Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Banyak orang menyalahartikan skizofrenia sebagai kepribadian terbelah dimana seseorang dapat berprilaku normal namun tiba-tiba dapat berubah menjadi aneh atau berbahaya. Kenyataannya, skizofrenia ditandai oleh ‘terbelahnya’ hubungan normal antara persepsi, mood, pikiran, perilaku, dan kontak dengan kenyataan. (1) Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. (2) Skizofrenia Katatonik 1

description

PSIKIATRI

Transcript of Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

Page 1: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Banyak orang menyalahartikan skizofrenia sebagai kepribadian terbelah

dimana seseorang dapat berprilaku normal namun tiba-tiba dapat berubah menjadi

aneh atau berbahaya. Kenyataannya, skizofrenia ditandai oleh ‘terbelahnya’

hubungan normal antara persepsi, mood, pikiran, perilaku, dan kontak dengan

kenyataan. (1)

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%

penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia

biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki

biasanya antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila

dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. (2)

Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara

bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen konsitensi dengan rentang tersebut,

penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National

Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3

persen. Kira-kira 0.025 sampai 0.05 persen populasi total diobati untuk skizofrenia

dalam satu tahun. Walaupun dua pertiga dari pasien yang diobati tersebut

Skizofrenia Katatonik 1

Page 2: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

membutuhkan perawatan di rumah sakit, hanya kira-kira setengah dari semua pasien

skizofrenik mendapat pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit. (3)

Diagnosis skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan-perubahan.

Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan

diagnostik adalah DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) dan PPDGJ-III/ICD-

X. Dalam DSM-IV terdapat kriteria objektif dan spesifik untuk mendefinisikan

skizofrenia. Belum ada penemuan yang patognomonik untuk skizofrenia. Diagnosis

berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dan merupakan suatu sindrom. (2)

Skizofrenia Katatonik 2

Page 3: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan

perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai

oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,

serta oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih tetap terpelihara, walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. (4)

Subtipe skizofrenia terdiri dari skizofrenia paranoid, skizofrenia katatonik,

skizofrenia hebefrenik (tak terorganisasi), skizofrenia residual, skizofrenia simpleks,

skizofrenia tak terinci (undifferentiated). (1)

2.2. Etiologi

Skizofrenia merupakan suatu kelompok gangguan dengan penyebab yang

berbeda, diantaranya (1,2,3,5):

Genetik

Dapat dipastikan bahwa ada juga faktor keturunan yang juga menentukan

timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang

keluarga-keluarga skizofrenia dan terutama anak kembar satu telur. Angka

kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 – 1,8 %; bagi saudara kandung 7 – 15 %;

Skizofrenia Katatonik 3

Page 4: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

bila anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7 – 16 %; bila

kedua orang tua menderita skizofrenia 40 – 68 %; bila kembar satu telur

(monozigot) 61 – 86 %.

Perkembangan saraf atau biologis

Faktor yang menganggu perkembangan awal otak mengakibatkan gangguan

yang terlihat pada otak saat dewasa. Faktor yang menganggu perkembangan

awal otak diantaranya adalah; trauma otak janin, musim kelahiran (musim

dingin), komplikasi obstetrik, berat lahir rendah. Hipotesis perkembangan

saraf juga didukung dengan penemuan meningkatnya ukuran ventrikel dan

hilangnya sebagian kecil substansia abu-abu pada hasil CT/MRI.

Ganja

Orang yang menghisap ganja pada usia remaja besar peluangnya menderita

skizofrenia, kemungkinan karena ganja mengganggu perkembangan saraf.

Orang yang memiliki gen katekol-O-metil transferase homozigot bepeluang

10 kali lebih besar menderita skizofrenia bila mereka menghisap ganja. Hal

ini merupakan contoh interaksi antara lingkungan dan gen.

Lingkungan

Skizofrenia berhubungan dengan penurunan sosio-ekonomi dan kejadian

hidup yang berlebihan pada tiga minggu sebelum onset kejadian. Penderita

skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi, keluarga yang

berkomentar kasar dan mengkritik secara berlebihan memiliki peluang lebih

besar untuk kambuh.

Skizofrenia Katatonik 4

Page 5: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

Neurokimia

Pada skizofrenia terdapat alur umum yang memperlihatkan adanya

keterlibatan kelebihan dopamin atau aktivitas berlebihan pada alur

mesolimbik (obat perangsang seperti amfetamin, melepaskan dopamin dan

menyebabkan psikosis; antipsikotik yang menghambat reseptor dopamin,

mengobati psikosis dengan baik). Peningkatan serotonin di saraf pusat

terutama 5HT dan kelebihan NE di forebrain terjadi pada beberapa penderita

skizofrenia. Setela pemberian antagonis terhadap neurotransmitter tersebut

terjadi perbaikan klinis skizofrenia.

