PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

26
PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN HIDROTERMAL KELOMPOK 5 Disusun Oleh : BINSAR REZEKI SINAGA (DBD 111 0119) MEY TRISONI SILALAHI (DBD 111 0123) JAMES W. PANGARIBUAN (DBD 111 0028) YERIO MANDALA PUTRA (DBD 111 0053) RIZKY AKBAR SAID (DBD 111 0066) MARCO MICHAEL BOBY (DBD 111 0069) IRVAN W. SITANGGANG (DBD 111 0078) ALBERT MEINARDUS (DBD 111 0079) FRENDY MANURUNG (DBD 111 0082) MANDO SIRAIT (DBD 111 0083) EPERONIKO (DBD 111 0101) SUSANTO (DBD 111 0106) JULPENSUS AMBARITA (DBD 111 0118) FRANS G.P. UJUNG (DBD 111 0129) CHRISTIAN M. ARITONANG (DBD 111 0130) BINTORA HUTABARAT (DBD 111 0124) AGUS TRIADI OKTAVIANI LOREN ROBERT A.S.

description

REKAYASA BAHAN GALIAN

Transcript of PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Page 1: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

PAPERREKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI BERKAITAN DENGAN

PERUBAHAN HIDROTERMAL

KELOMPOK 5Disusun Oleh :

BINSAR REZEKI SINAGA (DBD 111 0119)MEY TRISONI SILALAHI (DBD 111 0123)JAMES W. PANGARIBUAN (DBD 111 0028)YERIO MANDALA PUTRA (DBD 111 0053)RIZKY AKBAR SAID (DBD 111 0066)MARCO MICHAEL BOBY (DBD 111 0069)IRVAN W. SITANGGANG (DBD 111 0078)ALBERT MEINARDUS (DBD 111 0079)FRENDY MANURUNG (DBD 111 0082)MANDO SIRAIT (DBD 111 0083)EPERONIKO (DBD 111 0101)SUSANTO (DBD 111 0106)JULPENSUS AMBARITA (DBD 111 0118)FRANS G.P. UJUNG (DBD 111 0129)CHRISTIAN M. ARITONANG (DBD 111 0130) BINTORA HUTABARAT (DBD 111 0124)AGUS TRIADIOKTAVIANI LORENROBERT A.S.

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKARAYA2013

Page 2: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

1. Latar BelakangPengertian

Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi (100 – 500oC)

sisa pendinginan magma yang mampu merubah mineral yang telah ada

sebelumnya dan membentuk mineral-mineral tertentu. Secara umum cairan sisa

kristalisasi magma tersebut bersifat silika yang kaya alumina, alkali dan alkali

tanah yang mengandung air dan unsur-unsur volatil (Bateman, 1981). Larutan

hidrotermal terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan

umumnya terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada

zona lemah. Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya

(wall rocks) akan menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral

sekunder (alteration minerals). Proses terubahnya mineral primer menjadi

mineral sekunder akibat interaksi batuan dengan larutan hidrotermal disebut

dengan proses alterasi hidrotermal.

Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks, karena meliputi

perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi

larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya pada kondisi fisika – kimia

tertentu (Pirajno, 1992). Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses alterasi

hidrotermal adalah temperatur, kimia, fluida, konsentrasi dan komposisi batuan

samping, durasi aktifitas hidrotermal dan permeabilitas. Namun faktor kimia dan

temperatur fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh (Browne, 1994

dalam Corbett dan Leach, 1995)

Proses hidrotermal pada kondisi tertentu akan menghasilkan kumpulan

mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral atau mineral

assemblage (Guilbert dan Park, 1986. Secara umum kehadiran himpunan

mineral tertentu dalam suatu ubahan batuan akan mencerminkan tipe alterasi

tertentu.

Page 3: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

2. TujuanTujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui Larutan hidrotermal

terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya

terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah.

Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya (wall rocks)

akan menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder

(alteration minerals). Proses terubahnya mineral primer menjadi mineral

sekunder akibat interaksi batuan dengan larutan hidrotermal disebut dengan

proses alterasi hidrotermal.

3. PembahasanA. Klasifikasi

Klasifikasi tipe alterasi hidrotermal pada endapan telah banyak dilakukan

oleh para ahli, antara lain Creassey (1956,1966). Lowell dan Guilbert (1970),

Rose (1970), Meyer dan Hemley (1967) serta Thomson dan Thomson (1996).

