Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

39
Panduan Pelaksanaan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) dan Child Survival

Transcript of Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

Page 1: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

Panduan Pelaksanaan Strategi

Making Pregnancy Safer (MPS) dan

Child Survival

Page 2: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

2

Bab 1 Pendahuluan

Tujuan Pembangunan Milenium Analisis Situasi Implementasi Strategi MPS di Indonesia

Desentralisasi Tujuan Umum Tujuan Khusus

Sasaran Struktur Buku

Page 3: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

3

Salah satu hasil Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000 adalah adanya komitmen internasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goal/MDG) pada tahun 2015 sebagai solusi dari ketergantungan antar negara dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia. Ada 8 sasaran MDG (lihat kotak 1) dimana sasaran keempat dan kelima terkait langsung dengan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Sebagai langkah antisipasi bagi pencapaian target MDG, Departemen Kesehatan melalui Perpres nomor 7 tahun 2005 telah menetapkan 3 dari 4 target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu penurunan angka kematian bayi dari 35 menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu dari 307 menjadi 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Target Nasional yang terkait dengan 2 sasaran MDG adalah dengan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita (AKBAL) sebesar 2/3 dari angka tahun 1990 (68 dan 97 per 1000 kelahiran hidup) menjadi 32 dan 32 per 1000 kelahiran hidup dan menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar ¾ dari Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 1990 (450 per 100.000 kelahiran hidup) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Target MDG dikategorikan sangat ambisius tetapi bukan berarti tidak mungkin dicapai apabila mobilisasi dan relokasi sumberdaya, baik nasional maupun Internasional dapat dilakukan secara optimal. Keberhasilan pencapaian target tersebut, juga sangat tergantung dari adanya kebijakan dan dukungan politis yang dapat mendukung upaya-upaya pencegahan kematian Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

Analisis Situasi Implementasi Strategi MPS di Indonesia

Walaupun telah dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki sistem pelayanan dan status kesehatan tetapi Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia tahun 2002/2003 tidak menunjukkan penurunan AKI, AKB dan AKBAL secara bermakna. Pada tahun 2000, WHO mengenalkan program Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai upaya untuk percepatan penurunan AKI. Tanggal 12 Oktober 2000, Presiden Republik Indonesia yang didampingi oleh Direktur Jenderal WHO, mencanangkan program MPS yang akan lebih

Tujuan Pembangunan Milenium 1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan 4. Menurunkan angka kematian anak 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup 8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan

Page 4: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

4

difokuskan pada peningkatan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. Strategi MPS ini diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan rakyat Indonesia yang akan ditunjukkan melalui penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Peningkatan status kesehatan tersebut dapat dicapai melalui upaya-upaya pembenahan metoda perencanaan dan implementasi strategi MPS di dalam program kesehatan. Untuk mendukung hal tersebut maka Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan buku “Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010”. Enam tahun setelah pencanangan program dan pemberdayaan staf kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan strategi MPS, ternyata belum juga memberi dampak perbaikan seperti yang diharapkan. Perencanaan tanpa data yang akurat atau sesuai dengan masalah yang ada dan pilihan intervensi yang belum teruji efektifitasnya terlihat pada rencana kerja kesehatan di hampir semua daerah. Kondisi seperti ini diakibatkan oleh kurang dipahaminya strategi dan metoda perencanaan MPS oleh pengelola program Kesehatan Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita di daerah. Demikian pula dengan pemahaman pengelola program kesehatan anak di daerah akan strategi kelangsungan hidup anak. Berdasarkan SDKI, Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian ibu dari 390/100.000KH (1992) menjadi 334/100.000KH (1997), selanjutnya turun menjadi 307/100.000KH (2002) dan pada tahun 2007 menjadi 228/100.000KH. Penyebab kematian Ibu di Indonesia menurut SKRT 2001 adalah perdarahan (30%), eklampsia (25%), infeksi (12%), komplikasi masa nifas (8%), partus lama/macet (5%), abortus (5%) dan penyebab lain (12%). Demikian juga, dengan angka kematian bayi dari 68/1.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 menjadi 35/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002. Namun terjadi kesenjangan yang sangat besar antar provinsi. AKB tertinggi terjadi di provinsi Gorontalo (77) dan terendah di provinsi Bali (14). Kesenjangan AKB yang besar juga terlihat pada perbedaan tingkat pendidikan, tempat tinggal (pedesaan dan perkotaan) serta tingkat kesejahteraan. Sebagian besar (57%) kematian bayi terjadi dalam periode neonatal (SDKI 2002-2003). Berbeda dengan AKB, penurunan kematian neonatal terjadi sangat lambat dari 29 tahun 1992 menjadi 20 pada 2002. Berdasarkan data tersebut, penurunan kematian neonatal perlu mendapat perhatian yang lebih besar dalam menurunkan AKB secara keseluruhan. Penurunan angka kematian balita (AKBAL) sudah cukup tajam yaitu dari 79/1.000 kelahiran hidup (SDKI 1988-1992) menjadi 46/1.000 kelahiran hidup tahun 2002. Seperti halnya AKB, terdapat perbedaan AKBAL yang cukup besar antar provinsi. Berdasarkan SDKI 2002-2003, AKBAL tertinggi di provinsi Nusa Tenggara Barat (103) dan terendah di provinsi Bali (19).

Page 5: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

5

Berdasarkan SKRT 2001, penyebab utama kematian neonatal di Indonesia adalah komplikasi BBLR (29 %), asfiksia (27%), tetanus neonatorum (10%) dan masalah gangguan pemberian ASI (10%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah gangguan perinatal (36%), infeksi saluran nafas (28%) dan diare (9%) dan penyebab utama kematian balita adalah penyakit saluran nafas (23%), diare (13%), penyakit syaraf termasuk meningitis dan ensefalitis (12%) dan tifus (11%). Sepertiga dari AKBAL sangat terkait dengan keadaan gizi kurang. Masih tingginya AKI, AKB dan AKBAL menunjukkan rendahnya status kesehatan ibu, bayi dan balita yang disebabkan oleh rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga dalam pengenalan tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir, bayi dan balita sakit, perilaku yang belum mendukung hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun serta pola pemberian makan yang salah. Pemberian ASI eksklusif juga masih sangat rendah. Berdasarkan data Susenas, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah 18,1% tahun 2005 dan 21,2% tahun 2006. Cakupan imunisasi campak secara nasional menunjukkan angka yang cukup tinggi, tapi juga terdapat perbedaaan yang sangat besar antar provinsi dimana provinsi DI Yogyakarta dengan cakupan tertinggi (91,1%) dan terendah provinsi Banten (44%). Hasil evaluasi program Kesehatan Ibu dan anak di berbagai daerah menunjukkan perlu adanya pedoman pelaksanaan Strategi MPS untuk penguatan pemahaman dan operasionalisasi Strategi MPS dan Child survival bagi pimpinan dan pengelola program KIA di tingkat pusat maupun daerah. Untuk tujuan tersebut maka Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat menyusun Pedoman Pelaksanaan Strategi MPS dan Child Survival.

Desentralisasi

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan program. Konsekuensi logisnya, pedoman pelaksanaan Strategi MPS dan Child survival akan lebih diutamakan untuk pemerintah kabupaten/kota. Otonomi juga menuntut peningkatan kemampuan pengelolaan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota. Dalam implementasi program, daerah bertanggung-jawab untuk mencapai target yang ditentukan dan disesuaikan dengan sumberdaya yang tersedia, serta mengacu pada standar nasional yang telah ditetapkan. Strategi, Luaran dan Kegiatan MPS dan Child survival adalah acuan bagi daerah untuk merencanakan dan melaksanakan program perbaikan status Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Balita di daerah.

Tujuan Umum

Buku Pedoman Pelaksanaan Strategi MPS dan Child Survival merupakan acuan bagi pimpinan dan pengelola program KIBBLA untuk menyusun dan

Page 6: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

6

menerapkan empat strategi utama MPS dan startegi kelangsungan hidup anak secara efektif dengan menggunakan pendekatan koordinatif, integratif dan komprehensif bagi perbaikan dan peningkatan derajat KIBBLA

Tujuan Khusus

Pedoman Pelaksanaan Strategi MPS dan Child Survival diharapkan dapat menjadi pedoman operasional bagi pimpinan dan pengelola KIBBLA agar mampu mengimplementasikan strategi MPS dan strategi kelangsungan hidup anak dalam: Perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian masalah kesehatan ibu

dan bayi baru lahir, bayi dan anak balita berdasarkan prioritas masalah, efektifitas dan efisiensi sumberdaya yang tersedia, keterpaduan dan kemitraan lintas program dan sektor.

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir,bayi dan anak balita.

