Galian Kaolin

42
KAJIAN BAHAN GALIAN KAOLIN SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI KERAMIK DI KABUPATEN MANDAILING NATAL PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEDAN 2011

description

kaolin

Transcript of Galian Kaolin

  • KAJIAN BAHAN GALIAN KAOLIN SEBAGAI BAHAN

    BAKU INDUSTRI KERAMIK DI KABUPATEN

    MANDAILING NATAL

    PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    MEDAN

    2011

  • ABSTRAK

    Di desa Sibanggor kabupaten Mandailing Natal terdapat sumberdaya alam yang dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan baku industri ubin keramik. Dalam usaha peningkatan

    pemanfaatan sumberdaya alam local khususnya kaolin sebagai bahan baku industri

    ubin keramik sangat ditentukan oleh keseragaman ukuran butir dan komposisi kimia.

    Hasil uji coba pembuatan ubin keramik formulasi adonan (III) merupakan hasil yang

    baik dengan perbandingan kaolin 150 gram, lempung 250 dan bahan aditif berupa kapur

    15 gram kemudian Uji kuat lentur kering formulasi III 35,81 Kg/cm2 dan kuat lentur

    bakar formulasi III 83,0 Kg/cm2 menunjukan hasil yang optimal .

    Key word: kaolin, ukuran butir, komposisi kimia

    .

  • KATA SAMBUTAN

    Berkembangnya industri didalam negeri menyebabkan permintaan bahan baku untuk

    industri terus meningkat. Hal tersebut ditandai dengan adanya usaha pencarian

    (eksplorasi) sumberdaya alam didaerah. Kaolin merupakan salah satu jenis mineral

    yang banyak dibutuhkan dalam bidang industri baik sebagai bahan baku utama maupun

    sebagai bahan aditif lainya. Sebagai bahan baku industri keramik kaolin sangat

    ditentukan oleh sifat fisik dan kimianya.

    Penelitian ini memuat gambaran umum lokasi keterdapatannya, uji pembuatan ubin

    keramik dengan formulasinya dan disertai dengan uji kuat lentur dan parameter lainnya,

    yang diharapkan dapat menjadi base data didalam pembuatan ubin keramik.

    Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan terutama

    untuk pemerintah daerah dan pelaku industri didalam pemanfaatan sumberdaya alam

    yang terdapat didaerah. Peningkatan dan pemanfaatan sumberdaya alam lokal didaerah

    diharapkan mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan pendapatan asli

    daerah, semoga industri berbasiskan sumberdaya alam lokal dapat terwujud.

    Medan, 2011

    Badan Penelitian dan Pengembangan

    Propinsi Sumatera Utara

    Kepala

    Ir. H. Alwin, M.Si

    Pembina Utama Muda

    NIP : 19600911 198711 1 001

  • KATA PENGANTAR

    Pertumbuhan industri yang tingggi didalam negeri akan diikuti oleh peningkatan

    permintaan sumberdaya alam yang terdapat didaerah. Di daerah Mandailing Natal

    banyak terdapat sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara baik dan optimal

    salah satunya adalah mineral lempung (kaolin). Kaolin merupakan salah satu jenis

    mineral yang banyak dibutuhkan dalam proses industri, seperti industri kimia, keramik,

    industri farmasi dan industri lainnya. Didalam pembuatan ubin keramik mineral kaolin

    sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimianya.

    Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Kajian Bahan Galian Kaolin Sebagai Bahan

    Baku Industri Keramik di Kabupaten Mandailing Natal. Kegiatan studi dilakukan

    dengan pengambilan sampel dilapangan, pendiskripsian, uji kuat lentur dan pembuatan

    ubin keramik dalam skala laboratorium (prototipe).

    Kiranya laporan ini akan bermanfaat, terutama sebagai base data untuk penelitian

    penelitian lanjutan dalam upaya peningkatan dan pemanfaatan sumberdaya alam di

    daerah. Pada semua pihak yang turut berperan serta dalam penyusunan laporan ini,

    diucapkan banyak terima kasih.

    Medan, September 2011

    Tim Penyusun

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ii

    KATA SAMBUTAN iii

    KATA PENGANTAR iv

    DAFTAR ISI v

    DAFTAR GAMBAR v i

    DAFTAR TABEL vii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang penelitian 1

    1.2. Perumusan masalah 2

    1.3. Tujuan penelitian 3

    1.4. Ruang lingkup 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Genesa Endapan Kaolin 4

    2.1.1. Proses Hidrotermal 4

    2.1.2. Proses Pelapukan 5

    2.2. Penamaan dan Komposisi Mineral 6

    2.3. Sifat Fisik Kaolin 7

    2.4. Pengertian Keramik 8

    2.4.1. Sifat Keramik 9

    2.4.2. Keramik Berbahan Dasar Lempung 9

    2.5. Pengujian Keramik 11

    2.5.1. Kaolin 11

    2.5.2. Batukapur 11

    2.5.3. Feldspar 12

    2.5.4. Dolomit 13

    2.5.5. Kalsit 13

    2.5.6. Kuarsa 13

    2.5.7. Ball Clay 14

    2.5.8. Piropilit 14

    2.5.9. Stone Ware 14

    2.5.10. Hard earthen Ware 15

    2.5.11. Lempung Gerabah Padat 15

  • BAB III. METODE PENELITIAN

    3.1. Metode penelitian 16

    3.1.1. Tahap pendahuluan 16

    3.1.2. Tahap pekerjaan lapangan 17

    3.1.3. Tahap uji lab dan interpretasi data 17

    3.1.4. Tahap penyusunan laporan 17

    3.2. Lokasi daerah penelitian 18

    3.3. Penduduk dan vegetasi daerah penelitian 19

    3.4. Peralatan lapangan 19

    3.4.1. Peralatan lapangan 19

    3.4.2. Peralatan laboratorium 19

    BAB IV. PEMBUATAN KERAMIK

    4.1. Analisa Kimia 21

    4.2. . Bahan 23

    4.3.. Pengolahan 25

    4.4. Pembentukan 25

    4.5. Pengeringan 27

    4.6. Analisa kimia 28

    4.7. Pengglasiran 30

    BAB V. KESIMPULAN

    5.1. Saran 34

    DAFTAR PUSTAKA 35

    DAFTAR GAMBAR

  • Halaman

    Gambar 3.1. Lokasi Daerah Penelitian 18

    Gambar 2.1. Peralatan Laboratorium 22

    Gambar 2.2 Pola kontur dan penampangnya 23

    Gambar 3.1. Lokasi daerah penelitian 27

    Gambar 4.1. Pengambilan bahan kaolin 23

    Gambar 4.2. Proses pemilahan bahan 25

    Gambar 4.3. Pencampuran bahan keramik 26

    Gambar 4.4. Pengeringan bahan keramik 28

    Gambar 4.5 Oven eebagai tungku pembakaran elektrik 29

    Gambar 4.6. Prototipe ubin keramik 32

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1. Syarat Mutu Kaolin untuk Keramik 11

