Paper Akondroplasia

35
AKONDROPLASIA I. PENDAHULUAN Akondroplasia adalah salah satu bentuk kekerdilan tubuh yang sering dijumpai. Nama lain dari Akondroplasia ini diantaranya adalah Achondroplastic dwarfism, Chondrodystrophia fetalis, Chondrodystrophy syndrome, dan Congenital osteosclerosis. Walaupun akondroplasia secara harafiah berarti “tidak adanya pembentukan kartilago”, masalah yang mendasari keadaan ini bukan pembentukan kartilago, melainkan konversi kartilago menjadi tulang. 1,2 Penyakit ini merupakan kelainan kongenital tulang rawan. Gangguan terutama pada pertumbuhan tulang-tulang panjang, paling sering pada tulang lengan dan tungkai. Penyakit ini merupakan displasia skeleton murni yang diturunkan secara autosomal dominan. 1,2,3 Penyakit ini memberikan gambaran perawakan pendek pada tubuh dan anggota gerak yang tidak proporsional. Pemendekan anggota gerak terutama pada segmen proksimal yang disebut rhizomelia. 1 II. INSIDEN Ini merupakan suatu bentuk yang cukup umum dari dwarfisme. Sekitar 85-90% kasus merupakan mutasi genetik. 1

Transcript of Paper Akondroplasia

Page 1: Paper Akondroplasia

AKONDROPLASIA

I. PENDAHULUAN

Akondroplasia adalah salah satu bentuk kekerdilan tubuh yang sering

dijumpai. Nama lain dari Akondroplasia ini diantaranya adalah Achondroplastic

dwarfism, Chondrodystrophia fetalis, Chondrodystrophy syndrome, dan Congenital

osteosclerosis. Walaupun akondroplasia secara harafiah berarti “tidak adanya

pembentukan kartilago”, masalah yang mendasari keadaan ini bukan pembentukan

kartilago, melainkan konversi kartilago menjadi tulang.1,2

Penyakit ini merupakan kelainan kongenital tulang rawan. Gangguan terutama

pada pertumbuhan tulang-tulang panjang, paling sering pada tulang lengan dan

tungkai. Penyakit ini merupakan displasia skeleton murni yang diturunkan secara

autosomal dominan. 1,2,3

Penyakit ini memberikan gambaran perawakan pendek pada tubuh dan

anggota gerak yang tidak proporsional. Pemendekan anggota gerak terutama pada

segmen proksimal yang disebut rhizomelia.1

II. INSIDEN

Ini merupakan suatu bentuk yang cukup umum dari dwarfisme. Sekitar 85-

90% kasus merupakan mutasi genetik. Akondroplasia pertama kali ditemukan oleh

Parrot (1878). Angka kejadian kelainan ini adalah 1/25.000 kelahiran.1

Sumber lain mengatakan bahwa di Amerika Serikat, akondroplasia

merupakan penyakit herediter yang paling umum terjadi menyangkut perawakan

pendek yang tidak seimbang. Kasus ini terjadi 1 dalam 15.000-40.000 kelahiran

hidup. 2,3,4,5

1

Page 2: Paper Akondroplasia

III. EPIDEMIOLOGI

Tidak ada hubungan antara ras dengan kasus akondroplasia. Ditemukan lebih

banyak penderita akondroplasia pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.

Akondroplasia dapat dideteksi saat antenatal. Akondroplasia diturunkan secara

autosomal dominan. Jika salah satu orang tua menderita akondroplasia, 50%

kemungkinan akan diturunkan kepada anaknya. Jika kedua orang tua memiliki

kelainan ini, kemungkinannya akan meningkat 75%. 1,3,4,5,6

Walaupun demikian, kira-kira 80% dari orang dengan akondroplasia memiliki

orang tua yang berperawakan sedang atau rata-rata. Hal ini disebabkan oleh mutasi

baru dari gen FGFR3. Komplikasi dari akondroplasia mempengaruhi seluruh

kelompok usia. Pasien dengan tipe homozigot dari akondroplasia jarang yang mampu

bertahan hidup karena dapat mengalami masalah serius yang berkaitan dengan

pertumbuhan tulang dan biasanya akan meninggal pada saat lahir atau beberapa lama

setelah lahir oleh karena kegagalan napas. 2,4,5

IV. ETIOLOGI

Akondroplasia termasuk dalam kelompok penyakit osteokondrodisplasia

(gangguan pertumbuhan tulang dan kartilago) yang paling sering terjadi, mencakup

beragam kelompok penyakit yang ditandai dengan abnormalitas intrinsik dari

kartilago atau tulang atau keduanya. 2,4,5,8,9

Keadaan ini memberikan ciri-ciri berikut : 7

1. Transmisi genetik

2. Abnormalitas dalam ukuran dan bentuk dari tulang anggota gerak, vertebra dan

atau kranium

Akondroplasia disebabkan oleh mutasi dari gen reseptor faktor 3 pertumbuhan

fibroblast (fibroblast growth factor receptor 3/ FGFR3 gene). Gen FGFR3

menyediakan perintah untuk membuat protein yang terlibat dalam perkembangan dan

pemeliharaan tulang dan jaringan otak. Protein ini membatasi pembentukan tulang

2

Page 3: Paper Akondroplasia

dari kartilago (proses yang disebut osifikasi), terutama pada tulang-tulang panjang.

