Stock Split Supriyadi

download Stock Split Supriyadi

of 59

Transcript of Stock Split Supriyadi

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT

SKRIPSI

Disusun oleh: SUPRIYADI 00312315

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT

SKRIPSIDisusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana jenjang strata-1 jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UII

Disusun oleh: Nama No. Mahasiswa Jurusan : Supriyadi : 00312315 : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA 2007

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Jogjakarta, Januari 2007 Penyusun,

(Supriyadi)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT Skripsi ini kupersembahkan dengan tulus hati dan rasa cinta yang paling dalam Kepada: Ayahanda dan Ibunda tercinta Kakakku (Haryani dan Gampang) Adikku Setyo Sulistyono Terima Kasih atas kasih sayang, doa, perhatian, dorongan dan pengertiannya Teruntuk istriku yang sangat kucintai dan kusayangi dengan segala Kesabaran dan ketulusannya (Sulihati) Dan Rayhan Riyadi Buah hatiku terkasih yang selalu jadi inspirasiku

MOTTO

Sesungguhnya yang Ku-gariskan ini adalah jalan-Ku yang lurus, karena itu ikutilah! Dan janganlah diiuti jalan-jalan yang lain, nanti kamu akan berantakan dari jalan Tuhan. Begitulah yang diperintahkan Tuhan kepadamu semoga kamu bertaqwa. (QS. Al AnAam: 153)

Bila ingin mengukur kekuatan diri dengan perbuatan terkecil, adalah sama dengan menakar samudera hanya dengan melihat butiran-butiran benihnya. Menilai diri dengan ukuran kegagalan sama dengan menyalahkan musim-musim karena pergantian waktunya (Kahlil Gibran)

Bila kita ingin merasakan kebahagian yang sempurna, berjuanglah dengan disertai doa. Karna hanya Tuhan yang akan memberikan anugerah dan jalan terbaik untuk kita. Dan jadikanlah masa lalu sebagai pengalaman. Jalan kita, untuk menjadi lebih baik. (Penulis)

........mutiara akan segera ditaburkan kawan, gapailah! bunuhlah mimpi dengan hunusan doadoa, berlari dari pelukan malam sujud simpuh disisi Tuhan. Sungguh penuh belaian Tuhan. (Heti)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.......................... HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... HALAMAN BERITA ACARA UJIAN..................................................... HALAMAN MOTTO................................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. KATA PENGANTAR................................................................................ DAFTAR ISI.............................................................................................. DAFTAR TABEL...................................................................................... ABSTRAKSI ............................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 Latar Belakang Masalah.................................................. Rumusan Masalah Penelitian .......................................... Batasan Masalah.............................................................. Tujuan Penelitian ............................................................ Manfaat Penelitian .......................................................... Pemecahan Saham (Stock Split) ..................................... Harga Saham dan Stock Split.......................................... Frekuensi Perdagangan Saham dan Stock Split .............. Return Saham .................................................................. Abnormal Return............................................................. Penelitian Terdahulu ....................................................... Kerangka Pemikiran........................................................ Pengenbangan Hipotesis ................................................. ii iii iv v vi vii viii xi xiii xiv 1 1 4 4 4 5 6 6 13 15 16 17 20 23 24 27 27 29

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 3.1 3.2 Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian ..................... Data dan Sumber Data.....................................................

3.3 3.4

Definisi dan Pengukuran Variabel................................... Metode Analisis Data ......................................................

30 33 36 36 37 37 38 40 42 46 46 46 48

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN........................................... 4.1 4.2 Deskripsi Statistik............................................................ Analisis dan Pengujian Hipotesis .................................... 4.2.1 Hipotesis Satu (H1) dan Dua (2)................... 4.2.2 Hipotesis Tiga (3).......................................... 4.2.3 Hipotesis Empat (4) ...................................... 4.3 5.1 5.2 LAMPIRAN Pembahasan ..................................................................... Kesimpulan...................................................................... Saran ................................................................................ BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Perusahaan Stock Split Tahun 2000-2004 Tabel 3.2. Daftar Nama Perusahaan Yang Terpilih Sebagai Sampel Tabel 4.1. Deskripsi Statistik Variabel yang Mempengaruhi Stock Split Tabel 4.2. Hasil Analisis Regresi Logistic Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stock split Tabel 4.3. Hasil Analisis Korelasi Perbedaan Frekuensi Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tabel 4.4. Hasil Analisis Korelasi Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split

ABSTRAKSIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga saham dan frekuensi perdagangan saham terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Penelitian ini menggunakan 36 sampel perusahaan go public yang melakukan stock split antara tahun 2000 2004 yang tergabung dalam berbagai jenis industri dan 36 sampel perusahaan go public yang tidak melakukan stock split untuk tahun yang sama yang ditentukan secara acak. Metode analisis data menggunakan analisis regresi logistic untuk mengetahui apakah variable independent ( harga sahan dan frekuensi perdagangan saham) mempunyai pengaruh terhadap variable dependent (stock split). Dan menggunakan pengujian parametric paired t test guna menunjukkan peran tiap variable independent secara individu terhadap variable dependent. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa harga saham tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split dengan tingkat signifikasi 0.619 dan nilai beta 0.000. frekuensi perdagangan saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split dengan tingkat signifikasi sebesar 0.016 dan nilai beta -0.009. Terjadi kecenderunagn perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dengan dua kuartal sesudah stock split. Tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dengan dua kuartal sesudah stock split. Kata kunci: Stock Split, regresi logistic, paired t test, abnormal return, Beta.

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya perusahaan yang mulai berkembang sangat membutuhkan tambahan modal. Salah satu cara yang ditempuh dalam memperoleh modal yaitu dengan jalan menawarkan saham perusahaan kepada publik (go public). Menurut Jogiyanto (2003), keuntungan yang diperoleh perusahaan yang melakukan go public yaitu adanya kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang dan likuiditas saham meningkat. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan likuiditas perdagangan sahamnya, perusahaan melakukan beberapa cara. Salah satu cara yang akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh perusahaan emiten di Bursa Efek Jakarta yaitu melalui stock split (pemecahan saham). Pada umumnya stock split merupakan tindakan memecah saham menjadi n lembar saham dengan harga per lembar saham baru sebesar 1/n harga saham sebelumnya, yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar (Wahyu Anggraini dan Jogiyanto, 2000). Harga merupakan salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham. Bila saham tersebut dinilai terlalu tinggi oleh pasar, maka jumlah

permintaannya akan berkurang. Sebaliknya bila pasar menilai bahwa harga saham

tersebut rendah, maka jumlah permintaannya akan meningkat. Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli saham tersebut. Hukum permintaan dan penawaran akan kembali berlaku, dan sebagai konsekuensinya harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercipta posisi keseimbangan yang baru. Dan cara yang dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan agar sahamnya tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal sehingga daya beli investor meningkat yaitu melalui pemecahan saham ini. Keown, Scoot Martin dan Petty dalam Rohana dkk (2003) menyebutkan beberapa alasan manajer perusahaan melakukan stock split antara lain yaitu: a. Supaya harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. b. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. c. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas. Stock split pada umumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan dilakukannya split maka harga saham turun dan diharapkan dapat menarik investor-investor kecil. Tindakan stock split mengakibatkan jumlah saham yang beredar bertambah, sehingga para investor yang berhubungan dengan aktivitas tersebut dapat melakukan penyusunan kembali portofolio investasinya. Untuk itu, informasi mengenai stock split dan motivasi perusahaan melakukan stock split menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh investor dan calon investor

