Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

9
PANDUAN PENGELOLAAN PREEKLAMPSIA BERAT 1. Definisi klinik Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda dibawah ini : a. Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik ≥160 mmHg dan desakan diastolic 110 mmHg b. Proteinutia : ≥ 5 g / jumlah urine selama 24 jam atau dipstick 4 ++ c. Oliguria : produksi urine < 400-500 ml/24 jam d. Kenaikan kreatinin serum e. Edema paru dan sianosis f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen : disebabkan teregangnya kapsula glisone. Nyeri dapat sebagai gejala awal rupture hepar. g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepar, skotomata dan pandangan kabur. h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino transferase. i. Hemolisis mikroangiopatik j. Trombositopenia : 100.000/ml k. Sindroma HELLP 2. Pembagian Preeklampsia Berat Preeklampsia berat dapat dibagi menjadi beberapa kategori : a. Preeklampsia berat tanpa Impending eclampsia b. Preeklampsia berat dengan Impending eclampsia, dengan gejala-gejala impending : - nyeri kepala - mata kabur - mual dan muntah - nyeri epigastrium

Transcript of Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

Page 1: Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

PANDUAN PENGELOLAAN PREEKLAMPSIA BERAT

1. Definisi klinik Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda dibawah ini :

a. Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik ≥160 mmHg dan desakan diastolic ≥ 110 mmHg b. Proteinutia : ≥ 5 g / jumlah urine selama 24 jam atau dipstick 4 ++c. Oliguria : produksi urine < 400-500 ml/24 jamd. Kenaikan kreatinin serum e. Edema paru dan sianosisf. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen : disebabkan teregangnya kapsula glisone. Nyeri dapat sebagai gejala awal rupture hepar.g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepar, skotomata dan pandangan kabur.h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino transferase.i. Hemolisis mikroangiopatikj. Trombositopenia : 100.000/mlk. Sindroma HELLP

2. Pembagian Preeklampsia Berat Preeklampsia berat dapat dibagi menjadi beberapa kategori :

a. Preeklampsia berat tanpa Impending eclampsia b. Preeklampsia berat dengan Impending eclampsia, dengan gejala-gejala impending : - nyeri kepala - mata kabur - mual dan muntah - nyeri epigastrium - nyeri kuadran kanan atas abdomen

3. Pemeriksaan Laboratorium - HB dan Ht- Morfologi sel darah merah pada apusan darah tepi- Trombosit- Kreatinin Serum, Asam Urat Serum Dan Nitrogen urea darah (BUN)- Transaminase serum- Lactic acid dehidroginase- Albumin serum dan faktor koagulasi

4 . Dasar Pengelolaan PEB - Stabilisasi 1 – 3 jam - Injeksi MgSO4

- Pemasangan Infus - Antihipertensi ( nifedipin )

Page 2: Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

- Pemasangan kateter urin - Konsul PDL, Mata - Terminasi kehamilan tergantung usia gestasi dan komplikasi pada ibu, janin atau

keduanya

I. Ekspektatif 1. Kehamilan dipertahankan selama mungkin / aterm sambil memberikan

terapi medikamendosa

2. Pasien PEB MRS: a. Pemberian MgSO4 boleh i.v atau i.m

Sediaan MgSO4 40 %. Harus selalu siap antidotum Kalsium glukonas b. Antihipertensi

c. N-Acetil Cystein (antioksidan)

3. PEB < 33 minggu a. Satgas Gestosis : dapat SC primer b. Pematangan serviks 24 jam sambil melakukan pematangan paru 24 jam

selama keadaan ibu dan bayi tidak memburuk- Dexamethason 12 mg/hari (1 hari) 2 x 6 mg / 3 x 5 mg / 3 x 4 m- Betamethason 12 mg/hari (1 hari) 1 x 12 mg

4. Anti hipertensi : a. Nifedipin peroral 10 mg. bila 30 menit TD belum turun dapat diberikan

lagi 10 mg max 120 – 180 mg / hari b. Clonidin / Catapress 1 ampul (75 mcg) diencerkan menjadi 10 cc

5 cc i.v pelan –pelan selama 5 menit, lalu tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan, dimasukkan lagi 5 cc sisanya i.v selama 5 menit

c. Herbessier (50 mg / 50 ml atau 100 mg / 100ml tetesan 10 – 20 x / menit (mikrodrip )

d. Adalat oros 30 mg dosis 1 x 1 kalau tekanan darah sudah turun

5. Bila TD sudah mencapai PER tidak perlu anti hipertensi - Aspilet 1 x 80 mg

- Luminal tablet 3 x 30 mg - N-Acetil Cystein 1 x 600 mg

6. MgSO4 pada terapi konservatif PEB 24 jam perburukan gagal konservatif terminasi MgSO4 ulangan cara persalinan kembali ke protap pematangan.