Dua jenis mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggung jawab untuk sekitar 99%

kasus akondroplasia. Sisa 1% disebabkan oleh mutasi yang berbeda pada gen yang

sama. Para peneliti yakin bahwa mutasi-mutasi ini menyebabkan protein menjadi

lebih overaktif sehingga mempengaruhi perkembangan tulang dan terjadi gangguan

pertumbuhan tulang seperti yang terlihat pada penyakit ini. 2,5,7

Kerusakan primer adalah proliferasi kondrosit yang abnormal pada lempeng

pertumbuhan tulang yang menyebabkan pemendekan tulang-tulang panjang, tetapi

ketebalan tulang tetap sesuai/tidak berubah. Bagian yang lain dari tulang panjang ini

mungkin tidak dipengaruhi. Manifestasi dari gangguan ini adalah pendeknya anggota

gerak (khususnya bagian proksimal), tulang belakang yang normal, pembesaran

kepala, saddle nose/jembatan hidung rata, dan lordosis lumbal yang berlebihan.

Penyakit ini diturunkan secara genetik. Walaupun demikian, banyak kasus

akondroplasia terjadi karena mutasi gen (perubahan gen). 2,4,5

V. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

Akondroplasia merupakan salah satu dari penyakit kondrodistrofi atau

osteokondrodisplasia dimana perkembangan kartilago dan tulang terganggu,

mencakup beragam kelompok penyakit yang ditandai dengan abnormalitas intrinsik

dari kartilago atau tulang atau keduanya. 5,7,8,10

Tulang-tulang panjang memendek tetapi ukurannya menjadi lebar karena

pertumbuhan tambahan tulang tidak dipengaruhi. Tulang tengkorak juga ikut

membesar. Kolumna spinalis memiliki panjang yang relatif normal, tetapi menjadi

bentuk kifosis karena kelainan dari vertebra dan bentuk tubuh. 5,11

1. Tulang

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat

untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Pembentuk jaringan

3

Page 4: Paper Akondroplasia

tulang terdiri atas sel-sel tulang (sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, dan

osteoklas) dan matriks tulang. Komponen-komponen nonselular utama dari tulang

adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan

kristal membentuk suatu garam kristal (hidroksiapatit) yang merupakan matriks non

organik, yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini

memadatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga osteoid. Sekitar

70% dari osteoid adalah kolagen tipe 1 yang kaku. Materi organik lain yang

menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat. 12

Secara makroskopik, tulang terdiri atas spongiosa (kanselosa) dan kompak

(padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis tipis

jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli

tulang kompak. 12

Secara mikroskopik, tulang terdiri atas : 12

1. Sistem Havers yaitu saluran Havers (saraf, pembuluh darah, aliran limfe)

2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).

3. Lakuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang

mengandung sel tulang).

4. Kanalikuli (memancar di antara lakuna dan tempat difusi makanan sampai ke

osteon).

Tulang panjang utamanya memiliki bagian-bagian yang khas meliputi diafisis,

metafisis dan epifisis. Diafisis atau batang merupakan bagian tengah tulang yang

berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan

yang besar. Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir

batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa

yang mengandung sel-sel hematopoetik. Lempeng epifisis merupakan daerah

pertumbuhan longitudinal pada anak-anak dan bagian ini akan menghilang pada

tulang dewasa. Bagian ini langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang

bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. Seluruh

4

Page 5: Paper Akondroplasia

tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum yang mengandung sel-sel

yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang

panjang. 12

Lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan ini memiliki 4 lapisan. Lapisan

sel yang letaknya paling atas dekat dengan epifisis disebut daerah sel istirahat.

Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi, dimana pada zona ini terjadi pembelahan

aktif sel, dan di sini dimulainya suatu pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif

ini didorong ke arah batang tulang ke dalam zona hipertrofi, suatu tempat di mana

sel-sel membengkak menjadi lemah dan secara metabolik menjadi tidak aktif. 12

Di dalam daerah kalsifikasi tambahan inilah sel-sel tulang mulai menjadi

keras karena mineral disimpan dalam kolagen dan proteoglikan. Kerusakan pada

daerah proliferasi dapat menyebabkan pertumbuhan terhenti dengan retardasi

pertumbuhan longitudinal anggota gerak tersebut atau terjadi deformitas progresif

bila hanya sebagian dari lempeng tulang yang mengalami kerusakan berat. 12

Gambar 1. Proses perkembangan tulang 8

Pembagian tulang menurut bentuknya adalah: 12

1. Ossa longa (tulang panjang) yaitu tulang yang ukuran panjangnya terbesar,

contoh: os humerus.