Penguatan peran dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan secara adekuat dalam upaya menurunkan jumlah kesakitan dan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Perbaikan kinerja tenaga kesehatan melalui pelatihan klinik yang berdasarkan kompetensi dan mengacu pada pencapaian kualifikasi dan penerapan praktik terbaik di institusi pelayanan kesehatan

Perbaikan kinerja lembaga pendidikan tenaga kesehatan dalam menghasilkan tenaga kesehatan yang terampil dan handal

Advokasi bagi lembaga pemerintah, badan legislatif dan pemegang otoritas bidang kesehatan (pusat dan daerah) untuk mendukung program KIA, alokasi sumberdaya, dan menjamin kualitas pelayanan kesehatan Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Mobilisasi masyarakat untuk mewujudkan keluarga dan budaya hidup sehat, pemanfaatan fasilitas kesehatan, berperan-serta dalam penyediaan dan kualitas pelayanan kesehatan

Menggalang kemitraan dengan pengampu (stakeholders) dan mitra strategis dalam pengkayaan sumberdaya dan melaksanakan program KIA yang efektif

Berbagai panduan, instrumen, standard dan modul pelatihan telah dikembangkan sehubungan dengan intervensi untuk mendukung tercapainya tujuan strategi MPS. Berikut adalah deskripsi singkat masing-masing intervensi MPS, sedangkan rangkumannya dapat dilihat pada lampiran 3, halaman 111. Pedoman Pelaksanaan Strategi MPS dan Child Survival

Adalah Panduan operasional bagi Perencana dan Pelaksana program di Kabupaten/Kota dalam merencanakan dan mengimplementasikan strategi MPS dan child survival. Dalam panduan ini juga diuraikan kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu upaya percepatan penurunan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

Page 7: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

7

Pedoman DTPS KIBBLA Adalah Panduan untuk penyusunan rencana kegiatan KIBBLA melalui pendekatan tim perencanaan kabupaten Suatu Proses Pemecahan Masalah. Pendekatan ini akan sangat membantu pengelola program di Kabupaten yang bertanggung jawab untuk KIBBLA untuk dapat memecahkan masalah di Kabupaten dalam menurunkan AKI, AKB dan AKBAL

Pedoman Pelatihan APN Adalah Panduan pelatihan yang berisikan panduan pelatihan standarisasi persalinan normal bagi petugas kesehatan yang membantu persalinan normal di berbagai tingkatan.

Pedoman PPGDON Adalah Panduan pelatihan standardisasi dan implementasi Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal bagi petugas kesehatan.

Pedoman Pelatihan PONED Adalah Panduan pelatihan standardisasi dan implementasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar bagi petugas kesehatan.

Pedoman Pelatihan PONEK Adalah Panduan pelatihan standardisasi dan implementasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi komprehensif

Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Adalah Panduan pelatihan standardisasi dan implementasi Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir bagi bidan.

Manajemen BBLR Adalah Panduan pelatihan standardisasi dan implementasi Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan di Desa

Pedoman Teknis pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis pada Bayi Baru Lahir Adalah Panduan pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis pada Bayi Baru Lahir bagi tenaga kesehatan

Kualifikasi dan Akreditasi Adalah Panduan pelatihan dan pelaksanaan kualifikasi petugas dan akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan.

Pedoman MTBS Adalah merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya pengobatan terhadap penyakit: pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit meliputi imunisasi, pemberian Vitamin A dan konseling pemberian makan.

Page 8: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

8

Buku KIA Adalah Buku kesehatan ibu dan anak yang berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.

Paket Penyeliaan Fasilitatif Adalah Panduan pelatihan dan pelaksanaan Penyeliaan Fasilitatif yang dilakukan oleh Pengelola KIA, Bidan Koordinator pengelola KIA Puskesmas Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator Puskesmas di Kabupaten terhadap Bidan di Desa., Bidan Praktek swasta, BPS, Bidan Pustu, Bidan Puskesmas Keluarahan.

Pedoman KPP Adalah Panduan Pelatihan bagi petugas Dinkes Kabupaten untuk meningkatkan kapasitas komunikasi perubahan perilaku.

Pedoman Praktis P4K Adalah Panduan dalam melaksanakan langkah-langkah kegiatan P4K

Pedoman Advokasi Adalah Panduan pelatihan advokasi bagi tim advokasi Kabupaten

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekon Adalah Panduan bagi pelaksana program KIA di Kabupaten untuk melaksanakan dana dekon sesuai dengan peraturan yang ada

Pedoman Bidan Delima Adalah Panduan manajemen dan petunjuk teknis pelaksanaan program Bidan Delima yang dilengkapi dengan instrumen Pra Kualifikasi, Kajian Mandiri, Validasi dan panduan fasilitator

Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis HAM dan Keadilan Gender: Adalah pedoman pelaksanaan program kesehatan ibu dan bayi baru lahir dalam upaya mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Pedoman PWS KIA Adalah panduan manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah secara terus menerus, untuk tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah.

Pedoman AMP Adalah Pedoman untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian dengan tujuan untuk mencegah kesakitan dan kematian di masa yang akan datang.

Page 9: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

9

Buku pedoman pelaksanaan MPS dan Child Survival merupakan referensi yang harus dipergunakan bersama dengan paket program, modul atau instrumen terkait lainnya, seperti yang tertera di atas. Sasaran Pedoman Pelaksanaan Strategi MPS dan Child Survival ditujukan bagi para: pimpinan, perencana, pengelola dan pelaksana program kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita untuk menyusun perencanaan, implementasi, pemantauan dan evaluasi program ditingkat Nasional, Propinsi, kabupaten / Kota hingga Kecamatan.

Struktur Buku

Pedoman ini disajikan dalam 6 bab dan pengantar. Bagian pengantar menjelaskan latar belakang dan perlunya strategi Making Pregnancy Safe dan Child Survival diimplementasikan dengan tepat dan juga menjelaskan penggunaan buku panduan strategi MPS dan child survival pada saat proses perencanaan, implementasi, monitoring dan implementasi program KIBBLA.

Bab 1 Menjelaskan tentang keterkaitan dari upaya penurunan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita dengan Perpres No 7 tahun 2005 dan MDG goals 4 dan goals 5, analisa situasi dan tujuan dari pedoman Bab 2 Strategi Making Pregancy Safer dan Child Survival, menguraikan 4 strategi utama MPS, 3 pesan kunci dan prinsip dasar yang perlu dipahami dalam strategi MPS serta strategi untuk kelangsungan hidup anak bagi pengampu utama (stakeholder) di tingkat Nasional, Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan dalam implementasi program strategi MPS dan Child Survival. Bab 3. Tiga komponen utama program KIBBLA menjelaskan tentang manajemen program, rencana kerja, advokasi dan persiapan pelaksanaan, penyiapan pelayanan kesehatan berkualitas, model sistem pelayanan terpadu, pengembangan ketrampilan dan mobilisasi masyarakat. Bab 4. Aplikasi Strategi MPS dan Child Survival, menjelaskan tentang implementasi, pemantauan dan evaluasi Bab 5. Luaran dan Kegiatan MPS dan Child Survival, menjelaskan tentang meningkatkan akses dan cakupan pelayanan, kemitraan, pemberdayaan wanita dan keluarga serta mendorong keterlibatan masyarakat. Bab 6. Penutup membahas tentang pencapaian MDG dan program pendukung implementasi MPS dan Child Survival.

Page 10: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

10

Bab 2 Strategi

Making Pregnancy Safer dan Child Survival

Strategi Utama dan Pesan Kunci MPS dan Child Survival Kelompok sasaran strategi MPS dan Child Survival

Target MPS dan Child Survival Prinsip Dasar Pelaksanaan Strategi MPS dan Child Survival

Page 11: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

11

Kematian Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita tidak hanya disebabkan oleh masalah kesehatan. Selain faktor sosio-budaya dan politik, juga terkait dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Oleh sebab itu, untuk menanggulangi kematian dan mengurangi angka kesakitan maka perlu dilakukan pendekatan secara lengkap terhadap pengguna, penyedia dan manajemen pelayanan kesehatan. Kemampuan melakukan analisa penyebab langsung dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesakitan dan kematian sehingga dapat digunakan untuk upaya penyusunan rencana, pemilihan intervensi, pengalokasian sumberdaya, pelaksanaan dan evaluasi program kesehatan bagi penyelamatan dan perbaikan derajat kesehatan Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita secara akurat, efektif dan efisien. Berbagai upaya telah dijalankan untuk memperbaiki derajat kesehatan Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Sebagai contoh, Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Program Safe Motherhood, Life Saving Skills, Integrated Management of Pregnancy and Childbirth, dan Integrated Management of Child Ilness, namun ternyata belum memberikan dampak seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan upaya tersebut melalui pendekatan yang kurang terpadu. Dipilihnya strategi MPS dan Child Survival (kelangsungan hidup anak) oleh pemerintah karena strategi ini mengutamakan keterjangkauan dan kualitas pelayanan, kemitraan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat yang diperlukan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. 1. Strategi Utama dan Pesan Kunci MPS dan Child Survival Program Making Pregnancy Safer (MPS) atau Kehamilan yang Lebih Aman (KLA) adalah penajaman dari program Safe Motherhood. Program MPS dan Child Survival dijabarkan ke dalam 4 strategi utama yaitu:

(1) Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita yang berkualitas berdasarkan bukti ilmiah

(2) Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta memantapkan koordinasi perencanaan kegiatan MPS dan Child Survival

(3) Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan

Page 12: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

12

Strategi MPS di atas dijalankan dengan landasan tiga pesan kunci berikut:

(1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,

(2) Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat,

(3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Sedangkan pesan kunci untuk Child Survival adalah :

(1) Setiap bayi dan balita memperoleh pelayanan kesehatan dasar paripurna

(2) Setiap bayi dan balita sakit ditangani secara adekwat

(3) Setiap bayi dan balita tumbuh dan berkembang secara optimal

Keberhasilan upaya penurunan angka kesakitan/kematian dan perbaikan status kesehatan kelompok risiko tinggi melalui Program MPS dan Child Survival sangat ditentukan oleh keterpaduan, rasa memiliki dan tanggung-jawab bersama, kordinasi lintas program dan sektor serta partisipasi masyarakat (diagram 1). Diagram 1: Komponen dan Alur Penyelamatan Ibu, bayi lahir, bayi dan anak balita

anak balita serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.

(4) Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

Hak Azazi Manusia

Pemberdayaan Perempuan

SektorKesehatan

PendidikanStatus

Sosio-ekonomi

Safe Motherhood

Strategi

Kerjasama LP/LS, Swasta & Masyarakat dlm upaya kesehatan

PemberdayaanMasyarakat

Pemberdayaanwanita &

Keluarga

Cakupan & kualitas pelayanan kesehatan

Tiga Pesan Kunci:1. Persalinan bersih dan aman oleh tenaga terlatih

2. Penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan secara adekuat3. Setiap kehamilan harus diinginkan dan tersedianya akses bagi

penanganan komplikasi abortus tidak aman

MPS

Page 13: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

13

Alur dan komponen yang terkait langsung dengan sektor kesehatan bagi upaya perbaikan kualitas hidup dan penyelamatan Ibu dibuat dengan garis tebal dan kotak berlatar belakang gelap pada diagram 1. Pada bagian tersebut, sektor kesehatan memiliki peran utama. Peran tersebut akan membawa hasil yang optimal apabila didukung oleh komponen lainnya (lihat diagram 2). Untuk hasil yang maksimal, selain komponen strategi, juga diperlukan kontribusi dari sektor pendukung program lainnya yaitu hak azazi manusia, pemberdayaan perempuan, pendidikan dan status sosio-ekonomi masyarakat. Diagram 2. Strategi MPS dan Child Survival dan pendekatan integratif, kordinatif dan komprehensif

Karena alur tebal melintas di tiga pesan kunci MPS maka hal tersebut diartikan sebagai tugas dan tanggung-jawab sektor kesehatan (supply side) seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes dan Organisasi Profesi Kesehatan. Tetapi pada diagram 2 jelas terlihat bahwa cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan (kotak 1) tidak akan berjalan baik tanpa dukungan komponen di dalam kotak 2 (management side), 3 dan 4 (demand side). Pihak swasta di dalam komponen 2 strategi ternyata juga menjadi mitra pemerintah bagi akses dan kualitas pelayanan. Dengan demikian, selain bagian dari manajemen, komponen ini dapat digolongkan sebagai penyedia pelayanan. Sedangkan Komponen 4 selain sebagai pengguna pelayanan, juga masyarakat dapat dimobilisasi untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat itu sendiri.

Strategi

Kerjasama lintas program, sektor dan

swasta

Pemberdayaan

Masyarakat

Pemberdayaan

Keluarga

Cakupan & kualitas

pelayanan kesehatan

2 3 4 1

Page 14: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

14

Data juga menunjukkan bahwa lingkungan dan perilaku hidup sehat merupakan komponen penting untuk keberhasilan program kesehatan ibu, dan bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Keberhasilan pelaksanaan strategi MPS dan Child Survival sangat tergantung pendekatan integratif, koordinatif dan komprehensif. 2. Kelompok Sasaran Strategi MPS dan Child Survival Strategi MPS lebih terfokus pada perencanaan persalinan dan penanganan komplikasi ibu dan Bayi Baru Lahir. Fokus kelompok sasaran strategi ini tidak mengikut-sertakan kelompok risiko tinggi lainnya yaitu anak berusia dibawah lima tahun (Balita) yang juga perlu diperhatikan. Istilah kehamilan dalam strategi MPS hendaknya diartikan sebagai kualitas, bukan periode sehingga kelompok sasaran akan dimulai dari sebelum hamil, selama hamil, persalinan hingga keluaran dari kehamilan yaitu anak, baik dari tahap bayi, Balita hingga remaja. Pada lokakarya MPS di Makassar bulan November 2006, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Bina Kesehatan Anak telah menyepakati bahwa untuk koordinasi antar program maka cakupan strategi MPS untuk kesehatan anak diperluas hingga Balita. 3. Target Program MPS dan Child Survival Target program MPS yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk dicapai pada tahun 2010 dan akan diukur dari indikator kesehatan adalah: Menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) menjadi 125/100.000

kelahiran hidup Menurunkan AKN (Angka Kematian BBL) menjadi 15/1000

kelahiran hidup Menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) menjadi 25/1000

kelahiran hidup Menurunkan jumlah anemia zat besi pada ibu hamil menjadi 20% Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1%

menjadi 11%. 4. Prinsip Dasar Pelaksanaan Strategi MPS

Mengacu pada Rencana Pembanguan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010

Mencakup semua jenjang dan menguatkan fungsi sistem pelayanan kesehatan

Memperhatikan sistem desentralisasi, kemitraan lintas program dan sektor, regulasi, perimbangan dan keadilan alokasi anggaran

Page 15: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

15

Menerapkan intervensi berdasar bukti dan efektif Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu-bayi

baru lahir Menggunakan pendekatan yang berorientasi pada ibu sebagai

sasaran pelayanan Menggunakan konsep kemitraan, melibatkan pihak swasta dan

masyarakat Menerapkan pendekatan partisipatif, koordinatif, integratif dan

komprehensif Memfasilitasi pertumbuhan inisiatif dan kegiatan lokal untuk

memberdayakan masyarakat dalam mengenali dan mencari solusi masalah

Berupaya mempromosikan keadilan dalam alokasi sumberdaya untuk menjamin pelayanan kesehatan dapat dijangkau oleh penduduk yang kurang mampu

Mempertimbangkan situasi dan prioritas masalah, kebutuhan dan kemampuan sumberdaya setempat dalam perencanaan dan pelaksanaan program

Menjamin agar Bidan di Desa meningkatkan kerjasama dengan Dukun bayi untuk memberikan dukungan pelayanan

Memberikan dukungan, penyeliaan fasilitatif, dan evaluasi konstruktif bagi peningkatan upaya dan hasil pelaksanaan strategi MPS

Page 16: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

Diagram 3: Tiga Komponen Utama dalam kegiatan KIBBLA dan Hubungannya dengan Visi dan Target, Kebijakan dan Strategi MPS

Akses dan Kualitas Pelayanan

(Supply)

ANC

Salin Nakes

Nifas

Komplikasi

KB

MPR-MPS

TA

RG

ET

PR

OG

RA

M K

ES

EH

AT

AN

IBU

2004

-2009

Fokus Penanganan Kesehatan Ibu, BBL dan Balita

KESEHATAN I BU

KEBIJAKAN

Peran Serta Masyarakat

3 Pesan Kunci MPS 1. Persalinan Nakes Terampil 2. Tatalaksana Gawatdarurat

secara Adekuat 3. Mencegah KTD dan

Penyediaan APK

4 S

TR

AT

EG

I U

TA

MA

(Demand)

Buku KIA

Desa Siaga

P4K

MPR-MPS

KU

AN

TIT

AS

da

n

KU

AL

ITA

S

Nakes Sarana Obat Alat

Management

Target Progr Kes Ibu 2007 2008 2009

K1 91,8 92,9 94 K4 84 87 90 Linakes 82 84,5 87 Kf (K Nifas) 82,6 85,1 87,6

Penanganan Komplikasi 60 70 75

Unmet Need 7 6 6

KB (Pascapersalinan) 100 100 100

CPR 66 68 70 AKI 258,4 242,2 226

Page 17: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

17

Tiga Komponen Utama Kegiatan KIBBLA

Manajemen Program Kesehatan

Rencana Kerja berdasarkan Strategi MPS Penyiapan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas

Peran Serta Mobilisasi dan Masyarakat

Bab 3

Page 18: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

18

Strategi MPS menjelaskan cara dan misi untuk mencapai apa yang diinginkan. Sedangkan District Team Problem Solving (DTPS) merupakan metoda untuk menyusun rencana kerja dan upaya mencapai visi tersebut. Yang juga tak kalah pentingnya adalah kegiatan advokasi MPS yang dilakukan sejak tahap orientasi hingga penetapan angaran sehingga Kegiatan KIBBLA dipahami dan didukung sepenuhnya oleh para pembuatan keputusan dan penentu alokasi anggaran. Strategi MPS menjelaskan cara dan upaya atau kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dimana harus ada pelaku yang akan melaksanakan cara tersebut dan sasaran yang akan memperoleh manfaat. Diagram 3 pada Bab 2 halaman 15, memaparkan hubungan dan interaksi diantara komponen utama yang berlandaskan Tiga Pesan Kunci MPS. Dengan demikian, strategi MPS untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010, dapat membawa hasil seperti yang diharapkan apabila Tiga Komponen Utama Kegiatan KIBBLA telah ada secara utuh dan siap berfungsi. Tiga Komponen Utama Kegiatan KIBBLA yang terkait dengan Strategi MPS :

(1) Manajemen program kesehatan (management) (2) Tenaga terampil dan fasilitas kesehatan yang berkualitas

(supply) (3) Mobilisasi masyarakat (demand)

Diagram 4: Interaksi dan koordinasi Tiga Komponen Utama KIBBLA

Lingkaran besar menunjukkan ruang lingkup, cakupan dan sumberdaya masing-masing komponen. Sedangkan bidang yang tumpang-tindih (overlapping) menunjukkan area kontribusi dan ketergantungan (dependency) antar elemen dan pusat dari ketiga lingkaran yaitu area koordinasi antar komponen. Strategi MPS merupakan acuan bagi sistem manajemen kesehatan untuk mengatur pelaksanaan program dan upaya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan sumber daya yang tersedia. 1. MANAJEMEN PROGRAM KESEHATAN

Pengguna Pemberi

Manajemen Inter-dependency koordinasi

Page 19: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

19

Depatemen Kesehatan merupakan penanggung jawab dan pengelola program kesehatan di tingkat pusat yang mengatur dan mengelola program kesehatan nasional. Sedangkan khusus untuk Kegiatan KIBBLA, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Direktorat Bina Kesehatan Anak, memegang peran kunci bagi pelaksanaan dan keberhasilan program.

Sesuai dengan pendekatan integratif, kordinatif dan komprehensif maka direktorat ini bekerjasama dengan program dan sektor terkait lainnya. Departemen Kesehatan RI juga telah membentuk Kelompok Kerja MPS di berbagai jenjang sistem administrasi pemerintahan yang kemudian akan membentuk Tim Terpadu MPS sebagai pelaksana fungsi manajemen MPS di tingkat pusat dan daerah seperti yang ditampilkan di dalam tabel berikut.

Tabel 1 : Tim Terpadu MPS & Child Survival

Tingkat Instansi

Pusat Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal di lingkungan Depkes Biro Perencanaan dan Anggaran Kelompok Kerja Nasional MPS & Child Survival Kelompok Kerja Teknis MPS & Child Survival Diklat

BKKBN Depdagri – Ditjen PMD Bappenas Kementerian Pemberdayaan Perempuan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Organisasi dan Kolegium Profesi Kesehatan Konsosium Kesehatan Nasional Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi Badan Kesehatan Dunia International Coperative and Donor Agencies

Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi: Pengelola Kegiatan KIBBLA Yankes Promkes P2M Gizi Bagian Perencanaan/Sunram Yanfar Surveilens

Rumah Sakit Provinsi : UPF Departemen Kebidanan & Kandungan UPF Departemen Kesehatan Anak Instalasi Gawat Darurat UTD Rumah Sakit/Bank darah

Dinas/Badan Kependudukan Fakultas Kedokteran (bila ada)/Lembaga Pendidikan Kesehatan Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (P2KS)

Page 20: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

20

Tingkat Instansi

Organisasi Profesi Kesehatan di Provinsi (POGI, IDAI, IBI, PPNI) Organisasi Pemberdayaan Perempuan/Keluarga Lembaga Kesehatan Internasional/Cooperative and Donor Agency Bappeda Provinsi, PMD LSM Kesehatan Mitra strategis setempat yang diperlukan

Kabupaten /Kota

Dinas Kesehatan Kabupaten/kota : Pengelola Kegiatan KIBBLA Yankes Promkes P2M Gizi Bagian Perencanaan/Sunram Yanfar Surveilens

Rumah Sakit Kabupaten : Unit Pelayanan Kebidanan & Kandungan Unit Pelayanan Kesehatan Anak Instalasi Gawat Darurat UTD Rumah Sakit/Bank darah

Dinas/Badan Kependudukan Organisasi Profesi Kesehatan di Kabupaten Institusi Pelatihan Klinik tingkat Kabupaten Bappeda Kabupaten/Kota, PMD LSM Kesehatan Mitra strategis setempat yang diperlukan

Kecamatan Puskesmas Pimpinan Puskesmas Pelaksana Pelayanan KIA

Camat dan Kepala Desa LSM Kesehatan/Komisi Kesehatan Fasilitator atau kader kesehatan Tokoh Masyarakat

Pada era pra-desentralisasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia merupakan pusat manajemen organisasi dan sistem kesehatan, sedangkan Kantor Wilayah adalah perwakilan pusat di daerah yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan.

Sedangkan pada era desentralisasi, Departemen Kesehatan mengatur sistem dan program kesehatan secara nasional dan Dinas Kesehatan menjalankan fungsi manajerial di tingkat provinsi dan kabupaten. Proses manajerial unit-unit fungsional pelayanan kesehatan dilaksanakan pada tingkat fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Pembantu hingga ke unit-unit pelayanan kesehatan di tingkat komunitas atau masyarakat.

Page 21: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

21

1.1. Manajemen Tingkat Pusat

Pengaturan dan pelaksanaan otoritas Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Jenderal terkait dalam mengelola Kegiatan KIBBLA dilaksanakan sebagai berikut: Menetapkan strategi MPS sebagai strategi untuk meningkatkan akses dan

kualitas pelayanan serta menurunkan angka kesakitan dan kematian Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Merekomendasikan jalan menuju keselamatan (pathway to survival) dan paket terpadu intervensi berdasarkan bukti (evidence-based intervention integrated package) sebagai acuan dalam menentukan jenis dan prioritas kegiatan

Menyusun menu-menu dan komponen pendukung penanggulangan masalah KIBBLA

Menetapkan pendekatan District Team Problem Solving sebagai metode acuan untuk perencanaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan strategi MPS

Mendeskripsikan kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan strategi MPS

Menjalin kemitraan lintas program dan sektor Menggalang keterpaduan (integration), koordinasi (coordination) dan

kelengkapan (comprehensiveness) dengan semua pengampu (stakeholders) dalam pelaksanaan strategi MPS di berbagai jenjang yang ada di dalam sistem pelayanan kesehatan

Menentukan goal, standar dan mekanisme untuk mencapai tujuan program MPS yaitu penyelematan Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita yang akan ditunjukkan dengan pencegahan kesakitan dan kematian kelompok rentan risiko tersebut diatas dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal dan Indeks Pembangunan Manusia

Mengupayakan ketersediaan sumberdaya dan dana, termasuk advokasi ke badan legislatif dan eksekutif di berbagai jenjang sistem pemerintahan dalam upaya pengalokasian sumberdaya dan dana bagi pelaksanaan strategi MPS di masing-masing daerah (provinsi, kabupaten dan kota)

Memberikan bantuan teknis bagi provinsi, kabupaten dan kota dalam membuat rencana upaya perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi

Diseminasi evaluasi hasil pelaksanaan dan perbaikan pelaksanaan strategi MPS

Mengembangkan dan menyusun sistem pemantauan, penyeliaan atau bimbingan dan evaluasi pelaksanaan pembuatan rencana dan pelaksanaan strategi MPS

1.2. Manajemen Tingkat Provinsi

Untuk manajemen Kegiatan KIBBLA di tingkat provinsi dan kabupaten, lakukan langkah-langkah seperti yang diuraikan dibawah ini: Pastikan keberadaan dan kesiapan Kelompok Kerja atau Tim Terpadu

MPS sebagai pengelola Kegiatan KIBBLA Lakukan orientasi dan diseminasi MPS bagi para pembuat keputusan

bahwa strategi MPS bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas

Page 22: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

22

pelayanan serta menurunkan angka kesakitan dan kematian Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita melalui kemitraan antar program, sektor dan masyarakat

Mengaplikasikan jalan menuju keselamatan (pathway to survival) dan paket terpadu intervensi berdasarkan bukti (evidence-based intervention integrated package) sebagai acuan dalam menentukan jenis dan prioritas kegiatan

Menterjemahkan menu-menu dan komponen pendukungnya ke dalam rencana pelaksanaan strategi MPS untuk menanggulangi masalah KIBBLA di tingkat provinsi dan membantu perencanaan tingkat kabupaten/ kota

Mengaplikasikan pendekatan District Team Problem Solving untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan strategi MPS pada tingkat provinsi

Menerapkan kebijakan dan langkah-langkah bagi pelaksanaan strategi MPS di provinsi dan agar dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan strategi di kabupaten

Menggalang keterpaduan (integration), koordinasi (coordination) dan kelengkapan (comprehensiveness) dengan semua pengampu (stakeholders) dalam pelaksanaan strategi MPS di berbagai jenjang yang ada di dalam sistem pelayanan kesehatan

Aplikasi goal, standar dan mekanisme untuk mencapai tujuan program MPS dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal dan Indeks Pembangunan Manusia untuk kegiatan di tingkat provinsi dan membantu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota

Mengupayakan ketersediaan sumberdaya dan dana yang bersumber dari APBN dan APBD

Memberikan bantuan teknis bagi kabupaten dan kota dalam membuat rencana upaya perbaikan akses dan kualitas pelayanan KIBBLA

Memanfaatkan informasi evaluasi hasil pelaksanaan dan perbaikan pelaksanaan strategi MPS di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

Mengembangkan dan menyusun sistem pemantauan, penyeliaan atau bimbingan dan evaluasi pelaksanaan pembuatan rencana dan pelaksanaan strategi MPS pada tingkat provinsi, kabupaten dan kota

1.3. Manajemen Tingkat Kabupaten/Kotamadya:

Seperti yang terlihat pada Strategi dan Menu Utama Kegiatan Program Kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita, pada level provinsi dan kabupaten/kota, manajemen program kesehatan melalui perencanaan dan pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan fasilitasi dari Dinas Kesehatan Provinsi melalui District Team Problem Solving (DTPS) KIBBLA. Langkah-langkah dan upaya yang akan dilakukan pada tingkat Kabupaten/Kota adalah sama dengan yang dilakukan pada tingkat provinsi. Yang berbeda hanyalah area kerja dan cakupan program, yaitu dilaksanakan pada tingkat dan bagi masyarakat Kabupaten/Kota. Selain itu, pengalokasian dana juga diperoleh dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Fasilitasi manajemen tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Tim Terpadu Provinsi.

Page 23: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

23

2. RENCANA KERJA BERDASARKAN STRATEGI MPS

Langkah-langkah penyusunan rencana kerja sebagai berikut:

Merencanakan penerapan langkah pemecahan masalah (Rencana)

Implementasi solusi yang terpilih (Implementasi)

Ikuti atau cermati, apakah solusi sudah menunjukkan hasil (Kaji)

Buat keputusan apakah implementasi akan diperluas, melakukan modifikasi atau pilih solusi lain untuk diuji (Aksi)

WHO telah mengembangkan metoda perencanaan Kegiatan KIBBLA dan dikenal sebagai District Team Problem Solving (DTPS). Pada awalnya, metoda ini disebut dengan DTPS-MPS. Setelah melalui serangkaian proses perbaikan dan penambahan materi (kesehatan anak, jaminan ketersediaan komoditas dan obat, penyesuaian bahasa program menjadi nomenklatur anggaran) dan ujicoba di berbagai kabupaten/kota maka paket metoda ini diubah sesuai menjadi DTPS KIBBLA Beberapa pertimbangan dalam menyusun perencanaan: Memahami masalah kesehatan yang harus ditanggulangi dan

target yang akan dicapai Mengupayakan ketepatan penyusunan rencana dan memilih

solusi yang mampu laksana dengan menggunakan sumberdaya dan regulasi anggaran yang tersedia

Menggalang kebersamaan dan keterpaduan lintas program dan sektor sejak tahap perencanaan

Meningkatkan motivasi, komitmen dan dukungan terhadap solusi masalah

2.1. Garis besar penyusunan Rencana Kerja Kesehatan dengan DTPS

Perencanaan dibuat untuk percepatan penurunan angka kematian Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, dan Anak Balita berdasarkan Strategi MPS dan mempertahankan kegiatan rutin dengan dukungan dana APBD

Difokuskan untuk pemecahan terhadap masalah yang berkaitan dengan penyebab utama kematian Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, dan Anak Balita

Dilaksanakan oleh: - Tim Terpadu Lintas Program dan Lintas Sektor terkait - Semua anggota tim harus berkontribusi aktif dan nyata

Berdasarkan data dan solusi efektif (evidence based): - Kelengkapan data, terutama tentang kematian ibu, BBL dan Balita - Validasi (kebenaran data)

2.2. Perencanaan dengan metode DTPS

Page 24: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

24

Proses penyusunan rencana kegiatan KIBBLA melalui pendekatan tim perencanaan kabupaten yang merupakan suatu proses pemecahan masalah. Pendekatan ini akan sangat membantu pengelola Kegiatan KIBBLA untuk dapat memecahkan masalah di kabupaten dalam upaya percepatan penurunan AKI,AKB, dan AKBAL.

Tujuan :

Tersusunnya draft dokumen perencanaan dan anggaran KIBBLA Menyiapkan bahan atau materi untuk advokasi program dan

pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan KIBBLA 2.3. Tahapan DTPS Proses DTPS terdiri dari : 3 tahap

1. Orientasi: Pelaksanaan : 1 hari di tingkat provinsi Tujuan :

Memahami masalah dan strategi KIBBLA

Memahami proses perencanaan DTPS KIBBLA

Memahami grand Strategi nasional strategi MPS secara khusus

2. Lokakarya Perencanaan : Pelaksanaan : 2 minggu setelah orientasi, waktu 5 hari. Tujuan :

Menghasilkan analisis situasi KIBBLA berdasarkan data kabupaten/kota

Menghasilkan analisis masalah KIBBLA kab/kota

Memilih prioritas masalah kesehatan, solusi dan kegiatannya

Menghasilkan perhitungan rencana kebutuhan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Menghasilkan draft dokumen perencanaan dan penganggaran pelayanan KIBBLA

3. Tindak Lanjut Pelaksanaan : segera setelah lokakarya DTPS KIBBLA sampai

RKA-SKPD disetujui. Tujuan :

Menghasilkan dokumen perencanaan dan anggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Tersedianya materi untuk advokasi

Disetujuinya Kegiatan KIBBLA sebagai program prioritas pada RKPD, kebijakan umum anggaran, PPAS dan RKA-SKPD.

Tahapan lengkap DTPS mengacu pada Seri Panduan Perencaan DTPS KIBBLA

Page 25: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

25

Keberhasilan Penyusunan dan Realisasi Rencana Kerja dengan metode DTPS sangat tergantung dari: Kelengkapan data Kemampuan analisis data Kerjasama tim Kemampuan fasilitator Advokasi

3. PENYIAPAN PELAYANAN KESEHATAN YANG BERKUALITAS

Tenaga pelayanan dan fasilitas kesehatan merupakan komponen baku penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tetapi dinilai belum siap dan layak untuk memberikan standar pelayanan yang ditetapkan. Sedangkan pelaksanaan Program MPS membutuhkan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan purnawaktu oleh petugas kesehatan yang kompeten. Masyarakat dapat berperan-serta dalam ketersediaan tenaga dan sarana kesehatan, tetapi tanggung-jawab utama adalah pemerintah. Ketersediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan konsekuensi dari pemenuhan aspek akses dan kualitas pelayanan pada diagram 1, seperti yang disebutkan pada strategi pertama MPS. Untuk menyiapkan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan, lakukan hal-hal berikut ini: Ketersediaan tenaga kesehatan terampil dan kualitas infrastruktur pada

fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas dan Pustu, Pondok Bersalin Desa)

Koordinasi dengan unsur terkait (Departemen Kesehatan, Organisasi Profesi, Jaringan Pelatihan Klinik) untuk mengetahui tingkat kompetensi dari petugas kesehatan dan perhatikan akreditasi manajemen dan teknis fasilitas kesehatan yang ada

Dana atau pembiayaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu, upaya perbaikan kinerja institusi kesehatan dan mutu pelayanan

Ketersediaan institusi dan organisasi mitra (pusat pelatihan klinik, organisasi profesi, lembaga pelatihan manajemen/perbaikan kinerja) bagi penentuan kualifikasi tenaga kesehatan dan perbaikan mutu pelayanan.

