Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
-
Upload
afifah-asra -
Category
Education
-
view
15.121 -
download
5
description
Transcript of Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
PERPAJAKANPAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
OLEH:AFIFAH ASRA, S.Pd.
NETTI SYAHRIL, S.Pd.
JURUSAN AKUNTANSIPROGRAM PENDIDIKAN CALON PENDIDIK
AKADEMI KOMUNITAS (PPCPAK)POLITEKNIK NEGERI PADANG
2013
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
A.PAJAK DAERAH
1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang
selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Yang dimaksud dengan badan disini adalah sekumpulan orang dan
atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komoditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan nama dalam bentuk
apapun firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentukbadan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap.
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada
daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan
dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih
lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan
pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2. Ciri-ciri Pajak Daerah
a. Pajak Daerah dapat berasal dari Pajak Asli Daerah maupun pajak
negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.
b. Pajak Daerah dipungut oleh daerah terbatas di dalam wilayah
administratif yang dikuasainya.
c. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai
urusan rumah tangga atau untuk membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum.
d. Pajak Daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan
Peraturan Daerah (PERDA), maka pemungutan pajak daerah
dapat dipaksakan kepada masyarakat yang wajib membayar
dalam pungutan administrative kekuasaanya.
3. Jenis-Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis
pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten/kota. Secara
rinci dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
1. Pajak Hotel2. Pajak Restoran3. Pajak Hiburan4. Pajak Reklame5. Pajak Penerangan Jalan6. Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan7. Pajak Parkir8. Pajak Air Tanah9. Pajak Sarang Burung Walet10. Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan11. Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan
a. Pajak yang Dikelola Provinsi
1) Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam
operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat
secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air.
2)Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau
gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
4)Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan adalah
pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun
di darat.
5) Pajak Rokok
Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut
oleh Pemerintah.
b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota
1) Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan
dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari
10 (sepuluh).
2) Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia
makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar,
dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
3) Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,
dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
4) Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan
reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media
yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan,
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,
orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar,
dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
5) Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan
tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh
dari sumber lain.
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik
dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral
bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam
peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
7) Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
8)Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat
dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
9) Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia,
yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia
esculanta, dan collocalia linchi.
10)Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
pedalaman dan/atau laut.
11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas
tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.
4. Tarif Pajak Daerah
Sesuai UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Tarif Pajak Daerah adalah sebagai berikut:
a. Pajak Daerah Tingkat I atau Pajak Propinsi
1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (Pasal 6)
a) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi untuk kepemilikan
kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1%
dan paling tinggi sebesar 2% dan untuk kepemilikan
kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat
ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% dan
paling tinggi sebesar 10%
b) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum,
ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan,
lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan
paling rendah sebesar 0,5% dan paling tinggi sebesar 1%.
c) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-
alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan
paling tinggi sebesar 0,2%.
2) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (Pasal 9)
a) Penyerahan pertama sebesar 20%
b) Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-
alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak
ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :
a) Penyerahan pertama sebesar 0,75%
b) Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%
3) Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Pasal 19)
Ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Khusus tarif Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar
kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih
rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
untuk kendaraan pribadi.
4) Tarif Pajak Air Permukaan (Pasal 24)
Ditetapkan paling tinggi 10%.
5) Tarif Pajak Rokok (Pasal 29)
Ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok. Pajak Rokok
dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah
(Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian
Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% untuk
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan
hukum oleh aparat yang berwenang (Pasal 31)
b. Pajak Daerah Tingkat II atau Pajak Kabupaten/Kota
1) Tarif Pajak Hotel sebesar 10% (Pasal 35)
2) Tarif Pajak Restoran 10% (Pasal 40)
3) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.
Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes
kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan
ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak
Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75%. Khusus
hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak
Hiburan paling tinggi 10% (Pasal 45).
4) Tarif Pajak Reklame 25% (Pasal 50)
5) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar
10%. Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%.
Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5%
(Pasal 55).
6) Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Bahan 25% (Pasal 60)
7) Tarif Pajak Parkir 30% (Pasal 65)
8) Tarif Pajak Air Tanah 20% (Pasal 70)
9) Tarif Sarang Walet 10% (Pasal 75)
10)Tarif Pajak Bumi dan Bangunan 0,3% (Pasal 80)
11)Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5% (Pasal
88)
B. RETRIBUSI DAERAH
1. Pengertian
Berdasarkan (Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009) retribusi
adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
2. Golongan Retribusi
Retribusi daerah terdiri atas 3 golongan, yaitu:
a. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan
atau diberikan oleh pemerintah daerah (pemda) untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan;
b. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan
oleh pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta; dan
c. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu
pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan
Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud di atas
sebagai berikut:Retribusiribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan Tertentu
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f. Retribusi Pelayanan Pasar;
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;e. Retribusi Tempat
Khusus Parkir;f. Retribusi Tempat
Penginapan/ Pesanggrahan/Villa;
g. Retribusi Rumah Potong Hewan;
h. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal;
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga;
j. Retribusi
a. Retribusi Izin Mendirikan
b. Bangunan;c. Retribusi Izin
Tempatd. Penjualan
Minumane. Beralkohol;f. Retribusi Izin
Gangguan;g. Retribusi Izin
Trayek.h. Retribusi Izin
Usaha Perikanan.
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; dan
j. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.
k. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
l. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
m. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
n. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
o. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapattidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecildan/atau atas kebijakan nasional/daerah untukmemberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma.
Penyeberangan di Atas Air;
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3. Kriteria Retribusi Daerah
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Perizinan Tertentu
a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;
b. jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;
a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan
b. jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya
a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;
b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi
c. jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;
d. jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu;
e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;
f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
g. pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
kepentingan umum; dan
c. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan;
4. Tata Cara Penghitungan Retribusi
a. Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian
antara tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.
b. Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi
beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk
penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
c. Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir
berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.
d. Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam
menyelenggarakan jasa tersebut.
e. Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah nilai
rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk
menghitung besarnya Retribusi yang terutang.
f. Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
ditentukan seragam atau bervariasi menurut golongan sesuai
dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi.
5. Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum
ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan
efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
b. Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
c. Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian
biaya.
d. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta hanya memperhitungkan
biaya pencetakan dan pengadministrasian.