5

Page 6: Paper Akondroplasia

2. Ossa brevia (tulang pendek) yaitu tulang yang ketiga ukurannya (panjang,

lebar, dan tebal) kira-kira sama besar, contoh: ossa carpi

3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yang ukuran lebarnya terbesar,

contoh: os parietal

4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os sphenoidale

5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla.

2. Tulang Rawan/Kartilago

Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yang disebut kondrosit .

Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di dalam matriks dengan substansi

dasar seperti gel (berupa proteoglikans) yang basofilik. Kalsifikasi menyebabkan

tulang rawan tumbuh menjadi tulang keras. Pertumbuhan tulang rawan berakhir

selama periode dewasa. 12

Berdasarkan jenis dan jumlah serat di dalam matriks, ada 3 macam tulang

rawan: 12

1. Tulang rawan hialin: matriks mengandung serat kolagen. Kartilago jenis ini

yang paling banyak dijumpai

2. Tulang rawan elastin: serupa dengan tulang rawan hialin tetapi lebih banyak

serat elastin yang mengumpul pada dinding lakuna yang mengelilingi

kondrosit

3. Fibrokartilago: tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara berangsur menyatu

dengan tulang rawan hialin atau jaringan ikat fibrosa yang berdekatan.

Ada dua cara pertumbuhan tulang rawan, yaitu : 12

1. Appositional growth yaitu pertumbuhan tulang rawan dari luar. Sel

pembentuk kartilago di dalam perikondrium menyekresi matriks baru ke

permukaan luar kartilago yang sudah ada.

6

Page 7: Paper Akondroplasia

2. Interstisial growth yaitu pertumbuhan dari dalam. Kondrosit yang berikatan

dengan lakuna di dalam kartilago membelah dan menyekresi matriks baru dan

memperluas kartilago dari dalam.

VI. PATOFISIOLOGI

Pertumbuhan tulang yang normal tergantung pada produksi kartilago (suatu

jaringan penyambung tipe fibrosa yang bertindak sebagai dasar pembentukan tulang).

Kalsium didepositkan dalam kartilago, akan menyebabkannya menjadi keras dan

berubah menjadi tulang. Pada akondroplasia, kelainan dari proses ini menghalangi

tulang-tulang (utamanya tulang pada anggota gerak) untuk dapat bertumbuh panjang

sebagaimana yang seharusnya, tetapi pada saat yang sama justru tulang menebal

secara abnormal. Tulang-tulang pada trunkus dan kranium kebanyakan tidak

dipengaruhi, walaupun foramen magnum sering menyempit dibandingkan dengan

yang normal, dan kanalis spinalis mengecil. 6,13

Akondroplasia merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi pada

gen FGFR3 yang menghambat pertumbuhan kartilago pada lempeng

pertumbuhannya. FGFR3 mengkode suatu protein yang disebut Fibroblast Growth

Factor Receptor 3. Protein ini merupakan tempat bekerjanya faktor pertumbuhan

utama yang bertanggung jawab terhadap proses pemanjangan tulang. Ketika faktor

pertumbuhan ini tidak dapat bekerja dengan baik karena hilangnya reseptor tersebut,

pertumbuhan tulang pada kartilago lempeng pertumbuhan akan mengalami

perlambatan. Hal ini mengakibatkan pemendekan tulang, bentuk tulang yang

abnormal dan perawakan pendek. 2,5,6

VII. DIAGNOSIS

A. Diagnosis Klinik

Akondroplasia dapat didiagnosis berdasarkan karakteristik klinis dan

gambaran radiologi. Pada bayi, dimana diagnosis mungkin sulit dilakukan, dan pada

7

Page 8: Paper Akondroplasia

seseorang dengan gejala yang tidak khas, tes molekul genetik dapat digunakan untuk

mendeteksi mutasi dari gen FGFR3 (lokus 4p16.3). 2,4

Diagnosis akondroplasia ditegakkan berdasarkan gejala klinik yaitu

perawakan tubuh dan anggota gerak yang pendek, tidak proporsional, disertai kepala

yang besar (brakisefal) dengan penonjolan frontal, penonjolan tulang mandibula dan

hidung pesek. 1

Gibbus pada daerah lumbal merupakan tanda umum akondroplasia dan akan

menghilang pada tahun pertama. Selanjutnya punggung akan menjadi lurus dan

berganti dengan lordosis lumbal. Pada kasus ini ditemukan adanya lordosis setinggi

vertebra torakal 12 sampai lumbal 5.1

Batang tubuh dan tungkai pendek. Tungkai bengkok dan segmen tungkai

proksimal lebih pendek (rhizomelia). Diameter kranium biasanya lebih besar daripada

persentil ke-97 dengan penonjolan dahi (frontal bossing), bagian tengah wajah sering

