Paper Lapkas Ginek
-
Upload
afif-bastian -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Paper Lapkas Ginek
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evaluasi adanya massa pelvis atau massa adneksa pada wanita
menunjukkan salah satu dari masalah yang paling sering dan paling menantang
dalam ginekologi. Diagnosis dan terapi harus didasarkan pada karakteristik massa,
umur saat munculnya tumor, dan keinginan pasien untuk mempertahankan
fertilitas. Suatu masaa pelvis harus dibedakan asalnya baik itu berasal dari genital
maupun ekstragenital. Kemungkinan adanya keganasan membutuhkan diagnosis
yang akurat dan terapi yang agresif, dimana kebanyakan dari massa-massa itu
terutama pada pada usia reproduktif bersifat jinak. Walaupun begitu, adanya
gejala dan tanda yang tumpang tindih antara tumor jinak dan ganas membuat
diagnosis yang akurat menjadi sulit.
Salah satu massa pada pelvis yang sering dijumpai pada wanita usia
reproduktif adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang
sebagian besar terdiri dari otot polos. Mioma terdapat pada 20-25% wanita usia
reproduksi, tetapi tanpa alasan yang jelas , mioma terdapat 3-9x lipat lebih sering
pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih.
Etiologi pasti dari tumor ini hingga kini belum diketahui secara jelas.
Mioma tidak terdeteksi sebelum pubertas dan berespon terhadap hormon,
umumnya tumbuh hanya selama usia reproduksi. Walaupun tumor ini dapat
tumbuh terisolasi, tetapi pada umumnya mereka terdapat secara multipel, dengan
berbagai variasi ukuran serta dapat mencapai berat lebih dari 45 kg.
2
Walaupun umumya asimptomatis, mioma dapat menimbulkan berbagai
masalah termasuk metrorrhagia dan menorraghia, nyeri, dan infertilitas. Di US,
perdarahan uterus berlebih dari mioma merupakan salah satu indikasi
dilakukannya tindakan histerektomi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Genitalia Interna pada Wanita
1. Uterus
Uterus pada orang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer
yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uerus adalah 7-7,5 cm, lebar ditempat yang
paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian
atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah). Bagian atas uterus disebut fundus uteri,
di situ tuba Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus.1
Gambar 1. Anatomi organ genitalia interna pada wanita
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam
anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina,
sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120o-130o dengan
serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus
uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.1
4
Gambar 02. Hubungan axis uterus, serviks, dan vagina.
2. Jaringan Penunjang Genitalia Interna pada Wanita
Uterus berada di rongga panggul dalam anteversiofleksio
sedemikian rupa, sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan
bagian belakang setinggi artikulasio sakrokoksigea. Jaringan-jaringan itu
ialah:1,3
Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackenrodt)
Merupakan ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus
tidak turun. Ligamentum ini terdiri atas jaringan ikat tebal, dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral ke dinding
pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain
arteri dan vena uterina.
5
Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum
Ligamentum yang juga menahan uterus supaya tidak banyak bergerak,
berjalan melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan
melalui dinding rektum ke arah os sakrum kiri dan kanan.
Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum
Ligamentum yang menahan uterus dalam posisi antefleksi, dan
berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri
dan kanan.
Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum
Berjalan dari os pubis melalui kandung kemih, dan seterusnya sebagai
ligamentum vesikouterina sinistrum dan dekstrum ke serviks.
Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum
Ligamentum yangberjalan dari uterus ke arah lateral, dan tidak banyak
mengandung jaringan ikat, sebetulnya ligamentum ini adalah bagian
dari peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan
berbentuk sebagai lipatan. Dibagian lateral dan belakang ligamentum
ini ditemukan ovarium sinistrum dan dekstrum. Untuk memfiksasi
uterus ligamentum ini tidak banyak artinya.
Ligamentum infundibulopelvikum
Ligamentum yang menahan tuba Fallopii, berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan persarafan,
saluran-saluran limfe, arteri dan vena ovarika. Sebagai alat penunjang
ligamentum ini tidak banyak artinya.
Ligamentum ovarii proprium sinistrum dan dekstrum
Ligamentum yang berjalan dari sudut kiri dan kanan belakang fundus
uteri ke ovarium. Ligamentum ini berasal dari gubernakulum; jadi
asalnya sama dengan ligamentum rotundum, yang juga berasal dari
gubernakulum.
