, maka perlu dicari sumber enzim

amilase dari bahan baku yang mudah didapatkan. Salah satu bahan yang memiliki

potensi untuk dieksplorasi sebagai sumber enzim amilase adalah tumbuhan alang-

alang (Imperata cylindrica).

Alang-alang adalah rumput tahunan (Donald dkk., 2002 dalam Pudjiharta

dkk., 2008) berakar rimpang yang tumbuh menyebar mendatar di bawah

permukaan tanah, sedangkan daun alang-alang mudah terbakar. Walaupun

berulang kali terbakar, alang-alang tidak musnah, karena dari akar rimpangnya

akan tumbuh tunas baru.

2

Page 4: Papper Review Jurnal-1 Gue

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Struktur Enzim

Enzim merupakan biokatalisator/katalisator organik yang diproduksi oleh

makhluk hidup untuk mengkatalisis dan mengendalikan reaksi kimia yang penting

dalam tubuh makhluk hidup tersebut. Berbeda dengan katalisator biasa, enzim

mempunyai spesifisitas katalitik yang tinggi yang ditentukan oleh gugus fungsi

pada situs aktifnya. Enzim hanya mengkatalisis reaksi secara termodinamika,

yaitu berdasarkan pelepasan energi bebas. Katalisator ini terlibat dalam reaksi,

tetapi kemudian kembali ke struktur asalnya (Trevor, 1985).

Enzim terdiri dari bagian protein dan bagian non protein. Bagian protein

enzim yang disebut apoenzim sangat menentukan fungsi biokatalisator dari enzim.

Bagian ini akan rusak pada suhu terlampau panas atau bersifat termolabil. Bagian

non protein dari enzim disebut kofaktor atau gugus prostetik, yang dapat berupa

senyawa organik (koenzim) atau senyawa non organik, seperti ion-ion logam.

Gugus prostetik ini berukuran kecil, tahan panas (termostabil), dan diperlukan

enzim untuk aktivitas katalitiknya. Gabungan kedua bagian ini membentuk

haloenzim, yaitu bentuk enzim yang sempurna dan aktif (Bergmeyer, 1984).

2. Sifat – Sifat Enzim

Beberapa sifat umum yang dimiliki oleh enzim (Praweda, 2000) yaitu:

1) Enzim merupakan biokatalisator yang dalam konsentrasi kecil dapat

memacu laju reaksi, tanpa merubah keseimbangan reaksi.

2) Enzim bersifat termolabil, hidrofil dan memiliki permukaan yang lebar.

3) Reaksi yang dikatalisis enzim dapat berlangsung sangat cepat. Setiap

molekul enzim dapat digunakan berulang-ulang.

4) Enzim dapat bekerja di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim).

5) Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada

enzim yang mengkatalisis reaksi dua arah, seperti enzim lipase yang

mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak.

6) Enzim bekerja secara spesifik, karena sisi aktifnya (permukaan tempat

melekatnya substrat) hanya cocok dengan permukaan substrat tertentu.

7) Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi

protein, seperti suhu dan pH.

3

Page 5: Papper Review Jurnal-1 Gue

8) Enzim dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun

anion.

9) Umumnya enzim tidak dapat bekerja tanpa adanya kofaktor. Aktivitas

katalitik enzim juga dipengaruhi oleh zat yang berfungsi sebagai aktivator

dan inhibitor.

3. Karakterisasi Enzim

Perubahan suhu dan pH berpengaruh besar terhadap kerja enzim. Aktivitas

enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh

aktivator, inhibitor dan kofaktor dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim (Indah, 2004).

1) Efek suhu terhadap aktivitas enzim

Aktivitas enzim akan bertambah dengan naiknya suhu sampai tercapainya

aktivitas optimum. Kenaikan suhu lebih lanjut akan mengakibatkan

menurunnya aktivitas enzim dan pada akhirnya merusak enzim (Pelczar,

1986).

2) Efek pH terhadap aktivitas enzim

Perubahan pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi enzim, karena

berubahnya derajat ionisasi gugus asam dan basa dari enzim. Untuk

kebanyakan enzim, terdapat rentang pH optimum dimana aktivitas enzim

berlangsung secara optimum dan mempunyai stabilitas yang tinggi.