mengecil, nostril menyempit dan jembatan hidung rata (saddle nose). Biasanya ada

brakidaktili dan menyerupai trident. Siku mungkin terbatas dalam ekstensi dan

pronasi. 3

Ciri-ciri dari akondroplasia selalu nyata saat lahir. Kebanyakan dari individu

yang menderita kelainan ini memiliki intelegensi yang normal. Pada bayi, hipotoni

ringan sampai sedang, dan kemampuan perkembangan motorik sering terlambat. Bayi

kesulitan menegakkan kepalanya karena hipotonia dan besarnya ukuran kepala. 1,4

Masalah respirasi dapat terjadi pada anak dan bayi. Obstruksi dari jalan napas

dapat berasal dari pusat pernapasan karena kompresi dari foramen magnum atau yang

berasal dari obstruksi karena penyempitan rongga hidung. Gejala dari obstruksi jalan

napas termasuk stridor dan apnu saat tidur. Individu yang mengalami hal ini sering

tidur dengan posisi hiperekstensi leher. Dwarfisme dengan akondroplasia merupakan

sebab primer dari pemendekan anggota gerak. tungkai biasanya lurus pada bayi,

tetapi lutut menjadi bentuk valgus saat anak-anak mulai berjalan. Pada anak yang

8

Page 9: Paper Akondroplasia

sudah mampu berjalan, lutut berubah menjadi bentuk varus. Jari tangan dan kaki

memendek. 4

Infeksi telinga bagian tengah sering terjadi pada bayi dan anak karena

kecilnya ukuran dari saluran hidung dan karena disfungsi pada tuba eustachius.

Infeksi telinga yang menetap dapat menyebabkan penurunan pendengaran.

Mandibula juga dapat membesar. Hal ini mengakibatkan gigi berdesak-desakan.3,4

Manifestasi klinik dari akondroplasia dapat dirangkum sebagai berikut : 3,4,13

Pemendekan anggota gerak (terutama lengan dan tungkai bagian proksimal)

atau rhizomelia yang dapat dikenali pada saat lahir

Pembesaran kepala dengan penonjolan dahi (frontal bossing)

Hipoplasi bagian tengah wajah/bentuk wajah kurang berkembang, saddle nose

(jembatan hidung menjadi rata/hidung berbentuk seperti pelana)

Tangan berbentuk trident, dimana antara jari tengah dan jari manis terdapat

jarak sehingga tangan seperti garpu bersusuk tiga

Pembatasan ekstensi siku, tetapi tidak mempengaruhi penderita akondroplasia

untuk dapat beraktivitas secara normal

Gibus di regio torakolumbal pada bayi. Tulang belakang membengkok dengan

penonjolan bokong pada anak dan orang dewasa, waddling gait.

Genu varum

B. Gambaran Radiologi

Gambaran radiologik menunjang diagnosis yaitu ditemukannya basis kranium

yang kecil, kepala relatif lebih lebar dari wajah dengan penonjolan frontal dan

hipoplasia mandibula, pemendekan tulang-tulang panjang dan pelvis yang sempit.

Riwayat adanya akondroplasia dalam keluarga semakin memperkuat diagnosis ini. 4

1. Foto Polos X-Ray

a. Vertebra

9

Page 10: Paper Akondroplasia

Roentgenogram menampakkan diameter anteroposterior dari korpus vertebra

pendek, tetapi tinggi dari tulang vertebra tidak berkurang secara signifikan. Pada

regio torakolumbal (vertebra torakalis bawah atau vertebra lumbalis atas), satu atau

dua dari korpus vertebra dapat tampak seperti baji anterior atau menonjol seperti

moncong peluru (bullet-nosed). Korpus vertebra torakolumbal mungkin mirip seperti

yang ditemukan pada sindrom Hurler. Lekuk-lekuk dari bagian posterior tulang

vertebra dapat terlihat, utamanya vertebra lumbalis. 3,6

Gambar 2 Gambar 3

Kanalis spinalis pada daerah lumbal meruncing ke arah kaudal sehingga jarak

interpedinkulus berkurang dari L1 sampai L5 (pedikel tampak pendek), berlawanan

dengan pelebaran kaudal pada normalnya. Ini merupakan tanda yang membedakan

10

Gambar 2. Stenosis spinalis. Korpus vertebra posterior berlekuk-lekuk di antara daerah distal, di atas teka yang opak. 6

Gambar 3. Penyempitan progresif dari kanalis vertebralis daerah lumbal, bullet-nose vertebra, dan lordosis lumbalis. Tulang-tulang iga memendek.4

Page 11: Paper Akondroplasia

akondroplasia, walaupun tidak tampak pada bayi baru lahir. Ruang diskus bertambah

karena pada penampakan lateral akan menunjukkan pengecilan dari kanalis spinalis.