dalam mengambil keputusan untuk membeli atau melepaskan saham yang mereka miliki berdasarkan analisis mengenai informasi yang terkandung dalam stock split. Penelitian yang dilakukan Rohana, Jeannet dan Mukhlasin (2003) dengan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak yang ditimbulkannya, menemukan bahwa harga saham berhubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, berarti bahwa semakin tinggi harga saham maka semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan stock split. Sedangkan frekuensi perdagangan saham tidak mempunyai hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split. Likuiditas pasar cenderung menjadi lebih rendah setelah stock split dimana frekuensi perdagangan secara proporsional lebih rendah daripada saat sebelum stock split dan terdapat perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dan dua kuartal sesudah stock split. Untuk earning perusahaan yang diproksi dengan operating income menunjukkan bahwa earning setelah stock split tidak lebih tinggi dari earning sebelum stock split. Kondisi ini menunjukkan bahwa stock split tidak memberikan suatu signal mengenai kenaikan laba di masa yang akan datang. Kondisi diatas mengindikasikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal yang merupakan suatu kosmetika saham yang dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor meskipun kenyataannya tidak meningkatkan

kemakmuran bagi pemegang saham.

Dengan mengacu pada penelitian diatas, untuk mengetahui pengaruh stock split terhadap kemakmuran pemegang saham maka dilakukan analisis faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split, dengan judul Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Apakah harga saham dan frekuensi perdagangan saham berpengaruh terhadap stock split? 2. Apakah terdapat korelasi antara frekuensi perdagangan saham sebelum stock split dengan frekuensi perdagangan sesudah stock split? 3. Apakah terdapat korelasi antara abnormal return sebelum stock split dengan abnormal return sesudah stock split? 1.3. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi atas stock split yang dilakukan dengan cara pemecahan naik (split up). 1.4. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh harga saham dan frekuensi perdagangan saham terhadap stock split. 2. Untuk mengetahui korelasi antara frekuensi perdagangan saham sebelum stock split dengan frekuensi perdagangan sesudah stock split.

3. Untuk

mengetahui korelasi antara abnormal return sebelum stock split

dengan abnormal return sesudah stock split. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberi masukan kepada investor sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi. 2. Memberi masukan kepada perusahaan mengenai pengaruh stock split untuk dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam keputusan stock split. 3. Menambah literatur penelitian pasar modal, khususnya penelitian mengenai analisis faktor- faktor yang mempengaruhi stock split.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pemecahan Saham (Stock Split) Kegiatan stock split pada umumnya dilakukan apabila harga pasar saham dirasakan terlalu tinggi dan perusahaan merasa bahwa harga saham yang lebih rendah akan menghasilkan pasaran yang lebih baik dan distribusi kepemilikan yang lebih luas. Dengan kondisi ini maka perusahaan dapat mengesahkan untuk mengganti saham yang beredar dengan cara yang dikenal sebagai pemecahan saham atau stock split. Stock split merupakan kegiatan memecah selembar saham menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split adalah 1/n dari saham per lembar sebelumnya. (Jogiyanto, 2003). Atau dengan kata lain stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil, misalnya dari nominal Rp 1.000 per saham menjadi nominal Rp 500 per saham. Pemecahan nominal saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi banyak (Basir dan Fakhrudin, 2005). Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu pemecahan naik (split up) dan pemecahan turun (split down atau reverse split). Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecah 1:2; 1:3; dan 1:4. Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecah 2:1; 3:1; dan 4:1. Perbandingan antara jumlah lembar saham yang bernominal lama dengan jumlah

lembar saham yang bernominal baru disebut dengan rasio stock split. Misalnya 2:1 berarti 1 lembar saham nominal lama dipecah menjadi 2 lembar saham nominal baru (Basir dan Fakhrudin, 2005). Pemecahan saham naik dapat meningkatkan daya tarik investor, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, dan mengubah para investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan invetor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar atau 1 lot (Widyastuti dan Usmara, 2005). Stock split naik yang dilakukan oleh perusahaan dapat berupa stock split atas dasar satu- jadi- dua (two- for- one- stock), yaitu setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dipegang sebelumnya, dimana nilai nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya, atau dengan stock split atas dasar satu- jadi- tiga (three- forone- stock), yaitu pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dimiliki sebelumnya, dengan nilai nominal saham baru sebesar sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya dan seterusnya. Dengan demikian total ekuitas perusahaan adalah tetap atau tidak mengalami perubahan (Rohana dkk, 2003). Menurut McGough (1993) dalam Ewijaya dan Indriantoro (1999) pasar modal Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange (NYSE) mengatur kebijakan pemecahan saham. NYSE membedakan pemecahan saham menjadi dua yaitu pemecahan saham sebagian (partial stock split) dan pemecahan saham penuh (full stock split). Pemecahan saham sebagian adalah tambahan distribusi saham

yang beredar sebesar 25% atau lebih tetapi kurang dari 100% dari jumlah saham yang beredar yang lama. Pemecahan saham penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham beredar yang lama. Dari itu semua tujuan dilakukan stock split yaitu bahwa saham emiten dapat menjadi likuid karena sering ditransaksikan dan menarik investor untuk membeli saham, sehingga stock split dapat membangunkan saham tidur yang sangat bermanfaat bagi emiten untuk memperbaiki kinerja sahamnya di pasar modal. Terdapat dua faktor yang kemungkinan menyebabkan saham tidur yaitu pertama, saham tersebut cukup prospektif dan memberikan deviden yang teratur sehingga diminati oleh investor jangka panjang, sehingga pemegang saham tidak berniat untuk melepas saham tersebut. Kedua, saham tersebut tergolong saham yang tidak menarik dan tidak berprospek sehingga tidak diminati oleh investor. Dengan kondisi ini maka rencana stock split umumnya direspon cukup baik oleh investor, yang ditunjukkan dengan meningkatnya frekuensi transaksi yang diakibatkan oleh semakin likuidnya saham tersebut (Basir dan Fakhrudin, 2005). Menurut Baker dan Powell dalam Sutrisno, dkk (2000), distribusi saham dalam bentuk stock split semata-mata hanya memiliki perubahan yang bersifat kosmetik karena stock split tidak berpengaruh pada arus kas perusahaan dan proporsi kepemilikan investor. Akan tetapi pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Baker dan Gallangher dalam Sutrisno, dkk (2000), yaitu bahwa split mengembalikan harga per lembar saham pada tingkat perdagangan yang optimal dan meningkatkan likuiditas. Perusahaan yang melakukan split pada sahamnya

akan menarik investor dengan semakin rendahnya harga saham sehingga akan menyebabkan bertambahnya jumlah pemegang saham setelah pengumuman split (post split). Dampak split terhadap keuntungan investor dijelaskan oleh Grinblatt, Masulis dan Titman (1984) dalam Sutrisno, dkk (2000), bahwa disekitar pengumuman split menunjukkan adanya perilaku harga saham yang abnormal. Sedangkan Nicholas dan Mc Donald dalam Sutrisno, dkk (2000),, menyimpulkan dengan adanya anomali akibat split akan mengakibatkan laba perusahaan menjadi bertambah besar. Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split serta dampak yang ditimbulkannya sejalan dengan teori-teori dibawah ini (Mason, Helen B and Roger M. Shelor dalam Rohana dkk, 2003): a. Trading range theory Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split di dorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Mc. Gough dalam Rohana dkk (2003), mengemukakan bahwa manfaat yang diperoleh dari stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham

menjadi lebih likuid untuk diperdagangkan dan mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot adalah kondisi dimana investor membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan investor round lot yaitu adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot). Selain itu stock split juga dapat mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dan alasan utama manajer malakukan stock split yaitu untuk alasan likuiditas (Ikenberry dkk, dalam Rohana dkk, 2003). Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi (Marwata, 2001). b. Signalling theory Signalling theory telah digunakan dalam banyak penelitian untuk menjelaskan reaksi pasar terhadap pengumuman perubahan kebijakan suatu perusahaan. Dalam kegiatan pemecahan saham teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tidak semata-mata karena informasi stock split yang tidak

mempunyai nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa depan perusahaan yang bersangkutan. Bar- Josef dan Brown dalam Marwata (2001) menyebutkan bahwa dalam signalling theory ini pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Retrun yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan laba jangka panjang. Doran dalam Khomsiyah dan Sulistyo (2001), menyebutkan bahwa analis akan menangkap sinyal tersebut dan menggunakannya untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang. Reaksi pasar terhadap pemecahan saham sebenarnya bukan terhadap tindakan pemecahan saham itu sendiri yang tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan oleh aktivitas tersebut. Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif. Perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang bagus dan mencoba memberikan sinyal lewat stock split, justru akan mengakibatkan menurunnya harga sekuritas jika pasar mengetahui bahwa perusahaan tersebut tidak mempunyai prospek kinerja yang bagus atau dengan kata lain perusahaan tidak mampu menanggung biaya yang timbul jika perusahaan akan melakukan stock split (Wahyu Anggraini dan Jogianto, 2000).

Beberapa hal yang harus dipenuhi oleh emiten yang akan melakukan stock split secara rinci dikemukakan oleh Basir dan Fakhrudin (2005), sebagai berikut: 1. Harus mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 2. Perubahan AD/ART yang mengubah nilai nominal saham telah disahkan oleh Departemen Kehakiman dan HAM dan telah mendapatkan TDP dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 3. Peraturan Pencatatan BEJ Nomor I-A butir V.3 tentang Pencatatan saham tambahan yang berasal dari Pemecahan saham; a. Saham yang baru dikeluarkan tersebut merupakan saham yang memiliki klasifikasi yang sama dengan saham induknya (butir V.3.1) b. Harga teoritis saham hasil tindakan penerbitan saham baru sekurangkurangnya Rp 100,- (butir V.3.2) c. Harga teoritis saham dihitung berdasarkan rata-rata harga penutupan saham perusahaan yang bersangkutan selama 25 (dua puluh lima) hari bursa berturut-turut di pasar reguler sebelum perusahaan tercatat melakukan iklan pengumuman mengenai akan dilakukannya pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham perusahaan tercatat yang mengagendakan pemecahan saham (butir V.3.3). 2.2. Harga Saham dan Stock Split Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja

perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi. Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangat berharga bagi para perilaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEJ, Bapepam dan IAI. Para pelaku pasar modal, khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham suatu perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut. Beaver (1989) dalam Ewijaya dan Indriantoro (1999), mengatakan bahwa harga saham menjadi sangat penting bagi investor, karena mempunyai konsekuensi ekonomi. Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar kesejahteraan investor, dan selanjutnya akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh investor di masa depan. Secara umum perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi investor. Harga saham yang tinggi (mahal) menjadi alasan bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Hal tersebut dapat dipahami karena apabila harga pasar saham terlalu mahal maka menjadi tidak menarik bagi investor, terutama investor kecil, dan akhirnya saham menjadi tidak likuid. Dengan alasan tersebut, semakin mahal harga saham dan semakin rendah likuiditas saham maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (Widyastuti dan Usmara, 2005). Copeland dalam Khomsiyah dan Sulistyo (2001) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham

adalah (optimal range) harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemecahan saham akan menciptakan pasar yang lebih luas. Mc Nichols dan Dravid dalam Marwata (2001), menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya menajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang terlibat dalam perdagangan. Makin banyaknya partisipan pasar akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Perusahaan melakukan pemecahan saham karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain harga saham yang terlalu tinggi merupakan faktor pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Ikenberry, dkk dalam Khomsiyah dan Sulistyo (2001), menemukan bukti bahwa pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Harga saham yang lebih rendah akan membuat investor potensial melakukan investasi sehingga akan menunjukkan pasar yang semakin likuid. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu diharapkan semakin banyak partisipan pasar akan terlibat dalam perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. 2.3. Frekuensi Perdagangan Saham dan Stock Split Frekuensi perdagangan saham adalah berapa kali terjadinya transaksi jual beli pada saham yang bersangkutan pada waktu tertentu (Rohana dkk, 2003). Dalam aktivitas bursa efek ataupun pasar modal, aktivitas frekuensi perdagangan

saham merupakan salah satu elemen yang menjadi salah satu bahan untuk melihat reaksi pasar terhadap sebuah informasi yang masuk pada pasar modal. Perkembangan harga saham dan aktivitas frekuensi perdagangan saham di pasar modal merupakan indikasi penting untuk mempelajari tingkah laku pasar sebagai acuan pasar modal dalam menentukan transaksi di pasar modal. Biasanya investor akan mendasarkan keputusan pada berbagai informasi dalam pasar modal atau lingkungan luar dari pasar modal tersebut (Sunartri, 2004 dalam Gunawan dan Yulia Indah, 2005). Dalam hubungannya dengan stock split, rencana pemecahan saham pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan frekuensi transaksi atas saham-saham yang mengalami stock split karena harganya lebih murah. Kemungkinan atau keuntungan lain yang diterima yaitu dengan stock split yaitu dengan adanya kenaikan frekuensi transaksi yang tinggi seringkali diikuti dengan naiknya harga saham karena semakin likuid (Basir dan Fakhrudin, 2005)

2.4. Return Saham Return merupakan salah satu aspek terpenting dalam analisis investasi. Ketika investor menanamkan modalnya, mereka mengharapkan suatu tingkat keuntungan tertentu. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003). Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor untuk menanggung resiko atas investasi yang dilakukan. Return dapat dibagi dalam dua macam yaitu:

1) Return realisasi yaitu hasil keuntungan yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur dari kinerja perusahaan dan berguna juga untuk menentukan expected return dan resiko dimasa datang. 2) Return ekspektasi yaitu return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya mudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Untuk menghitung besarnya return saham digunakan rumus:Ri = Wt +1 Wt Wt

Keterangan: Ri Wt-1 Wt = return saham = harga saham pada akhir periode = harga saham pada awal periode Untuk menghitung besarnya return market digunakan rumus sebagai berikut:Rmt = IHSGt IHSGt 1 IHSGt 1

Keterangan: Rmt IHSGt = return market = IHSG periode t

IHSGt-1 = IHSG periode t-1 Expected return dihitung dengan menggunakan rumus:

E ( Ri ) =

E ( R)n

Keterangan: n merupakan banyaknya periode saham.

