Paper Anestesi

download Paper Anestesi

of 53

description

nice

Transcript of Paper Anestesi

19

GENERAL ANESTESIPADA OPERASI FESS

STATUS PASIENA. Identitas Pasien Anamesa Pribadi Nama:Tn. PY Umur: 18 tahun Jenis Kelamin:Laki-laki Status Perkawinan:Belum Menikah Agama:Islam Pekerjaan:Pelajar Alamat:Jl. Juang No.45 Medan Tanggal M RS:14 April 2014 No. RM:21.31.20

B. Anamnese Anamnese Penyakita. Keluhan utamaKeluar cairan dari rongga hidung.

b. Riwayat Penyakit SekarangOs datang ke Rumah Sakit Haji Medan di antar oleh kedua orang tua os. Os mengeluhkan keluar cairan dari rongga hidungnya sejak 3 bulan lalu. Os mengatakan cairan yang keluar dari hidung berwarna putih, kental dan berbau tidak sedap. Os juga mengatakan biasanya caiaran tersebut lebih sering keluar pada pagi hari. Os juga mengeluh sering terasa seperti ada cairan yang turun dari belakang hidung dan masuk ke tenggorokan sejak 3 bulan terakhir ini. Os juga mengeluh sering merasa pusing dan kedua hidungnya tersumbat. Os mengatakan kepala os terasa berat pada pagi hari pada saat bangun tidur. Os menyangkal adanya mual dan muntah.c. Riwayat Penyakit DahuluOs sering batuk pilek berulang dan sering kambuh sejak 1 tahun yang lalu. Os juga mengatakan pernah sakit gigi dan pernah mendapatkan perawatan gigi.d. Riwayat Penyakit Keluarga(-)e. Riwayat Pengobatan(-)

C. Pemeriksaan Fisik1. Status presentKeadaan umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTensi: 110/70 mmHgNadi: 80x/mntRR: 20 x/mntSuhu: 36,5 CBerat Badan: 50 kgTinggi Badan: 155 cm

2. Pemeriksaan umumKepala: bentuk normocephaliRambut : hitam, lurus, dan tidak mudah di cabut.Mata: konjungtiva anemis (-), pupil isokor, reflex cahaya +/+Hidung : Bentuk normal, secret (+)Mulut: Bibir tidak sianosis. Gusi tidak ada pendarahan, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis Leher: JVP 2cm H2O, pembesaran KGB (-),Thorax: suara pernafasan vesikular (+) N, suara tambahan (-),Abdomen: membesar asimetris, peristaltik (+) N.Ekstremitas: tidak ada kelainan

3. Status Lokalisata THT Telinga TelingaADAS

BentukNormotiaNormotia

Liang telingaLapang Lapang

Sekret(-)(-)

MukosaHiperemis (-)Hiperemis (-)

Membran timpaniIntak Intak

HidungHidung NDNS

Nyeri tekan Pangkal hidung Pangkal pipi(+)(+)(+)(+)

Krepitasi(-)(-)

Septum deviasi(-)(-)

Konka inferiorOedem (+)Hiperemis (+)Oedem (+)Hiperemis (+)

Konka mediaOedem (+)Hiperemis (+)Sekret (+)Oedem (+)Hiperemis (+)Sekret (-)

TenggorokanMulut : mukosa mulut terangUvula : ditengah bentuk dan ukuran normalTonsil : T1T1, hiperemis (-/-)

4. Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium Darah RutinNilai Rujukan HB: 13,3 g/dL12-16 g/dL HT: 40,1%36 - 47 % Leukosit: 12.940 / L4000-11000/ L Trombosit: 354.000 / L150.000-450.000 /LIndex Eritrosit MCV: 87,6 fL80-96 fL MCH: 29,0 pg27-31 pg MCHC: 33,2 %30-34 %Hitung Jenis Leukosit Neutrofil : 56 %53-75 % Limfosit : 34 %20-45 % Monosit: 9 %4-8 % Eosinofil : 1 %1-3 % Basofil: 0 %0-1 %

EKG : dalam batas normal Radiologi : cor dan pulmo dalam batas normal CT Scan: sinusitis frontalis dan ethmoidalis kanan. Kedua ostium maxillaris patent.

5. Diagnosis Multi Sinusitis

6. Rencana Tindakan Tindakan: FESS Anesthesi: GA-ETT PS-ASA: I Posisi: Supinasi Pernafasan: Di kontrol dengan ventilator

7. Persiapan Induksi AnestesiUntuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata STATICS:S = Scope. Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringoskop. Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.T = Tube. Pipa trachea. Pilih sesuai jenis kelamin. Persiapan tube ETT 2 Pada pria idealnya tube no.7.0, 7.5 sedangkan pada wanita 7.0, 6,5A = Airway. Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung- faring (naso-trachealairway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.T = Tape. Plester untuk fiksasi pipa supaya pipa tidak terdorong atau tercabut.I = Introducer. Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.C = Connector. Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia.S = Suction. Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.