Lowell dan Guilbert membagi tipe alterasi kedalam potasik (K-feldspar, biotit,

serisit,klorit, kuarsa),filik (kuarsa,serisit,pirit hidromika,klorit), argilik

(kaolinit,monmorilonit,klorit) dan propilitik (klorit,epidot).

Tabel Tipe-tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral (Guilbert dan Park, 1986)

Page 4: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Tabel Klasifikasi tipe alterasi dan himpunan mineralnya pada endapan epitermal

sulfidasi rendah (Thompson dan Thomson,1996)

Tipe alterasi Zone (himpunan mineral)

Silisik Kuarsa,kalsedon,opal pirit,hematite

Adularia Ortoklas (adularia),kuarsa,serisit-illit,pirit

Serisitik, Argilik Serisit (muskovit), illit-smektit, monmorilonit kaolinit,kuarsa,kalsit,dolomit,pirit

Argilik lanjut-Acid Sulphate

Kaolinit,alunit,kritobalit (opal,kalsedon),native sulphur, jarosit, pirit

Silika-karbonat Kuarsa, kalsit

Propilitik, Alterasi Zeolitik

Kalsit,epidot,wairakit,klorit,albit, illit-smektit, monmorilonit,pirit

Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi

hidrotermal pada endapan tembaga porfiri menjadi empat tipe yaitu propilitik,

argilik, potasik, dan himpunan kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert (1970,

dalam Sutarto, 2004) membuat model alterasi - mineralisasi juga pada endapan

bijih porfir, menambahkan istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa,

Page 5: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit. Adapun sepuluh macam tipe alterasi antara

lain :

` a) Propilitik

Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot,

illit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C

pada pH mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah

yang mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto,

2004), terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe

propilitik, yaitu : klorit-kalsit-kaolinit, klorit-kalsit-talk, klorit-epidot-kalsit,

klorit-epidot.

b) Argilik

Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu

muskovit-kaolinit-monmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan

mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992,

dalam Sutarto, 2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah.

c) Potasik

Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder,

K-Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetit.Pembentukkan biotit sekunder ini dapat

terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan

hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun

piroksen.Selain itu tipe alterasi ini dicirikan oleh melimpahnya himpunan

muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori,

serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk.

Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif

yang terkait, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan dengan karakter

magamatik yang kuat. Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai

penciri zona ubahan potasik ini.Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral

mafik terutama piroksen, hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk

awal dari mineral piroksen terlihat jelas mineral piroksen tersebut telah

mengalami ubahan menjadi klorit.Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi

Page 6: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

antara mineral piroksen dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk

klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.

Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur potasium pada proses

metasomatis dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan

sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan

klorit, aktinolit, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit.

Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk

menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang

terdiri atas pirit maupun kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama.

d) Filik

Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona

potasik.Batas zona alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik

yang berkembang pada intrusi.Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit

dan kuarsa sebagai mineral utama dengan mineral pirit yang melimpah serta

sejumlah anhidrit. Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis

yang merupakan dasar dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar

yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan

unsur H+, menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh

himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandung

mineral-mineral lempung atau alkali feldspar. Kadang mengandung sedikit

anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk pada temperatur sedang-tinggi (230°-

400°C), fluida asam-netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada

batas dengan urat.

e) Propilitik dalam (inner propilitik)

Menurut Hedenquist dan Linndqvist (1985, , dalam Sutarto, 2004), zona

alterasi pada sistem epitermal sulfidasi rendah (fluida kaya klorida, pH

mendekati netral) ummnya menunjukkan zona alterasi seperti pada sistem porfir,

tetapi menambahkan istilah inner propylitic untuk zona pada bagian yang

bertemperatur tinggi (>300°C), yang dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit,

klorit, dan ilit.

Page 7: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

f) Argilik lanjut (advanced argilic)

Sedangkan untuk sistem epitermal sulfidasi tinggi (fluida kaya asam

sulfat), ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran

himpunan mineral pirofilit-diaspor-andalusit-kuarsa-turmalin-enargit-luzonit

(untuk temperatur tinggi, 250°-350°C), atau himpunan mineral kaolinit-alunit-

kalsedon-kuarsa-pirit (untuk temperatur rendah, <180°).

g) Skarn

Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan

karbonat, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan

kandungan mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang akan air, zona ini

dicirikan oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksen dan wollastonit serta

mineral magnetit dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang

kaya akan air, zona ini dicirikan oleh mineral klorit,tremolit – aktinolit dan kalsit

dan larutan hidrotermal. Garnet-piroksen-karbonat adalah kumpulan yang paling

umum dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil (Taylor, 1996, dalam

Sutarto, 2004). Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir

yang menutupi mineral-mineral tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit

(CaMg) adalah mineral amfibol yang paling umum hadir pada skarn. Jenis

piroksen yang sering hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe).