Sebagian besar enzim mempunyai pH optimum yang mendekati netral,

sebagian kecil lainnya mempunyai pH optimum yang sangat rendah

(sekitar 2,0) atau sangat tinggi (sekitar 9,0) (Yulinah dkk, 1990).

3) Efek konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim

Pada enzim-enzim dengan derajat kemurniannya tinggi, terdapat suatu

hubungan linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitas pada batas-batas

tertentu. Konsentrasi enzim pada umumnya sangat kecil, bila

dibandingkan dengan konsentrasi substrat. Saat konsentrasi enzim

meningkat, maka aktivitas enzim juga bertambah (Pelczar, 1986).

4) Efek konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim

Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh

konsentrasi substrat. Pada konsentrasi substrat yang sangat rendah,

4

Page 6: Papper Review Jurnal-1 Gue

kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim juga sangat rendah. Sebaliknya,

kecepatan reaksi akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi

substrat sampai tercapai titik tertentu, yaitu titik batas kecepatan reaksi

maksimum. Setelah titik batas, enzim menjadi jenuh oleh substratnya,

sehingga tidak dapat berfungsi lebih cepat. Pembatas kecepatan enzimatis

ini adalah kecepatan penguraian kompleks enzim-substrat menjadi produk

dan enzim bebas (Lehningher, 1995)

5) Efek aktivator, inhibitor dan kofaktor terhadap aktivitas enzim

Aktifitas katalitik enzim dapat dipengaruhi oleh aktivator (bahan-

bahan yang meningkatkan aktivitas enzim) dan inhibitor (bahan-bahan

yang menurunkan aktivitas enzim). Berdasarkan kinetikanya, inhibitor

dapat dibedakan menjadi inhibitor ireversibel dan reversibel (Palmer,

1995).

Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor, yaitu komponen

non protein dari enzim yang menentukan aktivitas katalitiknya. Kofaktor

ini dapat berupa senyawa organik yang disebut koenzim atau senyawa non

organik seperti ion logam Fe2+, Mn2+, Zn2+ dan Ca2+ (Lehningher, 1995).

Ion-ion logam ini umumnya ditambahkan dalam bentuk garam, misalnya

ion Ca2+ dalam bentuk garam klorida. Kation-kation lain yang telah

diketahui dapat mengaktifkan enzim adalah Na+, K+, Rb+, Cs+, Mg2+, Zn2+,

Cu2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, dan Al3+ (Palmer, 1995).

4. Penggolongan Enzim

Kebanyakan enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran -

ase- pada nama substratnya, seperti urease yang mengkatalisis hidrolisis

urea. Tetapi beberapa enzim yang dinamakan tanpa menerangkan

substratnya, seperti tripsin. (Lehningher, 1995).

Berdasarkan sistem penamaan enzim internasional dari IUB

(International Union of Biochemistry), enzim dapat digolongkan dalam

enam golongan berdasarkan reaksi yang dikatalisisnya (Lehningher,

1995), yaitu:

a) Oksidoreduktase

5

Page 7: Papper Review Jurnal-1 Gue

Oksidoreduktase (dehidrogenase atau oksidase) mengkatalisis

reaksi oksidasi reduksi, seperti glukosa oksidase, alkohol

dehidrogenase dan piruvat hidrogenase.

b) Transferase

Transferase mengkatalisis pemindahan suatu gugus tertentu,

seperti transmetilase, transaldolase, dan transketolase.

c) Hidrolase

Hidrolase berperan dalam reaksi hidrolisis, seperti protease,

amilase, selulase, pektinase, dan maltase.

d) Liase

Liase mengkatalisis penghilangan gugus tertentu dari substrat

dengan atau tanpa melalui proses hidrolisis atau melalui

pemutusan ikatan rangkap. Contoh: piruvat dekarboksilase.

e) Isomerase

Isomerase adalah semua enzim yang mengkatalisis reaksi

isomerisasi, seperti alanin rasemase.

f) Ligase

Ligase berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia, termasuk

diantaranya enzim-enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan

C-O, C-S, C-N, dan C-C. Contoh: tiokinase.

5. Enzim Amilase

Amilase merupakan enzim yang memecah pati yang diproduksi oleh

berbagai jenis mahluk hidup seperti dari bakteri, jamur, tumbuhan, manusia

(Pandey et al, 2000 in Arunsasi et al 2010). Sebagai diastase, amilase adalah

enzim pertama yang ditemukan dan diisolasi oleh Anselme Payen pada tahun

1833.

