Pancasila dlm khidupan kampus

23
MAKALAH PANCASILA DALAM KEHIDUPAN KAMPUS Disusun oleh: Nama : Dita Wahyu Ningtyas T. NIM : H 0413011 Kelas : PKP-1 A PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of Pancasila dlm khidupan kampus

Page 1: Pancasila dlm khidupan kampus

MAKALAH

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN KAMPUS

Disusun oleh:

Nama : Dita Wahyu Ningtyas T.

NIM : H 0413011

Kelas : PKP-1 A

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: Pancasila dlm khidupan kampus

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN KAMPUS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan oleh para

pendiri bangsa. Hal ini tertuang dalam alinea keempat Undang – Undang Dasar

tahun 1945. Nilai- nilai dari Pancasila berasal dari akar budaya bangsa Indonesia

yang luhur. Sebagai suatu dasar Negara maka Pancasila senantiasa dijadikan

landasan dalam pengaturan kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala

macam peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang diambil oleh para

penyelenggara Negara tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.

Hal ini menegaskan bahwa Pancasila merupakan suatu acuan yang dijadikan

dasar dalam bertindak oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagai warga negara

Indonesia, maka kita diwajibkan untuk mengaktualisasi berbagai nilai –nilai yang

terkandung dalam Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.

Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan Pancasila sebagai dasar

Negara. Sekarang Pancasilapun dijadikan bahan perbincangan sebagai perilaku

yang digunakan didalam kampus. Dimana didalam kampus tersebut akan terdidik

dengan kepemimpinan Pancasila. Baik dalam perilaku bergaul juga dalam proses

belajar mengajar didalamnya. Serta molekul-molekul yang menjadi bagiannya.

Walaupun pada kenyataannya aktualisasi pancasila dalam lingkungan

kampus tidak selalu sesuai seperti yang kita harapkan. Salah satu contohnya yakni

perbuatan mencontek yang banyak dilakukaan oleh mahasiswa. Namun kita tetap

harus mengaktualisasi nilai- nilai Pancasila sebaik mungkin yang dapat kita

lakukan.

Makalah ini dibuat agar kita senantiasa mencintai, menghayati, dan

mengaktualisasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama

di lingkungan kampus. Sehingga kelak saat kita terjun ke masyarakat kita akan

Page 3: Pancasila dlm khidupan kampus

menjadi manusia Pancasila, yakni manusia yang selalu berpedoman teguh pada

Pancasila.

Page 4: Pancasila dlm khidupan kampus

II. PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Sebelum kita beranjak mengenali pancasila dalam lingkungan kampus.

Maka terpikir sangatlah perlu bagi kita semua untuk mengetahui posisi,

fungsi atau peran pancasila sebagai dasar negara, sebelum kita akan

melanjutkan pemahaman terhadap pancasila dan aktualisasinya dalam

kampus. Karena dengan mengetahui lebih jauh dan lebih dalam pancasila

sebagai dasar Negara kita nanti akan lebih paham untuk mengaktualisasikan

dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam kampus.

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea

keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam

Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI

atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.

Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan

No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR

No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari

segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.

Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai

dasar negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang

terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan

sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat

dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang

merdeka.

Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak

untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari

sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan

konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh

semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.

Page 5: Pancasila dlm khidupan kampus

Maka pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi

keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap

adanya perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak

menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya

dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka

“Bhinneka Tunggal Ika”.

Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika

kita hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan

sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas

aliran pikiran Negara (Staatside) integralistik … Negara tidak mempersatukan

diri dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak

mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi

segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala

lapisan rakyatnya …”

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian

bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti

bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam

seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30)

menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan,

dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan

mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia

(kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak

sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya

lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu

kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa

(keadilan sosial).”

Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan

menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang

didirikan di atasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk

melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga

bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu

Page 6: Pancasila dlm khidupan kampus

merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis,

manusia adalah manusia sesuai dengan principium identatis-nya.

Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan

ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12

Tahun 1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas)

memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain

sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan

mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena

itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh,

yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam

kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan

B. Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.

Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu

kesatuan yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak

dapat diantitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam Seminar Pancasila

tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila

dengan menempatkan sila “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai basis bentuk

piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai

oleh sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan:

“Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa,

Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4

dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar

negara sesungguhnya berisi:

Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan

beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 7: Pancasila dlm khidupan kampus

Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang

mahaesa, yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-

Kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan, yang ber-Ketuha nan yang mahaesa, yang ber-

Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan

yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-

Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

C. Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi berasal dari kata aktual yang berarti betul-betul ada, terjadi

dan sesungguhnya, hakikatnya. Dimana Pancasila memang sudah jelas berdiri

dalam bangsa Indonesia sebagai dasar negaranya.

Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-

benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai

dari aparatur Negara sampai kepada rakyat biasa.

Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah

bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan

dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-

norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma-norma moral yang

harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Aktualisasi Objektif

Page 8: Pancasila dlm khidupan kampus

Aktualisasi Pancasila secara objektif yaitu melaksanakan pancasila

dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan

Negara antara lain: legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga

meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya. Seperti politik, ekonomi,

hukum terutama dalam penjabaran kedalam undang-undang, garis-garis

besar haluan Negara, hankam, pendidikan maupun bidang kenegaraan

lainnya.

2. Aktualisasi Subjektif

Aktualisasi Pancasila secara subyektif adalah aktualisasi pancasila

pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan

hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak

terkecuali baik warga Negara biasa, aparat pentelenggara Negara,

penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik,

maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan

kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang

memungkinkan segenap lapisan masyarakat yang dapat mencerminkan

nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku. Perpaduan ciri

tersebut di dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup tersendiri

yang merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan kampus

sebagai pedoman dan harapan masyarakat.

D. Tri Dharma Perguruan Tinggi

Pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah menara

gading yang jauh dari kepentingan masyarakat melainkan senantiasa

mengemban dan mengabdi kepada masyarakat. Perguruan tinggi

diselenggarakan dengan tujuan untuk :

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan,

Page 9: Pancasila dlm khidupan kampus

mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,

teknologi dan/atau kesenian.

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi

dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan

nasional.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perguruan tinggi

menyelenggarakan kegiatan yang disebut dengan Tri Dharma Perguruan

Tinggi, yang terdiri dari :

1. Pendidikan

Merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang

memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat

menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan IPTEK dan seni.

2. Penelitian

Kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik, teori,

konsep, model, atau informasi baru guna memperkaya IPTEK dan

seni.

3. Pengabdian Kepada Masyarakat

Kegiatan yang memanfaatkan IPTEK dalam upaya memberi

sumbangan demi kemajuan masyarakat.

E. Penumbuhan Moral Etika Pancasila

Akhir-akhir ini di berbagai tempat timbul kerusuhan massa yang

cenderung brutal dikarenakan adanya kesenjangan sosial antara

pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini menimbulkan gejolak berupa

gerakan pengacau keamanan bahkan tuntutan untuk melepaskan diri

misalnya Aceh dan Irian Barat. Apabila tidak segera diatasi maka akan

menyebabkan disintregrasi bangsa. Disini pula dikarenakan hubungan

social lainnya, kebebasan berkumpul sangat dibatasi, kesadaran

pemeliharaan lingkungan yang kurang, kurangnya kerjasama antar agama,

kurangnya penyadaran social, serta sentiment yang selalu ditutup-tutupi

Page 10: Pancasila dlm khidupan kampus

dengan isi SARA. Yang justru menyebabkan meledaknya kerusuhan di

beberapa tempat.

Padahal para pendiri bangsa telah mencontohkan pada kita

bagaimana cara mencipatakan situasi demokrasi melalui BPUPKI – PPKI

dengan melakukan perdebatan dan pemufakatan disaat-saat

mempersiapkan kemerdekaan. Bahkan saat proklamasi hingga pengesahan

UUD 1945 mereka tetap bersatu hingga Negara Republik Indonesia dapat

diwujudkan.