Alterasi skarn terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi

dengan temperatur tinggi (sekitar 300°-700°C). Proses pembentukkan skarn

akibat urutan kejadian Isokimia – metasomatisme – retrogradasi. Dijelaskan

sebagai berikut :

Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan

samping, prosesnya H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping

yang karbonat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,komposisi dan

tekstur host rock nya (sifat konduktif).

Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan

samping yang karbonatan sehingga terbentuk kristalisasi pada celah-celah

atau rekahan yang dilewati larutan magma.

Page 8: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar

pada batuan samping dan mencapai zona kontak dengan water falk sehingga

air tanah turun dan bercampur dengan larutan.

h) Greisen

Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa-muskovit (atau lipidolit)

dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan florit yang dibentuk

oleh alterasi metasomatik post-magmatik granit (Best, 1982, Stempork, 1987,

dalam Sutarto, 2004).

i) Silisifikasi

Merupakan salah satu tipe alterasi hidrotermal yang paling umum

dijumpai dan merupakan tipe terbaik. Bentuk yang paling umum dari silika

adalah (E-quartz, atau β-quartz, rendah quartz, temperatur tinggi, atau tinggi

kandungan kuarsanya (>573°C), tridimit, kristobalit, opal, kalsedon. Bentuk

yang paling umum adalah quartz rendah, kristobalit, dan tridimit kebanyakan

ditemukan di batuan volkanik. Tridimit terutama umum sebagai produk

devitrivikasi gelas volkanik, terbentuk bersama alkali felspar.

j) Serpertinisasi

Batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral

utamanya adalah Cripiolite disamping ada juga mineral – mineral lain. Batuan 

semuala biasanya batuan basa (andesitte) yang berubah karena proses

hidrotermal maka batuan basa ini berubah menjadi serpertisasi. Misal : Geruilite

di sulawesi dari kalimantan  diubah menjadi serpentinisasi. Serpentinisasi bisa

pula akibat dari pada Weathering, tetapi daerah yang teralterasi relatif terbatas

kecil.

Permasalahannya, seringkali kita mendapati dalam satu contoh batuan

ditemukan beberapa mineral dari dua tipe atau lebih. Prosedur yang baik untuk

tahap awal observasi batuan tersebut di atas adalah menulis semua mineral yang

tampak sebagai himpunan mineral. Apabila dalam satu batuan dijumpai mineral-

Page 9: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

mineral klorit, kuarsa, kalsit, dan kaolinit, maka disebut sebagai himpunan

mineral klorit-kuarsa-kalsit-kaolinit(Sutarto, 2004).

Alterasi Serisit Alterasi Argilik Alterasi Potasik

Sumber:

http://www.barkervillegold.co

m

Sumber:

http://www.mistycreekventures.com

Sumber:

http://geologiblankfive.files.

wordpress.com

Alterasi Propilitik Greisen Skarn

Sumber:

http://geologicalintroduction.b

affl.co.uk

Sumber: http://geologicalintroduction.baffl.co.

uk

Sumber:

http://earthsci.org/mineral/mi

ndep/depfile/skarn.htm

B. Manfaat Pengetahuan Mengenai Alterasi Hidrotermal Dalam Kegiatan Mineralisasi

Hubungan Alterasi Hidrotermal dan Mineralisasi

Page 10: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Alterasi dan mineralisasi sangat erat kaitannya, dikarenakan tipe alterasi

tertentu akan dicirikan dengan hadirnya suatu himpunan mineral yang khas

sebagi pencirinya.

Alterasi dapat menghasilkan mineral bijih dan mineral penyerta (gangue

mineral).Namuin demikian, tidak semua batuan yang mengalami alterasi

hidrotermal dapat mengalami mineralisasi bijih. Tipe alterasi tertentu biasanya

akan menunjukan zonasi himpunan mineral tertentu akibat ubahan oleh larutan

hidrotermal yang melewati batuan sampingnya (Guilbert dan Park, 1986, Evans,

1993). Himpunan mineral ubahan tersebut terbentuk bersamaan pada kondisi

keseimbangan yang sama (aqulibrium assemblage). Mineral-mineral baru yang

terbentuk, diendapkan mengisi rekahan-rekahan halus atau dengan proses

penggantian (replacement). Mineral-mineral baru ini dikenal sebagai mineral

sekunder (Anonim, 1996)

Menurut Bateman (1981) Secara umum proses mineralisasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor pengontrol, meliputi :

1. Larutan hidrotermal yang berfungsi sebagai larutan pembawa mineral.

2. Zona lemah yang berfungsi sebagai saluran untuk lewat larutan hidrotermal.

3. Tersedianya ruang untuk pengendapan larutan hidrotermal.

4. Terjadinya reaksi kimia dari batuan induk/host rock dengan larutan

hidrotermal yang memungkinkan terjadinya pengendapan mineral bijih

(ore).