8. Obat-obatan Premedikasi Midazolam (0,05-0,1 mg/ kgBB) = 5 mg Fentanyl (1-3 g/ kgBB) = 100 g Induksi Sevoflurane N2O 2L/menit O2 2L/menit Propofol (2-2,5 mg/ kgBB) = 100 mg Relaksan Rocuronium (1 mg/kgBB) = 50 mg Lain- lain Postigmin 1 mg Sulfas Atropine 0,5 mg Ondancentran 4 mg Ketorolac 30 mg Ranitidine 50 mg

9. Teknik Anestesi Premedikasi preoksigenasi induksi propofol sleep non apneu injeksi muscle relaxant (rocuronium) sleep apneu intubasi ETT 7.0 cuff (+) suara paru ka=ki fiksasi sambungkan ke ventilator

10. Diskusi PenatalaksanaanA. Pre-Operatif Pada malam tanggal 14 April 2014, dokter anestesi yang bertanggung jawab mengunjungi pasien yang akan di operasi guna mengetahui kondisi terakhir pasien Puasa 8 jam sebelum operasi mulai dari pukul 21.00

B. Durante operatif Lama Anestesi: 14.25 16.25 Lama Operasi: 14.50 16.15 Jumlah cairan:PO: 200 ccDO: RL 300+450= 750cc Produksi Urin: - Perdarahan:- Kasa basah: 10 cc x 0 = 0- Kasa basah: 5 cc x 2= 10cc-Suction: --Total perdarahan: 10 cc EBV : (65) x BB= 65 x 50 kg = 3250 ml

EBL10 % 32520% 65030% 975

C. Post Operatif B1 ( Breath)Airway: clearRR: 20 x/mntSP: vesikuler ka=kiST: Ronchi (-), wheezing (-/-), snoring/gargling/crowing (-/-/-)Sp O2: 97-100% B2 ( Blood) Akral: Hangat/Merah/KeringTD: 120/75 mmHgHR: 80x/mnt, reguler B3 (Brain)Sensorium : Compos MentisPupil : isokor, ka=ki 3mm/3mm, RC : (+)/(+) B4 (Bladder)UOP (-) B5 (Bowl)Abdomen : soepelPeristaltik : normal (+)Mual/Muntah : (-)/(-) B6 (Bone)Oedem : (-)

Perawatan pasien post operasi dilakukan di RR, setelah dipastikan pasien pulih dari anestesi dan keadaan umum, kesadaran, serta vital sign stabil pasien dipindahkan ke bangsal, dengan anjuran untuk bed rest 24 jam, tidur terlentang dengan 1 bantal, tetap diawasi vital sign selama 24 jam post operasi. Istirahatkan sampai pengaruh anestesi hilang IVFD RL 20 gtt/i Inj. Ketarolac 30mg/8 jam IV Inj. Ondancetron 4mg/8 jam IV Acc pindah ruangan Aldert score 9-1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangManusia mempunyai beberapa rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga hidung. Rongga rongga ini diberi nama sinus yang kemudian diberi nama sesuai dengan letaknya : sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Sinus maxillaris merupakan sinus paranasalis yang terbesar. Sinus ini sudah ada sejak lahir dan mencapai ukuran maksimum ( + 15 ml ) pada saat dewasa. Sinus Frontalis mulai berkembang dari sinus ethmoidalis anterior pada usia 8 tahun dan mncapai ukuran maksimal pada usia 20 tahun.Sinus ethmoidalis merupakan kelompok dari sel ethmoidalis anterior dan posterior yang saling berhubungan dan kemudian bermuara dalam ronga hidung. Sinus ini sudah ada sejak anak lahir. Sinus ini dianggap paling penting karena dapat menjadi fokus infeksi bagi sinus paranasalis yang lainnya. Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia serta merupakan penyakit yang tersering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada dalam urutan ke 25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiSinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal.Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksivirus, bakteri maupun jamur.

2.2 Anatomi Dan FisiologiSinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulitdideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumat isasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Semua sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan bersilia yang mengalami modifikasi dan mampu menghasilkan mukus serta sekret yang disalurkan ke dalam rongga hidung. Pada orang sehat, sinus terutamanya berisi udara. Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus media, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal, dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila. Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus frontal dan sinus sfenoid. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih delapan tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.Gambar 1. Anatomi Sinus Paranasal

2.3 Etiologi1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, Streptococcus group A, Staphylococcus aureus, Neisseria, Klebsiella, Basil gram -, Pseudomonas.2. Virus:Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus3. Bakteri anaerob: fusobakteria4. Jamur : Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan.

2.4 Patofisiologi

Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya udem pada dinding hidung dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen.Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat , obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.Polusi zat kimiaHilangnya silia

Sumbatan mekanis Drainase buruk Perubahan mukosa Alergi, defisiensi imun

InfeksiSepsis residualTerapi tidak adekuat 2.5 Klasifikasia. Sinusitis akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) b. Kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).

2.6 Gejala Klinis 1. Sinusitis AkutSinusitis MaksilarisSinusitis EthmoidalisSinusitis FrontalisSinusitis Spheinodalis

Demam, malaise. Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin. Sakit dirasa mulai dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi atau gigi. Sakit bertambah saat menunduk. Wajah terasa bengkak dan penuh. Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi dan perkusi. Kadang ada batuk iritatif non-produktif. Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau busuk Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung.Sering bersama dengan sinusitis maksillaris dan sinusitis frontalis. Nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung menjalar ke arah temporal. Nyeri sering dirasakan di belakang bola mata dan bertambah apabila mata digerakkan.Sumbatan pada hidung.Pada anak sering bermanifestasi sebagai selulitis orbita karena lamina papiracea anak seringkali merekah. Mukosa hidung hiperemis dan udemAdanya pus dalam rongga hidung yang berasal dari meatus media Hampir selalu bersamaan dengan sinusitis ethmoidalis anterior. Nyeri kepala yang khas di atas alis mata. Nyeri biasanya pada pagi hari, memburuk pada tengah hari dan berangsur angsur hilang pada malam hari. Pembengkakan derah supraorbitaNyeri hebat pada palpasi atau perkusi daerah sinus yang terinfeksi

Nyeri kepala dan retro orbita yang menjalar ke verteks atau oksipital

2. Sinusitis Kronis Postnasal drip Rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok Pendengaran terganggu karena oklusi tuba eustachii Nyeri atau sakit kepala Infeksi pada mata yang menjalar dari duktus nasolakrimalis Gastroenteritis ringan pada anak akibat mukopus yang tertelan

Faktor predisposisi1. Obstruksi mekanis: Deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor, hipertrofi konka2. Infeksi: Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium sinus serta menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman Adanya infeksi pada gigi3. Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa dan merusak silia

2.7 Pemeriksaan Penunjang1. Rontgen sinus paranasalisSinusitis akan menunjukkan gambaran berupa Penebalan mukosa, Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi) Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto waters.

