Paper Denudasi

5
Analisis Tipe Longsoran Rock Fall dan Debris Flow pada Daerah Jabungan Farida Dwi Aryati 1 21100114120018 1 Teknik Geologi Universitas Diponogoro, Semarang, Indonesia Abstract Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana. Keyword : Denudasi, tanah longsor Pendahuluan Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lereng kaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan struktural denudasional. Pada kasus ini di daerah Jabungan, Semarang telah terjadi proses pelapukan yang cukup intensif

description

Semoga bermanfaat

Transcript of Paper Denudasi

Analisis Tipe Longsoran Rock Fall dan Debris Flow pada Daerah JabunganFarida Dwi Aryati1211001141200181Teknik Geologi Universitas Diponogoro, Semarang, Indonesia

Abstract

Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.

Keyword : Denudasi, tanah longsor

Pendahuluan

Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lereng kaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan struktural denudasional. Pada kasus ini di daerah Jabungan, Semarang telah terjadi proses pelapukan yang cukup intensif sehingga daerah tersebut telah dikatakan sebagai daerah yang rawan longsor dan dapat membahayakan penduduk sekitar. Sehingga dilakukan penelitian dengan melakukan observasi dan studi pustaka agar dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana alam geologi yang dapat terjadi di suatu wilayah dan dapat mengurangi resiko terjadinya korban dari bencana alam geologi tersebut.

Tinjauan Pustaka

Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.

Metodologi

Dalam pembuatan paper ini digunakan metode studi pustaka dan observasi lapangan.

Hasil dan Analisis

Pada STA 1 dengan kesampaian daerah sekitar 30 menit dari Universitas Diponegoro terdapat beberapa tebing dengan batuan yang telah merekah yang disebabkan oleh adanya faktor biologi yaitu adanya akar pohon yang masuk dan menekan batuan penyusun tebing daerah tersebut. Dengan kategori longsoran berupa rockfall. Dimensi daerah yang diteliti adalah sekitar 5m x 7m dengan tingkat pelapukannya adalah rendah. Tata guna lahan dari daerah ini adalah sebagai jalan raya, untuk potensi positifnya adalah sebagai informasi data mengenai mitigasi bencana geologi. Potensi negatifnya adalah terjadinya longsoran berupa rombakan batuan yang berada di daerah tersebut.Pada STA 2 dengan kesampaian daerah sekitar 25 menit dari STA 1 terdapat morfologi berupa daerah dengan morfologi tebing tererosi dengan jenis gerakan masa tanah debris flow. Dimensi pada STA ini adalah 5m x 3m dengan tingkat pelapukan sedang. Tata guna lahannya adalah sebagai jalan umum, untuk potensi positifnya adalah sebagai informasi data mengenai kebencanaan geologi. Potensi negatifnya adalah sebagai daerah rawan longsor.Pada STA 3 dengan kesampaian daerah dari STA 2 adalah 10 menit terdapat morfologi berupa tebing tererosi dengan jenis gerakan tanah berupa debris flow. Dimensi pada STA 3 ini adalah 6m x 7 m dengan tingkat pelapukan sedang. Tata guna lahannya adalah sebagai jalan raya, potensi positifnya adalah sebagai daerah dengan informasi geologi bagi kebencanaan daerah Semarang. Potensi negatifnya adalah terjadinya longsoran. Pada STA 4 dengan kesampaian daerah sekitar 15 menit dari STA 3 ditemukan morfologi tebing tererosi dengan jenis gerakan masa berupa debris flow. Dengan tata guna lahan daerah ini adalah sebagai jalan umum, potensi positifnya adalah sebagai penguat data geologi mengenai kebencanaan geologi dan adanya gerakan tanah di daerah Semarang. Potensi negatifnya adalah terjadinya longsoran yang lebih besar pada daerah ini.

Pembahasan

Pada STA 1 mengalami beberapa proses degradasi dengan faktor biologi berupa adanya akar tunggang yang masuk ke dalam tubuh batuan sehingga menyebabkan batuan retak dan jatuh. Pada kasus ini dikategorikan sebagai rockfall. Jadi pada STA ini merupakan jenis longsoran gerakan jatuh bebas masa batuan dengan kecepatan tinggi karena adanya kemiringan tebing yang hamper mendekati 90 dan dengan faktor gravitasi yang mempengaruhinya.Pada STA 2, 3 dan 4 merupakan longsoran dengan jenis debris flow. Jadi pada STA ini terdapat beberapa hasil rombakan batuan sehingga membentuk material rombakan yang telah menjadi tanah, kemudian karena adanya intensitas hujan yang tinggi pada bulan oktober-maret yang memungkinkan terjadinya kejenuhan air di dalam tanah tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya longsor.Untuk cara menstabilkan struktur untuk meningkatkan resistensi geser merupakan cara yang paling efektif sebelum longsoran terjadi dibandingkan apabila longsoran sudah terjadi. Jenis yang sangat umum dari masa batuan/tanah diletakkan sebagai beban dan ditempatkan pada bagian luar dari masa longsoran untuk menahan reaksi gerakan ke atas, sedangkan bagian dasar berfungsi sebagai penopang kearah lateral untuk bagian tepi dari masa longsoran, bagian pinggir atau lereng yang sudah dikupas diisi untuk mencegah gerakan ke arah kaki lereng. Dinding yang dibuat dari semen atau beton akan berguna untuk menahan laju masa batuan/tanah yang tidak stabil.Untuk gerakan tanah yang berada di lereng bukit, pencegahan dapat dilakukan dengan cara memasang tiang pancang, namun demikian untuk menahan luncuran masa batuan/tanah yang aktif pemasangan tiang pancang tidak akan mampu menahan gerakan masa batuan/tanah tersebut dan hal ini disebabkan karena perpindahan debris tanah yang mampu melewati tiang pancang, atau membuat tiang pancang menjadi miring dan bahkan mematahkannya. Hal yang lebih ekstrim adalah tiang pancang meluncur bersamaan dengan luncuran tanah. Resistensi geser pada masa batuan atau tanah yang tidak stabil dapat meningkat karena pemadatan dan pengerasan internal melalui injeksi semen, aspal atau bahan kimia tertentu.

Kesimpulan

Untuk mengurangi terjadinya gerakan tanah, dibuat beberapa cara yaitu dengan memberikan penopang berupa beton.

Referensi

[1] http://pag.bgl.esdm.go.id/?q=content/evaluasi-geologi-teknik-kejadian-gerakan-tanah-di-kompleks-perumahan-lereng-gombet-semarangk diakses pada tanggal 25 April 2015 pukul 21.45 WIB[2]http://bloggernine-iq.blogspot.com/2012/04/blog-post.html diakses pada tanggal 26 April 2015 pukul 01.36 WIB

Lampiran

Gambar 1: Rock Fall STA 1

Gambar 2: Debris Flow STA 2

Gambar 3: Debris Flow STA 3

Gambar 4: Debris Flow STA 2