Paper SPK Korsel _Arco Priyo Dirgantoro_06

3
PEMBERANTASAN KORUPSI DI NEGARA KOREA SELATAN Arco Priyo Dirgantoro Kelas 7A Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan email: [email protected] Abstrak – Korea Selatan termasuk negara di Asia yang memiliki komitmen cukup tinggi dalam pemberantasan korupsi. Dalam Indeks Korupsi yang dikeluarkan Transparansi Internasional tahun lalu, misalnya, Korea Selatan berada di posisi ke-45 dunia. Untuk negara-negara Asia, Korea Selatan berada pada posisi ke-4 setelah Singapura, Hong Kong, dan Jepang. Bagaimana pemberantasan korupsi di negara Korea Selatan dan bagaimana peran pers yang sangat gigih dalam memberitakan dan membongkar kasus-kasus korupsi akan dibahas dalam makalah berikut ini. Kata Kunci: pemberantasan, korupsi, korea selatan 1. PENDAHULUAN Korea Selatan secara resmi dimulai ketika pembentukan negara Korea Selatan pada 15 Agustus 1948. Korea Selatan adalah sebuah negara yang dengan cepat menjadi negara maju yang bertaraf hidup tinggi. Korea Selatan juga merupakan negara yang tingkat ekonominya tinggi, yaitu ke-4 di Asia dan ke-15 di dunia. Kemajuan ekonomi Korea Selatan didukung oleh perusahaan elektronik, kereta, kapal, minyak dan gas, serta robot. Korea Selatan (Korsel) merupakan negara yang berhasil untuk memberantas korupsi. Pasalnya mereka menindak korupsi sebelum tindakan itu terjadi. 2. PEMBAHASAN Korea Selatan mengenal dua bentuk korupsi yaitu Korupsi Material dan Korupsi Moral. Adapun penjelasan kedua korupsi tersebut adalah sebagai berikut: a. Korupsi Material, adalah korupsi yang bertitik sentral pada keuntungan yang bersifat material, dilakukan oleh pejabat secara person atau pribadi. Bentuknya adalah mencuri uang negara dan pungli atau pemerasan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi. b. Korupsi Moral, adalah korupsi yang bertitik sentral pada keuntungan yang bersifat non material, dilakukan pejabat secara official/lembaga/dinas. Bentuk pelanggaran terhadap asas-asas hukum nasional, alias tidak melaksanakan UUD secara murni dan konsekuen. Dari kedua bentuk korupsi di Korea Selatan tersebut, maka dua mantan presiden yaitu Roh Taewoo dan Chun Dohwan dijatuhi pidana penjara masing-masing 15 tahun lantaran sewaktu mereka menjabat presiden tidak melaksanakan UUD secara murni dan konsekuen. Mereka dikenakan pasal dalam UU Anti State, yaitu UU yang melindungi UUD. Maksudnya barang siapa tidak melaksanakan UUD secara murni dan konsekuen dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum (kriminalisasi UUD) dan dipatok dengan pidana penjara selama 15 tahun. Pelanggaran suap/korupsi yang dimaksud oleh undang-undang anti-korupsi di Korea Selatan adalah: a. Suap Resmi (official bribery) berarti penyuapan terhadap pejabat publik sehubungan dengan tugas resmi mereka. Ini termasuk penyuapan yang dikendalikan pemerintah (pejabat kuasi- publik) di bawah Undang-Undang Kejahatan Tertentu. b. Penyuapan komersial (commercial bribery) adalah suap karyawan perusahaan dalam kaitannya dengan permintaan yang tidak benar berkaitan dengan tugas karyawan. Dan unsur-unsur suap dalam undang-undang anti-korupsi di Korea selatan, antara lain: a. Manfaat ekonomi yang diberikan; b. Sehubungan dengan "tugas resmi”; c. Manfaat melampaui batas normal (dari segi waktu, frekuensi maupun jumlah), dan d. Permintaan yang tidak tepat oleh orang yang memberikan manfaat (elemen terakhir berlaku untuk penyuapan komersial saja) Berikut adalah faktor-faktor dalam hal pencegahan dan pemberantasan korupsi di negara Korea Selatan: 2.1 UU Anti Korupsi di Korea Selatan Ada berbagai peraturan di Republik Korea yang berlaku untuk anti-korupsi dan anti-pencucian uang,

description

SPK KORSEL

Transcript of Paper SPK Korsel _Arco Priyo Dirgantoro_06

Page 1: Paper SPK Korsel _Arco Priyo Dirgantoro_06

PEMBERANTASAN KORUPSI DI NEGARA KOREA SELATAN

Arco Priyo Dirgantoro Kelas 7A Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan

email: [email protected]

