Proposal Skripsi Ctl Fik
Transcript of Proposal Skripsi Ctl Fik
KEMENTRIAN PENDIDIKAN
NASIONAL
PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN
ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Nama : Bayu widyaswara Suwahyo
NIM : 3401410094
Prodi : Pendidikan sosiologi dan antopologo
Jurusan : sosiologi dan antropologi
A. JUDUL
MODEL PEMBELAJARAN CTL SEBAGAI UPAYA
MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI MELALUI PROSES
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI POKOK BAHASAN MASYARAKAT
MULTIKULTURAN(Studi kasus penerapan metode CTL (contekstual teaching
learning) terhadap murid SMAN 1 Boyolali, kabupaten Boyolali kelas XI IPS).
B. LATAR BELAKANG
Pembangunan suatu bangsa tidak hanya pembangunan yang bersifat fisik
namun juga melibatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) sebagai
motor utama penggerak pembangunan. Sehingga dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan mampu mengikuti arus
pembangunan, pendidikan tidak dapat dilepaskan fungsi beserta perannya.
Menurut undang-undang pendidikan nasional nomor 23 tahun 2003,
menyatakan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar setiap peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, ahklak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” , dari
definisi tersebut dapat dijabarkan bahwa proses pembelajaran merupakan aktifitas
yang harus berpusat pada keterlibatan aktif siswa di dalam proses pembelajaran.
Guru juga memiliki fungsi penting dalam proses tersebut, yakni harus mampu
untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung
jawab untuk aktif secara mandiri.
Pada kenyataannya Pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus
dihapal (khususnya ilmu-ilmu sosial). Selain hal tersebut, praktek pembelajaran
di sekolah cenderung menekankan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal ujian. Kemampuan penalaran yang mengkonstruksikan pengetahuan
lebih sering dikesampingkan. Padahal kemampuan tersebut akan dapat membantu
siswa apabila kelak menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Belakangan ini dalam dunia pendidikan ada kecenderungan untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara alami. Telah terbukti bahwa pembelajaran yang hanya berorientasi target
penguasaan materi hanya mampu dalam kompetisi mengingat jangka pendek,
tetapi tidak berhasil untuk membekali anak memecahkan persoalan kehidupan
jangka panjang. Padahal belajar menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa
yang dipelajari, bukan hanya “mengetahui”. Siswa perlu mengerti tentang makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Pada hakikatnya anak-anak perlu menyadari bahwa apa yang mereka pelajari
berguna bagi kehidupan nanti. Maka mereka dapat memposisikan diri sendiri
yang memerlukan pengetahuan sebagai bekal hidupnya.
Pembelajaran sosiologi di sekolah diarahkan kepada siswa untuk
meningkatkan kepekaan siswa terhadap lingkungan sosial serta dinamika yang
terjadi akibat perubahan sosial-budaya yang melatar belakanginya. Dengan
kepekaan sosial yang dimilikinya, siswa diajak mampu untuk berpikir ilmiah
secara kritis, kreatif, dan mandiri sehingga mampu memahami, mengidentifikasi,
menjelaskan serta mampu menyikapi fenomena-fenomena sosial yang terjadi di
dalam tatanan kehidupan masyarakat.
2
Hal ini tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan hafalan, latihan soal,yang
rutin tanpa mengakaitkannya dengan kenyataan hidup sehari-hari. Kelas juga
masih mengandalkan model-model pembelajaran yang berpusat pada guru
sehingga siswa lebih mengenal pengetahuan dari “apa kata guru”, bukan datang
dari “menemukan sendiri”.
Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya belum optimal
dalam pencapaian tujuan. Salah satu faktornya adalah penggunaan pendekatan
pembelajaran yang kurang tepat. Alasannya antara lain: guru tidak mempunyai
cukup referensi mengenai beberapa pendekatan sosiologi yang dapat digunakan,
waktu yang terbatas, dan alat pembelajaran yang terbatas jumlahnya.
