Paper stuper
-
Upload
novita-rini-wardani -
Category
Business
-
view
532 -
download
0
Transcript of Paper stuper
Tugas Mata Kuliah
Studi Perkotaan
GPW (2106)
Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Solusi untuk Relokasi Permukiman Kumuh
Penduduk di Kota Probolinggo
Dosen Pengampu : Drs. Risyanto, M.S.
PRODI PEMBANGUNAN WILAYAH
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVESITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
PENDAHULUAN
Jumlah pertumbuhan penduduk yang makin berkembang dari tahun ke tahun
menimbulkan berbagai permasalahan terkait dengan penggunaan lahan. Kebutuhan
penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan dalam rangka memenuhi kebutuhan
penduduk mendorong semakin tingginya konversi lahan serta penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan semestinya.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar penduduk yang harus dapat
terpenuhi untuk melangsungkan dan mendukung aktivitas manusia, meningkatkan
mutu kehidupan dan penghidupan, sebagai pencerminan jati diri dalam upaya
peningkatan taraf hidup, serta membentuk watak dan jati diri bangsa. Seiring dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan
rumah sebagai tempat tinggal juga semakin meningkat. Keadaan ini tidak didukung oleh
ketersediaan lahan yang memadai sebagai kawasan yang khusus untuk dikembangkan
sebagai kawasan permukiman dan perumahan. Harga tanah yang semakin mahal,
ketersediaannya yang terbatas, serta tingginya jumlah penduduk memicu pertumbuhan
permukiman-permukiman baru yang tumbuh di lingkungan perkotaan yang sebagian
besar berada di lingkungan yang kurang memenuhi standar kesehatan dan sanitasi
lingkungan yang memadai.
Masalah perkotaan yang kerap kali muncul dan relatif sulit untuk diatasai
utamanya terkait dengan masalah permukiman. Harga lahan di kota yang pada
umumnya mahal tidak dapat dijangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah
yang pada umumnya mereka adalah migran dari desa maupun wilayah lain yang datang
bermigrasi dengan harapan akan memperoleh hidup yang lebih layak. Namun keinginan
tersebut tidak dapat sesuai dengan kenyataan yang ada. Begitu kompleksnya masalah di
perkotaan menimbulkan persaingan satu sama lain utamanya dalam penggunaan lahan.
Penduduk dengan penghasilan di atas rata-rata lah yang mampu memiliki hunian
dengan situasi yang nyaman didukung segala fasilitas yang lengkap dan mudah untuk
diakses, sementara masyarakat berpenghasilan di bawah rata-rata hanya mampu
memiliki hunian yang seadanya yang jauh dari kata layak.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 ayat 1
mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik. Maka salah satu kewajiban
pemerintah terkait dengan UUD 1945 Pasal 28 ayat 1 tersebut yaitu menyediakan
fasilitas hunian yang layak bagi masyarakatnya agar dapat hidup sejahtera. Sehingga
muncul upaya dari Kementrian Negara Perumahan Rakyat untuk mengatasi sejumlah
masalah terkait dengan kebutuhan perumahan khususnya bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan program pembangunan rumah susun.
Pembangunan rumah susun tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perumahan
layak huni yang dapat terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Berdasarkan amanat Undang-Undang tersebut, pemerintah Kota Probolinggo telah
berupaya untuk menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan di
bawah rata-rata agar juga dapat menikmati lingkungan perumahan yang layak dan
lingkungan sehat serta asri yaitu dengan dibangunnya Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa).
Alasan pemerintah menyediakan Rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan
rendah yaitu sebagai upaya untuk penyediaan tempat hunian yang layak sesuai dengan
tata ruang, menanggulangi lingkungan permukiman perkotaan yang tidak sehat
(kumuh), serta untuk menjembatani masyarakat yang belum mempunyai rumah untuk
mendpatakan tempat hunian yang layak huni dengan cara menyewa utamanya untuk
masyarakat berpenghasilan rendah.
PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik Wilayah dan Kondisi Geografis Kota Probolinggo
Kota Probolinggo merupakan salah satu daerah kota di wilayah bagian Utara
Propinsi Jawa Timur. Terletak antara jalur Jalan Surabaya/Malang – Banyuwangi dan
Jember/Lumajang. Sebelum tahun 1982 maka Kota Probolinggo terdiri dari 1 (satu)
kecamatan kota yang mencakup 11 desa/kelurahan. Namun sesuai dengan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 45 tahun 1982, Kota Probolinggo dimekarkan menjadi 3 (tiga)
kecamatan yang membawahi 29 (dua puluh sembilan) kelurahan. Kondisi saat ini
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2006 Tentang
Penataan dan Pengembangan Kelembagaan Kecamatan, Kota Probolinggo melakukan
penataan dan pengembangan kecamatan dari 3 (tiga) kecamatan menjadi 5 (lima)
kecamatan yang membawahi 29 Kelurahan. Kelima kecamatan tersebut yaitu
Kecamatan Mayangan, Kecamatan Kanigaran, Kecamatan Kademangan, Kecamatan
Wonoasih dan Kecamatan Kedopok.
Secara geografis daerah ini terletak antara 7o43’41” sampai 7o49’04” Lintang
Selatan dan 113o10’ sampai 113o15’ Bujur Timur dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara : Selat Madura
b. Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Leces, Wonomerto, Bantaran, dan Sumberasih
Kabupaten Probolinggo.
d. Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
Berdasarkan keadaan topografi wilayah, Kota Probolinggo terletak pada
ketinggian 0 sampai kurang dari 50 meter dia atas permukaan air laut. Apabila
ketinggian tersebut dikelompokkan atas; ketinggian 0 -10 meter, ketinggian 10 -25
meter, ketinggian 25 -50 meter. Semakin ke wilayah selatan, ketinggian dari permukaan
laut semakin besar. Namun demikian seluruh wilayah Kota Probolinggo relatif
berlereng (0 – 2%).
Kondisi geologi wilayah Kota Probolinggo dibentuk dari bahan induk batuan
volkanik dan zaman quarter muda (young quarternary volcanic product) dan batuan
endapan (alluvium). Bahan induk tersebut terbentuk dengan fisiografi yang relatif datar.
Bahan induk alluvium terdapat pada wilayah bagian utara dan tenggara, sedangkan
bahan induk volcanic product terdapat pada bagian lainnya.
Jenis tanah di wilayah Kota Probolinggo terdiri dari Alluvial, Mediteran, dan
Regosol. Jenis tanah alluvial regosol terdapat pada daerah paling utara yaitu daerah
pantai. Alluvial kelabu tua pada bagian tengah ke utara. Jenis tanah yang terluas di
wilayah Kota Probolinggo adalah alluvial coklat keabuan, yaitu dari bagian tengah
hingga selatan kota. Jenis tanah regosol coklat terdapat sebagian kecil di bagian timur
kota, sedangkan kompleks grumosol hitam dan litosol pada bagian barat daya kota.
Jenis tanah aluvial (63.98%) merupakan tanah yang sangat baik untuk usaha pertanian,
karena tersedia cukup mineral yang diperlukan untuk tumbuh-tumbuhan. Demikian pula
jika digunakan untuk bangunan, jenis tanah ini mempunyai daya tahan yang kuat karena
merupakan endapan tanah liat yang bercampur pasir halus. Jenis tanah grumosol
(4.82%) sifat tanahnya mudah longsor dan memiliki drainase buruk. Dengan demikian,
tentunya jenis tanah ini kurang baik guna didirikan bangunan karena selalu terancam
bahaya. Jenis tanah Mediteran (31.20%) merupakan jenis tanah yang memiliki
karakteristik tahan menahan. (Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
Tahun 2009-2028)
2.2. Penggunaan Lahan Wilayah Kota Probolinggo
Dalam proses perencanaan suatu kota/daerah, aspek tata guna tanah merupakan
aspek penting untuk ditinjau sehingga dapat ditelaah jenis penggunaan tanah dan pola
struktur ruang yang ada. Struktur penggunaan tanah secara umum di Kota Probolinggo
meliputi permukiman, perdagangan, industri, tanah pertanian. Terlihat dari data Tabel
Luas dan Jenis Penggunaan Lahan (Ha) di Kota Probolinggo Tahun 2007.