6

Page 8: Papper Review Jurnal-1 Gue

III. PROSEDUR KERJA

Dari jurnal yang di buat oleh Mufti Mutia, Seniwati Dali, Rugaiyah Arfah,

dan Firdaus Zenta dengan judul “ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM

AMILASE DARI AKAR RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)”,

dengan tujuan papain dari daun pepaya kalifornia berpotensi digunakan sebagai

biokatalis pelarut metanol. Metode penelitian didukung dengan adanya alat dan

bahan sebagai berikut:

Alat Bahan pH meter (Hanna Instrument) Timbangan analitik (Ohaus) Membran selofan (Sigma D 0655) Magnetic stirer Sentrifuge Oven (Gallenkamp) Spektronik 20D+

Ikubator (Memmert) Dan alat gelas umum yang

digunakan di laboratorium.

Akar rimpang alang-alang yang berasal dari bagian selatan kota Makassar

amilum (soluble starch) BSA (Bovin serum Albumin) NaH2PO4.H2O Na2HPO4.12H2O NaOH (NH4)2SO4

Glukosa anhidrat Pereaksi Nelson- somogyi Pereaksi arsenomolibdat Pereaksi folinclocalteau NaHCO3 Na2CO3 CuSO4.5H2O Natrium kalium tartrat I2

Prosedur Isolasi enzim amilase dari akar rimpang alang-alang :

1. Akar rimpang alang-alang yang sudah dibersihkan dipotong-potong kecil

dan ditimbang sebanyak 300 g

2. ditambahkan 400 mL buffer fosfat 0,2 M pH 6,0 kemudian dihancurkan

dengan menggunakan blender pada kondisi dingin.

3. Setelah hancur dibiarkan selama 30 menit sambil kadang kala diaduk,

kemudian disaring dengan kain saring.

4. Residu dibuang dan filtrat diambil kemudian diukur volumenya

selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 6000 rpm selama 30 menit pada

suhu 4 oC

7

Page 9: Papper Review Jurnal-1 Gue

Catatan : Supernatan yang dihasilkan merupakan enzim amilase kasar

(ekstrak enzim amilase). Volume supernatan diukur dan ditempatkan ke

dalam wadah untuk uji aktivitas, fraksinasi dan penentuan kadar protein.

Uji aktivitas enzim amilase secara kualitatif menggunakan larutan I2 :

1. Substrat yang digunakan larutan pati 1%. Soluble starch (Merck)

ditimbang sebanyak 1 g lalu dilarutkan dengan 100 mL akuades,

kemudian diaduk dan dipanaskan hingga larutan kelihatan jernih dan

bercampur

2. Substrat pati 1% diisi ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing

sebanyak 0,5 mL substrat lalu ditambahkan 1 mL larutan enzim dan 3

tetes larutan iodin 0,01 M kemudian diinkubasi pada suhu 35oC

(Rinawati dkk., 2009). Masing- masing diinkubasi selama 10, 20, 30,

40, 50, 60 menit, setelah itu didinginkan. Pengamatan aktivitas amilase

didasarkan pada terjadinya perubahan warna biru menjadi bening.

3. Sebagai kontrol disiapkan 6 tabung reaksi lalu masing-masing tabung

ditambahkan substrat pati 1% seanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 1 mL

akuades dan 3 tetes larutan iodin 0,01 M kemudian diinkubasi pada

suhu 35oC (Rinawati dkk., 2009). Masing- masing diinkubasi selama

10, 20, 30, 40, 50, 60 menit, setelah itu didinginkan

IV. PEMBAHASAN

1. Penentuan Suhu Optimum

8

Page 10: Papper Review Jurnal-1 Gue

Berdasarkan hasil penelitian seperti terlihat pada Gambar 1 dan

didukung dengan analisis ANOVA (Analysis of Variance) diperoleh suhu

optimum papain dari daun pepaya kalifornia 60 oC dengan aktivitas sebesar

340,359 U/mL dan 50 oC untuk daun pepaya bangkok dengan aktivitas sebesar

685,319 U/mL. Analisis ANOVA menunjukkan bahwa aktivitas enzim pada

suhu 60 oC untuk daun pepaya kalifornia dan 50 oC untuk daun pepaya

bangkok berbeda nyata (α=0,05) terhadap aktivitas enzim pada suhu

pengujian lain. Hal ini membuktikan bahwa enzim yang diisolasi dari

sumber yang berbeda dapat memiliki aktivitas yang berbeda pula.