Persoalan demokrasi bukan hanya masalah yang menyangkut

pengaturan kekuasaan Negara, melainkan juga terkait cara hidup antar

kelompok masyarakat yang sangat pluralis dimana persoalan-persoalan

sosial dapat dipecahkan secara bersama. Maka muncullah pemikiran

kearah desentralisasi pemerintahan yang kurang lebih sejalan dengan

perkembangan masyarakat modern dan demokratis. Namun terjadinya

kerusuhan dibeberapa tempat, kekejaman bahkan pembunuhan antar

masyarakat etnis bertentangan dengan jiwa dan semangat Pancasila. Sebab

bagi bangsa Indonesia keanekaragaman etnis, agama, adat istiadat, wilayah

yang begitu luas yang konsekuensi logisnya, pluralisme, visi dan aspirasi

yang beraneka ragam harus diterima dan dihormati. Yang menjadi

perhatian kita adalah mengatasi pluralisme dai kerawanan menjadi asset

nasional. Cara mengatasinya yakni dengan “Etika Pluralisme”, yakni etika

yang mengajarkan sopan santun dalam sikap dan mau menerima beda

pendapat dalam musyawarah dan mufakat sebagai penjelmaan demokrasi

Pancasila. Dengan demikian persatuan dan kesatuan bangsa dapat

diciptakan dan menghindari disintregrasi bangsa. Sarana yang sangat

strategis yakni dengan pendidikan Pancasila. Untuk itulah maka

revitalisasi nilai-nilai Pancasila serta moral etika Pancasila harus terus-

menerus dikembangkan.

Page 11: Pancasila dlm khidupan kampus

F. Tradisi Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik,

Otonomi Akademik dan Peran Mahasiswa di Masyarakat

1. Tradisi Kebebasan Akademik

Sejak universitas pertama kali berdiri di Bologna (Italia), paham

kebebasan yang selama itu dipegang oleh gereja mulai digulirkan pada

Universitas. Semua pimpinan agama memegang kekuasaan, mengambil

keputusan tentang kebenaran-kebebasan bagi masyarakat melalui mimbar

(excathedra). Pada masa itu kebenaran dan keadilan masih dikendalikan

oleh kesejajaran (juxtaposition) antara simpulan yang ditarik dari tafsir

agama dan yang merupakan hasil proses penalaran oleh para pemikir

(ilmuwan dan filosof) semakin diperlukan adanya batasan yang jelas.

Tidak jarang simpulan tersebut menghasilkan pertentangan pandangan

(contra position ).

Dari apa yang telah dicapai oleh para pemikir (ilmuwan dan

filosof) pada abad pertengahan dapat diamati suatu gejala empirik tentang

kebebasan untuk mencapai kebenaran :

a. Bahwa masyarakat ilmiah perlu dikembangkan dalam lingkungan

perguruan tinggi.

b. Sikap avveroisme (kelompok ilmiah nasionalis yang berusaha

melepaskan diri dari gereja ) semakin jelas dikalangan perguruan

tinggi, mereka semakin otonom dalam mencapai kebenaran.

c. Otonomi perguruan tinggi berhubungan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan. Kondisi itu bersifat conditio sinequanon bagi kemajuan

peradaban imu. Dalam hal ini segala pengertian tentang kebebasan

kampus dan kebebasan akademis adalah pengertian yang setara bagi

kemajuan.

Kebebasan akademik dalam hal ini lebih berciri aktivitas wahana

pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat diikuti oleh sivitas

akademika (dosen dan mahasiswa). Dalam hal ini sivitas akademika akan

menempuh jalur norma akademik, yang mencangkup serangkaian langkah

Page 12: Pancasila dlm khidupan kampus

metodologis: penemuan masalah, tujuan, manfaat, cara mencapai

kebenaran, analisis, dan simpulan.