Gejala yang berat dari protrusi diskus intervertebralis kemungkinan besar akan

berkembang pada masa mendatang. Stenosis spinalis pada regio lumbosakral

merupakan faktor predisposisi yang penting dan dapat dikonfirmasi dengan

pemeriksaan radikulografi, CT atau MRI. 3,6

b. Pelvis

Pelvis menjadi pendek, kecil dan diameternya berkurang. Sayap iliaka

menjadi lebih lebar dan sedikit memberikan gambaran batu nisan (tombstone

appereance). Asetabulum letak posterior dan atap asetebulum menjadi horizontal. L5

letak lebih dalam dan kemiringan pelvis berlebihan menyebabkan penonjolan dari

gluteus dan bentuk punggung lordosis. Lekukan sakroiskiadika yang sempit dan

dalam (champagne glass appereance). 3,6

11

Gambar 4.

Sayap iliaka melebar dengan atap asetabulum menjadi horizontal. Penyempitan jarak interpedikel pada daerah lumbosakral dan kerusakan pada metafisis femur bagian distal. 6

Page 12: Paper Akondroplasia

c. Tulang-tulang Panjang

Tulang panjang, panjangnya berkurang, terutama pada segmen tungkai

proksimal, tampak agak lebar dan pendek gemuk. Pemendekan paling besar pada

falang. Tubulus tulang memendek, tampak melebar dan memiliki insersi otot yang

jelas. Humerus dan femur lebih dipengaruhi dibandingkan dengan tulang-tulang distal

(rhizomelia). Fibula memanjang dan membengkok. Celah sendi mengalami pelebaran

ke arah proksimal epifisis dan metafisis dan dapat tampak berbentuk V (tanda

sirkumfleksi). Keterlambatan proses osifikasi dan pengurangan diameter

anteroposterior menyebabkan ujung tulang femur, misalnya pada bayi menampakkan

densitas radiolusen. Defek yang terjadi pada anak yang lebih tua berada di epifisis

dari tuberkulum tibia karena kelebihan kartilago yang tidak terkalsifikasi pada usia

ini. 3,6

Gambar 6. Gambar 7

12

Page 13: Paper Akondroplasia

d. Perubahan Tulang Tengkorak

Perubahan-perubahan ini penting untuk diagnosis dari akondroplasia. Tulang

kalvaria (atap tengkorak) relatif membesar dibandingkan dengan wajah disertai

dengan penonjolan frontal dan hipoplasia maksila, tetapi basis krani memendek. Sela

tursika dapat mengecil. Foramen magnum mengecil dan berbentuk corong (funnel-

shapped) yang tidak teratur. 3,6

Hidrosefalus dapat terjadi dan telah dihubungkan oleh penyebab mekanik ini.

13

Gambar 6. Humerus membengkok ke posterior, menyebabkan ekstensi lengan berkurang. Dislokasi kaput radius ke arah posterior juga dapat menjadi salah satu penyebab.4

Gambar 7. Tanda sirkumfleksi (inverted V configuration), yang mengakibatkan gaya berjalan waddling gait.4

Gambar 8.

Pembesaran kalvaria kranii (atap tengkorak). Perhatikan adanya pembesaran mandibula dan penonjolan frontal (frontal bossing). 4

Page 14: Paper Akondroplasia

e. Dada

Diameter anteroposterior dada berkurang disertai pemendekan iga anterior.

Gambaran radiologis akondroplasia serupa dengan pseudoakondroplasia, tapi pada

pseudoakondroplasia kelainannya di epifisis, sedangkan akondroplasia terletak di

metafisis. Dengan foto lateral tulang belakang pada pseudoakondroplasia terlihat

penonjolan di pusat vertebra yang berasal dari permukaan depan, sedang pada

akondroplasia kelainan pada arkus bagian belakang. 3,6

Tulang-tulang iga menjadi pendek, ujung anterior costa melebar, sternum

pendek dan lebar/besar. Skapula memiliki bentuk ganjil/aneh, di mana skapula akan

kehilangan sudutnya yang tajam. Fossa glenoid kecil dalam hubungannya dengan

kaput humerus. 3,6

f. Tangan dan Kaki

Tubulus tulang dari tangan dan kaki terlihat pendek dan melebar, tetapi

tulang-tulang karpal dan tarsal sedikit dipengaruhi. Pemendekan paling besar pada

14

Gambar 9

Pemendekan tulang-tulang iga.4

Page 15: Paper Akondroplasia

falang. Tangan berbentuk trident sering ditemukan, di mana semua jari hampir

memiliki panjang yang sama, berpasangan ditambah dengan ibu jari dan menjauh

satu dengan yang lain.3,6

2. CT-Scan

CT-Scan menunjukkan bahwa anak-anak dengan akondroplasia memiliki

beberapa derajat penekanan foramen magnum. Sekitar 96% anak-anak, foramen

magnum kurang dari 3 standar deviasi. CT-Scan dan atau MRI dapat menggambarkan

perubahan ini. 4

Kanalis spinalis yang kecil terjadi pada servikal sejak lahir, tetapi gejala dari

stenosis kanalis servikalis secara umum tidak timbul sampai usia pertengahan atau

lebih. Pencitraan preoperatif dengan CT, CT mielografi dan atau MRI penting untuk

suatu operasi. 4

Sensitivitas CT mielografi lebih besar daripada mielografi konvensional. CT

menggambarkan tulang lebih mendetail daripada MRI. MRI memiliki keuntungan

bebas dari radiasi, tetapi banyak klinikus yang menganggap bahwa derajat stenosis

biasanya paling baik dilihat dengan menggunakan mielografi. 4

Fossa posterior dari otak dan sumsum tulang lebih baik terlihat pada MRI

daripada CT. Edema sumsum tulang dan perubahan-perubahan yang menyertai

myelomalacia biasanya tidak dapat dilihat dengan CT. CT-Scan juga hanya

15

Gambar 10.

Tangan berbentuk trident (Trident hands). Jari-jari melebar dengan panjang yang hampir sama.4

Page 16: Paper Akondroplasia

memberikan kelainan yang menyertai secara tidak langsung, seperti syringomyelia,

sedangkan MRI menunjukkan karakteristik secara langsung dan lebih jelas. 4

3. MRI

Pada kanalis spinalis, kelainan yang menyertai akondroplasia seperti

syringomyelia dan perubahan myelomalacia dapat dicitrakan dengan baik oleh MRI.

Pada syringomyelia, MRI akan memperlihatkan cairan sentral yang mengisi

kavitas.4,15

Pada stenosis spinalis, MRI juga dapat mendemonstrasikan protrusi diskus

intervertebralis dan osteofit yang menyebabkan penekanan tulang belakang serta

hidrosefalus. MRI merupakan teknik nonivasif yang ideal untuk anak-anak karena

tidak menggunakan radiasi ionisasi. MRI memiliki keuntungan lebih daripada CT-

scan untuk menampilkan secara mendetail mengenai sumsum tulang bagian fossa

kranialis posterior. 4

Pemeriksaan klinis dan MRI yang lebih dini perlu dilakukan untuk

menentukan apakah bayi dengan akondroplasia mengalami kompresi medula bagian

servikal. Dengan diagnosis yang lebih cepat, dekompresi sedang pun dapat ditangani

dengan baik untuk menghindari komplikasi serius yang sering menyertai kompresi

ini, termasuk kematian mendadak. 4

CT menggambarkan secara mendetail tentang tulang dan tingkatan stenosis

spinalis lebih baik dibandingkan dengan MRI. 4

16

Gambar 11.

Potongan sagital vertebra bagian servikal. MRI menunjukkan penyempitan foramen magnum pada level C1, ruang subarachnoid tidak terlihat jelas. Pasien berumur 6 tahun dengan tanda defisit neurologi.4

Page 17: Paper Akondroplasia

4. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat dilakukan pada pemeriksaan antenatal terhadap wanita

yang memiliki risiko akondroplasia. Ultrasonografi merupakan suatu modalitas yang

noninvasif dan baik untuk menilai keadaan ventrikel pada bayi sebelum fontanela

menutup. USG mungkin dapat ditambah dengan CT dan atau MRI kepala untuk

memonitor kompresi dari foramen magnum. 4

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Patel dan Filly pada 15 fetus

dengan risiko akondroplasia tipe homozigot, disimpulkan bahwa pembentukan

lengkung pertumbuhan femoral pada trimester kedua dengan sonogram serial

memungkinkan kita untuk membedakan tipe homozigot, heterozigot dan fetus normal

dari kedua orang tua yang menderita akondroplasia tipe heterozigot. 4

C. Tes Molekul Genetik

Tes molekul genetik dapat digunakan untuk mendeteksi mutasi gen FGFR3.

Beberapa tes 99% sensitif dan tersedia pada laboratorium klinik. Seorang dokter

dapat mendiagnosis penyakit ini sejak neonatus berdasarkan gejala-gejala fisik yang

didapatkan. Untuk mengkonfirmasi dwarfisme yang disebabkan oleh akondroplasia

ini dapat digunakan foto polos X-ray. 4,13

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Walaupun lebih dari 100 displasia tulang yang menyebabkan perawakan

pendek telah diketahui, banyak di antaranya yang jarang ditemukan, dan semuanya

memiliki gambaran klinik dan radiologi yang membedakannya dengan akondroplasia.

Berbeda dengan displasia skeletal lainnya, tanda-tanda klinik dari akondroplasia

terlihat saat lahir, tetapi tidak disertai dengan insufisiensi napas. 4

17

Page 18: Paper Akondroplasia

1. Hipokondroplasia sering sukar untuk dibedakan dari keadaan-keadaan perawakan

pendek yang lain. Namun, dapat disimpulkan bahwa vertebra lumbal dan tungkai

merupakan daerah yang paling sering menjadi fokus diagnosis untuk penyakit ini.