    Tabel 2.2. Ukuran Batukapur untuk Tungku Tangki 12

    Tabel 2.3. Ukuran Batukapur untuk Tungku Pot 12

    Tabel 2.4. Komposisi Kimia batukapur untuk Keramik 12

    Tabel 2.5. Komposisi Kimia Feldspar untuk Keramik 12

    Tabel 4.1. Hasil Analisis Kimia kaolin 22

    DAFTAR LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang penelitian

    Sumatera Utara memiliki berbagai bahan galian industri yang tersebar diberbagai

    daerah, yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kontrol geologi yang terdapat

    didaerah tersebut. Bahan galian industri yang memiliki prospek untuk dikelola dan

    dikembangkan didaerah ini didalam mendukung industri yang ada adalah kaolin,

    bentonit, batugamping, zeolit, granit, pasirkuarsa, lempung, feldspar, marmer,

    phospahat dan dolomitet (Dinas Pertambangan dan Energi). Didalam pemanfaatanya

    sebagai bahan baku utama dan bahan baku tambahan, bahan galian industri tersebut

    harus memiliki kualitasnya spesifikasi tertentu.

    Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam di Sumatera Utara pada umumnya

    diprioritaskan pada bahan galian industri yang memiliki potensi baik dari segi

    kualitas maupun kuantitasnya. Industri yang memanfaatkan bahan galian industri

    seperti industri pengolahan minyak kelapa sawit, keramik, cat, konstruksi dan pakan

    ternak. Batugamping (batukapur), dolomite, zeolite dan rock phosphate banyak

    digunakan pada bidang pertanian dan perkebunan terutama untuk bahan baku pupuk dan

    pentralitas tanah. Diharapkan dengan berkembangnya industri yang ada di daerah

    pemanfaatan dan konsumsi bahan galian industri juga meningkat. Rendahnya

    pemanfaatan bahan galian industri didaerah disebabkan oleh kurangnya data dan

    informasi potensi sumberdaya alam (bahan galian industri) yang terdapat didaerah.

    Kualitas dan kuantitas potensi bahan galian industri didaerah perlu di sosialisasikan

  • 2

    kepada industri hulu dan industri hilir sehingga pemanfaatan bahan galian industri

    didaerah dapat memberikan kontribusi terutama dalam peningkatan pendapatan asli

    daerah setempat.

    Dikabupaten Mandailing Natal banyak terdapat bahan galian industri yang belum

    dikelola dan dimanfaatkan secara optimal salah satunya adalah kaolin. Kaolin

    merupakan masa batuan yang tersusun oleh mineral lempung dengan kandungan besi

    yang rendah dan pada umumnya bewarna putih terang. Kaolin, Feldspar, pasir silica

    banyak dikonsumsi oleh industri keramik. Didalam penggunaannya kaolin sangat

    ditentukan sifat fisik dan sifat kimianya.

    Kontribusi yang didapat dengan pemanfaatan dan penggunaan bahan galian industri

    yang berbasiskan sumberdaya alam didaerah diharapkan dapat mengurangi

    ketergantungan bahan baku industri dari daerah luar disamping itu dapat menambah

    pendapatan asli didaerah juga akan memberikan kesempatan berusaha dan membuka

    peluang untuk bekerja.

    1.2. Perumusan masalahan

    Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam kaitanya dengan penelitian

    Kajian Bahan Galian Kaolin sebagai Bahan Baku Industri Keramik di Mandailing Natal

    adalah:

    a) Pemanfaatan mineral kaolin

    b) Kualitas mineral kaolin yang terdapat didaerah penelitian

  • 3

    c) Pembuatan keramik

    d) Lokasi keterdapatannya

    1.3.Tujuan Penelitian

    Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data tentang

    keberadaan sumberdaya mineral terutama mineral kaolin baik kualitas dan kuantitasnya

    kemudian pemanfaatannya sebagai bahan baku keramik kepada pihak yang

    berkepentingan / investor terutama mengenai formulasi (perbandingan) campuran

    keramik, lokasi keterdapatanya dan disamping itu sebagai bahan kebijakan didalam

    penyusunan profile investasi sumberdaya mineral dan didalam pelaksanaan

    pembangunan didaerah Mandailing Natal

    1.4. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup dari kegiatan Kajian Bahan Galian Kaolin sebagai Bahan Baku Industri

    Keramik di Mandailing Natal adalah:

    Identifikasi dan inventarisasi data mineral kaolin yang terdapat di

    Mandailing Natal

    Pemanfaatan mineral kaolin sebagai bahan baku keramik

    Analisis Laboratorium untuk mengetahui kualitas keramik

    Analisis Uji keramik

    Penyusunan laporan

  • 4

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Genesa Endapan Kaolin

    Lempung terdiri dari bermacam macam jenis yang dikelompokan baik menurut jenis

    mineral penyusunnya maupun menurut sifat dan penggunaannya. Pengelompokan yang

    ditekankan menurut arti ekonomi ialah kelompok kaolin, bentonit, fuller earth, lempung

    bola, lempung asam dan lempung refraktori. Kaolin merupakan massa batuan yang

    tersusun dari material lempung dan umumnya berwarna putih. Komposisinya terdiri dari

    hidrous aluminium silikat (Al2O3 2SiO3 2H2O) disertai beberapa material penyerta.

    Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah mineral kaolinit, nakrit, dikrit

    dan halloysit dengan kaolin sebagai mineral utamanya. Sifatsifat fisik dari mineral

    kaolinit antara lain berwarna putih, kekerasan 2 2,5, berat jenis 2,6 - 2,63, bersifat

    plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah dengan pH yang

    bervariasi. Berdasarkan genesanya pembentukan kaolin dapat terjadi melalui dua

    proses, yaitu melalui proses hidrotermal dan proses pelapukan.

    2.1.1 Proses Hidrotermal

    Pada proses hidrotermal kaolin yang terbentuk dihasilkan dari hasil interaksi antara

    larutan sisa magma (larutan hidrotermal) dengan batuan beku felsdfatik maupun dengan

    batuan yang mengandung mineral-mineral potas aluminium silika dan felsdfar. Larutan

    hidrotermal yang keluar menuju permukaan melalui bidang-bidang lemah, seperti

    bidang rekahan, bidang sesar maupun melalui ruang-ruang antara butir batuan.

    Berdasarkan hal tersebut, endapan kaolin yang terbentuk oleh proses hidrotermal sering

    dijumpai pada retakan-retakan, patahan maupun pada lapisan batuan yang permeabel.