Walaupun pada akhir pemberian materi telah menunjukkan ketuntasan
belajar namun bila ditinjau dari pencapaian tujuan pembelajaran, hal tersebut jauh
dari yang sebenarnya diharapkan. Hal ini ditunjukkan dengan siswa hanya sekadar
menguasai prosedur penyelesaian atau pemecahan masalah tanpa mengerti secara
pasti mengenai hakikat dari penyelesaian atau pemecahan masalah tersebut. Siswa
selama ini hanya terjebak pada sebuah label bahwa sosiologi adalah ilmu
menghafal arti kata , jadi ketika masalah yang ada sudah terpecahkan berdasarkan
jawaban dari hafalan tersebut, berarti penguasaan sosiologi mereka sudah baik.
Hal tersebut sangat berpengaruh tidak baik bagi pembangunan kemampuan
berpikir dan analisis siswa. Berbagai cara telah ditempuh karena memang sudah
menjadi cap dari masyarakat khususnya siswa, bahwa sosiologi adalah mata
pelajaran hafalan. Mata pelajaran yang kegiatannya menghafal kata serapan
asing, berisi kata-kata yang harus dihafalkan, statis sehingga tidak menarik untuk
ditekuni serta tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Siswa menjadi pasif
dan tidak kreatif, belajar apa adanya berdasarkan apa yang diperoleh dari guru.
Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa diperlukan
sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi pendekatan yang mendorong
siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri agar pengaruhnya
yang tidak baik bagi pembangunan kemampuan berpikir dan analisis siswa tidak
berlanjut dengan tanpa mengubah kurikulum yang sudah ada.
3
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
kegiatan belajar siswa. Model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan
keadaan peserta didik supaya bisa mengembangkan kemampuannya secara
optimal, karena pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai akan
mengakibatkan proses belajar mengajar tidak optimal. Dalam pembelajaran
sosiologi yang menyangkut materi-materi yang terjadi di masyarakat tentu tidak
hanya sekedar teori yang disampaikan saja melainkan mengaitkan antara materi
yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dengan melihat kenyataan
fenomena sosial di sekitar masyarakat, dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupannya
sebagai angggota keluarga dan masyarakat. Salah satu pendekatan atau model
pembelajaran yang terkait.
Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan
diterapkan, salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal
dengan CTL (Contextual Teaching and Learning).
Menurut Nurhadi (dalam Muslich, 2009:41) mengemukakan pembelajaran
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Dalam konteks CTL belajar bukan hanya sekedar
mendengarkan dan mencatat, akan tetapi belajar merupakan suatu proses
berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan
perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam
aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotorik.
CTL dapat menjadi alternatif pendekatan yang digunakan sebagai solusi
permasalahan integritas bangsa utamanya, terkait dengan penulisan karya tulis ini
adalah menyangkut toleransi masyarakat multikultural yang ada di indonesia.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di paparkan ,maka
penulis menetapkan judul:
“MODEL PEMBELAJARAN CTL SEBAGAI UPAYA
MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI MELALUI PROSES
4
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI POKOK BAHASAN MASYARAKAT
MULTIKULTURAN(Studi kasus penerapan metode CTL (contekstual teaching
learning) terhadap murid SMAN 1 Boyolali, kabupaten Boyolali kelas XI IPS).
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan
diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana model pembelajaran CTL yang digunakan oleh guru sosiologi di
SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimana guru mengembangkan model pembelajaran CTL dalam
pembelajaran sosiologi yang dilakukannya dalam upaya pemahaman terhadap
sikap toleransi siswa, di dalam pokok bahasan masyarakat multikultural?