Standar Operasinal fasilitas pelayanan dengan regulasi yang berlaku: a. Strategi dan regulasi RS PONEK 24 jam (Ditjen Yan Medik Depkes RI

dan Pengelolaan Badan Layanan Umum sebagai Aset Daerah) b. Strategi dan regulasi Puskesmas PONED (Ditjen Yan Medik, Ditjen

Binkesmas, Bagian Sarana dan Perlengkapan, dan Pengelolaan BLU Fasilitas Kesehatan milik Pemda)

Tarif Jasa dan Belanja bagi Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Kualitas Pelayanan bagi Masyarakat

Miskin

Page 26: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

26

Tabel 2 : Jenis dan Peran Fasilitas Kesehatan sebagai tempat pelayanan dan pusat pendidikan

Jenis Fasilitas Pelayanan Pelatihan

Rumah Sakit Provinsi Pelayanan 1-3 Pusat Rujukan Propinsi

Pusat Pelatihan Klinik Sekunder

Rumah Sakit Kabupaten/ Kota

Pelayanan 1-2/3 Pusat Pelatihan Klinik Primer

Puskesmas/Polindes/BPS Pelayanan 1 Fasilitas Praktik Klinik

Catatan :

Pelayanan 1: Penilaian Dasar, Stabilisasi, Evaluasi Medik, Pertolongan Persalinan,

Perawatan Pasca-persalinan, Kontrasepsi dan Pengamatan Lanjutan Pelayanan 2: Pelayanan 1 ditambah dengan penatalaksanaan komplikasi, pelayanan

rujukan Pelayanan 3: Pelayanan 1, 2 ditambah dengan penatalaksanaan komplikasi berat

dan upaya rehabilitatif / rekonstruktif , pelayanan rujukan

Page 27: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

27

Diagram 5. Penyiapan Fasilitas kesehatan menjadi Pusat Pelayanan dan Pendidikan

Kajian Kebutuhan Pelayanan KIA

Kriteria Seleksi Fasilitas Pelayanan:

Perlu pelayanan KIA berkualitas tinggi

Banyaknya jumlah kasus yang ditangani

Dukungan stakeholder atau pemilik fasilitas

Pengumpulan data tentang sumberdaya dan kinerja fasilitas pelayanan

Kunjungan langsung untuk verifikasi data dan validasi seleksi tempat pelayanan

Pemantapan hasil seleksi dan memastikan dukungan stakeholder atau pemilik

Seleksi staf klinik atau petugas kesehatan untuk mengikuti pelatihan penyiapan tempat

Kriteria seleksi: Petugas di seksi atau

ruang yang terkait dengan manajemen dan pemberian pelayanan di fasilitas

Pelaksana KIA Rekomendasi atasan

Latihan Penyiapan Tempat (Site Preparation Training)

Penerapan standar kinerja, praktik terbaik dan pengorganisasian pelayanan

Kriteria seleksi: Petugas pelaksana KIA

difasilitas pelayanan Praktisi KIA Rekomendasi atasan

Seleksi staf klinik atau petugas kesehatan untuk mengikuti pelatihan klinik KIA

Pelatihan klinik KIA

Kualifikasi Petugas dan Akreditasi Tempat Pelayanan

Pelatihan Keterampilan Melatih dan Pemantapan Sistem Menjaga Mutu

Kualifikasi Pelatih dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan sebagai Institusi Pelatihan Klinik

Page 28: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

28

3.1. Penyediaan tenaga terampil dan fasilitas kesehatan yang berkualitas

Langkah-langkah penyiapan pelayanan yang berkualitas:

Menyiapkan tenaga dan melengkapi sarana pelayanan di fasilitas kesehatan (RSU, Puskesmas, dan Polindes) termasuk pasokan peralatan dan instrumen untuk menyelenggarakan program MPS

Membentuk satuan kerja atau tim pelaksana, menyepakati peran dan tanggung-jawab dari setiap unsur yang terkait

Menyiapkan Sistem, Mekanisme Kerja (termasuk Baku Prosedur Klinik atau Standard Operating Procedure) dan keterpaduan berbagai jenjang sarana pelayanan kesehatan, mulai dari tingkat di Provinsi hingga ke tingkat desa.

Mengelola Pelayanan, Standar Kinerja Indivual dan Institusional bagi penyediaan pelayanan

Memantau secara berkala dan melakukan evaluasi hasil pelayanan yang akan digunakan sebagai upaya jaga mutu dan masukan bagi perbaikan kinerja

Untuk menjamin kelancaran proses dan kualitas pelayanan, diperlukan koordinasi antar departemen atau unit terkait. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam koordinasi internal adalah: Peralatan dan medikamentosa Mutu pelayanan dan sumberdaya yang tersedia Sistem kerja dan pengakuan terhadap prestasi petugas Jaminan pasokan terhadap kebutuhan peralatan dan bahan Kelengkapan peralatan dan kebutuhan pasokan Sistem jaga dan pemeliharaan mutu pelayanan Kebijakan dan prosedur pengelolaan peralatan dan bahan yang diperlukan Ketersediaan biaya bagi penyelenggaraan pelayanan bermutu dan

tanggap terhadap kebutuhan dana bagi perbaikan kinerja dan sarana

Page 29: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

29

Diagram 6 : Model Pelayanan Integratif KIBBLA Berdasarkan Bukti di Berbagai Jenjang Sistem Pelayanan

Strategi Making Pregnancy Safer & Child Survival

Standar Pelayanan dan Kompetensi Petugas Kesehatan: 1) Asuhan Persalinan Normal 2) Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar 3) Asuhan Pascakeguguran 4) Pencegahan Infeksi 5) Komunikasi inter-ersonal/Konseling 6) Pelayanan KIA Terkini (MNH

Update) 7) Penyiapan dan Akreditasi Fasilitas

Pelayanan 8) Penyeliaan Fasilitatif 9) Jaminan Kualitas Pelayanan dan

Pelatihan (Continuous Quality Improvement System)

Paket Pelayanan

Terpadu Praktik Terbaik/

Asuhan Efektif (Berdasarkan

Bukti) KIA

Ditjen Binkesmas

Yanmed Promkes

P2M Biro Perencanaan &

Anggaran Meneg PP

RSUPN Organisasi Profesi

Institusi Pendidikan Kesehatan

Organisasi Masyarakat Kesehatan

WHO Donor Agencies

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik ( Representasi POGI, IDAI/UKK Perinatologi, PERINASIA, IDI, IBI, PPNI, IAKMI) P2KT Diklat/SDM Depkes Fakultas Kedokteran Akademi Bidan Akademi Keperawatan

10) Manajemen Terpadu Bayi Muda 11) Manajemen Terpadu Balita Sakit 12) Teknologi Kontrasepsi Terkini 13) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir 14) Manajemen BBLR

Pelatihan Berdasarkan Kompetensi

(CBT), Penyeliaan Fasilitatif PONEK, PONED, Sub-Spesialistik

Praktik Terbaik

Asuhan dan Prosedur Klinik KIA di Level RS Rujukan 2 & 3

Rumah Sakit Provinsi

Dinkes Provinsi

Pusat Pelatihan Klinik Sekunder

TOT/Penyelia

Pelatihan Berdasarkan Kompetensi (CBT), Penyeliaan Fasilitatif PONEK, PONED, APN, APK, Rawat Intensif, Rekonstruksi, KB, KIP/K

Praktik Terbaik Asuhan dan

Prosedur Klinik KIA di Level RS Rujukan 1 & 2

Rumah Sakit Kabupaten/ Kota

Dinkes Kabupaten

Pusat Pelatihan Klinik Primer Kualifikasi Petugas Kesehatan

Akreditasi Teknis Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Bimbingan Teknis

Pelatihan Berdasarkan Kompetensi (CBT), Penyeliaan Fasilitatif , Teknis Manajemen Pelayanan dan Peran Serta Masyarakat dalam Program Kesehatan (Posyandu) APN, PONED, PPGD, MTBS/MTBM, KIP/K, Penyeliaan Fasilitatif, KB, Manajemen Asfiksia BBL, Manajemen BBLR

Praktik Terbaik

Asuhan dan Prosedur Klinik

KIA di Level Pelayanan

Dasar

Puskesmas

Kepala Puskesmas Dinkes Kabupaten

Jaringan Pelayanan dan Pelatihan P2KP di Kecamatan

Kualifikasi & Akreditasi Supervisi/Jaminan Mutu Praktik Klinik/Magang

Sistem Rujukan

Persalinan Bersih dan Aman

Pertolongan Pertama Gawatdarurat Stabilisasi dan Rujukan Optimal

pada pelayanan dengan pendekatan Tim

Puskesmas Pembantu

Kepala Puskesmas Induk Kepala Puskesmas Pembantu

Bidan Kordinator Bidan Terlatih dan Berkualifikasi Petugas Kesehatan Terlatih Kader dan Masyarakat Terlatih