Untuk mengurangi risiko kesalahan diagnosis, evaluasi radiologi dan pemeriksaan

fisis diperlukan terutama untuk pasien yang tidak memiliki kelainan genetik. 4

2. Pseudoakondroplasia merupakan displasia spondiloepimetafisis yang ditandai

dengan perawakan pendek yang tidak seimbang, kelemahan ligamen dan

osteoarthritis prekoks. Pada kebanyakan keluarga, penyakit ini dapat pula

diturunkan secara autosomal dominan. 4

3. Akondrogenesis merupakan dwarfisme letal yang diturunkan secara autosomal

resesif. Kedua osifikasi endokondral dan membranosa dipengaruhi. Kalvaria,

tulang belakang, dan tulang-tulang panjang dapat dipengaruhi dan sering terjadi

fraktur iga yang berulang. Pemendekan anggota-anggota gerak sangat buruk.

Kranium dan tulang-tulang kurang terosifikasi. Penyempitan rongga dada juga

menyertai kondisi ini, tetapi kepala tidak membesar relatif terhadap postur tubuh.

Polihidramnion juga selalu terjadi. 4

4. Chondroectodermal dysplasia atau Ellis-van Creveld syndrome merupakan

penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif dengan tampilan yang

bermacam-macam. Tulang-tulang iga sangat pendek. Penyakit ini disertai dengan

pemendekan tulang anggota-anggota gerak, penyempitan rongga toraks,

polidaktili, dan penyakit jantung bawaan. Kira-kira 50% pasien memiliki defek

septum atrial (ASD) yang besar. Ukuran dari rongga toraks sangat menyolok

ketika dibandingkan dengan ukuran abdomen dan kepala. 4

5. Osteogenesis imperfekta tipe IIa merupakan keadaan letal yang diturunkan secara

autosomal dominan. Kalvaria kranii penderita menjadi tipis yang mungkin dapat

kolaps dan pasien ini juga mempunyai anggota-anggota gerak yang pendek,

menebal dan membengkok oleh karena terjadi fraktur multipel. 4,14

18

Page 19: Paper Akondroplasia

6. Displasia diastrofik merupakan suatu penyakit autosomal resesif dengan

kontraktur multipel dan ibu jari yang melengkung ke dalam (hitchhiker’s thumb).4

7. Displasia tanatoforik terjadi secara sporadik dan merupakan displasia skeletal

yang bersifat letal terbanyak. Sekitar 14% pasien memiliki kepala berbentuk daun

semanggi (cloverleaf skull). Penyakit ini mungkin diturunkan pula secara

autosomal resesif. Displasia tanatoforik ditandai dengan penyempitan rongga

toraks dan mikromelia. Pembesaran ukuran kepala dengan dahi yang menonjol,

kadang-kadang hidrosefalus dan polihidramnion pada masa fetus. Jaringan-

jaringan lunak pada anggota gerak mungkin menebal. Displasia tanatoforik ini

lebih sering terjadi pada fetus laki-laki daripada fetus perempuan. 4

8. Fibrokondrogenesis merupakan suatu penyakit autosomal resesif yang disertai

dengan kalvaria krani yang tipis. Sering pula terjadi kolaps sutura. Tulang-tulang

anggota gerak menjadi pendek dan tipis, tulang-tulang iga tipis dan sulit untuk

divisualisasikan pada foto thoraks. Tulang belakang tidak termineralisasi dengan

baik dan metafisis menjadi lebar. 4

IX. PENANGANAN

Salah satu komplikasi dari akondroplasia adalah hidrosefalus yang biasanya

diakibatkan dari obstruksi foramen magnum dan karena sindrom kompresi medula

spinalis segmen lumbalis dan akar saraf, maloklusi gigi, gangguan pendengaran

karena otitis media berulang dan strabismus (akibat dismorfisme kraniofasial).

Pembengkokan kaki dan kifosis menetap dapat juga memerlukan perhatian. Di

samping pengenalan segera dan pengobatan yang tepat, manajemen masalah

psikologis pada masa kanak-kanak harus diperhatikan. Terapi segera dan tepat

terutama diperlukan pada setiap episode otitis media akut. Hidrosefalus tidak lazim

tetapi harus dikenali seawal mungkin. Ada beberapa sumber mengatakan bahwa

fisioterapi dan penahan selama masa anak-anak dan dapat memperbaiki komplikasi

kifosis infantil yang lama atau lordosis berat yang dapat memperjelek stenosis

19

Page 20: Paper Akondroplasia

lumbalis pada umur dewasa. Osteotomi dapat terindikasi tepat sebelum atau selama

remaja untuk mengoreksi pembengkokan kaki progresif berat. 3

X. PROGNOSIS

Harapan hidup pada akondroplasia adalah normal, kecuali untuk sedikit

(jarang) penderita dengan hidrosefalus atau dengan komplikasi berat kompresi

medula spinalis servikalis atau lumbalis. Rata-rata tinggi orang dewasa pada

akondroplasia sekitar 131,5 cm pada pria dan 125cm pada wanita. 3

Bayi yang homozigot pada akondroplasia jarang yang bertahan hidup lebih

dari beberapa bulan. Akondroplasia yang bersifat homozigotik disebabkan oleh

adanya 2 alel yang mutan pada nukleotida 1138 dari gen FGFR3, merupakan

penyakit yang serius sehubungan dengan perubahan-perubahan radiologi yang secara

kualitatif berbeda dari kebanyakan kasus akondroplasia. Kematian dini terjadi karena

insufisiensi pernapasan yang berhubungan dengan kecilnya kavum toraks dan defisit

neurologis karena stenosis medula spinalis daerah servikal. Kematian karena penyakit

jantung yang terjadi pada umur 25-35 tahun, sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan

dengan kematian pada populasi umum. 4

20

Page 21: Paper Akondroplasia

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartiono, V dan Satriono, R. Sub.Bagian Endokrinologi BIKA FK - Unhas