Abstrak – Korea Selatan termasuk negara di Asia yang memiliki komitmen cukup tinggi dalam pemberantasan korupsi. Dalam Indeks Korupsi yang dikeluarkan Transparansi Internasional tahun lalu, misalnya, Korea Selatan berada di posisi ke-45 dunia. Untuk negara-negara Asia, Korea Selatan berada pada posisi ke-4 setelah Singapura, Hong Kong, dan Jepang. Bagaimana pemberantasan korupsi di negara Korea Selatan dan bagaimana peran pers yang sangat gigih dalam memberitakan dan membongkar kasus-kasus korupsi akan dibahas dalam makalah berikut ini. Kata Kunci: pemberantasan, korupsi, korea selatan

1. PENDAHULUAN Korea Selatan secara resmi dimulai ketika

pembentukan negara Korea Selatan pada 15 Agustus 1948. Korea Selatan adalah sebuah negara yang dengan cepat menjadi negara maju yang bertaraf hidup tinggi. Korea Selatan juga merupakan negara yang tingkat ekonominya tinggi, yaitu ke-4 di Asia dan ke-15 di dunia. Kemajuan ekonomi Korea Selatan didukung oleh perusahaan elektronik, kereta, kapal, minyak dan gas, serta robot.

Korea Selatan (Korsel) merupakan negara yang berhasil untuk memberantas korupsi. Pasalnya mereka menindak korupsi sebelum tindakan itu terjadi. 2. PEMBAHASAN

Korea Selatan mengenal dua bentuk korupsi yaitu Korupsi Material dan Korupsi Moral. Adapun penjelasan kedua korupsi tersebut adalah sebagai berikut: a. Korupsi Material, adalah korupsi yang bertitik

sentral pada keuntungan yang bersifat material, dilakukan oleh pejabat secara person atau pribadi. Bentuknya adalah mencuri uang negara dan pungli atau pemerasan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

b. Korupsi Moral, adalah korupsi yang bertitik sentral pada keuntungan yang bersifat non material, dilakukan pejabat secara official/lembaga/dinas. Bentuk pelanggaran terhadap asas-asas hukum nasional, alias tidak melaksanakan UUD secara murni dan konsekuen. Dari kedua bentuk korupsi di Korea Selatan

tersebut, maka dua mantan presiden yaitu Roh Taewoo dan Chun Dohwan dijatuhi pidana penjara masing-masing 15 tahun lantaran sewaktu mereka

menjabat presiden tidak melaksanakan UUD secara murni dan konsekuen. Mereka dikenakan pasal dalam UU Anti State, yaitu UU yang melindungi UUD. Maksudnya barang siapa tidak melaksanakan UUD secara murni dan konsekuen dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum (kriminalisasi UUD) dan dipatok dengan pidana penjara selama 15 tahun.

Pelanggaran suap/korupsi yang dimaksud oleh undang-undang anti-korupsi di Korea Selatan adalah: a. Suap Resmi (official bribery) berarti penyuapan

terhadap pejabat publik sehubungan dengan tugas resmi mereka. Ini termasuk penyuapan yang dikendalikan pemerintah (pejabat kuasi-publik) di bawah Undang-Undang Kejahatan Tertentu.

b. Penyuapan komersial (commercial bribery) adalah suap karyawan perusahaan dalam kaitannya dengan permintaan yang tidak benar berkaitan dengan tugas karyawan. Dan unsur-unsur suap dalam undang-undang

anti-korupsi di Korea selatan, antara lain: a. Manfaat ekonomi yang diberikan; b. Sehubungan dengan "tugas resmi”; c. Manfaat melampaui batas normal (dari segi

waktu, frekuensi maupun jumlah), dan d. Permintaan yang tidak tepat oleh orang yang

memberikan manfaat (elemen terakhir berlaku untuk penyuapan komersial saja) Berikut adalah faktor-faktor dalam hal

pencegahan dan pemberantasan korupsi di negara Korea Selatan: 2.1 UU Anti Korupsi di Korea Selatan