Persalinan Bersih dan Aman

Pertolongan Pertama Gawatdarurat Stabilisasi dan Rujukan Optimal

pada pelayanan dengan pendekatan penolong tunggal

Pondok Bersalin Desa

Masyarakat Siaga Mobilisasi Masyarakat (Tabulin dan Dasolin), BPCR, Donor Darah, Transportasi Rujukan, Pengenalan Tanda Bahaya dan Siaga Mencari Pertolongan

Pos Pelayanan Terpadu dan Masyarakat

Rumah Tangga/Keluarga

Siaga

Page 30: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

3.2. Model Sistem Pelayanan Terpadu

Pada setiap jenjang pelayanan sebaiknya ditentukan model sistem pelayanan terpadu yang melibatkan setiap unsur terkait untuk membentuk jaringan pelayanan yang lengkap. Pada tingkat provinsi komponen dan peran masing-masing komponen adalah: Dinas Kesehatan Provinsi sebagai penanggung jawab program

kesehatan di tingkat provinsi untuk menerjemahkan rencana nasional pembangunan bidang kesehatan disesuaikan dengan kondisi provinsi yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif

Rumah Sakit Provinsi atau Fasilitas Rujukan Tersier untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif

Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat provinsi

Pusat Pelatihan Klinik tingkat Provinsi (P2KS) sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan. Tugas utama P2KS adalah menyiapkan tenaga pelatih tetapi jika P2KP belum berfungsi, pelaksanaan pelatihan klinik untuk tenaga kesehatan dilakukan P2KS

Untuk pelatihan Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen BBLR dan MTBM/MTBS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan organisasi profesi

Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti RS Kabupaten/Kota, Puskesmas, Pustu, Polindes atau Rumah Bersalin/BPS) sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang bila diperlukan akan merujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan

Fasilitas kesehatan swasta dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat merupakan mitra strategis bagi akses dan kualitas pelayanan

Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri

Pada tingkat kabupaten/kota komponen dan peran masing-masing komponen adalah: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program

kesehatan yang telah ditentukan secara nasional disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif

Rumah Sakit Kabupaten/Kota atau Fasilitas Rujukan Sekunder untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif

Page 31: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

31

Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat provinsi

Pusat Pelatihan Klinik tingkat Kabupaten/Kota (P2KP) sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan. Tugas utama P2KP adalah melaksanakan pelatihan klinik tenaga kesehatan (service provider)

Untuk pelatihan Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen BBLR dan MTBM/MTBS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan organisasi profesi

Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti Puskesmas, Pustu, Polindes atau Rumah Bersalin/BPS sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang kemudian (bila diperlukan) akan merujuk pasien yang bermasalah ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota

Fasilitas kesehatan swasta dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat

Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri

Pada tingkat kecamatan komponen dan peran masing-masing komponen adalah: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program

kesehatan yang telah ditentukan secara nasional dan disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif

Puskesmas untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan/atau menstabilisasi pasien sebelum dirujuk

Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat kecamatan

Pelatih atau instruktur klinik di fasilitas praktik klinik P2KP sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan.

Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti Pustu, Polindes atau Rumah Bersalin/BPS sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang kemudian (bila diperlukan) akan merujuk pasien yang bermasalah ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota

Fasilitas kesehatan swasta dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat

Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri

Pada tingkat desa komponen dan peran masing-masing komponen adalah:

Page 32: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

32

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program kesehatan yang telah ditentukan secara nasional dan disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif

Polindes atau Balai Pengobatan untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan/atau menstabilisasi pasien sebelum dirujuk

Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat desa

Pelatih atau instruktur klinik di fasilitas praktik klinik P2KP sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan.

Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti BPS sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang kemudian (bila diperlukan) akan merujuk pasien yang bermasalah ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota

Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri

3.3. Pengembangan keterampilan melalui pelatihan klinik

Keberhasilan suatu intervensi atau praktik terbaik sangat tergantung dari kompetensi atau kualifikasi petugas pelaksana. Pada keadaan tertentu dapat terjadi perbaikan baku medis yang akan mengubah pula standar pelayanan. Untuk penyegaran/perbaikan kinerja dan kompetensi petugas, sebaiknya dilakukan pelatihan ulang agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Langkah-langkah dalam pelatihan manajemen pelayanan dan keterampilan klinik adalah: Mengindentifikasi fasilitas kesehatan yang petugasnya perlu mendapat

pelatihan atau perbaikan kapasitas teknis (lihat diagram 3, halaman 26) Mengkaji hasil pelatihan dari P2KS/P2KP untuk perbaikan kinerja

pascapelatihan Melakukan koordinasi dengan P2KS/P2KP untuk menentukan jenis dan

waktu pelatihan untuk perbaikan kinerja (lihat diagram 5, halaman 28) Memastikan biaya pelatihan telah sesuai dengan standar biaya pelatihan

Depkes yang memenuhi standar mutu pelatihan CBT yang disusun oleh Depkes bekerjasama dengan profesi dan JNPK

Melaksanakan pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan melakukan pemantauan/penyeliaan kualitas manajemen pelatihan, termasuk fasilitas praktik klinik untuk pencapaian kompetensi klinik

Menggunakan laporan kegiatan pelatihan untuk menilai pencapaian tujuan pelatihan

Melakukan koordinasi dengan P2KS/P2KP untuk melakukan penyeliaan fasilitatif pascapelatihan dan penentuan kualifikasi petugas kesehatan serta akreditasi teknis fasilitas pelayanan.

Page 33: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

33

Membuat ketetapan, hanya tenaga kesehatan dengan kompetensi dan kualifikasi tertentu yang dapat melakukan pelayanan kesehatan yang ada di dalam menu, intervensi terpadu dan peraturan perundang-undangan atau regulasi yang ada.

Melakukan pemantauan implementasi hasil pelatihan atau praktik terbaik di fasilitas pelayanan.

4. PERAN SERTA DAN MOBILISASI MASYARAKAT Saat ini, AKI, AKB dan AKBAL di Indonesia masih menempati peringkat teratas di antara Negara-negara di kawasan Asia Tenggara.. World Health Organization menyatakan bahwa penyebab kematian ibu di berbagai Negara berkembang (termasuk Indonesia) disebabkan oleh Tiga Terlambat, yaitu terlambat untuk mengenali masalah ibu dan mengambil keputusan untuk mendapatkan pertolongan; terlambat mencapai tempat rujukan kesehatan yang sesuai; dan terlambat memperoleh penanganan adekuat di fasilitas kesehatan rujukan. Oleh karena itu peran serta dan pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan. 4.1. Pemberdayaan Masyarakat

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan pemberdayaan masyarakat:

Mengidentifikasi, menumbuhkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat

Menggunakan dan membudayakan prinsip gotong-royong

Melakukan kerjasama berdasarkan kesamaan kebutuhan dan manfaat yang mungkin akan diperoleh dari kerjasama tersebut

Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan intelektual masyarakat yang dipadukan dengan pemberdayaan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita, baik secara individual dan kelompok masyarakat

Menggalang kemitraan dengan LSM dan Ormas terkait yang potensial

4.2 Masyarakat Mampu Melaksanakan Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K) P4K dengan Stiker : P4K adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, yang merupakan suatu kegiatan dalam rangka peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan suatu persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, serta menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir.

Tujuan :

Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan serta membantu terlaksananya persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

Page 34: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

34

komplikasi dan tanda bahaya kehamilan serta persalinan bagi ibu sehingga melahirkan bayi dengan aman, selamat dan sehat.

Terdatanya sasaran ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K dirumah ibu hamil

Untuk melaksanakan kegiatan P4K mengacu pada Buku Pedoman Praktis P4K.

Kehamilan dan

persalinan dapat direncanakan dan kematian dapat dihindarkan

Seorang calon ibu mempunyai cukup waktu untuk memperoleh informasi tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi. Kebutuhan pokok kehamilan dan persalinan, adalah: Kestabilan jiwa bagi ibu hamil dan bersalin, Kecukupan nutrisi atau kebutuhan fisik bagi ibu hamil, Pemeriksaan dan terjaganya kesehatan, Perlindungan suami/keluarga terhadap gangguan kondisi psikis dan fisik

ibu hamil/bersalin Adanya akses bagi pertolongan kondisi gawat-darurat kehamilan atau

persalinan. 4.3 Penggunaan buku KIA Buku Kesehatan ibu dan Anak barisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Catatan pelayanan kesehatan anak meliputi : pemeriksaan neonatus, pemberian imunsasi, pemberian vitamin A, anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasihat pemberian makan serta catatan penyakit dan masalah perkembangan.