Aktivitas enzim meningkat sebanding dengan kenaikan suhu hingga

mencapai suhu optimumnya. Hal ini dikarenakan energi kinetik molekul-

molekul enzim mengalami peningkatan sebelum mencapai optimum.

2. Penentuan pH Optimum

9

Page 11: Papper Review Jurnal-1 Gue

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan

hasil analisis ANOVA, menunjukkan bahwa aktivitas optimum papain daun

pepaya bangkok berada pada kisaran pH 7-8 dengan nilai aktivitas 415,935 U/mL

untuk pH 7 dan 411,541 U/mL untuk pH 8. Aktivitas papain pada pH 7 tidak

berbeda nyata dengan aktivitas papain pada pH 8, sedangkan aktivitas

papain pada pH 7 dan 8 berbeda nyata dengan aktivitas papain pada pH 6 dan

9.

3. Pengaruh Ion Logam dan EDTA

10

Page 12: Papper Review Jurnal-1 Gue

Penambahan EDTA menyebabkan penurunan aktivitas papain, baik

pada daun pepaya kalifornia maupun bangkok, dengan nilai aktivitas relatif

sebesar 47,706% untuk daun pepaya kalifornia dan 26,889% untuk daun

pepaya bangkok. Adanya penurunan aktivitas ini menunjukkan bahwa papain

yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia dan bangkok tergolong metaloenzim.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ion Zn2+ dapat meningkatkan

aktivitas enzim papain, dengan nilai aktivitas relatif sebesar 123,200% untuk

daun pepaya kalifornia dan 131,673% untuk daun pepaya bangkok, sedangkan

ion Ca2+, Mg2+, dan Cu2+ mampu menurunkan aktivitas enzim papain baik yang

diisolasi dari daun pepaya kalifornia maupun bangkok. Hal ini menunjukkan

bahwa ion Zn2+ bertindak sebagai kofaktor sedangkan ion Ca2+, Mg2+, dan

Cu2+ bertindak sebagai inhibitor bagi enzim papain dari daun pepaya kalifornia

dan bangkok.

11

Page 13: Papper Review Jurnal-1 Gue

\

4. Pengaruh Pelarut Organik

Analisis ANOVA, memperlihatkan bahwa aktivitas papain daun

pepaya kalifornia tanpa penambahan pelarut organik (kontrol)

menunjukkan kestabilan yang cukup baik dan baru mengalami

penurunan yang signifikan pada jam ke-9. Aktivitas papain daun

pepaya kalifornia dengan penambahan pelarut metanol relatif stabil

hingga jam ke-6, sedangkan penambahan pelarut aseton dan toluena

mengakibatkan aktivitas papain telah mengalami penurunan pada jam

ke-3. Hasil tersebut berbeda dengan papain yang diisolasi dari daun

pepaya bangkok. Aktivitas papain daun pepaya bangkok relatif tidak

stabil dan telah mengalami penurunan setelah jam ke-3 untuk ketiga

pelarut organik yang diujikan (metanol, aseton, toluena). Hal ini

menunjukkan bahwa enzim yang diisolasi dari sumber yang berbeda dapat

memiliki aktivitas yang berbeda.

12

Page 14: Papper Review Jurnal-1 Gue

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan :

1. Ekstrak kasar papain yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia

optimum pada suhu 60 oC dan pH 7, sedangkan papain daun pepaya

bangkok optimum pada suhu 50 oC dan pada kisaran pH 7-8. Ion Zn2+

dapat meningkatkan aktivitas enzim papain daun pepaya kalifornia dan

bangkok dan menurun dengan adanya ion Ca2+, ion Mg2+, Cu2+ serta

EDTA. Aktivitas papain daun pepaya kalifornia relatif stabil hingga

jam ke-6 dengan penambahan pelarut metanol dan menurun setelah jam

ke-3 dengan penambahan pelarut aseton dan toluena, sedangkan papain

daun pepaya bangkok dengan penambahan pelarut metanol, aseton,

ataupun toluena aktivitasnya hanya dapat stabil hingga jam ke-3.