Ada berbagai peraturan di Republik Korea yang berlaku untuk anti-korupsi dan anti-pencucian uang,

Page 2: Paper SPK Korsel _Arco Priyo Dirgantoro_06

sebagian besar terutama yang tercantum di bawah ini: a. KUHP Korea, The Act Concerning Aggravated

Punishment of Specific Crimes dan The Act Concerning Aggravated Punishment of Specific Economic Crimes;

b. The Act on the Establishment and Operation of Anti-corruption and Civil Rights Commission and the Prevention of Corruption (Undang-undang tentang Pembentukan dan Operasi Anti-korupsi dan Komisi Hak Sipil dan Pencegahan Korupsi);

c. The Law on Real Name Financial Transactions and Protection of Secrecy (UU Transaksi Keuangan dan Perlindungan Kerahasiaan)

2.2 Lembaga Pemberantasan Korupsi Di Korea Selatan

Selain lembaga Korea yang bertanggung jawab atas penyelidikan pelanggaran pidana atau keuangan seperti Kantor Jaksa Penuntut Umum, Badan Kepolisian Nasional, Pelayanan Pajak Nasional, Pelayanan Bea Cukai Korea dan Komisi Pengawas Keuangan, yaitu: a. Anti-Corruption and Civil Rights Commission

(ACRC) yang merupakan pengganti dari Korea Independent Commission Against Corruption (KICAC)

b. Financial Intelligence Unit (FIU) ACRC mengawasi investigasi korupsi dengan

melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Menerima laporan atau pengaduan dari wartawan

atau whistle blower; b. Melindungi dan memberi penghargaan kepada

wartawan atau whistle blower; c. Mengumpulkan, mengelola dan menganalisis

data dan bahan mengenai pencegahan korupsi; serta

d. Menangani hal-hal yang mengarahkan pada pencegahan korupsi. Sedangkan tanggung jawab utama dari Financial

Intelligence Unit (FIU) adalah: a. Mengumpulkan dan menganalisis informasi

transaksi keuangan yang berkaitan dengan aset yang diduga ilegal atau pencucian uang; dan

b. Menilai integritas kewajiban pelaporan tertentu lembaga keuangan Korea yang diatur dalam Undang-Undang Transaksi Keuangan. Baik ACRC maupun FIU memiliki kekuatan

independen untuk menyelidiki penyuapan atau tindak pidana korupsi lainnya. Setelah mereka menerima laporan atau keluhan mengenai kemungkinan penyuapan atau tindak pidana korupsi, ACRC maupun FIU dapat membuat penyelidikan

lebih lanjut mengenai fakta-fakta dugaan kasus yang didapat dari pelapor atau saksi. Selanjutnya ACRC maupun FIU memanggil pelaku yang diduga melakukan korupsi untuk dimintai keterangan. Setelah proses verifikasi awal, ACRC dapat menyerahkan kasus tersebut ke polisi, kejaksaan, Dewan Audit dan Investigasi atau otoritas terkait lainnya untuk penyelidikan. Peran utama dari ACRC dan FIU adalah sebagai central clearing house untuk mengumpulkan dan memproses laporan atau pengaduan tentang kemungkinan penyuapan dan tindak pidana korupsi lainnya. 2.3 Whistle Blower

Korea Selatan adalah negara yang cukup sarat dengan korupsi meski tidak separah Indonesia. Akan tetapi, Pemerintah Korea Selatan dikenal tegas membabat korupsi. Berapa konglomerat besar dijerat korupsi. Program perlindungan dan penghargaan terhadap peniup peluit memang penting jika kita ingin berhasil memberantas korupsi.

Undang-undang anti-korupsi menetapkan bahwa identitas informan tidak harus diungkapkan tanpa persetujuan mereka dan mereka tidak boleh didiskriminasi dalam hal jabatan publik sebagai akibat dari melaporkan adanya dugaan korupsi.