3. Bagaimana persepsi siswa kelas XI Ips terhadap pembelajaran guru sosiologi
yang menggunakan model pembelajaran CTL di SMA Negeri 1 Boyolali
Kabupaten Boyolali dalam pemahamannya terhadap sikap toleransi?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran CTL yang digunakan
oleh guru sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali
2. Untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran dalam
pembelajaran sosiologi yang dilakukannya dalam upaya membangun
pemahaman siswa terhadap sikap toleransi di dalam masyarakat
multikultural di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali
3. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas XI Ips terhadap pembelajaran guru
sosiologi yang menggunakan Model Pembelajaran CTL di SMA Negeri 1
Boyolali Kabupaten Boyolali dalam pemahamannya terhadap sikap
toleransi
E. MANFAAT PENELITIAN
5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang cukup besar baik
itu secara teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut ini,
1. Secara teoretis
Sebagai suatu karya ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat
memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
khususnya, maupun masyarakat pada umumnya mengenai persepsi siswa
terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar
mata pelajaran sosiologi.
2. Secara praktis
a. Bagi Siswa
Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan, dapat memberikan motivasi
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sosiologi sekaligus
mengembangkan sikap toleransi sesama manusia.
b. Bagi Guru
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik
lagi mengenai model pembelajaran yang digunakan dalam PBM (Proses
Belajar Mengajar) di kelas yang tidak hanya mengacu kepada ketuntasan
hasil belajar tetapi juga kepada manfaat praktisnya dalam kehidupan
masyarakat.
F. BATASAN ISTILAH
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan terjadinya berbagai
macam pengertian, serta untuk mewujudkan kesatuan berfikir terhadap istilah-
istilah yang ada pada judul skripsi “Model Pembelajaran CTL (contekstual
teaching learning) dalam proses pembelajaran mata pelajaran sosiologi kelas
XI Ips pokok bahasan masyarakat multikultural dalam upaya membangun
pemahaman terhadap sikap toleranasi (Studi kasus penerapan metode CTL
(contekstual teaching learning) terhadap murid SMAN 1 Boyolali, kabupaten
Boyolali XI Ips).memberikan batasan istilah sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning)
6
Nurhadi mengemukakan bahwa pembelajaran CTL adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2009:41). Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL
adalah konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melihat makna
di dalam materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.
2. Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Sosiologi
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses terjadinya
interaksi guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk
kegiatan, yakni belajar siswa dan kegiatan mengajar guru (Sudjana,
2009:43). Proses belajar mengajar merupakan suatu proses atau upaya
yang disengaja guna memperoleh perubahan perilaku siswa akibat adanya
interaksi antar individu dalam pembelajaran, sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan. Sosiologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok (Roucek dan
Warren dalam Soekanto, 2002:20). Mata pelajaran Sosiologi dalam Mata
pelajaran Sosiologi dalam penelitian ini adalah salah satu jenis mata
pelajaran ilmu sosial yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang mempelajari masyarakat beserta aspek-aspek sosial yang
melingkupinya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud proses belajar
mengajar mata pelajaran Dalam penelitian ini, yang dimaksud proses
belajar mengajar mata pelajaran Sosiologi adalah suatu proses terjadinya
interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran mata pelajaran sosiologi.
3. Membangun toleransi
7
Menurut kamus besar bahasa indonesia toleransi adalah sikap
menenggang (menghargai, membolehkan, membiarkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya)
yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Jadi, toleransi
sosial adalah siskap yang menghargai perbedaan-perbedaan sosial yang
terdapat dalam masyarakat. Terkait dengan juduk tulisan membangun
toleransi adalah upaya menamkan sikap yang mau menghargai perbedaan
baik perbedaan agama, suku, ras ataupun hal-hal yang berbeda dan
bertentangan dengan diri pribadi.
G. LANDASAN TEORI
1. Model Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning)
Nurhadi (dalam Muslich, 2009:41) mengemukakan bahwa
pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Johnson (dalam Sugiyanto, 2008:18) menyatakan bahwa CTL adalah
sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat
makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial, dan budaya mereka.
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka (Sanjaya, 2006:255). Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus
dipahami, yakni: CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,
8
CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.
Dalam upaya itu, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan
pembimbing. Pembelajaran CTL sebagai suatu pendekatan memiliki 7
asas atau komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran,
yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menurut konstruktiivisme, pengetahuan itu berasal dari
luar akan tetapi dikonstruksikan dalam diri seseorang (Sanjaya, 2006:
264)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dianalogikan bahwa siswa
lahir dengan pengetahuan yang masih kosong. Dengan menjalani
kehidupan dan berinteraksi dengan lingkungannya, siswa mendapat
pengetahuan awal yang diproses melalui pengalaman-pengalaman
belajar untuk memperoleh pengetahuan baru. Dalam hal ini anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan
barunya.
2. Menemukan (inquiry)
Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri. Inquiri, artinya
proses pembelajaran didasarkan pada pencairan dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses Inquiri dapat
dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: merumuskan masalah,
mengajukan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
membuat kesimpulan (Sanjaya, 2006:265).
Menemukan (Inquiri) merupakan proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan. Kegiatan ini diawali dari
pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
bermakna. untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh
9
siswa. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak dari
hasil mengingat seperangkat fakta, akan tetapi hasil menemukan
sendiri dari fakta yang dihadapinya Muslich (2009:45).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari mengingat, akan tetapi hasil
dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam proses
perencanaan guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang
harus dihafal akan tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus
dipahaminya.
3. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir (Sanjaya,
2006:266).
Menurut Mulyasa (2009:70) menyebutkan ada 6 keterampilan
bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas
dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran
dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berpikir, dan
pemberian tuntunan. Dalam pembelajaran melalui CTL guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar
siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat
penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing
dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang
dipelajarinya.
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang
dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para
siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,
pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Guru memberi
10
model tentang bagaimana cara belajar dalam pembelajaran.
4. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan
pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi
membutuhkan bantuan orang lain. Konsep masyarakat belajar tidak
mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang
lain. Konsep masyarakat belajar (Learning Comunity) dalam CTL
hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain,
teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru (Sanjaya,
2006:267).
Muslich (2009:46) mengemukakan konsep masyarakat belajar
dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui
kerjasama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa
diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang
tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling
merupakan azas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab
melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis
(abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme (Sanjaya,
2006:267).
Konsep pemodelan (modeling), dalam CTL menyarankan
bahwa pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan tertentu diikuti
dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa
berupa pemberian contoh tentang cara mengoperasikan sesuatu,
menunjukan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara
pembelajaran seperti ini, akan lebih cepat dipahami siswa dari pada
11
hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa
ditunjukan model atau contohnya (Muslich, 2009:46).
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang
dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para
siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,
pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Guru memberi
model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pembelajaran
kontekstual, guru bukan satu-satunya model, akan tetapi model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa atau juga dapat didatangkan dari
luar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses
pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya (Sanjaya, 2006:268).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dengan
memikirkan apa yang baru saja dipelajari atau pengalaman yang terjadi
dalam pembelajaran, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang
baru diperolehnya merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah
siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa
memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik
12
intelektual ataupun mental siswa. Pembelajaran CTL lebih
menekankan pada proses belajar bukan sekedar pada hasil belajar
(Sanjaya, 2006:268).
Muslich (2009:47) Penilaian yang sebenarnya (authentic
assesment) merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan
pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman
belajar siswa perlu diketahui oleh guru setiap saat agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan dalam pembelajaran
CTL penilaian bukan sekedar pada hasil belajar, akan tetapi lebih
menekankan pada proses belajar juga. Apabila data yang dikumpulkan
guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam
pembelajaran, maka guru bisa segera melakukan tindakan yang tepat
agar siswa terbebas dari kemacetan tersebut.
H. KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir memaparkan dimensi-dimensi kajian utama, faktor-
faktor kunci, variabel-variabel dan hubungan-hubungan antara dimensi yang
disusun dalam bentuk narasi atau gambar. Dalam pembelajaran sosiologi yang
menggunakan model pembelajaran CTL guru sosiologi tidak hanya
menggunakan model tersebut akan tetapi guru bisa mengembangkannya
dengan model pembelajaran ataupun metode yang lainnya, sehingga kegiatan
pembelajaran berjalan menarik dan tidak membosankan.