  • 5

    Dari cara terjadinya, maka daerah yang terkena pengaruh hidrotermal proses akan

    meluas kearah bawah. Dimana daerah atau bagian yang paling intensif kaolinisasinya

    berada dibagian bawah lapisan penutup yang tidak tembus air. Ciri lain dari kaolin jenis

    ini ditunjukkan oleh penyebaran kaolin yang semakin meluas ke arah bawah, dimana

    semakin kearah bawah akan semakin miskin akan mineral ataupun batuan yang masih

    segar.

    2.1.2 Proses Pelapukan

    Proses pelapukan terjadi di permukaan atau sangat dekat dengan permukaan tanah,

    kaolin yang terbentuk pada proses ini, umumnya dari hasil pelapukan batuan beku.

    Proses kaolinisasi yang terjadi akan menyebabkan batuan kehilangan unsur kalium dan

    magnesium sehingga akan terbentuk kaolin. Berdasarkan pada cara pembentukannya,

    maka kaolin yang terbentuk dari proses ini sering dijumpai dengan penyebaran yang

    luas namun dalam jumlah yang sedikit, dimana semakin kearah bawah kaolin semakin

    menghilang dan akan makin banyak dijumpai mineralxxxX atau batuan asal yang masih

    relatif segar (tidak mengalami proses pelapukan). Proses pembentukan kaolin dari hasil

    pelapukan, terutama didaerah tropis lebih banyak dijumpai di alam dibandingkan

    dengan jenis lempung lainnya seperti bentonit maupun lempung asam.

    Menurut Harjono (1987), pembentukan kaolin baik dari proses hidrotermal maupun

    proses pelapukan dapat juga terjadi dari batuan asal piroklastik terutama yang berbutir

    halus dan komposisinya riolitik (banyak mengandung gelas). Umumnya kaolin yang

    terbentuk dari hasil ubahan (pelapukan, ubahan hidrotermal) batuan piroklastik akan

    berasosiasi dengan bentonit, zeolit. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu endapan

  • 6

    residual dan endapan sedimenter. Endapan kaolin residual terbentuk di tempat batuan

    asalnya (induknya), baik dari batu gamping lempungan karena adanya pelepasan ikatan

    Mg dan Ca, juga terbentuk dari batuan asal yang kaya akan mineral feldspar, terutama

    granit, diorit dan dasit, dan lain-lain. Di Indonesia endapan kaolin yang terbesar adalah

    endapan residual dari hasil ubahan batu granit, seperti yang terdapat di Pulau Bangka

    dan Belitung. Sedangkan endapan kaolin, baik dari hasil erosi endapan kaolin yang

    sudah ada maupun oleh adanya pengangkatan dari endapan.

    2.2 Penamaan Dan Komposisi Mineral

    Istilah mineral lempung mempunyai arti dan pengertian yang sangat luas. Bagi orang

    awam nama lempung dipakai untuk menerangkan jenis tanah yang mempunyai sifat

    plastis (liat) tanpa membedakan jenisnya. Baik menurut istilah perdagangan maupun

    dalam pengertian geologi. Dalam perdagangan istilah ini sebenarnya untuk

    menyebutkan jenis endapan mineral industry yang mempunyai ukuran partikel halus ,

    berdiameter lebih kecil dari 2 mikron atau 0,002 mm dan mempunyai sifat plastis bila

    dicampur dengan sedikit air. Lempung dikelompokan menjadi beberapa jenis baik

    menurut sifat, penggunaan maupun menurut penamaan yang kadang kadang diambil

    dari istilah geologi (mineralogi).

    Nama kaolin yang sering disebut dengan lempung berasal dari bahasa Cina kaoling

    yang berarti pegunungan tinggi, yaitu nama gunung di cina yang tanah lempungnya

    telah diambil sejak beberapa abad yang lampau. Dalam perdagangan tidak ada

    klasifikasi tetentu mengenai kaolin. Kadang-kadang dalam istilah perdagangan mineral

    industri warna juga ditambahkan untuk mengelompokkan jenis kaolin, misalnya kaolin

  • 7

    putih, kaolin abu-abu, kaolin hitam, dan sebagainya. Walaupun pembubuhan warna

    tersebut sebenarnya tidak banyak mempunyai arti, baik sifat fisik maupun sifat

    kimianya namun kadang kadang hal ini dapat dijadikan sebagai petunjuk. Misalnya

    kaolin putih biasanya bermutu terbaik dan terjadi karena proses alterasi geotermal pada

    batuan asam. Menurut teori, kaolin murni mengandung Silika (46%), Alumina (40%),

    dan air (14%). Sebenarnya jarang sekali kaolin yang memenuhi komposisi, karena

    masih ada pengotor lain seperti titan oksida (TiO2), besi (FeO2), kapur (CaO), magnesia

    (MgO), atau kalium (K2O) (Sahala. S dan Arifin. M , 1977). Mineral yang termasuk

    dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, elikrit, dan halloysit dengan kaolin

    sebagai mineral utama.

    2.3 Sifat Fisik Kaolin

    Kaolin mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan bentonit, lempung asam dan

    Fullers Earth mungkin hal ini disebabkan oleh komposisi kimia, struktur kristal dan

    ikatan ion dalam kesatuan kisi-kisi kristalnya. Sifat fisik kaolin bersifat plastis bila kena

    air tetapi tidak menghidrat (iner solid) dalam arti kata mempengaruhi viskositas dan

    density tetapi tidak mengadakan hidrasi dalam air.

    Di sektor industri, kaolin berfungsi sebagai bahan pelapis (coating), pengisi (filler),

    bahan yang tahan api dan isolator. Hal ini disebabkan karena kaolin mempunyai sifat-

    sifat kehalusan, kekuatan warna, daya hantar listrik dan panas yang rendah serta sifat-

    sifat lainnya. Karenanya kaolin banyak dipakai dalam berbagai industri, baik sebagai

    bahan baku utama maupun sebagai bahan pembantu (aditif).

  • 8

    2.4. Pengertian Keramik

    Keramik didefenisikan sebagai barang an-organik non logam yang dalam pembuatannya

    melalui proses pembakaran, sedangkan ubin keramik didefenisikan oleh america

    material testing corporation sebagai suatu unit barang yang di pasang dipermukaan

    dengan ketebalan lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaannya, yang dibakar

    sampai nyala api merah sehingga diperoleh sifatsifat mekanis tertentu untuk diadakan

    pengelasiran atau tidak. Ubin keramik mempunyai kelebihan dari ubin teraso, antara

    lain :

    1. Memberi kesan lebih bersih dan higienis

    2. Tidak perlu dicat

    3. Lebih tahan terhadap asam basa

    4. Daya tahan abrasi yang lebih tinggi

    5. Bentuk dan warna dapat disesuaikan dengan permintaan

    6. Mempunyai kuat bengkok yang tinggi.

    Pada prinsipnya keramik terbagi atas:

    1. Keramik tradisional; merupakan keramik yang dibuat dengan menggunakan

    bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, lempung dan lain lain. Yang termasuk dalam

    keramik tradisional adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah

    tangga (tile, bricks) dan untuk industry (refractory).