6
2.2 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos
uterus, yang diselingi untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang
tipis , dan sering terjadi pada usia reproduksi. Tumor ini juga dikenal
dengan istilah fibromioma uteri, leimioma uteri, dan uterine fibroid. Dapat
bersifat tunggal atau ganda, dan mencapai ukuran besar, konsistensinya
keras dengan batas kapsel yang jelas sehingga dapat dilepas dari jaringan
sekitarnya.
Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot
polos, sedangkan untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak
berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa
juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor
jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada
traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak
sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi.
2.3 Epidemiologi
Frekwensi mioma uteri kurang lebih 10% dari jumlah seluruh
penyakit pada alat-alat genital dan merupakan tumor pelvis. Angka
kejadian tumor ini sulit ditentukan secara tepat karena tidak semua
penderita dengan mioma uteri memiliki keluhan. Berdasarkan
otopsi,ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan usia reproduktif,
tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidennya 3-9 x lebih
banyak dari ras kulit berwarna dibandingkan ras kulit putih.
7
2.4 Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti.
mioma jarang sekali ditemukan sebelum usia pubertas,sangat dipengaruhi
oleh hormon reproduksi, dan hanya bermanifestasi sela mausia
reproduktif. Umumnya mioma terjadi dibeberapa tempat. pertumbuhan
mikroskopik menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karna
hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik menjadi masalah
utama dalam penanganan mioma karna hanya tumor soliter dan tampak
secara makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara
enekleasi. ukuran rat-rata tumor ini adalah 15 cm, tetapi cukup banyak
yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg. Ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :
1. Umur
mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas
lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil,
atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor
ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
8
4. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada
jaringan miometrium normal.
5. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita
mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri.
6. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri.
7. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden mioma uteri
8. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
2.5 Klasifikasi
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat
berdasarkan lokasinya.
1. Mioma submukosa
Menempati lapisan dibawah endometrium dan menonjol kedalam
(kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi danluas permukaan
endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Mioma
jenis ini dapat bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan
nekrosis sehingga resiko infeksi sangatlah tinggi
9
2. Mioma intramural atau interstisiel
Mioma yang berkembang diantara miometrium, kalau besar atau
mulipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol- benjol
3. Mioma subserosa
Mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosa uterus dan dapat
bertumbuh kearah luar dan juga bertangkai.mioma subserosa juga
dapat menjadi parasit omentumatau usus untuk vaskularisasi tambahan
bagi pertumbuhannya
2.6 Patofisiologi
Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia.
Myoma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan
untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat
berasal dari setiap bagian dktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada
miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Ukuran
tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar bola
kaki.
Penyebab terjadinya myoma uteri tidak diketahui. Tumor ini
mungkin berasal dari sel otot yangn normal, dan otot imatur yang ada di
dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah uteri.
Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat
kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat
tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah
pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat
membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah
jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi
ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause,
ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka
myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjiol
10
diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya
abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan
melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer
serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang
mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan miometrium
normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke
dalam myoma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot
berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-
bebrkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal
dari beberapa pembbuluh darah yang masuk dari pseudokapsul, berarti
pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini
menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma. Mula-
mula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh
ahli ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai “batu rahim”. Pada
kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti
ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti
daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor
menjadisarcoma.
Jika myoma terletak sub endometrium, mungkin disertai dengan
menorhagia. Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki akan
mengalami anemia.saat uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma
sub endometrium yang bertangkai dapat menyebabkan persisten dari
uterus. Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat
menyebabkan gejala penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan
konstipasi atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan
rectum.
11
2.7 Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala
yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut
:
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
12
hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin
(1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka
merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
2.8 Diagnosa
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
1) Anamnesis
a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air
besar.
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
2) Pemeriksaan fisik
a. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
b. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
c. Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
3) Pemeriksaan penunjang
a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
b. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi
kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
13
sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG
tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
c. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus, lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
d. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
e. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
f. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif.
Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara
penanganan konservatif sebagai berikut :
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
Pemberian zat besi.
Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa
yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
14
Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan,
karena memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya
darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan
transfusi darah.
Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai
efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat
dengan pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.
b. Penanganan operatif, bila :
Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
Pertumbuhan tumor cepat.
Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
Hipermenorea pada mioma submukosa.
Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa
A. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini
tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi
sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.
Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas
yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio
sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians
Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.\
15
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan
kehamilan dan keguguran yang berulang.
B. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita
yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan uterus berlebihan :
Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang
selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi
Nyeri hebat dan akut.