2.3. Manifestasi Klinis

Ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran

dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul. Kesadaran

yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (4).

Pada skizofrenia katatonik gangguan psikomotor lebih terlihat menonjol,

seringkali muncul bergantian antara imobilitas motorik (stupor) dan aktifitas

berlebihan (kegembiraan), kekakuan postur tubuh, echolalia, dan echopraxia dapat

terjadi (1).

2.4. Diagnosis Banding

Skizofrenia katatonik

Gangguan skizoafektif

Skizofrenia Katatonik 5

Page 6: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

Gangguan afektif berat

Penyalahgunaan zat yang kronik

Halusinasi alkoholik kronik (2)

2.5. Diagnosis

2.5.1. Pedoman Diagnostik Skizofrenia: (4)

Harus ada satu gejala berikut yang sangat jelas (dan biasanya dua gejala atau

lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).

a) - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya, dan isi pikiran ulangan, walau isinya sama, namun

kualitasnya berbeda.

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya

- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya.

b) - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar.

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

kekuatan tertentu dari luar.

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.

Skizofrenia Katatonik 6

Page 7: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

- Delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat.

c) Halusinasi auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien.

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara)

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas

e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

yang menetap, atau terjadi setiap hari selama seminggu atau berbulan-

bulan.

f) Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan, yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

Skizofrenia Katatonik 7

Page 8: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

g) Perilaku katatonik, seperti gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu, atau

fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis bicara yang jarang dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial; tetapi harus jelass

bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi

neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih.

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai

hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam

diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.

2.5.2. Pedoman Diagnostik Skizofrenia Katatonik : (4)

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya:

a) Stupor : amat berkurangnya terhadap reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakan serta aktivitas spontan.

b) Gaduh gelisah : tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tak dipengaruhi oleh stimuli eskternal.

Skizofrenia Katatonik 8

Page 9: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

c) Menampilkan posisi tubuh tertentu : secara sukarela mempertahankan atau

menampilkan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh.

d) Negativisme : tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakan, atau pergerakan kearah

yang berlawanan.

e) Rigiditas : mempertahankan posisi yang kaku untuk melawan upaya

mengerakkan dirinya.

f) Fleksibilitas cerea/waxy flexibility : mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar.

g) Gejala-gejala lain seperti “ command automatism” : kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata-kata serta kalimat-

kalimat.

Pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan

katatonik, diagnosis skizofrenia harus ditunda sampai diperoleh bukti yang

memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

2.6. Penatalaksanaan

a. Psikofarmaka

Pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai efek primer (efek klinis)

yang sama pada dosis ekivalen. Perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping).

Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan

Skizofrenia Katatonik 9

Page 10: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

efek samping obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya

adalah obat antipsikosis atipikal (golongan generasi kedua), sebaliknya jika gejala

positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal

(golongan genersi pertama). (1)

Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang

dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen,

misalnya: Chlorpomazine dan Thioridazine yang efek sedative kuat terutama

digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan: gaduh, gelisah,

hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, perilaku, dan lain-lain. Sedangkan

Trifuloparazine, Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah

digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan: apatis, menarik diri,

perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dan

lain-lain. Untuk pasien yang timbul “Tardive Dyskinesia”, obat antipsikosis yang

tanpa efek samping ekstapiramidal adalah Clozapine. (1,2)

Penggolongan obat anti psikosis: (1,2,3)

1. Tipikal

A. Phenotiazine

i. Rantai alifatik

a. Chlorpromazine (largactile)

Dosis anjuran: 150 – 600 mg/hari

b. Levomepromazine (nozinan)

Dosis anjuran: 25 – 50 mg/hari

ii. Rantai piperazine

Skizofrenia Katatonik 10

Page 11: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

a. Perphenazine (trifalon)

Dosis anjuran: 12 – 24 mg/hari

b. Trifluoperazin (stelazine)

Dosis anjuran: 10 – 15 mg/hari

c. Fluphenazine (anatensol)

Dosis anjuran: 10 – 15 mg/hari

iii. Rantai piperadine

a. Thioridazine

Dosis anjuran: 150 – 600 mh/hari

b. Butyrophenone

Dosis anjuran: 150 – 600 mh/hari

c. Diphenyl-butyl-piperidine

Dosis anjuran: 2 – 4 mg/hari

2. Atipikal

a. Benzamide

Sulpride (dogmatil forte)

Dosis anjuran: 300 – 600 mg/hari

b. Dibenzodiazepine

i. Clozapine (novartis)

Dosis anjuran: 25 – 100 mg/hari

ii. Olazapine (zyprexa)

Dosis anjuran: 10 – 20 mg/hari

iii. Quitipine (serequel)

Dosis anjuran: 50 – 400 mg/hari

c. Benzisoxazole

Risperidone (risperdal)