Gambar 2 : Foto Waters2. CT ScanCT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut.Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis radiasi yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.

2.8 Pengobatan Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, danmenghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan.Pengobatan konservatif terdiri dari:1. Istirahat yang cukup dan udara di sekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang ideal 45- 55%. 2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih daripada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitismedikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapattimbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi mukosa dan kerusakan silia. 5. Antihistamin jika tersangka ada faktor alergi.6. Kortikosterioid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang agak parah.

Pembedahan :Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media kronika, bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita ataukomplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasidapat dilakukan dengan alat sinoskopi (F-"ESS = functional endoscopic sinussurgery). Teknologi balloon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis,Teknologi ini, sama dengan Balloon Angioplasty untuk jantung, menggunakan kateterbalon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus. Menurut dr Huang metode ini sangat ideal untuk mengatasi masalah pada sinus frontal.

2.9 Komplikasi 1) Penyebaran ke arah mata: Pada anak-anak komplikasi yang paling sering ialah ke arah mata sebagai perluasan infeksi dari sinus 2) Osteomyelitis dan sub-periostal abses: Sering disebabkan oleh sinusitis frontalis, kadang-kadang oleh sinusitis maksilaris yang asalnya gigi molar. 3) Komplikasi ke arah kranial: Meningitis, Abses ekstradural dan subdural, Abses otak, Trombosis sinus kavernosus.

2.10Definisi dan Teknik AnastesiAnestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunanian-"tidak, tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Srpada tahun 1846.Anestesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible.Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaxasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.Dengan anestesi umum, akan diperoleh triad (trias) anestesia, yaitu :- Hipnosis (tidur)- Analgesia (bebas dari nyeri)- relaksasi ototAnestesi yang digunakan adalah anestesi umum dengan teknik perlindungan jalan nafas.Pemantauan ditujukan atas fungsi nafas dan sirkulasi.Pulse oxymeter dianjurkan sebagai alat monitoring.

A. Penilaian dan Persiapan Praanestesia1. AnamnesisRiwayat apakah pasien pernah mendapat anesthesia sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah, sehingga dapat dirancang anesthesia berikutnya dengan lebih baik.2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan gigi geligi, tindakan buka mulut, lidah relative besar sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan laringoskopi intubasi.3. Pemeriksaan LaboratoriumUji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Banyak fasilitas kesehatan yang mengharuskan uji laboratorium secara rutin walaupun pada pasien sehat untuk bedah minor, misalnya pemeriksaan darah kecil ( Hb, leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 40 tahun ada anjuran EKG dan foto thoraks. Praktek-praktek semacam ini harus dikaji ulang mengingat biaya yang harus dikeluarkan dan mamfaat minimal uji-uji semacam ini.4. Kebugaran untuk anesthesiaPembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan agar pasien dalam keadaan bugar, sebaliknya pada operasi sito penundaan tidak perlu harus dihindari.5. Klasifikasi Status anestesiaKlasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseoran ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA).Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan risiko anestesia, karena dampak samping anestesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.Kelas 1 : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.Kelas 2 : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.Kelas 3 : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas. Kelas 4 :Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukanaktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupan setiap saat.Kelas5: Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan, Pada pembedahan cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E

6. Masukan OralRefleks laring mengalami penurunan selama anesthesia.Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko utama pada pasien yang menjalani anesthesia.Untuk meminimalkan resiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anesthesia harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama periode tertentu sebelum induksi anestesia.Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam, dan pada bayi 3-4 jam. Minuman bening, air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam jumlah terbatas diperbolehkan 1 jam sebelum induksi anestesia.

B. PremedikasiPremedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesi diantaranya: 0. Meredakan kecemasan dan ketakutan.0. Memperlancar induksi anestesi.3.Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.4.Meminimalkan jumlah obat anestetik.5.Mengurangi mual muntah pasca bedah.6.Menciptakan amnesia.7.Mengurangi isi cairan lambung.8.Mengurangi refleks yang membahayakan

Obat-obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah:A. Obat Golongan AntikholinergikObat golongan antikholinergik adalah obat-obatan yang berkhasiat menekan/menghambat aktivitas kholinergik atau parasimpatis.Tujuan utama pemberian obat golongan antikholinergik untuk premedikasi adalah:1. Mengurangi sekresi kelenjar: saliva, saluran cerna, dan saluran nafas.2. Mencegah spasme laring dan bronkus3. Mencegah bradikardi4. Mengurangi motalitas usus5. Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat nafas.

Obat golongan antikholinergik yang digunakan dalam praktik anesthesia adalah preparat Alkaloid Belladona, yang turunanny adalah;1. Sulfas atropine2. SkopolaminMekanisme KerjaMenghambat mekanisme kerja asetil kholin pada organ yang diinervasi oleh serabut otonom para simpatis atau serabut saraf yang mempunyai neurotransmitter asetil kolin.Alkaloid belladonna menghambat muskarinik secara kompetitif yang ditimbulkan oleh asetil kholin pada sel efektor organ terutama pada kelenjar eksokrin, otot polos dan otot jantung.Khasiat sulfas atropine lebih dominan pada otot jantung, usus dan bronkus, sedangkan skolopamin lebih dominan pada iris, korpus silliare dan kelenjar.Cara pemberian dan dosis1. Intramuscular, dosis 0.01 mg/kg BB, diberikan 30-45 menit sebelum induksi.2. Intravena, dengan dosis 0.005 mg/kg BB, diberikan 5-10 sebelum induksi