2. Kebebasan Mimbar Akademik

Dalam perkembangan dan penyelenggaraan otonomi kampus bagi

perkembangan ilmu pengetahuan muncul istilah kebebasan mimbar

akademik, yaitu proses pengembangan ilmu lewat kegiatan perkuliahan

(mimbar akademik). Kebebasan mimbar akademik lebih ditekankan pada

pengembangan kognitif (pemahaman), apresiasi (afektif), dan

keterampilan (psikomotorik)yang dilakukan dalam laboratorium dan

perpustakaan. Media untuk pengembangan mimbar akdemik lebih

ditekankan pada diskusi, seminar, dan simposium. Dalam kegiatan ini

dosen dan mahasiswa akan berada dalam suatu pola interese, yaitu berada

pada satu tatanan bahasa yang bersifat setara (VIS a VIS) namun dosen

tetap pada posisi pemegang mimbar (ex cathedra). Posisi pemegang

mimbar utama adalah guru besar (professor). Ia memiliki otoritas sebagai

pengembang ilmu karena telah bergelar doctor.

Suria Sumantri (1986 : 27) menyebut mahasiswa sebagai setengah

ilmuwan, yaitu mahasiswa belum memiliki kewibawaan penuh pemegang

otoritas dalam kegiatan ilmu. Fungsi mahasiswa menjadi cukup srtategis

dalam kegiatan keilmuan yang mengarah pada perkembangan peradaban

manusia dan teknologi. Pertama, pada proses pengembangan ilmu

mahasiswa, mahasiswa merupakan pelaku muda (colega minor)yang

sedang belajar dan mengalami bimbingan dari dosen (colega mayor).

Mahasiswa akan mengalami pendewasaan diri sebagai ilmuwan. Kedua,

pada proses pengembangan ilmu, mahasiswa merupakan pelaku muda

yang pada umumnya sedang mengalami bimbingan dari para dosen.

Dalam hal ini mahasiswa sering kali memerlukan media tukar pendapat,

dialog kritis untuk saling memberi masukan.

3. Otonomi Keilmuan

Page 13: Pancasila dlm khidupan kampus

Ilmu yang berkembang tidak hanya kerangaka pemikiran logis,

melainkan telah teruji, sehingga dengan ilmu orang akan bias menjelaskan

gejala alam kemudian meramalkannya. Ilmu mempunyai obyek kajian

(ontologis), dan memiliki kemampuan untuk mencapai kebenaran

(epistemologi) serta kemampuan terkait dengan masyarakatnya

(aksiologis). Ilmu yang dapat berkembang pad prinsipnya karena kaidah

moral, pertimbangan etis, dan norma kerja profesinya.

Ilmu pengetahuan memang dapat memperoleh otonomi dalam

melakukan kegiatannya untuk mempelajari alam semesta, tetapi masalah

moral akan timbul manakala berkaitan dengan ilmu pengetahuan itu. Ilmu

pengetahuan memiliki 2 sisi kajian yaitu sisi kajian internal dan eksternal.

Sisi kajian internal digunakan manakala ilmu hanya menggunakan metode

spesifik yang dimilikiuntuk dipraktekkan ilmuwan secara otonomi (Salim,

1994: 15). Sedang pada sisi kajian eksternal , ilmu akan berkaitan dengan

bidang IPOLEKSOSBUDROHANKAM (ideology, politik, ekonomi,

social, budaya, rohani, pertahanan, dan keamanan.

Ilmu pengetahuan hanya memiliki otonomi dalam sisi kajian

internal (terbatas pada penerapan metodologinya untuk mencapai

kebenaran ilmiah). Ilmu pengetahuan selalu dituntut bagaimana dapat

memiliki kegunaan di masyarakatnya. Misalnya keberadaan ilmu

kedokteran harus mampu mengatasi masalah kesehatan masyarakat secara

luas, seperti menciptakan obat untuk mengatasi HIV,dll. Ilmu sosial

(politik,sosial,ekonomi, budaya, dll) harus mampu menciptakan dinamika

dan intregitas bagi masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa ilmu sosial

tidak mungkin berkembang terlepas dari masyarakatnya, karena ilmu

sosial adalah bagian dari gejala perilaku masyarakat.