7. Kriteria gagal terapi ekspektatif Ibu ( maternal ) - Hipertensi berat yang tidak terkontrol ( TD sistolik ≥ 160 mmHg, TD diastolik

≥ 110 mmHg) setelah mendapatkan dosis maksimum antihipertensi ( Labetalol i.v 220 mg,hidralazin dan nifedipin oral)

Page 3: Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

- Eklampsia atau gejala serebral yang menetap - Edema paru - Solusio plasenta - Trombositopenia (trombosit <100.000/mm3) atau peningkatan enzim hati ( sindroma HELLP ) - Kreatinin serum ≥ 1,5 mg/dL atau oliguria (< 0,5 mL/kg/jam)

Janin ( fetal ) - IUGR berat (< presentil ke-5 usia kehamilan) - Oligohidramnion persisten ( AFI < 5 pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu > 24 jam ) - Dopler arteri umbilikalis menunjukkan persistent reverse end-diastolic flow - Profil biofisik < 4 pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam - Repetitive late deceleration atau severe variable deceleration atau loss of

variability

II. Perawatan Agresif, terminasi kehamilan1. Indikasi janin - Umur hamil > 37 minggu - IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG, Tetapi, pada kehamilan preterm

dilakukan pematangan paru terlebih dahulu selama 24 jam. - Biofisik profil < 5 - Langsung SC bila :

- Oligohidramnion ( AFI < 5 )- Absent atau Reverse end diastolic velocity

2. Indikasi SC - Maternal distress dengan skor bishop < 5

a. Impending eklampsia.b. Sindroma Hellp ( partial & komplit )c. Eklampsia

3. Pasien PEB MRS:a. Pemberian MgSO4 boleh i.v atau i.m

Sediaan MgSO4 40 %. Harus selalu siap antidotum Kalsium glukonasb. Antihipertensi

c. N-Acetil Cystein (antioksidan) 4. Anti hipertensi :

a. Nifedipin peroral 10 mg. bila 30 menit TD belum turun dapat diberikan lagi 10 mg max 120 – 180 mg / hari

b. Clonidin / Catapress 1 ampul (75 mcg) diencerkan menjadi 10 cc 5 cc i.v pelan –pelan selama 5 menit, lalu tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan, dimasukkan lagi 5 cc sisanya i.v selama 5 menit

Page 4: Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

c. Herbessier (50 mg / 50 ml atau 100 mg / 100ml tetesan 10 – 20 x / menit (mikrodrip )

d. Adalat oros 30 mg dosis 1 x 1 kalau tekanan darah sudah turun

5. Anak pertama tidak selalu harus SC

6. Skor Bishop ≥5 lakukan induksi

7. Pasien belum inpartu bishop < 5 pematangan dengana. Misoprostol 50 ug/6 jam pada primigravida, 25 ug/6 jam pada multigravida

maks 12 jam, bila skor bishop tetap < 5 : SCb. Oksitosin 5 IU gtt X/ menit menetap,maksimal 12 jamc. Balon kateter/ laminaria, bila ada kontra indikasi dengan misoprostol atau

oksitosin

8. Setelah pematangan dilakukan induksi + amniotomi: Belum inpartu 12 jam tidak masuk fase aktif SCFase laten 6 jam tidak masuk fase aktif SC Fase aktif 6 jam tidak lengkap SC

9. PEB + KPSW 24 jam belum inpartu ( bishop < 5)- Preterm SC- Aterm SC

10. PEB kala II dipercepat, boleh :- Spontan, pertolongan Bracht- Dipimpin mengedan Ekstraksi Forceps, Ekstraksi Vakum- Dipimpin mengedan Ekstraksi Parsial, Ekstraksi Total

11. Sindroma HELLP

- Dexamethason 2 x 10mg selama 2 hari, dapat dilakukan peningkatan dosis sesuai kondisi klinis ibu. Postpartum 10 mg i.v tiap 12 jam 2 x kemudian diikuti 5 mg i.v tiap 12 jam 2 x. Kemudian dilakukan tappering off.

12. Pasien eklampsia, tidak sadar dengan TD tinggi- Nifedipin digerus NGT- Catapress drip- Herbesser drip 50 mg /50 ml atau 100 mg /100ml tetesan 10 -20 x /mnt

(mikrodrip)

13. EklampsiaTidak membaik dengan MgSO4 :- Penthotal 250 mg iv pelan ( 3 - 5 menit ) kemudian 500 mg dalam 500ml

RL di drip tetesan 10-15 tetes/menit. Obat harus selalu disiapkan.- Gol Benzodiazepin ( Short acting ) : midazolam ( dormicum)- Valium ( Long acting )

Page 5: Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

- Fenitoin / Dilantin

14. Bila TD sudah mencapai PER tidak perlu anti hipertensi- Aspilet 1 x 80 mg

- Luminal tablet 3 x 30 mg - N- Acetil Cystein 1 x 600 mg

15. Diuretik Lasix (furosemide), pada keadan:- Oedem paru- Dekompensasio kordis- Oedem anasarka

16. Post partum Terapi anti hipertensi diteruskan bila tekanan darah masih tinggi, dapat berupa nifedipin, metil dopa atau adalat oros

17. Pasien kejang tidak baik –baik, postpartum lakukan kuret Bila pasien dalam keadan koma yang dalam, diberikan sedasi dengan pethidine

18. Konsultasi khusus tergantung indikasi : - Jantung ~ edema paru - Neurologi - Nefrologi ~ Oligouria

- Crirical care

Page 6: Panduan Pengelolaan Preeklampsia Berat

PALEMBANG, 27 MEI 2009

STAF DIVISI FETOMATERNAL

1. Prof.dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG - K, M.Sed

............................................

2. Dr.Wim T. Pangemanan, SpOG - K

............................................

3. Dr. H.M. Hatta Ansyori, SpOG – K

............................................

4. Dr. H. Marwansyah F. Masjhur, SpOG

............................................

5. Dr. H. Nuswil Bernolian, SpOG

............................................

6. Dr. Putri Mirani, SpOG

............................................