KontraindikasiAlkaloid belladona ini tidak diberikan pada pasien yang menderita: demam, takikardi, glukoma dan tirotoksikasis.Kemasan dan sifat fisikDikemas dalam bentuk ampul 1ml mengandung 0,25 dan 0,50 mg, tidak berwarna dan larut dalam air.B. Obat Golongan Sedatif/ Trankuilizer,Obat golongan sedatif adalah obat-obat yang berkhasiat anti cemas dan menimbulkan rasa kantuk.Tujuan pemberian obat golongan ini adalah untuk memberikan suasana nyaman bagi pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut, sehingga pasien menjadi tidak peduli dengan lingkunganny.Untuk keperluan ini, obat golongan sedatif/trankuilizer yang sering digunakan adalah:1. Derivate fenothiazin2. Derivate benzodiazepine3. Derivate butirofenon4. Derivate barbiturate 5. Antihistamin

1. Derivate fenothiazinDerivate fenothiazin yang banyak digunakan untuk premedikasi adalah prometazin.Obat ini pada mulanya digunakan sebagai antihistamin.cara pemberian dan dosis:1. Intramuscular dosis 1 mg/kg BB dan diberikan 30-45 menit sebelum induksi2. Intravena, dengan dosis 0,5 mg/kg BB diberikan 5-10 menit sebelum induksi.Kemasan dan sifat fisikDikemas dalam bentuk ampul 2 ml mengandung 50 mg. Tidak berwarna dan larut dalam air.2. Derivat benzodiazepineDerivat benzodiazepine yang banyak digunakan untuk premedikasi adalah diazepam dan midazolam. Derivat yang lain adalah klordizepoksid, nitrazepam dan oksazepam.Penggunaan klinisDalam praktik anesthesia obat ini digunakan sebagai:1. Premedikasi, diberikan intramuscular dengan dosis 0,2 mg/kg BB atau peroral dengan dosis 5-10 mg.2. Induksi, diberikan intravena dengan dosis 0,2-0,6 mg/kg BB3. Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena4. Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketaminPenggunaan lainnya adalah:1. Antikejang pada kasus-kasus epilepsy, tetanus dan eklamsi2. Sedasi pasien rawat inap3. Sedasi pada tindakan kardioversi dan endoskopiPada pemberian intramuscular atau intravena, obat ini tidak bias dicampur dengan obat lain karena bias terjadi presipitasi.Jalur vena yang dipilih sebaiknya melalui vena-vena besar untuk mencegah flebitis.Pemberian intramuscular kurang disenangi oleh karena menimbulkan rasa nyeri pada daerah suntikan.KemasanKemasan injeksi berbentuk larutan emulsi dalam ampul 2 ml yang mengandung 10 mg, berwarna kuning, sukar larut dalam air dan bersifat asam. Kemasan oral dalam bentuk 2 mg dan 5 mg, disamping itu ada kemasan suppositoria atau pipa rectal (rectal tube) yang diberikan pada anak-anak. Sedangkan midazolam yang ada dipasaran adalah hanya dalam bentuk larutan tidak berwarna, mudah larut dalam air dan kemasan dalam ampul (3 dan 5 ml) yang mengandung 5 mg/ml.3. Derivat butirofenonDerivate ini disebut juga sebagai obat golongan neroleptika, karena sering digunakan sebagai neroleptik.Derivate butiroferon yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah dehidhobenzperidol tau disebut DHBP.Penggunaan Klinik1. Premedikasi, diberikan itramuskular, dosis 0,1 mg/kg/bb2. Sedasi untuk tindakan endoskopi dan analgesia regional3. Anti hipertensi4. Anti muntah5. Suplemen anestesiaKemasan Dalam bentuk ampul 2 ml dan 10 ml, mengandung 2,5 mg/ml. Tidak berwarna dan bisa dicampur dengan obat lain.

4.Derivat barbituratDerivat barbiturat yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah pentobarbital dan sekobarbital. Digunakan sebagai sedasi dan penenang prabedah, terutama pada anak-anak.Pada dosis lazim, menimbulkan depresi ringan pada respirasi dan sirkulasi.Sebagai premedikasi diberikan intramuskular dengan dosis 2 mg/kgBB atau peroral.

5.Preparat antihistaminObat golongan ini yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah derivat defenhidramin.Khasiat yang diharapkan adalah: sedatif, antimuntah ringan dan antipiretik, sedangkan efek sampingnya adalah hipotensi yang sifatnya ringan.

C. Golongan AnalgetikNarkotik atau OpioidBerdasarkan struktur kimia, anelgetik narkotik atau opioid dibedakan menjadi 3 kelompok:1. Alkaloid opium (natural)morfin dan kodein2. Derivat semisintetikdiasetilmorfin (heroin), hidromorfin, oksimorfon, hidrokodon dan oksikodon.3. Derivat sintetik Fenilpiperidine: petidin, fentanil,sulfafentanil dan alfentanil Benzmorfans: pentazosin, fenazosin dan siklazosin Morfinans: lavorvanol Propionanilides: metadon Tramadol Sebagai analgetik, opioid bekerja secara sentral pada reseptor-reseptor opioid yang diketahui ada 4 reseptor, yaitu:1. Reseptor MuMorfin bekerja secara agonis pada reseptor ini. Stimulasi reseptor ini akan menimbulkan analgesia, rasa segar, euforia dan depresi respirasi. 2. Reseptor KappaStimulasi reseptor ini menimbulkan analgesia, sedasi dan anestesia. Morfin bekerja pada reseptor ini.3. Reseptor SigmaStimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil midriasis dan stimulasi respirasi.4. Reseptor DeltaPada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas. Diduga meperkuat reseptor Mu.Golongan narkotik yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah: 1. Petidin2. Morfin Sedangkan fentanil digunakan sebagai suplemen anestesia.