    2. Keramik halus (fine ceramic)/ keramik teknik; merupakan keramik yang dibuat

    dengan menggunakan oksida oksida logam atau logam, seperti Al2O3, ZrO2,

  • 9

    MgO dan lain lain. Pengunaannya dalam elemen panas, semikonduktor,

    komponen turbin dan pada bidang medis.

    Bahan baku keramik bermacammacam tegantung dari variasi mutu dari bahan itu

    sendiri. Bahan baku yang umum digunakan adalah pirofilit, kapur, feldsfar, kwarsa,

    kaolin dari tanah liat. Sifat bahan yang di perhatikan antara lain :

    1. Komposisi kimia

    2. Komposisi mineral

    3. Besar butir

    4. Refractoriness

    5. Ekspansi panas.

    2.4.1. Sifat Keramik

    Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah

    rapuh (britle), hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah

    belah, gelas, kendi, gerabah dan lain sebagainya, jika kita bandingkan dengan piring

    yang terbuat dari logam, pasti keramik akan mudah pecah. Sifat lainnya adalah tahan

    terhadap suhu tinggi, seperti keramik tradisional yang terdiri dari lempung, feldsfar

    tahan sampai pada suhu 1200 0C.

    2.4.2. Keramik Berbahan Dasar Lempung

    1. Gerabah (earthenware), dibuat dari semua jenis tanah liat yang plastis dan mudah

    dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000 0C., dibuat dari semua jenis tanah

  • 10

    liat yang plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000 0C.

    Keramik jenis ini struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih berpori.

    Agar supaya kedap air, gerabah besar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis

    lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah apabila dibandingkan dengan

    keramik batu (stoneware) atau porselin. Bata, genteng, pot, anglo, ubin lantai, kendi,

    gentong dan lain sebagainya termasuk jenis gerabah.

    2. Keramik Batu (stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur

    dengan bahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200-1300 0C). Keramik

    ini mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti batu.

    3. Porselin (porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari

    bahan lempung murni yang tahan api seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena

    badan porselin jenis ini berwarna putih bahkan tembus cahaya, sehingga sering

    disebut keramik putih. Pada umumnya porselin dipijar sampai suhu 1350 -1500 0C.

    Keramik jenis ini memiliki struktur dan tekstur yang rapat serta keras seperti gelas.

    Secara teknis keramik jenis ini memiliki kualitas yang tinggi dan baik disamping

    memiliki daya tarik tersendiri oleh karena keindahan dan kelembutan khas porselin

    dan bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap warna warna glasir.

    4. Keramik Baru (new ceramic), merupakan keramik yang secara teknis diproses untuk

    keperluan teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik, konstruksi, computer,

    kristal optic, keramik metal, komposit, biokeramik dan lain sebagainya. Sifat khas

    dari material keramik jens ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis

    seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu lanjut

    seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.

  • 11

    2.5 Pengujian Bahan Dasar Keramik Sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI)

    2,5,1,Kaolin SII.0654-82, SNI.06.0578-89

    - Syarat mutu

    Untuk semua kelas, kaolin harus mengandung mineral kaolinit 80 %

    - Syarat khusus

    Tiap tiap kelas harus memenuhi syarat mutu seperti yang tertera dalam table 2.1.

    Tabel 2.1. Syarat Mutu Kaolin untuk Keramik

    Kelas

    Syarat Khusus Porselin Saniter Gerabah Halus

    padat

    Gerabah halus

    tidak padat

    1 2 3 4 5

    Analisa Kimia

    - Fe2O3 (%) maks

    - TiO2 (%) maks

    - CaO (%) maks

    - SO3 (%) maks

    Analisa Butir

    - Besar butir < 2

    m (%) min

    - Derajat putih

    (min)

    - Kadar Air (%)

    0,4

    0,3

    0,8

    0,3

    80

    90

    5

    0,7

    0,7

    0,8

    0,2

    80

    90

    5

    0,8

    -

    0,8

    0,4

    80

    80

    7

    1,0

    -

    0,8

    0,4

    80

    80

    7

    2.5.2.Batukapur , SII.0864-83, SNI.15.0713-89

    - Syarat mutu

    1.Kadar air

    Kadar maksimum dalam batukapur adalah 2

    2. Ukuran butir

    2.1. Ukuran batukapur untuk tungku tangki sesuai dengan table 2.2.

  • 12

    Tabel 2.2.Ukuran Batukapur untuk Tungku Tangki

    No. Mesh BSS Besar lubang Ayakan

    (mm)

    Persyaratan lolos

    lubang ayakan

    + 8

    + 16

    - 200

    2,057

    1,003

    0,076

    Nihil

    Maks 5%

    Maks 4%

    2.2. Ukuran butir batukapur untuk tungku pot sesuai dengan table 2.3.

    Tabel 2.3.Ukuran Batukapur untuk Tungku Pot

    No. Mesh BSS Besar lubang Ayakan

    (mm)

    Persyaratan lolos

    lubang ayakan

    + 8

    + 16

    2,057

    1,003

    Nihil

    Maks 5%

    2.3. Komposisi kimia

    Tabel 2.4.Komposisi Kimia Batukapur untuk Keramik

    Kandungan Oksida Persyaratam

    CaO

    Fe2O3

    % berat min 54,1

    % berat maks 0,15

    2.5.3. Feldsfar, SII.1145-84, SNI.15.0926-89

    Tabel 2.5.Komposisi Kimia Felsfar untuk Keramik

    Feldsfar untuk

    Oksida Porselin Saniter Gerabah

    Halus padat

    Gerabah halus

    tidak padat

    1 2 3 4 5

    Analisa Kimia

    - K2O + Na2O (%)

    maks

    - Fe2O3 (%) maks

    - CaO (%) maks

    - TiO2 (%) maks

    6-15

    0,5

    0,3

    0,3

    6-15

    0,7

    0,5

    0,7

    6-15

    -

    0,8

    1,0

    -

    6-15

    1,0

    -

    -

  • 13

    2.5.4 Dolomit Ca Mg (CO3)2, SII.0984-84, SNI 15-0806-89

    - Syarat mutu

    1.Kadar air bebas maksimum 5%

    2. CaO Maks 33%

    Mg Min 19%

    Fe2O3 Maks 0,05%

    2. Ukuran Butir (mm)

    + 2,00 nihil

    + 0,83 maks 15%

    -0,15 maks 20%

    2.5.5. Kalsit CaCO3, SII 1279-85, SNI 15-1024-89

    Syarat mutu

    1.Mineral Kalsium Karbonat (CaCO3)