Tabel Luas dan Jenis Penggunaan Lahan (Ha) di Kota Probolinggo Tahun 2007
NoPenggunaan Lahan
Luas
Total %Mayanga
nKanigar
anKademang
anWonoasi
hKedopo
k
1Permukiman 384,16 474,29 410,62 412,24 408,73
2.090,04
36,88
2Perdagangan 7,41 11 0,7 0,33 1,2 20,64 0,36
3 Pendidikan 34,4 64 12,7 4,75 16,65 132,5 2,34
4Perkantoran 36,01 63,38 5,61 1,65 2,26 108,91 1,92
5 Industri 74,25 1,84 8,54 5,45 0 90,08 1,59
6 Pertanian 180,99 369,98 667,21 514,48 860,982.593,6
445,7
7
7 Tambak 46,05 0 50,67 0 0 96,72 1,71
8Hutan Mangrove 5,05 0 2,33 0 0 7,38 0,13
9 Sungai 9,88 6,42 56,77 91,22 19,79 184,08 3,25
10 Rel KA 3,42 2,48 2,81 1,99 1,18 11,88 0,21
11 Jalur SUTT 0 7,08 6,46 7,15 4,61 25,3 0,45
12 Jalan 46,92 40,3 33,3 46,2 24,74 191,46 3,38
13Lapangan Olahraga 5,05 6,99 3,69 4,28 5,92 25,93 0,46
14 Hutan Kota 17,85 3,5 0 4,65 0,94 26,94 0,48
15 Makam 14,1 14,05 13,95 3,7 15,4 61,2 1,08
Jumlah 865,54 1.065,31 1.275,36 1.098,091.362,4
05.666,
70 100
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo, 2007
Secara umum penggunaan tanah di Kota Probolinggo tahun 2007 didominasi
oleh lahan pertanian dengan luas 2593,64 Ha atau 45,77% dari luas keseluruhan Kota
Probolinggo dengan lahan pertanian paling luas berada di Kecamatan Kedopok sebesar
860,98 Ha, kemudian berikutnya adalah Kecamatan Kademangan dengan luas lahan
pertanian sebesar 667,21 Ha dan Kecamatan Wonoasih dengan luas lahan pertanian
sebesar 514,48 Ha.
Penggunaan lahan paling dominan berikutnya setelah lahan pertanian adalah
lahan permukiman, yaitu sebesar 2.090,04 Ha atau 36,88% dari luas Kota Probolinggo.
Persebaran permukiman di Kota Probolinggo cukup merata di seluruh kecamatan, hal
ini dpat dilihat berdasarkan selisih luas lahan permukiman pada setiap kecamatan yang
tidak terlalu mencolok. Luas lahan permukiman paling besar berada di Kecamatan
Kanigaran yaitu sebesar 474,29 Ha, kemudian berikutnya adalah Kecamatan Wonoasih
sebesar 412,24 Ha.
Penggunaan tanah lainnya seperti fasilitas pendidikan, perkantoran, perdagangan
maupun industri menjadi terlihat tidak signifikan jika dibandingkan dengan luas lahan
pertanian ataupun permukiman. Luas fasilitas permukiman, perkantoran, perdagangan
dan industri di Kota Probolinggo berturut-turut adalah sebesar 132,50 Ha (2,34% luas
wilayah Kota probolinggo), 108,91 Ha (1,92%), 20,64 Ha (0,36%), dan 90,08 Ha
(1,59%).
2.3 Keterkaitan Pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) di Kelurahan
Mangunharjo dengan Manajemen Llingkungan Perumahan Perkotaan
Menurut Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun menyebutkan
bahwa Rumah Susun adalah Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian,
yang dilengkapi dengan bagian Bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Pembanguan Rusunawa merupakan sebagai respon terhadap Peraturan
Kementrian Perumahan Rakyat dan Peraturan Perundangan No.26 Tahun 2007
mengenai Penataan Ruang yang berkaitan dengan efisiensi lahan untuk permukiman
serta keteraturan dan keindahan konsep letak kawasan Rusunawa seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk disertai kebutuhan tempat tinggal yang juga tinggi
sedangkan ketersediaan lahan yang semakin terbatas, sehingga pembangunan Rusunawa
dinilai dapat mencegah semakin berkembangnya permukiman kumuh di pinggiran kota.