C. Penggunaan klinikMorfin mempunyai kekuatan 10x dibandingkan petidin, ini berarti bahwa dosis morfin sepersepuluh dari dosis petidin, sedangkan fentanil 100kali dari dosis petidin.Analgetik narkotik digunakan sebagai:1. Premedikasi: petidin diberikan IM dengan dosis 1 mg/kgBB atau IV 0,5 mg/kgBB, sedangkan morfin sepersepuluh dari petidin, sedangkan fentanil seperseratus dari petidin.2. Analgetik untuk pasien menderita nyeri akut/kronis, diberikan sistemik atau regional intratekal/epidural3. Suplemen anestesia atau analgesia4. Analgetik pada tindakan endoskopi atau diagnostik lain.5. Suplemen sedasi dan analgetik di Unit Terapi IntensifKontra IndikasiPemberian narkotik harus hati-hati pada pasien orangtua atau bayi dan keadaan umum yang buruk. Tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapat preparat penghambat monoamin oksidase, pasien asma dan penderita penyakit hati.Efek samping atau tanda-tanda intoksikasi1. Memperpanjang masa pulih anestesia2. Depresi pusat nafas sehingga pasien bisa berhenti nafas3. Pupil miosis4. Spasme bronkus pada pasien penderita asma akibat morfin5. Kolik abdomen akibat spasme sfinter kantung empedu6. Mual muntah dan hipersalivasi7. Gatal-gatal seluruh tubuhPenanggulangan efek samping ini dilakukan dengan jalan memberikan bantuan hidup dasar dan segera memberikan obat penawar.Kemasan1. Petidin dalam bentuk ampul 2 ml yang mengandung 50 mg/ml tidak berwarna2. Fentanil dikemas steril dalam bentuk ampul 2 dan 10 ml tiap ml mengandung 50 g3. Morfin dalam bentuk ampul 1 ml yang mengandung 10 atau 20 mg, tidak berwarna dan bisa dicampur dengan obat lain.Dalam aplikasinya, ketiga jenis obat-obat premedikasi ini dicampur dalam satu spuit kecuali diazepam, dan disuntikkan secara IM. Pemberian cara ini dimaksudkan mengurangi suntikan berulang. Apabila diberikan terpisah, pasien akan disuntik sebanyak tiga kali, keadaan ini tidak mengenakkan pasien.

D. Induksi AnestesiUmumInduksi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan.Induksi anestesi dapat dikerjakan dengan secara intravena, intramuscular atau rektai.Setelah pasien tidur akibat induksi anesthesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anesthesia sampai tindakan pembedahan selesai.Sebelum memulai induksi anestesia selayaknya disiapkan peralatan dan obat-obatan yang diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih cepat dan lebih baik.Untuk persiapan induksi anesthesia sebaiknya kita ingat kata STATICS :S= Scope Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung .LaringoSkop. Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.T= Tube Pipa trakea. Pilih sesuia usia. Usia< 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan >5 tahun dengan balon (cuffed)A= AirwayPipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring ( naso-trachealairway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.T=Tape :Plester untuk fiksasi pipa supaya pipa tidak terdorong atau tercabut.I=Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.C=ConnectorPenyambung antara pipa dan peralatan anestesiaS=Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.