2.5. Abnormal ReturnAbnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2003). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

RTN i ,t = Ri ,t E [Ri ,t ]Keterangan: RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,t = return sesugguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-tyang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus:

Ri ,t =Keterangan:

(P

i ,t

Pi ,t 1 ) Pi ,t 1

Ri,t

= return sesugguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi,t Ri,t-1

= harga sekarang untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t = harga sebelumnya untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi.

Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2003) mengestimasi return ekspektasi menggunakan model estimasi sebagai berikut: 1) Mean Adjusted Model

Mean Adjusted Model atau model disesuaikan rata-rata inimenganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasisebelumnya selama periode estimasi (estimation

period), sebagai berikut:

E [Ri ,t ] =

Rj =t1

t2

i, j

T

Keterangan: E[Ri,t] Ri,j T = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2.

2) Market Model Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu: a. membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi

b. menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi ini dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regreasi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:

Ri , j = i + i RMj + ijKeterangan: Ri,j i i RMj ij = return realisasi skuritas ke-i pada periode estimasi ke-j = intercept untuk sekuritas ke-i = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

3) Market Adjusted Model Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengetimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan

return indeks pasar.2.6. Penelitian Terdahulu1. Ewijaya dan Nur Indriantoro (1999), dengan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham,

menyimpulkan bahwa pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan

terhadap perubahan saham relatif. Harga saham setelah 4,5 bulan pemecahan saham akan menurun sehingga bila para investor memegang saham tersebut sejak 7,5 bulan sebelum tanggal pemecahan saham sampai 4,5 bulan stelah pemecahan saham akan mengalami kerugian. Oleh karena itu sebaiknya para investor menjual saham yang dipecah tersebut sebelum 4,5 bulan setelah tanggal pemecahan saham agar tidak mengalami kerugian. Sedangkan untuk investor potensial baru sebaiknya membeli saham yang dipecah tersebut setelah 4,5 bulan setelah tanggal pemecahan saham karena harga pasarnya akan lebih rendah bila dibandingkan pada saat pemecahan. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia keputusan untuk melakukan pemecahan saham akan merugikan para investor lama yang telah memiliki saham yang dipecah sejak 8,5 bulan sebelum pemecahan. Variabel deviden dan perubahan deviden memberikan pengaruh yang positif signifikan pada perubahan harga saham relatif. Artinya informasi mengenai deviden memberikan pengaruh yang positif kepada investor. Oleh karena itu dianjurkan bagi perusahaan yang melakukan pemecahans saham sebaiknya juga meningkatkan deviden yang akan dibayarkan sehingga penurunan harga saham setelah pemecahan tidak mencapai posisi harga yang terlalu rendah. Variabel laba per saham dan perubahan laba per saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan harga saham relatif. Hasil ini menunjukkan bahwa pada periode pengamatan dalam penelitian ini informasi laba per saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi para investor. Variabel indeks harga industri menunjukkan pengaruh yang signifikan pada perubahan harga relatif.

2. Sutrisno, Yuniartha dan Susilowati (2000) dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta, menemukan bahwa stock split hanya mempengaruhi harga, volume perdagangan dan persentase spread, tetapi tidak mempengaruhi varians dan

abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuahporotofolio. Sedangkan pengujian hubungan antara persentase spread terhadap harga, volume dan varians untuk masing-masing saham menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap spread. Sebaliknya jika ditinjau sebagai sebuah portofolio, hanya harga yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap spread. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk likuiditas, tolak ukurnya dapat diperluas tidak hanya dari persentase spreadnya saja, dapat juga dari volume turn over-nya ataupun besarnya komisi yang diperoleh broker. Selain itu periode event window-nya dapat diperpanjang, sehingga dapat dilihat reaksi pasar setelah adanya pengumuman stock split. 3. Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005), dengan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan, menyimpulkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PBV (Price to Book Value) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Namun penilaian ini tidak berhasil menunjukkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PER (Price to Earning Ratio) merupakan variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan stock split. Likuiditas yang diukur dengan bid- ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan stock split. Nilai perusahaan yang diukur dengan Tobins q menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock

split, sedangkan nilai perusahaan yang diukur dengan Earning tidakmenunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock

split. Penelitian ini menyarankan perpanjangan periode penelitian, jumlahsampel yang mewakili jenis industri secara proporsional dan penggunaan variabel independen lain yang mempengaruhi kegiatan pemecahan saham seperti kinerja perusahaan. 4. Rohana, Jeannet dan Mukhlasin (2003) dengan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak yang ditimbulkannya, menemukan bahwa: (1) harga saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split. Hal ini berarti semakin tinggi harga saham maka semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan stock split. Dengan stock split manajemen dapat menata harga saham pada rentang tertentu sehingga investor kecil dapat membuat pasar saham lebih stabil perdagangannya. (2) frekuensi perdagangan saham tidak mempunyai hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan

stock split. Hal ini menyatakan bahwa likuiditas pasar cenderung menjadi lebihrendah setelah stock split dimana frekuensi perdagangan secara proporsional lebih rendah daripada saat sebelum stock split. (3) terdapat perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dan

dua kuartal sesudah stock split, (4) earning perusahaan yang diproksi dengan

operating income setelah stock split tidak lebih tinggi dari earning sebelum stock split. Kondisi ini menunjukkan bahwa stock split tidak memberikan suatusignal mengenai kenaikan laba di masa yang akan datang. Hal ini diduga karena penelitian stock split dilakukan di Indonesia dimana pasar modalnya merupakan pasar yang inefisien.

2.7. Kerangka Pemikiran

Stock split sebagai tindakan memecah saham menjadi n lembar sahamdengan harga per lembar saham baru sebesar 1/n harga saham sebelumnya, dilakukan oleh manajer perusahaan dengan tujuan untuk menata kembali harga pasar saham supaya harga saham tidak terlalu mahal, dapat meningkatkan jumlah pemegang saham atau likuiditas perdagangan saham pada ukuran perdagangan rata-rata saham serta membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa laba dan deviden kas. Harga merupakan salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham. Stock split pada umumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan dilakukannya split maka harga saham turun dan diharapkan dapat menarik investor-investor kecil. Tindakan stock split mengakibatkan jumlah saham yang beredar bertambah, sehingga para investor yang berhubungan dengan aktivitas tersebut dapat melakukan penyusunan kembali portofolio investasinya.

Untuk itu, informasi mengenai stock split dan motivasi perusahaan melakukan stock split menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh investor dan calon investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau melepaskan saham yang mereka miliki berdasarkan analisis mengenai informasi yang terkandung dalam stock split.

2.8. Pengembangan HipotesisHarga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan dan sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi. Dalam mengantisipasi hal tersebut maka perusahaan melakukan stock split, karena stock

split dapat mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham padarentang tertentu. Berdasarkan hubungan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Harga saham berkorelasi positif dan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan stock split.