    2. CaO Min 54%

    Fe2O3 Min 0,3%

    SiO2 Maks 1,00%

    SO3 maks 0,1%

    2.5.6.Kuarsa SiO2, SII 1281-85,SNI.15-1026-89

    Syarat mutu

    SiO2 min 97%

    Al2O3 min 1%

    CaO mak 1,5%

    Fe2O3 maks 0,4%

    TiO2 maks 0,3%

  • 14

    2.5.7. Ball clay, SII 1696-85, SNI 15-1324-89

    Syarat mutu

    1.Oksida pengotor yang diisyaratkan,

    Fe2O3 maks 2%

    TiO2 maks 1%

    SO3 maks 0,3 %

    2.Besar Butir

    < 2 m min 70%

    3. Kuat lentur kering min 20 kg/cm2

    2.5.8. Piropilit Al2O3 4SiO2 H2O, SII 1697-85, SNI 15-1325-89

    1. mineral dominan piropilit

    2. SiO2 maks 70%

    Fe2O3 maks 0,3 %

    TiO2 maks 0,5%

    Al2O3 min 20%

    CaO maks 1,5%

    K2O2 + Na2O maks 0,75%

    2.5.9.Stone ware, SII 1699-85, SNI 15-1327-89

    Syarat mutu

    1. Kehalusan butir 100% lolos ayakan -80 mesh

    2. Kuat lentur bakar > 25 N/mm2 (255 kg/cm

    2)

    3. Penyerapan air < 5%

    4. Kekerasan < 6 skala Mohs

  • 15

    2.5.10.Hard Earthen ware, SII 1454-85, SNI 15-1147-89

    Syarat mutu

    1. Kehalusan butir 100% lolos ayakan -80 mesh

    2. Kuat lentur kering min1,5 N/mm2 (15,3 Kg/cm2)

    3. Penyerapan air < 15%

    4. Kuat lentur bakar 15 - 20N/mm2 (153 - 204 Kg/cm2)

    2.5.11.Lempung Gerabah Padat, SII 1915-86, SNI 15-2948-92

    Syarat mutu

    1. Kehalusan butir < 2 mikron min 70%

    2. Kuat lentur bakar min 25 N/mm2 (255 Kg/cm

    2)

    3. Penyerapan air < 5%

    4. Kuat lentur kering min 20 N/mm2 (15,3 Kg.cm2)

  • 16

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Metode penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey lapangan dan metode uji

    laboratorium, metode lapangan meliputi pengumpulan dan pengambilan data primer

    kaolin dilapangan dilanjutkan dengan uji laboratorium data sekunder. Pengamatan

    langsung (pengambilan data primer) dilakukan dengan cara pengamatan singkapan

    kaolin, pendiskripsian lempung, kondisi daerah penelitian, dan pengamatan bentuk

    bentang alam (morfologi)). Sedangkan metode analisa laboratorium/studio dilakukan

    dengan analisa kimia batuan yang dilakukan di Laboratorium Balai Besar Keramik

    Bandung. Data data tersebut kemudian diolah, di diskripsi dan dianalisa untuk

    selanjutnya diinterpretasikan kemudian di sajikan dalam bentuk laporan penelitian.

    Secara umum tahapan kegiatan penelitian dapat dilakukan dengan beberapa tahap,

    Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

    3.1.1. Tahap pendahuluan/persiapan

    Pada tahapan ini dilakukan pekerjaan untuk mendapatkan data dan informasi

    yang mendukung pekerjaan ini yaitu mencakup :

    - Studi kepustakaan atas laporan-laporan terdahulu atau data sekunder

    - Perencanaan pekerjaan lapangan

    - Interpretasi tofografi daerah penelitian melalui peta tofografi skala 1 :

    50.000 dan peta geologi skala 1 : 250.000 lembar Lubuk Sikaping dan

    mempersiapkan peralatan lapangan.

  • 17

    3.1.2. Tahap pekerjaan lapangan

    Pada tahap pengamatan lapangan dilakukan pengamatan terhadap objek

    penelitian berupa singkapan kaolin yang terdapat didaerah penelitian.. Setelah

    singkapan di dapatkan dilakukan berupa :

    - Menentukan posisi objek kedalam peta

    - Melakukan deskripsi secara megaskopis terhadap singkapan/endapan kaolin

    dengan mengamati warna mineral, komposisi mineral, ukuran butir, bentuk

    butir dan sifat fisik lainnya.

    - Pengambilan foto sebagai dokumentasi

    3.1.3. Tahap uji laboratorium dan Interpretasi data

    Pada tahap uji laboratorium sampel dianalisa kimia untuk mengetahui komposisi

    unsur kimia sampel kaolin kemudian dilakukan uji pembuatan prototipe

    keramik dalam bentuk ubin keramik. Dalam pembuatan prototipe ubin keramik

    disertakan juga dengan formulasi adonan yang ideal sehingga menghasilkan

    ubin keramik. Setelah itu dilakukan uji parameter dari keramik tersebut meliputi

    kuat lentur yang meliputi kuat lentur kering dan kuat lentur bakar dari keramik

    tersebut.

    3.1.4. Penyusunan laporan

    Tahap penyusunan laporan dimulai sejak studi pendahuluan dan dilanjutkan,

    dengan analisa kimia sampel kaolin serta menggabungkan seluruh hasil data data

    yang didapat pada saat penelitian kemudian dilakukan interpretasi dan

    pembahasan yang untuk membuat suatu kesimpulan yang menyeluruh di daerah

    penelitian.

  • 18

    3.2. Lokasi Kegiatan

    Lokasi daerah penelitian dapat dilalui dengan kenderaan roda empat/roda dua, melalui

    Medan menuju Panyabungan, dengan waktu tempuh 10 -11 jam atau berada di Selatan

    dari kota Medan. Posisi geografinya terletak pada 0o4111.72 Lintang Selatan dan

    993213.09 Bujur Timur. Secara administrative daerah penelitian termasuk kedalam

    desa Sibanggor kecamatan Sibanggor Kabupaten Mandailing Natal.

    Gambar 3.1. Lokasi Daerah Penelitian

    Lokasi Daerah

    Penelitian

  • 19

    3.3.Penduduk dan vegetasi daerah penelitian

    Penyebaran penduduk didaerah penelitian umumnya setempat setempat (berkelompok)

    seperti di desa Pagaran Tonga, Purba Julu, Sibanggor, penduduk pada umumnya adalah

    suku Mandailing yang merupakan penduduk asli. Vegetasi yang dijumpai pada daerah

    penelitian secara umum didominasi oleh tanaman hutan, perkebunan dan persawahan.