1. Induksi Intravena Induksi intravena paling banyak dikerjakan dandigemari, apalagi sudah terpasang jalur vena, karena cepat dan menyenangkan.Induksi intravena hendaknya dikerjakan dengan hati-hati, pelahan-lahan, lembut dan terkendali.Selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harus diawasi dan selau diberikan oksigen.Induksi ini dikerjakan pada pasien yang kooperatif.Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot.Setelah berada didalam pembuluh darah vena, obat obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ masingmasing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan farmakodinamiknya masing-masing.Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan. Selain itu batas keamanan pemakaian harus cukup lebar dengan efek samping yang sangat minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek samping yang sangat minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek yang diharapkan tanpa efek samping, bila diberikan secara tunggal.Pemilihan teknik anestesi merupakan hal yang sangat penting, membutuhkan pertimbangan yang sangat matang dari pasien dan faktor pembedahan yang akan dilaksanakan, pada populasi umum walaupun regional anestesi dikatakan lebih aman daripada general anestesi, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa teknik yang satu lebih baik dari yang lain, sehingga penentuan teknik anestesi menjadi sangat penting.Pemahaman tentang sirkulasi darah sangatlah penting sebelum obat dapat diberikan secara langsung ke dalam aliran darah, kedua hal tersebut yang menjadi dasar pemikiran sebelum akhirnya anestesi intravena berhasil ditemukan.William Morton , tahun 1846 di Boston , pertama kali menggunakan obat anestesi dietil eter untuk menghilangkan nyeri selama operasi. Di jerman tahun 1909, Ludwig Burkhardt, melakukan pembiusan dengan menggunakan kloroform dan ether melalui intravena, tujuh tahun kemudian, Elisabeth Brendenfeld dari Swiss melaporkan penggunaan morfin dan skopolamin secara intravena.Sejak diperkenalkan di klinis pada tahun 1934, Thiopental menjadi Gold Standard dari obat obat anestesi lainnya, berbagai jenis obat-obat hipnotik tersedia dalam bentuk intavena, namun obat anestesi intravena yang ideal belum bisa ditemukan. Penemuan obat obat ini masih terus berlangsung sampai sekarang.A. Teknik AnestesiTeknik anestesia merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukkan obat langsung ke dalam pembuluh darah secara parenteral, obat-obat tersebut digunakan untuk premedikasi seperti diazepam dan analgetik narkotik. induksi anestesi seperti misalnya tiopenton yang juga digunakan sebagai pemeliharaan dan juga sebagai tambahan pada tindakan analgesia regional.B. Jenis Obat AnesthesiDalam perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis obat obat anestesi dan yang digunakan di indonesia hanya beberapa jenis obat saja seperti, Tiopenton, Diazepam , Degidrobenzperidol, Fentanil, Ketamin dan Propofol. Berikut ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai obat obat anestesi intravena tersebut.1. Propofol ( 2,6 diisopropylphenol )Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg). Mekanisme kerjaMekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek primernya berlangsung di reseptor GABA A (Gamma Amino Butired Acid).Dosis dan penggunaana) Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.b) Sedasi : 25 to 75 g/kg/min dengan I.V infusec) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 150 g/kg/min IV ( titrate to effect).d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.e) Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yangminimal 0.2%f) Profofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.Efek SampingDapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat dihilangkan dengan menggunakan lidocain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis.2.TiopentonPertama kali diperkenalkan tahun 1963. Tiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 10 menit konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran.Beberapa jenis barbiturat seperti thiopental [5-ethyl-5-(1-methylbutyl)-2-thiobarbituricacid], methohexital [1-methyl-5-allyl-5-(1-methyl-2-pentynyl)barbituric acid], dan thiamylal [5-allyl-5-(1-methylbutyl)-2-thiobarbituric acid]. Thiopental (Pentothal) dan thiamylal (Surital) merupakan thiobarbiturates, sedangan methohexital (Brevital) adalah oxybarbiturate. Walaupun terdapat beberapa barbiturat dengan masa kerja ultra singkat , tiopental merupakan obat terlazim yang dipergunakan untuk induksi anasthesi dan banyak dipergunakan untuk induksi anestesi. Mekanisme kerjaBarbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat menekan sistem aktivasi retikuler, suatu jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital termasuk kesadaran. Pada konsentrasi klinis, barbiturat secara khusus lebih berpengaruh pada sinap saraf dari pada akson. Barbiturat menekan transmisi neurotransmitter inhibitor seperti asam gamma aminobutirik (GABA). Mekanisme spesifik diantaranya dengan pelepasan transmitter (presinap) dan interaksi selektif dengan reseptor (postsinap).DosisDosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu reaksi pasien.Efek sampingEfek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat juga kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan menginduksi enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya serangan akut. Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat pemberian melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan dilakukan blok regional simpatis.3.KetaminKetamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan phencyclidine. Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam.Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan rapid acting non barbiturate general anesthesia. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakansebagai anestesi umum.Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.Mekanisme kerjaBeberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.Dosis dan pemberianKetamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pe mberian secara intermitten diulang setiap 10 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.Efek sampingDapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.Kontra indikasiMengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.

4.OpioidOpioid telah digunakkan dalam penatalaksanaan nyeri selama ratusan tahun. Obat opium didapat dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum, dan kata opium berasal dari bahasa yunani yang berarti getah.Opium mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids. Morphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Dalam dosis yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda dalam potensi, farmakokinetik dan efek samping. Mekanisme kerjaOpioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat dan jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu , ,,,. Walaupun opioid menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia. Farmakodinamik dari spesifik opioid tergantung ikatannya dengan reseptor, afinitas ikatan dan apakah reseptornya aktif. Aktivasi reseptor opiat menghambat pelepasan presinaptik dan respon postsinaptik terhadap neurotransmitter ekstatori (seperti asetilkolin) dari neuron nosiseptif.

DosisPremedikasi petidin diberikan I.M dengan dosis 1 mg/kgbb atau intravena 0,5 mg/Kgbb, sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus dari petidin.

5.BenzodiazepinGolongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah Diazepam (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed), diazepam dan lorazepam tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene glycol. Diazepam tersedia dalam sediaan emulsi lemak (Diazemuls atau Dizac), yang tidak menyebakan nyeri atau tromboplebitis tetapi hal itu berhubungan bioaviabilitasnya yang rendah, midazolam merupakan benzodiazepin yang larut air yang tersedia dalam larutan dengan PH 3,5. DosisDosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri. Untuk preoperatif digunakan 0,5 2,5mg/kgbb Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 5 mg Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena. Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.