2. Aktivitas papain dari daun pepaya kalifornia relatif stabil dengan

penambahan pelarut metanol sehingga berpotensi digunakan sebagai

biokatalis dalam pelarut metanol.

13

Page 15: Papper Review Jurnal-1 Gue

DAFTAR PUSTAKA

Dongoran, D. S., 2004, Pengaruh Aktivator Sistein dan Natrium Klorida terhadap

Aktivitas Papain, Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 26-28.

Hadiati, S. dan D. Sukmadjaja, 2004, Keragaman Pola Pita Beberapa Aksesi

Nenas Berdasarkan Analisis Isozim, Jurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 7,

No.2 (62-70).

Herdyastuti, N., 2006, Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin

dari Batang Nanas (Ananas comusus L.merr), Berk. Penel. Hayati : 12

(75-77).

Kamelia, R., M. Sindumarta, dan D. Natalia, 2005, Isolasi dan Karakterisasi

Protease Intraselular Termostabil dari Bakteri stearothermophilus RPI,

Departemen Kimia ITB, Bandung.

Karadzic, I., A. Masui. N. Fujiwara. 2004. Purification and Characterization of A

Protease From Pseudomonas aeruginosa Grown In Cutiing Oil. Journal of

Bioscience and Bioengineering. 98 ( 3): 145-152.

Kazan, D., A. K. Denizci, N. Mine, Ö. Kerimak, A. Erarslan. 2005. Purification

and characterization of a serine alkaline protease from Bacillus clausii

GMBAE 42. J .Ind Microbiol Biotechnol. 32(8): 335–344

Najafi, M. F., D. Deobagkar, D. Deobagkar, 2005, Potential Application of

Protease Isolated from Pseudomonas aeruginosa PD100, Electronic

Journal of Biotechnology ISSN: 0717-3458, Vol.8, No.2.

Nurhasanah dan D. Herasari, 2008, Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Lokal

dan Aplikasinya dalam Reaksi Esterifikasi, Prosiding Seminar Nasional

Sains dan Teknologi-II (17-18).

Ogino, H., T. Uchiho, J. Yokoo, R. Kobayashi, R. Ichise, and H. Ishikawa, 2001,

Role of Intermolecular Disulfide Bonds of the Organic Solvent-Stable

PST-01 Protease in Its Organic Solvent Stability, Applied and

Environmetal Microbiology Vol. 67, No.2 (942-947).

Ogino, H. dan H. Ishikawa, 2001, Review Enzymes Which Are Stable in The

Presence of Organic Solvents, Journal of Bioengineering Vol. 91, No.2

(109-116).

14

Page 16: Papper Review Jurnal-1 Gue

Ogino, H., K. Yasui, T.Shiotani, T. Ishihara, dan H. Ishikawa, 1995, Organic

Solvent-Tolerant Bacterium Which Secretes an Organic Solvent-Stable

Proteolytic Enzyme, Applied and Environmetal Microbiology, Vol. 61,

No. 12 (4258-4262).

Poedjiadi, A. dan F. M. Supriyanti, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI, Jakarta.

Sadikin, M., 2002, Biokimia Enzim, Widya Medika, Jakarta. Sasithorn, N. dan K.

Luepong, 2008, Silk Degumming with Dried Latex of Carica Papaya Linn,

RMUTP Research Journal, Vol. 2, No. 1. Karakterisasi papain dari daun

pepaya... (Zusfahair, dkk.)

Suhartono, M. T., 1989, Enzim dan Bioteknologi, PAU Bioteknologi, Bogor.

Sulistiyowati, E., Sulistiyowati, S. Rustini, S. Sumartini, Abdurrakhman, 2009,

Variasi Genetik Beberapa Spesies Kapas (Gossypium sp.) berdasarkan

Keragaman Pola Pita Isozim, Jurnal Littri Vol 15 No. 4, (174 – 183).

Warsino, 2003, Budidaya Pepaya, Kanisius, Yogyakarta.

Widowati, S., L. Sukarno dan P. Raharto, 2001, Studi Pengaruh Penambahan

Mineral terhadap Aktivitas Protease dari Bacillus circulans 9b3, Balai

Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.

*****

15