    Untuk tanaman perkebunan terdiri dari tanaman coklat dan karet yang merupakan

    matapencarian asli penduduk setempat.

    3.4. Peralatan lapangan

    Secara umum peralatan maupun perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini

    dibedakan menjadi :

    3.4.1.Peralatan Lapangan

    - Peta Tofografi skala 1 : 50.000

    - Peta Geologi lembar Lubuk Sikaping skala 1 : 250.000

    - Palu Geologi

    - Kompas Geologi

    - GPS (Global Positioning System)

    - Kamera digital

    - Alat tulis dan kantong sampel

    - Peralatan pribadi lainnya.

    3.4.2.Peralatan Laboratorium

    - Oven elektrik

    - Jarr mill

    - Cetakan

    - Cawan

  • 20

    - Neraca Ukur

    - Lab AAS

    - Lab bahan (uji kuat lentur)

    Gbr 3.1. Peralatan Laboratorium yang digunakan

  • 21

    BAB IV

    PEMBUATAN KERAMIK

    Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk

    dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Menurut kamus dan

    ensiklopedi mendefenisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk

    menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin dan

    lain sebagainya. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia

    dan mineral bawannya. Dengan demikian sifat keramik juga tergantung pada

    lingkungan geologi dimana bahan baku didapatkan. Uji dan rekayasa untuk pembuatan

    keramik dilakukan di laboratorium/studio keramik Balai Besar Keramik Jalan Jendral

    Ahmad Yani No 397 Bandung. Sebelum dilakukan pembuatan prototype keramik

    sampel dianalisis kimia, dan derajat putih, setelah itu ddilakukan pembuata prototype

    keramik kemudian dilakukan uji kuat lentur dalam keadaan kering dan bakar. Dalam

    analisis kimia, pembuatan prototype ubin keramik dan uji kuat lentur dilakukan di Balai

    Keramik Bandung. Berikut dikemukan hasil analisis kimia dan pembuatan Ubin

    keramik dengan bahan yang berasal dari daerah penelitian ditambah dengan bahan

    aditif yang didapat dari Balai Besar Keramik Bandung.

    4.1. Analisa Kimia

    Tujuan analisa kimia kaolin dimaksudkan untuk mengetahui komposisi kimia/kualitas

    kaolin yang terdapat didaerah penelitian sehingga nantinya dapat diketahui

    oeneselanjutnya pemanfaatannya dalam bidang industri keramik. Analisa kimia kaolin

    dilakukan sebanyak satu sampel (hasil terlampir). Adapun komposisi kimia yang

  • 22

    dianalisa adalah : Iron Trioxide (Fe2O3), Aluminium Trioxide (Al2O3), Calcium Oxide

    (CaO), Magnesium Oxide (MgO), Sodium Oxide (Na2O), Potassium Oxide (K2O),

    Silicon Dioxide (SiO2), Titanium Dioxide (TiO2), Derajat putih.

    Tabel 4.1. Hasil Analsis Kimia Kaolin daerah Penelitian

    No Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

    1 Analisa Kimia %

    SiO2

    Al2O3

    Fe2O3

    TiO2

    CaO

    MgO

    Na2O

    K2O

    Hilang pijar

    Derajat Putih

    SNI 0449-2010

    90,98

    1,7

    0,6

    0,96

    1,5

    0,81

    1,56

    0,05

    1,84

    54,8

    2 Analisa Mineral % IP-PSK-05-01-

    5b/1

    Alpha Quart,

    cristobalit

    3 Kuat Lentur,

    Kg/cm2

    SNI 15-0256-1989

    Kode Kuat

    Lentur,Kg/cm2

    Kering I

    Kering II

    Kering III

    Kering IV

    Kering V

    Bakar I

    Bakar II

    Bakar III

    Bakar IV

    Bakar V

    24,84

    21,7

    35,81

    26,89

    19,82

    9,53

    44,35

    83,0

    66,68

    30,01

  • 23

    4.2.Bahan

    Lempung merupakan salah satu bahan yang sangat penting didalam pembuatan produk

    produk keramik. Fungsi kaolin dalam pembuatan keramik adalah sebagai bahan penguat

    badan keramik dan untuk menaikkan suhu pembakaran. Oleh karena kaolin merupakan

    bahan yang sifatnya kurang plastis (plastisitasnya rendah) maka untuk membuat

    keramik, perlu ditambah bahan lain berupa tanah liat dan kapur sebagai aditifnya.

    Fungsi penambahan tersebut untuk menambah plastisitas bahan sehingga mudah

    dibentuk dan dicetak.

    Gbr 4.1. Pengambilan Bahan Kaolin diDaerah Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam pembuatan keramik ini adalah kaolin dari Kabupaten

    Mandailing Natal. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan menunjukan kaolin

    didaerah penelitian berwarna putih keabu abuan dalam keadaan segar, sedangkan dalam

    keadaaan melapuk berwarna kecoklatan, berukuran halus (lempung), lunak, menyerap

    air sebagian telah melapuk (foto 4.1). Bahan aditif lainnya berupa tanah liat / lempung

    berasal dari daerah Pleret (Bahan ini didapat dari Balai Besar Keramik Bandung) dan

    kapur juga didapat dari Balai Besar Keramik Bandung. Adanya bahan pencampur dari

  • 24

    daerah lain tentunya perlu inventarisir pemerintah daerah tentang sumberdaya minerl

    bahan galian Gol C terutama tanah liat dan batukapur sehingga nantinya didalam

    pemanfaatan potensi sumberdaya alam lokal dapat dimanfaatkan secara optimal. Bahan

    pencampur yang lain adalah air dan sodium silikat (waterglass). Dalam uji ini

    pembuatan keramik, formula yang dipergunakan ada dua macam yaitu:

    1. Formula campuran lurus; formula ini menggunakan dua bahan pencampur

    (tanah liat A dan dan tanah liat B)

    2. Formula triaxial blend; formula ini menggunakan 3 bahan pencampur yaitu

    (tanah liat A, B dan C)

    Oleh karena dalam uji keramik ini menggunakan 3 bahan yaitu kaolin daerah

    penelitian, tanah liat dan batukapur maka formula campuran yang diguankan adalah

    formula triaxial blend seperti pada table berikut:

    Komposisi (%) / gr

    Bahan I II III IV V Kaolin (Madina) 50/250 40/200 30/150 60/300 70/350

    Lempung (Pleret) 50/250 60/300 70/350 40/200 30/150

    Kapur (aditif) 3/15 3/15 3/15 3/15 3/15

    Berat massa masing masing komposisi sebanyak 500 gr

    Acuan body stoneware dengan temperature 1100 0C

    Benda protype ubin lantai berglasir

    Dalam pelaksanaan pembutan keramik ubin ini formulasi yang digunakan terdiri dari

    1. Formulasi I Kaolin 250 gram, lempung 250 gr amdan kapur 15 gram

    2. Formulasi II Kaolin 200 gram, lempung 300 gr amdan kapur 15 gram

    3. Formulasi III Kaolin 150 gram, lempung 350 gr amdan kapur 15 gram

    4. Formulasi IV Kaolin 300 gram, lempung 200 gr amdan kapur 15 gram

    5. Formulasi IV Kaolin 350 gram, lempung 150 gr amdan kapur 15 gram

  • 25

    4.3.Pengolahan

    Kaolin daerah penelitian, tanah liat dan batukapur sebelum dibentuk untuk membuat

    produk tertentu harus diolah terlebih dahulu. Kaolin harus dihancurkan, kemudian

    direndam dalam air selama semalam, keesokan harinyakaolin tersebut disaring dengan

    ayakan no 100 dan dibiarkan air memisah dengan kaolin datn bahanaditif lainnya.