ACRC memastikan bahwa whistle blower dilindungi. Sejak tahun 2002, ACRC telah menangani banyak kasus yang berkaitan dengan keamanan jabatan publik. Sehingga dibutuhkan langkah perlindungan whistle blower dengan cara mengalihkan sementara informan ke kantor lain, membuat mereka sepatutnya kembali setelah kasus selesai, menyediakan layanan penempatan kerja, memberi jaminan tak akan diberhentikan dari pekerjaan, dan memberikan reward kepada whistle blower tersebut. Di Korea Selatan, whistle blower atau peniup peluit bisa mendapat reward dua juta dollar AS. 2.4 Pers di Korea Selatan

Pada saat ini, pemberitaan di media bersama dengan para penegak hukum diharapkan dapat mengawal jalannya pemberantasan korupsi. pers mampu mengawal dan mensuport pemberantasan korupsi yang dilakukan penegak hukum. Peran pers dalam pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan pengawalan publikasi ke publik. 2.5 Kode Etik bagi Pejabat Publik dan Pendidikan Masyarakat

Sesuai dengan Pasal 8 UU Anti-Korupsi, Kode Etik Pejabat Publik (CCPO) mengatur pedoman perilaku untuk pejabat publik dalam kehidupan mereka pribadi dan publik. Berdasarkan CCPO,

Page 3: Paper SPK Korsel _Arco Priyo Dirgantoro_06

badan administratif pusat dan daerah menempatkan kode etik mereka sendiri di tempat, yang mencerminkan situasi masing-masing. Selain itu, ACRC mengembangkan program pelatihan anti-korupsi bagi pejabat publik. Pendidikan anti-korupsi untuk pejabat publik termasuk: kursus program anti korupsi, pelatihan untuk pegawai negeri yang bertanggung jawab atas aplikasi sipil dan pendaftaran, pelatihan oleh lembaga non-pemerintah, dan in-house training programs lembaga pemerintah. Di samping itu ACRC mempromosikan pendidikan anti-korupsi, khususnya tentang penanganan laporan, informasi dan keluhan dengan menerbitkan kolom berita dan menempatkan iklan di internet, di kereta bawah tanah, dan dalam publikasi organisasi sipil dan perusahaan publik. 3. SIMPULAN

Korea Selatan memiliki latar belakang sejarah yang mirip dengan Indonesia, sama-sama hancur karena perang, baru merdeka di dekade 1950an, sempat berganti-ganti lembaga yang menangani pemberantasan korupsi. Efektivitas upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi ditingkatkan melalui penetapan UU Anti Korupsi pada 2001 dan pembentukan Komisi Independen Anti Korupsi Korea (KICAC) sejak 2002. Dalam Dalam perkembangannya sejak 2008 KICAC dirombak menjadi Anti-Corruption and Civil Right Commission (ACRC).

Selain hukum dan lembaga yang menangani pemberantasan korupsi, peran whistle blower dan pers di Korea Selatan sangat efektif dalam rangka pemberantasan korupsi. Selain itu adanya Kode Etik bagi Pejabat Publik dan Pendidikan Masyarakat juga menunjang dalam proses pencegahan korupsi sehingga bisa menempatkan Korea Selatan pada posisi ke-4 negara di Asia yang mendapatkan penilaian baik dalam hal pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh Transparansi Internasional.

DAFTAR REFERENSI

1) Kim: Pers Terjangkit Korupsi, Negara Hancur!, http://dunia.rmol.co/read/2013/11/18/133737/Kim:-Pers-Terjangkit-Korupsi,-Negara-Hancur!-;

2) Berbagai Cara Memberantas Korupsi, http://moegonosh.blogspot.com/2008/04/berbagai-cara-memberantas-korupsi.html;

3) Whistle Blower Dua Juta Dollar, http://www.lsmlaw.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=202&Itemid=18&lang=en;

4) Guide to Anti-corruptionRegulation in Asia, 2012, Herbert Smith;

5) Building National Integrity Through Corruption Eradication in South Korea, 2007, Pan Suk Kim.