5. Adanya konsentrasi larutan yang cukup tinggi untuk mengendapkan

mineral bijih (ore).

Menurut Lindgren, 1933 faktor yang mengontrol terkonsentrasinya

mineral-mineral logam (khususnya emas) pada suatu proses mineralisasi

dipengaruhi oleh adanya :

1. Proses diferensiasi, pada proses ini terjadi kristalisasi secara fraksional

(fractional crystalization), yaitu pemisahan mineral-mineral berat pertama

Page 11: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

kali dan mengakibatkan terjadinya pengendapan kristal-kristal magnetit,

kromit dan ilmenit. Pengendapan kromit sering berasosiasi dengan

pengendapan intan dan platinum. Larutan sulfida akan terpisah dari

magma panas dengan membawa mineral Ni, Cu, Au, Ag, Pt, dan Pd.

2. Aliran gas yang membawa mineral-mineral logam hasil pangkayaan dari

magma, pada proses ini, unsur silika mempunyai peranan untuk

membawa air dan unsur-unsur volatil dari magma. Air yang bersifat

asam akan naik membawa CO2, N, senyawa S, fluorida, klorida, fosfat,

arsenik, senyawa antimon, selenida dan telurida. Pada saat yang

bersamaan mineral logam seperti Au, Ag, Fe, Cu, Pb, Zn, Bi, Sn, Tungten,

Hg, Mn, Ni, Co, Rd dan U akan naik terbawa larutan. Komponen-

komponen yang terbawa dalam aliran gas tersebut berupa sublimat pada

erupsi vulkanik dekat permukaan dan membentuk urat hidrotermal atau

terendapkan sebagai hasil penggantian (replacement deposits) di atas atau

di dekat intrusi batuan beku.

Tabel dominasi komposisi mineralisasi di dalam alterasi hidrotermal pada

temperatur tinggi dan rendah (disederhanakan dari Corbett, 2002)

TEMPERATUR TINGGI TEMPERATUR RENDAH

Kalkopirit Galena, spalerit

Kuarsa kristalin (comb stucture) Kalsedon-opal

Kuarsa butir kasar Kuarsa butir halus

Serisit Smektit-illit

Philik Propilitik

Page 12: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Gambar zonasi proksimal – distal tipe endapan urat logam dasar yang berasosiasi

dengan endapan porfiri tembaga/molibdenum (Panteleyev, 1994)

Guilbert dan Park, 1986, mengemukakan model hubungan antara

mineralisasi dan alterasi dalam sistem epitermal.Beberapa asosiasi mineral bijih

maupun mineral skunder erat hubungannya dengan besar temperatur larutan

hidrotermal pada waktu mineralisasi.Mineral bijih galena, sfalerit dan kalkopirit

terbentuk pada horison logam dasar bagian bawah dengan temperatur ≥

350oC.Pada horison ini alterasi bertipe argilik sempurna dan terbentuk mineral

alterasi temperatur tinggi seperti adularia, albit dan feldspar.Fluida hidrotermal

di horison logam dasar (bagian tengah) bertemperatur antara 200o-

400oC.Mineral bijih terdiri dari argentit, elektrum, pirargirit dan

proustit.Mineral ubahan terdiri dari serisit, adularia, ametis, sedikit mengandung

albit.Horison bagian atas terbentuk pada temperatur < 200oC.Mineral bijih

terdiri dari emas di dalam pirit, Ag-garamsulfo dan pirit.Mineral ubahan berupa

zeolit, kalsit, agate.