2 . Induksi InhalasiNitrous oksida (N2O), kloroform, dan eter adalah agen pembiusan umum pertama yang diterima secara universal.Etil klorida, etilen, dan siklopropan kemudian menyusul, dengan zat yang terakhir cukup digemari pada saat itu karena induksinya yang singkat dan pemulihannya yang cepat tanpa disertai delirium.Sayang sekali sebagian besar agen-agen anestetik yang telah disebutkan tadi telah ditarik dari pasaran.Sebagai contoh, eter sudah tidak digunakan secara luas karena mudah tersulut api dan berisiko mengakibatkan kerusakan hepar. Di samping itu, eter juga mempunyai beberapa kerugian yang tidak disenangi para anestetis seperti berbau menyengat dan menimbulkan sekresi bronkus berlebih.Kloroform juga kini dihindari karena toksik terhadap jantung dan hepar.Etil klorida, etilen, dan siklopropan pun tidak lagi digunakan sebagai anestetik, baik karena toksik ataupun mudah terbakar.Metoksifluran dan enfluran termasuk agen anestetik generasi baru yang sempat digunakan bertahun-tahun tetapi jarang digunakan lagi karena toksisitas dan efikasinya.Metoksifluran adalah anestetik inhalasi yang paling poten, tetapi induksi dan pemulihannya relatif lambat. Lebih lanjut, sebagian metoksifluran dimetabolisme oleh sitokrom P-450 menghasilkan florida bebas (F), asam oksalat, dan bebrapa komponen lain yang bersifat nefrotoksik. Sementara itu, enfluran mengurangi kontraksi myokardial dan meningkatkan sekresi likuor serebrospinal (CSF).Selama anestesia, enfluran menginduksi perubahan elektroensefalograf yang dapat berprogresi pada pola spike-and-wave yang biasa ditemukan pada kejang tonik-klonik.Oleh karena itulah, dewasa ini baik metoksifluran maupun enfluran penggunaannya telah dibatasi.Dengan ditariknya berbagai zat anestetik dari peredaran seperti yang dikemukakan di atas, kini terdapat lima agen inhalasi yang masih digunakan dalam praktik anestesi yakni nitrous oksida, halotan, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Anestetik inhalasi paling banyak dipakai untuk induksi pada pediatri yang mana sulit dimulai dengan jalur intravena. Di sisi lain, bagi pasien dewasa biasanya dokter anestesi lebih menyukai induksi cepat dengan agen intravena. Meskipun demikian, sevofluran masih menjadi obat induksi pilihan untuk pasien dewasa, mengingat baunya tidak menyengat dan onsetnya segera.Selain induksi, agen inhalasi juga sering digunakan dalam praktik anestesiologi untuk rumatan.Studi mengenai kaitan antara dosis obat, konsentrasi jaringan, dan waktu kerja obat disebut sebagai farmakokinetik (bagaimana tubuh memengaruhi obat); sedangkan studi mengenai mekanisme aksi obat, termasuk respons toksik, disebut farmakodinamik (bagaimana obat memengaruhi tubuh). Setelah penjelasan secara umum tentang farmakokinetik dan dinamik anestetik inhalasi, akan dibahas farmakologi klinis dari masing-masing agen.

Farmakologi Klinik Anestesi Inhalasi1. Nitrous Oksida (N2O)Merupakan gas yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, lebih berat dari udara, serta tidak mudah terbakar dan meledak (kecuali jika dikombinasikan dengan zat anestetik yang mudah terbakar seperti eter). Gas ini dapat disimpan dalam bentuk cair dalam tekanan tertentu, serta relatif lebih murah dibanding agen anestetik inhalasi lain.2.HalotanMerupakan alkana terhalogenisasi dengan ikatan karbon-florida sehingga bersifat tidak mudah terbakar atau meledak (meski dicampur oksigen).Halotan berbentuk cairan tidak berwarna dan berbau enak.Botol berwarna amber dan pengawet timol berguna untuk menghambat dekomposisi oksidatif spontan. Halotan merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, di mana induksi dan tahapan anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik dihentikan. Gas ini merupakan agen anestestik inhalasi paling murah, dan karena keamanannya hingga kini tetap digunakan di dunia.3.IsofluranMerupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar.Memiliki struktur kimia yang mirip dengan enfluran, isofluran berbeda secara farmakologis dengan enfluran. Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi.Tanda untuk mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas, serta peningkatan frekuensi denyut jantung.

4.DesfluranMerupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben dan tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk desfluran.Dengan struktur yang mirip isofluran, hanya saja atom klorin pada isofluran diganti oleh fluorin pada desfluran, sehingga kelarutan desfluran lebih rendah (mendekati N2O) dengan potensi yang juga lebih rendah sehingga memberikan induksi dan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan isofluran (5-10 menit setelah obat dihentikan, pasien sudah respons terhadap rangsang verbal).Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau bedah rawat jalan.Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat kali lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding N2O.

5.SevofluranSama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai dalam 1-3 menit.kontraindikasi dan Interaksi ObatSevofluran dikontraindikasikan pada hipovolemik berat, hipertermia maligna, dan hipertensi intrakranial. Sevofluran juga sama seperti agen anestetik inhalasi lainnya, dapat meningkatkan kerja pelumpuh otot.

Obat Pelumpuh OtotA.PengertianObat pelumpuh otot adalah obat yang dapat digunakan selama intubasi dan pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan anestesi dan memfasilitas intubasi.Obat pelumpuh otot dibagi menjadi dua kelas yaitu pelumpuh otot depolarisasi (nonkompetitif, leptokurare) dan nondepolarisasi (kompetitif, takikurare). 1. Pelumpuh Otot DepolarisasiPelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot lurik. Termasuk golongan ini adalah suksinilkolin (diasetil-kolin) dan dekametonium. Didalam vena, suksinil kolin dimetabolisme oleh kolinesterase plasma,pseudokolinesterase menjadi suksinil-monokolin. Obat anti kolinesterase (prostigmin) dikontraindikasikan karena menghambat kerja pseudokolinesterase.a. Suksinilkolin (diasetilkolin, suxamethonium)Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung. obat ini memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of action yang pendek (kurang dari 10 menit). Ketika suksinilkolin memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme oleh pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini sangat efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang mencapai neuromuscularjunction. Duration of action akan memanjang pada dosis besar atau dengan metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendanya level pseudokolinesterase. Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang menyebabkan blokade yang memanjang.

Interaksi obat Kolinesterase inhibitor Kolinesterase inhibitor memperpanjang fase I block pelumpuh otot depolarisasi dengan 2 mekanisme yaitu dengan menghambat kolinesterase, maka jumlah asetilkolin akan semakin banyak, maka depolarisasi akan meningkatkan depolarisasi. Selain itu, ia juga akan menghambat pseudokolinesterase.

DosisKarena onsetnya yang cepat dan duration of action yang pendek, banyak dokter yang percaya bahwa suksinilkolin masih merupakan pilihan yang baik untu intubasi rutin pada dewasa. Dosis yang dapat diberikan adalah 1 mg/kg IV.