    Selanjutnya kaolin dan bahan aditif tersebut dijemur pada panas matahari. Setelah

    kering bahan tersebut dihaluskan dan digiling dengan jar mil dan disaring kembali

    dengan ayakan no 100. Selanjutnya bahan tersebut siap untuk dicampur dan dibuat

    adonan sesuai dengan perbandingan campuran (formulasi campuran bahan) dan

    selanjutnya siap dibentuk.

    Gbr.4.2. Proses pemilahan bahan keramik

    4.4.Pembentukan

    Kaolin dan bahan aditif yang telah disaring ditimbang sesuai dengan perbandingan

    formulasi campuran. Dalam uji coba ini kaolin dan bahan aditif dicmpur sampai

  • 26

    homogeny dan ditambahkan air secukupnya secara bertahap sampai kekentalan yang

    dikehendaki (cukup). Proses pembentukan menggunakan proses cetak tuang dengan

    pertimbangan sebagai berikut:

    1. Keplastisan adonan tidak perlu terlalu kental

    2. Kaolin termasuk bahan yang kurang plastis

    3. Proses pembentukan lebih mudah dan cepat

    4. Bahan kaolin yang dibutuhkan lebih banyak

    Dalam proses pembentukan dengan cetak tuang disamping air sebagai bahan pencampur

    harus ditambah dengan sodium silikat (waterglass), yang berfungsi untuk menghambat

    terjadinya suspense (pengendapan). Proses pembuatan adonan adalah bahan kaolin dan

    bahan aditif yang telah ditimbang sesuai denganformulasi, kemudian dicampurkan

    sampai homogeny. Selanjutnya secara bertahap ditambah air secukupnya sampai plastis

    adonan memiliki kekentalan (plastisitas) yang cukup untuk proses cetak tuang kedalam

    cetakan yang terbuat dari bahan gip dengan dengan macam produk yang akan dibuat.

    Gbr 4.3. Pencampuran bahan baku Keramik

  • 27

    Waktu pencetakan (pembentukan) dalam cetakan, tergantung dariI kualitas gip, apakah

    masih baru atau cetakan sudah lam dipergunakan. Cetakan yang masih baru (kualitas

    gip) baik, proses pencetakan memerlukan waktu kurang lebih 1-2 jam, sudah dapat

    dikeluarkan dari cetakan. Selanjutnya produk dikeringkan. Proses pembuatan dengan

    cara cetak tuang yaitu dengan menggunakan cetakan (mold) terbuat dari bah gip, perlu

    disiapkan terlebih dahulu, kemudian bahan yang telah dicampur (adonan), dituangkan

    kedalam cetakan. Cara ini relative lebih muda dan cepat dibandingkan dengan proses

    pembentukan tangan, disamping itu hasil produk relative sama.

    Kelemahan cara ini adalah harus banyak persiapkan pola/macam cetakan, sehingga

    dapat menghasilkan produk yang mempunyai macam / variasi yang banyak, dengan

    demikian perlu tambahan biaya untuk pembuatan cetakan tersebut.

    4.5.Pengeringan

    Setelah dibentuk, benda uji / produk di keringkan dengan cara dianginkan atau dijemur

    pada panas matahari. Dapat pula dikeringkan dengan oven, pengeringan dengan oven

    pengeringannya dapat dilakukan secara perlahan lahandan suhu dapat dinaikan.

    Sebelum masuk oven pengeringan, maka benda uji/produk yang telah dibuat dihaluskan

    (finishing) dengan amplas untuk memperbaiki bentuk yang tidak diinginkan. Waktu

    yang dibutuhkan dari tahap kering angin sampai masuk oven pembakaran biasanya

    memerlukan waktu kurang lebih 1 minggu, selanjutnya produk tersebut siap masuk

    oven pembakaran.

  • 28

    Gbr.4.4. Pengeringan Bahan baku Keramik

    4.6.Pembakaran

    Produk produk yang telah dikeringkan perlu dibakar, supaya diperoleh barang dengan

    kekuatan cukup dan memenuhi syarat yang diperlukan untuk pemakainya. Pembakaran

    benda uji, pertama dibakar pada suhu 900 0C (suhu biscuit) dan kedua di bakar pada

    suhu 1200 0C (suhu lasir). Proses pembakaran pada suhu 900

    0C memerlukan waktu

    kurang lebih 4 jam, sedangkan pada suhu 1200 0C memerlukan waktu kurang 7-8 jam.

    Produk yang sudah dibakar, dibiarkan dingin dalam tungku (oven) pembakaran, setelah

    dingin dapat dikeluarkan, hal ini untuk menjaga keselamatan pekerja dan keselamatan

    kelestarian alat.

  • 29

    Gbr.4.5. Oven Sebagai Tungku Pembakaran Elektrik Keramik

    Proses pembakaran adalah salah satu proses dalam pembuatan produk keramik yang

    sangat menentukan dalam keberhasilan membuat suatu produk keramik. Oleh karena

    benda uji / produk yang tadinya tidak pecah dan retak sbelum dimasukan ke oven

    pembakaran, ternyata setelah proses pembakaran, benda uji / produk tersebut menjadi

    pecah, retak retak atau melengkung, akibat terjadi penyusustan dalam proses

    pembakara. Pembakaran menggunakan oven (tungku pembakaran) yang dipergunakan

    dalam proses pembakaran keramik di lab Balai Besar Keramik Bandung (foto 4.5).

  • 30

    4.7.Pengglasiran

    Glasir dapat diartikan sebagai lapisan tipis bahan bahan silikat pada permukaan produk

    keramik. Gelasir akan bermanfaat untuk;

    1.Membuat produk tidak dapat ditembus gas dan cairan

    2. Menambah kekuatan produk

    3. Menambah indahnya produk

    Untuk membuat gelasir seperti disebutkan dalam landasan teori dipakai sejumlah bahan

    mentah, diantarany silica, kapur alumina dan oksida besi. Silika merupakan komponen

    yang selalu ada pada setiap jenis gelasir, bertindak sebagai bahan pembentuk gelasir

    Dalam uji coba pembuatan produk keramik ini bahan gelasir didapatkan dari Balai

    Besar Keramik Bandung, bahan gelasir yang dipakai seperti formula dan pewarna

    menggunakan kobalt oksida dan chrom oksida yang telah dibakar akan berwarna coklat.