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih
C. Penanganan Radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Bukan jenis submukosa.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan
D. Miomektomi
16
Jika pasien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dapat di pilih
miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua mioma yang ditemukan
dan membentuk kembali uterus. Pasien harus menerima jika timbul
masalah sewaktu melakukan miomektomi, ahli bedah dapat melanjutkan
dengan histerektomi. Setelah miomektomi, 40 persen wanita yang
berkesempatan hamil akan hamil. Yang bertentangan dengan fakta ini
adalah pada 5 persen pasien. Mioma timbul kembali dan jumlah wanita
yang sama terus mengalami menoragia sehingga memerlukan penggunaan
hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi.
E. Laparaskopi
Satu atau beberapa mioma diangkat menggunakan tehnik laparaskopi
atau endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan cara insisi kecil pada
dinding abdomen dan memasukkan laparaskop ke dalamnya.
F. Penanganan Radioterapi
Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient)
Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
Bukan jenis submukosa
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan
menopause. Maksud dari radioterapi ialah untuk menghentikan
perdarahan .
2.10 Pencegahan
a. Pada pemeriksaan fisik
mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.
Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus
17
oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk
memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
b. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi transabdominal dan
transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi
transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain
pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik
diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat
menampilkan gambaran secara khas yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah
tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan)
perkembangan mioma uteri.
Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma
uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan
ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis dan
sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) Akurat dalam menggambarkan
jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena
keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
2.11 Komplikasi
18
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar
bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah
pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : (7)
Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia
lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-
olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-
ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat
dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah
disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah
tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai
tumor ovarium atau mioma bertangkai.
Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi
hialin.
19
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua
sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan
demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-
lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
2.12 Prognosis
Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak
cenderung membesar dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup
dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali termasuk pemeriksaan
USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan
dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan pertumbuhan
mioma uteri. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan
GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita dengan hormon
20
yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar kembali
setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala
penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus
menerus, tindakan operasi sebaiknya dilakukan.
BAB 3
PENUTUP
21
3.1 Kesimpulan
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai
keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu
tumor dalam uterus. Karenanya sangat penting untuk melakukan deteksi
pribadi secara dini untuk menghindari dan mencegah timbulnya penyakit
ini, kalaupun penyebabnya genetik pada keluarga paling tidak dapat di
deteksi secara dini sebelum penyakit ini bertambah hebat dan
menyebabkan komplikasi yang serius bagi organ organ disekelilingnya
yakni dengan melakukan pemeriksaan ginekologis rutin dan USG,
sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan pilihan lain untuk hasil lebih
akurat, namun dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma yang
berkembang pada rahim seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Winkjosastro.H 2009.ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Edisi IV. Jakarta
2. LieweIIyn.j 2002. Dasar-dasar Obsestri dan Ginekologi.Yayasan joko
suyono. Edisi VI.Jakarta
3. Manuaba, IBG 2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri
ginekologi dan KB. Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta
4. Simatupang, E.J, 2006. Penerapan unsur – unsur manajemen dalam
praktek kebidanan. Awan indah. Jakarta
5. Ling, F. W., Duff, P. Obstetri and Gynaecology Principle of Practice.
McGraw-Hill,2001 ; P : 1151-1172
6. DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis
and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P :693-699
7. Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers, 17 th edition, Editor
Campbell SC, Monga A, page 115-118
8. Joedosoepoetro MS, 1998. Tumor-tumor Jinak Pada Alat-alat Genital
Dalam, Ilmu Kandungan, editor Prawirohardjo S, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, hal 281-292
9. Jones, D.L.,2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa
Hadyanto, Editor edisi bahasa Indonesia, Y.Joko Suryono, edisi 6,
Hipokrates, Jakarta, hal 263-266
10. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku
Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo,
Jakarta
LAPORAN KASUSSTATUS ORANG SAKIT
23
1. DATA DASAR (KARAKTERISTIK PENDERITA)
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. ZUmur : 45 TahunAgama : IslamSuku : JawaPekerjaan : IRTPendidikan : SMANo RM : 22 31 83Tanggal masuk : 08-07-2015Pukul : 10.00 WIB
Nama suami : Tn. SUmur : 49 TahunAgama : IslamSuku : JawaPekerjaan : WiraswastaPendidikan : SMAAlamat : Lau dendang Dusun 1 Kamboja
II. ANAMNESA
Ny. Z, 45 tahun, P3A0, Islam, Jawa, IRT, SMA, menikah 2 kali usia . Istri dari Tn. S, 49 tahun, Islam, Jawa, Wiraswasta, SMA, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 08-07-2015 pukul 10.30 wib dengan : KU : Keluar darah dari kemaluan Telaah : Hal ini dialami os sejak 6 bulan yang lalu, volume 4-5 kali ganti
pembalut perhari, berupa darah segar, riwayat keluar darah dari kemaluan (-), riwayat haid memanjang (-), riwayat keluar darah setelah campur (-), riwayat keputihan (+) Bau (+) gatal(+), riwayat trauma (-), riwayat perut dikusuk (-), riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat penurunan berat badan (+), riwayat penurunan nafsu makan (-), riwayat teraba benjolan diperut (+), BAK (+) N, BAB (+) N.