Permukiman kumuh yang ada di Kota Probolinggo telah marak berkembang
sehingga diperlukan suatu regulasi penataan dan relokasi permukiman. Pemerintah
daerah telah menetapkan beberapa lokasi yang rumahnya perlu untuk direlokasi antara
lain sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan radius 500 meter (Kelurahan
Sukabumi), wilayah eks Kereta api stasiun-pelabuhan (Kelurahan mangunharjo) yang
tanah ini masih merupakan tanah milik PT. KAI, serta sempadan Kali Banger
(Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mayangan).
Relokasi warga diharapkan di beberapa wilayah tersebut dilakukan dengan
mudah karena warga diberi santunan sebesar Rp. 10.000.000,- per masing-masing unit
rumah yang direlokasi. Dengan sosialisasi yang rutin dan cara penyampaian yang
mudah diterima masyarakat proses relokasi pun dapat berjalan dengan mudah. Selain itu
dukungan atas keinginan warga yang bersangkutan pula untuk memiliki hunian yang
layak dan kondisi lingkungan yang sehat serta fasilitas dan sanitasi yang mendukung
menjadi modal untuk warga bersedia direlokasi.
Rusunawa Bestari merupakan nama yang diberikan untuk Rusunawa bagian
pertama yang menjadi realisasi program pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat
dirancang dengan desain bangunan modern. Bangunan rusunawa itu terdiri dari 96 unit
dengan luas 4,5 x 5,5 meter atau type 24. Tiap ruangan terdiri dari satu ruangan tamu,
satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur serta tempat jemuran. Fasilitas pendukung
lainnya terdapat mushala, ruang pertemuan, tempat kontroling air, dan tempat parkir. Di
lantai dasar dibuat dua unit rusunawa untuk penyandang cacat (ruang difabel).
Dilengkapi dua tangga darurat dan satu tangga utama. Hal yang paling menarik dan
terkesan istimewa yaitu pemandangan di lantai atas. Pemandangan Kota Probolinggo
dapat dilihat dari sana. Seperti banyaknya pemukiman penduduk, tambak, sawah,
pabrik, pelabuhan hingga laut.
Untuk pemilihan lokasi Rusunawa, pemerintah sengaja meletakkan tidak terlalu
jauh dengan tempat tinggal yang dulu pernah dihuni. Hal ini untuk memudahkan
mobilitas penduduk yang bekerja di bidang pertanian ataupun sebagai nelayan sehingga
tidak terlalu jauh dengan rumah yang baru. Selian itu lokasi pembangunan rumah susun
letaknya berdekatan dengan jalan lingkar utara Kota Probolinggo yang merupakan akses
pendukung yang relatif baik sehingga mempermudah mobilitas penduduk, dekat dengan
pelabuhan dan lahan persawahan sebagai pertimbangan untuk penghuni yang bekerja
sebagai nelayan sehingga jarak dengan rumah tidak terlalu jauh. Dengan adanya
pelabuhan sebagai gerbang masuk aliran barang, secara langsung dapat menjadi pusat
pertumbuhan baru bagi kegiatan ekonomi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
mata pencaharian. Pembanguan Rusunawa sengaja diletakkan di sekitar kawasan pesisir
pantai dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian penduduk sebagai program
pemerintah yang merencanakan kawasan pelabuhan sebagai pusat perekonomian.
Sumber :
Anam. (2009). Rusunawa Siap Dihuni, Dapur Umum. Diakses dari http://www.dapurumum.com, tanggal 29 September 2009
Fa. (2009). Bangunan Rusunawa Masih 37 Persen, Jawa Pos Radar Bromo. Diakses dari http://www.jawapos.com, tanggal 29 September 2009
Fa/Nyo. (2009). Rusunawa Hampir Rampung, Jawa Pos Radar Bromo. Diakses dari http://www.jawapos.com, tanggal 29 September 2009
Isa. (2009). Sosialisasi Calon Penghuni, Surabaya Post. Diakses dari http://www.surabayapost.co.id, tanggal 29 September 2009
Kota Probolinggo dalam Angka 2005/2006Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah SusunRencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun 2009-2028
Daerah Pembangunan Rusunawa
Gambar Daerah pembangunan Rusunawa yang berada di jalur jalan lingkar utara Kota Probolinggo
(sumber :Google aerth)
Ritohardoyo, Su. (2002). Bahan Kuliah Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM
Ugi. (2009). Untuk Rakyat Pinggiran, Harian Umum Duta Masyarakat. Diakses dari http://www.dutamasyarakat.com, tanggal 29 September 2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman