BAHAN GALIAN
-
Upload
desioktavia -
Category
Documents
-
view
36 -
download
8
Transcript of BAHAN GALIAN
BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Bahan galian adalah semua produk dari pertambanganang diperoleh dengan cara
pelepasan dari batuan induknyadi dalam kerak bumi, terdiri dari mineral-mineral.
Mineral adalah suatu benda berbentuk padat,cair, atau gas yang homogeny dan
terdapat dialam, terbentuk secara alamiah dari bahan-bahan an-organis, mempunyai
komposisi kimia tertentu dengan struktur atom dan sifat fisik yang sama.
Batu Sabak adalah
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian bahan galian ?
1.2.2. Bagaimana proses terbentuknya Batu Sabak ?
1.2.3. Dimana Batu Sabak ditemukan ?
1.2.4. Bagaimana proses penambangan Batu Sabak ?
1.2.5. Bagaimana cara pengolahan dan pemanfaatan Batu Sabak ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa yang disebut bahan galian.
1.3.2. Untuk mengetahui apa yang disebut Batu Sabak.
1.3.3. Untuk memahami proses penambangan Batu Sabak.
1.3.4. Untuk mengetahu kegunaan Batu Sabak..
BAB 2
ISI
2.1. Pengertian
Seperti yang telah kita ketahui, bahan galian merupakan material yang tersusun
atas unsur-unsur kimia, mineral, dan bijih. Bahan galian atau material-material
ini terbentuk melalu proses yang panjang dan rumit. Tapi semua itu terjadi
secara alami. Berikut ini ada enam cara terbentuknya bahan-bahan galian :
2.1.1. Bahan Galian Magmatik, yaitu bahan galian yang terjadi dari magma dan
bertempat didalam atau berhubungan dan dekat dengan magma.
2.1.2. Bahan Galian Pematit, yaitu bahan galian yang terbentuk didalam diatrema
dan dalam pembentukan instrusi (gang dan apofisa)
2.1.3. Bahan Galian hasil pengendapan didasar sungai atau genangan air melalui
proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.
2.1.4. Bahan Galian hasil pengayaan sekunder, yaitu bahan galian yang
terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.
2.1.5. Bahan galian hasil metamorfosis kontak, yaitu batuan sekitar magma
berubah menjadi mineral ekonomik.
2.1.6. Bahan Galian Hidrotermal, yaitu resapan magma cair yang membeku
dicelah-celah struktur lapisan bumi atau pada lapisan yang bersuhu
relative
2.2. Terbentuknya Batu Sabak
Gambar. Batu Sabak
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan
sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang
rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir
yang sangat halus (very fine grained).
2.3. Tempat ditemukan Batu Sabak
Batuan Metamorf Dinamo Terjadi akibat pengaruh tekanan yang kuat dalam
waktu yang lama, biasanya terbentuk di daerah pergerakan lempeng dan
berfoliasi.
2.4. Proses penambangan
Batu Sabak dalam dalam skala besar harus dipotong menggunakan pemotong
(diamond cutter saw),selain dengan pemotong tersebut bisa juga dilakukan
pemotongan dengan semprotan air bertekanan tinggi,setelah itu baru Batu
Sabak diangkut untuk melalui proses produksi.
2.5. Pengolahan dan pemanfaatan
Gambar. Batu Sabak
Pada umumnya Batu Sabak banyak digunakan untuk bahan bangunan ,seperti
sebagai batu alam ,proses pengolahannya pertama batu sabak dipotong sesuai
ukuran lalu di pisahkan lapis per lapisnya lalu Batu Sabak dilapisi bahan lainnya.
2.6. UU tentang Penambangan
Penggolongan bahan galian berdasarkan Pemanfaatannya Bahan galian menurut
pemanfaatannya dikelompokkan atas tiga golongan : Bahan galian Logam /
Bijih (Ore); merupakan bahan galian yang bila dioleh dengan teknologi tertentu
akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah, besi, tembaga,
nikel, emas, perak, seng, dll Bahan galian Energi; merupakan bahan galian yang
dimanfaatkan untuk energi, misalnya batubara dan minyak bumi. Bahan galian
Industri; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti
asbes, aspal, bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk,
kaolin, zeolit, tras Penggolongan bahan galian di Indonesia Di Indonesia,
penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam Undang-Undang No 11 tahun
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Dalam UU ini, bahan
galian dibagi atas tiga golongan : golongan bahan galian strategis (Golongan A)
golongan bahan galian vital (Golongan B) golongan bahan galian yang tidak
termasuk dalam Golongan A atau B. Penggolongan bahan-bahan galian didasari
pada : Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara; Terdapatnya
sesuatu bahan galian dalam alam (genese); Penggunaan bahan galian bagi
industri; Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak; Pemberian
kesempatan pengembangan pengusaha; Penyebaran pembangunan di Daerah
Selanjutnya UU 11/1967 ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah
Tentang Penggolongan Bahan Galian (PP No 27/1980), yang menyatakan
sebagai berikut: A. Golongan bahan galian yang strategis adalah: minyak bumi,
bitumen cair, lilin bumi, gas alam; bitumen padat, aspal; antrasit, batubara,
batubara muda; uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip
lainnya; nikel, kobalt; timah B. Golongan bahan galian yang vital adalah: besi,
mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal,
seng; emas, platina, perak, air raksa, intan; arsin, antimon, bismut; yttrium,
rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya; berillium, korundum,
zirkon, kristal kwarsa; kriolit, fluorpar, barit; yodium, brom, khlor, belerang; C.
Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah: nitrat-
nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
yarosit, leusit, tawas (alum), oker; batu permata, batu setengah permata; pasir
kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah
diatome, tanah serap (fullers earth); marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit,
kalsit; granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur mineral golongan a amupun golongan b dalam jumlah
yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Sementara itu, dalam
bagian Penjelasan, dicantumkan bawa arti penggolongan bahan-bahan galian
adalah : Bahan galian Strategis berarti strategis untuk Pertahanan dan
Keamanan serta Perekonomian Negara, Bahan galian Vital berarti dapat
menjamin hajat hidup orang banyak, Bahan galian yang tidak termasuk bahan
galian Strategis dan Vital berarti karena sifatnya tidak langsung memerlukan
pasaran yang bersifat internasional. Dari penggolongan bahan galian di atas,
terlihat bahwa bahan galian industri sebagian besar termasuk ke dalam bahan
galian golongan C, walaupun beberapa jenis termasuk dalam bahan galian
golongan yang lain. Sukadarrumidi Bahan Galian Industri Bahan Galian
Industri Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan
batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam
Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut : A. Kelompok I : BGI yang
berkaitan dengan Batuan Sedimen. Kelompok ini dapat dibagi menjadi : Sub
Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping : Batugamping,
dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan gipsum. Sub Kelompok B :
BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya : bentonit, ballclay dan
bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium, mangan, felspar. B. Kelompok II,
BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian, perlit, pumice, tras,
belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt, paris
gunung api, dan breksi pumice. C. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan
intrusi plutonik batuan asam & ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan
peridotit, alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes D. Kelompok IV, BGI yang
berkaitan dengan batuan endapan residu & endapan letakan : lempung, pasir
kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum, kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan
sirtu E. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal :
barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas. F.
Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit, marmer,
batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit. Maka sebagian besar bahan
galian industri termasuk bahan galian tidak termasuk a atau b atau lebih dikenal
sebagai Golongan C yang juga sering disebut bahan galian industri dan di
lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral termasuk dalam
Mineral Non Logam, yang di dalamnya termasuk batuan. Definisi di atas
sekarang ini sudah tidak tepat lagi, karena dengan semakin berkembangnya
teknologi industri manufaktur menuntut produk-produk bahan galian industri
sebagai bahan baku yang mempunyai spesifikasi tertentu (uniform berderajad
tinggi), yang untuk memperolehnya kadang-kadang memerlukan proses
pengolahan yang panjang dan komplek. Demikian pula dengan batas-batas
bahan galian industri sangat sukar ditetapkan, sebagai contoh, bahan galian
kromit, zirkon, bauksit, mangan, dan tanah jarang yang merupakan bahan galian
logam, namun dapat pula diklasifikasikan sebagai bahan galian industri bila
produknya berbentuk mineral yang telah diolah dan digunakan langsung sebagai
bahan baku dalam industri manufaktur. Dalam industri manufaktur dan
konstruksi, peranan bahan galian industri sebagai bahan baku sangat penting,
yang pada umumnya berfungsi untuk memperbaiki mutu ataupun untuk
memperoleh produk akhir dengan spesifikasi tertentu. Tidak sama halnya
dengan bahan galian logam, dalam bahan galian industri tidak dikenal adanya
proses daur-ulang dari produk padat mineral (kecuali gelas), serta tidak ada
bahan substitusi selain di antara bahan galian itu sendiri. Oleh karena itu
pemerintah dalam hal ini Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral sedang
mengajukan Undang-Undang mengenai pengaturan Mineral dan Batubara, yang
masih berupa konsep dan sudah diajukan ke DPR, dengan terbitnya undang-
undang tersebut diharapkan penggolongan bahan galian akan sesuai dengan
perkembangan teknologi dan industri yang menggunakan bahan baku bahan
galian non logam. Di Indonesia secara geologi mineral non logam (bahan galian
industri) terdapat dalam semua formasi batuan, mulai dari formasi batuan
berumur Pra-Tersier sampai Kuarter, baik yang berasosiasi dengan batuan beku
dalam dan batuan volkanik maupun berasosiasi dengan batuan sedimen dan
batuan malihan. Mineral non logam sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia hidup tidak terlepas dari
bahan galian itu. Dengan kata lain bahwa mineral non logam sebenarnya sangat
vital bagi kehidupan manusia, hampir semua peralatan rumah tangga, gedung,
bangunan air, obat, kosmetik, alat tulis dan gambar, barang pecah belah dan
lain-lain, dibuat langsung atau dari hasil pengolahan bahan galian tersebut
Sebenarnya mineral non logam tersebar luas di Indonesia, namun pengelolaannya
belum berkembang sebagai mana mestinya. Meskipun demikian pengelolaan bahan
galian industri di Indonesia mengalami kemajuan cukup pesat. Hal ini sejalan
dengan kemudahan dan kebijaksanaan Pemerintah dalam menggalakkan
pemanfaatan mineral non logam, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun untuk komoditi ekspor non-migas, sudah banyak pengusahaan mineral
non logam yang memberikan sumbangan besar bagi pembangunan nasional,
seperti: industri semen, walaupun industrinya masih banyak terkonsentrasi di
Pulau Jawa, yaitu: PT Semen Gresik, Indocement, Semen Kujang, Semen
Cibinong (HOLCIM),dan Semen Nusantara; di Pulau Kalimantan: Indo-
Kodeco, patungan Indonesia Korea; di Pulau Sulawesi: Semen Tonnasa dan
Bosowa; di Pulau Sumatera: Semen Padang, Baturaja dan Semen Andalas (kena
bencana tsunami, Aceh) dan Pulau Timor: Semen Kupang. Industri lainnya
yang banyak membantu pembangunan nasional adalah dengan bahan baku
mineral non logam adalah: industri keramik, industri agregat batuan untuk
kontruksi, dari skala kecil sampai skala besar. Serta masih banyak lagi industri,
yang mempergunakan bahan baku mineral non logam. Dengan terbitnya UU
No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah No.25/1999
tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan pemerintah daerah sebagai
daerah otonom, maka daerah memiliki kewenangan untuk mengelola sumber
daya alam agar dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif
dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi yang tentunya
dalam rangka memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat dan
pemerintah daerah. Dalam rangka nilai manfaat pertambangan secara
keseluruhan dan menghindari tumpang tindih lahan, lingkungan dan banyak hal
lainnya, pemerintah mengeluarkan UU No 4 tahun 2009, Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, yang merupakan penyempurnaan UU No
11 tahun 1967. Pada BAB VI Pasal 34, Usaha pertambangan : (1)
dikelompokkan atas: a. pertambangan mineral; dan b. pertambangan batubara.
atau Minerba (2) Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat[1]
huruf a digolongkan atas: a. pertambangan mineral radioaktif; b. pertambangan
mineral logam; c. pertambangan mineral bukan logam; dan d. pertambangan
batuan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan suatu komoditas
tambang ke dalam suatu golongan pertambangan mineral sebagaimana
dimaksud pada ayat [2] diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam PP No 23
Tahun 2010 dijelaskan mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit,
arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit,
asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit,
kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit,
zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu
gamping untuk semen, dan batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian,
marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit,
granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah
urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu
terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil
galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir
urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan
(tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir
laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral
bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan. Potensi bahan galian industri (mineral non logam) hampir
dijumpai di semua wilayah Indonesia, dari jenis komoditinya mungkin lebih
dari 100 jenis, dengan waktu kurang lebih 3-4 jam, baik itu berupa ceramah
umum dan diskusi sangat sulit untuk dapat memahami keseluruhan mengenai
mineral non logam, untuk itu bahan diklat dibuat secara ringkas, tanpa
mengabaikan tujuan dari diklat ini, yaitu peserta (aparatur pemda) memiliki
kompetensi dalam evaluasi laporan eksplorasi untuk pelaksanaan tugas
fungsinya.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bahan galian merupakan material yang tersusun atas unsur-unsur kimia,
mineral, dan bijih. Bahan galian atau material-material ini terbentuk melalu
proses yang panjang dan rumit.
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan
sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang
rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir
yang sangat halus (very fine grained).
DAFTAR PUSTAKA
http://learnmine.blogspot.com/2013/05/penggolongan-bahan-galian-industri.html
http://triigeo.blogspot.com/2013/03/kelompok-5-muh.html