RPT / RPO : (DM/Obat DM)
Menarche : 11 tahunMenopause : -Lama haid : 5 - 7 hari/siklusSiklus haid : Tidak teratur.
24
Darah haid : 3-4 x ganti pembalut/hariDysmenorrhea : (-)Riwayat Pernikahan : Menikah 2 kali
Riwayat Kontrasepsi : (-)
Riwayat Persalinan : P3A0
1. Anak laki – laki, aterm, BBL 3.200gr, PSP, di tolong oleh bidan,
hidup, umur sekarang 15 tahun.
2. Anak perempuan, aterm, BBL 3.300gr, PSP, di tolong oleh bidan,
hidup, umur sekarang 13 tahun.
Riwayat Operasi : (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Sens : CM Anemis : (-/-) TD : 130/90 mmHg Ikterik : (-/-) HR : 80 x/i Dyspnoe : (-) RR : 20 x/i Sianosis : (-) T : 36,80 C Oedem : (-) TB : 170 cmBB : 65 kg
B. Status Generalisata
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterus -/- Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat Thorax : Cor : Bunyi jantung normal, reguler,suara tambahan (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen : Teraba massa, Perut atas setengah pusat dengan simfisis, Perut bawah sama dengan simfisis pubis, konsistnsi kenyal padat, permukaan rata, batas tegas, pinggir tumpul, immobile, nyeri(-).
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)
BAB : (+) N
BAB : (+) N
25
P/V : (-)
C. STATUS GINEKOLOGIS
Inspekulo :
Portio : tampak drum stick, darah (-), erosi (-), flour albus (-), massa (-)
bingung
Vagina : dinding vagina normal, tanda-tanda peradangan (-), sekret (-),
bingungmassa (-) bingung
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Uterus : uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba
massa sebesar kepalan tangan orang dewasa, terasa kenyal, permukaan
rata, immobile.
Parametrium : parametrium kanan dan kiri lemas, tidak teraba
massa
Adnexa : adnexa kanan dan kiri tidak teraba massa.
Cavum douglas : tidak menonjol
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HematologiDarah rutin Nilai Nilai Rujukan satuanHemoglobin 15,2 12 – 16 g/dlHitung eritrosit 5,8 3,9 - 5,6 10*6/µlHitung leukosit 9,700 4,000- 11,000 /µlHematokrit 44,2 36-47 %Hitung trombosit 247.000 150,000-450,000 /µl
26
Index eritrositMCV 76,7 80 – 96 fLMCH 26,3 27 – 31 pgMCHC 34,3 30 – 34 %
Kimia Klinik Nilai RujukanHitung jenis leukosit
Eosinofil 2 1 – 3 %
Basofil 0 0 – 1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 59 53–75 %
Limfosit 33 20–45 %
Monosit 6 4–8 %
LED 23 0-10 mm/jam
Glukosa Darah Sewaktu 136 mg/dL <140 mg/dl
Ultrasonografi Trans Abdominal Sonography (USG TAS) Uterus anteflexi dengan ukuran lebih besar dari biasa
Tampak gambaran mixed echo berbentuk kumparan ukuran : 54,2 x 76,2
mm
Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
Diagnosa : Mioma UteriRencana : Laparotomi pada tanggal 09 Juli 2015 pukul 09.00 WIB
Lapor supervisor dr. Muslich Sp.OG
Persiapan :
1. Informed Consent
2. Surat izin operasi
3. Anjurkan ibu berpuasa 6 jam sebelum operasi
4. IVFD RL 20 tetes/menit
5. Injeksi cefotaxime 2 gram
27
6. Pemasangan kateter
7. Konsul anestesi
8. Awasi vital sign
E. Laporan Operasi
Operator: Dr. Muslich P, SpOG
Tanggal: 09/07/2015
1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infuse terpasang baik.
2. Dilakukan spinal anestesi, dilakukan tindakan antiseptic dan aseptic
dengan bedtadine dan alkhohol 70% kemudian abdomen ditutup dengan
duck steril kecuali lapangan operasi.