    Teknik/cara mengglasir bermacam macam, salah satu cara mengglasir dengan cara

    mencelup produk tersebut kedalam bahan gelasir. Penggelasiran dengan cara celup lebih

    baik dibandingkan dengan menggunakan kuwas, hasilnya akan lebih merata.

    Teknik/cara mengglasir dengan cara mencelup seperti ditunjukan pada foto

    Setelah selesai pross gelasir, selanjutnya benda uji/produk dimasukan kedalam oven dan

    dibakar sampai suhu 1200 0C (suhu gelasir). Hasil uji keramik menunjukan

  • 31

    Komposisi (%) / gr

    Bahan I II III IV V Kaolin (Madina) 50/250 40/200 30/150 60/300 70/350

    Lempung (Pleret) 50/250 60/300 70/350 40/200 30/150

    Kapur (aditif) 3/15 3/15 3/15 3/15 3/15

    Berat massa masing masing komposisi sebanyak 500 gr

    1. Campuran 1 dengan perbandingan 250 gr kaolin: 250 gr lempung; 15 gr aditif

    memperlihatkan hasil tidak baik. Setelah proses cetak tuang benda uji

    dianginkan/dikeringkan pada saat kering tampak agak retak. Selanjutnya benda

    uji dibakar pada suhu 900 0C, waktu pembakaran kurang dari 4 jam. Hasil

    pembakaran memperlihatkan benda uji /produk retak dan pecah

    2. Campuran 1 dengan perbandingan 200 gr kaolin: 300 gr lempung; 15 gr aditif

    memperlihatkan hasil tidak baik. Setelah proses cetak tuang benda uji

    dianginkan/dikeringkan pada saat kering tampak agak retak. Selanjutnya benda

    uji dibakar pada suhu 900 0C, waktu pembakaran kurang dari 4 jam. Hasil

    pembakaran memperlihatkan benda uji /produk retak dan pecah

    3. Campuran 1 dengan perbandingan 150 gr kaolin: 350 gr lempung; 15 gr aditif

    memperlihatkan hasil yang baik. Setelah proses cetak tuang benda uji

    dianginkan/dikeringkan pada saat kering tampak hasil yang baik . Selanjutnya

    benda uji dibakar pada suhu 900 0C, waktu pembakaran kurang dari 4 jam. Hasil

    pembakaran memperlihatkan benda uji /produk tidak retak dan tidak pecah

    4. Campuran 1 dengan perbandingan 300 gr kaolin: 200 gr lempung; 15 gr aditif

    memperlihatkan hasil tidak baik. Setelah proses cetak tuang benda uji

    dianginkan/dikeringkan pada saat kering tampak agak retak. Selanjutnya benda

  • 32

    uji dibakar pada suhu 900 0C, waktu pembakaran kurang dari 4 jam. Hasil

    pembakaran memperlihatkan benda uji /produk retak dan pecah

    5. Campuran 1 dengan perbandingan 350 gr kaolin : 150 gr lempung; 15 gr aditif

    memperlihatkan hasil tidak baik. Setelah proses cetak tuang benda uji

    dianginkan/dikeringkan pada saat kering tampak agak retak. Selanjutnya benda

    uji dibakar pada suhu 900 0C, waktu pembakaran kurang dari 4 jam. Hasil

    pembakaran memperlihatkan benda uji /produk retak dan pecah

    Gbr.4.6 Prototipe Ubin Keramik Skala Laboratorium

  • 33

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada daerah penelitian dapat disimpulkan

    1. Di desa Sibanggor Kabupaten Mandailing Natal terdapat sumberdaya alam yang

    dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri ubin keramik

    2. Hasil uji coba pembuatan ubin keramik dalam skala laboratorium (prototipe)

    dari 5 sampel yang dilakukan formulasi adonan (III) merupakan hasil yang baik

    dengan perbandingan kaolin 150 gram, lempung 250 dan bahan aditif berupa

    kapur 15 gram.

    3. Uji kuat lentur menunjukan dari 5 sampel yang dilakukan kuat lentur kering

    formulasi III 35,81 Kg/cm2 dan kuat lentur bakar formulasi III 83,0 Kg/cm

    2

    menunjukan hasil yang baik .

    Dalam usaha peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam lokal khususnya kaolin

    sebagai bahan baku industri ubin keramik sangat ditentukan oleh keseragaman ukuran

    butir dan komposisi kimia.

  • 34

    SARAN

    1. Perlu penelitian lebih lanjut terutama pencarian bahan baku aditif keramik

    lainnya seperti lempung dan kapur sehingga potensi sumberdaya alam didaerah

    penelitian dapat dimanfaatkan secara baik dan maksimal

    2. Hasil uji coba tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah

    daerah/investor didalam pembuatan industri ubin keramik pada daerah penelitian

    3. Dalam upaya pemanfaatanya dalam skala industri perlu pencermatan lebih lanjut

    terhadap parameter yang tidak di sebutkan dalam penelitian ini.

  • 35

    DAFTAR PUSTAKA

    Aldiss D.T at al, 1983, Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi (P3G), Direktorat Jendral Pertambangan

    Umum dan Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.

    Dinas Pertambangan Provinsi Sumatera Utara, 2000. Potensi Bahan Galian Sumatera

    Utara. Kantor Wilayah Pertambangan dan Energi Sumatera Utara,

    Medan.

    Haryono BS.,2004, Peran Bahan Additif pada Campuran Beton untuk Meningkatkan

    Ketahanan Korosi, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, Bandung

    Harben,P.W.,1995, The Industrial Minerals Handy Book, Industrial Minerals

    Information Ltd, New york

    Hartono Anton, J., 2000, Mengenal Keramik Canggih Cerdas dan Bio Keramik, Andi

    Offset, Jakarta.

    Normal L.Weiss.,1985, SME Mineral Processing Handbook, Society of Mining

    Mettalurgical and Petroleum, Inc ,New York

    Suhanda Soesilowati, 1997. Pengaruh Tingkat Distribusi Butir pada Sifat Fisik Badan

    Keramik Porselin. Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia, Bandung

    Suhala, S. dan Arifin,M., 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung

    Sukandarrumidi, 1999, Bahan Galian Industri, Gadjah Mada University Press,

    Yogyakarta

    Suwardono., 2002, Mengenal Keramik Hias, Yrama Widya