Trading range theory menyatakan bahwa stock split akan meningkatkanlikuiditas perdagangan saham. Harga saham yang terlalu tinggi mengakibatkan perdagangannya kurang aktif. Dengan stock split maka harga saham tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang bertransaksi khususnya investor kecil dan menengah. Jadi setelah stock split diharapkan frekuensi

perdagangan saham yang terjadi juga akan mengalami perubahan. Berdasarkan hubungan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Frekuensi perdagangan saham berkorelasi negatif dan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split . Secara teori semakin tinggi harga saham semakin sedikit frekuensi perdagangan saham yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Jadi setelah stock

split diharapkan frekuensi perdagangan saham yang terjadi meningkat. Makahipotesis yang diajukan sebagai berikut: H3: Terdapat perbedaan frekuensi perdagangan saham sebelum dan sesudah

stock split Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan informasikepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial yang merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki kinerja dan prospek yang bagus di masa yang akan datang. Berdasarkan hubungan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: Terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Penentuan Sampel PenelitianPopulasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun 2000 sampai 2004. Sampel yang digunakan berasal dari populasi yang ditentukan berdasarkan kriteria saham perusahaan go public yang tergabung dalam beberapa sektor industri. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan cara

purposive sampling

untuk sampel bersyarat yang ditentukan berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu atau judgement sampling. Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah: 1. Perusahaan yang melakukan stock split pada periode 2000- 2004. Ditentukan sebanyak 36 perusahaan yang tergabung dalam berbagai jenis industri. 2. Perusahaan yang tidak melakukan stock split pada periode 2000- 2004. Sampel perusahaan yang digunakan sebanyak 36 perusahaan yang ditentukan secara acak. 3. Perusahaan yang memiliki informasi atau data secara lengkap untuk kebutuhan analisis. Jumlah populasi perusahaan yang melakukan stock split pada periode 2000- 2004 sebanyak 71 perusahaan dan diperoleh sebanyak 36 perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu tersedianya data closing price tahunan dan frekuensi perdagangan saham tahunan, data frekuensi perdagangan saham kuartal 1 dan kuartal 2 sebelum dan sesudah stock split serta data abormal return

saham disesuaikan pasar (ARDP) kuartal 1 dan kuartal 2 sebelum dan sesudah

stock split. Sebaran perusahaan yang melakukan stock split tahun 2000- 2004sebagai berikut: Tabel 3.1. Jumlah Populasi Perusahaan Stock Split Tahun 2000- 2004Tahun Jumlah Perusahaan Split 2000 24 2001 14 2002 11 2003 18 2004 4 Jumlah 71 Sumber: Bursa Efek Jakarta No. 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Sampel Diambil 7 6 5 15 3 36

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari total populasi (71 perusahaan) yang melakukan kegiatan pemecahan saham, diperoleh sampel perusahaan sebanyak 36 perusahaan atau sebesar 50,70%. Untuk perusahaan yang tidak melakukan

stock split diambil sebanyak 36 sampel perusahaan dari berbagai sektor industriyang ditentukan berdasarkan metode acak murni berdasarkan kelengkapan data yang dibutuhkan tanpa pertimbangan apapun. Adapun daftar nama perusahaan sampel yang melakukan stock split dan yang tidak melakukan stock split dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut:

Tabel 3.2. Daftar Nama Perusahaan Yang Terpilih Sebagai SampelNo. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. Kode BHIT TMPI ASGR SONA RMBA MEDC SUBA CPIN ULTJ DSFI RALS BBCA ACAP BLTA VOKS JAKA ASDM PBRX BDMN NISP SMMA CITA MTFN PNIN SMSM CFIN KLBF TLKM DAVO TIRT AHAP CNKO EPMT PNLF POOL UNVR Perusahaan Stock Split Nama Perusahaan PT. Bhakti Investama, Tbk PT Artha Graha Investama, Tbk PT Astra Graphia, Tbk PT Sona Topas, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk PT Medco Energi corporation, Tbk PT Suba Indah, Tbk PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk PT Dharma Samudra Fishing Industry, Tbk PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk PT Bank Central Asia, Tbk PT Adhi Candra Automotive, Tbk PT Berlian Laju Tankers, Tbk PT Voksel Electric, Tbk PT Jaka Artha Graha, Tbk PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk PT Pan Brothers Tex, Tbk PT Bank Danamon Indonesia, Tbk PT. Bank NISP ,Tbk PT Sinar Mas Multi Artha, Tbk PT Cipta Panel Utama, Tbk PT Global Financindo, Tbk PT Panin Insurance, Tbk PT Selamat Sempurna, Tbk PT Clipan Finance Indo, Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT Davo Mas, Tbk PT Tirta Mahakam Plywood Industry, Tbk PT Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk PT Central Korporindo Internasional, Tbk PT Enseval Putra Mega Trading, Tbk PT Panin Life, Tbk PT Pool Advista Indonesia, Tbk PT Unilever Indonesia, Tbk Kode AALI AISA ALMI ASRM BBIA BGIN BMSR BRAM BVIC CTRS DNET DYNA FAST GMTD HMSP INCF INPC JRPT KPIG LPIN LTLS MDRN MLBI MTDL NIPS PICO POLY PUDP RIGS SDPC SIPD SOBI TBLA UNIC WICO ZBRA Perusahaan Tidak Stock Split Nama Perusahaan PT Astra Agro Lestari, Tbk PT Asia Intiselera, Tbk PT Alumindo Lightmetal Industry, Tbk PT Asuransi Ramayana, Tbk PT Bank Buana, Tbk PT Bank Global Internasional, Tbk PT Bintang Mitra Semestaraya, Tbk PT Brata Mulia, Tbk PT bank Victoria Internasional, Tbk PT Ciputra Surya, Tbk PT Dyvlacom Intrabumi, Tbk PT Dynaplast, Tbk PT Fast Food Indonesia, Tbk PT Gowa Makassar Tourism Dev, Tbk PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk PT Indocitra Finance, Tbk PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk PT jaya Real Property, Tbk PT Krida Perdana Indah Graha, Tbk PT Multi Prima sejahtera, Tbk PT lautan Luas, Tbk PT Modern Photo Film Company, Tbk PT Multi Bintang Indonesia, Tbk PT Metrodata Electronics, Tbk PT Nipress, Tbk PT Pelangi Indah Canido, Tbk PT Polysindo Eka Perkasa, Tbk PT Pudjiadi Prestige Limited, Rbk PT Rig Tenders Indonesia, Tbk PT Millenium, Tbk PT Sierad Produce, Tbk PT Soorbitol Inti Murni Corpora, Tbk PT Tunas Baru Lampung, Tbk PT Unggul Indah Cahaya, Tbk PT Wicaksana Overseas Internasional, Tbk PT Zebra Nusantara, Tbk

Sumber: Bursa Efek Jakarta

3.2. Data dan Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Data yang digunakan terdiri dari data sekunder yang berasal dari berbagai sumber antara lain: Jakarta Stock Exchange (JSX) Statistic

Quarterly, JSZ Annual dan Internet. Data yang diperlukan meliputi:

1. Data harga saham (closing price) dan data frekuensi perdagangan saham tahunan untuk tahun 2000-2004. 2. Data abnormal return disesuaikan pasar (ARDP) dari periode 2000-2004. 3. Nama perusahaan yang melakukan stock split dan yang tidak melakukan

stock split antara tahun 2000-2004.4. Tanggal pengumuman stock split.

3.3. Definisi dan Pengukuran VariabelVariabel adalah faktor yang akan diuji dalam penelitian. Kegiatan penelitian memusatkan perhatian pada upaya untuk memahami, mengukur dan menilai keterkaitan antara variabel tersebut. Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel terkait antara lain: 1. Dependent Variabel (Variabel terikat =Y) Untuk hipotesis pertama (H1) dan dua (H2), pemilihan stock split sebagai

dependent variabel memiliki sifat kuantitatif sehingga pengukuran yangdilakukan dengan memberi nilai nol (0) dan satu (1) untuk kategori tertentu. Variabel yang memberi nilai nol dan satu disebut variabel dummy. Indikator yang digunakan untuk menilai variabel dummy pada penelitian ini adalah nilai nol untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split dan nilai satu untuk perusahaan yang melakukan stock split. 2. Variabel Independent (variabel bebas = X) a. Harga saham (X1) Untuk hipotesis pertama (H1), harga saham diproksi dengan closing

price tahunan. Closing price tahunan yang digunakan adalah closing

price pada periode yang berakhir 31 Desember tahun sebelum stock splitdilakukan. Jadi perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2000, closing price tahunannya adalah closing price tahun 1999; dan perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2001,

closing price tahunannya adalah closing price tahun 2000; begituseterusnya. Sedangkan perusahaan yang tidak melakukan stock split,

closing price tahunan yang digunakan adalah closing price rata-rataselama lima tahun yaitu dari tahun 2000 sampai dengan 2004. b. Frekuensi Perdagangan saham (X2) Frekuensi perdagangan saham yaitu berapa kali terjadinya transaksi jual beli pada saham yang bersangkutan pada waktu tertentu. Dengan melihat berapa kali atau frekuensi jumlah saham yang diperdagangkan dapat dilihat bahwa saham tersebut diminati atau tidak oleh investor. Untuk hipotesis kedua (H2), frekuensi perdagangan saham diproksi dengan frekuensi perdagangan saham tahunan. Frekuensi perdagangan saham tahunan yang digunakan adalah frekuensi perdagangan saham pada periode yang berakhir 31 Desember tahun sebelum stock split

dilakukan. Jadi perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2000, frekuensi perdagangan saham tahunan yang digunakan adalah frekuensi perdagangan saham tahun 1999; dan perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2001, frekuensi perdagangan saham tahunan yang digunakan adalah frekuensi perdagangan saham tahun 2000; begitu seterusnya. Sedangkan perusahaan yang tidak

melakukan stock split, frekuensi perdagangan saham tahunan yang digunakan adalah rata-rata frekuensi perdagangan saham selama lima tahun yaitu tahun frekuensi perdagangan tahunan dari 2000 sampai dengan 2004. Untuk hipotesis tiga (H3), frekuensi perdagangan saham diproksi dengan frekuensi perdagangan saham kuartalan, yaitu dua kuartal sebelum stock split dan dua kuartal setelah stock split. Jadi emiten yang melakukan stock split tahun 2000 dikuartal ketiga, berarti frekuensi perdagangan saham yang digunakan sebelum stock split adalah kuartal pertama dan kuartal kedua tahun 2000 dan setelah stock split adalah kuartal keempat tahun 2000 dan kuartal pertama tahun 2001. 3. Abnormal return Disesuaikan Pasar

Return adalah alat manajemen yang digunakan untuk mengukurbesarnya bagian keuntungan yang diperoleh pemegang saham atau investor.

Return juga dapat digunakan sebagai alat pengukuran untuk menilaipertumbuhan atau kinerja suatu perusahaan. Untuk Hipotesis empat (H4), return saham perusahaan diproksi dari

abnormal return sebelum pemecahan saham dan abnormal return setelahpemecahan saham. Abnormal return adalah selisih antara actual return

(return sesungguhnya yang terjadi) dengan expected return (return diharapkan). Abnormal return untuk masing-masing saham dapat diperoleh dengan menggunakan market adjusted model yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

ARDPTt = RETH t RETPBN t Keterangan: RETHt RETPBNt = return harian emiten hari ke t = return pasar hari ke t

3.4. Metode Analisis Data1. Hipotesis 1 dan 2 Untuk menguji keterkaitan antara variabel- variabel yang ada dalam hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) digunakan analisis regresi logistic yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independent (harga saham dan frekuensi perdagangan saham) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent (stock split). Regresi logistic digunakan dalam penelitian ini karena variabel dependent adalah variabel dummy, yang dalam penelitian ini bentuk formulanya adalah sebagai berikut: Ln Stocksplit = a + b1x1 + b 2 x 2 + e 1 Stock split

Keterangan: a X1 X2 e = konstanta = closing price = frekuensi perdagangan saham = error

2. Hipotesis 3 dan 4 Pengujian hipotesis tiga (H3) dan empat (H4), digunakan dengan pengujian parametik paired t test yaitu pengujian hipotesa secara parsial guna menunjukkan peran tiap variabel independent secara individu terhadap variabel

dependen. Uji hipotesis tiga (H3) untuk mengetahui korelasi frekuensi perdagangan saham kuartal kedua, kuartal satu sebelum stock split dengan frekuensi perdagangan saham kuartal kedua, kuartal satu setelah stock split. Untuk hipotesis ketiga (H3) digunakan formula: Xt = -2, -1 < Xt = +1, +2 Xt = frekuensi perdagangan saham kuartal kedua, kuartal satu sebelum stock split dan kuartal kedua, kuartal satu setelah stock split. Untuk hipotesis keempat (H4), return saham perusahaan diproksi dari abnormal return disesuaikan pasar. Uji hipotesis empat (H4) untuk mengetahui korelasi abnormal return kuartal kedua, kuartal satu sebelum stock split dengan abnormal return kuartal kedua, kuartal satu setelah stock split. Untuk hipotesis keempat (H4) digunakan formula sebagai berikut: ARt = -2, -1 < ARt = +1, +2

ARt = abnormal return kuartal kedua, kuartal satu sebelum stock split dan abnormal return kuartal kedua, kuartal satu setelah stock split. Pengujian terhadap hipotesis menggunakan tingkat = 10%. Semua pengujian menggunakan program aplikasi SPSS 13.00. Untuk mengetahui hipotesis didukung oleh data atau tidak maka dapat dilihat dari: a. Untuk hipotesis pertama (H1), jika besarnya sig lebih kecil dari tingkat alpha yang digunakan (0,10) dan beta bernilai positif maka variabel harga saham berpengaruh signifikan terhadap variabel stock split, dengan kata lain hipotesis pertama diterima.

b. Untuk hipotesis kedua (H2), jika besarnya sig lebih kecil dari tingkat alpha yang digunakan (0,10) dan beta bernilai negatif maka variabel frekuensi perdagangan saham berpengaruh signifikan terhadap variabel stock split, dengan kata lain hipotesis kedua diterima. c. Untuk hipotesis tiga (H3) dan empat (H4) dilihat dari nilai sig t, apabila secara statistik P value < 0,10 maka hipotesis alternatif diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan frekuensi perdagangan dan abnormal return kuartal kedua, kuartal satu sebelum stock split dan kuartal kedua, kuartal satu setelah stock split.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi StatistikAnalisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi dari variabel-variabel yang diteliti pada hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) yang ditunjukkan dalam tabel deskripsi statistik, sebagai berikut: Tabel 4.1. Deskripsi Statistik Variabel Yang Mempengaruhi Stock splitVariabel Harga Frekuensi Valid N (listwise) N 72 72 72 Nilai Minimum 5,00 0,00 Nilai Maximum 31.400,00 2.141,00 Rata-Rata 1.766,0000 137,5639 Std. Deviasi 4.322,0884 316,7904

Sumber: BEJ, diolah kembali Selama periode 2000 sampai dengan 2004, terdapat 72 perusahaan yang dijadikan sampel perusahaan. Dari jumlah tersebut terdapat 36 perusahaan yang melakukan stock split dan 36 perusahaan yang tidak melakukan stock split. Untuk periode tahun 2000 sampai dengan 2004, rata-rata closing price yang dihasilkan adalah 1.766,00 dengan standar deviasi (selisih antara nilai masingmasing skor dengan nilai rata-rata hitungnya) sebesar 4.233,088. Nilai minimum (terendah) closing price adalah 5,00 sedangkan nilai maxmimum (tertinggi) closing price adalah 31.400. Untuk rata-rata frekuensi perdagangan saham yang dihasilkan adalah 137,5639 dengan standar deviasi sebesar 316,7904. Nilai minimum frekuensi perdagangan saham adalah 0,00 sedangkan nilai maxmimum frekuensi perdagangan saham adalah 2.141.

4.2. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.2.1. Hipotesis Satu (H1) dan Dua (H2)Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa saham berkorelasi positif dan mempunyai pengaruh terhadap perusahaan untuk melakukan stock split. Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa frekuensi perdagangan saham berkorelasi negatif dan mempunyai pengaruh terhadap perusahaan untuk melakukan stock split. Pengujian hipotesis satu dan dua yang dilakukan dengan analisis regresi logistic, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Hasil Analisis Regresi Logistic faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock split Variabel in the Equation

B S.E Wald Df Sig. Exp(B) Harga 0,000 0,000 0,248 1 0,619 1,000 Frekuensi -0,009 0,004 5,837 1 0,016 1,009 Constant 0,600 0,314 3,643 1 0,056 0,549 Sumber: BEJ, diolah kembali Keterangan: a Variable (s) entered on step 1: Harga, FrekuensiStep 1 Berdasarkan tabel 4.2. diatas menunjukkan bahwa variabel harga saham mempunyai nilai signifikan 0,619 yang berarti lebih besar dari 0,10 dengan wald 0,248 dan beta bernilai positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel harga saham dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Dari hasil analisis regresi logistic, menunjukkan bahwa variabel frekuensi perdagangan saham mempunyai nilai signifikan sebesar 0,016 yang berarti lebih kecil dari 0,10 dengan wald 5,837 dengan nilai beta (B) negatif

sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel frekuensi perdagangan saham dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split.

4.2.2. Hipotesis Tiga (H3)Hipotesis ketiga menyatakan bahwa terdapat perbedaan frekuensi perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan analisis parametrik paired t-test. Hasil pengujian dari hipotesis ketiga dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.3. Hasil Analisis Korelasi Perbedaan Frekuensi Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock split Paired Samples Correlations Pair 1 FK1SBLM & FK1SSDH Pair 2 FK1SBLM & FK2SSDH Pair 3 FK2SBLM & FK1SSDH Pair 4 FK2SBLM & FK2SSDH Sumber: BEJ, diolah kembali Keterangan: FK1SBLM FK2SBLM FK1SSDH FK2SSDH

N 36 36 36 36

Correlation 0,166 0,657 0,700 0,264

Sig. 0,332 0,000 0,000 0,119

= frekuensi perdagangan kuartal 1 sebelum split = frekuensi perdagangan kuartal 2 sebelum split = frekuensi perdagangan kuartal 1 sesudah split = frekuensi perdagangan kuartal 2 sesudah split

Pada tabel 4.3. memperlihatkan korelasi antara frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split sebesar 0,166 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,332 yang berarti lebih besar dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara frekuensi

perdagangan saham kuartal pertama sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split. Korelasi antara frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split sebesar 0,657 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,10. Hal tersebut menunjukkan bahwa frekuensi perdagangan saham kuartal kedua setelah split lebih tinggi dari kuartal pertama sebelum split. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split. Korelasi antara frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split sebesar 0,700 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,10. Hal tersebut menunjukkan bahwa frekuensi perdagangan saham kuartal pertama setelah split lebih tinggi dari kuartal kedua sebelum split. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split.

Korelasi antara frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split sebesar 0,264 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,119 yang berarti lebih besar dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split.

4.2.3. Hipotesis Empat (H4)Hipotesis keempat menyatakan bahwa terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan analisis parametrik paired t-test. Hasil pengujian dari hipotesis ketiga dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.4. Hasil Analisis Korelasi Perbedaan Abnormal return Sebelum dan Sesudah Stock split Paired Samples Correlations Pair 1 RK1SBLM & RK1SSDH Pair 2 RK1SBLM & RK2SSDH Pair 3 RK2SBLM & RK1SSDH Pair 4 RK2SBLM & RK2SSDH Sumber: BEJ, diolah kembali Keterangan: RK1SBLM RK2SBLM RK1SSDH RK2SSDH = abnormal return kuartal 1 sebelum split = abnormal return kuartal 2 sebelum split = abnormal return kuartal 1 sesudah split = abnormal return kuartal 2 sesudah split

N 36 36 36 36

Correlation -0,190 0,176 0,050 0,051

Sig. 0,266 0,304 0,771 0,769

Pada tabel 4.4. memperlihatkan korelasi antara abnormal return kuartal pertama sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split sebesar -0,190 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan negatif yang lemah antara abnormal return kuartal pertama sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,266 yang berarti lebih besar dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return kuartal pertama sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split. Korelasi antara abnormal return kuartal pertama sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split sebesar 0,176 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara abnormal return kuartal pertama sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,304 yang berarti lebih besar dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return kuartal pertama sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split. Korelasi antara abnormal return kuartal kedua sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split sebesar 0,050 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat lemah antara abnormal return kuartal kedua sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,771 yang berarti lebih besar dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan antara abnormal return kuartal kedua sebelum split dengan kuartal pertama sesudah split. Korelasi antara abnormal return kuartal kedua sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split sebesar 0,051 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat lemah antara abnormal return kuartal kedua sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split dan besarnya nilai sig t sebesar 0,769 yang berarti lebih besar dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return kuartal kedua sebelum split dengan kuartal kedua sesudah split.

4.3. PembahasanHasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua hipotesis yang diajukan sepenuhnya didukung oleh data. Hipotesis pertama (H1) yang diajukan tidak didukung oleh data, karena nilai wald yang diperoleh sebesar 0,000 dengan nilai koefisien regresi (beta) menunjukkan angka 0,619 dan signifikan sebesar 0,619 yang berarti lebih besar dari 0,10 maka hipotesis pertama ditolak. Jadi penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara harga saham dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Hasil penelitian ini tidak mendukung terhadap trading range theory karena pada saat harga saham tinggi perusahaan tidak termotivasi untuk melakukan stock split agar harga sahamnya lebih rendah sehingga

investor kecil dapat menjangkau harga saham sehingga dapat lebih meningkatkan transaksi perdagangan saham.