Efek samping dan pertimbangan klinisKarena risiko hiperkalemia, rabdomiolisis dan cardiac arrest pada anak dengan miopati tak terdiagnosis, suksinilkolin masih dikontraindikasikan pada penanganan rutin anak dan remaja.

Efek samping dari suksinilkolin adalah : Nyeri otot pasca pemberian Peningkatan tekanan intraokular Peningkatan tekakana intrakranial Peningkatan tekakanan intragastrik Peningkatan kadar kalium plasma Aritmia jantung Salivasi Alergi dan anafilaksis

2. Obat pelumpuh otot nondepolarisasia. PavulonPavulon merupakan steroid sintetis yang banyak digunakan. Mulai kerja pada menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit. Memiliki efek akumulasi pada pemberian berulang sehingga dosis rumatan harus dikurangi dan selamg waktu diperpanjang. Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08 mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal. Dosis Intubasi trakea 0,15 mg/kgBB intravena. Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg pavulon.

b. Atracurium Struktur fisikAtracurium mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice Leontopeltalum. Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah, tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulan

Dosis0,5 mg/kg iv, 30-60 menit untuk intubasi. Relaksasi intraoperative 0,25 mg/kg initial, laly 0,1 mg/kg setiap 10-20 menit. Infuse 5-10 mcg/kg/menit efektif menggantikan bolus.Lebih cepat durasinya pada anak dibandingkan dewasa.Tersedia dengan sediaan cairan 10 mg/cc. disimpan dalam suhu 2-8OC, potensinya hilang 5-10 % tiap bulan bila disimpan pada suhu ruangan. Digunakan dalam 14 hari bila terpapar suhu ruangan.

Efek samping dan pertimbangan klinisHistamine release pada dosis diatas 0,5 mg/kg

c. VekuroniumStruktur fisikVekuronium merupakan homolog pankuronium bromida yang berkekuatan lebih besar dan lama kerjanya singkat Zat anestetik ini tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna.DosisDosis intubasi 0,08 0,12 mg/kg. Dosis 0,04 mg/kg diikuti 0,01 mg/kg setiap 15 20 menit. Drip 1 2 mcg/kg/menit.Umur tidak mempengaruhi dosis. Dapat memanjang durasi pada pasien post partum. Karena gangguan pada hepatic blood flow.Sediaan 10 mg serbuk. Dicampur cairan sebelumnya.

d. RekuroniumStruktur FisikZat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak mengganggu fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama.DosisPotensi lebih kecil dibandingkan relaksant steroid lainnya. 0,45 0,9 mg / kg iv untuk intubasi dan 0,15 mg/kg bolus untuk rumatan. Dosis kecil 0,4 mg/kg dapat pulih 25 menit setelah intubasi. Im ( 1 mg/kg untuk infant ; 2 mg/kg untuk anak kecil) adekuat pita suara dan paralisis diafragma untuk intubasi. Tapi tidak sampai 3 6 menit dapat kembali sampai 1 jam. Untuk drip 5 12 mcg/kg/menit. Dapat memanjang pada pasien orang tua.

Efek samping dan manifestasi klinisOnset cepat hampir mendekati suksinilkolin tapi harganya mahal.Diberikan 20 detik sebelum propofol dan thiopental. Rocuronium (0,1 mg/kg) cepat 90 detik dan efektif untuk prekurasisasi sebelum suksinilkolin. Ada tendensi vagalitik.Pemilihan Pelumpuh OtotKarakteristik pelumpuh otot ideal :1. Nondepolarisasi2. Onset cepat3. Duration of action dapat diprediksi, tidak mengakumulasi dan dapat diantagoniskan dengan obat tertentu4. Tidak menginduksi pengeluaran histamin5. Potensi6. Sifat tidak berubah oleh gangguan ginjal maupun hati dan metabolit tidak memiliki aksi farmakologi.Durasi pembedahan mempengaruhi pemilihan pelumpuh otot : 1. Ultra-short acting, contoh : suxamethonium2. Short duration. Contoh: mivacurium3. Intermediate duration. Contoh: atracurium, vecuronium, rocuronium, cisatracurium4. Long duration. Contoh: pancuronium, D-tubocurarine, doxacurium, pipecuronium.Pelumpuh otot yang disarankan :1. Untuk induksi yang cepat-suxamethonium, atau apabila dikontraindikasikan dapat dipakai rocuronium2. Untuk stabilitas hemodinamika (contoh pada hipovolemia atau penyakitjantung parah)-vecuronium3. Pada gagal ginjal dan hati-atracurium, vekuronium, cisatracurium ataumivacurium4. Miastenia gravis: jika dibutuhkan dosis 1/10 atrakurium5. Kasus obstetric: semua dapat diberkan kecuali gallamin

Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot :1. Cegukan (hiccup)2. Dinding perut kaku3. Ada tahanan pada inflasi paru.

Penawar Pelumpuh OtotAntikolinesterase bekerja dengan menghambat kolinesterase sehingga asetilkolin dapat bekerja. Antikolinesterase yang paling sering digunakan adalah neostigmin (dosis 0,04-0,08 mg/kg), piridostigmin (dosis 0,1-0,4 mg/kg) dan edrophonium (dosis 0,5-1,0 mg/kg), dan fisostigmin yang hanya untuk penggunaan oral (dosis 0,01-0,03 mg/kg). Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik sehingga menyebabkan hipersalivasi, keringatan, bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas usus dan pandangan kabur sehingga pemberiannya harus disertai vagolitik seperti atropine (dosis 0,01-0,02mg/kg) atau glikopirolat (dosis 0,005-0,01 mg/kg sampai 0,2-0,3 mg pada dewasa)

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. FKUI. 20022. Mangku G, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi Indek. 20133. Anastesia umum http//.www.sribd.com diakses 28 Maret 2014