Panduan CTL Split 15

4

Click here to load reader

Transcript of Panduan CTL Split 15

Page 1: Panduan CTL Split 15

52 Pembelajaran Kontekstual

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.

Seen, I.S. and Smith,B.P. 2006. Contextual Teaching and Learning Practices in The Family And Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1. Georgia.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

University of Washington College of Education. 2001. Training for Indonesian Educa-tion Team in Contextual Teaching and Learning. Seatle, Washington, USA.

University of Washington College of Education. 2001. Indonesian Teacher Training Project. The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learn-ing. Seatle, Washington, USA.

Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.

Knapp, Nancy Flanagan and Schell.,John W (2001).”Psychological and Sosiological Foundations of Contextual Teaching and Learning”.

http://massofa.wordpress.com/2011/10/04/contoh-jenis-pertanyaan-berdasarkan-tingkatan-berpikir-taksonomi-bloom/

Page 2: Panduan CTL Split 15

PERTANYAAN DAN JAWABAN TENTANG PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Apakah CTL itu ?

CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubun-gan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Pem-belajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif, yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (In-quiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan pe-nilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Apakah landasan filosofi pengembangan CTL?

Lanadasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang me-nekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal.SIswa harus mengkonstruk-sikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.Konstruktivisme berakar pada filsafat pragma-tism yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.

Apakah ciri kelas yang mengunakan pendekatan CTL?

Sebuah kelas dikatakan mengunakan pendekatan CTL jika telah menerapkan ketujuh komponen CTL, yaitu jika filosofi belajarnya adalah konstruktivisme, selalu ada unsure bertanya, pengertahuan dan pengalaman diperoleh dari kegiatan men-emukan, terbentuk. Masyarakat belajar, ada model yang ditiru (permodelan), dan di-lakukan penilaian sebenarnya..

Lampiran 1

Page 3: Panduan CTL Split 15

54 Pembelajaran Kontekstual

Mengapa CTL menjadi alternatif?

Sudah cukup lama kita menyadari bahwa kelas-kelas kita tidak produktif.Se-hari-hari kelas diisi dengan ceramah, sementara siswa ‘dipaksa’ menerima dan meng-hapal. Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan mem-berdayakan siswa!

Apakah CTL itu pendekatan yang sama sekali baru?

Bukan! Filosofi yang mendasari pendekatan kontekstual sudah lama dikem-bangkan, yaitu oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.

Darimana CTL berasal dan siapa yang mengembangkannya?

CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lem-baga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, mela-lui Direktorat SLTP Depdiknas.

Apakah CTL hanya diterapkan di kelas khusus yang jumlah muridnya sedikit?

Tidak! CTL dapat diterapkan di kelas besar.

Apakah penerapan CTL harus mengubah kurikulum?

CTL hanya sebuah strategi belajar.Tidak perlu mengubah kurikulum untuk menerapkannya.CTL sangat sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Apakah selama ini guru belum menerapkan CTL?

Jika seorang guru dalam kelasnya selama ini melaksanakan kegiatan pembela-jaran dengan mengutamakan kegiatan ‘siswa menemukan sendiri’, pada prinsipnya telah menerapkan CTL.

Page 4: Panduan CTL Split 15

55Lampiran 1

Apakah penerapan CTL memerlukan biaya besar dan media khusus?

Tidak! Yang benar adalah, pembelajaran CTL memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran, setting belajar yang tidak melulu di kelas, dan media apa saja untuk belajar. Prinsipnya, orang-orang di sekitar, benda-benda, koran dan majalah bekas, biji-bijian, pohon-pohon, semua adalah media dan sumber belajar.

Apakah dalam CTL tidak ada tes?

Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber data untuk melihat kemajuan belajar siswa, termasuk Ebtanas.Hanya, untuk pengumpulan data kemajuan belajar itu, dalam CTL tidak hanya menggunakan tes.Prinsip yang digunakan dalah authen-tic assessment, yaitu penilaian yang sebenarnya.

Terus, darimana nilai siswa diperoleh?

Nilai siswa, yang utama, diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika be-lajar. Apakah ia sudah belajar dengan keras? Bagaimana hasil karyanya? Bagaimana penampilannya ketika menari,berolah raga, menyampaikan ide, berdiskusi, menger-jakan pekerjaan yang ditugaskan, dll.? Bagaimana partisipasinya dalam bekerja kelompok?Bagaimana hasilnya?Bagaimana buku catatan sekolahnya?Semua itu dalah sumber penilaian yang autentik dan nyata. Dalam pelajaran olah raga, yang paling pandai berenang, basket, bola volli, atau lompat jauh, merekalah yang mempunyai nilai bagus! Bukan, mereka yang nilai ulangan tulisnya bagus!

Apakah perbedaan CTL dengan CBSA, Pendekatan Proses, Quantum Learning, Student Active Learning, Meaningful-Learning, Problem-Based Learning, Coorperative Learning, Work-Based Learning, dan sejenisnya?

‘Jiwa’ dari pendekatan-pendekatan itu sebenarnya sama dengan pendekatan CTL, yakni ‘bagaimana menghidupkan kelas’. Kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa atau berfokus pada siswa, yaitu kelas yang produktif dan me-nyenangkan.Bedanya hanya pada aspek penekanannya.

Bagaimana gambaran ringkas Program Pembelajaran berbasis CTL?Apakah bedanya dengan PSP yang selama ini bibuat oleh guru?