Pada hipotesis kedua (H2), diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,016 yang lebih kecil dari 0,10 dengan nilai beta -0,009, maka hipotesis kedua diterima. Jadi penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara frekuensi perdagangan saham dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rendah frekuensi perdagangan saham maka semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan stock split. Hasil penelitian pada hipotesis kedua (H2) ini mendukung terhadap trading range theory yang menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split di dorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi sehingga saham menjadi lebih likuid. Pengujian hipotesis tiga (H3), pengujian pair 1 dan pair 4 tidak menunjukkan adanya perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dibandingkan dengan dua kuartal sesudah stock split. Sedangkan pair 2 dan pair 3 menunjukkan adanya perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock

split dibandingkan dengan dua kuartal sesudah stock split. Jadi pair 2 dan pair 3 yang menunjukkan adanya perbedaan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis tiga (H3) dapat diterima sehingga terdapat kecenderungan perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dibandingkan dengan dua kuartal sesudah stock split. Hasil penelitian ini juga mendukung terhadap trading range theory, dimana frekuensi perdagangan saham yang terjadi menunjukkan kecenderungan bahwa frekuensi perdagangan saham setelah stock split lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi perdagangan saham sebelum stock split. Hal ini secara langsung menunjukkan bahwa perdagangan saham yang terjadi menjadi lebih likuid setelah stock split. Hasil pengujian hipotesis empat (H4) tidak berhasil mendukung signaling theory. Dimana pengujian pair 1, pair 2, pair 3 dan pair 4 menunjukkan tidak adanya perbedaan abnormal return yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dibandingkan dengan dua kuartal sesudah stock split. Dalam kegiatan pemecahan saham signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Selain itu dalam pemecahan saham signalling theory memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial. Return yang meningkat

tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan laba jangka panjang. Meskipun hasil penelitian yang diperoleh tidak sejalan dengan signaling theory, namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohana, Jeannet dan Mukhlasin (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengumumkan stock split tidak menunjukkan kenaikan earning yang signifikan selama dua kuartal sebelum dan setelah stock split. Selain itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005), yaitu bahwa nilai perusahaan yang diukur dengan Earning tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil analisis pada bab IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Harga saham tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split dengan tingkat signifikan sebesar 0,619 dan nilai Beta 0,000. b. Frekuensi perdagangan saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split dengan tingkat signifikan sebesar 0,016 dan nilai Beta -0,009. c. Terjadi kecenderungan perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dengan dua kuartal sesudah stock split. d. Tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dengan dua kuartal sesudah stock split.

5.2. Keterbatasan dan Saran Penelitiana. Sampel perusahaan yang diambil hanya sebanyak 72 perusahaan sehingga belum dapat mencerminkan hasil penelitian secara keseluruhan dan general. b. Untuk penelitian selanjutnya sampel yang diteliti sebaiknya mewakili masing-masing jenis industri secara proporsional.

c. Perlu penambahan variabel independent yang diperkirakan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split ke dalam model seperti variabel ukuran perusahaan. d. Bagi para investor yang akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang melakukan pemacahan saham, sebaiknya melakukan tidak sepenuhnya menginvestasikan dananya pada perusahaan yang melakukan split, karena terbukti split secara signifikan tidak menaikkan abnormal return saham.

DAFTAR PUSTAKA

Basir, Saleh dan Hendy M. Fakhrudin, 2005. Aksi Korporasi, Strategi Untuk Meningkatkan Nilai Saham Melalui Aksi Korporasi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Ewijaya dan Nur Indriantoro. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2, No. 1, Hal. 53-65, Januari 1999. Gunawan, Barbara dan Yulia Indah. Pengaruh Volume Perdagangan dan Return terhadap Bid- Ask Spread dengan Model Koreksi Kesalahan (Studi Empiris Saham Industri Farmasi di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol.6; No. 2, Juli 2005. Jogiyanto, HM. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Penerbit BPFE, Yogyakarta. 2003. Khomsiyah dan Sulistyo, Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan Perusahaan dan Keputusan Pemecahan Saham (Stock Split): Aplikasi Analisis Diskriminasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 16. N0.3, hal. 338-400, September 2001. Marwata, Kinerja Keuangan, Harga Saham dan Pemecahan Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6, No. 3, hal. 264-275, September 2001. Nazir. M., Metode Penelitian. Ghalia. Jakarta. 1988. Rohana, Jeannet dan Mukhlasin, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak Yang Ditimbulkannya.Simposium Nasional Akuntasi VI, Surabaya 16-17 Oktober 2003.

Sutrisno, Wang; F. Yuniarti dan Soffy S, Pengaruh Stock Splits Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 2, No. 2. September 2000. Wahyu Anggraini dan Jogiyanto, Penelitian Tentang Informasi Laba dan Deviden Kas Yang Dibawa Oleh Pengumuman Pemecahan Saham. Akuntansi, Vol. 2, No. 1, April 2000. Widyastuti, Harjanti dan Usmara, Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Vol. 6 No. 2, hal. 225-242, Juli 2005. Jurnal Bisnis dan

Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Descriptive Statistics

N frekuensi perdagangan saham harga saham Valid N (listwise) 72 72 72

Minimum .00 5.00

Maximum 2141.00 31400.00

Mean 137.5639 1766.0000

Std. Deviation 316.79044 4322.08842

Dependent Variable Encoding Original Value tidak split split Internal Value 0 1

Variables in the Equation B Step 1(a) HARGA FREKUENSI Constant ,000 S.E. ,000 Wald ,248 df 1 1 1 Sig. ,619 ,016 ,056 Exp(B) 1,000 1,009 ,549

-,009 ,004 5,837 ,600 ,314 3,643 a Variable(s) entered on step 1: HARGA, FREKUENSI.

Analisis Korelasi Frekuensi Perdagangan Saham Dua Kuartal Sebelum dan Sesudah Stock Split

Paired Samples Statistics Mean Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sebelum split frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sesudah split frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sebelum split frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sesudah split frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sebelum split frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sesudah split frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sebelum split frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sesudah split 66.9722 80.0000 66.9722 95.5000 41.7222 80.0000 41.7222 95.5000 N 36 36 36 36 36 36 36 36 Std. Deviation 143.65822 113.68025 143.65822 197.35371 75.84443 113.68025 75.84443 197.35371 Std. Error Mean 23.94304 18.94671 23.94304 32.89228 12.64074 18.94671 12.64074 32.89228

Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sebelum split & frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sesudah split frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sebelum split & frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sesudah split frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sebelum split & frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sesudah split frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sebelum split & frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sesudah split 36 36 36 36 Correlation .166 .657 .700 .264 Sig. .332 .000 .000 .119

Analisis Korelasi Abnormal Return Dua Kuartal Sebelum dan Sesudah Stock Split

Paired Samples Statistics Std. Error Mean .01140902 .00490459 .01140902 .00473653 .00589687 .00490459 .00589687 .00473653

Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4

abnormal return saham kuartal 1 sebelum split abnormal return saham kuartal 1 sesudah split abnormal return saham kuartal 1 sebelum split abnormal return saham kuartal 2 sesudah split abnormal return saham kuartal 2 sebelum split abnormal return saham kuartal 1 sesudah split abnormal return saham kuartal 2 sebelum split abnormal return saham kuartal 2 sesudah split

Mean -.0123944 .0025472 -.0123944 .0007342 -.0019558 .0025472 -.0019558 .0007342

N 36 36 36 36 36 36 36 36

Std. Deviation .06845410 .02942757 .06845410 .02841919 .03538124 .02942757 .03538124 .02841919

Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 abnormal return saham kuartal 1 sebelum split & abnormal return saham kuartal 1 sesudah split abnormal return saham kuartal 1 sebelum split & abnormal return saham kuartal 2 sesudah split abnormal return saham kuartal 2 sebelum split & abnormal return saham kuartal 1 sesudah split abnormal return saham kuartal 2 sebelum split & abnormal return saham kuartal 2 sesudah split 36 36 36 36 Correlation -.190 .176 .050 .051 Sig. .266 .304 .771 .769