Page 35: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

35

Aplikasi Strategi MPS & Child Survival

Implementasi Strategi MPS dan Child Survival

Bab 4

Page 36: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

36

Pada Bab 3 telah dijelaskan kaitan Strategi MPS dengan tiga komponen utama KIBBLA. Strategi MPS dilaksanakan dalam tahapan berikut ini:

Perencanaan

Implementasi

Monitoring dan Evaluasi IMPLEMENTASI STRATEGI MPS PADA KEGIATAN KIBBLA KABUPATEN DAN KOTA 1. Tahap Penyusunan Rencana Kegiatan KIBBLA Kabupaten/Kota

(DTPS KIBBLA) 1.1. Persiapan

1. Fungsikan kembali atau bentuk (bila belum ada) tim perencanaan MPS yang dapat berupa Tim DTPS-KIBBLA

2. Lakukan pertemuan untuk menyepakati tugas pengembangan rencana kerja dan peran lintas program kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita di kabupaten/kota

3. Siapkan dan jadwalkan pengembangan rencana kerja program kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita

1.2. Pengembangan Mengembangkan rencana kerja kesehatan kabupaten/kota dengan menyiapkan materi sebagai berikut:

Data dan indikator kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita Kabupaten/kota

Rencana kerja tahun sebelumnya dan tahun berjalan (penyusunan rencana kerja untuk tahun depan dimulai pada bulan Januari tahun anggaran berjalan dan Musrenbang diperkirakan berlangsung pada bulan Maret)

Rujukan bagi penyusunan rencana kerja: o Buku Pedoman Pelaksanaan Strategi MPS o Seri Panduan Perencanaan DTPS KIBBLA o Naskah Rencana Aksi Nasional Program Nasional Bagi

Anak Indonesia 2008 o Pedoman Perencanaan Penerapan MTBS o Lampiran 2: Menu Utama Kegiatan Program Kesehatan Ibu o Lampiran 3: Menu Utama Kegiatan Program Kesehatan

Anak o Lampiran 6 : Kegiatan KIBBLA Kabupaten/Kota dan

Alokasi Dana o Peraturan Keuangan Negara untuk Dana Pusat yang di

daerahkan o Permendagri No. 57 tahun 2007 (???)

Page 37: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

37

o Seri buku panduan perencanaan KIBBLA o SPM tahun 2007 o Paket Pelatihan

Asuhan Persalinan Normal Edisi 2008 Pertolongan Pertama Gawat darurat Obstetri dan

Neonatal (PPGDON) Edisi 2007 Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

(PONED) Edisi 2007 Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK) Edisi 2007 Penyeliaan Fasilitatif Edisi 2007 Kualifikasi Petugas dan Akreditasi Teknis Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Edisi 2007 Paket pelatihan untuk child survival (Manajemen

Asfiksia BBL, Manajemen BBLR, MTBM/MTBS, SDIDTK dan autopsi verbal)

Gunakan langkah-langkah penyusunan rencana pada paket DTPS KIBBLA dan siapkan data-data kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita yang telah dikumpulkan dan di validasi. (lihat cara penyusunan rencana kerja kesehatan menggunakan paket DTPS KIBBLA )

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan KIBBLA Kabupaten/Kota

Lakukan pertemuan Tim MPS untuk mengkaji ulang rencana kerja program KIBBLA kabupaten dan nilai kembali tingkat keberhasilan dalam mendapatkan persetujuan kegiatan dan pembiayaan program. Perlu juga diperhatikan jalan keluar untuk mengatasi gagalnya usulan kegiatan di mana kegiatan tersebut telah diklasifikasikan sebagai prioritas dalam mengatasi masalah KIBBLA di kabupaten.

Tentukan pula peran dan tanggung jawab dari sub-dinas/seksi/ pengelola sebagai pelaksana kegiatan dan bendaharawan pemegang dana program agar masing-masing pihak dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

Pastikan ketersediaan dana bagi pelaksanaan kegiatan program KIBBLA, baik internal program mapun antar program dan/atau sektor termasuk bantuan LN dan kemitraan dengan swasta atau mitra Strategis lainnya

Periksa kembali jadwal kegiatan program dengan jadwal turunnya anggaran bagi pembiayaan kegiatan

Lengkapi syarat-syarat administratif dan pelaksanaan kerja kemudian ajukan permintaan pengeluaran dana atau uang muka penyelenggaraan kegiatan yang kemudian diikuti dengan

Page 38: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

38

permintaan secara terjadwal disesuaikan dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan

Laksanakan kegiatan program dengan mengacu pada rencana kerja tahunan yang dihasilkan melalui DTPS KIBBLA (hasil komparasi dan adaptasi dengan kegiatan yang ada di dalam masing-masing Strategi MPS) kemudian sesuaikan dengan menu utama Direktorat Binkes Ibu dan Direktorat Binkes Anak, deskripsi kegiatan Strategi MPS, lihat lampiran 1 dan lampiran 3.

Lakukan hal yang sama pada Strategi II, III dan IV termasuk luaran dan kegiatan yang ada pada masing-masing Strategi sehingga kegiatan prioritas dilaksanakan dan dipantau secara benar dan efektif, termasuk kontribusi dari program:

o Binkes Anak, o Gizi o P2M o Promkes, o Yankes, o Kesling, o Kesehatan Komunitas, o Sarana, dsb.

Selain itu, lihat peluang program pemberdayaan keluarga dan perempuan dapat disinergikan dengan program:

o Pendidikan, o Kesetaraan gender, o Penghapusan KDRT, dsb.

Pada bagian lain, bagaimana perwujudan dan pelaksanaan P4K dan berbagai bentuk partisipasi masyarakat lainnya.

Lakukan upaya perbaikan kinerja petugas dan jaga mutu pelayanan melalui sistem pemantauan dan evaluasi:

o Buku pedoman pemantauan progam KIBBLA MPS – Direktorat Binkes Ibu

o Penyeliaan Fasilitatif oleh Bidan Kordinator) o Kerjasama dengan institusi pelatihan klinik (Kualifikasi

Petugas Kesehatan dan Akreditasi Teknis Fasilitas Kesehatan)

o Upaya-upaya perbaikan kualitas pelayanan yang berbasis masyarakat

Lakukan pencatatan untuk memantau sejauh mana kegiatan telah dilaksanakan dan kemajuan serta hasil kegiatan yang telah dicapai.

Susun dan selesaikan laporan kegiatan serta uraikan pencapaian target kegiatan program KIBBLA seperti yang telah ditetapkan dalam rencana kerja tahunan program kesehatan kabupaten/kota

Page 39: Panduan Pelaksanaan Making Pregnacy Safer and Child Survival di Indonesia.pdf

39

Buat rekomendasi dan saran perbaikan untuk perencanaan dan penyusunan rencana kegiatan program KIBBLA tahun berikutnya

3. Pemantauan dan Evaluasi Hasil Kegiatan Program KIBBLA

Kabupaten/ Kota

Lakukan pemantauan dan fasilitasi sejak tahap penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan hingga analisis hasil kegiatan atau laporan kegiatan

Gunakan semua instrumen yang ada, antara lain: o Lampiran 4: Evaluasi kesesuaian kegiatan Propinsi,

Kabupaten/Kota dengan Strategi MPS o Penyeliaan Fasilitatif o Kualifikasi Petugas Kesehatan dan Akreditasi Teknis

Fasilitas Kesehatan o Kotak Saran di fasilitas kesehatan atau Dinas Kesehatan

setempat o Laporan atau keluhan masyarakat atau pengguna

pelayanan kesehatan o Artikel atau opini di media massa

Lakukan analisis data hasil pelaksanaan kegiatan dan sampaikan evaluasi kegiatan dan hasil pencapaian serta rekomendasi pada pihak yang berkepentingan

Kumpulkan informasi strategis dan penting bagi proses penyusunan kegiatan program KIBBLA tahunan dan saran-saran perbaikan bagi peningkatan pencapaian target atau perbaikan status kesehatan KIBBLA

Aplikasi Strategi MPS dan Child Survival di tingkat provinsi disiapkan setelah kabupaten/kota, karena provinsi baru dapat membuat perencanaan setelah mendapatkan rencana kerja dari kabupaten/kota.

Autopsi verbal kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Lakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) dan Audit kematian balita. Mekanisme dari bawah ke atas (bottom-up) tim MPS provinsi akan dapat membuat perencanaan dan intervensi yang sesuai dengan kondisi nyata di kabupaten/kota. Tim MPS di tingkat kabupaten/kota membutuhkan data dari kecamatan atau Puskemas maka Tim MPS di tingkat provinsi juga membutuhkan data KIBBLA ataupun rencana kerja dari kabupaten/kota.