4. Peran Mahasiswa di Masyarakat

Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan masyarakat dapat

dilakukan sejauh kegiatan itu memiliki relevansi langsung dengan

kematangan ilmu pengetahuan yang diminati. Keterlibatan mahasiswa

Page 14: Pancasila dlm khidupan kampus

terhadap masalah sosial sebatas mahasiswa memiliki komitmen yang kuat

terhadap pengembangan tugas akademis. Sebagai contoh keterlibatan

mahasiswa dalam masalah politik, harus bersifat peningkat visi

akademisnya, pengembangan wawasan, pengayaan substansi dan

kedewasaannya.Peran mahasiswa di masyarakat:

1. Mahasiswa sebagai pribadi yang sedang belajar berproses “untuk

menjadi” (ilmuwan) sehingga masih membutuhkan bimbingan dan

pembinaan akdemik yang intensif dari para dosen.

2. Mahasiswa dapat berperan sebagai perantara pembaharuan (agent of

modernization) terutama membantu masyarakat miskin yang masih

tertinggal guna meningkatkan pendapatannya.

3. Mahasiswa perlu belajar untuk dapat mengkomunikasikan hasil-hasil

penelitian, laporan hasil kajian ilmiah, dan hasil diskusi ilmu

pengetahuan kepada masyarakat dalam tataran bahasa indonesia yang

sederhana sehingga dapat diterima semua pihak.

4. Tidak semua orang dalam masyarakat dapat meraih peluang masuk

kuliah di bangku perguruan tinggi. Peluang masuk perguruan tinggi

hanyalah bagi lulusan SMA yang memiliki motivasi dan dukungan

dana yang cukup. Pengadaan dana yang cukup besar itu membutuhkan

bantuan masyarakat yang secara langsung digunakan untuk pengadaan

prasarana dan sarana belajar.

G. Memposisikan Kebebasan Akademik dan Kebebasan Mimbar Akademik

Secara Proporsional

Kesenjangan antara teori keagamaan dan penalaran ilmiah makin

membesar karena para filsuf yang tergabung dalam kelompok penganut

averroisme terus bertahan pada pendiriannya untuk menggarap masalah-

masalah filsafat dan ilmu bebas dari ikatannya dengan keagamaan.

Averroisme terus berkembang dan memunculkan berbagai aliran filsafat serta

cabang ilmu secara mandiri. Pesatnya pertumbuhan sebagai cabang ilmu

makin menampilkan ilmu sebagai suatu manifestasi yang otonom dan hal ini

Page 15: Pancasila dlm khidupan kampus

menimbulkan tuntutan agar bagi pusat-pusat keilmuan- universitas diakui juga

otonomi universitas sebagai lembaga yang menyelenggarakan kegiatan ilmiah.

Maka muncullah istilah otonomi universitas, yaitu otonomi kelembagaannya

sebagai pengelola akademik ; dalam suasana itu universitas merupakan tempat

persemaian intelektual dan cultural dalam arti luas, bukan sekedar perakit

sarjana.

Otonomi ilmu selanjutnya juga dianggap sebagai condition sine qua

non bagi terwujudnya perkembangan dan kemajuan ilmu khususnya serta

peradaban pada umumnya sering juga diakui sebagai otonomi universitas

sebagai lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan penelitian berbagai

disiplin ilmu sesuai kaidah-kaidah akademik.

Sejalan dengan hasrat diakuinya otonomi ilmu maka kalangan

ilmuwan khususnya kalangan akademis mengharapkan diakui dan berlakunya

kebebasan akademik serta kebebasan mimbar akademik. Yang pertama,

berkenaan dengan kebebasan para akademis untuk melakukan studi,

penelitian, pembahasan serta pengajaran ilmu kepada dan antara sivitas

akademika. Yang kedua, berkenaan dengan hak serta tanggung jawab seorang

yang memiliki prasyarat dan atribut untuk diakui wewenang dan wibawa

keilmuannya guna mengutaran fikiran dan pendapatnya ex catedra academica.

Hak menggunakan cathedra (mimbar ) tidak dimiliki setiap sivitas akademika,

melainkan oleh para akademisi yang memenuhi segala persyaratan untuk

bertindak selaku tenaga pengajar atau peneliti yang mandiri.