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Akondroplasia. [online]. Available from:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_Akonroplasia.pdf/15_Akonroplasia.

html [diunduh pada tanggal 16/02/2010]

2. Best, M.A, MD, MPH, MBA, FCAP,FASCP.Achondroplasia.[online]. Availablefrom:http://www.accessdna.com/condition/Achondroplasia/15?gclid = COXav5fRiqACFdRR6wodJ2bFcA URL : www.freemedicaljournals.com[diunduh pada tanggal 16/02/2010]

3. Hall, B.D. Akondroplasia. Gangguan Tulang dan Sendi. In: Nelson Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics) Edisi 15 Vol.3. Nelson, MD et.al. Trans: Wahab, Prof.DR.dr.SpA. EGC. Jakarta. 2000; 2397-2398

4. Khan, A.N. MBBS, FRCS, FRCP, FRCR. Achondroplasia. [online].

Available from : http://emedicine.medscape.com/article/415494-overview

[diunduh pada tanggal 25/02/2010]

21

Page 22: Paper Akondroplasia

5. Favus, M.J and Vokes, T.J. Achondroplasia. Paget Disease and Other

Dysplasias of The Bone. In : Harrison’s Principles of Internal Medicine. 15th

Ed. Braunwald et.al. Mc.Graw Hill. India. 2003; 2244

6. Renton, P and Green, R. Achondroplasia. Congenital Skeletal Anomalies :

Skeletal Dysplasias, Chromosomal Disorders. In : Textbook of Radiology and

Imaging. Volume II. 7th Edition. Sutton D. (Editor). Elsevier Churchill

Livingstone. Philadelphia. 2003; 1062, 1138-1141

7. Reiter, E.O and Rosenfeld, R.G. Achondroplasia. Normal and Aberrant

Growth. In : Williams Textbook of Endocrinology. 10th Ed. Larsen, et.al.

Saunders. Philadelphia. 2003; 1034-1035

8. Murray, J.R.D, Holmes, E.J, Misra, R.R. Dysplasia:Developmental Disorders.

In: A-Z of Musculoskeletal and Trauma Radiology. Misra, R.R. Cambridge

University Press. Cambridge. 2008; 55

9. Bracchman. Skeletal Dysplasias. Scoliosis and Kyphosis. In: Campbell’s

Operative Orthopaedics. Vol2. 10th Ed. Canale, S.T. Mosby. Toronto.

2003;1931-1933

10. Helms, C.A. Achondroplasia. Miscellaneous Bone Lesions. In: Fundamental

of Diagnostic In Radiology. 2nd Ed. Brant, W.E, Helms, C.A. Lippincott

Williams and Wilkins. Virginia. 2007; 1183-1185

11. Carter, M.A. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Gangguan Sistem

Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat. In: Patofisiologi Konsep-Konsep Klinis

Penyakit. Vol.2. Ed.6. Price, S.A, Wilson, L.M. Trans: Pendit,dkk. EGC.

Jakarta. 2006; 1357-1363

12. DeWitt, R.C, MD. Achondroplasia. [online]. Available from: http://healthtools.aarp.org/galecontent/achondroplasia-2/3 URL:www.freemedicaljournals.com [diunduh pada tanggal 25/02/2010]

13. Anonym. Achondroplasia. [online]. Available from: http://www.lifescript.com/Health/A-Z/Conditions_A-Z/Conditions/A/Achondroplasia.aspx?gclid=CPrZ6JzPiqACFclA6wodQHCsdA&trans=1&du=1&ef_id=1350:3

22

Page 23: Paper Akondroplasia

:s_09ca01afe9b7cdae46cf140e563f6a96_2630480431:S4TrldBbriUAAHa

mMm4AAABA:20100224090421 URL :www.freemedicaljournals.com14. Eastman, G.W, MD. Generalized Bone Diseases. Disease of The Bone. In:

Getting Started in Clinical Radiology, From Image to Diagnosis. Eastman,

G.W, Wald, C, Crossin, J, MD. Thieme. Germany. 2006; 135-137

15. Patel, P.R. Siringomielia. Neuroradiologi. In: Lecture Notes Radiologi Ed.2.

Patel, P.R. Trans: Umami, V, dr. Erlangga. Jakarta; 286

23

Page 24: Paper Akondroplasia

24