Model pembelajaran CTL yang digunakan oleh guru sosiologi dalam
pembelajaran sosiologi, akan menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda
pada siswa yang diajar. Sehingga, akan menimbulkan pandangan atau persepsi
yang berbeda-beda dari siswa tersebut. Secara singkat kerangka berpikir
dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sepert sebagai berikut:
13
14
GURU SOSIOLOGI
POKOK BAHASAN MASYARAKAT
MULTIKULTURAL
Model Pembelajaran CTL (contextual
teaching and learning)
MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
PENGARUHNYA TERHADAP
SIKAP TOLERANSI
SISWA
UPAYA MENGEMBANGKAN METODE CTL
I. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, untuk
menjawab model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar mata
pelajaran sosiologi kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten
Boyolali. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan penelitian
dimana data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka. Data-data tersebut diperoleh melalui hasil wawancara, catatan
lapangan, foto, videotape, dokumentasi pribadi, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainnya.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali.
Dengan alasan peneliti ingin mengetahui bagaimana Model Pembelajaran
CTL yang digunakan oleh guru sosiologi kelas XI SMA Negeri 1 Negeri
1 Boyolali Kabupaten Boyolali dalam pembelajaran mata pelajaran
sosiologi khususnya pokok bahasan masyarakat multicultural kaitannya
dalam menanamkan sikap toleransi siswa. Peneliti melihat bahwa SMA
Negeri 1 Boyolai merupakan salah sat SMA favorit di kabupaten boyolali
sehingga dari banyaknya peminat tidak hanya berasal dari daerah yang
sama tetapi dari latar belakang yang berbeda.
3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pokok persoalan yang dijadikan
sebagai pusat penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah guru mata
pelajaran sosiologi dan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten
Boyolali. Pengambilan informan dengan menggunakan sistem purposive
sampling yaitu dengan disesuaikan tujuan atau fokus penelitian ini adalah
model pembelajaran yang berbasis contextual teaching and learning
(CTL) dalam proses belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas XI
IPS pada pokok bahasan masyarakat multikultural sebagai upaya
menanamkan sikap toleransi. SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali.
diantaranya; a.Bagaimana model pembelajaran CTL digunakan oleh guru
15
sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali?, b. Bagaimana
guru mengembangkan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran
sosiologi yang dilakukannya dalam upaya pemahaman terhadap toleransi
di dalam masyarakat multikulturali, c. Bagaimana persepsi siswa kelas
XI IPS terhadap pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan model
pembelajaran CTL di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali dalam
pemahamannya terhadap sikap toleransi.
J. Sumber Data Penelitian
1. Sumber data Primer
Sumber data primer ini diperoleh melalui observasi dan wawancara
mendalam dengan guru sosiologi dan siswa kelas XI IPS. Dapat penulis
ketahui mengapa model pembelajaran CTL digunakan oleh guru sosiologi
dan bagaimana pengembangan model pembelajaran tersebut dalam
pembelajaran sosiologi, serta bagaimana persepsi siswa kelas XI mengenai
penggunaan model pembelajaran tesebut terkait pemahaman mereka
dengan sikap toleransi. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, dan staf tata usaha serta guru bimbingan dan konseling sebagai
informan dalam penelitian ini memberikan informasi dan keterangan-
keterangan mengenai kurikulum dan data sekolah.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen
serta arsip-arsip yang terdapat disekolah guna melengkapi dan mendukung
data utama yang diperoleh. Dokumen tersebut meliputi perangkat
pembelajaran sosiologi seperti prota, promes, silabus, RPP, daftar nilai
siswa dan komponen lainnya, serta data-data mengenai sekolah yang
meliputi jumlah siswa, jumlah guru dan staf karyawan, profil sekolah, visi
dan misi sekolah, sarana dan prasarana sekolah. Selain itu peneliti juga
memerlukan data berupa foto atau gambar yang diambil pada saat
observasi.
K. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
16
Instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan yang disusun
dan disiapkan oleh peneliti sendiri, tape recorder dan handphone. Setelah
mempersiapkan instrumen penelitian maka dilanjutkan dengan teknik
pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik
untuk memperoleh data mengenai masalah penelitian yang ingin dipecahkan.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2009:52). Sedangkan Nazir
(2005:175) menerangkan bahwa pengumpulan data dengan observasi
langsung atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa menggunakan alat standaar lain untuk keperluan
tersebut. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
secara langsung terhadap fenomena yang diteliti. Dalam teknik ini, peneliti
secara langsung mengamati kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran CTL yang digunakan oleh guru
sosiologi kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Boyolali. Dimana sebelumnya
peneliti sudah membuat chek list atau pedoman pengamatan yang tersusun
secara sistematis dan mempunyai tujuan yang jelas.
2. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dengan
mewawancarai informan secara langsung. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Metode ini dilakukan
dengan tujuan mendapatkan data yang lebih mendalam tentang model
pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar mata pelajaran
sosiologi kelas XI IPS pada pokok bahasan Masyarakat Multikultural di
SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali khususnya mengenai
pemahaman siswa terhadap siskap toleransi. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan alat pengumpul data yang berupa pertanyaan yang ditujukan
kepada guru sosiologi dan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali.
3. Dokumentasi
17
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti dengan cara mengumpulkan semua bahan-bahan yang terkait
dengan penelitian. Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan mengumpulkan bahan berupa data-data, arsip,
dokumentasi mengenai gambaran umum sekolah yang meliputi jumlah
siswa, jumlah guru dan staf karyawan, profil sekolah, visi dan misi
sekolah, sarana dan prasarana sekolah, dan foto-foto yang berkaitan
dengan penelitian ini, serta data-data mengenai perangkat pembelajaran
guru sosiologi kelas X yang meliputi prota, promes, silabus, RPP, daftar
nilai siswa dan komponen lainnya.
L. Triangulasi Data
Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan taraf kepercayaan data dengan teknik triangulasi. Teknik
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu di luar data untuk keperluan pengecekan data. Untuk mendapatkan
derajat kepercayaan data maka digunakan triangulasi sumber. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2006:330). Teknik
triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek beberapa sumber data dengan
metode yang sama. Data ini diperoleh dengan mencari beberapa informan
dengan metode yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
pengecekan derajat kepercayaan sumber dengan metode wawancara pada
informan yang berbeda-beda yakni guru sosiologi dan siswa kelas X SMA
Negeri 1 boyolali.
M. Teknik Analisis Data
Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model
analisis interaktif seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Hubberman, yaitu
proses analisis yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Proses analisis ini melalui empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi
18
data, penyajian data, dan penarikakesimpulan. Adapun langkah-langkah model
analisis interaktif dalasebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Merupakan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa
yang dilihat, didengar, disaksikan dan juga temuan apa yang dijumpai
selama penelitian. Observasi dan wawancara dilakukan di lokasi penelitian
seperti yang telah disajikan pada bagian sumber data dan teknik
pengumpulan data Sedangkan pengumpulan data dalam bentuk dokumen
diperoleh dari laporan program kerja sekolah yang bersangkutan.
Pengumpulan data dalam bentuk dokumen ini dilakukan pada saat awal
penelitian berlangsung dengan meminta kepada staf tata usaha.
2. Reduksi data
Reduksi data merupakan sebuah proses dimana peneliti melakukan
pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan
hasil penelitian. Proses ini juga sering dikatakan sebagai proses
transformasi data, yaitu perubahan dari data mentah menjadi data yang
benar-benar siap dipakai sebagai hasil dari penelitian. Data yang direduksi
yaitu data yang diperoleh melalui wawancara. Data yang siap dipakai
untuk penulisan hasil penelitian ini dilakukan melalui beberapa teknik
yaitu membuat ringkasan, penyeleksian, menggolongkannya dengan
membuat transkip yang bersifat mempertegas, memperpendek, membuat
fokus, dan kemudian membuang data yang tidak diperlukan.
3. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam
melihat hasil penelitian. Banyaknya data yang diperoleh akan menyulitkan
peneliti untuk melihat gambaran hasil penelitian maupun proses
pengambilan kesimpulan, sebab data hasil penelitian masih berupa data
yang berdiri sendiri. Penyajian data ini menggunakan sajian deskriptif
yang ditampilkan dengan jenis kutipan langsung, gambar, maupun bagan
19
atau tabel. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti, maksudnya
penelitian ini dibatasi mengenai model pembelajaran CTL dalam proses
belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas X pada pokok bahasan
Masyarakat multikultural di SMA Negeri 1 Boyolali sesuai dengan
permasalahan yang ada.
4. Penarikan kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan adalah suatu tinjauan ulang pada catatan dilapangan
atau kesimpulan dapat ditinjau sebagaimana yang timbuldari data yang
harus diuji kebenaranya, kekokohanya dan kecocokanya yaitu merupakan
validitasnya.
Verifikasi penelitian ini, berarti data dikumpulkan dari informan
tentang model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar mata
pelajaran sosiologi kelas XI pada pokok bahasan masyarakat multikultural
di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali. Setelah data terkumpul
kemudian menganalisis mengenai model pembelajaran CTL dalam proses
belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas XI IPS terkait dengan
penanaman sikap toleransi.
Proses verifikasi data sekaligus mereduksi data guna menyeleksi
data, dalam hal ini dilakukan penyederhanaan data-data yang ada. Dari
data yang dikelompokkan, dipisahkan antara penggunaan dan
Pengembangan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran sosiologi
yang dilakukan oleh guru sosiologi, Persepsi siswa kelas XI IPS mengenai
pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan model pembelajaran CTL
serta pengaruhnya terhadap sikap toleransi siswa.
Untuk menarik kesimpulan, data yang telah dikelompokkan
disajikan dalam betuk kalimat, yang difokuskan pada model pembelajaran
CTL dalam proses belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas XI
pada pokok bahasan Masyarakat multikultural di SMA Negeri 1 Boyolali
Kabupaten Boyolali, dengan uraian sesuai permasalahan yang diteliti
yaitu, a. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran CTL yang
20
digunakan oleh guru sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten
Boyolali, b. Untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran dalam
pembelajaran sosiologi yang dilakukannya dalam upaya pemahaman
terhadap toleransi di dalam masyarakat multikultural di SMA Negeri 1
Boyolali Kabupaten Boyolali, c. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas
XI Ips terhadap pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan Model
Pembelajaran CTL di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali dalam
pemahamannya terhadap sikap toleransi
N. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan meliputi tiga tahap yaitu:
1. Tahap pra penelitian
Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan skripsi, membuat
instrumen penelitian dan surat ijin penelitian yang ditujukan kepada kepala
sekolah SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali.
2. Tahap penelitian
Pengamatan secara langsung yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boyolali
Kabupaten Boyolali mengenai penggunaan model pembelajaran CTL dan
pengembangan model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran sosiologi
yang dilakukan oleh guru sosiologi kelas XI. Persepsi siswa kelas XI IPS
mengenai pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan model
pembelajaran CTL yang berkaitan dengan penanaman sikap toleransi.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru sosiologi dan siswa kelas
XI terkait dengan tujuan penelitian, serta melakukan kajian pustaka yaitu
pengumpulan data dari informasi dan buku-buku.
3. Tahap pembuatan laporan
Dalam tahap ini peneliti menyusun data hasil penelitian untuk dianalisis
kemudian dideskripsikan sebagai suatu pembahasan dan terbentuk suatu
laporan hasil penelitian.
21
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, J L. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja:Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. M, M. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Bandono. 2008. Menyusun model pembelajaran contextual teaching and
learning (CTL).
http://bandono.web.id/menyusun-model-pembelajaran-contextual-
teaching-and-learning-ctl.(2008/07/03)
Suharto. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Yang Efektif.
http://drssuharto.wordpress.com/pengembangan-model-pembelajaran-
yangefektif. (27/09/2010).
22