3. Dilakukan insisi pfanensteel kutis, subkutis, fascia dan otot ditembus
secara tumpul, peritoneum digunting keatas dan kebawah,tampak uterus
dengan jaringan miomatous sebesar 2x genggaman tangan orang dewasa
dan menempel pada ovarium dan tuba kanan.
4. Kesan :mioma uteri, evaluasi ovarium kiri dalam batas normal, kemudian
diputuskan dilakukan TAH+SOD.
5. Evaluasi perdarahan, kesan : Perdarahan terkontrol
6. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis ditutup dengan kasasteril dan
hipavix.
7. Keadaan umum ibu post TAH+SOD stabil.
POST OPERASI
Tindakan Operasi : Total Abdominal Histerektomi (TAH) + SOD
28
Penemuan Intra Operasi :
Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Awasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan
Pemeriksaan Histopatologi jaringan uterus
Cek Rutin darah post operasi
IVFD RL 20 gtt/i
InjeksiCefotaxime 1 g/12 jam
InjeksiGentamisin 80 mg/8 jam
InjeksiDitranex 500mg/8jam
InjeksiKetorolac 30mg/8 jam
Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam
Follow up tanggal 10-07-2015, pukul 06.00 WIB
S : (-)
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 110/70 mmHg Ikterik : -
HR : 88x/i Dyspnoe : -
RR : 24x/i Sianosis : -
T : 36,8 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
29
L/O : Tertutup perban kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+) via kateter, UOP : 40cc/jam warna kuning pekat
BAB : (-)
Flatus : (+)
A : Post TAH + SOD a/iMiomaUteri + H1
Th :
IVFD RL 20 gtt/i
InjeksiCefotaxime 1 g/12 jam
InjeksiGentamisin 80 mg/8 jam
InjeksiDitranex 500mg/8jam
InjeksiKetorolac 30mg/8 jam
Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam
Follow up tanggal 11 -07-2015, jam 06.00 WIB
S : (-)
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -
HR : 80x/i Dyspnoe : -
RR : 20x/i Sianosis : -
T : 36,0 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
L/O : Tertutup verban kesan kering
30
P/V : (-)
BAK : (+) via kateter, UOP : 50cc/jam warna kuning jernih
BAB : (-)
Flatus : (+)
A :Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H2
Th/ :
IVFD RL 20 gtt/i
InjeksiCefotaxime 1 g/12 jam
InjeksiGentamisin 80 mg/8 jam
InjeksiDitranex 500mg/8jam
InjeksiKetorolac 30mg/8 jam
Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam
Follow up tanggal 12 -07-2015, jam 06.00 WIB
S : (-)
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -
HR : 80x/i Dyspnoe : -
RR : 20x/i Sianosis : -
T : 36,4 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
L/O : Tertutup verban kesan kering
P/V : (-)
31
BAK : (+) via kateter, UOP : 50cc/jam warna kuning jernih
BAB : (-)
Flatus : (+)
A :Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H3
Th/ :
InjeksiCefotaxime 1 g/12 jam
InjeksiGentamisin 80 mg/8 jam
InjeksiDitranex 500mg/8jam
InjeksiKetorolac 30mg/8 jam
Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam
- Aff infus + Kateter
Followup tanggal 13 -07-2015, jam 06.00 WIB
S : (-)
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -
HR : 80x/i Dyspnoe : -
RR : 20x/i Sianosis : -
T : 36,4 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
L/O : Tertutup verban kesan kering
P/V : (-)
32
BAK : (+)
BAB : (+)
Flatus : (+)
A :Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H4
Th/
Cefadroxil tab 2x 500 mg
Asam Mefenamat 3x 500 mg
Grahabion 1x1
Rencana : - GV kering
- PBJ, kontrol poli 3 kemudian.
Hasil pemeriksaan PA (biopsy):
Makroskopis :
Diterima jaringan uterrus ukuran : 18x6x6 cm, tampak massa tumor diameter 9,5cm, ovarium 3x2,7xo,7 cm.
Mikroskopis :
Sediaan jaringan dari serviks dalam batas normal.Sediaan jaringan dari endometrium tampak gambaran struktur kelenjar yang tersusun back to back.Sediaan jaringan dari masa tumor tampak gambaran sel-sel berbentuk spindle yang tersusun sejajar ke segala arah dan sebagian berbetuk kumparan.Sediaan dari ovarium tampak kista folikel dengan perdarahan.
Kesimpulan : Suatu Hiperplasia endometrium + mioma uteri + kista folikel
berdarah.