Dosis anjuran: 2 – 6 mg/hari

Skizofrenia Katatonik 11

Page 12: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

Obat golongan tipikal bekerja dengan memblok reseptor D2 dimesolimbik,

mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan

gejala positif tetapi tidak memberikan efek yang baik pada pemulihan fungsi kognitif

(kemampuan berfikir dan mengingat) penderita.(5)

Pemakaian lama memberikan efek samping berupa gangguan ekstrapiramidal,

tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi

seksual atau peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun

kognitif. Selain itu juga bisa menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut

kering, pandangan kabur, gangguan miksi, dan gangguan defekasi serta hipotensi. (5)

b. Terapi Psikososial

Terapi Perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial

untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan

praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan

pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak

istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku

maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di

masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan. (2)

Terapi Berorientasi-Keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan

dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali

Skizofrenia Katatonik 12

Page 13: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).

Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi

keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,

anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena

skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu

optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari

penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga

dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah

penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan

relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik.

Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan

terapi keluarga. (2)

Terapi Kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,

masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi

secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi

kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan

cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi

pasien skizofrenia. (2)

Psikoterapi Individual

Skizofrenia Katatonik 13

Page 14: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam

pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan

menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi

pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami

pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak

emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang

diinterpretasikan oleh pasien. (2)

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di

dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit

dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban

dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi

jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah

sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah

lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama

yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah

tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau

eksploitasi. (2)

c. Hospitalisasi

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,

prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Skizofrenia Katatonik 14

Page 15: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif

antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang

dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga

mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia. (2)

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah

kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan

di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan

termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang

membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup. (2)

2.7. Prognosis

Sebanyak 90% dengan episode psikotik pertama, sehat dalam waktu satu tahun

tetapi 80% mengalami episode selanjutnya dalam 5 tahun, dan 10% meninggal akibat

bunuh diri. (1)

Faktor-faktor prognostik : (1)

Baik Buruk

Wanita Pria

Memiliki pasangan Lajang

Skizofrenia Katatonik 15

Page 16: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

Sedang menjalin hubungan,

dukungan sosial baik

Isolasi sosial

Onset-lambat

Stressor jelas

Akut

Onset-dini,

Stressor tidak diketahui

Gejala positif, komponen afektif,

subtipe paranoid

Gejala “negatif”

Afek datar/tumpul

Kepribadian pramorbid baik Penyalahgunaan zat

IQ tinggi IQ rendah

CitraCT/MRI normal Riwayat keluarga positif

BAB 3

PENUTUP

Skizofrenia Katatonik 16

Page 17: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

3.1 Kesimpulan

Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik

dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau

tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,

walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (4).

Pada skizofrenia katatonik gangguan psikomotor lebih terlihat menonjol,

seringkali muncul bergantian antara imobilitas motorik (stupor) dan aktifitas

berlebihan (kegembiraan), kekakuan postur tubuh, echolalia, dan echopraxia dapat

terjadi.

Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Diduga adanya keterlibatan genetik,

biologis, lingkungan, dan psikologis dalam terjadinya skizofrenia. Salah satu teori

yang banyak mendapat perhatian adalah keterlibatan neurotransmitter.

Pasien yang mengalami skizofrenia memiliki gejala seperti delusi, halusinasi,

gangguan bentuk pikiran dan perilaku, bahasa yang terganggu, dan ada yang berupa

perilaku katatonik. Kebanyakan penderita memiliki ketidakmampuan untuk

menjalankan fungsi hidup seperti biasa, namun ada juga yang hanya memiliki

gangguan aktivitas tetap seperti bekerja, ataupun ketidakmampuan dalam

berkomunikasi.

Terapi skizofrenia meliputi psikofarmaka dan psikoterapi. Pemilihan jenis

antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping

obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat

Skizofrenia Katatonik 17

Page 18: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

antipsikosis atipikal (golongan generasi kedua), sebaliknya jika gejala positif lebih

menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal (golongan generasi

pertama). Dalam psikoterapi, bisa digunakan metode individual, keluarga, ataupun

kelompok. Peran serta lingkungan sekitar sangat membantu dalam menangani

skizofrenia secara keseluruhan.

DAFTAR RUJUKAN

x

Skizofrenia Katatonik 18

Page 19: Paper Psikiatri Skizofrenia Katatonik

1. Katatona C, Cooper C, Robertson M. At a Glance Psikiatri Astikawati R, editor.

Jakarta: Erlangga; 2012.

2. Amir N. Skizofrenia. In Elvira DS, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 170-

196.

3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri S IMW, editor. Tangerang:

Binarupa Aksara; 2010.p.147-168.

4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III Salim R, editor.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2001.p.46-50.

5. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Surabaya: Airlangga University

Press; 2005.

Skizofrenia Katatonik 19