Page 13: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Gambar alterasi hubungannya dengan mineralisasi dalam tipe endapan epitermal

logam dasar (Guilbert dan Park, 1986)

Page 14: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Gambar mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal (Corbett dan Leach,

1996)

Page 15: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

C. Contoh Aplikasi Pengetahuan Alterasi Hidrotermal

Mineralisasi tembaga pada endapan porfiri sangat berkaitan erat dengan

proses alterasi hidrotermal, maka pemahaman mengenai proses alterasi

hidrotermal menjadi amat penting dalam kegiatan eksplorasi. Alterasi

hidrotermal menyebabkan perubahan pada mineralogi dan komposisi batuan

yang berinteraksi dengan fluida hidrotermal. Perubahan mineralogi dan

komposisi batuan akibat proses alterasi hidrotermal, erat kaitannya dengan

perubahan unsur-unsur kimia pada batuan yang teralterasi. Dengan mempelajari

perubahan komposisi unsur-unsur kimia dalam batuan yang teralterasi dengan

menggunakan pendekatan mineralogi dan geokimia, dapat diketahui seberapa

intens batuan tersebut telah teralterasi. Hal tersebut akan sangat membantu untuk

mengetahui karakteristik alterasi hidrotermal dan mineralisasi di daerah tersebut

(Arifudin Idrus dan Evaristus Bayu Pramutadi, 2008)

Mineralisasi emas dipengaruhi oleh larutan hidrotermal yang mengalir

melewati permeabilitas (sekunder maupun primer) batuan, sehingga terjadi

proses alterasi yang merubah komposisi kimiawi, mineralogi dan tekstur batuan

asal yang dilaluinya. Tipe alterasi dan mineralisasi pada suatu daerah

mempunyai sifat dan karakteristik tersendiri yang sering dicirikan dengan

adanya himpunan mineral tertentu. Keberadaan zona alterasi dan mineralisasi

ini akan membantu dalam perencanaan pengembangan eksplorasi mineral bijih

yang mengandung emas. Salah satu indikator yang berpengaruh terhadap

kehadiran urat -urat pembawa mineral bijih berharga adalah struktur rekahan

(kekar dan sesar). Jaringan kekar yang berkembang merupakan jalan bagi

larutan sisa magmatisme untuk mengisi dan tempat terendapkannya mineral-

mineral bijih.

Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi

dengan alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida

dengan pH mendekati netral (fluida-fluida khlorida netral).Dalam alterasi dan

mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi

Page 16: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

ekplosif atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringerPyrite + Quartz

yang berbentuk seperti rambut (hairline).

Emas epitermal juga terdapat dalam alterasiAdvanced-Argillic dan

alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk dari fluida-fluida asam sulfat.Dalam

alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet,

batuan-batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam

batuan yang tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite,

luzonite, dan covelite.  

Page 17: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

4. KesimpulanProses terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder akibat

interaksi batuan dengan larutan hidrotermal disebut dengan proses alterasi

hidrotermal.

Adapun sepuluh macam tipe alterasi antara lain :

Propilitik

Argilik

Potasik

Filik

Propilitik dalam (inner propilitik)

Argilik lanjut (advanced argilic)

Skarn

Greisen

Silisifikasi

Serpertinisasi

TEMPERATUR

TINGGI

TEMPERATUR RENDAH

Kalkopirit Galena, spalerit

Kuarsa kristalin

(comb stucture)

Kalsedon-opal

Kuarsa butir kasar Kuarsa butir halus

Serisit Smektit-illit

Philik Propilitik

Tabel dominasi komposisi mineralisasi di dalam alterasi hidrotermal pada

temperatur tinggi dan rendah (disederhanakan dari Corbett, 2002)

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: PAPER REKAYASA BAHAN GALIAN

Artadana, I Putu E., & Purwanto, Heru S., 2011, “Geologi, Alterasi dan Mineralisasi

Daerah Nyrengseng dan Sekitarnya, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut,

Propinsi Jawa barat, Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran

Yogyakarta

Evans, A,M., Ore geology and Industrial Minerals, Blackwell scientific publication.

Guilbert, G.M & Park, C.F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman and

Company, New York.

Hedenquist,J.W., 1998, Hydrotermal System in Volcanic arc, Original of and

exploration for epitermal Gold Deposit, catatan kursus 13 Mei 1998, PT

Geoservice Ban

Idrus, Arifudin, & Pramutadi, EB., 2008, Mineralisasi Bijih dan Geokimia Batuan

Samping Vulkaniklastik Andesitik yang Berasosiasi dengan Endapan Tembaga –

Emas Porfiri Elang, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Yogyakarta:

Hurusan Teknik Geologi FT-UGM

http://www.barkervillegold.com,

http://earthsci.org/mineral/mindep/depfile/skarn.htm,

http://www.mistycreekventures.com,

http://geologiblankfive.files.wordpress,

http://geologicalintroduction.baffl.co.uk,